NILAI-NILAI BUDAYA BAHARI SULTAN AGENG TIRTAYASA (16511682) PADA PENDIDIKAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oka Agus Kurniawan Shavab, M.Pd.1 1 Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Siliwangi, Jawa Barat. Hp. +6281809075795
[email protected] Abstrak Tulisan ini mendeskripsikan mengenai pendidikan nilai dalam pembelajaran sejarah lokal dengan mengangkat materi nilai-nilai budaya bahari Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Latar belakang dari penulisan ini adalah seringnya dijumpai dalam pembelajaran sejarah tentang penyampaian materi yang masih didominasi sejarah nasional dengan buku teks kurikulum sejarah nasional sebagai sumber pembelajarannya. Selain itu nilai-nilai budaya bahari pada masyarakat Banten sudah terkikis oleh karena itu diperlukan role model bagi siswa untuk kembali mengingat dan menumbuhkan nilai-nilai budaya baharinya sehingga kesadaran sejarah lokalnya pun akan menempel pada setiap jati diri siswa. Dengan permasalahan tersebut, maka salah satu alternatif pemecahannya yaitu menerapkan model pembelajaran sejarah lokal dengan pendekatan biografis yang dekat dengan lingkungan siswa sehingga dapat dijadikan sebagai teladan dan sumber inspiratif bagi siswa. Kata kunci: Sultan Ageng Tirtayasa, Pembelajaran Sejarah Lokal, Budaya Bahari Dengan pendekatan biografis, siswa tidak
1. PENDAHULUAN Permasalahan dalam pembelajaran sejarah
hanya mengenal tokoh dan peristiwanya saja,
yang sering dijumpai salah satunya adalah
melainkan dapat menggali nilai-nilai yang
penyampaian materi masih didominasi sejarah
terkandung di dalamnya. Seperti nilai-nilai
nasional dengan buku teks kurikulum sejarah
budaya bahari Sultan Ageng Tirtayasa yang
nasional sebagai sumber pembelajarannya,
merupakan tokoh lokal Banten.
sedangkan materi sejarah lokal yang dekat dengan
lingkungan
siswa
masih
jarang
Menurut
Supardan
pembelajaran
sejarah
(2004: lokal
262), perlu
dilakukan. Seharusnya setiap guru sejarah di
diperkenalkan pada siswa untuk mengenali
daerahnya
identitas kelokalannya maupun menghargai
memaksimalkan
masing-masing potensi
bisa
kedaerahannya
identitas
etnis/daerah lain yang ada di
dengan menyampaikan materi tokoh pahlawan
Indonesia dengan mempertimbangkan azas
lokal atau pun peristiwa sejarah di daerahnya.
belajar
Salah satu contoh yang bisa disajikan dalam
Pemerintah pusat dan daerah, guru-guru
pembelajaran sejarah lokal di kelas adalah
sejarah di lapangan harus berusaha sekuat-
pendekatan biografi khususnya biografi lokal.
kuatnya
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
dan
tahap
untuk
perkembangan
mendorong
siswa.
terlaksananya
pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah.
Bagaimana
Hal ini senada dengan Mulyana dan Gunawan
mempertahankan daerahnya inilah yang perlu
(2007:
diapresiasi
231)
yang
berpendapat
bahwa
pengenalan siswa terhadap peristiwa-peristiwa
memperjuangkan
oleh
peserta
dan
didik
dalam
pembelajaran sejarah lokal.
di daerahnya amatlah penting. Siswa akan
Untuk itu nilai-nilai sejarah harus dapat
mengenal bagaimana proses dan perubahan-
tercermin dalam pola perilaku nyata peserta
perubahan
daerahnya.
didik. Dengan melihat pola prilaku yang
Pemahaman ini akan lebih memudahkan bagi
tampak, dapat mengetahui kondisi kejiwaan
siswa untuk mengenal secara langsung dan
berada pada tingkat penghayatan pada makna
lebih dekat terhadap proses dan perubahan
dan hakekat sejarah pada masa kini dan masa
yang terjadi di sekitar lingkungannya.
