NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN INANGOINYA ( KAB. BOLAANG MONGONDOW
Monalisa Mokoagow 311 409 079 Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo 2014 Anggota penulis Dr.H.Moh.Karmin Baruadi,M.Hum Prof.Dr.Hj.Sayama Malabar,M.Pd Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan nilai(2)Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan struktur sastra lisan Inangoinya pada upacara adat Poki Insingogan (pembeatan), dan mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam sastra lisan Inangoinya pada upacara adat Poki Insingogan (pembeatan). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) dan bagaimana struktur sastra lisan Inangoinya pada upacara adat Poki Insingogan (pembeatan)? (2) nilai budaya apa saja yang terkandung dalam sastra lisan Inangoinya pada upacara adat Poki Insingogan (pembeatan)? Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskrpsikan nilai budaya dalam sastra lisan Inangoinya di Bolaang Mongondow Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Untuk mengumpulkan data, digunakan teknik rekam, teknik wawncara, teknik analisis data. (1) mentraskripsi data hasil rekaman (2) teknik Menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (3) teknik Menganalisis struktur dan nilai-niali (4)Menyimpulkan. hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Bolaang Mongondow kurang memahami nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Inangoinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Bolaang Mongondow Selatan terutama generasi muda tidak memahami nilai budaya.Hal tersebut terlihat jelas pada generasi muda yang sampai saat ini tidak ingin mengetahui nilai-nilai budaya dalam Sastra Lisan Inangoinya yang berhubungan dengan Inangoinya yang terdiri (1) nilai kepercayan (2) nilai diri sendiri, (3) nilai persaudaraan, (3) nilai kebersamaan. Kata Kunci:Struktur, nilai budaya, Inangoinya, Bolaang Mongondow
Pendahuluan Sastra lisan merupakan bagian dari karya sastra daerah yang diekspresikan oleh berbagai suku bangsa di Indonesia. Sastra lisan pada hakitatnya adalah tradisi lisan yang
dimiliki oleh sekelompok masyarakat tertentu. Keberdaannya diakui, bahkan sangat dekat dengan kelompok masyarakat yang memilikinya. Dalam sastra lisan, seringkali terungkapkan keadaan sosial budaya masyarakat, misalnya gambaran latar sosial budaya, serta sistem kepercayaan masyarakat. Sebagai modal budaya daerah, masyarakat Bolaang Mongondow memiliki sastra lisan, baik genre prosa maupun puisi. Sastra lisan Bolaang Mongondow adalah karya seni yang menggunakan bahasa Mongondow sebagai medium. Isinya berbicara tentang masyarakat, budaya Bolaang Mongondow, dan orang-orang yang hidup di Bolaang Mongondow dengan segala tingkah lakunya. Salah satu karya sastra lisan yang menggunakan bahasa Mongondow sebagai alat komunikasi adalah Inangoinya. Inangoinya
adalah syair sastra lisan yang
digunakan pada saat acara pembeatan bagi perempuan yang mendapatkan haid. Orang yang berhak menuturkan syair pada upacara Inangoinya adalah pemangku adat. Bagi masyarakat Bolaang Mongondow Selatan
proses pembeatan (Inangoinya)
berbeda dengan proses pembeatan di dearah lain seperti Bolaang Mongondow Selatan
daerah Gorontalo. Di Daerah
proses pembeatan Inangoinya, adalah perempuan yang
mendapatkan haid pertama datang ke rumah pemangku adat, dan yang hadir dalam pembeatan tersebut yaitu hanya orang yang bersangkutan dan tidak diperbolehkan orang lain masuk pada saat pemangku adat memberikan syair sesuai dalam sastra lisan Inangoinya. Saat pemangku adat menuturkan syair maka, perempuan tersebut harus duduk diam di tempat sambil kepala merunduk tanda untuk menghargai yang diberikan oleh pemangku adat. Posisi duduknya harus bertatapan dengan peangku adat, yang sedang
melakukan upacara
pembeatan Inangoinya, merupakan bagian dari upacara Poki Insingogan yang masyarakat Bolaang Mongondow wajib melakukannya upacara Poki Insingogan setiap daerah, termasuk Bolaang Mongondow. Tuturan dalam Inangoinya memiliki serangkaian struktur yang merupakan kesatuan dari beberapa unsur yang saling berhubungan dan saling mendukung dan membentuk suatu sistim. Perkembangannya tidak sepesat dahulu. Di antara masyarakat Bolaang Mongondow, terutama generasi muda Bolaang Mongondow Selatan, kurang peduli dan kurang berminat terhadap Inangoinya ini. Sebagian besar generasi muda di Bolaang Mongondow Selatan tidak mengetahui tentang isi dan nilai-niali yang terkandung dalam sastra lisan Inangoinya. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian generasi muda terhadap sastra lisan Inangoinya yang berkembang di daerahnya. Kondisi tersebut terbukti dari hasil studi awal dan wawancara peneliti dengan beberapa generasi muda. Jawaban para generasi muda kurang pasti pada saat
di tanya tentang pengetahuan mereka tentang sastra lisan Inangoinya. Padahal para generasi muda utamanya kaum perempuan
telah melewati upacara Pembeatan (Inangoinya).
