1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Sebab selain memberi kontribusi terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional juga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Dengan mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup banyak jumlahnya baik di pedesaan maupun di perkotaan, maka permasalahan ekonomi bangsa yang berupa jumlah pengangguran dapat berkurang. Pemerintah dalam upaya untuk mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan berharap pada peranan UMKM yang dianggap mampu dalam menangani masalah-masalah tersebut. UMKM dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri yang dapat mengurangi pengangguran dan akan berkaitan dengan pengurangan jumlah kemiskinan serta pemerataan pendapatan. Dalam perkembangannya, UMKM tidak lepas dari berbagai macam masalah. Salah satu masalah umum yang dihadapi oleh pengusha kecil dan menengah pada umumnya adalah keterbatasan untuk memanfaatkan informasi akuntansi dengan maksimal. Para pelaku UMKM merasa kesulitan dalam menggunakan informasi akuntansi karena merasa memerlukan keterampilan khusus di bidang akuntansi.
2
Prihatni dan Noviarini (2012) menyatakan UKM telah memahami informasi akuntansi, tetapi dalam hal penerapannya belum cukup terpenuhi. Biasanya para pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan akuntansi hanya melihat berapa uang yang masuk dan berapa uang yang keluar kemudian disisihkan yang menghasilkan laba atau rugi, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk usaha atau non usaha. Para pelaku sering kali mengatakan usahanya berhasil jika dalam penerimaan lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkannya dalam satu periode, dan juga jika penerimaan tahun ini lebih besar daripada penerimaan tahun kemarin. Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari pendapatan saja. Seharusnya dalam pembukuan diperlukan pengukuran atas transaksi yang terjadi, perlu pengelompokan serta perlu pengikthisaran transaksi-transaksi tersebut. Dengan demikian segala aktivitas yang berhubungan dengan usaha dapat dicatat dan dilaporkan dengan benar. Laporan keuangan yang disusun dengan benar akan memungkinkan manajer memperoleh data dan informasi yang tersusun secara sistematis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi periode ini dan memprediksikan masa depan usahanya. Dengan kurangnya pengetahuan dalam pembukuan, otomatis menghambat para pelaku UKM dalam menjalankan kegiatan pembukuan keuangan. Sebenarnya para pelaku UKM berkewajiban menyelenggarakan pencatatan akuntansi yang baik, hal itu tersirat dalam Undang-Undang Usaha Kecil dan Menengah No. 9 tahun 1995 dan dalam Undang-Undang Perpajakan (Pinasti, 2007), Undang-Undang Usaha Kecil dan Menengah No. 9 tahun 1995 sudah diganti dengan Undang-Undang Usaha Kecil dan Menengah No. 20 tahun 2008. Namun dilihat
3
dalam pelaksanaannya, kebanyakan para pelaku usaha kecil dan menengah tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam menjalankan bisnisnya. Salah satu alat yang digunakan manajemen untuk membantu menghadapi persaingan bisnis adalah informasi akuntansi. Informasi akuntansi menghasilkan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk perencanaan, pengendalian, pembuatan keputusan dan evaluasi kinerja. Informasi akuntansi memungkinkan manajemen
untuk
mengimplementasikan
strategi
dan
melakukan
aktivitas
operasional yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan juga bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan misalnya : pemilik, manajer, karyawan, kreditur dan pelanggan. Di Indonesia jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah berkembang semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah industri dan tenaga kerjanya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam lima tahun terkhir yaitu tahun 2006-2010, jumlah Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tercatat mengalami kenaikan 4.801.929 unit atau 9,8% dari total unit usaha. Dalam aspek penyerapan tenaga kerja, terjadi kenaikan tenaga kerja 11.492.178 orang atau 13.07 % dari total tenaga kerja, berarti setiap tahunnya unit usaha pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan yang berperan penting dalam mengurangi pengangguran. Dalam kontribusi pembentukan PBD, sektor UMKM dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan Rp. 1.682.969,5 Milyar atau 94,37 % dari total PBD. Dan dalam sektor
4
