Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA MATERI PEMERINTAHAN PUSAT SISWA KELAS IV GUGUS VI DENPASAR UTARA Ni Wayan Sri Oktarini¹, I Kt. Adnyana Putra², I Made Putra³ 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail :
[email protected]¹,
[email protected]²,I Made
[email protected]³, Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis portofolio. siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di gugus VI Denpasar Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan Non Equivalen Control Group Design. Populasi yang dilibatkan adalah seluruh siswa kelas IV yang ada di Gugus VI Denpasar utara dan sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD N 4 peguyangan kangin sebagai kelompok kontrol sebanyak 47 orang dan SD N 7 peguyangan kangin sebagai kelompok eksperimen sebanyak 38 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar PKn pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen adalah tes objektif dengan tipe pilihan ganda. Kemudian data dianalisis menggunakan uji t. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas data dari kedua kelompok tersebut diperoleh data kedua kelompok normal. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t. Hasil analisis menunjukkan, thitung = 3,19, dengan derajat kebebasan (dk) 83 dan taraf signifikansi 5%. Diperoleh ttabel = 2,000 Berdasarkan hal tersebut, thitung > ttabel (3,19 > 2,000) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di gugus VI Denpasar Utara. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif berbasis Portofolio, model pembelajaran konvensional, hasil belajar. Abstract The purpose of this study was to determine differences in learning outcomes between students who take the Civics cooperative learning-based portfolio. students who take conventional learning in fourth grade student at North Denpasar cluster VI. This research is an experimental study with a research design that used non-equivalent control group design. Population is involved throughout the fourth grade students in Cluster VI north of Denpasar and samples from this study were all fourth grade students in elementary N 4 Peguyangan kangin as much as the control group and SD 47 N 7 Peguyangan kangin as many as 38 experimental groups. The instrument used to collect data Civics learning outcomes in the control group and the experimental group is an objective test with multiple choice type. Then the data were analyzed using t-test. Based on tests of normality and homogeneity of data from two groups of data obtained both the normal group. Hypothesis testing is done by t-test. The analysis showed, tcount = 3.19, with degrees of freedom (df) 83 and 5% significance level. Retrieved ttabel = 2.000 Accordingly, thitung > ttabel (3.19> 2.000) so that H0 is rejected and Ha accepted. It can be
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
concluded that there are differences in learning outcomes between students who take the Civics cooperative learning-based portfolios with students who take conventional learning in fourth grade student at North Denpasar cluster VI. Keywords: Portfolio-based models of cooperative learning, conventional learning models, learning outcomes.
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia berkualitas. Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Pendidikan juga memerlukan inovasiinovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam dunia pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasanya memperhatikan tiga alasan penting, yaitu efisien, efektif dan kenyamanan. Efisien maksudnya waktu yang tersedia bagi guru harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Efektif maksudnya pelajaran yang diberikan harus menghasilkan hasil yang bermanfaat bagi siswa atau masyarakat, sedangkan kenyamanan berarti sumber belajar, media atau alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rupa sehingga memberikan gairah belajar mengajar bagi siswa dan guru. Dalam meningkatkan hasil pendidikan diantaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Tersedia pada http://dedenbinlaode.blogspot.com/2010/0 1/penerapan-model-pembelajarankooperatif.html (diakses tanggal 30/12/2011). Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah guru di dalam mengajar, khususnya mata pelajaran PKn masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Guru seharusnya bisa memunculkan motivasi dari dalam diri siswa dan siswa menjadi lebih aktif. Padahal pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi. Sesuai dengan uraian di atas, permasalahan yang dihadapi beberapa sekolah pada mata pelajaran PKn adalah penyampaian materi yang dilakukan oleh guru kurang dapat ditangkap maksud dan tujuannya oleh siswa. PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Berdasarkan hal tersebut, guru harus menggunakan metode yang variatif dan merangsang keinginan siswa untuk belajar sehingga kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diinginkan dapat tercapai. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SD Inti gugus VI Denpasar
