e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 8 SUMERTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Anak Agung Sri Krisna Dewi¹, DB. Kt. Ngr. Semara Putra², I Ketut Ardana³ 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas IV SDN 8 Sumerta melalui Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Model Discovery Learning Tahun Ajaran 2015/2016, (2) untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA pada siswa kelas IV SDN 8 Sumerta melalui Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Model Discovery Learning Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV semester II SDN 8 Sumerta sebanyak 36. Data penelitian tentang motivasi dan hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan tes hasil belajar IPA. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian pada motivasi belajar siswa menunjukkan persentase nilai rata-rata siklus I 73% berada pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82% berada pada kategori tinggi. Sementara, persentase nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan pada pra siklus sebesar 67% berada pada kategori sedang. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan sebesar 73% berada pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82% berada pada katagori tinggi. Ketuntasan belajar pada pra siklus 38% berada pada katagori rendah. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I mencapai 39% berada pada kategori rendah dan mengalami peningkatan pada siklus II mencapai 81% yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas IV SDN 8 Sumerta tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci : saintifik, discovery learning, motivasi belajar, hasil belajar pengetahuan IPA.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
ABSTRACT The goals of this research are (1) improve the motivation students in class IV SDN 8 Sumerta through the application scientific approach to the Discovery Learning Model academic year of 2015/2016, (2) to gain more knowledge on our study of physics students in class IV SDN 8 Sumerta through the application of scientific approach to the Discovery Learning Model academic year of 2015/2016. This reaearch is a class act that is done in two cycles. The subyek were students in class IV SDN 8 Sumerta, 36 students in total. Data result of the motivation and studying physics are collected by using the questioner test and result test of learning physics. Then the data were analyzed using statistic descriptive analysis method and quantitative descriptive statistic analysis method. Research of the result indicate the motivation students the average in the first cycle is 73% (currently on medium category), 82% (currently on higt category) in second cycles. The average value of learning outcomes for pre-cycles physic obtained 67% (currently on medium category). After the application of scientific approach to the Discovery Learning Model, the average learning outcomes reached 73% (currently on medium category), 82% (currently on hight category) in second cycle. Based on the results of that study can be concluded, the application of scientific approachto the Discovery Learning Model are improve the motivation and learning outcomes physic in class IV SDN 8 Sumerta. Key Word : scientific, discovery learning l, motivation, learning outcomes physic.
PENDAHULUAN Pembangunan Nasional dibidang pendidikan ialah upaya mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui proses pendidikan. Dengan demikian pembangunan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang memungkinkan warganya mengembangkan diri mampu memenuhi kebutuhan dirinya. Untuk mewujudkan pembangunan nasional dibidang pendidikan tersebut diperlukan suatu peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, tantangan global, serta kebutuhan pembangunan. Mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka disususlah suatu kurikulum, dalam perjalanannya kurikulum ini senantiasa mengalami perkembangan dan penyesuaian sesuai dengan kemajuan jaman. Seperti kita
ketahui bahwa pendidikan sebagai suatu system adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (UUSPN No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 3). Kurikulum merupakan salah satu indikator yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu pendidikan, oleh karena itu kurikulum harus dikelola secara baik dan professional. Karenanya dalm melaksanakan tugas, guru dituntut memiliki keterampilan professional yang tinggi dalam mengembangkan kurikulum. Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 diorientasikan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), ketermpilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Pembelajaran yang harus dikembangkan adalah pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu, bukan pembelajaran yang member tahu peserta didik. Pembelajaran yang 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mendorong siswa mencari tahu merupakan pembelajaran yang aktif dan konstruktif. Pembelajaran yang demikian membiasakan siswa untuk beraktivitas melakukan penelitian, pengamatan, observasi, eksperimen, maupun melakukan aktivitas pengumpulan informasi dari berbagai sumber melalui kegiatan wawancara atau kegiatan sejenis lainnya (Abidin, 2014:17-18). Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya menggunakan upaya dengan memilih pendekatan atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan motivasi dalam belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat belajar. Dalam hal ini guru sangat berperan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Tugas guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa. Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa. Pada saat pembelajaran guru harus memberikan pembelajaran motivasi
