TESIS PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
TESIS PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI NIM 1291662026
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
i
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI NIM 1291662026
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 ii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 30 DESEMBER 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. NIP. 19670501 199203 2 002
Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak. NIP. 19730515 199903 2 003
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP 19641224 199103 1 002
NIP. 19590215 198510 2 001
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 22 Desember 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No:4454/UN14.4/HK/2014, Tanggal 11 Desember 2014
Ketua
:
Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi.
Anggota
:
Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak. Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak. Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE, MSi., Ak. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
:
Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani
NIM
:
1291662026
Program Studi :
Magister Akuntansi
Judul Tesis
Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi
:
dan
Asimetri Informasi pada
Akuntabilitas
Organisasi
dengan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Provinsi Bali)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Januari 2015
(Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Asimetri Informasi pada Akuntabilitas Organisasi dengan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)”. Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. sebagai Dosen Pembimbing Akademis sekaligus Pembimbing I beserta Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak. sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 2. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana. 3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. 4. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 5. Bapak Dr. I Gst. Wyn. Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 6. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 7. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini. 8. Bapak Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak., Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE, MSi., Ak., beserta Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.sebagai Penguji yang dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada penulis. 9. Pimpinan serta staf perguruan Tinggi Negeri di Bali yang telah bersedia memberikan data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 10. Orang tua tercinta, Ayah I Nyoman Abdi, SE, Mecom. dan Ibu Made Agiari SE,adikadik tersayang Ni Made Mega Abdi Utami, Komang Budi Abdi Wiguna dan Ketut Adyaksa Abdi Wibawa serta rekan terbaik dalam hal apapun Made Dion Adi Negara yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moral dan material kepada penulis. vi
11. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan khususnya Diah Anggreni, Astrid Krisdayanthi dan Cokorda Istri Juliana Dewi serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan XI dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam penulisan tesis ini.
Denpasar, 30 Desember 2014
Penulis
vii
ABSTRAK PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali) Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening. Studi empiris dilakukan pada empat Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali yaitu Universitas Udayana, Universitas Pendidikan Ganesha, Politeknik Negeri Bali, Institut Seni Indonesia. Metode pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 99 responden yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Partial Least Square. Hasil yang diperoleh ada 3. Pertama, keefektifan pengendalian internal berpengaruh pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Kedua, ketaatan aturan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Ketiga, asimetri informasi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
Kata kunci: Keefektifan pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, Asimetri Informasi, Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, Akuntabilitas Organisasi
viii
ABSTRACT INFLUENCE THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL CONTROL, COMPLIANCE OF ACCOUNTING RULES AND INFORMATION ASYMMETRY ON ORGANIZATIONAL ACCOUNTABILITY THROUGH TENDENCY OF ACCOUNTING FRAUD AS AN INTERVENING VARIABLE (EMPIRICAL STUDY ON UNIVERSITIES IN THE PROVINCE OF BALI) This study aims to obtain empirical evidence about the influence of the effectiveness of internal control, compliance of accounting rules and information asymmetry on organizational accountability, using the tendency of accounting fraud as an intervening variable. This study was conducted at four Universities in Bali Province, such as: Universitas Udayana, Universitas Pendidikan Ganesha, Politeknik Negeri Bali and Institut Seni Indonesia. Data was collected using the questionnaire technique. The number of samples in this study were 99 respondents, selected using purposive sampling method. This research uses analytical techniques Partial Least Square. The results are threefolds. First, the effectiveness of internal control affects the accountability of the organization through the tendency of accounting fraud. Second, compliance of accounting rules affect the accountability of the organization through the tendency of accounting fraud. Third, information asymmetry affects the accountability of the organization through the tendency of accounting fraud. Keywords: Effectiveness of Internal Control, Compliance of Accounting Rules, Information Asymmetry, Tendency of Accounting Fraud, Organizational Accountabilit
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ..............................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...........................................................
iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .........................................................
v
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................
vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii ABSTRACT ..............................................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv BAB I
PENDAHULUAN............................... ........ .................................. 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA................ .................................................. 2.1 Teori Keagenan ........................................................................ 2.2 Teori Perkembangan Moral ...................................................... 2.3 Teori Atribusi .......................................................................... 2.4 Pengendalian Internal ............................................................... 2.5 Ketaatan Aturan Akuntansi ....................................................... 2.6 Asimetri Informasi .................................................................... 2.7 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi ..................................... 2.8 Akuntabilitas Organisasi ........................................................... 2.9 Penelitian Terdahulu .................................................................
10
1 1 7 7 8 10 10 12 14 15 18 23 25 27 31
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN............................................................................. 3.1 Kerangka Berpikir............................................................... 3.2 Konsep Penelitian............................................................... 3.3 Hipotesis................................................................................. BAB IV METODE PENELITIAN.............. ................................ ............ 4.1. Rancangan Penelitian............................................... ......... 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................... ......... 4.3. Populasi dan Sampel.................................................. ......... 4.4. Penentuan Sumber Data............................................. ......... 4.5. Variabel Penelitian.................................................... ......... 4.6. Instrumen Penelitian.................................................. ......... 4.7. Analisis Data.............................................................. ......... BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 5.1 Karakteristik Responden .................................................... 5.2 Uji Partial Least Square .................................................... 5.3 Pengujian Hipotesis ........................................................... BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................... BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
11
34 34 36 37 44 44 45 46 49 50 51 55 60 60 64 71 74 80
DAFTAR TABEL
No.
Tabel
Halaman
Tabel 4.1 Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Bali..................................
46
Tabel 4.2 Populasi Perguruan Tinggi Negeri di Bali ............................... 47 Tabel 4.3 Daftar Jumlah Sampel Penelitian .............................................. 49 Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 60 Tabel 5.2 Rincian Pengiriman dan pengembalian kuisioner ...................... 61 Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................... 62 Tabel 5.4 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 62 Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...... 63 Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ................ 64 Tabel 5.7 Hasil Uji Outer Model .............................................................. 66 Tabel 5.8 Hasil Uji Discriminant Validity dengan Cross Loading ............. 68 Tabel 5.9 Hasil Uji Discriminant Validity dengan Square Root AVE......... 69 Tabel 5.10 Hasil Pengujian Inner Model dengan ukuran R-Square. ............ 70 Tabel 5.11 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................... 72 Tabel 5.12 Hasil Path Coefficients ............................................................ 72
12
DAFTAR GAMBAR
No.
Gambar
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran ..........................................................
35
Gambar 3.2
Konsep penelitian ..............................................................
36
Gambar 4.1
Rancangan penelitian ........................................................
44
Gambar 5.1
Full Model Struktural ........................................................
65
Gambar 5.2
Hasil Pengujian Bootstraping ............................................
71
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Penelitian Terdahulu
Lampiran 2
Permohonan Kesediaan menjadi Responden
Lampiran 3
Identitas Responden
Lampiran 4
Kuisioner
14
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Wacana tentang good government atau kepemerintahan yang baik merupakan isu yang paling mengemuka belakangan ini. Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan secara amanah dan bertanggung jawab adalah sejalan dengan keinginan masyarakat saat ini (Arifiyadi, 2008). Organisasi yang bergerak di bidang jasa pelayanan publik dalam pengelolaannya harus melakukan transparansi dan akuntabilitas (Riantiarno dan Azlina, 2011). Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good government yang saat ini sedang diupayakan di Indonesia. Pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari program yang telah dilaksanakan sehingga masyarakat dapat menilai apakah pemerintah telah bekerja dengan ekonomis, efisien dan efektif (Sadjiarto, 2000). Akuntabilitas diyakini mampu mengubah kondisi pemerintahan dari yang tidak memberikan pelayanan publik secara baik dan korup menuju suatu tatanan pemerintahan yang demokratis (Riantiarno dan Azlina, 2011). Penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel akan mendapat dukungan dari publik. Hal ini berarti bahwa pemerintah tersebut mendapat kepercayaan masyarakat atas apa yang diselenggarakan, direncanakan, dan dilaksanakan.
15
1
Rasul (2003), mengemukakan salah satu akuntabilitas publik adalah akuntabilitas financial (keuangan) dimana mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar. Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban lembagalembaga publik untuk menggunakan dana publik secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas keuangan terkait dengan penghindaran penyalahgunaan dana publik (Mardiasmo, 2002). Penurunan atau peningkatan akuntabilitas organisasi disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi di dalam suatu instansi (Thoyibatun, 2009). Kecurangan akuntansi merupakan kesengajaan untuk melakukan tindakan penghilangan atau penambahan jumlah tertentu sehingga terjadi kesalahan dalam laporan keuangan. Kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank di Indonesia, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggaraan pemilu, dan DPRD (Wilopo, 2006), serta dugaan kasus korupsi yang melibatkan Perguruan Tinggi Negeri di Bali, antara lain dugaan korupsi dana hibah B-Art senilai Rp 629 juta di Institut Seni Indonesia (www.infokorupsi.com, 23 Juli 2010) sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara. Temuan BPK terhadap penyimpangan yang berujuk pada tindak pidana korupsi yang dapat terkait praktik kecurangan akuntansi yang terjadi di lingkungan Perguruan Tinggi Negeri adalah permasalahan pengadaan barang dan jasa. Kasus 16
yang banyak ditemui adalah pekerjaan tidak sesuai kontrak dan spesifikasi, kemudian pengadaan alat praktikum yang tidak sesuai kebutuhan dan belum dapat dimanfaatkan, indikasi mark-up, pengadaan perabot asrama mahasiswa yang belum dimanfaatkan, pembukaan rekening universitas tanpa persetujuan Menkeu, sisa dana kegiatan yang belum dipertanggungjawabkan, penggunaan dana tidak sesuai dengan peruntukannya (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa Keuangan, 2014). Tindakan kecurangan dapat dipengaruhi oleh pengendalian internal dan monitoring oleh atasan (Wilopo, 2006). Jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan semakin besar. Sebaliknya, jika pengendalian internalnya kuat maka kemungkinan terjadinya kecurangan dapat diperkecil (Adelin dan Fauzihardani, 2013). Keefektifan pengendalian internal mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya pencegahan kecenderungan kecurangan akuntansi, dengan adanya pengendalian internal maka pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang oleh orang lain. Teori Atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin atau orang yang diberi kewenangan atau kekuasaan dipengaruhi oleh atribut penyebab yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan kecurangan akuntansi. Hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Semester I Tahun 2014 menunjukkan adanya 6.531 kasus yang merupakan kelemahan sistem 17
pengendalian intern (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa Keuangan, 2014). Aturan akuntansi memberikan pedoman bagi manajemen dalam melakukan kegiatan akuntansi dengan baik dan benar sehingga menghasilkan laporan keuangan yang efektif dan mampu menghasilkan informasi yang handal kepada pihak yang berkepentingan (Adelin dan Fauzihardani, 2013). Menurut teori perkembangan moral pada tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu pada level moral ini akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan dan pada tahap tertinggi (post-conventional) individu akan mendasari tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain dan mendasarkan tindakannya pada hukum-hukum universal (Puspasari dan Suwardi, 2012). Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung jawaban sosial. Karena adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya (Rahmawati, 2012). Hasil pemeriksaan keuangan BPK Semester I Tahun 2014 mengungkapkan sebanyak 8.323 kasus merupakan temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan
perundang-undangan
yang
berdampak
finansial
yang
mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa Keuangan, 2014).
18
Selain faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, asimetri informasi juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi terjadi kecurangan akuntansi. Menurut teori keagenan yang dilandasi oleh asumsi-asumsi yakni asumsi bahwa manusia yang memiliki sifat mementingkan diri sendiri, memiliki keterbatasan rasionalitas, tidak menyukai risiko, terjadinya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen serta informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan sehingga agen akan termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya dengan berbagai cara. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan principal. Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan (Wisnumurti, 2010). Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen (Nasution dan Setiawan, 2007). Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi sehingga mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Penelitian ini mengacu pada Penelitian Thoyibatun (2012) yang berjudul Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi menunjukkan 19
hasil bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadiannya oleh faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan terhadap aturan dan perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis sebagai salah satu faktor kuat yang berpengaruh terhadap semakin naiknya kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadian oleh faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi dan ketaatan terhadap aturan akuntansi. Penelitian Wilopo (2006) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi:
Studi Pada
Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia menunjukkan hasil bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi, namun penelitian ini menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding kompensasi yang diterimanya. Demikian pula saat ini di Indonesia belum ada sistem kompensasi yang menjadi acuan secara nasional bagi perusahaan, dan pemerintah untuk mengatur hak
20
dan kewajiban, ukuran prestasi dan kegagalan, serta ganjaran dan pinalti dalam mengelola organisasi. Perguruan Tinggi Negeri di Bali sebagai lembaga publik diharapkan memiliki ciri dan komunitas yang berbeda dengan lembaga publik yang mengalami permasalahan kecenderungan kecurangan akuntansi yang berdampak negatif pada akuntabilitas organisasi. Berdasarkan uraian ini peneliti melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali). 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)
Bagaimana pengaruh keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali?