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Utara, yaitu kepala SD N 9 Peguyangan kangin pada tanggal 19 september 2012, menyatakan bahwa tiap-tiap sekolah pasti ada yang belum mencapai ketuntasan minimal. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Selain itu, hasil wawancara dengan guru kelas IV SD N 7 Peguyangan kangin pada tanggal 21 september 2012, menyatakan KKM mata pelajaran PKn adalah 60 dan ada 6 siswa yang belum mencapai KKM tersebut. Kriteria ketuntasan minimal merupakan salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi dengan menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. Tersedia pada http://www.sarjanaku.com/2011/01/kriteria -ketuntasan-minimal.html (diakses pada 31/3/2012). Untuk mencapai KKM yang diinginkan, guru harus mampu memotivasi siswa untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Guru bisa menggunakan berbagai variasi atau model pembelajaran yang ada untuk membuat siswa lebih aktif dan dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif berbasis Portofolio Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu bentuk dari praktik belajar, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Praktik belajar ini
dapat program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, mmberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah dan antar lingkungan masyarakat (http://Pengertian pembelajaran portofolio.html). Fajar (2004:47) menyebutkan pengertian portofolio sebagai berikut: Portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduanpanduan yang ditentukan. Panduanpanduan itu beragam tergantung pada mata pelajaran, biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dan satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara koperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Berbasis Portofolio Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivistik adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007:41). Menurut Depdiknas (2003:5) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Bern dan Erickson (2001:5) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 25 siswa, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman, agar kelompok kohesif, tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 siswa, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suyatno, 2009:51). Landasan Pemikiran Pembelajaran Kooperatif Berbasis Portofolio: Poedjiadi (1944:4) mengemukakan bahwa “dasar dari pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio adalah teori belajar Konstruktivisme, yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya”. Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme, bahwa dalam merancang sesuatu pembelajaran adalah anak-anak (siswa) metnperoleh banyak pengetahuan diluar sekolah (kelas). Pemberian pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan siswa untuk
mengkolaborasikannya. Dengan demikian pendidikan dalam hal ini pembelajaran hendaknya memperhatikan hal di atas dan menunjang proses alamiah ini. Sedangkan menurut Yager, (Hidayat, 1992; 16) dikatakan bahwa : Penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran, berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pembelajaran. Sebagai contoh isu atau masalah yang muncul digunakan sebagai dasar pembahasan, diskusi, dan investigasi kegiatan di dalam atau diluar kelas. Pembelajaran berbasis portofolio sangat memperhatikan dan bahkan melakukan hal tersebut dalam proses kegiatan belajar siswa. Berdasarkan konstruktivisme social yang dikemukakan oleh Vygotsky (dalam Poedjiadi, 1996) pada dasarnya memandang bahwa dengan mengadakan diskusi atau mendengar pendapat orang lain seseorang membentuk pengetahuan atau mengubah pengetahuan yang sebelumnya telah dimilikinya. Pembelajaran berbasis portofolio dapat juga dikatakan sebagai upaya mendekatkan siswa kepada objek yang dibahas secara langsung mencari informasi tentang hal yang dibahas ke alam atau masyarakat sekitarnya. Pada hakikatnya pembelajaran berbasis portofolio, di samping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman mental dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendirisendiri informasi yang diperolehnya. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok secara heterogen, melibatkan tanggung jawab kelompok dan memastikan semua anggota kelompoknya menguasai materi yang diajarkan oleh guru, kemudian siswa diberikan kuis dan mereka tidak boleh saling membantu.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Peranan Kooperatif Berbasis Portofolio dalam Pembelajaran Perlu dikemukakan bahwa portofolio sebagai model pembelajaran diadaptasi dari model “We the people... Project Citizet” yang dikembangkan oleh Center Civic Education (CCE) yang berkedudukan di Calabas, Amerika Serikat (Arni, 2005:46). Sampai saai ini telah diadaptasi oleh sekitar 50 negara termasuk Indonesia. Model ini bersifat generik-pedagogik, dan materinya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara. Portofolio berasal dari bahasa Inggris port yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekeriaan tertentu. Pengertian portofolio disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif, memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji. Portofolio sebenarnya diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjectif. Sebagai suatu wujud benda fisik itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pretest), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes awal (post-test), dan lain-lain. Dasim Budimansyah (2002) mengemukakan pandangan lain mengenai portofolio berikut ini: Sebagai suatu proses sosial pedadogis, portofolio adalah collection of learning experienceyan% terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun sebagai adjective, pada umumnya disandingkan dengan