pada siswa, sehingga dengan bantuan motivasi tersebut siswa dapat keluar dari kesulitan belajar. Dalam pembelajaran bantuan guru harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Oleh karena itu kondisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diharapkan dapat mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Uno, 2011:23-24). Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran juga hanya diarahkan pada kemampuan siswa unttuk menghafal informasi dan mengingat berbagai informasi untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Permasalahan ini juga terjadi pada proses muatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di tingkat Sekolah Dasar (SD). IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Hakikat pembelajaran sains yang idefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat di klasifikasikan menjadi tiga ilmu yaitu: IPA sebagai produk, proses, dan sikap (Susanto, 2013:167). IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasikan oleh ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dilakukan dengan mengukur, mengamati, mengklasifikasikan dan menyimpulkan. IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang didapatkan dari hasil observasi dan eksperimen yang bersifat umum, Abdullah (2009:13 - 17) hasil observasi yang dilakukan di SDN 8 Sumerta khususnya di kelas IV pada mata 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) belum sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga perlu ditingkatkan kembali. Adapun permasalahan yang diperoleh dari informasi tersebut yaitu, dalam menyampaikan materi pelajaran guru kurang menggunakan media yang mendukung kegiatan pembelajaran. Guru kurang memahami tentang kurikulum 2013, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan maksimal. Hal ini menyebabkan siswa kurang memahami apa yang sedang dipelajari dan siswa enggan untuk bertanya meskipun mereka belum paham tentang apa yang disampaikan guru. Mereka cenderung diam dan bersikap tak peduli terhadap pelajaran. Selain itu kebiasaan siswa yang cenderung masih menunggu jawaban dan instruksi dari guru masih dibiarkan tumbuh dan berkembang pada diri siswa. Rendahnya hasil belajar pengetahuan menunjukkan motivasi belajar siswa masih kurang, hal ini karena dalam pembelajaran guru kurang memberikan bimbingan pada siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa diharapkan memiliki motivasi belajar yang baik agar dapat menyelesaikan persoalan dan pertanyaan yang berkaitan dengan mata pelajaran khususnya IPA, sehingga dapat berpengaruh pada ketercapaian maksimum pada hasil belajar pengetahuan IPA. Sejalan dengan hal tersebut di atas, peneliti diharapkan mampu mengaplikasikan kurikulum 2013 di dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut adalah pendekatan saintifik berbasis model discovery learning. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” Daryanto (2014:51). Sani ( 2014:50) menyatakan, Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan
metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilndasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan Metode ilmiah pasa umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber. Siswa harus dibekali dengan kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, belajar dari aneka sumber, belajar bekerjasama, beradaptasi, dan menyelesaikan masalah. oleh sebab itu, paragdima pembelajaran harus diubah karena pembelajaran tradisional yang fokus pada penguasaan materi tidak dapat digunakan untuk mempersiapkan siswa untuk berkompetisi pada masa depan. Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilanketerampilan ilmiah seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menunjang keberhasilan pendekatan saintifik memerlukan model pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan kualitas belajar dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu model discovery learnig. Kosasih (2015:83-84), mengemukakan Model discovery learning merupakan nama lain dari model pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan model ini merupakan bagian dari kerangka pendekatan sainstifik. Siswa tidak hanya disodori oleh sejumlah teori (pendekatan dedukatif) tetapi mereka pun berhadapan dengan sejumlah fakta (pendekatan induktif). Bentuk penemuan yang dimaksud tidak selalu identik dengan suatu teori ataupun benda sebagaimana yang biasa digunakan oleh kalangan ilmuwan dan professional dalam pengertian 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
sebenarnya. Penemuan yang dimaksud berarti pula sesuatu yang sederhana, namum memiliki makna dengan kehidupan siswa itu sendiri. Pembelajaran discovery ini mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kritis. Dalam hal ini guru berperan sebagai motivator, fasilitator, dan manager pembelajaran. Proses pembelajaran ini disebut sebagai student-centered dengan tujuan mengembangkan kompetensi siswa dan membantu siswa mengembangkan konsep pada diri siswa (self-concept). Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model discovery learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan masalah pada siswa terkait dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Siswa berusaha sendiri dalam menemukan soslusi dari masalah yang diberikan tersebut. Masalah yang diberikan kepada siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran dengan baik. Pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa mengembangkan konsep pada diri siswa (self-concept). Pembelajaran yang menuntut siswa aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Dengan mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya dengan berbagai percobaan yang dilakukan untuk dapat menemukan solusi permasalahan maka dalam muatan pelajaran IPA sangat menarik karena hasilnya dapat bermanfaat untuk peserta didik sendiri bahkan untuk masyarakat dimana mereka tinggal.
