Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
NILAI KUALITATIF ANAK ITIK LOKAL (Anas sp.) BERDASARKAN POLA PENGATURAN TEMPERATUR MESIN TETAS
QUALITATIVE VALUE LOCAL DUCKLING ( Anas sp. ) BASED ON PATTERNS OF TEMPERATURE CONTROL INCUBATOR Gina Supresyani*, Dani Garnida**, Andi Mushawwir** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas PeternakanUnpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas PeternakanUnpad e-mail:
[email protected] Abstrak Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai menetas. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan terhadap nilai kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 April–10 Mei 2015 di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang menggunakan 450 butir telur itik pajajaran dengan rataan bobot telur 60-70 gram. Penelitian menggunakan Uji Kruskal-Wallis dengan 3 perlakuan T1 (37,5ºC (hari 1-25) dan 37ºC (hari 26-28), T2 (37,5ºC (hari 1-21), 39,5ºC (hari 22-24) selama 3 jam per hari 37,5ºC (hari 25) dan 37ºC (hari 26-28) dan T3 (37,5ºC (hari 1-21), 40,5ºC (hari 22-24) selama 3 jam per hari, 37,5ºC (hari 25) dan 37ºC (hari 26-28).Penilaian kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) dilakukan setelah anak itik (DOD) menetas pada hari ke-28. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pola pengaturan temperatur mesin tetas terdapat perbedaan (P<0,05) terhadap nilai kualitatif anak itik lokal (Anas sp.)(aktivitas, mata, keadaan pusar dan kaki). Nilai kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) terbaik berdasarkan pola pengaturan temperature mesin tetas yaitu pada T2 dengan temperatur yang dinaikkan sebesar 39,5ºC dengan hasil tetas 19 ekor. Kata kunci : Temperatur, Penetasan, Nilai Kualitatif, Itik Pajajaran. Abstract Hatching is the process of development of the embryo in the eggs until they hatch. The research was conducted to determine the qualitative difference of the value of local ducklings (Anas sp.) based pattern setting incubator. The research was conducted on 11 April to 10 May 2015 in the Laboratory of the Faculty of Animal Production Poultry Padjadjaran University Sumedang using 450 eggs duck eggs Padjadjaran with the average weight of 60-70 gram.Research using the Kruskal-Wallis test with 3 treatments T 1 (37,5ºC (days 1-25) and 37ºC (days 26-28), T2 (37,5ºC (days 1-21), 39,5ºC (days 22-24) for 3 hours per day
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
37,5ºC (day 25) and 37ºC (days 26-28) and T3 (37,5ºC (days 1-21), 40,5ºC (22-24 day) for 3 hours per day,37,5ºC (day 25) and 37ºC (days 26-28).A qualitative assessment of local ducklings (Anas sp.)Is done after the ducklings (DOD) hatch in 28 days. Analysis statistical showed that the pattern of temperature control incubator are qualitative differences in the value of local duckling (activity, the eyes, navel and legs). Qualitative value duckling best locally based pattern of temperature control incubator is at T 2 with an elevated temperature of 39,5ºC with 19 hatching results. Keywords : Temperature, Hatching, Qualitative Value , Ducks Padjadjaran. Pendahuluan Itik adalah salah satu jenis unggas air (waterfowls)yang masuk dalam ordo Anseriformes(Srigandono, 1997). Nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha)atau Wild mallard.Wilayah penyebarannya sangat luas dibanding unggas yang lainnya karena itik dapat hidup normal baik didaerah subtropis (4 musim) maupun di daerah tropis. Wilayah penyebarannya sampai ke Afrika Utara bahkan sampai ke Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam (Murtidjo,2012). Itik lokal Indonesia dikenal sebagai itik Indian Runner (Samosir, 1993; Pingel, 2005). Beberapa bangsa itik lokal yang cukup dikenal antara lain itik bali (Suwindra, 1998), itik mojosari, itik magelang, dan itik tegal (Sopiyana dkk., 2006).Itik Pajajaran merupakan itik lokal Indonesia yang berasal dari Jawa Barat tepatnya di wilayah Bandung. Itik ini hasil dari persilangan antara itik Tasik (Itik Cihateup) dan itik Magelang. Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai menetas. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas(Yuwanta, 1993).Penetasan dengan mesin tetas juga dapat meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil tetapi memerlukan biaya dan perlakuan lebih tinggi dan intensif (Jayasamudera dan Cahyono, 2005). Suhu yang baik untuk pertumbuhan embrio adalah berkisar diantara 35 – 37º C. Hal yang dilakukan supaya embrio dapat berkembang dengan baik maka