2)
Bagaimana pengaruh ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali?
3)
Bagaimana pengaruh asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali? 21
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris: 1) Untuk
mendapatkan
pengendalian
bukti
internal
secara
pada
empiris
pengaruh
akuntabilitas
keefektifan
organisasi
melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali. 2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh ketaatan aturan akuntansi
pada
akuntabilitas
organisasi
melalui
kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali. 3) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh asimetri informasi pada
akuntabilitas
organisasi
melalui
kecenderungan
kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis untuk berbagai pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini, yaitu: 1)
Manfaat Teoritis Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
pengetahuan yang lebih luas terkait teori keagenan, teori perkembangan 22
moral dan teori atribusi dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis berupa pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening. 2)
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau pertimbangan bagi Perguruan Tinggi Negeri terutama untuk pembuat keputusan di dalam bidang keuangan dalam mengevaluasi keputusan yang diambil.
23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Keagenan Menurut Hadiprajitno (2013) Teori Keagenan merupakan ranting yang diturunkan dari teori ekonomi neoklasik Adam Smith. Manajer perusahaan yang bukan pemilik sepenuhnya perusahaan, tidak dapat diharapkan berkinerja baik sesuai tujuan pemilik lainnya. Prinsipal dan agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki rasional ekonomis (rational economic person) yang dimotivasi oleh kepentingan pribadi, tetapi mereka mungkin berbeda rasa dalam preferences, beliefs dan informasi. Teori Keagenan (agency theory) menjadi terkenal setelah Jensen dan Meckling mempublikasikan hasil penelitian tentang teori perusahaan dilihat dari perilaku managerial. Wright et al. (2001) melakukan usaha membuat asumsi teori keagenan lebih mudah. Biaya keagenan muncul ketika kepentingan agen (manajer perusahaan) tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal (pemilik perusahaan) dan mempengaruhi pilihan dalam tugas, kelalaian, serta keputusan manajer berdasarkan kepentingan sendiri maupun keputusan pembentengan (entrenchment) yang berarti mengurangi kesejahteraan prinsipal juga. Teori Keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini 24
menyatakan bahwa organisasi sebagai suatu hubungan kerja sama antara pemegang saham (prinsipal) dan manajer (agent) berdasarkan kontrak yang telah disepakati. Manajer tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan, dan resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham (prinsipal). Oleh karena itu, para manajer cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan status. Terdapat tiga kondisi yang akan menyebabkan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial statement) dan penyalahgunaan aset (missapproproation assets), sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Ketiga kondisi ini dinamakan dengan segitiga kecurangan (fraud triangle). Ketiga kondisi yang mempengaruhi dalam melakukan kecurangan yang terdapat dalam fraud triangle teory adalah sebagai berikut (Scott, 2000): a. Tekanan Tekanan merupakan situasi dimana manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Tekanan yakni insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.
25
b. Kesempatan Kesempatan yaitu adanya atau tersedianya kesempatan untuk melakukan kecurangan atau situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan fraud. c. Rasionalisasi Rasionalisasi dapat diartikan sebagai adanya atau munculnya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Rasionalisasi sebagai pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal. Teori Keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yakni asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan pada manusia yang memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rasionality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
26
2.2 Teori Perkembangan Moral Salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam penelitian etika adalah model Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam perkembangan yang dapat teridentifikasi. Kohlberg (1969) menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg (1969) kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam tahap yang berbeda. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan Kohlberg (1969). Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pre-konvensional, konvensional, dan postkonvensional. Tiga tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg (1969) yaitu : 1) Tingkat 1 (Pre-Konvensional) a. Orientasi kepatuhan dan hukuman b. Orientasi minat pribadi 2) Tingkat 2 (Konvensional) a. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas b. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
27
3) Tingkat 3 (Post-Konvensional) a. Orientasi kontrak sosial b. Prinsip etika universal ( Principled conscience) Dalam tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu akan melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum/peraturan yang ada. Selain itu individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Pada tahap kedua (conventional), individu akan mendasarkan tindakannya persetujuan teman-teman dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat. Pada tahap tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain dan berdasarkan tindakannya pada hukum-hukum universal (Puspasari dan Suwardi, 2012). Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan manajemen dalam merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis. Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung-jawaban sosial. Karena adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya (Rahmawati, 2012). 2.3. Teori Atribusi Teori Atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and Mitchell, 28
dalam Waworuntu, 2003). Teori Atribusi yang dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan dan Ishak 2005). Hal yang sama dikemukakan Robbins (2006) bahwa Teori Atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara berlainan, bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu perilaku tertentu. Teori Atribusi menurut Ikhsan dan Ishak (2005) merupakan suatu proses untuk menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilaku seseorang. Teori ini ingin menjelaskan tentang perilaku seseorang terhadap peristiwa di sekitarnya dan mengetahui alasan-alasan melakukan perilaku seperti itu. Teori Atribusi yang dikemukakan oleh Robbins (2006) menjelaskan perilaku seseorang yang disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal. Jadi dapat disimpulkan bahwa Teori Atribusi adalah teori yang menjelaskan upaya untuk memahami penyebab dibalik perilaku orang lain. Perilaku individu menurut Robbins (2006) disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku yang disebabkan oleh faktor internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah kendali atau berasal dari dalam diri individu seperti ciri kepribadian, motivasi atau kemampuan. Perilaku yang disebabkan oleh faktor 29
eksternal adalah perilaku yang diyakini sebagai hasil dari sebab-sebab luar atau berasal dari luar diri individu seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain (Kusumastuti, 2012). 2.4. Pengendalian Internal Menurut Bastian (2006) pengendalian akuntansi merupakan bagian dari sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, sedangkan Boynton dan Johnson (2006) mendefinisikan aktivitas pengendalian sebagai kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilakukan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko yang diambil untuk pencapaian tujuan organisasi. Menurut PP No. 8 Tahun 2006 pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan. Committee
of
sponsoring
organization
(COSO)
pada
tahun
1992
mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai proses yang didesain untuk menghasilkan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut:
30
1)
Efektivitas dan efisiensi operasi
2)
Keandalan dalam laporan keuangan
3)
Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mendefinisikan sistem pengendalian internal mencakup susunan organisasi dan semua metode beserta kebijakan/ peraturan yang terkoordinasi dalam perusahaan, dengan tujuan untuk melindungi: 1)
Harta kekayaan perusahaan
2)
Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi
3)
Meningkatkan efisiensi operasi usaha
4)
Mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan
Tiga tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002) yaitu: 1)
Keandalan informasi keuangan, manajer bertanggung jawab atas menyiapkan laporan keuangan untuk investor, kreditur, dan para pemakaian lainnya. Manajemen mempunyai tanggung jawab baik hukum dan profesional untuk meyakinkan bahwa informasi tersebut disiapkan secara wajar.
2)
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, kendali dalam suatu organisasi dimaksudkan untuk mendorong penggunaan yang efektif dan efesien atas sumber dayanya, mencakup personel untuk mengoptimalkan sasaran manajemen. 31
3)
Efektivitas
dan
efisiensi
operasi,
perusahaan
harus
mampu
meningkatkan efektifitas dan efesiensi operasi perusahaan, dimana kegiatan operasi perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Berdasarkan PP SPIP nomor 60 tahun 2008 tersebut, sistem pengendalian internal pemerintah terdiri dari lima unsur, yaitu : 1) Lingkungan pengendalian, merupakan kondisi dalam instansi pemerintah yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya pengendalian suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas pengendalian internal. 2) Penilaian risiko, merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan terjadinya situasi yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis, dan mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan organisasi. 3) Kegiatan pengendalian, merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penerapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. 4) Informasi dan komunikasi. Informasi merupakan data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka 32
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. 5) Pemantauan, merupakan proses penilaian atas mutu kinerja sistem pengendalian internal dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. 2.5. Ketaatan Aturan Akuntansi Menurut Rahmawati (2012), aturan merupakan tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam standar akuntansi terdapat aturan-aturan yang harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan yang berpedoman terhadap aturan-aturan yang dikeluarkan oleh IAI. Informasi yang tersedia dilaporan keuangan sangat dibutuhkan bagi investor dan manajemen jadi harus dapat diandalkan sehingga dibutuhkan suatu aturan untuk menjaga keandalan informasi tersebut dan menghindari tindakan yang dapat merugikan perusahaan atau organisasi. Ada dua kebutuhan yang berkepentingan terhadap hasil laporan keuangan yaitu pihak pemakai (pihak ekstern) dan pimpinan selaku pihak pengelola aset dan penyaji laporan keuangan. Dari pihak ekstern, pemakai laporan keuangan terdiri atas: investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor, pelanggan, pemerintah, 33
dan masyarakat. Mereka memilki kebutuhan informasi yang berbeda-beda yang harus dipenuhi (Thoyibatun, 2009). Agar menghasilkan informasi yang berkualitas maka penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan prosedur dan prinsip serta aturan kerja yang sesuai dengan prinsip akuntansi. Prinsip-prinsip akuntansi merupakan sejumlah aturan yang menjadi pedoman betindak dalam melaksanakan akuntansi di perusahaan (Thoyibatun, 2009). Penerapan prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia: 1) Tanggung jawab penerapan Sebagai
profesional,
anggota
mempunyai
peran
penting
dalam
masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota
untuk
mengembangkan
profesi
akuntansi,
memelihara
kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. 2) Kepentingan publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
34
3) Integritas Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam
menguji
semua
keputusan
yang
diambilnya.
Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. 4) Obyektifitas Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. 5) Kehati-hatian Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung
arti
bahwa
anggota
mempunyai
kewajiban
untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung-jawab profesi kepada publik.
35
6) Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. 7) Konsistensi Konsistensi
merupakan konsep
dalam akuntansi
yang
menuntut
diterapkannya standar secara terus-menerus, tidak di ubah-ubah kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan. 8) Standar teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan. Secara teoritis, ketaatan akuntansi juga merupakan kewajiban. Sebab, jika laporan keuangan dibuat tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku, keadaan tersebut dinyatakan sebagai suatu bentuk kegagalan dan akan menimbulkan 36
kecenderungan kecurangan atau perilaku tidak etis yang tidak dapat atau sulit ditelusuri auditor (Thoyibatun, 2009). Ketaatan aturan akuntansi dipandang sebagai tingkat kesesuaian prosedur pengelolaan aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi, dan penyajian laporan keuangan beserta bukti pendukungnya dengan aturan yang ditentukan BPK dan atau SAP (PP RI Nomor 24/2005). Dinyatakan mentaati aturan akuntansi jika PTN telah menerapkan persyaratan pengungkapan, menyajikan informasi yang bermanfaat bagi kepentingan publik, objektif, memenuhi syarat kehati-hatian dan memenuhi konsep konsistensi penyajian (Thoyibatun, 2009). Persyaratan pengungkapan menjelaskan bahwa setiap entitas akuntansi di lingkungan pemerintah diharapkan menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan keuangan terdiri atas laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, sedangkan laporan kinerja berisi ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD yang diatur dalam PP RI nomor 24, 2005 tentang SAP. Laporan-laporan tersebut dibuat dalam bentuk dan dengan isi sesuai SAP supaya kinerja organisasi antar periode dapat dibandingkan. 2.6. Asimetri Informasi Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk pihak internal perusahaan itu sendiri. Pihak-pihak yang sebenarnya paling 37
berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat) (Kusumastuti, 2012). Para pengguna internal mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada perusahaan, sedangkan pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan secara langsung,tidak mengetahui informasi tersebut sehingga tingkat ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan prinsipal adalah adanya asimetri informasi (Rahmawati, 2012). Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan prinsipal (Wisnumurti, 2010). Asimetri informasi adalah situasi dimana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi (Scoot, 2003). Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agen menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya. Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya moral hazard berupa usaha manajemen untuk melakukan kecurangan akuntansi. Menurut Scott (2003), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1) Adverse selection yaitu jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. 38
Adverse selection terjadi karena para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh prinsipal tersebut yang tidak disampaikan kepada prinsipal, sehingga muncul bias dalam pemilihan untuk mendapatkan pilihan yang tepat. Jadi adverse selection timbul akibat adanya informasi yang tersembunyi. 2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Moral hazard adalah memanfaatkan ketidaktahuan pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian awal yang akibatnya merugikan pihak lain. Dalam hal ini agent memanfaatkan ketidaktahuan prinsipal untuk menyajikan suatu laporan yang tidak sesuai perjanjian awal atau standar yang berlaku sehingga terjadilah moral hazard. Schift dan Lewin (1970) menyatakan bahwa agen berada pada posisi yang memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka 39
dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal. Penyajian informasi akuntansi khususnya penyusunan laporan keuangan, seorang agen memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Dengan adanya kondisi yang asimetri, maka agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. 2.7. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Kecenderungan menurut Daryanto dalam Thoyibatun (2009) diartikan sebagai „lebih tertarik pada‟. Kecurangan sering kali menyangkut (a) suatu tekanan atau suatu dorongan untuk melakukan kecurangan, (b) suatu peluang yang disarankan ada untuk melaksanakan kecurangan (Wilopo, 2006). Kecurangan Akuntansi dapat diartikan sebagai tindakan, cara, penyembunyian dan penyamaran yang tidak semestinya secara sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan tertentu (Wilopo, 2006). IAPI (2013) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai 40
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Menurut Bastian (2007) kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) terdiri dari tindakan-tindakan seperti: 1)
Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan atau dokumen pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.