Mencermati kondisi seperti yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sastra lisan Inangoinya pada upacara adat Poki Insingogan. Melalui struktur dan nilai budaya, supaya sastra lisan ini dapat di lestarikan dan berkembang. Ketertarikan peneliti meneliti sastra lisan Inangoinya, karena sastra lisan ini sebagai wujud aspek nilai budaya Bolaang Mongondow. Tidak semua individu atau masyarakat Bolaang Mongondow mengenal sastra lisan Inangoinya tersebut. Mengingat pentingnya permasalahan ini, perlu kiranya dilakukan penelitiannya mengenai Nilai Budaya Dalam Inangoinya (pembeatan) Bolaang Mongondow. (1) Hakikkat Sasastra Lisan, Hutomo (1991:1), menyatakan bahwa sastra yang mencakup ekspresi warga terhadap suatu kebudayaan
yang disebarkan dan dituturkan secara lisan (dari mulut ke
mulut). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Endraswara (2008:151) bahwa sastra lisan adalah karya yang penyebarannya dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Dalam sastra lisan akan didapatkan berbagai gambaran keadaan pola hidup masyarakat pada zaman sastra itu diciptakan karena dalam karya sastra akan selalu mereflesikan pola hidup masyarakatnya. Melalui karya sastra tersebut, dapat dilihat gambaran kehidupan masyarakat pada saat sastra itu diciptakan. Oleh sebab itu lebih tepat jika sastra itu dikatakan sebagai rekaman yang selalu mencerminkan kehidupan masyarakatnya (Zaidan 2002 :26). Hal ini senada dengan pernyataan Zaimar (dalam Yundiafi, dkk, 2000:1) bahwa dalam suatu karya sastra terpancar pemikiran, kehidupan, dan tradisi suatu masyarakat. (2) Struktur Sastra, Menurut Heda Jason (dalam Nani Tuloli 2000:116) bahwa struktur suatu ragam sastra lisan, seperti dongeng, adalah organisasi yang terdiri dari dua unsur utama. Unsur pertama ialah struktur teks, yang menyangkut susunan kata, ciri-ciri prosidik, gaya, bahasa, bunyi dan unsur kedua
struktur plot atau jalan cerita
yang menyangkut urusan
peristiwa.Struktur sastra lisan ini adalah Tema dan amanat struktur sastra lisan sama-sama bermuara pada pengalaman menghayati tentang dalam penelitian yang berhubungan dengan tema dan amanat yang masih berhubungan dengan struktur dalam sastra lisan. Struktur hendaknya memaparkan tentang tema yang dikaji dalam sebuah sastra lisan yang menjadi suatu penelitian yang masih berhubungan tentang amanat,dan tema. (3) Nilai Budaya, Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Dari
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh sistem gagasan, rasa, tindakan baik yang dituangkan dalam sebuah karya maupun tradisi sebuah masyarakat mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan. Pengungkapan nilai-nilai budaya bukan bagian demi bagian, tetapi menempatkan tuturan sastra lisan tersebut sebagai kesatuan yang utuh. Menurut Tarno ( 1998:10) nilai-nilai budaya adalah sebagai berikut (a)Nilai budaya hubungan kepercayaan (b)Nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri (c)Nilai budaya hubungan persaudaraan (d)Nilai budaya hubungan kebersamaan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menggunakan teori unsur-unsur sastra dan nilai budaya Waluyo (1987:72-134) membagi struktur puisi menjadi dua macam, yakni struktur fisik dan struktur batin .(a) Struktur Fisik Struktur fisik yaitu struktur yang nampak dari luar sebuah karya sastra. Menurut Waluyo (dalam Kosasih, 2012:97-109) unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut. . Diksi (Pemilihan Kata), Pengimajinasian, Kata Konkret (Kata Nyata). Bahasa Figuratif (Majas), Versivikasi (Rima, Ritma) (b)Struktur Batin Struktur batin