ekspor lima tahun terakhir mengalami kenaikan 52.127 Milyar atau 42,12 % dari total ekspor. Dilihat dari data di atas sektor UMKM mempunyai peran penting dalam perkembangan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Meskipun dalam tiap tahunnya bisnis UMKM semakin meningkat. Namun, kebanyakan manajer bisnis kecil di Indonesia tidak membuat dan menggunakan pencatatan akuntansi dalam bisnis. Usaha Kecil dan Menengah biasanya belum memiliki pengetahuan yang baik tentang akuntansi, dan banyak dari mereka tidak mengerti pentingnya akuntansi untuk kelangsungan bisnis, dan juga manajer usaha kecil berasumsi bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Prospek kerja UMKM yang terbilang menjanjikan sukses membangkitkan gairah masyarakat untuk turut berkecimpung dalam dunia usaha. Masyarakat seperti sangat tertarik dan berbondong-bondong merintis bisnis UMKM, tak terkecuali masyarakat Kota Jepara. Menurut data BPS Kota Jepara untuk sensus ekonomi 2010, total usaha industri kecil dan menengah berjumlah 8.395 unit dan menyerap tenaga kerja yang besar sejumlah 82.595 orang. Dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup pada bisnis UMKM. Jumlah pelaku Usaha Kecil dan Menengah di Jepara setiap tahunnya meningkat, tetapi dengan bertambahnya para pengusaha UKM tidak menjamin para pelaku UKM untuk melakukan pembukuan yang sesuai standar. Melalui perbincangan dengan beberapa pelaku UKM perihal mengenai tingkat pendapatan, dijelaskan bahwa didalam pencatatan pembukuan dilakukan hanya dengan melihat berapa uang yang masuk diselisihkan dengan uang yang keluar, dan apabila uang
5
masuk lebih besar daripada uang yang dikeluarkan maka mereka untung, dan sebaliknya. Selain itu mereka beranggapan bahwa tujuan mereka berbisnis adalah untuk menyambung hidup, jadi tidak memerlukan sistem pencatatan yang terlalu rumit. Padahal secara akuntansi, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mendukung pelaksanaan operasional, misalnya biaya listrik, air, sewa tempat dan biaya tenaga kerja harus ikut diperhitungkan untuk menentukan harga jual, kalau hal itu tidak dilakukan oleh para pengusaha terutama pengusaha kecil dan menengah tidak menutup
kemungkinan
dalam
jangka
panjang
perusahaan
tidak
bisa
mengembangkan usahanya akibat dari tidak dilakukan pengukuran atau penilaian dari setiap aktivitas usaha. Padahal penyajian laporan keuangan bagi bisnis UKM mempunyai banyak manfaat misalnya: memberikan informasi yang berguna bagi pelaku UKM dalm kelangsungan bisnisnya, mempermudah dalam meminjam dana pada kreditur karena biasanya kreditur ingin melihat kinerja keuangan, memberikan informasi tentang kinerja perusahaan pada tahun ke tahun. Kondisi demikian pula terjadi pada UMKM didaerah Kecamatan Jepara yang merupakan salah satu sentra mebel di Jepara. Banyak pelaku UMKM yang belum menyelenggarakan pencatatan akuntansi yang sesuai standar yang telah ditetapkan. Padahal Ikatan Akuntan Indonesia telah membuat sebuah standar yang mengatur tentang akuntansi untuk UMKM yaitu SAK ETAP. Penelitian sebelumnya mengenai UKM telah dilakukan Handayani (2011) mengenai faktor yang mempengaruhi pemahaman informasi akuntansi usaha kecil dan menengah. Dengan membagi faktor tersebut menjadi tiga kriteria, yaitu: (1)
6
karakteristik manajer, (2) karakteristik internal UKM, serta (3) variabel kontekstual. Karakteristik manajer meliputi: masa jabatan perusahaan, pendidikan manajer, karakteristik internal UKM meliputi: skala usaha, umur perusahaan, dan variabel kontekstual meliputi: pelatihan akuntansi dan ketaatan terhadap aturan akuntansi. Hasil dari penelitiannya menunjukkan masa jabatan perusahaan, pendidikan manajer, umur perusahaan dan pelatihan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi, sedangkan skala usaha dan ketaatan terhadap aturan akuntansi tidak berpengaruh signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan Handayani (2011) dengan memasukkan variabel masa jabatan perusahaan, pendidikan manajer, skala usaha, umur perusahaan dan pelatihan akuntansi, namun terdapat perbedaan yaitu mengenai variabel ketaatan terhadap aturan akutansi tidak dimasukkan. Hal itu dikarenakan belum semua bisnis UKM menggunakan atau menyelenggarakan laporan keuangan yang sesuai standar yang telah ditetapkan, jika UKM tidak menyelenggarakan laporan keuangan yang sesuai standar maka sudah dipastikan tidak taat pada aturan yang ditetapkan dan hasilnya kemungkinan besar tidak signifikan. Dan jika semua UKM telah menggunakan atau menyelenggarakan laporan keuangan yang sesuai standar maka baru dapat dilihat UKM itu taat atau tidak taat kepada aturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan fenomena yang telah dijabarkan di atas, mengenai pelaku usaha mikro kecil dan menengah dalam memandang pentingnya pemahaman penggunaan
7
laporan keuangan yang mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan bisnis. Maka diputuskan judul penelitian sebagai berikut: “Faktor yang Berpengaruh Pada Pemahaman UKM Dalam Menggunakan Informasi Akuntansi (Studi Kasus Pada Ukm Industri Mebel Di Kecamatan Jepara, Kebupaten Jepara)”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perlu untuk dikaji masalah yang timbul dikalangan UKM berkaitan dengan pemahaman laporan keuangan. Laporan keuangan seharusnya menjadi kebutuhan bagi setiap unit usaha mengingat manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan laporan keuangan bagi keberlanjutan usaha. Namun realitanya, masih banyak pelaku UKM yang tidak menggunakan laporan keuangan. Maka rumusan masalah untuk penelitian ini yaitu: a. Apakah masa jabatan berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? b. Apakah pendidikan manajer berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? c. Apakah skala usaha berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? d. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? e. Apakah pelatihan akuntanasi berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi?
