Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2015 Vol. 4 No.1 Hal : 49-55 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp
NILAI EKONOMI KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN PERIKANAN DI KECAMATAN PRINGKUKU, KABUPATIN PACITAN, JAWA TIMUR (Coastal Area Economic Value for Fishing Activities In The Watukarung Village, Pringkuku Sub-District, Pacitan Regency, East Java) Ani Rahmawati1*, Ahmad Fachrudin2, dan Fredinan Yulianda2 1Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km.4, Pakupatan Serang 2Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Jl. Agahthis Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 *Korespondensi :
[email protected] Diterima: 20 April 2015 / Disetujui: 28 Mei 2015 ABSTRACT One of the coastal areas in Pacitan, East Java, which is used for fishing activities is the Pringkuku Sub-district. There is a Fish Landing Place (TPI Watukarung) to land the catch of fishermen with the activity of fishing is limited in a small scale, using traditional fishing gear still (example nets and fishing rods). Has not carried out a detailed study to assess the conditions, potential and existing fisheries management in coastal areas Pringkuku Sub-district. If the utilization can be optimized it will contribute to the welfare of fishermen and communities around the region. The aim of this study is to analyze the level of area utilization of the economic value of coastal area in District Pringkuku are used for fishing activities and fisheries management strategy in sustainable coastal areas Pringkuku Subdistrict. Calculation of economic value areas used for fishing activities carried out by using analysis Effect on Production (EOP). The analysis showed that the actual economic value of fisheries in the village Watukarung Rp 26.510.238.840/ha/tahun. This value is approximately 17.93% of the value of fishery production Pacitan. Fisheries management strategies that can be done is repair of fishing vessels, improvement of skills in the processing of fishery products and the development of marketing of fishery products. Keywords: Economic value, Effect on Production, fishery, fisheries management. ABSTRAK Salah satu kawasan pesisir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan adalah Kecamatan Pringkuku. Terdapat Tempat Pendaratan Ikan (TPI Watukarung) untuk mendaratkan hasil tangkapan nelayan dengan kegiatan perikanan tangkap yang masih terbatas dalam skala kecil, menggunakan alat tangkap yang masih tradisional (misalnya jaring dan pancing). Selama ini belum dilakukan penelitian yang mendetail untuk mengkaji kondisi, potensi dan pengelolaan perikanan yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku. Apabila pemanfaatan dapat dioptimalkan maka akan berkontribusi terhadap kesejahteraan nelayan, dan masyarakat sekitar kawasan. Adapun tujuan
50
RAHMAWATI ET AL.
JIPP
dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat pemanfaatan kawasan dari nilai ekonomi kawasan pesisir di Kecamatan Pringkuku yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dan menyusun strategi pengelolaan perikanan di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku yang berkelanjutan. Penghitungan nilai ekonomi kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dilakukan dengan menggunakan analisis Effect on Production (EoP). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai ekonomi perikanan aktual di Desa Watukarung sebesar Rp 26.510.238.840/ha/tahun. Nilai tersebut sekitar 17,93% dari nilai produksi perikanan Kabupaten Pacitan. Strategi pengelolaan bidang perikanan yang dapat dilakukan yaitu perbaikan armada perikanan, peningkatan keterampilan dalam pengolahan hasil perikanan dan pengembangan pemasaran hasil perikanan. Kata kunci: Effect on Production, nilai ekonomi, pengelolaan perikanan, perikanan. PENDAHULUAN Salah satu kawasan pesisir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan adalah Kecamatan Pringkuku yang memiliki panjang garis pantai 15,779 km. Karakteristik wilayah pesisirnya terdiri atas pantai pasir putih dengan batuan karst yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Terdapat Tempat Pendaratan Ikan (TPI Watukarung) untuk mendaratkan hasil tangkapan nelayan. Kegiatan perikanan tangkap yang masih terbatas dalam skala kecil, dengan menggunakan alat tangkap yang masih tradisional (misalnya jaring dan pancing). Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan wilayah di kawasan ini antara lain adanya konflik pemanfaatan wilayah, isu dan permasalahan biofisik (abrasi, kerusakan sumberdaya), keterbatasan aksesibilitas dan masalah perikanan (keterbatasan kemampuan nelayan lokal). Pengelolaan perikanan memiliki hubungan dengan komponen biologis, sosial, dan ekonomi perikanan (Costanza et al. 1999;. Garcia dan Cochrane, 2005 dalam Bacalso et al. 2013). Dimensi ekologi mendukung aktivitas manusia melalui arus barang dan jasa dimana pada saat yang sama, aktivitas manusia dapat memberikan dampak pada struktur ekologi (Bacalso et al. 2013).