mendatang. Dengan demikian baru dapat
yang
terjadi
Pembelajaran
di
lokal
yang
diketahui pembelajaran sejarah telah berfungsi
didik
berarti
dalam proses pembentukan sikap. Sekarang ini
menyadarkan bahwa mereka mempunyai masa
yang paling penting adalah bagaimana sejarah
lalu
suatu
yang diajarkan di sekolah bisa memiliki peran
kebanggaan bahwa jauh sebelum mereka
strategis di dalam menanamkan nilai-nilai di
dilahirkan ada beberapa tokoh yang berperan
dalam diri siswa sehingga memiliki kesadaran
dalam membentuk keadaan yang terkait
terhadap
dengan masa sekarang. Kesadaran lokalitas ini
pembangunan bangsa, pengajaran sejarah
dapat menjadi bekal pada peserta didik untuk
tidak semata-mata berfungsi untuk memberi
menunjukkan identitas sejarah, sosial, dan
pengetahuan
budayanya. Semakin jauh peserta didik terlibat
informasi fakta sejarah, tetapi juga bertujuan
dalam eksplorasi sejarah lokal berarti semakin
menyadarkan anak didik atau membangkitkan
tinggi pula jati diri dan kebanggaan akan masa
kesadaran
lalu kelompok, daerah, dan kebudayaannya.
pendidikan
diterapkan
sejarah
kepada
sendiri.
peserta
Mereka
memiliki
eksistensi
sejarah
sejarahnya. sejarah
bangsanya.
sebagai
Untuk
Dalam
kumpulan
mengemas
sehingga
dapat
Dengan sejarah lokal yang diajarkan
menghasilkan internalisasi nilai diperlukan
dalam kelas maupun luar kelas, berarti peserta
adanya pengorganisasian bahan yang beraneka
didik mengenal secara langsung bagaimana
ragam serta metode sajian yang bervariasi.
pribadi dan biografi hidup sang pelaku sejarah
Penting sekali melakukan pembelajaran
yang terlibat dalam suatu peristiwa sejarah di
sejarah dengan menanamkan nilai-nilai kepada
daerahnya. Melalui tehnik tanya jawab yang
siswa. Nilai-nilai yang ditanamkan tersebut
baik peserta didik dapat mengenali dan
bisa diambil dari sosok pahlawan yang dekat
mentauladani jiwa-jiwa kepemimpinan sang
dengan lingkungan siswa, salah satunya yaitu
pelaku
Sultan Ageng Tirtayasa. Hal ini dianggap
sejarah
secara
arif
dan
bijak.
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
penting karena sosok Sultan Ageng Tirtayasa
Banten
sangat berpengaruh dalam pelayaran dan
perdagangannya dengan Persia, Surat, Mekah,
perdagangan
sangat
Koromandel, Benggala dan Siam, Tonkin, dan
diperlukannya sosok kepahlawanan sebagai
Cina sehingga VOC menganggap keadaan ini
model
sebagai
di
Nusantara
pendidikan
dan
nilai dalam pelajaran
Sejarah. Dengan banyaknya nilai-nilai yang
ingin
lebih
memfokuskan
mampu
ancaman
mengembangkan
serius
terhadap
perdagangannya yang berbasis di Batavia.
terdapat pada tokoh Sultan Ageng Tirtayasa, penulis
pun
Ditambahkan oleh Tjandrasasmita (1984)
dan
bahwa pada masa pemerintahan Sultan Ageng
mengembangkan nilai-nilai budaya bahari dari
Tirtayasa, pelabuhan Banten di kala itu indah,
Sultan Ageng Tirtayasa.
aman, baik dan mencapai taraf perdagangan internasional sehingga ramai dikunjungi kapalkapal dari berbagai negeri. Ada kapal-kapal
2. METODE PENELITIAN .
dari
Persia,
India
(Hindustan),
Arab,
Tiongkok, Jepang, dan Filipina. Demikian 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Budaya
Bahari
Sultan
pula banyak kapal-kapal yang besar dari Eropa Ageng
seperti
dari
Inggris,
Belanda,
Perancis,
Tirtayasa
Denmark dan lain sebagainya. Ditambahkan
Bentuk nilai-nilai budaya bahari pada
oleh Michrob (1993) bahwa kapal-kapal itu
perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa lebih ke
semuanya
membawa barang-barang
arah persahabatan, perdagangan dan pelayaran
diperlukan oleh rakyat Banten dan penduduk
yang menjadi salah satu kunci kemakmuran
lainnya di Indonesia yang pada umumnya akan
Banten. Menurut Djajadiningrat (1913/1983:
ditukar dengan hasil-hasil bumi dan hutan
59) yang dikutip oleh Lubis (2003) Pada
Indonesia, terutama rempah-rempah yang
tahun-tahun pertama pemerintahannya, Sultan
sepanjang abad merupakan sumber perebutan
Ageng Tirtayasa berhasil mengembangkan
mencari
kembali perdagangan Banten. Hal tersebut
Rempah-rempah lainnya seperti pala dan
dapat dilihat dari kenyataan bahwa Banten
cengkeh yang dikeluarkan dari pelabuhan
berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa
Banten diperoleh sebagian besar dari .daerah
lainnya, seperti Inggris, Perancis, Denmark,
Indonesia
dan Portugis. Sebagai saingan VOC, Banten
Ternate dan sebagainya
keuntungan
bagian
di
Timur,
pasaran
yaitu
yang
Eropa.