8
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui masa jabatan berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? b. Untuk mengetahui pendidikan manajer berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? c. Untuk mengetahui skala usaha berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? d. Untuk mengetahui umur perusahaan berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi? e. Untuk mengetahui pelatihan akuntanasi berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi?
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Secara terperinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pemerintah Diharapkan dengan penelitian ini pemerintah lebih peduli lagi dengan UKM karena dengan mengetahui pentingnya UKM dalam membantu pertumbuhan ekonomi
maka
pemerintah
dapat
meningkatkan
progam-progam
yang
9
mendukung perkembangan UKM salah satunya memberikan pelatihan akuntansi pada manajer-manajer UKM. b. Pengusaha UKM mebel Pelaku usaha kecil dan menengah dengan penelitian ini bisa mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman informasi akuntansi dan dapat mengerti pentingnya informasi akuntansi dalam menjalankan usahanya. c. Bagi masyarakat umum Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang berguna untuk pengembangan UKM dan juga dapat dipakai sebagai sumber pengetahuan tentang UKM.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Teori – Teori Keprilakuan Beberapa teori mengenai sikap menurut Lubis (2010): 1. Teori Perubahan Sikap Dalam teori ini mengungkapkan perubahan sikap terjadi jika seseorang menerima suatu informasi baru mengenai suatu obyek. Misalnya : seorang karyawan yang awalnya bekerja biasa saja tetapi berubah giat ketika pekerjaannya diberi penghargaan jika mencapai target. Manajer UKM yang awalnya belum menggunakaan informasi akuntansi pada bisnisnya, akan berubah menggunakan jika manajer UKM mengetahui manfaat dari penggunaan informasi akuntansi. 2. Teori persepsi Diri Teori persepsi diri menganggap orang-orang mengembangkan sikap berdasarkan pada bagamana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku. Dalam rangka mengubah sikap seorang manajer UKM harus menemukan rangsangan terhadap apa yang akan dijalankan dalam bisnisnya.
11
3. Teori X dan Y oleh Douglas McGregor Dalam teori ini mengemukakan pandangan mengenai manusia yang memiliki dasar negatif yang disebut teori X dan dasar positif yang disebut teori Y. McGregor menyimpulkan pandangan seorang manajer mengenai kodrat manusia didasarkan pada suatu pengelompokan pengandaian-pengandaian tertentu dan manajer cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahannya menurut pengandaian-pengandaian tersebut. a. Asumsi Teori X a) Orang tidak suka bekerja dan cenderung menghidarinya. b) Orang tidak suka bekerja, sehingga manajer harus mengendalikan, megarahkan, memaksa, dan mengancam pekerja agar mau bekerja. c) Orang cenderung suka untuk diarahkan, menghindari tanggung jawab, dan menginginkan keamanan. b. Asumsi Teori Y a) Orang tidak secara alami membenci pekerjaan, karena merupakan bagian dari hidup mereka. b) Orang secara internal termotivasi untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawab mereka. c) Orang mengikatkan diri pada tujuan hingga suatu tingkat dimana mereka menerima pengahargaan pribadi ketika mereka mencapai tujuan.
12
d) Orang akan mencari dan menerima tanggung jawab dalam kondisi yang disukai. e) Orang memiliki kapasitas untuk berinovasi dalam memecahkan masalah organisasi. f) Orang pada dasarnya cerdas tapi dalam kebanyakan kondisi organisasi, potensi mereka kurang dimanfaatkan secara penuh. 2.1.2 Usaha Kecil dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan atau
yang dimiliki, dikuasai,
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah
atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan
yang
dimiliki,
13
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. 2.1.2.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah telah diatur dalam Undang-Undang UMKM tahun 2008 pasal 6. Dapat dilihat kriteria UMKM sesuai pasal 6 sebagai berikut: Tabel 2.1 Kriteria UMKM NO
KRITERIA
ASSET
OMZET
1
USAHA MIKRO
MAX 50.000.000
MAX 300.000.000
2
USAHA KECIL
> 50.000.000 - 500.000.000
>300.000.000-2,5 M
3
USAHA MENENGAH
> 500.000.000 - 10 M
> 2,5 M - 50 M
Sumber : UU RI No. 20 Tahun 2008
2.1.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah Semua usaha dan bisnis yang dijalankan pasti ada keunggulan dan kelemahannya termasuk bisnis UMKM. Partomo dan Rachman (2002) menyebutkan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) antara lain: 1. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.
14
2. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil. 3. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis. 4. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Dan kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM), menurut Tambunan (2002) adalah: 1. Kesulitan pemasaran. Hal itu dikarenakan UKM belum banyak mengetahui cara memasarkan produk agar banyak diminati pembeli dan kebanyakan hanya menguasai pangsa pasar domestik. Jika mengekspor UKM kalah bersaing dengan perusahaan yang besar. 2. Keterbatasan finansial. UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. 3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas
15
produk,
meningkatkan
efisiensi
dan
produktifitas
dalam
produksi,
memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru. 4. Masalah bahan baku. Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk tekstil mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS. 5. Keterbatasan teknologi. Berbeda dengan negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin
tua
atau
alat-alat
produksi
yang
sifatnya
manual.
Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesinmesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.
16
2.1.2.3 Peran Usaha Kecil dan Menengah Menurut Zimmerer (2008) menyatakan “perusahaan kecil tidak hanya menciptakan pekerjaan melainkan juga menanggung beratnya pelatihan karyawan”. Selain itu bisnis UMKM juga berperan dalam menyumbang PBD yang dapat menaikkan pendapatan per kapita suatu daerah, dan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dapat mengurangi tingkat pengangguran, serta dengan bertambahnya seseorang dalam masyarakat yang memiliki pekerjaan akan meningkatkan taraf hidup mereka, sehingga akan berdampak pada berkurangnya tingkat kemiskinan. Jadi secara umum peran Usaha Kecil dan Menengah yaitu dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, mengurangi pengangguran, mengurangi jumlah kemiskinan, berperan penting dalam PBD suatu daerah dan mengembangkan karyawan.
2.1.3 Pengertian Informasi Informasi merupakan data yang diproses atau data yang mempunyai arti. Akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu informasi. Jargon menyatakan bahwa menguasai informasi sama artinya dengan menguasai dunia, dan siapa yang menguasai informasi akan memenangkan persaingan, (Lubis, 2010). sesuai penyataan itu dapat disimpulkan bahwa informasi sendiri mempunyai peran yang penting dalam persaingan usaha di era yang modern ini. Informasi dalam bisnis berguna untuk pengambilan keputusan bisnis. Informasi usaha dapat membantu
17
untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.1.4 Pengertian Akuntansi Menurut Komite Terminologi dari American Institute of Certified Public Accounting dalam Lubis (2010) definisi akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan suatu mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang, paling tidak sebagian diantaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya. Definisi menurut APB dalam Lubis (2010), akuntansi didefinisikan berkaitan dengan konsep dari informasi kuantitatif atau keuangan dan fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan dimaksudkan untuk bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan dalam menentukan pilihan diantara serangkaian tindakantindakan alternatif yang ada. Dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu seni atau suatu aktivitas jasa yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam serangkaian tindakan yang tersedia. Dalam Belkaoui (2011) The Handbook of Accounting menegaskan bidangbidang yang menerima manfaat dari akuntansi : pelaporan keuangan, penentuan dan perencanaan pajak, audit independen, pemrosesan data dan sistem informasi, akuntansi manajemen dan biaya, akuntansi laba nasional, dan konsultasi manajemen. Dan telah berkembang dengan memasukkan : akuntansi internasional,
18
akuntansi keprilakuan (behavioral accounting), akuntansi sosio-ekonomi, akuntansi pemerintahan, akuntansi nirlaba, dan akuntansi Negara dunia ketiga.
2.1.5 Pengertian Informasi Akuntansi Akuntansi dianggap sebagai suatu input yang berupa data, proses, dan output yang berupa informasi akuntansi. Dalam Prihatni dan Noviarini (2012), Belkaoui (2000) mendifinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi memiliki peran penting untuk mencapai kesuksesan bisnis, termasuk untuk usaha kecil . Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil dan Menengah, termasuk keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, dan lain-lain. Ediraras (2010) menyatakan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna dalam mengambil keputusan, yaitu dalam hal : 1. Dasar pertimbangan dalam pembelian bahan baku untuk produksi dan alat-alat produksi yang akan digunakan. 2. Keputusan mengenai harga. 3. Mengajuakan permohonan pembiayaan ke bank. 4. Untuk pengembangan usaha. 5. Penambahan dan pengembangan sumber daya manusia serta penambahan asset usaha.
19
2.1.6 Standar Akuntansi Keuangan Standar Akuntansi Keuangan adalah suatu standar yang dijadikan dasar dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Semua perusahaan harus menyiapkan informasi sesuai dengan peraturan yang ada. Kewajiban menyelenggarakan pencatatan akuntansi yang baik bagi UKM di Indonesia sebenarnya telah tersirat dalam Undang-undang UMKM tahun 2008 tentang Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan lembaga yang mengeluarkan pedoman untuk penyusunan laporan keuangan bagi unit usaha yang berupa Standar Akuntansi Keuangan. Standar Akuntansi Keuangan berisikan metode atau teknikteknik akuntansi yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan. Laporan keuangan dalam SAK mempunyai elemen-elemen, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan untuk UKM, yang berupa pedoman teknik akuntansi dan penyusunan laporan keuangan, IAI telah mengeluarkan standar tersendiri, yaitu SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik). Dan dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik yang termasuk UKM. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang: a) Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan, dan b) Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal kecuali untuk tujuan tertentu
20
misalnya peminjaman modal. Contoh pengguna eksternal adalah manajer yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika: a) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau b) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan pemahaman SAK ETAP. SAK ETAP ini akan berlaku efektif per 1 Januari 2011 namun penerapan dini per 1 Januari 2010 diperbolehkan. Tapi pada kenyataan penyebaran pemakaian SAK ETAP kurang menyeluruh disebabkan pelatihan akuntansi tidak mencakup semua kalangan UMKM di Indonesia, sehingga belum semua bisnis UMKM menggunakan atau membuat laporan keuangan sesuai standar. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan memakai SAK ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAK ETAP.