Motivasi belajar dan Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Kelas IV SDN 8 Sumerta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menerapkan Pendekatan Saintifik berbasis Model Discovery Learning. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2015/2016 yaitu pada bulan Februari. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas mellui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan siklus, prosedur PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 8 Sumerta tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa dan tingkat motivasi siswa dalam belajar. Apabila peneliti sudah mengetahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, maka peneliti menentukan rancangan tindakan berikut pada siklus kedua. Siklus kedua merupakan lanjutan dari siklus pertam, namun pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan untuk perbaikan dari hambatan dan kesulitan yang ditemukan dalam tindakan pada siklus pertama. Jika pelaksanaan siklus kedua telah selesai dilaksanakan, apabila peneliti belum merasa puas dengan hasil dari siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan ke dalam siklus ketiga, yang cara pelaksanaannya sama dengan siklus sebelumnya sampai peneliti benar-benar mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk merekam proses pembelajaran serta data yang diperoleh, akan ditunjuk teman sejawat sebagai observer yang telah diajak berdiskusi tentang rancangan penelitian yang akan dilaksanakan (Iskandar,2012:48). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah pernyataan dalam bentuk
METODE Lokasi atau tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yaitu di SDN 8 Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur. Subjek penelitian adalah suatu yang diteliti baik orang, benda ataupun lembaga (oranisasi), sehingga yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 8 Sumerta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 17 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
angket/kuesioner dan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Riduwan (2012:25-26) menyatakan bahwa angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. angket (kuesioner) adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan/ pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab sesuai dengan pengalamannya. Alat ukur motivasi belajar ini menggunakan skala tipe likert dengan 5 range jawaban dimuai (1) dari sangat setuju (SS), (2) setuju (S), (3) kurang setuju (KS), (4) tidak setuju (TS), (5) sangat tidak setuju (STS). Angket/kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam belajar. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar pengetahuan siswa digunakan tes. Wina (2014:251-252) menyatakan, tes merupakan instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran, misalnya untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam meguasai materi pelajaran tertentu, digunakan tes tertulis tentang materi pelajaran tersebut. Tes merupakan instrumen penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana data yang dihasilkanmelalui tes berupa angka-angka. Penggunaan tes sebagai instrumen dalam mendapatkan data yang akurat perlu disusun secara valid. Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut benar-benar
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui ketepatan tes dapat dilakukan dengan melakukan uji validitas isi. Pengujian validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan butir tes yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Pengujian validitas isi juga dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement).Terkait dengan hal itu, untuk kisi-kisi soal yang digunakan pada penelitian ini disusun dan dikonsultasikan dengan dosen IPA di lingkungan UNDIKSHA. Hal ini juga dinyatakan oleh Sudjana (2010:14), menyatakan bahwa “validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka”. Sedangkan Agung (2012:40), menyatakan dalam penskoran tes objektif, jawaban benar pada tiap butir tes/soal diberi skor 1 dan skor 0 untuk jawaban salah pada tiap butir tes/soal. Untuk menguji tes dilakukan validitas instrumen dengan ketepatan instrumen penilaian terhadap konsep konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya diukur. Setelah data dalam penelitian terkumpul, maka data tersebut selanjutnya akan dianalisis. Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuanlitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan pada bagian pendahuluan, dilaksanakanlah tindakan dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA. Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh tentang berhasil atau tidaknya penelitian yang telah dilaksanakan. Dalam penyajian hasil penelitian ini akan tergambar data yang telah dikumpulkan dengan metode dan teknik tertentu serta langkah-langkah yang dipakai untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian. Penelitian
ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana tiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes kemampuan motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA. Penelitian ini dilaksanakan melalui kolaborasi dengan guru kelas di kelas IV, dimulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan tindakan pada saat pembelajaran. Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan meliputi data motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas IV selama penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Kemudian data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang sudah ditetapkan. Pada refleksi awal dilakukan kegiatan penjajagan ke sekolah yakni melakukan wawancara dan observasi guna menemukan permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV, diperoleh gambaran secara jelas mengenai masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran tematik pada muatan pelajaran IPA di kelas IV. Selain wawancara peneliti juga mendapatkan informasi dari data nilai siswa pada muatan pelajaran IPA. Nilai ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar IPA sebelum tindakan sebagai skor awal dan guna untuk mengetahui skor kemajuan hasil belajar. Data ini digunakan untuk lebih menguatkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, bahwa dikelas tersebut kompetensi pengetahuan muatan pelajaran IPA siswa belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar pengetahuan pada muatan pelajaran IPA secara tidak langsung menunjukkan kurangnya motivasi belajar siswa. Hasil analisis pada refleksi awal sesuai dengan ketuntasan belajar pada kurikulum 2013 yakni 75 menunjukkan bahwa dari 36 orang siswa hanya 38% siswa berhasil mencapai kategori tuntas dan sebanyak 62% siswa berada pada kategori tidak tuntas. Artinya hanya 14 orang siswa yang berhasil memperoleh nilai ≥ 75, sedangkan sisanya yaitu 22 orang siswa memperoleh nilai ≤ 75. Berdasarkankan deskripsi proses dan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA siswa pada tema citacitaku, setelah diterapkannya pendekatan saintifik berbasis model discovery learning pada siswa kelas IV SDN 8 Sumerta. Penelitian yang dilakukan ini, sudah dikatakan berhasil dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan. Pada pelaksanaan siklus I belum mencapai hasil yang optimal dan belum memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan. Data motivasi pada tema citacitaku pada siklus I menunjukkan nilai rata-
rata yang diperoleh adalah 73. Bila dikonversikan ke tabel pedoman konversi PAP skala lima berada pada katagori sedang. Dikatakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan nilai rata-rata ada pada kategori “tinggi sampai sangat tinggi”. Dan ketuntasan belajar yaitu 41% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Hasil belajar pengetahuan pada siklus I juga belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan siswa mencapai 73. Apabila dikonversikan ke tabel pedoman konversi PAP skala lima maka nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan siklus I berada pada katagori sedang. Dikatakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan nilai rata-rata ada pada kategori “tinggi sampai dengan sangat tinggi”.Dan ketuntasan belajar yaitu 39% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Berdasarkan kekurangan yang ada pada siklus I yaitu (1) Pada saat guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya , masih banyak siswa yang takut untuk mengajukan pertanyaan karena tidak terbiasa berbicara di dalam kelas selama proses pembelajaran. (2) Motivasi siswa dalam belajar masih kurang . Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar hanyalah siswa yang memiliki kemampuan lebih dari siswa yang lainya. Sedangkan siswa yang masih memiliki kemampuan kurang motivasi belajarnya masih rendah hanya mengikuti proses pembelajaran tanpa adanya dorongan dalam dirinya untuk bertanya baik kepada guru maupun kelompoknya. (3) Kerjasama dalam kelompok masih kurang, hal ini disebabkan adanya siswa yang tidak mau berbagi kepada temanya karena merasa lebih pintar dari temanya. Pelaksanaan tindakan siklus II diupayakan untuk lebih baik lagi dan mengadakan perbaikan terhadap permasalahan yang muncul pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan siklus II, lebih diberikan motivasi dan bimbingan untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran melalui pemeberian 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kategori “tinggi” dan ketuntasan belajar yaitu 81%. Dilihat dari data tersebut, terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan siswa siklus I ke siklus II, dari kategori “sedang” menjadi “tinggi”. Peningkatan tersebut dikarenakan siswa terlihat mulai terbiasa untuk menjalani proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning pada siklus II. Motivasi siswa dalam belajar sudah mulai meningkat. Siswa juga terlihat aktif dalam diskusi, kreatif mengemukakan pendapat, serta bertanggung jawab untuk hasil diskusi kelompok mereka dalam pembelajaran. Peningkatan motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA siswa Kelas IV SDN 8 Sumerta dari siklus I sampai dengan siklus II dan peningkatannya dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.