Selama ini belum dilakukan penelitian yang mendetail untuk mengkaji kondisi, potensi dan pengelolaan perikanan yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku. Apabila pemanfaatan dapat dioptimalkan maka akan berkontribusi terhadap kesejahteraan nelayan, dan masyarakat sekitar kawasan. Pemanfaatan potensi perikanan (tangkap) yang dilakukan oleh masyarakat masih bersifat tradisional dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum dengan mengesampingkan aspek kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Pola pemanfaatan seperti ini dalam jangka panjang akan memberikan ancaman terhadap keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan di Kecamatan Pringkuku. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas masalah zona pesisir sangat penting adanya integrasi antara studi sosial ekonomi dan lingkungan (Santos et al. 2005). Konsep pengelolaan perikanan kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku secara terpadu dan bertanggungjawab dalam penyusunannya diperlukan data yang akurat terkait pemanfaatan potensi eksisting dan nilai ekonomi perikanan. Pemahaman mengenai sistem sosialekologi yang kompleks dapat membantu untuk menganalisa masalah lingkungan dengan lebih baik, tetapi tidak cukup untuk mengatasinya. Pemangku kepentingan perlu mendapatkan motivasi
Vol. 4, 2015
Nilai Ekonomi Kawasan Pesisir
dalam mengambil tindakan. Partisipasi pemangku kepentingan dalam pengelolaan pesisir terpadu tidak hanya sebagai sumber informasi, tetapi pelaku aktif dan terlibat dalam pengambilan keputusan (Vugteveen et al. 2015) Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana tingkat pemanfaatan dari nilai ekonomi kawasan pesisir di Kecamatan Pringkuku yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dan bagaimana strategi pengelolaan perikanan di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku yang memperhatikan kelestarian keberlanjutan sumberdaya dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pemanfaatan kawasan dari nilai ekonomi kawasan pesisir di Kecamatan Pringkuku yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dan menentukan strategi pengelolaan perikanan di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku yang berkelanjutan.
observasi lapang. Wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling yang terdiri dari penduduk sekitar, nelayan, dan petugas TPI. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi, kebijakan pengelolaan, isu-isu serta permasalahan yang terjadi. Sumber data sekunder yang dikumpulkan berupa buku penunjang, laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, serta bentuk-bentuk artikel dan jurnal. Jenis data yang dikumpulkan dari sumber tersebut antara lain peta lokasi, jumlah penduduk, jumlah nelayan, hasil tangkapan, pendapatan nelayan, dan data pendukung lainnya.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di pesisir Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada bulan April 2012 sampai Juli 2012. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari berbagai fenomena di lapangan, baik berasal dari kuisioner, pengamatan langsung dan sebagainya yang mencerminkan kondisi kawasan. sementara itu data sekunder dapat diperoleh dari beberapa pustaka penting yang dapat menunjang kelengkapan data penelitian (Yulianda et al. 2010). Data primer terdiri atas keadaan umum lokasi, kebijakan pengelolaan perikanan, isu-isu dan permasalahan yang terjadi. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer selama penelitian adalah wawancara dan
51
Analisis Data Nilai-nilai ekonomi terkait dengan sumberdaya ekosistem yang tergantung pada preferensi konsumen dan perubahan mungkin terjadi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar (Pinto et al. 2013). Penghitungan nilai ekonomi kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dilakukan dengan menggunakan analisis Effect on Production (EoP). Data yang dibutuhkan untuk penghitungan EoP terdiri atas data primer dan sekunder (Tabel 1). Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan survei pustaka dari beberapa data statistik yang relevan. Beberapa site survey kemudian dilakukan untuk mengestimasi nilai langsung (rapid rural appraisal) yang difokuskan pada nelayan dan pelaku ekonomi lainnya. Selanjutnya dilakukan wawancara yang mendalam dengan panduan kuisioner.