21
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai analisis faktor penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil dan menengah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No PENELITI dan Tahun 1
2
JUDUL PENELITIAN
Bestari Dwi Faktor yang Handayani Mempengaruhi (2011) Pemahaman Informasi Akuntansi Usaha Kecil dan Menengah
Reno Fithri Meuthia dan Endrawati (2008)
Pengaruh Faktor Pendidikan, Pelatihan, Pengalaman Kerja dan Penguasaan Komputer Staf Bagian Akuntansi
VARIABEL
HASIL PENELITIAN
Independen: Masa Jabatan, Pendidikan Manajer, Skala Usaha, Umur Perusahaan, Pelatihan Akuntansi, Ketaatan Terhadap Aturan Akuntansi.
masa jabatan perusahaan, pendidikan manajer, umur perusahaan dan pelatihan akuntansi yang diikuti manajer berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi,
Dependen: Penggunaan Informasi Akuntansi.
sedangkan skala usaha dan ketaatan terhadap aturan akuntansi tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi Pendidikan, Pelatihan, Pengalaman Kerja memiliki pengaruh terhadap Kualitas Penyajian Informasi Akuntansi,
Independen: Pendidikan, Pelatihan, Pengalaman Kerja, Penguasaan Komputer. Dependen: Kualitas
sedangkan Penguasaan Komputer tidak
22
Terhadap Penyajian Kualitas Informasi Penyajian Akuntansi. Informasi Akuntansi (Studi Pada Kantor Cabang Bank Nagari)
memiliki pengaruh positif terhadap Kualitas Penyajian Informasi Akuntansi.
Sumber : Data Diolah.
2.3 Kerangka Konseptual Salah satu masalah yang dihadapi para manajer ukm adalah tentang pemahaman sistem informasi akuntansi yang belum maksimal. Di Kecamatan Jepara kebanyakan manajer UKM belum terlalu menyukai untuk menggunakan sistem informasi akuntansi yang sesuai standar karena mereka menganggapnya sulit dan memerlukan keahlian khusus. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman informasi akuntansi para manajer UKM yaitu : 1) Masa kepemimpinan, 2) Pendidikan manajer, 3) Skala usaha, 4) Umur perusahaan, dan 5) pelatihan akuntansi yang pernah di ikuti. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka konseptual dari pengaruh Masa jabatan, Pendidikan manajer, Skala usaha, Umur perusahan, dan Pelatihan akuntansi terhadap pemahaman informasi akuntansi. Kerangka konseptual dapat dilihat sebagai berikut:
23
Gambar 1 Kerangaka Konseptual MASA JABATAN (X1) PENDIDIKAN PEMILIK (X2) SKALA USAHA
PEMAHAMAN INFORMASI AKUNTANSI
(X3) (Y) UMUR PERUSAHAN (X4) PELATIHAN AKUNTANSI (X5)
2.4 Hipotesis Penelitian Sekaran (2009) mendefinisikan hipostesis adalah sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat di uji. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan ringakasan hipotesis untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman informasi akuntansi pada UKM adalah sebagai berikut:
24
a. Pengaruh Masa Jabatan Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Masa jabatan diukur mulai dari manajemen tersebut menerima tanggung jawab sebagai manajer perusahaan sampai penelitian ini dilakukan. Duh (2008) dalam Handayani (2011) mengemukakan bahwa masa jabatan perusahaan merupakan faktor penting yang memengaruhi informasi yang diperoleh dari dalam maupun luar perusahaan. Masa jabatan perusahaan merupakan masa belajar seorang manajer mengelola perusahaan, semakin lama masa kepemimpinan maka semakin baik pula dalam mengelola usaha karena bertambahnya pengalaman bisnis. Dalam menjalankan usahanya pasti dibutuhkan kemampuan untuk paham dalam menggunakan informasi akuntansi agar dapat memprediksikan usahanya. Penelitian Handayani (2011) variabel masa jabatan signifikan terhadap variabel penggunaan informasi akuntansi, dan juga Meuthia dan Endrawati (2008) menyatakan pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap penyajian informasi akuntansi. H1 : Diduga masa jabatan perusahaan berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi perusahaan kecil dan menengah. b. Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Menurut Hadiyahfitriyah (2006) dalam Handayani (2011) menyatakan pendidikan manajer akan diukur berdasarkan pendidikan formal yang pernah diikuti. Pengukuran pendidikan formal yang dimaksudkan antara lain: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
25
Atas (SMA), Diploma, Sarjana dan Pascasarjana. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang sudah ditempuh maka semakin tinggi ilmu yang didapat, sehingga ilmu itu dapat dipraktekkan dengan baik dalam menjalakan usahanya. Dalam penelitian Handayani (2011), dan juga Meuthia dan Endrawati (2008) menyatakan variabel pendidikan manajer signifikan terhadap variabel penggunaan informasi akuntansi dan juga . H2 : Diduga pendidikan manajer berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi perusahaan kecil dan menengah. c. Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Skala usaha dalam penelitian ini didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan. Nicholls dan Holmes (1989), Kristian Candra (2010) dalam penelitian Handayani (2011) menyatakan skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi. Perusahaan yang skala usahanya besar dalam arti jumlah karyawannya banyak pasti cendrung untuk paham dalam menggunakan informasi akuntansi yang baik daripada perusahaan yang skala usahanya lebih kecil. H3 : Diduga skala usaha berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi perusahaan kecil dan menengah.