meliputi
sebagai berikut. Tema, Perasaan (feeling), Nada dan Suasana, Amanat (Pesan), Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan.Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan nilai. (b) tujuan khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan struktur sastra lisan Inangoinya (pembeatan), Mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam sastra lisan Inangoinya
pada upacara
adat Poki Insingogan
(pembeatan)
Metode Penelitian Lokasi penelitian adalah Bolaang Mongondow Alasan peneliti memilih lokasi itu dengan beberapa pertimbangan, yaitu keadaan atau situasi di lingkungan mendukung untuk di lakukan penelitian karena sastra lisan Inangoinya berasal dari daerah Bolaang Mongondow Selatan, sebagian besar penduduk masih menggunakan sastra lisan ini. Penelitian ini di lakukan selama tiga bulan mulai bulan Oktober sampai Desember
2013. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan rekaman dan wawancara. Data tersebut
dianalisis dengan cara mentraskripsi data hasil rekaman, menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dan menganalisis struktur dan nilai-nilai budaya Inangoinya.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh struktur (tema dan amanat) dan nilai budaya yang terkandung dalam sastra lisan Inangoinya pada upacara adat Pokinsingogan di Desa Toabayagan Bolaang Mongondow Selatan. Adapun struktur dan nilai budaya tersebut diuraikan berikut ini. Tema Syair Inangoinya yang ditemukan dalam penelitian ini bervariasi. Hal
ini terkait
dengan siapa yang menuturkannya. Penutur 1 berbeda dengan penutur II begitu pula seterusnya. Dalam penelitian ini melibatkan 4 informan, maka dalam penelitian ini terdapat 4 variasi yakni sebagai berikut. Na’aa iko bo inangoiny Yo tonga’pa doman popodiugnya Kon barakat Bo dia’pa doman Mokodoludub koiniy bo seluruh bisa moro lagui yo dia’ Pa doman mokororiga koiniya Bo salalu mosambayang mohon koinia Iko na’aa bo mulai don Mongikuti kon jaman monimu Tonga’padoman mokouli’yobayat Eta mopiya kon sagala pergaulannya
Mo iko alus minta noko ontong Adi’ tana’anya koyokogot Insingogan Yo dulupa ontoontongan ka asi’ompu’ Minta tana’a sin na’aa sia bo ianngoinya don Dika pa tonga’ popobiar mako
sekarang kamu sudah (akil balik) dekatkan berkahnya jangan sakitkan dirinya dari penyakit seluruh penyakit menjauhb darinya yang membuatnya tersiksa selalu memohon kepadanya kamu sekarang sudah mulai mengikuti jaman kalian juga mendapatkan teman yang baik semua pergaulannya
kalian par roh juga melihat anak ini sementara di beri nasihat tolong lihat kasihan cucu kalian ini karena ia sudah mendapat haid. jangan biarkan dia
Pada bait ketiga di atas terdapat tema belas kasihan. pemangku adat berusaha untuk meminta belas kasihan pada para roh untuk selalu melihat keadaan perempuan yang sedang melaksanakan upacara Poki insingogan. Dari ketiga bait di atas bertemakan permohonan kebaikan diri perempuan.Hal ini ditunjukkan oleh isi syair yang dari awal sampai akhir berisi permohonana kepada allah Maha Pencipta agar
perempuan yang semntara di beat ini sealau didekatkan barohkahnya, di jauhkan dari segala penyakit, tidak membuat hidupnya tersiksa dan tidak membuatnya seperti orang gila.