2)
Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwaperistiwa, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada dalam laporan keuangan.
3)
Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Jadi kecenderungan kecurangan akuntansi berarti terkait dengan tindakan yang lebih tertarik ingin dilakukan yang mengakibatkan terjadinya salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan karena adanya penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva yang berkaitan dengan 41
pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2.8. Akuntabilitas Organisasi Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai "pertanggungjawaban". Sugijanto, et al (1995) mengutip Patricia Douglas menguraikan fungsi accountability tersebut meliputi tiga unsur: (1) providing information about decisions and actions taken during the course of operating entity; (2) having the internal parties review the information, and (3) taking corrective actions where necessary. Jadi, suatu entitas (atau organisasi) yang accountable adalah entitas yang mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusankeputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut, memungkinkan pihak luar (misalnya legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas) mereview informasi tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil tindakan korektif. Akuntabilitas adalah bentuk suatu pertanggungjawaban atas delegasi wewenang dan tugas yang diberikan kepada setiap instansi pemerintah dan setiap satuan kerja atau unit kerja yang berada di dalamnya (Ulum, 2010). Pertanggungjawaban (akuntabilitas) tersebut adakalanya berbentuk sebagai akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem 42
pertanggungjawaban secara periodik (Lembaga Administrasi Negara, 2003). Sedangkan akuntabilitas keuangan lebih difokuskan pada kepentingan kontrol keuangan. Tujuannya untuk meyakinkan bahwa anggaran pemanfaatan dana dan pembelanjaan atas dana publik yang dipercayakan telah dilakukan untuk memenuhi kepentingan masyarakat sesuai aturan yang berlaku (Thoyibatun, 2009). Akuntabilitas publik yang harus dijalankan oleh organisasi sektor publik mempunyai beberapa dimensi. Ellwood dalam Mardiasmo (2002) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu: 1) Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality) Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap aturan hukum dan aturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. 2) Akuntabilitas proses (process accountability) Akuntabilitas proses terkait apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
43
3) Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya minimal. 4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability) Akuntabitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban baik pusat maupun daerah
atas
kebijakan-kebijakan
yang
diambil
pemerintah
terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas. Lembaga Administrasi Negara (2003) membedakan akuntabilitas dalam tiga macam akuntabilitas, yaitu : 1) Akuntabilitas Keuangan Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan,
pengungkapan
dan
ketaatan
terhadap
peraturan
perundangundangan. Sasarannya adalah laporan keuangan yang mencakup penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan instansi pemerintah. Komponen pembentuk akuntabilitas keuangan terdiri atas : a) Integritas Keuangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas berarti kejujuran, keterpaduan, kebulatan dan keutuhan. Dengan kata lain, integritas keuangan mencerminkan kejujuran penyajian. Agar laporan keuangan 44
dapat
diandalkan
informasi
yang
terkandung
didalamnya
harus
menggambarkan secara jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. b) Pengungkapan. Konsep pengungkapan mewajibkan agar laporan keuangan didesain dan disajikan sebagai kumpulan gambaran atau kenyataan dari kejadian ekonomi yang mempengaruhi instansi pemerintahan untuk suatu periode dan berisi cukup informasi. c) Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan. Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan akuntansi pemerintahan. Apabila terdapat pertentangan antara standar
akuntansi
keuangan
pemerintah
dengan
peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi, maka yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 2) Akuntabilitas Manfaat Akuntabilitas manfaat pada dasarnya memberi perhatian pada hasil-hasil dari kegiatan pemerintahan. Hasil kegiatannya terfokus pada efektivitas, tidak sekedar kepatuhan terhadap prosedur. Bukan hanya output, tapi sampai outcome. Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap 45
masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur dari hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur output dan dampak yang dihasilkan. Pengukuran outcome memiliki dua peran yaitu restopektif dan prospektif. Peran restopektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang. 3) Akuntabilitas Prosedural Akuntabilitas yang memfokuskan kepada informasi mengenai tingkat kesejahteraan sosial. Diperlukan etika dan moral yang tinggi serta dampak positif pada kondisi sosial masyarakat. Akuntabilitas prosedural yaitu merupakan pertanggungjawaban mengenai aspek suatu penetapan dan pelaksanaan suatu kebijakan yang mempertimbangkan masalah moral, etika, kepastian hukum dan ketaatan pada keputusan politik untuk mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, merujuk pada pembagian akuntabilitas menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN), akuntabilitas yang dimaksud mengerucut pada akuntabilitas keuangan. 2.9. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah penelitian Wilopo (2009) yang menunjukkan hasil bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan 46
keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian ini menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya, bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian Thoyibatun (2012) menunjukkan hasil bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadiannya oleh faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan terhadap aturan dan perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis sebagai salah satu faktor kuat yang berpengaruh terhadap semakin naiknya kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi dan ketaatan terhadap aturan akuntansi. Penelitian dari Fauwzi (2011) dengan menggunakan variabel keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas manajemen, perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Pengendalian internal dan moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan kesesuaian kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian Rahmawati (2012) menunjukkan bawa pengendalian internal yang efektif, ketaatan manajemen terhadap aturan akuntansi, dan semakin tinggi 47
moralitas yang dimiliki tiap manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi,sedangkan pemberian kompensasi dan adanya asimetri informasi tidak mempengaruhi adanya kecenderungan kecurangan akuntansi secara signifikan. Hasil penelitian Meliany et al. (2012) menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Keefektifan Pengendalian Internal secara statistik memiliki pengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. kesesuaian kompensasi secara statistik memiliki pengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada beberapa hal yaitu objek penelitian adalah di perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali dan dengan waktu penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 serta menggunakan alat analisis yaitu PLS (Partial least Square). Untuk ringkasan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
48
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka berpikir Tindakan kecurangan akuntansi dapat dipengaruhi oleh pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan asimetri informasi yang ada dalam organisasi. Menurut teori perkembangan moral, pada tahapan yang paling rendah individu pada level moral ini akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Seseorang dengan tingkat kematangan moral yang rendah dikhawatirkan akan melakukan berbagai cara untuk mencari celah melakukan perilaku yang menyimpang dan kecurangan akuntansi. Keefektifan pengendalian internal mempunyai pengaruh dalam upaya pencegahan kecenderungan kecurangan akuntansi, dengan adanya pengendalian internal maka pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang oleh orang lain sehingga tindakan kecurangan akuntansi dapat dikurangi. Hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Semester I Tahun 2014 menunjukkan adanya 6.531 kasus yang merupakan kelemahan sistem pengendalian intern, hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian internal yang ada terbukti masih memberikan celah untuk melakukan kecurangan. Aturan akuntansi akan memberikan pedoman dalam melakukan kegiatan akuntansi dengan baik dan benar sehingga mengurangi adanya kecurangan akuntansi, tetapi ketaatan aturan akuntansi yang ada di organisasi kurang baik terbukti dengan hasil pemeriksaan keuangan BPK Semester I Tahun 49
2014 yang mengungkapkan sebanyak 8.323 kasus merupakan temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Asimetri informasi akan mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kecurangan akuntansi. Kecenderungan kecurangan akuntansi yang ada dalam suatu organisasi akan mempengaruhi akuntabilitas khususnya akuntabilitas keuangan. Kecenderungan kecurangan akuntansi yang ada dalam organisasi mengakibatkan laporan keuangan yang
dibuat
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan
(accountable),
sehingga
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak accountable tidak akan mendapat dukungan dari publik dan tidak mendapat kepercayaan masyarakat atas apa yang diselenggarakan, direncanakan, dan dilaksanakan. Kajian Teori: 1. Teori Keagenan 2. Teori Perkembangan Moral 3. Teori Atribusi 4. Pengendalian internal 5. Ketaatan aturan akuntansi 6. Asimetri Informasi 7. Kecenderungan kecurangan akuntansi 8. Akuntabilitas Organisasi
Rumusan masalah Hipotesis Uji statistik Hasil
Kesimpulan dan saran 50
Kajian Empiris: 1. Wilopo (2009) 2. Thoyibatun (2012) 3. Kusumastuti (2012) 4. Rahmawati (2012) 5. Fauwzi (2011) 6. Riantiarno et al. (2011) 7. Aranta (2008) 8. Garnita (2008) 9. Gaviria (2001) 10. Ramandei (2009) 11. Meliany et al. (2009) 12. Dewi (2012) 13. Primayoni et al. (2014) 14. Tresnawati (2011) 15. Kartika (2013) 16. Widyaningsih et al. (2011) 17. Nugraha (2011) 18. Isvihana (2011) 19. Kresiadanti (2012) 20. Puspasari et al. (2012) 21. Zirman et al. (2010) 22. Hapsari (2013) 23. Yue (2010) 24. Priyanto et al. (2014) Lampiran 1
3.2. Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris. Konsep disajikan dalam Gambar 3.2 berikut ini: H1 Keefektifan Pengendalian Internal (X1)
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y1)
Ketaatan Aturan Akuntansi (X2)
Asimetri Informasi (X3)
Akuntabilitas Organisasi (Y2)
H3 H2
Gambar 3.2. Konsep Penelitian Konsep dalam penelitian ini meliputi: variabel eksogen yaitu sistem pengendalian internal (X1), ketaatan aturan akuntansi (X2) dan asimetri informasi (X3). Variabel intervening adalah kecenderungan kecurangan akuntansi (Y1). Variabel endogen adalah akuntabilitas organisasi (Y2).
51
3.3 Hipotesis 3.3.1 Hubungan keefektifan pengendalian internal pada organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi
akuntabilitas
Green and Mitchell dalam Waworuntu (2003) menyatakan bahwa Teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab antara lain terdiri dari kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu faktorfaktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan dan Ishak 2005). Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan kecurangan akuntansi. Pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi adanya tindakan menyimpang yang dilakukan oleh manajemen. Manajemen cenderung melakukan tindakan menyimpang untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Salah satu contoh tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi. Pengendalian internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi. Smith et al. (1997) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini berpendapat bahwa pengendalian internal yang efektif mempengaruhi kecenderungan 52
kecurangan akuntansi. Abbot et al. (2002) juga menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif akan mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. AICPA (1947) menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan. Hal ini terbukti dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Wilopo (2006), Puspasari et al. (2012) Meliany et al. (2012) yang menyatakan bahwa
pengendalian
internal
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi. Hasil penelitian dari Fauwzi (2011) juga menyatakan bahwa Pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi.