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
suhu didalam ruang penetasan diatur dengan kisaran suhu 95–104ºF, untuk menjamin embrio mendapatkan suhu yang ideal untuk perkembangan yang normal (Jasa, 2006).Mesin tetas harus dipanaskan tiga jam sesbelum telur dimasukkan. Bak air/penampung air diisi dengan air bersih hingga penuh, hal ini dikarenakan agar mesin tetas siap digunakan. Pada suhu telah mencapai 38ºC, telur-telur dapat dimasukkan. Panas mesin tetas harus terjaga pada suhu 38-39ºC hingga akhir penetasan. Salah satu penyebab kegagalan dan kritis dalam proses penetasan itik adalah kelembaban mesin. Kelembaban dalam mesin tetas utamanya pada penetasan telur itik sangat diperlukan dan kelembaban udara dalam mesin tetas yang dianjurkan berkisar antara 60% - 70% (Subiharta, 2010). Secara umum, telur itik membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi dari telur ayam, oleh karena itu dapat dilakukan penyemprotan pada saat pemutaran telur, namun tidak sampe terlalu basah. Suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi kualitas telur yang berdampak pada kualitas hasil tetas telur tersebut (Prez, 2007; Aydin, 2013). Kelembaban yang terlalu rendah menghasilkan DOC yang kerdil karena terjadinya dehidrasi didalam telur yang menyebabkan albumen menjadi lengket. Kelembaban yang terlalu tinggi pun dapat menyebabkan hasil tetas yang kurang baik. Sifat kualitatif merupakan suatu sifat yang tidak dapat diukur dan suatu sifat dimana individu-individu dapat diklasifikasikan kedalam satu atau dua kelompok atau lebih, dimana pengelompokkan ini berbeda satu dengan lainnya. Terdapat metode scoring secara kualitatif, yakni Tona Score atau Pasgar Score. Penilaian kualitas itik yakni dapat menggunakan metode Tona Score. Di dalam metode scoring tersebut meliputi aktivitas, keadaan mata, navel atau pusar, dan kaki (Onbasilar dkk. 2007). Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) dan nilai kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) yang terbaik berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
Bahan/ Objek dan Metode Objek penelitian yang digunakan telur itik lokal sebanyak 450 butir, umur telur 1-3 hari dari induk yang berumur 9-12 bulan dengan bobot telur itik 59,5 70,8 gram. Penelitian yang dilaksanakan berupa penelitian eksperimen dengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis. Telur itik diberi tiga macam perlakuan perubahan temperatur yaitu T1(37,5ºC (hari 1-25) dan 37ºC (hari 26-28), T2(37,5ºC (hari 1-21), 39,5ºC (hari 22-24) selama 3 jam per hari 37,5ºC (hari 25) dan 37ºC (hari 26-28) dan T3 (37,5ºC (hari 1-21), 40,5ºC (hari 22-24) selama 3 jam per hari, 37,5ºC (hari 25) dan 37ºC (hari 26-28). Prosedur kerja yang telahdilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) TahapPersiapan Pemilihan telur tetas dengan berdasarkan bobot telur, keutuhan telur, kebersihan telur, umur telur dan umur induk, pembersihan telur tetas untuk menghilangkan kotoran yang menempel di permukaan telur untuk mencegah kontaminasi mikroba, penomoran telur untuk memudahkan pengamatan, fumigasi mesin tetas dengan menggunakan Formalin dan KmnO4 dengan perbandingan 2 : 1, persiapan mesin tetas seperti mengatur suhu inkubasi mencapai 37,5ºC dan kelembaban ruang penetasan hingga telur dimasukkan dan memanaskan (Warming up) selama 2 jam, memasukkan telur itik yang telah di pilih kedalam mesin tetas. 2) TahapPenelitian Telur dibagi menjadi tiga bagian yaitu masing-masing sebanyak 70 butir setiap perlakuan perubahan temperatur.Tiga mesin tetas dibagi 150 butir telur dari setiap perlakuan. Pengamatan yang dilakukan hanya 70 butir yang fertil pada candling hari ke-7.Telur yang telah dimasukkan kedalam mesin tetas mulai diputar pada hari ke-2 sampe hari ke-25. Frekuensi pemutaran sebanyak 24 kali per hari.Pola pengaturan temperatur (T) penetasan yang dilakukan adalah T 1