52
RAHMAWATI ET AL.
Tabel 1 Jenis dan sumber data untuk Effect on Production (EoP). No
Kebutuhan Data
Jenis Data
1
Hasil penangkapan ikan Harga produk Pendapatan Tipologi sosek responden Frekuensi/ upaya tangkap per tahun Produksi total kawasan per tahun (ikan, udang, dll) Jumlah pemanfaat kawasan (nelayan)
Primer, sekunder
Teknik Pengum pulan Survei, literatur
Primer Primer Primer
Survei Survei Survei
Primer, sekunder
Survei, literatur
Sekunder
Literatur
2 3 4 5 6
7
Primer, sekunder
Survei, literatur
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Perikanan Produksi perikanan di Kecamatan Pringkuku yang didaratkan di TPI Watukarung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun (Tabel 2). Produksi perikanan yang dihasilkan berasal dari nelayan tradisional dengan trip penangkapan harian (one day fishing). Lama trip penangkapan yang dilakukan dalam sehari kurang lebih enam jam. Tabel 2 Jumlah produksi perikanan tangkap Kecamatan Pringkuku Tahun 2005-2011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Produksi tangkapan (kg) 212.115 308.484 326.685 374.561 406.560 331.982 224.105
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan (Kabupaten Pacitan) 2011
Fluktuasi hasil tangkapan di Kabupaten Pacitan dan Kecamatan Pringkuku cukup berbeda (Gambar 1). Produksi perikanan Kabupaten Pacitan
JIPP cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sedangkan di Kecamatan Pringkuku mengalami peningkatan dan penurunan.
Gambar 1 Fluktuasi produksi perikanan di Kabupaten Pacitan dan Kecamatan Pringkuku (DKP Kabupaten Pacitan 2011, diolah). Peningkatan produksi perikanan di Kabupaten Pacitan dipengaruhi oleh hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Tamperan. Armada penangkapan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Tamperan tidak hanya berasal dari Pacitan, namun juga dari berbagai wilayah di luar Pacitan seperti Sulawesi dan Cilacap dengan ukuran kapal yang lebih besar, daerah penangkapan yang lebih luas dan peralatan yang lebih modern. Daerah penangkapan ikan nelayan di Kecamatan Pringkuku sebagian besar di sekitar perairan Watukarung dan Srau dengan jarak tempuh singkat dan trip bersifat harian. Hal ini menyebabkan produksi di Kecamatan Pringkuku hanya mendukung sekitar 6% dari produksi perikanan di Kabupaten Pacitan. Penurunan kelimpahan dan kualitas sumber daya laut yang tertangkap ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang cepat di wilayah tersebut dapat meningkatkan tekanan pada ekonomi dan stabilitas sosial masyarakat pesisir, dan mengancam ketahanan pangan masa depan (Kronen et al. 2012). Kegiatan perikanan di Kecamatan Pringkuku ditunjang dengan dibangunnya TPI Watukarung. Penjualan hasil tangkapan tidak dilakukan dengan
Vol. 4, 2015
Nilai Ekonomi Kawasan Pesisir
sistem lelang, namun langsung dijual ke tengkulak setelah dilakukan penimbangan. Kondisi TPI Watukarung dan beberapa hasil tangkapan ditunjukkan pada Gambar 2.
maupun penambahan kapal yang dilakukan oleh pemilik perahu (juragan).