Menurut
hasil penelitian
Thoyibatun (2012) dikatakan bahwa kesesuaian sistem pengendalian internal merupakan faktor yang berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian dari Rahmawati (2012) dan Kusumastuti (2012) juga memberikan bukti bahwa pengendalian internal berpengaruh negatif pada kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut Gaviria (2001) kecurangan akuntansi melanggar kesepakatan yang ada dan hanya berfokus pada meningkatnya kekayaan pihak tertentu dan menjadikan pihak lain sebagai bagian yang dirugikan sehingga apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi. Menurut 53
Thoyibatun (2009), akuntabilitas bisa mendorong terbentuknya budaya organisasi dan perilaku anggota organisasi yang dapat meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Sehingga dengan adanya pengendalian internal yang efektif dalam organisasi maka kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diminimalkan sehingga akan tercapai akuntabilitas organisasi yang baik. Penelitian Primayoni et al.(2014), Tresnawati (2011), Kartika (2013), Widyaningsih et al. (2011), Nugraha (2011), Isvihana (2011), Kresiadanti (2012) juga menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggungjawaban pengelolaan dana instansi pemerintah, organisasi dituntut untuk menerapkan suatu pengendalian yang efektif dan efisien. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal yang efektif dapat memberikan pengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1:
Keefektifan
pengendalian
internal
berpengaruh
positif
pada
akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. 3.3.2 Hubungan ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi Pada teori perkembangan moral
Kohlberg (1969),
moralitas
manajemen yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku. 54
Dalam teori tersebut pada tahap pasca konvensional, manajemen berorientasi pada peraturan yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat membentuk moralitas manajemen yang tinggi dan dapat menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen (Kusumastuti, 2012). Faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk menyediakan informasi laporan keuangan adalah kekuatan pasar serta kekuatan regulasi (Foster, 1986). Regulasi ini mensyaratkan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai aturan atau standar akuntansi kepada para pihak yang membutuhkan. Wolk and Tearney (1997: 93-95) menjelaskan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan akuntansi, akan menimbulkan kecurangan perusahaan yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor. Hal ini dapat ditunjukkan dari beberapa yaitu penelitian dari Wilopo (2006) memberikan hasil bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian dari Thoyibatun (2009) juga menunjukkan bahwa ketaatan terhadap aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hipotesis ketaatan
terhadap
aturan
akuntansi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi juga telah dibuktikan oleh Rahmawati (2012) dan Kusumastuti (2012). Menurut Thoyibatun (2009), akuntabilitas bisa mendorong terbentuknya budaya organisasi dan perilaku anggota 55
organisasi yang dapat meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Ketaatan aturan akuntansi
di
dalam
organisasi
dapat
menurunkan
kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen sehingga akan meningkatkan akuntabilitas organisasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Zirman et al. (2010), Hapsari (2013), Yue (2010), Riantiarno et al. (2011) yang menyatakan ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2:
Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. 3.3.3 Hubungan asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi Teori keagenan (Jensen and Meckling) sering digunakan untuk menjelaskan kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Salah satunya adalah problem yang muncul bila keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen bertentangan, dan juga disaat prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki kenginan dan motivasi yang berbeda, maka agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (pemegang saham). Keinginan, motivasi dan utilitas yang 56
tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham (Aranta, 2008). Bila terjadi asimetri informasi,
manajemen
perusahaan akan
menyajikan laporan keuangan yang bermanfaat bagi mereka, demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi, mempertahankan jabatan dan lain-lain (Khang, 2002). Demikian pula, bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta ratioratio keuangan perusahaan (Scott, 2003:13). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dan Aranta (2008) yang membuktikan bahwa asimetri informasi yang terjadi akan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut Gaviria (2001) kecurangan akuntansi melanggar kesepakatan yang ada dan hanya berfokus pada meningkatnya kekayaan pihak tertentu dan menjadikan pihak lain sebagai bagian yang dirugikan sehingga apabila tingkat kecenderungan kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi. Menurut Thoyibatun (2009), akuntabilitas bisa mendorong terbentuknya budaya organisasi dan perilaku anggota organisasi yang dapat meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Asimetri informasi yang terjadi di dalam organisasi akan meningkatkan kecenderungan 57
kecurangan akuntansi sehingga akan berpengaruh terhadap akuntabilitas organisasi. Hasil ini konsisten dengan penelitian Priyanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa asimetri Informasi berpengaruh signifikan terhadap tata kelola perusahaan, salah satu indikatornya adalah akuntabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi yang tinggi, tata kelola perusahaan akan lebih buruk dan begitu sebaliknya, apabila asimetri informasi rendah maka tata kelola perusahaan akan lebih baik. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3:
Asimetri informasi berpengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi
melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
58
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian survei di lapangan yaitu penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai data yang pokok. Adapun rancangan dalam penelitian ini adalah :
Masalah penelitian Tujuan Penelitian Kajian pustaka dan penelitian sebelumnya
Hipotesis penelitian
Variabel penelitian
Data primer kuesioner 1. Akuntabilitas Organisasi (Y2) 2. kecenderungan kecurangan akuntansi (Y1) 3. Pengendalian internal (X1) 4. Ketaatan aturan akuntansi (X2) 5. Asimetri Informasi (X3)
Kesimpulan penelitian
Saran dan implikasi
Hasil pengujian
Analisis PLS
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian 59
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada perguruan tinggi negeri di Provinsi Bali.
Alasan peneliti mengambil lokasi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) karena pendanaan PTN bersumber dari APBN, selain itu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 pada pasal 3 ayat (2) selain dialokasikan dari APBN, pendanaan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi oleh PTN Badan Hukum juga dapat bersumber dari masyarakat, biaya pendidikan, pengelolaan dana abadi dan usahausaha PTN Badan Hukum, kerjasama tridharma, pengelolaan kekayaan Negara yang diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk kepentingan pengembangan Pendidikan Tinggi; dan atau sumber lain yang sah, oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan akuntabilitas PTN dalam rangka good government khususnya di PTN di Provinsi Bali. Perguruan Tinggi Negeri sebagai instansi milik pemerintah baru-baru ini dikagetkan dengan beberapa dugaan kasus korupsi yang melibatkan beberapa pejabat Perguruan Tinggi Negeri di Bali yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi dan pengaruhnya terhadap akuntabilitas di instansi pemerintah khususnya di Perguruan Tinggi Negeri. Menurut Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (2014), di Provinsi Bali terdapat 4 Perguruan Tinggi Negeri Negeri yang berada di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Universitas Udayana, Politeknik Negeri Bali, Universitas Pendidikan Ganesha, Institut Seni Indonesia) dan 3 perguruan tinggi 60
negeri di bawah pengelolaan kementrian lain. Penelitian ini akan dilakukan pada 4 Perguruan Tinggi Negeri di Bali yang berada di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk lebih memfokuskan penelitian pada satu Kementrian dan jumlah perguruan tinggi negeri di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan lebih banyak daripada kementrian lain. Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali yang berada di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berjumlah 4, antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1 Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Bali No.
Nama Perguruan Tinggi Negeri
Lokasi
1
Universitas Udayana
Badung
2
Politeknik Negeri Bali
Badung
3
Institut Seni Indonesia
Denpasar
4
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
Sumber : DIKTI (2014) 4.3 Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2003) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat dan pegawai Perguruan Tinggi
61
Negeri yang berada di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di Provinsi Bali, antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.2: Tabel 4.2 Populasi Perguruan Tinggi Negeri di Bali No. 1
2
Nama Perguruan Tinggi Negeri Universitas Udayana - Rektor, PR 1, PR 2,PR 3,PR 4 - Biro Administrasi Akademik - Biro Administrasi Umum - Biro Keuangan - Biro Administrasi Kemahasiswaan - Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi - UPT Perpustakaan - UPT Pusat Komputer - Lembaga Penelitian - Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat - Fakultas Sastra, Ekonomi,Hukum, Kedokteran, Pertanian,Peternakan,Teknik,MIPA, Kedokteran Hewan Politeknik Negeri Bali - Direktur, PD 1, PD 2, PD 3 - Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan - Biro Administrasi Umum - Biro Keuangan - UPT Perpustakaan, Komputer, Perawatan dan Perbaikan - Jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Akuntansi, Administrasi Niaga, Pariwisata - Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
62
Jumlah
Total 770
5 26 98 35 24 19 42 8 19 12 482
197 5 17 45 31 26
70 4
3
4
Institut Seni Indonesia - Rektor, PR 1, PR 2, PR 3, PR 4 - Biro Adm Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama - Biro Administrasi Umum - Biro Keuangan - Fakultas Seni Pertunjukan,Seni Rupa dan Desain - LP2M - UPT Perpustakaan, Bengkel Peralatan, Ajang Gelar, Penerbitan, Pusat Dokumentasi Seni Universitas Pendidikan Ganesha - Rektor, PR 1, PR 2, PR 3, PR 4 - Biro Adm. Akademik Kemahasiswaan, Perencanaan dan Sistem Informasi - Biro Administrasi Umum - Biro Keuangan - Lembaga Penelitian - Lembaga Pengabdian Masyarakat - UPT Perpustakaan - UPT Pusat Komputer - Fakultas MIPA, Ilmu Pendidikan, Teknik dan Kejuruan, Bahasa dan Seni, Olahraga dan Kesehatan TOTAL
256 5 21 45 16 139 12
18 322 5 24 51 23 7 23 38 9
142 1545
Sumber: Perguruan Tinggi Negeri (2014) Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi atau sebagian populasi yang menjadi subyek penelitian yang dapat mewakili populasi penelitian (Arikunto, 2003). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu (Sugiyono, 2001). Penelitian ini akan meneliti mengenai ketaatan aturan akuntansi dan akuntabilitas organisasi yang terkait dengan akuntabilitas
63
keuangan serta mengenai kecenderungan kecurangan akuntansi, maka kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini: 1) Semua pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan laporan akuntabilitas di PTN Provinsi Bali. 2) Bagian keuangan pada kantor pusat di setiap PTN di Provinsi Bali di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 3) Kuisioner yang dikembalikan dengan pengisian yang lengkap. Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Bagian Keuangan No
Nama Perguruan Tinggi Negeri
Jumlah
1
Universitas Udayana
35
2
Politeknik Negeri Bali
31
3
Institut Seni Indonesia
16
4
Universitas pendidikan Ganesha
23
Total
105
Populasi penelitian adalah sebanyak 1545 dan sampel yang terkait dalam penelitian ini adalah bagian keuangan di kantor pusat setiap PTN Provinsi Bali yang berjumlah 105 orang serta terdapat 6 kuisioner yang tidak dikembalikan dan pengisian yang tidak lengkap sehingga sampel yang digunakan adalah 99 dan ada sebanyak 1446 responden yang dikeluarkan dari sampel. 64
4.4
Penentuan Sumber Data
4.4.1 Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data primer merupakan informasi yang diperoleh dari tangan pertama peneliti, (Sekaran, 2007). Data primer dalam penelitian ini berupa pernyataan responden dalam menjawab kuisioner. 2) Data sekunder yaitu informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada, (Sekaran, 2007). Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah pegawai di setiap perguruan tinggi negeri. 4.4
Variabel Penelitian Di dalam analisis Partial Least Square, variabel laten dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel dependen disebut sebagai variabel endogen dan variabel independen disebut variabel eksogen (Sugiyono, 2001). a.
Variabel Endogen yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel eksogen, (Sugiyono, 2001). Variabel endogen dalam hal ini adalah Akuntabilitas Organisasi. Dalam penelitian ini, akuntabilitas organisasi lebih terfokus pada akuntabilitas keuangan yang selanjutnya disebut dengan Y2. Akuntabilitas keuangan (Y2) merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas
keuangan,
pengungkapan
dan
ketaatan
terhadap
perundangundangan (Lembaga Administrasi Negara, 2003). 65
peraturan
b.
Variabel Eksogen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel endogen, (Sugiyono, 2001). Variabel eksogen dalam hal ini adalah: 1) Keefektifan Pengendalian internal (X1): suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan (PP No.8 Tahun 2006). 2) Ketaatan Aturan Akuntansi (X2): tingkat kesesuaian prosedur pengelolaan aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi, dan penyajian laporan keuangan beserta bukti pendukungnya dengan aturan yang ditentukan BPK dan atau SAP (PP RI Nomor 24/2005). 3) Asimetri Informasi (X3): situasi dimana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi (Scoot, 2003).
c.