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
37,5ºC (hari 1-25) dan 37ºC (hari 26-28), T237,5ºC (hari 1-21), 39,5ºC (hari 2224) selama 3 jam per hari. 37,5ºC (hari 25) dan 37ºC (hari 26-28), T337,5ºC (hari 1-21), 40,5ºC (hari 22-24) selama 3 jam per hari, 37,5ºC (hari 25) dan 37ºC (hari 26-28).Kelembaban (RH) mesin tetas selama penetasan yaitu RH 55 % (hari 114), RH 65 % (hari 15-25), dan RH 75 % (hari 26-28).Pendinginan telur dimulai hari ke 15-28 dengan cara temperatur diturunkan menjadi 32ºC selama 15 menit setelah temperatur stabil selama 15 menit setelah temperatur stabil, kemudian dinaikkan kembali ke temperatur awal dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore. Telur di candling pada hari ke-3, 7, 21 dan 25 untuk mengetahui telur yang fertil. Peubah yang diamati diantaranya yaitu aktivitas, mata, keadaan pusar dan kaki. Penilaian kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) dengan sistem pasgar skor dapat di lihat pada tabel yang telah tersedia sebagai berikut : Tabel 1. Alokasi skor untuk berbagai parameter: Parameter
Karakteristik
Skor
Aktivitas
baik (lincah)
6
buruk (lemah)
0
terbuka dan cerah
16
terbuka dan tidak cerah (agak sayup)
8
tertutup
0
tertutup dan bersih
12
tertutup dan kotor
6
tidak tertutup dan kotor
0
kaki dan jari normal
16
satu kaki yang terinfeksi
8
dua kaki yang terinfeksi
0
Mata
Pusar
Kaki
(TONA, dkk 2003)
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
Hasil dan Pembahasan Nilai Kualitatif (Aktivitas) Anak Itik Lokal (Anas sp.) Rataan
nilai
kualitatif
(aktivitas)
pada
anak
itik
lokal
(Anas
sp.)berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Uji Kruskal-Wallis disajikan pada Tabel 3. Tabel 3.Data Nilai Kualitatif (Aktivitas) Anak Itik Lokal (Anas sp.) menggunakan Uji Kruskal-Wallis Satu Arah. Mesin Rata-Rata Nilai Signifikansi Aktivitas T1 6 a T2 6 a T3 5,14 b Keterangan : Rata-rata nilai kualitatif (aktivitas) anak itik lokal (anas sp.) menunjukkan perbedaan yang nyata. Thit > Ttabel, tolakH0 , terima H1. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kisaran rataan nilai kualitatif (aktivitas) pada anak itik lokal (Anas sp.) T1=6, T2=6 dan T3=5,14, ini menunjukkan bahwa nilai rataan T1 dan T2 lebih tinggi dibandingkan T3. Berdasarkan hasil analisis statistik, nilai kualitatif (aktivitas) anak itik lokal (Anas sp.) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas. Aktifitas DOD hasil penetasan dengan menggunakan pola pengaturan temperatur T3 tampak lebih rendah dibandingkan yang lainnya. Hasil penelitian Van Der Pol dkk. (2014) menunjukkan kecenderungan peningkatan dimensi tulang DOC yang ditetaskan dengan temperatur yang lebih tinggi dari yang lainnya. Hasil penelitian yang lain menunjukkan penurunan bobot badan tetas dengan meningkatnya temperatur mesin tetas. Bila dikaitkan dengan hasil penelitian Matatjens dkk. (2014) yang menunjukkan penurunan hypatic glycogen dan bicarbonat (HCO3-) selama masa penetasan dengan temperatur yang tinggi, serta peningkatan laktat. Maka dapat diinterpertasikan bahwa aktifitas yang rendah tersebut dapat dimungkinkan oleh perkembangan tulang yang cepat tidak diikuti dengan massa
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
otot (tampak dengan rendahnya bobot tetas), dan rendahnya sumber energi dari glikogen hati. Nilai Kualitatif (Mata)Anak Itik Lokal (Anas sp.) Rataan nilai kualitatif (mata) pada anak itik lokal (Anas sp.)berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Uji Kruskal-Wallis disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data Nilai Kualitatif (Mata) Anak Itik Lokal (Anas sp.) menggunakan Uji Kruskal-Wallis Satu Arah. Mesin Rata-Rata Nilai Mata Signifikansi T1 T2 T3
16 15,57 16
a b a