konsep pembelajaran yang dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis portofolio (portfolio based learning) dan dapat disandingkan dengan konsep penilaian yang dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portfolio based assessment). Setiap portofolio memuat bahanbahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugastugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan. Tampilan portofolio berupa tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis, melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan. Secara utuh melukiskan “integrated learning experience” atau pengalaman belajar yang terpadu dan dialami oleh siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan. Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya/tugas-tugasnya. Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari Strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning'“' yang dikemas dalam model “Project” oleh John Dewey. Pengertian lain mengenai portofolio sebagaimana dikemukakan Collins (Susilo, 2003) bahwa portofolio adalah satu kumpulan bukti yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut Ibrahim (Nur, 2009:9) mengemukakan bahwa portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representatif menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Pembelajaran berbasis portofolio memberi keragaman dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
sumber belajar yang sesuai dengan landasan untuk menyusun (constructifism) fenomena alam/masyarakat/negara pada masing-masing siswa. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yakni berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia dan diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat serta makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Kansil, 1996). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005:34) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Somantri (2001:154) mengemukakan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Depdiknas (2005: 34) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi. Selain itu, pembelajaran PKn seharusnya dapat menumbuhkan gairah/semangat belajar yang dapat membentuk kepribadian yang baik, mandiri, dan bertanggung jawab. Tapi selama ini, pembelajaran PKn di SD hanya menggunakan metode ceramah dan sesekali diselingi tanya jawab. Hal ini menyebabkan siswa cenderurung bosan dan cepat mengantuk, apalagi pada saat jam-jam terakhir. Untuk mengatasi hal tersebut, sudah selayaknya dalam pembelajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Salah satu inovasi yang bisa dilakukan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio. Hasil penelitian Agustini (2011) menunjukkan bahwa penggunaan Model pembelajaran Berbasis Portofolio memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan menulis teks berita pada aspek menulis judul berita dan teras berita siswa. Hasil penelitian Rusdianto (2009) menunjukkan bahwa model pembelajaran dalam Berbasis portofolio pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi aspek afektif dan kognitif. Berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio terhadap hasil belajar PKn pada materi PKn siswa kelas IV SD gugus VI Denpasar Utara. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang dapat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan nilai moral bangsa Indonesia, dapat membentuk diri yang beragam, terampil, cerdas dan berkarakter sesuai dengan UUD 1945. Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan antara warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa (Sukaya, 2002:1). Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata, yaitu hasil dan belajar yang memiliki arti yang berbeda. Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguhsungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya. Gagne menyatakan belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannnya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi (Atmowidjoyo, 2009:75). Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Nasution (1995:25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengarahan, c) sikap dan cita-cita (dalam Sudjana, 2004:22). Menurut Nana Sudjana (1999:22) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Syuaeb Kurdi dan Abdul Aziz (2006:27) hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar pada hakikatnya perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 1989:3). Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn adalah perubahan perilaku atau kemampuan yang dimiliki siswa baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan setelah menerima pembelajaran PKn. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui pembentukan kelompok kecil dan bersifat heterogen dimana siswa belajar dan bekerja untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam kelompok terdapat kontrol dan fasilitas, serta tanggung jawab dari anggota kelompok. Adapun Keunggulan Model Pembelajaran berbasis portofolio yaitu : Menurut Ami Fajar (2005:45) yaitu: (a) Siswa berlatih memadukan antara prinsip
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan konsep yang diperoleh dan penjelasan guru atau dari buku/bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, (b) Siswa mampu mencari informasi di luar kelas, baik informasi berasal dan bundel bacaan, penglihatan, objek langsung, TV/radio (internet) maupun orang/pakar/tokoh, (c) Siswa dapat membuat altematif pemecahan masalah terhadap topik yang dibahas, (d) Siswa mampu membuat keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dan (e) Siswa mampu merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah. Pada dasamya portofolio sebagai model pembelajaran yang akan di lakukan dalam penelitian merupakan suatu usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar seperti mencari informasi, mengorganisir informasi, membuat laporan, menulis laporan yang dituangkan dalam pekerjaannya sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di gugus VI Denpasar Utara. METODE Dalam penelitian ini, penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling, yaitu random sampling sederhana (simple random sampling). Dalam simple random sampling terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan sampel, salah satunya adalah dengan cara undian. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menggunakan cara undian untuk menentukan sampel penelitian, yaitu mengundi kelas IV yang ada di gugus VI Denpasar Utara. Sehingga didapat, sampel dari penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD N 7 dan SD N 4 peguyangan Kangin. Jumlah siswa kelas IV SD N 4 Peguyangan Kangin adalah 47 orang, dengan jumlah siswa laki-laki 27 orang dan siswa perempuan 20 orang. Sedangkan jumlah siswa di SD N 7 Peguyangan Kangin adalah 38 orang, dengan jumlah siswa laki-laki 17 siswa dan siswa perempuan 21 siswa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang ada di Gugus VI Denpasar Utara Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa pilihan ganda yang diberikan pada akhir treatment untuk kelompok eksperimen dan untuk kelompok kontrol pada akhir penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum diberikan perlakuan baik terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol telah dilakukan uji penyetaraan kelompok dengan menggunakan uji t dimana nilai yang diuji adalah nilai ujian akhir semester genap mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD N 7 dan SD N 4 Peguyangan Kangin. Setelah dilakukan uji kesetaraan kelompok menggunakan uji T diketahui bahwa kedua kelompok tidak memiliki perbedaan atau kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Perlakuan diberikan selama 7 hari, untuk kelas eksperimen diberikan pembelajaran kooperatif berbasis Portofolio dan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional. Setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran berbasis Portofolio dilanjutkan dengan pemberian post-test terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data dilakukan pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bisa diuji lanjut menggunakan statistik parametrik atau tidak. Apabila sebaran data berdistribusi normal, maka bisa dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
statistik parametrik. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Kuadrat dengan rumus: = Ketentuan harga yang diperoleh akan dibandingkan dengan harga dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) = (k – 1) = (6 – 1) = 5 diperoleh = 11,07 dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut. a. Jika < , maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga sebaran data nilai postes siswa berdistribusi normal. b. Jika > , maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga sebaran data nilai postes siswa tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bisa diuji lanjut menggunakan statistik parametrik atau tidak. Apabila sebaran data berdistribusi normal, maka bisa dilakukan uji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Kuadrat dengan rumus: = Ketentuan harga yang diperoleh akan dibandingkan dengan harga dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) = (k – 1) = (6 – 1) = 5 diperoleh = 11,07
No.
Kelompok
N
1.
Eksperimen
47
2.
Kontrol
38
dk 83
Kriteria pengujian homogenitas, bila harga Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti varians homogen. Karena nilai Fhitung < Ftabel (1,60 < 1,65) maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, ini berarti varians data hasil belajar PKn antara kelompok eksperimen Berdasarkan hasil analisis uji-t, ditunjukkan thitung = 3,19, dengan derajat kebebasan (dk) 83 dan taraf signifikansi 5% maka diperoleh ttabel = 2,000 Berdasarkan hal tersebut, thitung > ttabel (3,19 > 2,000) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi, terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis Portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di gugus VI Peguyangan Kangin. Penerapan pembelajaran kooperatif berbasis Portofolio yang telah terbukti lebih baik penerapan dibandingkan pembelajaran konvensional harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam memfasilitasi dan membimbing murid serta keadaan murid yang tenang dan nyaman. Sehingga dalam penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta bisa dijadikan variasi dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari terdapatnya perbedaan perolehan rata-rata dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana perolehan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
S 64,63
16,24
54,21
12,84
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t yang telah dilakukan, diperoleh thitung sebesar 3,19 dan ttabel sebesar 2,000 dengan derajat kebebasan (dk) 83 dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hal tersebut, thitung > ttabel (3,19 > 2,000)
thitung
ttabel
3,19
2,000