Variabel antara atau penghubung (intervening variable) yaitu variabel yang membantu mengkonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Variabel
intervening
dalam
penelitian
ini
adalah
kecenderungan kecurangan akuntansi (Y1). Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y1) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan 66
keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (IAPI, 2013). 4.5
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang diadopsi dari
penelitian sebelumnya Wilopo (2006) dan Garnita (2008). Kuisioner dalam penelitian ini sebelumnya diuji melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Penelitian ini menggunakan skala dasar pengukuran Likert memakai urutan skala lima dengan kriteria: Sangat setuju=5, Setuju=4, Netral=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju (STS)= 1. Alasan digunakan skala Likert 5 dengan pilihan ”netral” adalah untuk mengindikasi item pernyataan dalam kuisioner yang tidak dimengerti dan tidak diketahui oleh partisipan. a.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian internal terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) diukur dengan menggunakan skala Likert 1 – 5 dengan 5 indikator antara lain: 1) P1.1
: Penerapan wewenang dan tanggungjawab
2) P1.2
: Pencatatan transaksi
3) P1.3
: Pengendalian fisik
4) P1.4
: Sistem akuntansi 67
5) P1.5 b.
: Pemantauan dan evaluasi
Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketaatan aturan akuntansi terdiri dari 7 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) dan diukur dengan menggunakan skala Likert 1 – 5 dengan 7 indikator antara lain: 1) KAA.1 : Tanggung jawab penerapan 2) KAA.2 : Integritas 3) KAA.3 : Obyektivitas 4) KAA.4 : Kehati-hatian 5) KAA.5 : Kerahasiaan 6) KAA.6 : Konsistensi 7) KAA.7 : Standar teknis
c.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur Asimetri Informasi terdiri dari 7 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) dan diukur dengan menggunakan skala Likert 1 – 5 dengan 7 indikator antara lain: 1) AI.1
:
2) AI.2
:
3) AI.3
:
4) AI.4
:
Situasi di mana bagian keuangan memiliki informasi yang lebih baik atas aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan. Situasi di mana bagian keuangan lebih mengenal hubungan input-output dalam bagian yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan. Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui potensi kinerja yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan. Situasi di mana bagian keuangan lebih mengenal 68
d.
5) AI.5
:
6) AI.6
:
7) AI.7
:
teknis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan. Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui pengaruh faktor eksternal dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan. Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui pengaruh faktor internal dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan. Situasi di mana bagian keuangan lebih mengerti apa yang dapat dicapai dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan kecurangan akuntansi terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) dan diukur dengan menggunakan skala Likert 1–5 dengan 5 indikator antara lain: 1) KKA.1 :
2) KKA.2 :
3) KKA.3 : 4) KKA.4 :
5) KKA.5 :
Kecenderungan untuk melakukan manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya. Kecenderungan untuk melakukan penyajian yang salah atau penghilangan peristiwa, transaksi, atau informasi yang signifikan dari laporan keuangan. Kecenderungan untuk melakukan salah menerapkan prinsip akuntansi secara sengaja. Kecenderungan untuk melakukan penyajian laporan keuangan yang salah akibat pencurian (penyalahgunaan/penggelapan) terhadap aktiva yang membuat entitas membayar barang/jasa yang tidak diterima. Kecenderungan untuk melakukan penyajian laporan keuangan yang salah akibat perlakuan yang tidak semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan catatan atau dokumen palsu dan dapat menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. 69
e.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur akuntabilitas keuangan terdiri dari 10 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Garnita (2008) yang dan diukur dengan menggunakan skala Likert 1-5 dengan 3 indikator antara lain integritas keuangan pada pertanyaan 1,2 dan 3, pengungkapan pada pertanyaan 4,5,6 dan 7 dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan pada pertanyaan 8,9 dan 10. Indikator ini akan membentuk 10 item pertanyaan antara lain: 1)
AK.1
:
2)
AK.2
:
3)
AK.3
:
4)
AK.4
:
5)
AK.5
:
6)
AK.6
:
7)
AK.7
:
8)
AK.8
:
9)
AK.9
:
10)
AK.10 :
Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi di otorisasi oleh pimpinan PTN. Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi disajikan secara transparan (adanya keterbukaan). Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi telah sesuain dengan kebutuhan dan target yang ditetapkan. Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara komprehensif (lengkap dan terperinci). Sumber-sumber dan penggunaan dana harus akurat dan jelas. Sumber-sumber dan penggunaan dana diketahui oleh stakeholder Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara informatif (dapat dimengerti dan dipahami) Sumber-sumber dan penggunaan dana selalu dibuat secara periodik. Laporan keuangan yang disajikan menyediakan informasi keuangan yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode pelaporan. Sistem pelaporan akuntansi dan keuangan organisasi telah dan selalu diaudit oleh auditor yang independen.
70
4.7
Analisis Data
4.7.1 Uji Partial Least Square (PLS) Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS) yaitu software Smart PLS versi 2.0.M3. Adapun alasan peneliti menggunakan metode ini, karena penelitian ini terdiri dari 3 variabel eksogen, variabel dalam penelitian ini bersifat laten karena memerlukan indikator atau pernyataan-pernyataan untuk menjelaskannya serta sampelnya yang tidak terlalu besar sehingga alat analisis yang cocok adalah dengan menggunakan PLS. PLS dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten, PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif dan ukuran sampel tidak terlalu besar. Menurut Ghozali (2008) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan prediksi. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikatagorikan menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungakan variabel laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading). Ketiga adalah berkaitan dengan mean dan lokasi parameter (nilai konstan regresi) untuk indikator dan variabel laten.
71
Dalam analisis dengan menggunakan PLS ada beberapa hal yang dilakukan yaitu: a. Menilai outer model atau measurement model. Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability. Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/componen score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2008) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup memadai. Discriminant Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan Cross Loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai Discriminant Validity adalah membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model (Ghozali, 2008). Jika nilai akar kuadrat 72
AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0.5 (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Imam Ghozali, 2008). b.
Menilai Inner Model atau Structural Model Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel laten, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2008).
c.
Mengkonstruksi diagram Jalur
d.
Estimasi Nilai estimasi koefisien jalur antara konstruk harus memiliki nilai yang signifikan. Signifikansi hubungan dapat diperoleh dengan prosedur Bootstrapping. Nilai yang dihasilkan berupa nilai T statistik yang
73
kemudian dibandingkan dengan t tabel. Apabila nilai t statistik > t tabel maka nilai estimasi koefisien jalur tersebut signifikan. e. Goodness of fit Goodness of fit dalam PLS dibagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut: 1) Outer Model Wiyono (2011) menyatakan kriteria penilaian yang digunakan dalam menilai indikator adalah: a) Convergent Validity nilai loading factor 0.5 sampai 0.6 b) Discriminant Validity nilai korelasi cross loading dengan variable latennya harus lebih besar dibandingkan dengan korelasi terhadap variable laten yang lain. c) Nilai AVE harus diatas 0.5 d) Nilai Composite reliability yang baik apabila memiliki nilai ≥ 0.7. 2) Inner Model Goodness of fit pada inner model diukur dengan menggunakan R square variable laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif.
74
f. Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada pengujian inner model yaitu: 1) T statistik Apabila koefisien t statistik menunjukkan koefisien yang lebih besar dari t tabel, hasil ini menggambarkan variabel tersebut signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Variabel eksogen dinyatakan signifikan pada variabel endogen apabila hasil t statistik lebih besar dari t tabel. 2) Path Coefficients Nilai path coefficients menunjukkan koefisien hubungan antara variabel laten dengan variabel laten lainnya. 3) Pengujian Variabel Intervening Pengujian
variabel
intervening
ini
dapat
dilihat
dari
perbandingan pengaruh langsung dengan total effect, apabila pengaruh langsung lebih kecil daripada total effect maka terbukti bahwa variabel kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening.
75
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik Responden Jumlah kuesioner menunjukkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria penelitian: (1) Semua pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan laporan akuntabilitas di PTN Provinsi Bali yaitu bagian keuangan pada kantor pusat di setiap PTN di Provinsi Bali adalah sebanyak 105 responden. Sisanya dinyatakan gugur karena tidak memenuhi kriteria penelitian. Populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1 : Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
NO.
NAMA PTN
JUMLAH
JUMLAH
POPULASI
SAMPEL
(Orang)
(Orang)
1.
Universitas Udayana
770
35
2.
Politeknik Negeri Bali
197
31
3.
Institut Seni Indonesia
256
16
4.
Universitas Pendidikan Ganesha
322
23
1545
105
Total Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
76
Tabel 5.2 Rincian pengiriman dan pengembalian kuesioner
KETERANGAN
JUMLAH
Kuesioner yang disebarkan
105
Kuesioner yang tidak kembali
3
Kuesioner yang dikembalikan Kueisioner yang digugurkan (tidak pengisiannya)
102 lengkap 3
Kuesioner yang digunakan
99
Tingkat pengembalian Sumber: Data diolah (2014)
97%
Kuisioner yang disebar dalam penelitian adalah sebanyak 105 kuisioner sesuai dengan jumlah sampel, jumlah kuisioner yang dikembalikan adalah sebanyak 102 kuisioner sehingga ada 3 kuisioner yang tidak dikembalikan. Tingkat pengembalian kuisioner ini termasuk tinggi yaitu sebesar 97%. Dari 102 kuisioner yang dikembalikan, ada 3 kuisioner yang tidak lengkap sehingga dikeluarkan dari sampel. Jadi sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 99. 5.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Data responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini:
77
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No
Usia
Jumlah
Persentase
1
20 -29 tahun
25
25.3%
2
30-39 tahun
39
39.4%
3
40-49tahun
24
24.2%
4
≥50 tahun
11
11.1%
99
100%
Total
Sumber: Data Primer yang diolah (2014) Dari hasil Tabel 5.3. terlihat bahwa responden berusia 30-39 tahun memiliki persentase paling banyak yaitu sebesar 39,4% atau 39 responden dan responden berusia lebih dari 50 tahun memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 11,1% atau 11 responden. Responden dengan kelompok usia 20-29 memiliki presentase 25,3% atau 25 responden. Responden dengan usia 40-49 tahun memiliki persentase 24,2% atau 24 responden. 5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 48 2 Perempuan 51 Total 99 Sumber: Data Primer yang diolah (2014) 78
Persentase 48,5% 51,5% 100%
Berdasarkan Tabel 5.4. terlihat bahwa responden perempuan memiliki persentase lebih besar yaitu sebesar 51% atau 51 responden. Responden laki-laki memiliki presentase 48,5% atau 48 responden. 5.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Persentase
1
SMA
14
14,1%
2
Diploma
17
17,2%
3
S1
61
61,6%
4
S2
7
7,1%
Total 99 Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
100%
Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendidikan S1 dengan persentase 61,6% atau sebanyak 61 responden. Responden dengan pendidikan terakhir SMA memiliki persentase 14,1% atau 14 responden. Responden berpendidikan Diploma memiliki presentase 17,2% atau sebanyak 17 responden. Responden dengan pendidikan terakhir S2 memiliki persentase paling sedikit sebesar 7,1% atau sebanyak 7 responden. 5.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Data responden berdasarkan lama bekerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
79
Tabel 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja No.
Lama Bekerja
Jumlah Persentase
1
1 – 5 tahun
46
46,5%
2
5 – 10 tahun
22
22,2%
3
10 –15 tahun
20
20,2%
4
> 15 tahun
11
11,1%
99
100%
Total
Sumber: Data Primer yang diolah (2014) Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa responden yang memiliki lama bekerja 1–5 tahun memiliki persentase paling besar yaitu 46,5% atau 46 responden dan responden yang memiliki lama bekerja lebih dari 15 tahun memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 11,1% atau 11 responden. Responden yang memiliki lama kerja 5– 10 tahun memiliki presentase 22,2% atau 22 responden. Responden yang memiliki lama bekerja 10–15 tahun memiliki persentase 20,2% atau 20 responden. 5.2.
Uji Partial Least Square (PLS)
5.2.1. Penilaian Outer Model (Measurement Model) Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability (Ghozali, 2008). Gambar full model persamaan struktural untuk menilai outer model dengan menggunakan Smart PLS versi 2.0 dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.