Keterangan : Rata-rata nilai kualitatif (mata) anak itik lokal (Anas sp.) menunjukkan perbedaan yang nyata Thit > Ttabel, tolak H0, terima H1. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kisaran rataan nilai kualitatif (mata) pada anak itik lokal (Anas sp.) T1=16 dan T3=16 lebih tinggi dibandingkan T2=15,57.Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaannilai kualitatif (mata) (P<0,05) anak itik lokal (Anas sp.) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas. Kondisi mata yang baik dengan pola pengaturan temperatur yang lebih tinggi dan tanpa penambahan temperatur, dapat dipengaruhi oleh konsentrasi mineral yang beperan dalam sistem syaraf yaitu K+ (Moran, 2007 dan Maatjens dkk., 2014). Lebih lanjut Maatjens dkk. (2014) mengemukakan bahwa kalium merupakan salah satu mineral penting dalam inpuls syaraf. Impuls yang baik membangun respon jaringan yang baik. Diketahui bahwa mata terdiri dari banyak syaraf efferent yang bermuara di belakang retina (Yair dkk., 2012). Nilai Kualitatif (Pusar)Anak Itik Lokal (Anas sp.) Rataan nilai kualitatif (pusar) pada anak itik lokal (Anas sp.)berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Uji Kruskal-Wallis disajikan pada Tabel 5.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
Tabel 5. Data Nilai Kualitatif(Pusar)Anak Itik Lokal (Anas sp.) menggunakan Uji Kruskal-Wallis Satu Arah. Mesin Rata-Rata Nilai Signifikansi Pusar T1 10,8 a T2 10,42 b T3 9,42 c Keterangan : Rata – rata nilai kualitatif (pusar) anak itik lokal (Anas sp.) menunjukkan perbedaan yang nyata .Thit > Ttabel, tolak H0, terima H1. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa kisaran rataan nilai kualitatif (pusar) pada anak itik lokal (Anas sp.) T1= 10,8 lebih tinggi dibandingan dengan T2= 10,42 dan T3= 9,42. Berdasarkan hasil analisis statistik nilai kualitatif (pusar) anak itik lokal (Anas sp.) menunjukkan bahwa terdapat perbedaannilai kualitatif(P<0,05) anak itik lokal (Anas sp.) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas. Peningkatan temperatur tampaknya tidak meningkatkan kualitas ekstrior pusar. Nilai kualitatif pusar seiring dengan meningkatnya temperatur dalam pola pengaturannya, juga secara signifikan menurunkan kualitas pusar terhadap DOD yang menetas. Tidak sempurnya perkembangan jaringan pusar merupakan dampak terhadap meningkatnya laju oksidasi protein dalam temperatur yang tinggi (Maatjens dkk., 2014) dan oksidasi lipid (Van der Pol dkk., 2014) dalam cadangan yolk. Fakta ini menyebabkan pembentukan jaringan pusar tidak bertumbuh sempurna. Diketahui bahwa jaringan otot terdiri dari asam-sam amino dan lipid. Nilai Kualitatif (Kaki)Anak Itik Lokal (Anas sp.) Rataan nilai kualitatif (kaki) pada anak itik lokal (Anas sp.)berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Uji Kruskal-Wallis disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Data Nilai Kualitatif (Kaki)Anak Itik Lokal (Anas sp.) menggunakan Uji Kruskal-Wallis Satu Arah. Mesin Rata-Rata Nilai Kaki Signifikansi T1 T2 T3
16 16 16
a a a
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
Keterangan : Rata-rata nilai kualitatif (kaki) anak itik lokal (Anas sp.) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata Thit ≠ Ttabel, H0 diterima,H1 ditolak. Berdasarkan Tabel 6 dan hasil analisis statistik dapat dilihat bahwa rataan nilai kualitatif (kaki) anak itik lokal (Anas sp.) T1,T2 dan T3mempunyai nilai rataan yang sama. Nilai kualitatif (kaki) anak itik lokal (Anas sp.) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata nilai kualitatif (P>0,05) anak itik lokal (Anas sp.) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas tetapi semua hasilnya baik keadaan kaki dan jari normal. Hasil-hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan perkembangan kaki yang lebih baik dengan temperatur mesin yang normal (tampa penambahan) dan dengan penambahan temperatur (Van der Pol dkk., 2014). Leksrisompong dkk. (2007) mengemukakan penambahan temperatur tampaknya meningkatkan metabolisme kalsium dan phospor dengan diaktifkannya provitamin D yang berperan dalam menstimulan sintesis protein pembawa kalsium, sehingga serapan kalsium yang tinggi menyebabkan perkambangan meta tarsus lebih baik. Ini berdampak terhadap penampilan kaki anak itik yang menetas lebih baik.