Pada bait pertama mengangkat tema tentang kebaikan. Untuk perempuan yang sedang melaksanakan upacara Poki Insingogan Iko na’aa bo mulai don Mongikuti kon jaman monimu Tonga’padoman mokouli’yobayat Eta mopiya kon sagala pergaulannya
kamu sekarang sudah mulai mengikuti jaman kalian juga mendapatkan teman yang baik semua pergaulannya
Pada bait yang kedua tentang pergaulan perempuan agar saat bergaul hati-hati untuk mencari teman yang hanya memanggil ke pergaulan yang tidak baik. Muda-mudahan na’a odi-odiku koinimu Saat iko inangoinya yo iko harus doman mopercaya Kon langit bo buta’ kon dunia na’aa Bo sia doman nopotundu ia kondalan kon biagan Bomopo duduy kon onu in igumonmu koinia
muda-mudahan nasihat yang diberikan kepadamu saat kamu haid dan kamu harus percaya juga langit dan bumi yang di ciptakan. juga memberikan jalan kehidupan dengan mengabulkan apa yang kau minta kepadanya
Syair yang dituturkan di atas yang terdiri dari 3 bait bertemakan kebaikan dalam Poki Insingogan(pembeatan). Hal ini ditunjukkan oleh isi syair di atas, yang dari awal sampai akhir berisi kebaikan bagi perempuan yang sedang melakukan upacara Poki Insingogan (pembeatan) ini. Agar selalu mendengar apa yang dibicarakan oleh pemanku adat untuk, mencega nama baiknya dan bergaul yang baik jangan sampai tersesat ke jalan yang tidak di inginkan. Pada bait yang kedua adanya amanat untuk lebih berhati-hati dalam bergaul dan mengingatkan kepada perempuan agar mencari teman yang baik yang membawa kepergaulan yang baik. Muda-mudahan na’a odi-odiku koinimu Saat iko inangoinya yo iko harus doman mopercaya Kon langit bo buta’ kon dunia na’aa Bo sia doman nopotundu ia kondalan kon biagan
muda-mudahan nasihat yang diberikan kepadamu saat kamu haid dan kamu harus percaya juga langit dan bumi yang di ciptakan. juga memberikan jalan kehidupan
Bomopo duduy kon onu in igumonmu koinia
dengan mengabulkan apa yang kau minta kepadanya
Bait ketiga amanat untuk mengingat nasehat agar selalu percaya apa yang diciptakannya karena Tuhan, lah yang memberikan segalanya. Dari tiga bait di atas amanat yang terdapat dalam syair yang di tuturkan oleh pemangku adat yang kedua adalah amanat tentang kebaikan diri seseorang untuk selalu berhati-hati agar mendapatkan jalan yang baik.
Amanat pada syair pertama yang terdiri dari 3 bait yakni setiap bait mempunyai amanat masing – masing. Na’aa iko bo inangoiny sekarang kamu sudah (akil balik) Yo tonga’pa doman popodiugnya Kon barakat dekatkan berkahnya Bo dia’pa doman Mokodoludub koiniy jangan sakitkan dirinya dari penyakit bo seluruh bisa moro lagui seluruh penyakit menjauhb darinya yo dia’ Pa doman mokororiga koiniya yang membuatnya tersiksa Bo salalu mosambayang mohon koinia selalu memohon kepadanya Amanat pada bait pertama hendaklah kehidupan kaum perempuan setelah di beat. Hendaklah terhindar dari ganguan pikiran penyakit,gila,tersiksa. Amanat tersebut terdapat pada bait kedua yakni sebagai berikut. Iko adi’ po indongog Laluat motayakkon singog in intau Lukadai in tangoimu sin demi bi’in kopiya’anmu
kamu harus mendengar jangan selalu mencari bahan bicara orang jagalah namamu karena demi kebaikanmu
Pada bait pertama terdapat amanat untuk menjaga sikap yang baik jangan sampai menjadi bahan bicara orang lain:
Nilai Budaya yang Berhubungan Dengan Kepercayaan Masyarakat Bolaang Mongondow percaya bahwa pad asetiap adat ada nilai budaya tentang meminta permohonan terhadap Tuhan, yang berkuasa menciptakan alam semesta dan kepercayaan terhadap para roh yang selalu di undang dalam setiap pelaksanaan upacra pembeatan.nilai budaya yang pertama kali di tuturkan yakni berbunyi Na’aa iko bo inangoiny Yo tonga’pa doman popodiugnya Kon barakat Bo dia’pa doman Mokodoludub koiniy bo seluruh bisa moro lagui yo dia’ Pa doman mokororiga koiniya Bo salalu mosambayang mohon koinia
sekarang kamu sudah (akil balik) dekatkan berkahnya jangan sakitkan dirinya dari penyakit seluruh penyakit menjauhb darinya yang membuatnya tersiksa selalu memohon kepadanya
Ompu’dia’padomamoko terganggu kon pikirannya Dia’padoman mokoterganggu kon badannya Dia’padoman moko terganggu kon kehidupanny Dia’pa doman moko darag-darag koiniya Dia’pa doman mo koaiaying koiniya
permintaan juga tidak terganggupikirannya tidak terganggu dirinya tidak juga terganggu kehidupannya tidak membuatnya sakit tidak juga membuatnya seperti orang gila
Mo iko alus minta noko ontong Adi’ tana’anya koyokogot Insingogan Yo dulupa ontoontongan ka asi’ompu’ Minta tana’a sin na’aa sia bo ianngoinya don Dika pa tonga’ popobiar mako
kalian par roh juga melihat anak ini sementara di beri nasihat tolong lihat kasihan cucu kalian ini karena ia sudah mendapat haid. jangan biarkan dia
Dari setiap bait syair di atas, memita kepada Tuhan, untuk perlindungan seseorang yang sedang melaksanakan upacara pembeatan. Pada bait ketiga kepercayaan bagi para roh untuk selalu menjaga cucu mereka agar tehindar dari segala hal- hal yang buruk. Nilai Budaya Berhubungan Dengan Diri Sendiri Maksud dari nilai buadaya di atas yaitu pemangku adat memberikan arahan kepada pelaksana pembeatan agar bisah menjaga diri mereka dari orang-orang yang ingin merusak nama baik mereka.
