Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa NILAI KUALITATIF ANAK ITIK LOKAL (Anas sp.) BERDASARKAN PERBEDAAN KELEMBABAN MESIN TETAS PADA PERIODE HATCHER QUALITATIVE VALUE LOCAL DUCKLING ( Anas sp. ) BASED ON THE DIFFERENCE IN HUMIDITY INCUBATOR HATCHER PERIOD Andira Bram F.*, Dani Garnida**, Tuti Widjastuti** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email:
[email protected]
Abstrak
Penetasan merupakan proses perkembangan emrbio dalam kerabang hingga embrio menetas. Penelitian mengenai nilai kualitatif anak itik lokal (Anas Sp.) dilakukan pada bulan Maret-April 2016 di Laboraturium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kualitatif anak itik lokal (Anas Sp.) berdasarkan pola pengaturan kelembaban mesin tetas menggunakan 600 butir telur itik pajajaran dengan rataan bobot telur 65-75 gram. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan 3 perlakuan kelembaban mesin tetas pada fase hatcher 70% (T1), 75% (T2), dan 80% (T3). Pengamatan dilakukan setelah anak itik menetas pada hari ke 28. Pada perlakuan kelembaban 70% (T1) didapat total nilai Pasgar Score sebesar 349 dengan persentase 83% dari 42 ekor DOD yang menetas, pada perlakuan kelembaban 75% (T2) didapat total nilai Pasgar Score sebesar 624 dengan persentase 90% dari 69 ekor DOD yang menetas, pada perlakuan kelembaban 80% (T3) didapat total nilai Pasgar Score sebesar 94 dengan persentase 72% dari 13 ekor DOD yang menetas. Nilai kualitatif yang diamati antara lain, keadaan pusar, perut, paruh, kaki, dan aktivitas. Kata Kunci: Penetasan, kelembaban, itik lokal, nilai kualitatif
Abstract
Hatching is a process of development embryo in eggshell until embryo hatch. Research on the qualitative value of local ducklings (Anas Sp.) was conducted in March-April 2016 in Poultry Production Laboratory Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University Sumedang. The objective of the research would be to know differences in the qualitative value of local ducklings (Anas Sp.) by the pattern setting humidity incubator, using 600 duck eggs pajajaran with the average weight of 65-75 grams. This research using descriptive method with 3 humidity treatments of phase hatcher incubator are 70% (T1), 75% (T2), and 80% (T3). Observations were made after the ducklings hatch on day 28. On treatment of a humidity 70% (T1) acquired total value Pasgar Score for 349 with a percentage of 83% of 42 DOD are hatched, on treatment of a humidity 75% (T2) acquired total value Pasgar Score of 624 with a percentage of 90% of 69 DOD hatch, on the treatment of a humidity 80% (T3) acquired Pasgar score total value of 94 with a percentage of 72% of 13 DOD hatch. Qualitative value observed among other things, the state of the navel, abdomen, beak, legs, and activities. Keywords: Hatching, Humidity, Local duck, Qualitative value.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa PENDAHULUAN Itik (Anas sp,) merupakan jenis unggas air yang tersebar luas di daerah dekat sungai, rawa, dan juga persawahan. Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Sebagai penyumbang kebutuhan protein hewani, ternak itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena jumlah populasinya yang tinggi dan memiliki peran penting bagi kehidupan peternak itik itu sendiri. Salah satu faktor penting dalam peningkatan populasi ternak itik yaitu proses penetasan telur itik. Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas. Penetasan secara alami lebih efisien untuk beberapa spesies unggas, namun penetasan secara buatan lebih menguntungkan untuk tujuan ekonomis. Keberhasilan penetasan buatan tergantung banyak faktor, antara lain telur tetas, mesin tetas dan tatalaksana penetasan (manajemen) (Suprijatna dkk., 2008). Temperatur dan kelembaban mesin tetas merupakan faktor penting untuk perkembangan embrio. Temperatur dan kelembapan dalam mesin tetas harus stabil dan optimal untuk mempertahankan kondisi telur agar embrio tidak mengalami penurunan kualitas bahkan sampai mengalami kematian selama proses penetasan. Kelembaban yang terlalu rendah menghasilkan DOD (Day Old Duck) yang kerdil karena terjadinya dehidrasi didalam telur yang menyebabkan albumen menjadi lengket. Kelembaban yang terlalu tinggi pun dapat menyebabkan hasil tetas yang kurang baik dan berdampak pula pada kualitas DOD. Penilaian kualitas DOD menggunakan metode pasgar skor, didasarkan pada kriteria morfologi. Kriteria tersebut meliputi: aktivitas, keadaan pusar, perut, paruh, dan kaki (Onsbasillar dkk. 2007)
BAHAN DAN METODE Bahan penelitian yang digunakan adalah 600 butir telur tetas itik lokal, umur telur 1-3 hari dengan kisaran bobot telur 65 – 75 gram dari umur induk yang seragam. Bahan fumigasi mesin tetas terdiri atas formalin 40% dan KMnO4, untuk 1m^3= 40 cc formalin dan 20 cc KMnO4. Mesin tetas yang digunakan dalam penelitan berjumlah 3 unit mesin tetas, dengn kapasitas 200 butir telur/mesin tetas. Telur tetas dibagi menjadi 3 bagian masing-masing berjum;ah 200 butir disetiap mesin tetas. Pola pengaturan kelambaban yang dilakukan adalah kelembaban T1 adalah 55% (hari 1-14), 65% (hari 15-25), dan 70%
(hari ke 26-28),
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa kelembaban T2 adalah 55% (hari 1-14), 65% (hari 15-25), dan 75% (hari 26-28), kelembaban T3 adalah 55% (hari 1-14) 65% (hari 15-25) dan 80% (hari 26-28). Temperatur mesin tetas yang digunakan adalah 37,8° C pada hari 1-25 dan 37,3° C pada hari 26-28. Peubah yang diamati diantaranya yaitu keadaan pusar, perut, paruh, kaki dan aktivitas. Penilaian kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) dengan sistem Pasgar Score dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alokasi Skor untuk Berbagai Parameter: Parameter
Karakterristik
Skor
Pusar
Tertutup dan bersih (baik) Tidak tertutup dan kotor (buruk)
0 1
Perut
Lentur (baik) Keras (buruk)
0 1
Paruh
Normal, bersih (baik) Terdapat titik merah (buruk)
0 1
Kaki
Kaki dan jari normal (baik) Kaki dan jari cacat (buruk)
0 1
Aktivitas
Lincah (baik) Lemah (buruk) Keterangan: nilai 0= baik; nilai 1= buruk Sumber: The Pasgar Score dalam Fasenko dkk, 2008
0 1
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Nilai Kualitatif Pusar Keadaan pusar diamati dengan cara melihat apakah pusar anak ayam tertutup dan bersih
atau tidak. Pusar menjadi indikator penyerapan yolk berjalan sempurna atau tidak. Apabila pusar tertutup sempurna dan bersih, menandakan bahwa yolk selama proses penetasan terserap sempurna (Meijerhof, 2009). Data hasil pengamatan visual nilai kualitatif (pusar) anak itik lokal (Anas Sp.) tersaji dalam Tabel 2.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa
Tabel 2. Data Nilai Kualitatif Pusar Mesin
Persentase kondisi pusar yang baik
T1
61,9%
T2
56,2%
T3
38,4%
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil persentase nilai kualitatif pusar DOD mesin T1= 61,9% lebih besar dari mesin T2= 56,2% dan T3= 38,4% Hasil tersebut menunnjukkan bahwa kelembaban 70% menghasilkan kualitas pusar yang bersih dan tertutup, sementara pada kelembaban 75% dan 80% terdapat beberapa DOD dengan pusar yang terbuka dan kotor. Pada kelembaban 70% yolk sac diserap secara sempurna oleh embrio. Kadar air di lingkungan mesin tetas pada kelembaban 70% cukup untuk kebutuhan embrio dalam menyerap yolk sac, sehingga kadar air dalam kerabang tidak berlebih. Hal tersebut membuat jaringan pusar tertutup dengan sempurna. Pada kelembaban 80% terdapat DOD dengan pusar yang terbuka dan mengalami infeksi (luka), dikarenakan pada kondisi tersebut penyerapan yolk sac terhambat. Kondisi dalam kerabang pun menjadi terlalu basah, air di dalam kerabang yang seharusnya bisa menguap justru terhambat oleh ketersediaan air yang berlebih di lingkungan