80
Gambar 5.1. Full Model StrukturaL Keterangan: PI
: Pengendalian Internal
KAA : Ketaatan Aturan Akuntansi AI
: Asimetri Informasi
KKA : Kecenderungan Kecurangan Akuntansi AK
: Akuntabilitas Keuangan
81
Tabel 5.7. Hasil Uji Outer Model Variabel
Indikator
Loading
PI1 0.844 PI2 0.838 PI PI3 0.827 (Pengendalian Internal) PI4 0.810 PI5 0.630 KAA1 0.855 KAA2 0.666 KAA3 0.788 KAA KAA4 0.861 (Ketaatan Aturan Akuntansi) KAA5 0.808 KAA6 0.744 KAA7 0.882 AI1 0.699 AI2 0.653 AI3 0.701 AI AI4 0.823 (Asimetri Informasi) AI5 0.780 AI6 0.746 AI7 0.746 KKA1 0.825 KKA KKA2 0.760 (Kecenderungan KKA3 0.799 Kecurangan KKA4 0.745 Akuntansi) KKA5 0.732 AK1 0.652 AK2 0.718 AK3 0.776 AK4 0.737 AK AK5 0.778 (Akuntabilitas AK6 0.765 Keuangan) AK7 0.751 AK8 0.708 AK9 0.792 AK10 0.788 Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014) 82
Composite Reliability
0.894
0.927
0.892
0.881
0.927
Setelah melakukan uji outer model terhadap variabel keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi, kecenderungan kecurangan akuntansi dan akuntabilitas keuangan seperti pada Tabel 5.7. maka didapat seluruh indikator-indikator konstruk memenuhi nilai convergent validity dengan faktor loading > 0.5. Jadi dapat disimpulkan bahwa, seluruh data dalam diagram full model adalah valid dan memiliki konvergen yang baik. Uji composite reliability seluruh variabel dinyatakan reliable apabila nilai loading-nya di atas 0.7. Nilai Composite Reliability seluruh variabel penelitian berada diatas 0.7, hal ini menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian ini reliable karena telah memenuhi kriteria Composite Reliability. Uji discriminant validity menggambarkan korelasi antara variabel dengan nilai korelasi cross loading seluruh indikator yang digunakan dalam membentuk variabel laten dinyatakan valid apabila nilai korelasi cross loading variabel latennya yang lebih besar dibandingkan dengan korelasi terhadap variabel laten yang lain. Nilai korelasi cross loading masing-masing variabel dijelaskan pada Tabel 5.8 sebagai berikut :
83
Tabel 5.8. Hasil Uji Discriminant Validity dengan Cross Loading PI KAA AI KKA 0.597 -0.604 -0.608 PI1 0.844 0.584 -0.624 -0.651 PI2 0.838 0.577 -0.645 -0.634 PI3 0.827 0.621 -0.654 -0.623 PI4 0.810 0.484 -0.472 -0.451 PI5 0.630 0.565 -0.554 -0.635 KAA1 0.855 0.440 -0.531 -0.554 KAA2 0.666 0.585 -0.548 -0.565 KAA3 0.788 0.666 -0.633 -0.639 KAA4 0.861 0.570 -0.610 -0.609 KAA5 0.808 0.621 -0.622 -0.590 KAA6 0.744 0.598 -0.581 -0.605 KAA7 0.882 -0.474 -0.506 0.590 AI1 0.699 -0.512 -0.576 0.612 AI2 0.653 -0.580 -0.546 0.599 AI3 0.701 -0.624 -0.554 0.651 AI4 0.823 -0.623 -0.529 0.534 AI5 0.780 -0.540 -0.519 0.565 AI6 0.746 -0.556 -0.518 0.515 AI7 0.746 -0.609 -0.596 0.638 KKA1 0.825 -0.546 -0.517 0.607 KKA2 0.760 -0.618 -0.568 0.600 KKA3 0.799 -0.586 -0.626 0.632 KKA4 0.745 -0.547 -0.580 0.578 KKA5 0.732 0.548 0.605 -0.589 -0.708 AK1 0.599 0.617 -0.607 -0.732 AK2 0.691 0.613 -0.684 -0.635 AK3 0.509 0.590 -0.621 -0.623 AK4 0.642 0.655 -0.671 -0.601 AK5 0.662 0.623 -0.695 -0.627 AK6 0.598 0.602 -0.654 -0.617 AK7 0.575 0.587 -0.585 -0.705 AK8 0.708 0.613 -0.703 -0.653 AK9 0.522 0.620 -0.660 -0.644 AK10 Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
84
AK 0.668 0.677 0.703 0.640 0.522 0.681 0.599 0.621 0.710 0.673 0.680 0.634 -0.608 -0.583 -0.658 -0.738 -0.624 -0.617 -0.627 -0.712 -0.641 -0.666 -0.680 -0.681 0.652 0.718 0.776 0.737 0.778 0.765 0.751 0.708 0.792 0.788
Hasil pada Tabel 5.8. menunjukkan bahwa nilai korelasi korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan konstruk laten telah memprediksi ukuran pada blok variabel konstruk lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Discriminant validity juga dapat ditunjukkan dengan membandingkan square root AVE setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya. Tabel 5.9. Hasil Uji Discriminant Validity dengan Square Root AVE Variabel PI KAA AI KKA PI 0.794 KAA 0.523 0.804 AI 0.577 0.529 0.738 KKA 0.567 0.560 0.626 0.773 AK 0.661 0.673 0.752 0.767 Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
AK
0.748
Tabel 5.9. menunjukkan bahwa Discriminant Validity tercapai karena nilai Square Root AVE pada masing-masing konstruk lebih besar dari 0.5, selain itu hasil di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh variabel memiliki nilai Square Root AVE yang lebih besar dari nilai konstruk lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa model penelitian telah memenuhi kriteria Uji Partial Least Square dengan ukuran Outer Model (Measurement Model).
85
5.2.2. Pengujian Inner Model Tabel 5.10. Hasil Pengujian Inner Model dengan ukuran R-Square
Variabel R-Square Pengendalian Internal Ketaatan Aturan Akuntansi Asimetri Informasi Kecenderungan Kecurangan 0.712 Akuntansi 0.882 Akuntabilitas Keuangan Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014) Tabel
5.10.
menunjukkan
kecenderungan kecurangan
nilai
akuntansi
R-square
sebesar
0.712
R
square
menunjukkan
bahwa
terikat
dan
variabel
5.10.
koefisien
akuntabilitas
keuangan
akuntabilitas keuangan sebesar 0,882. Berdasarkan Tabel determinasi
variabel
dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi dan kecenderungan kecurangan akuntansi sebesar 88,2%, sisanya 11,8% dipengaruhi faktor lain yang tidak ada dalam model. Sedangkan, R square kecenderungan kecurangan akuntansi sebesar 71,2% artinya kecenderungan kecurangan akuntansi merupakan variabel intervening yang cukup kuat karena dipengaruhi oleh variabel eksogen yaitu keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi 71,2% sisanya 28,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
86
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan ukuran kriteria pengukuran Inner Model didapatkan bahwa model penelitian telah memenuhi kriteria Inner Model. 5.3.
Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis didapatkan dari pengujian Bootstrapping dengan
menggunakan bantuan software SmartPLS 2.0. Hasil pengujian disajikan pada gambar di bawah ini :
87
Gambar 5.2. Hasil Pengujian Bootstraping
88
5.3.1 T Statistik Variabel eksogen dinyatakan signifikan pada variabel endogennya apabila hasil t statistik > t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil t statistik masingmasing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.11 sebagai berikut : Tabel 5.11. Hasil Pengujian Hipotesis
Path
Original Sample (O)
Standard Sample Deviation Mean (M) (STDEV)
0.152 0.164 0.064 PI -> AK 0.221 0.215 0.059 KAA -> AK -0.318 -0.317 0.078 AI -> AK -0.247 -0.253 0.109 PI -> KKA -0.281 0.094 KAA -> KKA -0.278 0.401 0.393 0.093 AI -> KKA -0.343 -0.340 0.060 KKA -> AK Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
0.064 0.059 0.078 0.109 0.094 0.093 0.060
2.386 3.780 4.075 2.269 2.963 4.307 5.756
Tabel 5.11. menunjukkan bahwa nilai t statistik pada masing-masing variabel signifikan karena memiliki nilai t statistik > 1.96 (Sig=5%). Hasil original sample yang bernilai negatif menunjukkan pengaruh yang berlawanan (negatif) antar variable dan hasil original sample yang bernilai positif menunjukkan pengaruh yang searah (positif).
89
5.3.2 Path Coefficients Tabel 5.12. Hasil Path Coefficients Path Path Coefficients -0.247 PI -> KKA -0.278 KAA -> KKA 0.401 AI -> KKA -0.343 KKA -> AK 0.152 PI -> AK 0.221 KAA -> AK -0.318 AI -> AK Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
Total Effect -0.247 -0.278 0.401 -0.343 0.237 0.316 -0.456
Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan keefektifan pengendalian internal berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.152 disertai dengan meningkatnya total effect sebesar 0.237. Maka hasil ini mendukung hipotesis pertama, yaitu keefektifan pengendalian internal
berpengaruh
positif
pada
akuntabilitas
organisasi
melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi. Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan pengaruh ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.221 disertai dengan meningkatnya total effect sebesar 0.316. Maka hasil ini mendukung hipotesis kedua, yaitu ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan. Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan asimetri informasi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sebesar -0.318 disertai dengan meningkatnya total effect sebesar -0.456. Maka hasil ini mendukung 90
hipotesis ketiga, yaitu asimetri informasi berpengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
91
BAB VI PEMBAHASAN 6.1
Pengaruh keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil path coefficients menunjukkan keefektifan pengendalian internal berpengaruh positif pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.152 dan t statistik 2.386 > t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil ini konsisten dengan penelitian Primayoni et al. (2014) yang telah dilakukan yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggungjawaban pengelolaan dana instansi pemerintah, organisasi dituntut untuk menerapkan suatu pengendalian yang efektif dan efisien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tresnawati (2011), yang menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh positif pada kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kartika (2013) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah dan kualitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan pada pemerintah daerah kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat. Serta dalam penelitian Widyaningsih et al. (2011) yang menyatakan apabila sistem pengendalian intern berjalan dengan sangat baik sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas, tentunya hal tersebut akan mendorong meningkatnya kualitas 92
74
akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Nugraha (2011) bahwa sistem pengendalian intern secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas aset tetap di pemerintah kota Cimahi. Sesuai dengan penelitian Isvihana (2011) yang menunjukan bahwa pengendalian intern memiliki pengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengendalian intern akan berpengaruh baik dalam meningkatkan atau menurunkan akuntabilitas publik. Sesuai dengan teori menyatakan bahwa untuk mendukung akuntabilitas dibutuhkan adanya sistem pengendalian intern dan ekstern yang baik serta dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang hampir sama juga telah dilakukan oleh Kresiadanti (2012) yang menjelaskan dalam penelitiannya berkaitan dengan internal control dan internal auditor
terhadap
akuntabilitas
bahwa
terdapat
hubungan
internal
control
(pengendalian intern) terhadap akuntabilitas. Pada penelitian ini keefektifan pengendalian internal secara tidak langsung berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar 0.237. Sehingga hipotesis pertama berhasil membuktikan bahwa keefektifan pengendalian
internal
berpengaruh
pada
akuntabilitas
organisasi
dengan
kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening yang berarti dengan meningkatnya keefektifan pengendalian internal yang disertai dengan kecenderungan kecurangan akuntansi yang menurun akan menghasilkan akuntabilitas 93
organisasi yang semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian mengenai pengaruh tidak langsung dari variabel keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari Wilopo (2006), menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi, penelitian oleh juga menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif akan mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi, dan juga beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Novita (2012), Meliany et al. (2012), Fauwzi (2011), Thoyibatun (2012), Rahmawati (2012) dan Kusumastuti (2012) yang menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sesuai dengan penelitian Gaviria (2001) yang menyatakan bahwa apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi. 6.2
Pengaruh ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil path coefficients menunjukkan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.221 dan t statistik 3.780 > t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zirman et al. (2010) menyatakan ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh positif dan signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian dari Hapsari (2013) juga menyatakan hasil analisis data, bahwa ketaatan pada peraturan perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja 94
instansi pemerintah. Menurut Yue (2010), Hal ini memberikan gambaran bahwa penerapan akuntabilitas keuangan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan berpengaruh positif dan signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Riantiarno (2011) yang menyatakan bahwa variabel ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Pada penelitian ini ketaatan aturan akuntansi secara tidak langsung berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar 0.316. Sehingga hipotesis kedua berhasil membuktikan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening yang berarti dengan meningkatnya ketaatan aturan akuntansi yang disertai dengan menurunnya kecenderungan kecurangan akuntansi akan menghasilkan akuntabilitas organisasi yang semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian mengenai pengaruh tidak langsung dari variabel ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari Kusumastuti (2012), bahwa ketaatan aturan akuntansi akan dapat menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini juga sesuai dengan beberapa yaitu penelitian dari Wilopo (2006), Thoyibatun (2009), Rahmawati (2012) juga menunjukkan bahwa ketaatan terhadap aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan 95
kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sesuai dengan penelitian Gaviria (2001) yang menyatakan bahwa apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi. 6.3
Pengaruh asimetri Informasi pada kecenderungan kecurangan akuntansi.
akuntabilitas
organisasi
melalui
Hasil path coefficients menunjukkan asimetri informasi berpengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi sebesar -0.318 dan t statistik 4.075 > t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil ini konsisten dengan penelitian Priyanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa asimetri Informasi berpengaruh signifikan terhadap tata kelola perusahaan, salah satu indikatornya adalah akuntabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi yang tinggi, tata kelola perusahaan akan lebih buruk dan begitu sebaliknya, apabila asimetri informasi rendah maka tata kelola perusahaan akan lebih baik. Pada penelitian ini asimetri informasi secara tidak langsung berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar -0.456. Sehingga hipotesis ketiga berhasil membuktikan bahwa asimetri informasi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening yang berarti dengan menurunnya asimetri informasi yang disertai dengan menurunnya kecenderungan kecurangan akuntansi akan menghasilkan akuntabilitas organisasi yang semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian 96
mengenai pengaruh tidak langsung dari variabel asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari Petra (2008), Wilopo (2006) yang menyatakan bahwa bahwa asimetri informasi yang terjadi akan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sesuai dengan penelitian Gaviria (2001) yang menyatakan bahwa apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi.