Iko adi’ po indongog Laluat motayakkon singog in intau Lukadai in tangoimu sin demi bi’in kopiya’anmu Iko na’aa bo mulai don Mongikuti kon jaman monimu Tonga’padoman mokouli’yobayat Eta mopiya kon sagala pergaulannya
kamu harus mendengar jangan selalu mencari bahan bicara orang jagalah namamu karena demi kebaikanmu kamu sekarang sudah mulai mengikuti jaman kalian juga mendapatkan teman yang baik semua pergaulannya
Iko na’aa bo mulai don Mongikuti kon jaman monimu Tonga’padoman mokouli’yobayat Eta mopiya kon sagala pergaulannya
kamu sekarang sudah mulai mengikuti jaman kalian juga mendapatkan teman yang baik semua pergaulannya
Muda-mudahan na’a odi-odiku koinimu Saat iko inangoinya yo iko harus doman mopercaya Kon langit bo buta’ kon dunia na’aa
muda-mudahan nasihat yang diberikan kepadamu saat kamu haid dan kamu harus percaya juga langit dan bumi yang di ciptakan.
Bo sia doman nopotundu ia kondalan kon biagan Bomopo duduy kon onu in igumonmu koinia
juga memberikan jalan kehidupan dengan mengabulkan apa yang kau minta kepadanya
Maksud dari syair di atas, sangat jelas adanya nasihat pemangku adat untuk kebaikan diri perempuan. Agar lebih tau cara bergaul yang baik dan bisah menjaga nama sebaik-baiknya.jangan berbuat sesuatu yang hanya merugikan dirinya.
Nilai Budaya Yang Berhubungan Dengan Persaudaraan Dari nilai budaya yang di atas, yaitu tentang hubungan perempuan yang setelah melaksanakan upacara pembetan, agar menjalin rasa persaudaraan antar sesama manusia baik persaudaraan dalam keluarga maupun dari luar keluarga.
Bo na’ aa iko no mangarti don ini kamu sudah mengerti Yo tatap lukadai in ikatan koi utatmu tetaplah jaga hubungan persaudaraanmu Bo bahasa koi utatmu tingka laku mu terhadap saudaramu Biar sia notugat ki ayi ayimu walaupun ia adikmu Biar sia ki guyaguyangmu walaupun ia kakakmu Yo tatap lukadai in pogogutat monimu dan tetaplah jaga persaudaraan kalian Dika sama skalai iko mongasar Kon gurangamu sin badia’pupuron Bo dika iko mobali’ adi’ modurhaka Bomo obak-obak koi nia.