Ambon,
lebih dekat dengan para pedagang Eropa itu
Selanjutnya, Menurut Iskandar (2001)
karena masih menjalankan sistem perdagangan
bahwa Sultan Ageng Tirtayasa, dengan jiwa
bebas bukan sistem perdagangan monopoli
"Maritim
Banten"
seperti yang dijalankan VOC. Selain itu,
hubungan
dagang
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
murninya
mempererat
internasional,
dengan
kongsi‑kongsi dagang Eropa yang bukan
secara politik terhadap Banten (Kartodirdjo,
Belanda. Dengan demikian, dapat diraih tiga
1988: 113-115). Lubis (2003) berpandangan bahwa Sultan
macam keuntungan sekaligus, yaitu:
Ageng Tirtayasa juga melakukan konsolidasi
2. Peningkatan ekspor; 3. Hubungan
persahabatan
dengan
pemerintahannya
dengan
mengadakan
hubungan persahabatan antara lain dengan
saingan‑saingan Kompeni Belanda;
Lampung, Bengkulu, dan Cirebon. Hubungan
4. Alih teknologi. Melalui EIC (East Indie Compagnie),
pelayaran dan perdagangan dengan Kerajaan
Sultan Ageng Tirtayasa mengadakan kontak
Goa, dengan sumber rempah-rempah di
diplomatik dengan kerajaan Inggris. Dari
Maluku meskipun menurut perjanjian dengan
orang EIC, ia memperoleh informasi rahasia,
VOC tidak diperbolehkan tetap dilakukannya.
tentang keadaan organisasi induk VOC di
Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam
Netherland. Ketika pecah perang, antara
bidang politik diplomasi maupun di bidang
Belanda dengan Inggris dan Perancis pada
pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-
tahun 1672, peristiwa itu segera diketahui oleh
bangsa lain semakin ditingkatkan. Pelabuhan
Sultan Ageng Tirtayasa, dari para pelaut
Banten makin ramai dikunjungi para pedagang
Inggris dan Perancis yang datang di pelabuhan
asing dari Persi (Iran), India, Arab, Cina,
Banten.
persahabatan
Jepang, Filipina, Malayu, Pegu, dan lainnya.
internasional ini, Sultan Ageng Tirtayasa
Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari
mengundang para teknisi Eropa. Mereka
Eropa
dilibatkan dalam pembangunan kapal-kapal
Prancis, Denmark, dan Turki.
Dalam
jalinan
yang
bersahabat
dengan
Inggris,
Dari berbagai pendapat sejarawan di atas
niaga, yang memiliki daya jangkau jauh, mampu berlayar hingga mencapai Filipina,
bahwa
Sultan
Ageng
Tirtayasa
telah
Macao, Benggala dan Persia (Iran).
membawa Banten ke puncak kemegahannya.
perdagangan,
Ia menyusun kekuatan angkatan perangnya,
Sultan Ageng Tirtayasa berupaya juga untuk
memperluas hubungan diplomatik di dalam
memperluas pengaruh dan kekuasaan ke
negeri dan luar negeri, dan meningkatkan
wilayah
volume
Selain
mengembangkan
Priangan,
Cirebon,
dan
sekitar
perniagaan
serta
pelayarannya
Batavia guna mencegah perluasan wilayah
sehingga Banten menempatkan diri secara
kekuasaan Mataram yang telah masuk sejak
aktif dalam dunia perdagangan internasional di
awal abad ke-17. Selain itu, juga untuk
Asia. Dengan adanya kegiatan perdagangan
mencegah pemaksaan monopoli perdagangan
ini,
VOC yang tujuan akhirnya adalah penguasaan
memfasilitasi para pedagang atau nelayannya
berarti
Sultan
Ageng
Tirtayasa
untuk menjelajah ke berbagai tempat di Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
Nusantara maupun luar negeri. Jadi, jika
knowledge saja, melainkan sekaligus media
disimpulkan nilai budaya bahari dari tokoh
penyadaran sejarah. Hal ini diperkuat dalam
Sultan Ageng Tirtayasa lebih ditekankan pada
Peraturam
pelayaran, persahabatan dan perdagangan baik
(Permendiknas)
itu di Nusantara maupun hingga ke luar negeri.