97
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, landasan teori, bukti empiris, hipotesis, dan hasil pengujian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Keefektifan pengendalian internal berpengaruh positif pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan meningkatnya keefektifan pengendalian internal maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan menurun sehingga akuntabilitas organisasi juga akan semakin baik. 2) Ketaatan aturan akuntansi pengaruh positif pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan meningkatnya ketaatan aturan akuntansi maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan menurun sehingga akuntabilitas organisasi juga akan semakin baik. 3) Asimetri informasi pengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan menurunnya asimetri informasi maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan menurun sehingga akuntabilitas organisasi juga akan semakin baik.
98
7.2 Saran Penelitian ini masih memiliki keterbatasan sehingga masih perlu untuk disempurnakan. Saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1)
Penelitian ini dilakukan di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan saja. Pada penelitian selanjutnya disarankan mencakup penelitian di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali di bawah pengelolaan Kementrian lain misalnya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar di bawah Kementrian Agama (Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013), Poltekkes Kesehatan Denpasar di bawah pengelolaan Kementrian Kesehatan (Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor: 298/Men.KesKesos/SK/IV/2001) dan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali di bawah pengelolaan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 102 tahun 1993).
2)
Penelitian selanjutnya disarankan menentukan sampel dengan kriteria pendidikan terakhir dan pengalaman kerja. Staff dengan pendidikan terakhir yang lebih tinggi dan pengalaman bekerja yang lebih lama diharapkan lebih mampu memahami faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi akuntabilitas.
3)
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi mampu menjadi variabel intervening, maka disarankan pihak 99
Perguruan Tinggi Negeri mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi untuk meningkatkan akuntabilitas organisasi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pengendalian dan disiplin para pegawai. Selain itu diperlukan suatu upaya peningkatan moral pegawai dan mengurangi terjadinya
perbedaan
informasi,
sehingga
kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat dikurangi dan bisa meningkatkan akuntabilitas organisasi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L. J., Parker, Susan., Peters, Gary F. 2002. Audit Committee Characteristics and Financial Statement: A Study of the Efficacy of Certain Blue Ribbon Committee Recommendation. Working paper. www.ssrn.com. Adelin, Vani dan Fauzihardani, Eka. 2013. Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaaatan pada Aturan Akuntansi dan Kecenderungan Kecurangan Terhadap Perilaku Tidak Etis. WRA, Vol: 1, No. 2, Oktober 2013. AICPA. 2003. Auditor‟s Responsibility for Fraud Detection. Journal of Accountancy. (serial online), Jan.-Mar., [diakses 22 Maret 2014]. Available from: URL: http://www.aicpa.org/PUBS/JOFA. Alvin, A. Arens., Ellder, J. Ronald., Beasley, Mark S. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi. Erlangga: Jakarta. Aranta, Petra Zulia. 2008. “Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi” (skripsi). Padang: Universitas Negeri Padang. Arifiyadi, Teguh. 2008. Konsep tentang Akuntabilitas dan Implementasinya di Indonesia. (serial online), Jul.-Sept., [diakses 15 September 2014]. Tersedia: URL: http://blogs.depkominfo.go.id/itjen/2008/12/19/konsep-tentang akuntabilitas-danimplementasinya-di-indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2014. Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Erlangga: Jakarta. . 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga: Jakarta. Boynton, W. C., Johnson, R.N., Kell, W.G. 2006. Modern Auditing. Eight Edition: John Wiley and Son. Inc.
101
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, (serial online), [diakses 10 Oktober 2014]. Tersedia: URL: http://www.evaluasi.dikti.go.id. Dewi, Sarita Permata. 2012. Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus Pada SPBU Anak Cabang Perusahaan RB. Group). Jurnal Nominal. Vol: 1, Nomor 1. hal. 1 – 22. Eisenhardt, Kathleem M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review, 14, 57-74. Fauwzi. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi. Semarang: Universitas Diponegoro. Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis 2nd Edition. New Jersey, USA: Prentice Hall International, Inc. Garnita, Nita. 2008. “Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik)” (tesis). Bandung: Universitas Widyatama. Gaviria, A. 2001. Assessing the Effects of Corruption and Crime on Firm Performance. Working Paper. di-download dari Social Science Research Network. Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hadiprajitno, P. Basuki. 2013. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Biaya Keagenan di Indonesia. (Studi Empirik pada Perusahaan di Bursa Efek di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol. 9, No. 2. hal. 97 – 127. Hapsari, Dian Tri. 2013. ”Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan, Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Lumajang)” (skripsi). Jember: Universitas Jember. Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 316. Pertimbangan Atas Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan.
102
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 240. Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan. Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta. Isvihana. 2011. “Pengaruh Pengendalian Intern dan Audit Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik (Pada Pemerintah Kota Bandung)”(skripsi). Bandung: Universitas Komputer Indonesia. Kartika, Indriya. 2013. “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya Terhadap Akuntabilitas Keuangan (Penelitian Pada Laporan Realisasi Anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Wilayah Provinsi Jawa Barat)”(skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Khang, K. dan Tao Hsien, Dolly King. 2002. Is Devidend Policy Related to Information Asymmetry? Evidence from Insider Trading Gains. Working Paper. www.ssrn.com. Kohlberg, L. 1969. Stage and sequence: The cognitive-development approach moral action to socialization. In D. A. Goslin (Ed). Handbook of socialization theory and research. Chicago: RandMcNally. p.347-480. Kresiadanti, Anastasia Rasia Rahma. 2012. “Pengaruh Internal Control dan Internal Auditor terhadap Akuntabilitas di Universitas Brawijaya” (skripsi). Malang: Universitas Brawijaya. Kusumastuti, Nur Ratri. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening” (skripsi). Semarang: Unversitas Diponegoro. LAN, BPKP. 2003. Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah, Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Lembaga Administrasi Negara. Jakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta. Meliany, Lia dan Ernawati, Herna. 2009. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Journal dan Proceeding Universitas Jenderal Soedirman, Vol: 3, No.1. Hal. 1-10.
103
Mulyadi. 2002. Auditing. Yogyakarta: Salemba Empat. Nasution, Marihot dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007. Nugraha, Darya Setia. 2010. The Influence Of Internal Control System To The Reliability Of Local Goverment Financial Statement (Case Study at Pemerintah Provinsi Jawa Barat). Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi, Vol: 2, No. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 24 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Primayoni, R., Adiputra, P., dan Sujana, Edy. 2014. “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada SKPD Kabupaten Klungkung)” (tesis). Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha. Priyanto, E., Maryunani., Mazkie, Ghozali dan Khusaini, M. 2014. Effects Of Asymmetric Information, Transaction Cost To Corporate Governance, And Public Organization Performance. IOSR Journal of Business and Management. Puspasari, Novita dan Suwardi, Eko. 2012. Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen Pada Konteks Pemerintahan Daerah). Simposium Nasional Akuntansi 15. Radar Bali. 2010. Terdakwa Korupsi ISI Denpasar Nangis, Minta Rektor Dijadikan Terdakwa Utama. (serial online), [diakses 24 Desember 2013]. Tersedia: URL: http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=6688&l=terdakwa-korupsi-isi denpasar-nangis-minta-rektor-dijadikan-terdakwa-utama. Rahmawati, Ardiana Peri. 2012. “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Moralitas Manajemen Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. 104
Ramandei, Pilipus. 2009. “Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Jaya Pura)” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Rasul, S. 2000. Pengukuran Kinerja: Suatu Tinjauan pada Instansi Pemerintah. BPKP. Riantiarno, Reynaldi dan Azlina, Nur. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu). Jurnal Pekbis, Vol: 3, No.3. Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi (Drs. Benjamin Molan), Edisi Bahasa Indonesia, Klaten: PT. INTAN SEJATI. Sadjiarto, Arja. 2000. Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol: 2, No. 2. Hal. 138-150. Schiff, M. and Lewin, A. 1970. The Impact of People on Budgets. The Accounting Review, Volume: 45, p. 259 -268. Scott, William. R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada: Prentice-Hall Canada Inc. Smith, R., Tiras, Sam., and Vichitlekarn, Stan, 1997. The Interaction Between Internal Control Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working Paper. Di download dari Social Science Research Network. Sugijanto, Gunardi H., Robert dan Loho, Sonny. 1995. “Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi Non Laba”. Malang: Unibraw. Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. The Committee of Sponsoring Organizations of the Tread way Commission (COSO). 2009. Fraudulent Financial Reporting : 1998 – 2007, An Analysis of U.S. Public Company. USA. Thoyibatun, Siti. 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol: 16, No. 2. Hal. 245 – 260. Tresnawati, Rina. 2011. “Pengaruh Efektifitas Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung” (skripsi). Bandung: Universitas Widyatama.
105
Uma Sekaran. 2007. Research Methods For Business. Salemba Empat: Jakarta. Widyaningsih, Aristanti., Triantoro, Arvian dan Widyantoro, Lili Sugeng. 2011. Hubungan Efektivitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengendalian Intern dengan Kualitas Akuntabilitas Keuangan: Kualitas Informasi Laporan Keuangan sebagai Variabel Intervening (Penelitian pada Laporan Realisasi Anggaran di Pemda Kabupaten/Kota Wilayah Provinsi Jawa Barat). Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh. Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Wisnumurti, Andhika. 2010. “Analisis Pengaruh Corporate Goverance Terhadap Hubungan Asimetris Informasi dengan Praktik Manajemen Laba” (skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro. Wolk, H. I. and Tearney, Michael G. 1997. Accounting Theory: A Conceptual and Institusional Approach 4th ed. Ohio, South-Western College Publishing. Wright, P., A. Mukherji and Kroll, M.J. 2001. “A Reexamination of Agency Theory Assumptions: Extensions and Extrapolations.” Journal of Socio- Economics, Vol: 30, No. 5, pp. 413-429. Waworuntu, Bob. 2003. Determinan Kepemimpinan. Depok:Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Wiyono, Gendro. 2001. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Yue, Marion Yulian. 2010. “Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah, Penerapan Akuntabilitas Keuangan, dan Ketaatan Terhadap Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) (Studi pada satuan kerja perangkat daerah kota Tembilahan)” (skripsi). Riau: Universitas Riau. Zirman., Darlis, Edfan dan Rozi, R., Muhammad. 2010. Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah, Penerapan Akuntabilitas Keuangan, Motivasi Kerja, dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Ekonomi, Vol: 18, No. 1.
106
Lampiran 1 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No
1
Peneliti dan Tahun penelitian
Wilopo (2009)
2
Thoyibatun (2012)
3
Fauwzi (2011)
Kesimpulan hasil penelitian
Variabel
Perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi.
Penelitian menggunakan variabel pengendalian intern, kepatuhan akuntansi, moralitas manajemen, asimetri informasi, kecenderungan kecurangan akuntansi, perilaku tidak etis.
Kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadiannya oleh faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan terhadap aturan dan perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis sebagai salah satu faktor kuat yang berpengaruh terhadap semakin naiknya kecenderungan kecurangan akuntansi. Kecenderungan kecurangan akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja tidak terbukti dalam penelitian ini.
Penelitian menggunakan variabel pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, kecenderungan kecurangan akuntansi.
Pengendalian internal dan moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan kesesuaian kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak
Penelitian menggunakan variabel keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas manajemen, perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi.
