Kuliah 13
Arah Perkembangan Teori Administrasi Publik/Negara Marlan Hutahaean
1
Agenda Pendahuluan 4 Model TAP/N No-State Model Bold-State Model Pre-State Model Pro-State Model Marlan Hutahaean
2
Pendahuluan Stillman II (1990) TAP/N tergantung persepsi tentang : >> Who should rule? >> What is the meaning of the good life? >> What are the methods for realizing the good life? >> What are the appropriate criteria for action? >>What are the best organizational formats? >>What is the vision of the ideal state? Marlan Hutahaean
3
4 Model TAN
1. 2. 3. 4.
Perdebatan tentang pertanyaan persepsi tadi menghasilkan 4 model teori : No-State Model; Bold-State Model; Pre-State Model; dan Pro-State Model. Marlan Hutahaean
4
No-State Model (1) • Anti campur tangan pemerintah. • Mempromosikan kebijakan yang memberi peluang lebih besar kepada kegiatan industri dan bisnis. • Memiliki semboyan,”to let people do as they please.” atau “laisse faire laisse aller/allest.”
Marlan Hutahaean
5
No-State Model (2) • Para pendukungnya adalah ahli ekonomi dan moneter seperti Milton Friedman, George Stigler, Gay Becker, dan para kelompok Chicago School. • Sumner menyatakan, “biarkanlah yang menjadi pahlawan free market.” Marlan Hutahaean
6
Bold-State Model (1) • Berkebalikan dengan No-State Model • Negara merupakan sesuatu yang positif dalam mempromosikan dan menjaga kehidupan publik. • Para pendukungnya tidak takut dengan campur tangan pemerintah dalam kehidupan publik. Marlan Hutahaean
7
Bold-State Model (2) • Adanya perluasan peran pemerintah untuk menangani perubahan-perubahan yang datang dari masyarakat dan individu-individu dan menuntut agar pemerintah mengambil prakarsa dalam tugas manajerial kehidupan kenegaraan, daerah, dan sektor privat, dan lain-lain. Marlan Hutahaean
8
Bold-State Model (3) • Tokoh yang bergabung dalam kelompok ini seperti Leonard D. White, Louis Brownlow, dan Luther Gullick, yang hingga saat ini masih mendominasi literatur Administrasi Publik.
Marlan Hutahaean
9
Pre-State Model (1) • Model yangg berada di tengah antara No-State Model dan BoldState Model. • Muncul dari kelemahan kedua model sebelumnya. • Kelompok yang bergabung adalah John Rhor, Don K. Price, Harland Cleveland, dan lain-lain. Marlan Hutahaean
10
Pre-State Model (2) • Penekanan model ini pada peranan administrator publik yang kreatif, spontan, dan manusiawi. • Administrator yang mereka dambakan adalah yang fixer, negotiator, atau bargainer. Marlan Hutahaean
11
Pre-State Model (3) • Kepercayaan pada kekuatan pasar sangat tergantung pada situasi dan sebaliknya peranan pemerintah pusat juga tergantung dari kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi. • Inti model ini adalah adanya perasaan, krativitas, dan kebijakan dimana administrasi publik hendak diterapkan. Marlan Hutahaean
12
Pro-State Model (1) • Sebagai out put sistem kenegaraan pasca PD II, dimana globalisme, profesionalisme, dan teknokrasi menjadi pusat perhatian. • James L. Perry (1989) menyatakan bahwa pendidikan tinggi, profesionalisme, dan kemajuan teknologi menjadi sumber utama kekuatan model ini. Marlan Hutahaean
13
Pro-State Model (2) • Model ini melihat bahwa batas antar negara dan antar swasta dengan pemerintah semakin suram. • Identitas nasional semakin berkurang yang berimplikasi pada perubahan kriteria administrator. Marlan Hutahaean
14
Pro-State Model (3) • Kondisi ini mensyaratkan perlunya perubahan kriteria administrator. • Para administrator yang terlatih, para ahli dan spesilis dipandang sebagai penuntun, pengambil keputusan, dan pengarah bagi sistem administrasi publik secara keseluruhan. Marlan Hutahaean
15
Pro-State Model (4) • Model ini juga melihat bahwa berbagai jenis teknologi sebagai driving forces dari dunia Administrasi Publik. • Model ini juga percaya akan aplikasi teknologi dan penemuan ilmiah untuk dimanfaatkan dalam dunia Administrasi Publik. Marlan Hutahaean
16
Pro-State Model (5) Akan tetapi, model ini mendapat kritik dari Stillman II (1991). Tiga kelemahan model ini : 1) Terlalu melihat AP dalam konteks yang mekanistik dan positivist, yaitu sebagai satu rangkaian alat analisis dimana para ahli seharusnya menggunakannya sebagai penuntuk pekerjaan mereka. Marlan Hutahaean
17
Pro-State Model (6) 2) Model ini “buta” terhadap dimensi-dimensi intuitif dan kreatif dalam memecahkan masalah politik, kelembagaan, dan masyarakat. Bahkan menurunkan derajat pemerintah, karena terlalu mementingkan aspek teknis. Marlan Hutahaean
18
Pro-State Model (7) 3)
4)
Padangan bahwa para ahli merupakan orang yang harus ditiru, sebagaimana dituntut dalam model ini, berakibat tidak baik bagi kedudukan para mereka yang tidak ahli. Model ini sangat berorientasi instrumentalist, sehingga memberi peluang untuk penerapan analisis kebijakan teknis, implementasi, statistic dan riset evaluasi, tanpa melihat instrument tersebut dalam memecahkan masalah publik. Marlan Hutahaean
19
Terimakasih
Marlan Hutahaean
20