Tentang
Standar
Isi,
Budaya Bahari pada masa kepemimpinan
lampau
tersebut
mengandung
Sultan Ageng Tirtayasa memang mencapai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
puncak kejayaannya, akan tetapi berbanding
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan
terbalik dengan masa sekarang yang sudah
kepribadian peserta didik.
Menteri
Pendidikan
Nomor
22
Nasional
Tahun
2006
pengetahuan
masa
nilai-nilai
Untuk itu nilai-nilai sejarah harus dapat
terkikis.
tercermin dalam pola prilaku nyata peserta 5.
Nilai-Nilai
Budaya
Sultan
didik. Dengan melihat pola prilaku yang
Ageng Tirtayasa Dalam Pendidikan
tampak dapat mengetahui kondisi kejiwaan
Nilai Pembelajaran Sejarah
berada pada tingkat penghayatan pada makna
Pembelajaran
Bahari
idealnya
hanya
dan hakekat sejarah pada masa kini dan masa
mengembangkan aspek kognitif, tetapi juga
mendatang. Dengan demikian baru dapat
harus
diketahui
menekankan
proses
tidak
pengembangan
pembelajaran
sejarah
terlah
afektif peserta didik. Pendidikan nilai bukan
berfungsi dalam proses pembentukan sikap.
hanya tugas guru agama dan pendidikan
Saat ini yang paling penting adalah bagaimana
kewarganegaraan, tetapi semua bidang studi
sejarah yang diajarkan di sekolah bisa
memiliki
memiliki
tanggungjawab
yang
sama.
peran
strategis
di
dalam
Demikian halnya dengan mata pelajaran
menanamkan nilai-nilai di dalam diri siswa
Sejarah.
sehingga
Pelajaran
sejarah
tidak
boleh
memiliki
kesadaran
terhadap
dipisahkan dengan nilai kearifan lokal atau
eksistensi
penanaman
dan
penanaman nilai kepada siswa diperlukan
kesadaran tentang masa lalu karena menurut
adanya pengorganisasian bahan yang beraneka
Kartodirdjo
ragam serta metode sajian yang bervariasi.
nilai-nilai
(1988)
kejuangan
dalam
rangka
pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidak
semata-mata
bangsanya.
Dalam
proses
Pelaksanaan di lapangan masih terjadi
berfungsi
memberi
ketidakseimbangan desain pendidikan yang
sebagai
kumpulan
hanya memfokuskan pada pencapaian aspek
informasi fakta sejarah, tetapi juga bertujuan
intelektual atau ranah kognitif semata dan
menyadarkan anak didik atau membangkitkan
mengabaikan
kesadaran kesejarahannya. Sejarah tidak boleh
pembinaan
nilai/sikap
hanya dipahami sebagai sarana transfer of
penyebab
munculnya
pengetahuan
sejarah
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
aspek
penanaman diduga degradasi
dan sebagai atau
demoralisasi terutama yang dialami oleh anak
Menurut Koentjaraningrat (1995: 879),
sekolah. Gaffar (Sauri: 2009) menyebutkan
budaya bahari merupakan budaya heterogen
bahwa pendidikan bukan hanya sekedar
dan
menumbuhkan
didefinisikan sebagai suatu budaya hasil
dan
mengembangkan
multikultural,
sehingga
keseluruhan aspek kemanusiaan tanpa diikat
respon
oleh nilai, tetapi nilai itu merupakan pengikat
(kelautan)
dan
Multikultural merupakan
pengarah
proses
pertumbuhan
dan
perkembangan tersebut.
manusia terhadap yang
dapat
lingkungan
bersifat
multikultural.