26
d. Pengaruh
Umur
Perusahaan
Terhadap
Pemahaman
Informasi
Akuntansi Handayani (2011) menyatakan Umur perusahan adalah usia atau lamanya perusahaan beroperasi. Pengukuran umur perusahan didasarkan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Jika perusahaan sudah lama beroperasi pasti akan lebih maju dari awal berdirinya, salah satunya lebih mengerti dalam menggunakan informasi akuntansi. Dalam penelitian Handayani (2011) variabel umur perusahaan signifikan terhadap variabel pemahaman informasi akuntansi. H4 : Diduga umur perusahaan berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi perusahaan kecil dan Menengah. e. Pengaruh Pelatihan Akuntansi Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Jain (1999), Hadiyah Fitriyah (2006), dalam Handayani (2011) menyatakan bahwa pelatihan akan menghasilkan peningkatan professional yang lebih jauh dalam manajemen. Dan hasil penelitian terdahulu dari Handayani (2011), dan juga Meuthia dan Endrawati (2008) pelatihan akuntansi yang pernah diikuti manajer berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Pelatihan akuntansi yang pernah diikuti oleh manajer akan diukur berdasarkan frekuensi pelatihan akuntansi yang diikuti. Semakin banyak pelatihan yang pernah diikuti oleh manajer maka
27
mereka cenderung lebih mengerti dalam menggunakan informasi akuntansi dengan baik. H5 : Diduga pelatihan akuntansi yang diikuti manajer berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi perusahaan kecil dan menengah.
28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1
Variabel Penelitian Sekaran (2009) menyatakan variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bias berbeda pada berbagai waktu untuk obyek atau orang yang sama. Atau pada waktu yang sama untuk obyek atau orang yang berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan variabel independen yaitu : 1. Variabel dependen ( Y ) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penenlitian ini adalah : Y = pemahaman informasi akuntansi 2. Variabel Independen ( X ) adalah variabel yang mempengaruhi Y. Variabel yang digunakan peneliti yaitu : a. Masa jabatan (X1) b. Pendidikan manajer (X2) c. Skala usaha (X3) d. Umur perusahaan (X4) e. Pelatihan akuntansi (X5)
29
3.1.2
Definisi Operasional Definisi operasional merupakan deskripsi tentang variabel-variabel. Definisi yang diberikan kepada suatu variabel dapat dilakukan dengan memberikan arti atau memberi suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdari dari: a) Masa Jabatan (X1) Masa jabatan dihitung mulai dari dawal seorang manajer itu bekerja dalam suatu perusahaan sampai dengan penelitian ini dilakukan. Holmes dan Nicholls (1989), Astuti (2007) dalam Handayani (2011) menyatakan masa jabatan pemimpin perusahaan selama sepuluh tahun lebih akan cenderung mempersiapkan dan menggunakan informasi akuntansi. Manager dalam bekerja akan memperoleh pengalaman, dan semakin lama pengalaman seorang manajer maka semakin baik pula seorang menajer dalam mempersiapkan dan menggunakan informasi akuntansi. b) Pendidikan Manajer (X2) Menurut Soemanto (1992) dalam Sariningtyas dan Diah W (2011), pendidikan adalah proses pengalaman pribadi, baik lahiriah maupun batiniah. Keberhasilan seorang manajer tergantung pada pendidikan dan kemampuan belajarnya dalam lingkungan usaha, seorang manajer dituntut untuk menguasai aneka ketrampilan teknis dan kemampuan yang tinggi untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya. Pendidikan manajer akan
30
diukur berdasarkan pendidikan formal. Pendidikan formal meliputi : SD, SMP, SMA, diploma, S1 dan pascasarjana. c) Skala Usaha (X3) Skala usaha sebuah perusahaan dapat diukur dari asset, modal, dan jumlah karyawan atau pegawainya. Dalam penelitian ini peneliti ingin menfokuskan skala usaha dari jumlah karyawannya. Hal itu diukur dari semua karyawan yang bekerja full time atau karyawan tetap. Dalam penelitian ini menggunakan skala nominal dengan pemberian nilai 0 untuk usaha kecil yang jumlah tenaga kerjanya 5 sampai dengan 19 orang dan nilai 1 untuk usaha menengah dengan jumlah tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang, Hadiyahfitriyah (2006) dalam Handayani (2011). d) Umur Perusahaan (X4) Jika sebuah perusahaan semakin lama beroperasi, maka kebutuhan informasi semakin komplek, dan akan mendorong pemahaman informasi akuntansi yang sesuai standar. Variabel umur perusahaan ini diukur didasarkan pada lamanya perusahaan berdiri (dalam tahun) sejak awal pendirian
perusahaan
sampai
dengan
penelitian
ini
dilakukan,
Hadiyahfitriyah (2006) dalam Handayani (2011). e) Pelatihan Akuntansi (X5) Pelatihan tentang akuntansi sangat menentukan seberapa baik kemampuan seorang manajer terhadap penguasaan teknis akuntansi. Semakin sering seorang manajer mengikuti palatihan akuntansi, maka semakin baik
31
kemampuan manajer tersebut dalam menggunakan informasi akuntansi. Pelatihan akuntansi yang dimaksud adalah pelatihan tentang akuntansi yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tertentu. Pelatihan akuntansi diukur berdasarkan frekuensi pelatihan yang pernah diikuti, Handayani (2011).