107
etis dan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. 4
Kusumastuti (2012)
Faktor keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi, dan moralitas manajemen berpengaruh signifikan terhadap perilaku tidak etis. Sedangkan perilaku tidak etis berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Tetapi penelitian ini juga menunjukan bahwa faktor keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan moralitas manajemen berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian menggunakan variable keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, moralitas manajemen, kecenderungan kecurangan akuntansi perilaku tidak etis.
5
Rahmawati (2012)
Pengendalian internal yang efektif, ketaatan manajemen terhadap aturan akuntansi, dan semakin tinggi moralitas yang dimiliki tiap manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi,sedangkan pemberian kompensasi dan adanya asimetri informasi tidak mempengaruhi adanya kecenderungan kecurangan akuntansi secara signifikan.
Penelitian menggunakan variabel Keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi, dan moralitas manajemen, kecenderungan kecurangan akuntansi.
108
6
Riantiarno et al. (2011)
Ketaatan pada peraturan perundangan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan untuk variabel penerapan akuntabilitas keuangan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Penelitian menggunakan variable Penerapan Akuntabilitas Keuangan, Ketaatan pada Peraturan Perundangan, Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
7
Aranta (2008)
Moralitas aparat berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian menggunakan variable moralitas aparat, asimetri informasi dan kecenderungan kecurangan akuntansi.
8
Garnita (2008)
Akuntabilitas terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Penelitian menggunakan variable Akuntabilitas dan variabel Kinerja Instansi Pemerintah.
9
Gaviria (2001)
Korupsi memiliki efek yang nyata pada hasil ekonomi dari perusahaan. korupsi dan kejahatan secara substansial mengurangi daya saing .
Penelitian menggunakan variable korupsi, kejahatan, hasil ekonomi.
10
Pilupus (2009)
Karakteristik sasaran anggaran (Partisipasi Anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran dan evaluasi anggaran) tidak bepengaruh terhadap Kinerja Manajerial. Sedangkan system pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah.
Penelitian menggunakan variable karakteristik sasaran anggaran, sistem pengendalian internal dan kinerja managerial.
11
Dewi (2012)
Pengendalian Internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan dan Gaya Kepemimpinan berpengaruh
Penelitian menggunakan variable pengendalian internal, gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan.
109
positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan 12
Meliany et al. (2012)
Keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi secara bersamasama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Keefektifan Pengendalian Internal secara statistik memiliki pengaruh secara positif terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. kesesuaian kompensasi secara statistik memiliki pengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian menggunakan variable keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi dan kecenderungan kecurangan akuntansi.
13
Primayoni et al. (2014)
Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Penelitian menggunakan variabel kejelasan sasaran Anggaran, efektivitas pengendalian internal dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
14
Tresnawati (2011)
Pengendalian internal mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja.
Penelitian menggunakan variabel pengendalian internal dan kinerja.
15
Kartika (2013)
Sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
Penelitian menggunakan variabel sistem pengendalian intern pemerintah, kualitas laporan keuangan, akuntabilitas keuangan.
16
Widyaningsih et Sistem akuntansi keuangan al. (2011) daerah telah berjalan dengan sangat efektif dan sistem pengendalian intern yang berjalan dengan sangat baik sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas, tentunya hal tersebut akan mendorong 110
Penelitian menggunakan variabel efektifitas sistem akuntansi keuangan daerah, pengendalian intern, kualitas akuntabilitas keuangan dan kualitas informasi laporan keuangan.
meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. 17
Nugraha (2011)
Sistem pengendalian intern secara simultan berpengaruh politik dan signifikan terhadap akuntabilitas aset tetap.
18
Isvihana (2011)
Pengendalian intern berpengaruh Penelitian menggunakan variabel terhadap akuntabilitas publik. pengendalian intern, audit kinerja dan akuntabilitas publik.
19
Kresiadanti (2012)
Terbukti terdapat hubungan internal control terhadap akuntabilitas.
Penelitian menggunakan variabel internal control dan internal auditor terhadap akuntabilitas.
20
Zirman et al. (2010)
Ketaatan pada Peraturan Perundangan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah.
Penelitian menggunakan variabel kompetensi aparatur pemerintah daerah, penerapan akuntabilitas keuangan, motivasi kerja, ketaatan pada peraturan perundangan danakuntabilitas kinerja instansi pemerintah
21
Hapsari (2013)
Ketaatan pada Peraturan Perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Penelitian menggunakan variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), Ketaatan pada Peraturan Perundangan (KPP), Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah (KAP), Motivasi Kerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
22
Priyanto et al. (2014)
Asymmetric information has significant influence toward corporate governance.
Penelitian menggunakan variabel Asymmetric Information,Transaction Cost To Corporate Governance, And Public Organization Performance.
111
Penelitian menggunakan variabel sistem pengendalian intern, transparansi dan akuntabilitas aset tetap pemerintah.
23
Puspasari et al. (2012)
Terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Kondisi elemen pengendalian internal tidak mempengaruhi individu dengan level moral tinggi untuk cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan individu dengan level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal
Penelitian menggunakan variabel moralitas individu, pengendalian internal dan kecenderungan kecurangan akuntansi.
24
Yue (2010)
Penerapan akuntabilitas keuangan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Penelitian menggunakan variabel Kompetensi aparatur Pemerintah Daerah, Penerapan Akuntabilitas Keuangan, ketaatan terhadap peraturan perundangan dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
112
KUISIONER PENELITIAN
Disusun oleh: Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
113
Lampiran 2 Perihal : Permohonan Kesediaan menjadi Responden Kepada Yth. Bapak / Ibu / Sdr / Sdri di Tempat Dengan Hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tesis pada Program Magister Akuntansi di Universitas Udayana, maka peneliti sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr/ Sdri untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi kuisioner yang saya sertakan ini di tengah kesibukan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri pada saat bertugas. Kuisioner ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu dan penelitian saya. Kuisioner ini tidak ada hubungannya dengan status dan kedudukan di tempat kerja, sehingga saya berharap Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mengisi kuisioner ini dengan lengkap dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sesuai etika penelitian, maka data yang diperoleh akan kami jaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja. Data tersebut akan dianalisis dan disajikan secara agregat bukan secara individu. Peneliti mengucapkan terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan yang telah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan dalam penelitian ini. Denpasar, September 2014 Hormat saya,
Ni Luh Pt. Normadewi Abdi Pradnyani 114
Lampiran 3
IDENTITAS RESPONDEN
1. Usia anda saat ini
:
a. 20 – 29 tahun.
c. 40 – 49 tahun
b. 30 – 39 tahun.
d. > 50 tahun
2. Jenis Kelamin
:
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Pendidikan formal tertinggi : SMA Diploma S1 S2 4. Masa Kerja di posisi sekarang :
115
1 of 5 Pages
Lampiran 4 Petunjuk Pengisian Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dimohon untuk memberikan tanggapan atas pernyataan yang ada pada kuisioner ini sesuai dengan keadaan, pendapat, perasaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri sebenarnya, bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat orang lain. Pernyataan-pernyataan dalam angket ini mempunyai lima alternatif jawaban yaitu (SS) = Sangat setuju, (S) = Setuju, (N) = Netral, (TS) =Tidak setuju, (STS) = Sangat tidak setuju. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban dalam
angket
dibawah
ini
sesuai
dengan
keadaan,
pendapat,
perasaan
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Akuntabilitas Keuangan No
Pernyataan
Pilihan STS
1 2 3 4 5 6 7
8 9
10
Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi di otorisasi oleh pimpinan PTN. Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi disajikan secara transparan (adanya keterbukaan). Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi telah sesuai dengan kebutuhan dan target yang ditetapkan. Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara komprehensif (lengkap dan terperinci). Sumber-sumber dan penggunaan dana harus akurat dan jelas. Sumber-sumber dan penggunaan dana diketahui oleh stakeholder (Pemberi sumber dana, Badan pengawas). Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara informatif (dapat dimengerti dan dipahami) bagi pembuat keputusan. Sumber-sumber dan penggunaan dana selalu dibuat secara periodik. Laporan keuangan yang disajikan menyediakan informasi keuangan yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode pelaporan. Sistem pelaporan akuntansi dan keuangan organisasi telah dan selalu diaudit oleh auditor yang independen (Inspektorat, BPK). 116
TS
N
S
SS
2 of 5 Pages
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi No
Pernyataan
Pilihan STS
1
Agar saldo organisasi ini tampak lebih besar, maka wajar bila pimpinan bagian akuntansi/ keuangan di organisasi ini memperkecil biaya-biaya yang tercatat dalam pembukuan organisasi
2
Bagi pimpinan keuangan di organisasi ini, demi mengamankan posisi pimpinan lembaga adalah wajar bila catatan dan dokumen penyuapan kepada pejabat pemerintah dihilangkan dari pembukuan
3
Bila ingin menunjukkan kinerja organisasi yang lebih baik, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini diperkenankan untuk mengubah saldosaldo pada Laporan Realisasi Anggaran.
4
Pimpinan bagian keuangan di perusahaan ini, sepatutnya berusaha untuk tidak menerima berbagai pembayaran fiktif yang ada di organisasi
5
Pimpinan bagian akuntansi/ keuangan di organisasi ini, seharusnya, berani menolak permintaan pimpinan lembaga untuk membeli pengadaan barang dan jasa dengan harga murah (di bawah harga pasar)
117
TS
N
S
SS
3 of 5 Pages
Keefektifan Pengendalian Internal No
Pernyataan
Pilihan STS
Di Organisasi tempat saya bekerja ini: 1
Penerapan wewenang dan tanggung jawab tidak terlalu dipentingkan
2
Bila laporan keuangan perlu segera diterbitkan, maka otorisasi transaksi dan bukti pendukung dapat diabaikan
3
Pemeriksaan fisik atas kekayaan perusahaan (kas, persediaan dan lain-lain) hanya dilakukan pada saat diperlukan
4
Sistem akuntansi tidak dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional organisasi
5
Pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal (misalnya derajat keamanan kas, persediaan) tidak dilakukan secara terus menerus.
118
TS
N
S
SS
4 of 5 Pages
Ketaatan Aturan Akuntansi No
Pernyataan
Pilihan STS
1
Dalam melaksanakan tugas, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini perlu mempertimbangkan kepentingan pengguna laporan keuangan sebagai skala prioritas.
2
Dalam menyusun laporan keuangan, sangatlah sulit bagi penanggungjawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini untuk mengungkapkan seluruh kejadian dan transaksi keuangan yang ada di organisasi.
3
Dalam menyusun laporan keuangan, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini harus berusaha membebaskan diri dari berbagai pengaruh kepentingan tertentu dari pihak lain yang bertentangan dengan ketentuan akuntansi.
4
Dalam menyusun laporan keuangan, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini perlu bertindak hati-hati yang didasarkan pada keahliannya
5
Bila diminta sebagai saksi di depan pengadilan, penangungjawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini wajib mengungkapkan rahasia dan kejadian organisasi yang sebenarnya.
6
Bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini tidak harus mentaati ketentuan organisasi secara konsisten.
7
Dalam kenyataannya bila menyusun laporan keuangan, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di organisasi ini tidak perlu menggunakan standar akuntansi keuangan. 119
TS
N
S
SS
5 of 5 Pages Asimetri Informasi No
Pernyataan
Pilihan STS
1
2
3
4
5
6
7
Atas pekerjaan di bidang akuntansi, pihak luar baik langsung atau tidak langsung, juga mengetahui seluruh informasi yang berkaitan dengan transaksi PTN yang mempunyai dampak keuangan. Dalam PTN ini, hanya penanggung jawab penyusunan laporan keuangan yang memahami seluruh hubungan antara data transaksi keuangan dengan proses penyusunan laporan keuangan. Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, selalu mengetahui dan memahami isi dan angka laporan keuangan yang selesai dikerjakan. Di PTN ini, hanya penanggung jawab penyusunan laporan keuangan yang mengerti lika-liku pembuatan laporan keuangan. Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, juga mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan pembuatan laporan keuangan. Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, juga mengetahui faktor internal yang mempengaruhi kegiatan pembuatan laporan keuangan. Di PTN ini, pihak luar baik langsung atau tidak langsung, tidak pernah mengetahui isi dan angka yang sebenarnya dari laporan keuangan yang disusun perusahaan.
Terimakasih atas partisipasi Bapak/ Ibu/ Sdr/ Sdri.
120
TS
N
S
SS