mesin tetas. Infeksi pada jaringan pusar mungkin terjadi apabila kondisi tersebut dibiarkan sampai anak itik menetas. Hal ini sesuai dengan pendapat Boerjan, (2002), infeksi pada pusar terjadi akibat tidak optimalnya kondisi temperatur dan kelembaban mesin tetas. Terbukanya pusar dan adanya sisa tali pusar yang masih menggantung mengakibatkan mudahnya infeksi oleh bakteri dari lingkungan atau kontaminan yang lain. Pada fase 3 hari terakhir, yolk sac mulai diserap oleh tubuh embrio. Pada proses hatcher yolk sac harus terserap sempurna dan pusar harus tertutup (Meijerhof, 2009). Kelembaban optimal sangat dibutuhkan untuk proses penyerapan yolk sac oleh tubuh embrio. Kelembaban yang terlalu basah pada tiga hari terakhir menyebabkan penguapan air menjadi sulit dan keadaan menjadi terlalu basah. Penyerapan kuning telur kedalam tubuh menjadi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa
terganggu, tubuh DOD akan menjadi basah. Pusar menjadi terbuka karena tali pusar yang tidak terlepas sempurna dan terkadang menyebabkan infeksi pada pusar DOD.
2.
Nilai Kualitatif Perut Ukuran dan kelenturan perut menjadi indikator ukuran yolk sac yang tersisa dalam
perut. Perut anak ayam yang terasa keras dan agak besar menunjukkan yolk sac yang tidak terserap sempurna pada tahap hatcher. Faktor yang mempengaruhinya adalah kelembaban (Meijerhof, 2009). Data hasil pengamatan visual nilai kualitatif (perut) anak itik lokal (Anas Sp.) tersaji dalam Tabel 3
Tabel 3. Data Nilai Kualitatif Perut Mesin
Persentase perut dengan kondisi baik
T1
59,2%
T2
63,7%
T3
46,1%
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil persentase nilai kualitatif perut DOD mesin T2= 63,7% lebih besar dari mesin T1= 59,2% dan T3= 46,1%. Kelembaban 75% menghasilkan DOD dengan perut yang memiliki tekstur lentur. Pada kelembaban 75% penyerapan yolk sac terjadi secara sempurna atau mampu diserap secara utuh oleh embrio, sehingga perut anak itik yang telah menetas menjadi lentur, menandakan sisa yolk sac dalam perut anak itik tersebut sedikit bahkan habis. Pada kelembaban 70% dan 80% sebagian besar DOD memiliki tekstur perut yang agak keras yang menandakan penyerapan yolk sac tidak terjadi secara sempurna. Tidak sempurnanya penyerapan yolk sac oleh embrio disebabkan oleh kelembaban yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahn, dkk (1979) yaitu kelembaban relatif mesin tetas menjadi suatu faktor yang sangat penting pada saat fase tiga hari terakhir (hatcher) pada proses penetasan, terutama pada proses penyerapan yolk sac sebagai cadangan makanan itik pada saat baru menetas, selain itu sirkulasi udara dalam kerabang sebelum anak itik menetas merupakan hal yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif mesin tetas. Penyerapan nutrisi dari yolk sac ke dalam perut dari embrio sebelum menetas Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa
memberikan nutrisi untuk unggas yang baru menetas selama beberapa hari kedepan setelah menetas (Meijerhof, 2009). Keadaaan perut yang keras menunjukkan penyerapan yolk sac tidak sempurna, artinya masih terdapat banyak cadangan kuning telur yang belum terserap sebagai cadangan nutrisi untuk DOD bertahan hidup selama beberapa hari ke depan (Preez, 2007). Besarnya perut menandakan besarnya yolk sac yang tersisa pada perut DOD, yang dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada mesin dengan kelembaban 80% sangat terlihat bahwa penyerapan kuning telur tidak terjadi secara sempurna, hal tersebut dapat dilihat dari hasil tetas pada mesin T3. Banyak DOD dengan keadaan perut yang keras, dan dengan kondisi bulu yang basah. Tentunya hal tersebut sangat kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan DOD selanjutnya, karena masih banyak sisa yolk sac dalam perut DOD yang seharusnya bisa dijadikan nutrisi untuk DOD selama beberapa hari kedepan setelah menetas.