Indikator Penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.1 Indikator Penelitian Variabel Masa Jabatan (X1)
Pendidikan Manajer (X2) Skala Usaha (X3)
Umur Perusahaan (X4)
Indikator -
Lama menjabat sebagai manager (dalam tahun)
-
pengalaman kerja dalam bidang akuntansi
-
pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan
-
kompetensi di bidang pendidikan
-
IPK atau Ranking
-
jumlah karyawan
-
ketrampilan karyawan
-
peran karyawan
-
lama perusahaan dari awal berdiri sampai sekarang
-
perkembangan pemahaman informasi akuntansi dari awal berdiri sampai penelitian ini dilakukan
Pelatihan Akuntansi (X5) Pemahaman informasi Akuntansi
-
kontinuitas pelatihan
-
materi pelatihan
-
jangka waktu pelatihan
-
penyajian laporan keuangan secara wajar
-
penyajian yang sesuai standar
-
penggunaan informasi laporan keuangan
32
(Y)
-
pengungkapan saldo untuk pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
-
karasteristik penyajian
Sumber : Data diolah 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1
Populasi Guritno (2011) menyatakan populasi adalah wilayah generlisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karasteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh manajer UKM industri mebel yang berada di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara.
3.2.2
Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi, Guritno (2011). Sampel yang diambil dari populasi dilakukan secara acak terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian, dalam hal ini diambil dari UKM industri mebel yang berada di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan rumus Slovin, Handayani (2011): N n= N(D)2 + 1 Keterangan: n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
33
D = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir. 3.3 Jenis dan Sumber data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli tanpa perantara. Dalam hal ini data diperoleh secara langsung dengan membagikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada seluruh manajer UKM mebel ukir di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Jepara, dinas-dinas yang terkait dengan penelitian dan website. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Kuesioner Pengajuan kuesioner ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan tertulis dalam suatu daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner ini menggunakan sistem tertutup, yaitu bentuk pertanyaan yang disertai alternatif jawaban dan responden tinggal memilih salah satu dari alternatif jawaban tersebut. Daftar pertanyaan diberikan kepada manajer UKM di Kecamatan Jepara. Data yang dikumpulkan meliputi : a. Identitas responden b. Data mengenai tanggapan responden terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi.
34
3.4.2
Metode Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
3.4.3
Studi Pustaka Adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memperoleh data dari literatur yang sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini.
3.5 Metode Analisis Data 3.5.1
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diintrepresentasikan, dan juga digunakan untuk memberikan gambaran mengenai data hasil dari responden, yaitu deskripsi mengenai variable-variabel penelitian yaitu masa jabatan, pendidikan manajer atau manajer, skala usaha, umur perusahaan, pelatihan akuntansi yang diikuti dan umur perusahaan.
3.5.2
Uji Kuesioner
3.5.2.1 Uji Validitas Ghozali (2009) menyatakan uji validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu instrument dikatakan sah apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrument menunjukan sejauh mana data
35
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Alat untuk mengukur validitas adalah korelasi product Moment dari Pearson, Sugiyono (2005). Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n -2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Ghozali (2009) menyatakan suatu indikator dikatakan valid, apabila n = 96 dan α = 0,05. Maka r tabel = 0,201 dengan ketentuan : Hasil r hitung > r tabel (0,201) = valid Hasil r hitung < r tabel (0,201) = tidak valid 3.5.2.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kestabilan dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Suatu instrument dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Koefisien Alpha Cronbach (Sugiyono, 2005). Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Ghozali, 2009): Hasil α > 0,6 = reliabel, dan Hasil α < 0,6 = tidak reliabel
36
3.5.3
Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik ini digunakan agar variabel bebas sebagai estimator atas variabel terikat tidak bias. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Maka untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistribusi dengan normal (Ghozali, 2009). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku.