hasil
pertemuan
beberapa kebudayaan, misalnya kebudayaan
Salah satu nilai yang bisa diterapkan
asli dan pendatang. Kegiatan yang muncul
dalam pembelajaran sejarah di kelas adalah
dari para pendatang tersebut juga merupakan
nilai-nilai
Ageng
bagian dari kebaharian. Keberadaan laut juga
Tirtayasa. Dengan adanya nilai budaya bahari
menimbulkan adanya kegiatan pelayaran dan
yang ditunjukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa,
perdagangan
siswa dapat belajar banyak dan mengambil
masyarakat memiliki mobilitas tinggi dan
makna-makna yang terkandung di dalamnya.
berpindah dari tempat
Contohnya, dengan adanya perdagangan pada
lain.
waktu itu bahkan hingga ke luar negeri, maka
adanya pertemuan antara penduduk asli dan
dapat diasumsikan sudah adanya suatu bentuk
pendatang.
budaya
bahari
Sultan
yang
Sehingga
memungkinkan
satu
sangat
ke
tempat
memungkinkan
kerja sama dan adanya suatu networking atau
Selanjutnya menurut Sallatang (1982),
jaringan yang luas dengan pedagang lain.
dalam sistem budaya bahari terdiri dari unsur-
Tentu hal itu tidak akan terjadi, jika tidak
unsur sistem seperti; pengetahuan, gagasan,
adanya suatu kepercayaan atau trush terhadap
keyakinan/kepercayaan,
para pedagang Banten. Selanjutnya akan
norma/aturan dan
tercipata trade diaspora yang akan menarik
sosialnya
perhatian banyak orang dari luar untuk datang
sumberdaya dan jasa-jasa laut. Unsur-unsur
di pelabuhan Banten yang memang sudah
sistem tersebut menjadi regulator masyarakat
terkenal akan keamanan dan keindahannya
bahari dan dilain pihak, masyarakat bahari
pada saat itu. Maka dari itu, sangat tepat sekali
mendukung dan memberikan energi kepada
nilai-nilai budaya dari Sultan Ageng Tirtayasa
budaya
diajarkan kepada siswa agar kesadaran sejarah
informasi budaya bahari dan penguatan energi
lokalnya muncul, apalagi nilai-nilai budaya
dalam
bahari di wilayah Banten saat ini masih
menyebabkan masyarakat bahari di satu pihak
banyak yang tidak mengetahuinya.
membentuk kepribadian, watak atau jiwa
pengenalan
berkenaan
bahari.
sistem
nilai,
dengan
lingkungan pemanfaatan
Keterhubungan
sosial
dan
masyarakat,
antara
akan
bahari individu angggota-anggotanya dan Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
dilain pihak, individu anggota masyarakat
upaya menanamkan kesadaran sejarah dan
bahari mendukung dan memberikan energi
tidak harus selalu mengkaji biografi orang-
kepada masyarakat bahari.
orang besar yang sudah terkenal, akan tetapi
Berdasarkan penjelasan dari kedua tokoh
dapat digunakan biografi tokoh yang dekat di
tersebut, sangat penting sekali bagi siswa
lingkungan
untuk memahami dan mengambil nilai-nilai
(http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._
yang terkandung dari tokoh lokal yang sudah
pend.sejarah/195704081984031-dadang_
mengedepankan nilai budaya bahari pada saat
supardan/artike l_jurnal_internasional.pdf, 21
itu.
september 2014).
Dengan
bermakna
pembelajaran
maka
siswa
sejarah tidak
yang
siswa
hanya
mendapatkan pengetahuannya saja, tetapi ada
6.
Pentingnya
Pembelajaran
Sejarah
afeksi yang dapat tertanam dalam diri siswa.
Lokal
Hal
Dengan mengoptimalkan pembelajaran
ini
perlu
menipisnya
dilakukan
nilai-nilai
karena budaya
sudah bahari
sejarah lokal
diharapkan nilai-nilai
atau
masyarakat Banten yang dapat ditunjukan
kearifan lokal yang menjadi identitas suatu
dengan masih terjadinya kecelekaan kapal laut
daerah tetap lestari. Kondisi pembelajaran
di selat sunda dan pelabuhan Merak. Kejadian
sejarah seperti inilah yang sangat diharapkan.