(a)
(b)
(c)
(d)
53
Gambar 2 TPI Watukarung dan beberapa hasil tangkapan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di Kecamatan Pringkuku terletak di muara sungai untuk memudahkan pendaratan ikan dan penambatan kapal penangkapan. Jenis kapal yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan terdiri atas perahu motor tempel dan perahu tanpa motor (Gambar 3). Perahu motor tempel yang digunakan terdiri atas tiga jenis, yaitu perahu jukung, bercadik dan tanpa cadik. Sementara itu untuk perahu tanpa motor hanya ada satu jenis yaitu perahu dayung. Perahu motor tempel (bercadik) memiliki panjang 9 meter, lebar 1 meter dan kedalaman 0,60 meter. Perahu tersebut mampu menampung 3-4 orang. Perahu motor tempel (tanpa cadik) memiliki panjang 5,5 meter; lebar 1,1 meter dan dalam 0,4-0,5 meter. Perahu tanpa cadik mampu menampung 2-3 orang. Perahu motor tempel (jukung) memiliki panjang 4 meter; lebar 0,7 meter dan kedalaman 0,3 meter. Perahu jukung mampu menampung dua orang. Perahu tanpa motor (dayung) memiliki panjang 3,0-3,5 meter; lebar 0,5-0,6 meter dan kedalaman 0,20-0,25 meter. Perahu dayung hanya mampu menampung satu orang Jumlah kapal mengalami kenaikan dari tahun ke tahun (Tabel 3). Pada tahun 2011 jumlah kapal sama dengan tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah nelayan dari tahun ke tahun (Tabel 4)
Gambar 3 Perahu motor tempel: (a), perahu bercadik, (b) perahu tanpa cadik, (c) perahu jukung, (d) perahu tanpa motor : Jumlah nelayan di Kecamatan Pringkuku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut disebabkan datangnya nelayan dari daerah lain yang melakukan kegiatan penangkapan di wilayah perairan Watukarung. Selain itu, anggota keluarga (anak) dari nelayan tersebut sebagian besar mengikuti orangtuanya untuk menjadi nelayan. Tabel 3 Jumlah kapal perikanan di Kecamatan Pringkuku Tahun 2003-2010 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jenis Kapal (Unit) Tanpa Motor tempel motor 3 75 5 101 5 106 5 77 5 103 5 177 5 215 5 218 5 218
Sumber: DKP Kabupaten Pacitan 2012
54
RAHMAWATI ET AL.
JIPP
Tabel 4 Jumlah nelayan di Kecamatan Pringkuku Tahun 2003-2010 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah nelayan 598 628 619 619 619 619 673 681 681
Sumber: DKP Kabupaten Pacitan 2012
Kenaikan jumlah nelayan dari tahun ke tahun berpengaruh terhadap jumlah alat tangkap yang ada sehingga jumlahnya juga mengalami peningkatan (Tabel 5). Jenis alat tangkap dominan yang digunakan oleh nelayan adalah gillnet dan pancing. Umumnya dalam satu kapal nelayan mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap yang disesuaikan dengan musim ikan yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan agar nelayan tetap memperoleh pendapatan dari hasil melaut sepanjang tahun. Tabel 5 Jumlah alat penangkapan ikan Kecamatan Pringkuku Tahun 2010 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jaring (unit) 30 19 17 223 202 180 164 164
Jenis alat tangkap Pancing Bubu (basket) (unit) 761 550 403 557 403 255 103 16 403 750 410 300 416 273 416 270
Gillnet (unit) 1.595 1.477 1.479 1.400 1.350 1.300 1.150 1.150
Sumber: DKP Kabupaten Pacitan 2012
Nilai Ekonomi Perikanan Nilai ekonomi perikanan aktual di Desa Watukarung sebesar Rp. 26.510.238.840/ha/tahun. Nilai tersebut sekitar 17,93% dari nilai produksi perikanan Kabupaten Pacitan. Ukuran