penguatan terhadap hasil belajar siswa agar minat dan semangat belajar siswa dapat terpacu lebih maksimal. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan pada motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA tema citacitaku. Motivasi pada tema cita-citaku pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 73 dengan kategori “sedang” dan ketuntasan belajar 41%, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 82 dengan kategori “tinggi” dan ketuntasan belajar 83%, sehingga terjadi peningkatan motivasi pada tema citacitaku siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar pengetahuan IPA. Hasil belajar pengetahuan IPA siswa untuk siklus I diperoleh nilai rata-rata yaitu 73 dengan kategori “sedang” dan ketuntasan belajar yaitu 39%, sedangkan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata yaitu 82 dengan 90 80
82 82 81 73 73
70 60 50
42
39
40
motivasi belajar hasil belajar ketuntasan belajar
30 20 9
10
9
0 Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Grafik 01. Grafik Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SDN 8 Sumerta Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat telah terjadi peningkatan pada pemberian tindakan yag telah dilaksanakan baik pada motivasi , hasil belajar, dan ketuntasan klasikal. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II kriteria yang di harapkan dalam penelitian ini sudah tercapai. Hal ini
dapat dilihat pada data yang diperoleh, yakni motivasi belajar IPA siswa sudah mencapai presentase nilai rata-rata yang diharapkan yakni 82%. Bila dikonversikan kedalam tabel kriteria presentase berada pada interval 8089 pada kriteria “tinggi” dan hasil belajar pengetahuan IPA siswa sudah memperoleh
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
presentase nilai rata-rata 82% yang berada dalam interval 80-89 pada kriteria “tinggi”. Sedangkan ketuntasan klasikal sudah mencapai presentase yang diharapakan yakni ≥ 80%, pada siklus II mencapai 86%. Dari uraian yang telah di paparkan tersebut peningkatan hasil motivasi dan hasil belajar pengetahuan yang diperoleh pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya penelitian yang dilaksanakan ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dengan empat kali pertemuan dan siklus II dengan empat kali pertemuan. Peningkatan tersebut dikarenakan siswa terlihat mulai terbiasa untuk menjalani proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning pada siklus II. Siswa juga terlihat aktif dalam diskusi, kreatif mengemukakan pendapat, serta bertanggung jawab untuk hasil diskusi kelompok mereka dalam pembelajaran. Motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat lebih terlihat dari kepercayaan diri siswa yang mulai meningkat. Hasil penelitian dari penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA tema cita-citaku dapat dikatakan berhasil. Penelitian ini dapat dihentikan karena motivasi dan hasil belajar pengetahuan IPA tema cita-citaku sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning pada mata pelajaran IPA secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 8 Sumerta . Hal ini terlihat dari presentase niai rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I mencapai 73% yang berada pada kriteria sedang mengalami peningkatan sehingga mencapai presentase nilai rata-rata 82% pada siklus II yang berada pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning baik diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan simpulan tersebut, adapun saran yang disampaikan yaitu agar penelitian ini menjadi acuan bagi guru untuk mengatasi masalah yang dijumpai dalam proses pembelajaran di kelas, sebagai salah satu alternative dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning diharapkan diterapkan dalam mata pelajaran lainya yang telah disesuaikan dengan materi dan pokok bahasan tertentu yang akan diajarkan. Dikarenakan model pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Bagi Sekolah, diharapkan kepada sekolah untuk selanjutnya lebih menambah variasi media dalam proses pembelajaran agar lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan siswa. Bagi Siswa, diharapkan belajar dalam konteks yang bergam bukan hanya dinilai oleh guru tetapi siswa dapat terlibat secara langsung dalam pembelaaran melalui model discovery learning. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadika bahan banding dalam meneliti pendekatan saintifik berbasis model discovery learning dalam pembelajaran dengan tempat dan subjek yang berbeda.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data, Penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning pada mata pelajaran IPA secara efektif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 8 Sumerta. Hal ini terlihat presentase rata-rata motivasi belajar pada siklus I mencapai 73% yang berada pada kriteria sedang mengalami peningkatan sehingga mencapai presentase nilai ratarata 82% pada siklus II yang berada pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukan bahwa Penerapan pendekatan saintifik berbasis model discovery learning diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung : Refika Aditama Aly, Abdullah. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta : Kata Pena Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. Riduwan. 2012. Skala Pengukuran VariabelVariabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sani,
Ridwan. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2019. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta :Kencana Pranada Media Group. Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. . .
10