Aka suatu saat iko mobali pemarentah Kon Bolaang Mongondow yopopo indongog Kon parentah Mo jujur kon rakyat Kon tumpala intau
jangan sekali kamu kasar kepada kedua orang tuamu karena akan mendapat ajab dan jangan kamu menjadi anak yang durhaka membentak-bentak kepadanya
kalau suatu saat kamu menjadi seorang pemerintah di Bolaang Mongondow mendengarkanperintahNya jujur kepada rakyat dan sesama manusia
Nilai budaya tentang persaudaraan tersebut di atas mengingatkan kepada kita bahwa, untuk mencegah persaudaraan kepada keluarga dan kepada sluruh masyarakat. Nilai Budaya yang Berhubungan Dengan Kebersamaan
Nilai budaya di atas, yaitu mencegah kebersamaan untuk saling membantu satu sama yang lain. Nilai budaya di atas dapat di uraikan di bawah ini. Tonga poguman koimonimu adi’ Tatap lukadai kebersamaan monimu dika tonga moropatoi bolukadai in lipu’ lopa’ in tobayagan
hanya inigin memberitahukan kepada anda tetap jagalah kebersamaan kalian jangan berkelahi jagalah desa dan kampung Tobayagan
aka mokoontong intau ta na’a nororiga kalau kamu melihat orang dika talaanmu jangan melihat begitu saja Iko harus momantung dunia kamu harus membantu Sin mobiag kon dunia Karena hidup di dunia Harus mobobantungan. Harus saling membantu
akuoi kon dunia ta na’aa salalu doman mopercaya Kon onu in pinomianya Bomopercya doman kon nasehat Kon bonu inangoinya Sin aka iko dia’ mopercaya Mobali’ adi’ moligai ligai
kita di dunia ini selalu juga percaya apa yang diciptakaNya percaya juga nasehat dalam upacara (pembeatan) karena kalau sampai kamu tidak percaya maka kamu akan menjadi seperti orang gila
Isi nilai budaya di atas, yaitu adanya saling membantu sesama manusia dan saling menjagah untuk kebaikan daerah Bolaang Mongondow dan selalu percaya syair yang terdapat dalam sastra lisan Inangoinya.(pembeatan)
Simpulan dan Saran Inangoinya adalah salah satu sastra lisan yang merupakan aset,budaya daerah, yang perlu diteliti dan dianalisis guna terungkap nila-nilai yang terdapat didalamnya,karena ternyata masih banyak masyarakat utamanya generasi muda belum memami nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Inangoinya. Sasatra Lisan Inangoinya adalah salah satu sastra lisan Bolaang Mongondow yang hingga saat ini masih dilestarikan oleh penduduk Bolaang Mongondow. sasstra lisan Inangoinya mempunyai kedudukan sebagai, nasehat, pada masyarakat Bolaang Mongondow, sastra lisan Inangoinya berbentuk syair,akan tetapi tidak terikat sebagaimana bentuk puisi lama yang terikat dalam jumlah bait,namun bahasa syair
berubah sesuai dengan bahasa yang yang disampaikan oleh pemangku adat. Ada yang menggunakan bahasa Bolaang Mongondow seluruhnya, Inangoinya memiliki kandungan nilai sastra budaya yang cukup kaya,dilihat dari aspek
strukturalnya (bahasa) dan dilihat
dari segi maknanya (rasa),sebab dalam syair Inangoinya itu menggunakan bahasa yang indah,jalinan cerita yang menarik yang cara pembacanya dapat di dengar dengan sangat bagus. Sekaligus berisi ajaran atau pun memiliki nilai budaya bagi masyarakatnya. Inangoinya ini sering dibawakan dengan iringan tangan yang digerakkan pada bagian tubuh seseorang yang sedang melakukan upacara Poki Insingogan,tema dan amanat di ambil dari nilai budaya dalam Inangoinya. Amanat yang terdapat pada Inangoinya keseluruhannya untuk kebaikan diri perempuan.Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut Inangoinya mengandung nilai-nilai yang berguna
dalam
kehidupan,maka diharapakan bagi masyarakat Bolaang Mongondow terutama generasi muda sebagi pewaris budaya. Agar dapat mempelajari dengan baik, Inangoinya adalah salah satu adat yang masih sangat berharga dan bernuansa islami serta memiliki nilai-nilai yang berguna dalam kehidupan,maka diharapkan pada masyarakat, tokoh agama, pemengku adat daerah, dan daerah pemerintah daerah untuk tetap melestarikannya agar tidak mengalami kepunahan, Diharapkan kepada pemerintah daerah, agar terus berupaya mengajak menggalang kepada kebudayaan daerah khusunya Inangoinya untuk dapat diteliti,dianalisi dan selanjutnya dikembangkan dan dilestarikan oleh generasi muda yang ada di daerah Bolaang Mongondow. DAFTAR PUSTAKA Didipu, Herman . Ilmu Sastra Teri dan Terapan.Surabaya: Angkasa Raya Endraswara, Suwardi. 2008.Metodologi Penelitian Sastra. FBS Universitas Yogyakarta Hutomo, suripan sadi. 1991. Mutiara yang terlupakan : pengantar studi sastra lisan surabaya : HISKI. Hutomo dan evi vianti. 2004. Mantra Muar Wanyek Analisis struktur fungsi.
Jakarta: pusat Bahasa. Koenjaraninggrat.1974. Kebudayaan,dan pembangunan Jakarta:Gramedia Mahsun. 1998. Nilai Budaya dalam sastra Lisan Sabu. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.