tersebut
Penyeleksian materi, penggunaan metode dan
menandakan
masyarakat
mengabaikan peraturan yang ada dan tidak
media,
memperhatikan keselamatan dan keamanan
sepenuhnya
baik dari manusianya dan alam lautnya. Maka
Dengan
dari itu, sudah sepatutnya bagi guru sejarah
ditetapkan pemerintah pusat, guru dan sekolah
untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya
dapat mengembangkan materi, metode dan
bahari
Ageng
media pembelajaran sendiri, sehingga dalam
Tirtayasa. Dalam pelaksanaannya di dalam
hal ini guru sejarah dapat mengembangkan
kelas,
dalam
materi pembelajaran sejarah lokal dalam
dengan
proses pembelajarannya. Mengenai penting
menggunakan model pembelajaran berbasis
posisi materi sejarah lokal dan pembelajaran
biografis. Seperti yang diungkapkan oleh
sejarah diungkapkan Hasan (2012:122), bahwa
Supardan (2009) untuk memupuk sifat-sifat
posisi materi sejarah lokal dalam kurikulum
heroisme para tokoh perjuangan masa lampau,
dianggap penting karena pendidikan harus
dari
guru
pembelajaran
tokoh
bisa
lokal
Sultan
melakukannya
sejarah
lokal
dan
sistem kepada
mengacu
evaluasi
diserahkan
pertimbangan pada
standar
guru. yang
“Praktek
dimulai dari lingkungan terdekat dan peserta
Belajar Nilai Kejuangan” yang merupakan
didik harus menjadi dirinya sebagai anggota
bagian integral dari belajar sejarah dalam
masyarakat terdekat. Oleh karena itu dalam
guru
sejarah
dapat
melakukan
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
posisi
materi
sejarah
keluarga,
desa,
menggunakan sumber sejarah lokal. Terlebih
kelurahan, kecamatan dan seterusnya menjadi
lagi, sumber-sumber sejarah lokal masih
penting karena ia hidup di lingkungan-
sangat sulit didapatkan, sehingga hal tersebut
lingkungan tersebut sampai kepada sejarah
menjadi tantangan bagi sejarawan dan guru
bangsa di mana ia adalah sebagai warganya.
dalam mengembangkan pembelajaran sejarah
Dalam posisi ini maka sejarah lokal akan
lokal dalam keterbatasan sumber tersebut.
memegang posisi utama karena ia berkenaan
Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa
dengan lingkungan terdekat dan budaya
menyadari adanya keragaman pengalaman
peserta didik. Materi sejarah lokal menjadi
hidup pada masing-masing masyarakat dan
dasar bagi pengembangan jati diri pribadi,
adanya cara pandang yang berbeda terhadap
budaya dan sosial peserta didik. Keterkaitan
masa lampau untuk menghadapi masa yang
dan penafsiran materi sejarah lokal jangan
akan
sampai
dengan
membawa misi merekatkan kesatuan bangsa,
kepentingan sejarah nasional dan upaya
sehingga pengembangan materi-materi yang
membangun
perasaan
berbasis sejarah lokal harus dipandang sebagai
kebangsaan, dan kerjasama antar daerah dalam
upaya menumbuhkan kesadaran siswa agar
membangun
yang
dapat hidup berdampingan secara damai, dan
sehat, cinta damai, toleransi, penuh dinamika,
mau menerima adanya perbedaan, dan bukan
kemampuan berkompetisi dan berkomunikasi.
tujuan untuk memecahkan persatuan Bangsa.
menimbulkan
rasa
konflik
persatuan,
kehidupan
kebangsaan
datang.
Jelas
bahwa
pengajaran
Selain itu, materi sejarah lokal tidak hanya sebagai sumber semata tetapi juga menjadi objek studi sejarah peserta didik. Dalam kesempatan
inilah
mereka
4.
KESIMPULAN Pembelajaran sejarah yang dilakukan di
belajar
sekolah sebaiknya tidak hanya menyampaikan
mengembangkan wawasan, pemahaman, dan
aspek pengetahuan saja, tetapi harus juga
ketrampilan
dapat
menerapkan penanaman nilai dari peristiwa
berhubungan langsung dengan sumber asli dan
atau tokoh yang terdekat dengan lingkungan
mengkaji sumber asli dalam suatu proses
siswa. Dari tokoh lokal tersebut, siswa dapat
penelitian sejarah.
mengambil
sejarah.