Simpulan Terdapat perbedaan terhadap nilai kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin. Nilai kualitatif anak itik lokal (Anas sp.) terbaik berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas yaitu padaT2 dengan temperatur yang dinaikkan sebesar 39,5ºC dengan hasil tetas 19 ekor.
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iwan Hadiana, S.Pt. selaku laboran di Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran yang telah mendampingi selama penelitian.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
Daftar Pustaka Jasa, L. 2006. Pemanfaatan Mikrokontroler Atmega 163 Pada Prototipe Mesin Penetasan Telur Ayam. Teknologi Elektro. Vol 5 No.1 Januari-Juni 2006. Jayasamudera, D. J dan B. Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta. Leksrisompong,N., Romero--‐Sanchez, H., Plumstead, W., P., Brannan, E., K. & Brake, J.(2007) Broiler Incubation.1. Effectof elevated temperature during late incubation on body weight and organs of chicks. Poultry Science, 86: 2685--‐2691. Maatjens, C. M., I. A. M. Reijrink, R. Molenaar, C. W. van der Pol, B. Kemp, dan H. van den Brand. 2014. Temperature and CO2 During The Hatching Phase. I. Effect of Chick Quality and Organ Development. Poultry Science 93 : 645-654. Moran, E. T. Jr. 2007. Nutrition of The Developing Embryo and Hatchling. Poultry Science 86 : 1043-1049. Murtidjo, B.A. 2012. Mengelola Itik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Onbasilar, E. E.,O. Poyraz and E.Erdem.2007. Effect of Egg Storage Period on Hatching Egg Quality, Hatchability, Chick Quality, and Relative Growth in Pekin Ducks. Arch. Geflugelk., 71(4): 187-191. Preeze, J.H.2007. The Effect of Different Incubation Temoeratures on Chick Quality. Thesis M.Phill Departement of Poultry Science, University of Stellenbosch. South Africa. Samosir, D.J. 1993. Ilmu Ternak Itik . PT. Gramedia.Jakarta. Sopiyana, S., A.R. Setioko, dan M.E. Yusnandar. 2006. Identifikasi sifat-sifat kualitatif dan ukuran tubuh pada itik Tegal, itik Magelang ,dan itik Damiaking. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. hlm. 123-130. Srigandono, B., 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10
Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.) ................................................ Gina Supresyani, dkk.
Subiharta, 2010. Manajemen penetasan telur itik Tegal. Bahan pelatihan pada kegiatan FEATI (Famer Emprowement Trought Agricultural Teghnology and Inovation). Suwindra, I.N. 1998. Uji tingkat protein pakan terhadap kinerja itik umur 16-40 minggu yang dipelihara intensif pada kandang tanpa dan dengan kolam. Disertasi Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tona K., Bamelis F., De Ketelaere B., Bruggeman V., Moraes V.M.B. , Buyse J., Onagbesan Decuypere E., 2003 – Effects of egg storage time on spread of hatch, chick quality, and chick juvenile growth. Poultry Science 82, 736-741. Yair, R., Z. Uni, dan R. Shahar. 2012. Bone Characteristics of Late-Term Embryonic and Hatchling Broilers : Bone Development Under Extreme Growth Rate. Poultry Science 91 : 2614-2620. Yuwanta.T. 1993. Perencanaan dan Tata Laksana Pembibitan Unggas. Inseminasi Buatan pada Unggas.Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11