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan, terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di gugus VI Denpasar Utara.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio, setelah diberi perlakuan selama 2 bulan memiliki skor rata-rata post-test 64,63 dengan standar deviasi 16,24. Sedangkan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki skor rata-rata post-test 54,21 dengan standar deviasi 12,84. Dapat dilihat, skor rata-rata post-test kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Berbasis portofolio relatif lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata post-test kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga dapat dikatakan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut terjadi karena pada model pembelajaran kooperatif Berbasis portofolio melatih siswa berpikir aktif, melatih kerjasama, dan menerapkan bimbingan oleh teman sebaya sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Dalam pembelajaran Berbasis Portofolio, anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran Berbasis portofolio lebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai kelompok eksperimen pada tabel kerja Chi-Kuadrat adalah 3,34 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 5, diperoleh = 11,07. Karena < (3,34 < 11,07) maka H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan sebaran data hasil belajar PKn kelompok eksperimen berdistribusi normal. Nilai kelompok kontrol pada tabel kerja Chi-Kuadrat adalah 3,63 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 5, diperoleh = 11,07. Karena < (3,63 < 11,07) maka H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan
sebaran data hasil belajar PKn kelompok kontrol berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan yang didapat adalah: Nilai rata-rata post-test kelompok eksperimen adalah 64,63, sedangkan nilai rata-rata post-test kelompok kontrol adalah 54,21. Dapat dilihat, nilai rata-rata post-test kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata post-test kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis uji-t, ditunjukkan thitung = 3,19 , derajat kebebasan (dk) 83 dan taraf signifikansi 5%. Diperoleh ttabel = 2,000. Berdasarkan hal tersebut, thitung > ttabel (3,19 > 2,000) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi, terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Berbasis Portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Berbasis portofolio memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensioinal. Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah: Bagi Sekolah Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal untuk menunjang proses pembelajaran agar siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk memaksimalkan materi pembelajaran yang terkait. Bagi Guru Guru hendaknya membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan dari berbagai informasi yang didapat dan mendorong keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menerapkan metode yang tepat dalam proses pembelajaran yang mampu memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar siswa. Bagi Siswa Siswa hendaknya berani menyampaikan pendapat pada saat diskusi. Siswa harus lebih serius dalam mengikuti pembelajaran dan mengikuti proses pembelajaran dengan narasumber dan sumber belajar yang baik agar pengetahuan yang didapat terserap secara maksimal. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain diharapkan nantinya saat melaksanakan penelitian lebih kreatif dan bervariasi dalam menerapkan strategi pembelajaran sehingga memberikan pengaruh yang lebih baik lagi terhadap hasil belajar siswa.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional Djamarah, S. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional Djarwanto. 2007. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta: Liberty Fathurrohman. 2011. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Nuha Litera Hamalik, O. 1986. Media Pengajaran. Bandung: Alumni IKIP
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, I. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Arends, R. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The Mc Graw-Hill Company Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta ………….... 1990. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Atmowidjoyo, S. 2009. Perencanaan Sistem Intruksional. Jakarta: Universitas Islam Bern, R.G. and Erickson, P.M. 2001. Contextual Teaching and Learning The Highlight Zone: Research @ Work No.5 (Online) Deden dalam http://dedenbinlaode.blogspot.com/ 2010/01/penerapan-modelpembelajaran-kooperatif.html (diakses tanggal 30/12/2011)
Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Kansil. 1996. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama Kurdi, S dan Abdul Aziz. 2006. Model Pembelajaran Efektif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Mahendra, E. 2009. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berfikir Divergen Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Marga” Proposal penelitian. Denpasar: IKIP PGRI Nasution. 1995. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Nur, M. 2000. Keterampilan Kooperatif. Surabaya: PSMS UNESA Rakhmat, C. 1999. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC Sanjaya dalam http://aadesanjaya.blogspot.com/20 11/03/pembelajaran-kooperatif-tipestad.html (diakses tanggal 30/12/2011) Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon Somantri, N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remadja Rosdakarya Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sukaya,
Z, dkk.2002. Kewarganegaraan. Paradigma
Sutama.
Pendidikan Yogyakarta:
2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Undiksha
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka ………. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Winarsunu, T. 2006. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Komalasari, K. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama Kurdi, S dan Abdul Aziz. 2006. Model Pembelajaran Efektif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Mahendra, E. 2009. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berfikir Divergen Siswa Kelas VI SMP Negeri 1 Marga” Proposal penelitian. Denpasar: IKIP PGRI