3.
Nilai Kualitatif Paruh Paruh yang bersih dan daerah sekitar hidung bersih, menandakan anak ayam memiliki
kualitas baik. Apabila terdapat bintik merah dan kotor pada paruh, menandakan anak ayam berkualitas rendah (Fasenko dkk., 2008). Berikut data nilai kualitatif (paruh) anak itik lokal (Anas Sp.) pada Tabel 4. Tabel 4. Data Nilai Kualitatif Paruh Mesin
Persentase paruh dengan kondisi baik
T1
85,7%
T2
98,5%
T3
69,2%
Dari data hasil pengamatan nilai kualitatif paruh anak itik lokal (Anas Sp.), dapat dilihat bahwa keadaan paruh pada mesin tetas T2 dengan kelembaban 75% menghasilkan DOD dengan paruh yang baik, bersih, dan bebas dari kotoran, dengan nilai persentase 98,5%. Pada mesin T1= 85,7% dan T3= 69,2% terdapat beberapa DOD dengan paruh yang kotor. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa
Kelembaban pada fase hatcher sangat mempengaruhi kondisi paruh DOD. Kelembaban mesin tetas pada akhir masa inkubasi berfungsi untuk mengurangi atau menjaga cairan dalam telur dan untuk merapuhkan kerabang telur, selain itu apabila kelembaban terlalu rendah menyebabkan paruh menjadi pipih dan lentur (Ningtyas dkk., 2013). Kelembaban tersebut berfungsi membantu DOD untuk mematuk kerabang pada saat akan menetas (pipping). Kelembaban yang terlalu tinggi menyebabkan anak ayam menjadi gemuk namun tidak sehat, hal tersebut menyebabkan anak ayam menjadi lemah dan kesulitan untuk mematuk. Air yang berlebih dapat mengakibatkan penyumbatan pada daerah sekitar hidung ayam, serta timbulnya kotoran pada daerah sekitar hidung (Decuypere, 2007).
4.
Nilai Kualitatif Kaki Kelembaban relatif mempengaruhi penyerapan kalsium dari kerabang telur. Kalsium (Ca)
berfungsi sebagai pembentuk tulang. Kelembaban relatif yang optimal menjadikan penyerapan kalsium berjalan sempurna. Kelembaban relatif mempengaruhi proses metabolisme kalsium pada embrio. Kelembaban tinggi menyebabkan perpindahan kalsium dari kerabang telur ke tulang-tulangnya dalam perkembangan embrio akan lebih banyak (Paimin, 2011). Hal tersebut tercermin dari kaki anak ayam yang baru menetas. Apabila kaki anak ayam terlihat cacat maka proses pembentukan tulang tidak sempurna. Berikut data nilai kualitatif (kaki) anak itik lokal (Anas Sp.) pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Nilai Kualitatif Kaki Mesin
Persentase kaki dengan kondisi baik
T1
80,9%
T2
98,5%
T3
53,8%
Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa mesin T2= 98,5% memiliki nilai persentase tertinggi dibandingkan T1= 80,9% dan T3= 53,8% dengan nilai terrendah. Data tersebut menunjukkan kelembaban optimal untuk penyerapan kalsium dari kerabang untuk pembentukkan tulang adalah 75%, karena sirkulasi suhu dalam kerabang dapat dikendalikan Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa
oleh penguapan air dalam kerabang yang dibantu oleh kelembaban mesin tetas. Suhu yang optimal digunakan untuk penyerapan kalsium dan pengaktifan provitamin D untuk membentuk tulang. Unandar (1996), menyatakan bahwa kaki anak ayam (DOC) yang baik menandakan perkembangan embrional berlangsung baik dan diharapkan DOC tumbuh dengan baik. Kaki anak DOC yang baik memiliki ciri-ciri sisik kaki yang berwarna kuning cerah dan kering. Proses pembentukkan kaki embrio membutuhkan suhu dan kelembaban optimal. Menurut Leksrisompong, dkk (2007) termperatur berguna untuk mengaktifkan provitamin D, metabolisme kalsium dan phospor. Provitamin D berfungsi untuk menstimulasi sintesis protein yang membawa kalsium. Kelembaban berfungsi sebagai perantara pertukaran panas dalam kerabang, guna mengoptimalkan proses metabolisme kalsium, phospor, dan sintesis protein yang membawa kalsium untuk pembentukan tulang dan kaki embrio. Kelembaban tinggi mengakibatkan terhambatnya penguapan air dari dalam kerabang, dan mengganggu sirkulasi udara di dalam kerabang.