Mereka
Proses penyeleksian sejarah lokal sebagai bahan
dan
materi
pembelajaran
nilai-nilai
positifnya
untuk
dijadikan sumber inspirasi dan menerapkan
sejarah
dalam kehidupannya. Guru sejarah dapat
haruslah dilakukan secara selektif, sebab harus
mengembangkan pembelajaran sejarah lokal
diakui sebagian besar sejarah lokal masih
dengan pendekatan biografis, seperti nilai-nilai
belum diteliliti secara ilmiah oleh para
budaya bahari Sultan Ageng Tirtayasa. Hal ini
sejarawan, sehingga guru harus berhati-hati
dapat menumbuhkan kesadaran sejarah lokal
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
masing-masing siswa yang lingkungannya
DAFTAR PUSTAKA
sangat dekat dengan laut. Dari biografi lokal
Hasan, Said Hamid. 2012. Pendidikan Sejarah
tersebut siswa akan belajar banyak mengenai
Indonesia:
nilai-nilai budaya bahari yang saat ini sudah
Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.
tergerus zaman. sejarah
lokal
dengan
pendekatan biografis yang dilakukan oleh guru sekolah
merupakan
inovasi
dalam
pembelajaran sejarah. Hal ini dilakukan untuk menjawab berbagai keresahan dalam kegiatan pembelajaran kegiatan
sejarah
pembelajaran
di
kelas.
ini,
Dengan
siswa
akan
menyadari betapa banyaknya tokoh pahlawan yang
dalam
Ide
dan
Iskandar, Yoseph dkk. 2001. Sejarah Banten.
Pembelajaran
di
Isu
dimiliki
oleh
bangsa
Indonesia,
Jakarta: Tryana Sjamun Corp. Koentjaraningrat.
1995.
Kebudayaan
di
Manusia
Indonesia.
dan
Jakarta:
Djambatan. Lubis, Nina. 2003. Banten dalam Pergumulan Sejarah : Sultan, Ulama, Jawara. Jakarta : LP3ES. Michrob, H. 1993. Catatan Masalalau Banten. Serang: Saudara.
khususnya adalah di lingkungan sekitar siswa.
Mulyana, A dan Gunawan, R. 2007. Sejarah
Bahkan dengan menggunakan pendekatan
Lokal Penulisan dan Pembelajaran di
biografis ini, pembelajaran sejarah akan lebih
sekolah. Bandung: Salamina Press.
bermakna. Dalam pelaksanaannya guru dapat
Kartodirdjo,
Sartono.
1988.
Fungsi
menentukan tokoh sejarah yang dekat di
Pengajaran Sejarah dalam Pembangunan
lingkungan
Nasional. Artikel dalam Harian Kompas,
dengan
siswa
silabus
kemudian dan
disesuaikan
RPP-nya.
Dengan
pendekatan biografis ini, siswa akan lebih
26 September 1988. Kartodirdjo,
Sartono.
1992.
Pengantar
mengenal karakter tokoh sejarahnya sehingga
Sejarah Indonesia Baru:1500‑1900, Dari
cara berpikir, wawasan, nilai dan sikap serta
Emporium Sampai Imperium, Jilid‑1.
tindakan yang melekat pada tokoh tersebut
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
dapat diteladani perilakunya oleh siswa.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Sallatang,
Arifin.
1982.
Punggawa-Sawi
Suatu Studi Sosiologi Kelompok Kecil. Disertasi.
Universitas
Makassar: Tidak diterbitkan.
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015
Hasanuddin.
Sauri, Sofyan. 2009. Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pedagogik dan Penyusunan Unsur-unsurnya. Bandung: SPs PU UPI. Supardan, D. 2004. Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif
Sejarah
Lokal,
Nasional,
Global untuk Integrasi Bangsa. Disertasi Doktor pada SPS. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Supardan, D. 2009. Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural Dan Perspektif
Sejarah
Lokal,
Nasional,
Global, Dalam Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimental Terhadap Siswa Sekolah Bandung).
Menengah
Atas
[Online].
http://file.upi.edu/
di
Kota
Tersedia:
direktori/fpips/jur
._pend._sejarah/195704081984
031-
dadang_supardan/artikel_jurnal_inter nasional.pdf [21 September 2014] Tjandrasasmita, Uka. 1984. Sultan Ageng Tirtayasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Jurnal “Candrasangkala”, Volume 1 Nomor 1 November 2015