armada penangkapan yang masih terbatas (kecil) menyebabkan nelayan hanya melakukan penangkapan di sekitar pantai dan tidak mampu menjangkau perairan yang lebih jauh. Daya jelajah yang rendah tersebut penyebab ketergantungan nelayan yang tinggi pada pola musim penangkapan yang terjadi. Pada saat musim barat, nelayan umumnya tidak dapat melakukan operasi penangkapan karena kondisi angin dan gelombang yang besar sehingga pendapatannya menjadi menurun. Selain berprofesi sebagian nelayan, sebagian kecil nelayan tersebut juga memiliki aktivitas lain seperti bertani dan beternak. Hasil bertani/beternak tersebutlah yang digunakan nelayan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari ketika musim barat tiba. Kebijakan kelautan menargetkan langkah-langkah pengentasan kemiskinan memerlukan pemahaman konteks lokal dan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kemampuan dan kemauan individu dalam melakukan aktivitas yang menjadi mata pencahariannya (Slater et al. 2013). Nilai ekonomi perikanan di kawasan pesisir Desa Watukarung dapat ditingkatkan namun tetap dapat dipertahankan dengan perikanan skala kecil. Pemanfaatan potensi perikanan dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan sumberdaya dan lingkungan dapat ditempuh dengan meningkatkan kemampuan (kapasitas) tangkap nelayan melalui peningkatan ukuran armada perikanan dan introduksi teknologi penangkapan ikan yang lebih produktif. Belum berkembangnya usaha pengolahan hasil perikanan di kawasan ini juga menjadi salah satu kendala dalam pemanfaatan potensi perikanan. Pengembangan usaha pengolahan ikan menjadi berbagai produk melalui program pelatihan pembuatan nugget, bakso, kerupuk, masakan dari hasil laut akan memberikan pendapatan tambahan bagi keluarga nelayan. Melalui
Vol. 4, 2015
Nilai Ekonomi Kawasan Pesisir
pengembangan jejaring pemasaran yang baik dan luas maka produk ikan dan olahan hasil perikanan yang dikembangkan oleh masyarakat setempat dapat menjadi produk unggulan daerah sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan
Kronen M, Pinca S, Magron F, McArdle B, Vunisea A, Vigliola L, Kulbicki M, Andrevouet S. 2012. Socioeconomic and Fishery Indicators to Identify and Monitor Artisanal Finfishing Pressure in Pasific Island Countries and Territories. Ocean & Coastal Management (55): 63-73. Pinto R, de Jonge VN, Neto JM, Domingos T, Marques JC, Patricio J. 2013. Towards a DPSIR Driven Integration of Ecological Value, Water Use and Ecosystem Service for Estuarine Systems. Ocean & Coastal Management, (72): 64-79. Santos IR, Friedrich AC, WallnerKersanach M, Fillmann G. 2005. Influence of Socio-economic Characteristics of Beach Users on Litter Generation. Ocean & Coastal Management (48): 742-752. Slater MJ, Mgaya YD, Mill AC, Rushton SP, Stead SM. 2013. Effect of Social and Economic Drivers on Choosing Aquaculture as aCoastal Livelihood. Ocean & Coastal Management (73): 22-30. Vugteveen P, Rouwette E, Stouten H, van Katwijk MM, Hanssen L. 2015. Developing Social-ecological System Indicator Using Group Model Building. Ocean & Coastal Management (109): 29-39. Yulianda F, Fahrudin A, Adrianto L, Hutabarat AA, Harteti S, Kusharjani, Kang HS. 2010. Kebijakan Konservasi Perairan Laut dan Nilai Valuasi Ekonomi. Pusdiklat Kehutanan, SECEM. Bogor.
KESIMPULAN Kesimpulan Pemanfaatan perikanan di Pesisir Desa Watukarung baru mendukung sekitar 17,93% dari produksi perikanan Kabupaten Pacitan dengan nilai ekonomi perikanan sebesar Rp 26.510.238.840/ha/tahun. Strategi pengelolaan untuk dapat memanfaatkan potensi perikanan secara lestari dan berkelanjutan yaitu peningkatan kapasitas armada penangkapan, introduksi teknologi penangkapan yang lebih produktif, pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan dan membangun dan mengembangkan jejaring pemasaran hasil perikanan. DAFTAR PUSTAKA Bacalso RTM, Juario JV, Armada NB. 2013. Fishers’ Choice of Alternative Management Scenarios: A Case Study in The Danajon Bank, Central Philippines. Ocean & Coastal Management (84): 40-53 [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan 2011. Profil Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan. Pacitan. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan 2012. Profil Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan. Pacitan.
55