5.
Nilai Kualitatif Aktivitas Posisikan anak ayam dalam posisi terbalik (terlentang). Hitung seberapa cepat ayam
dapat berbalik ke pada posisi semula (berdiri). Gerak refleks pada anak ayam yang baru menetas dipengaruhi oleh proporsi tulang yang baik. Tulang yang baik dihasilkan dari metabolisme Ca dari kerabang telur yang dipengaruhi pula oleh kelembaban mesin tetas (Maatjens dkk 2014). Berikut data nilai kualitatif (aktivitas) anak itik lokal (Anas Sp.) pada Tabel 6. Tabel 6. Data Nilai Kualitatif Aktivitas Mesin
Persentase aktivitas dengn kondisi baik
T1
42,8%
T2
89,8%
T3
15,3%
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa
Berdasarkan data pada Tabel 6, persentase nilai kualitatif aktivitas DOD pada mesin T2= 89,8% memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan mesin T1= 42,8% dan mesin T3= 15,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaturan kelembaban yang optimal untuk menghasilkan DOD dengan kualitas respon aktivitas (reflex) yang baik yaitu 75%. Apabila kelembaban diturunkan (mesin T1) atau dinaikkan (mesin T3) maka akan menghasilkan DOD yang lemah. Aktivitas DOD yang baik merupakan hasil dari pembentukkan kerangka tulang selama dalam kerabang berjalan sempurna. Menurut Decuypere, (1984), kerangka yang terbentuk merupakan hasil dari penyerapan kalsium dari kerabang. Penyerapan kalsium tersebut dipengaruhi oleh kelembaban mesin tetas sebagai perantara sirkulasi udara dan suhu dari proses penguapan air dari dalam kerabang, terutama pada fase tiga hari terakhir. Kondisi tubuh yang tidak sempurna dan bahkan menghasilkan DOD dengan respon lemah diakibatkan oleh ketersediaan air yang berlebih dan kekurangan kadar air dalam kerabang. Respon lincah DOD menandakan bahwa tulang terbentuk dengan sempurna. Sirkulasi udara selama fase 3 hari terakhir menentukan kelincahan aktivitas DOD. Kelembaban yang tinggi menyebabkan DOD menjadi gemuk dan basah, sehingga kesulitan untuk bergerak. Rendahnya kelembaban mesin tetas membuat embrio menjadi lengket, dan ketika menetas anak itik yang dihasilkan menjadi kerdil, lemah dan pucat akibat dehidrasi (Preez, 2007). 6.
Total Pasgar Score Kualitatif Anak Itik Lokal (Anas Sp.) Penentuan kualitas DOD dilakukan untuk menentukan apakah DOD memiliki kualitas
yang baik untuk diternakan atau untuk dijual, dan menentukan apakah proses penetasan berjalan dengan optimal atau tidak. Data total nilai Pasgar Score dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Data Total Pasgar Score Anak Itik Lokal (Anas Sp.) Mesin
Total Nilai Pasgar Score
Persentase Nilai Pasgar Score
T1
349
82%
T2
624
90,4%
T3
94
72%
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa
Berdasarkan data pada Tabel 7, total nilai Pasgar Score DOD pada mesin T2= 624 dengan persentase 82% memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan mesin T1= 349 dengan persentase 90,4% dan mesin T3= 94 dengan persentase 72%. Data tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan kelembaban 75% (T2) dapat menghasilkan banyak DOD dengan kualitas baik.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah: -
Pada perlakuan kelembaban 70% (T1) didapat total nilai Pasgar Score sebesar 349 dengan persentase 83% dari 42 ekor DOD yang menetas.
-
Pada perlakuan kelembaban 75% (T2) didapat total nilai Pasgar Score sebesar 624 dengan persentase 90% dari 69 ekor DOD yang menetas.
-
Pada perlakuan kelembaban 80% (T3) didapat total nilai Pasgar Score sebesar 94 dengan persentase 72% dari 13 ekor DOD yang menetas
SARAN Seleksi secara kualitatif dengan menggunakan penilaian pasgar skor mempermudah proses penilaian kualitatif DOD. Untuk menghasilkan kualitas DOD yang baik, dapat mengatur pola kelembaban mesin tetas 55% (hari ke 1-14), 65% (hari ke 15-25) dan 75% pada fase hatcher (hari ke 26-28). UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing utama Ir. Dani Garnida, MS. Dan dosen pembimbing anggota Prof. Dr. Ir. Tuti Widjastuti, MS. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...............................................................Andira Bram Falatansa DAFTAR PUSTAKA Boerjan, M. (2002). Programs for Single Stage Incubation and Chick Quality. Avian and poultry Biology Reviews, 13: 237-238. Decuypere, E. 1984. Incubation Temperature in Relation to Postnatal Performance in Chickens. Archiv for Experimentelle Veterinarmedizin. Decuypere, E. and V. Bruggeman, 2007. The endocrine interface of environmental and egg factors affecting chick quality. Poultry Science, 86.1037-1042. Fasenko, G. M., and E. E. O’Dea. 2008. Evaluating Broiler Growth and Mortality in Chicks with Minor Nevel Conditions at Hatching. Poult. Sci. 87: 594-597. Leksrisompong,N., Romero-‐Sanchez, H., Plumstead, W., P., Brannan, E., K. & Brake, J.2007. Broiler Incubation.1. Effectof elevated temperature during late incubation on body weight and organs of chicks. Poultry Science, 86: 2685-‐2691. Maatjens, C. M., I. A. M. Reijrink, R. Molenaar, C. W. van der Pol, B. Kemp, dan H. van den Brand. 2014. Temperature and CO2 During The Hatching Phase. I. Effect of Chick Quality and Organ Development. Poultry Science 93 : 645-654. Meijerhof, R. 2009. The influence of incubation on chick quality and broiler performance. Pages 167–170 in 20th Annual Australian Poultry Science Symposium. 9–11 February 2009. Sydney, NSW, Australia Ningtyas, M. S., Ismoyowati, Ibnu H. S. 2013. Pengaruh Temperatur Terhadap Daya Tetas Dan Hasil Tetas Telur Itik (Anas plathyrinchos). Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):347352 Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. Onbasilar, E. E.,O. Poyraz and E.Erdem.2007. Effect of Egg Storage Period on Hatching Egg Quality, Hatchability, Chick Quality, and Relative Growth in Pekin Ducks. Arch. Geflugelk., 71(4): 187-191. Parry B. Paimin. 2011. Mesin Tetas. Jakarta. Swadaya. Preeze, J.H.2007. The Effect of Different Incubation Temoeratures on Chick Quality. Thesis M.Phill Departement of Poultry Science, University of Stellenbosch. South Africa. Rahn, H., A. Ar, and C. V. Paganelli. 1979. How bird eggs breathe. Am. Sci. 240: 46–85. Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan Kartasudjana, R. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.Penebar Swadaya, Jakarta. Unandar, T. 1997. Menguak Misteri Ayam Kerdil. Poultry Indonesia.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11