37
Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi bahwa ada tidaknya multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat dari: (1) nilai variance inflation factor (VIF), (2) tolerance value. Model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai tolerance value di atas 0,10 atau VIF di bawah 10. Apabila tolerance variance di bawah 0,10 atau VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Model yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan Uji Glejser, dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel
38
independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak batas dari observasi satu keobservasi lainnya. Pada data silang tempat (cross-section), masalah autokorelasi relative jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari kelompok yang berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin Watson (DW) dalam tabel Durbin Watson (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Run Test (Ghozali, 2009), yaitu H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) dan Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0 ). 3.5.4
Uji Hipotesis Alat analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda yaitu suatu analisis untuk mengetahui hubungan diantara variabel-variabel yang digunakan, sehingga dari hubungan tersebut sebuah variabel akan dapat ditaksir apabila variabel yang lain telah diketahui. Menurut Sugiyono (2005) rumus koefisien regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
39
Rumus : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan : Y : Pemahaman Informasi Akuntansi (variabel dependen) X1 : Masa Jabatan (variabel independen) X2 : Pendidikan Manajer (variabel independen) X3 : Skala Usaha (variabel independen) X4 : Umur Perusahaan (variabel independen) X5: Pelatihan Akuntansi (variabel independen) a : Konstanta. B1s.d B5 : Koefisien regresi yang akan dihitung e : error
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Deskripsi Responden Penelitian mengenai faktor yang berpengaruh pada pemahaman informasi akuntansi usaha kecil dan menengah industri mebel yang dilakukan di kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Jumlah responden penelitian dan kontribusi responden dari keseluruhan kuesioner yang disebar dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Hasil Penyebaran Kuesioner Keterangan Kuesioner disebar Kuesioner tidak kembali Kuesioner kembali Kuesioner rusak/tidak lengkap Kuesioner yang layak Sumber : Data primer yang diolah
jumlah 73 (13) 60 60
Hasil penyebaran kuesioner menunjukkan bahwa dari hasil proses penyebaran kuesioner pada industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara didapat sebanyak 60 kuesioner yang layak untuk diolah, dengan demikian jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 60 responden. Dari 60 responden terdapat 37 manajer dan 23 pemilik sekaligus manajer. Dari keseluruhan responden maka akan dideskripsikan sesuai dengan kriteria-kriteria berikut :
41
4.1.1 Identitas Responden Berdasarkan Masa Jabatan Deskripsi responden berdasarkan lamanya bekerja sebagai seorang manajer pada UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Identitas responden berdasarkan masa jabatan Keterangan 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun >30 tahun Total Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah 37 17 5 1 60
Prosentase 61,67 28,33 8,33 1,67 100
Berdasarkan deskripsi responden menurut masa yang dipimpin seorang manajer terlihat bahwa kebanyakan responden penelitian masa jabatannya kisaran 1-10 tahun dengan jumlah 37 orang, yang 11-20 tahun berjumlah 17 orang, 21-30 tahun berjumlah 5 orang, dan >30 tahun hanya berjumlah 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa banyak para wirausahawan baru yang baru merintis usahanya yang mempunyai masa jabatan dengan kisaran 1-10 tahun. Tujuan pengelompokan ini untuk melihat masa jabatan dari responden dengan rentang 10 tahun, dengan asumsi kematangan / kemampuan / kestabilan seorang manajer dalam mengelola usaha.
42
4.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Manajer Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir yang telah diselesaikan sebagai seorang manajer pada UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.3 Identitas responden berdasarkan pendidikan manajer Keterangan Jumlah SD 12 SMP 18 SMA 23 D3/Diploma 1 S1/Sarjana 6 Total 60 Sumber : Data primer yang diolah
Prosentase 20 30 38,33 1,67 10 100
Berdasarkan deskripsi responden menurut tingkat pendidikan, dari 60 responden terlihat bahwa responden penelitian telah menempuh pendidikan terakhir SD sebanyak 12 orang, yang telah menempuh pendidikan terakhir SMP sebanyak 18 orang, telah menempuh pendidikan terakhir SMA sebanyak 23 orang, telah menempuh pendidikan terakhir D3 hanya 1 orang, dan telah menempuh
pendidikan
terakhir
Sarjana
sebanyak
6
orang.
Tujuan
pengelompokan ini untuk mengetahui tingkat pendidikan manajer usaha, karena berdasarkan tingkat pendidikan dimungkinkan untuk pengelolaan usaha dapat menjadi lebih baik / maju / berkembang.
43
4.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Skala Usaha Deskripsi responden berdasarkan skala usaha (dilihat dari jumlah karyawan) manajer pada UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Identitas responden berdasarkan skala usaha Keterangan Jumlah 5-19 orang 37 20-99 orang 23 Total 60 Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan
deskripsi
responden
Prosentase 61,67 38,33 100 menurut
skala
usaha
(jumlah
karyawan), dari 60 responden terlihat bahwa responden penelitian dengan jumlah karyawan 5-19 orang atau usaha kecil berjumlah 37 usaha dan dengan jumlah karyawan 20-99 orang atau usaha menegah berjumlah 23 usaha. Dari semua responden penelitian yang berada di Kecamatan Jepara didominasi oleh responden yang memiliki usaha dalam kategori usaha kecil yang berjumlah 37 usaha dan sisanya responden yang memiliki usaha menengah dengan jumlah 23 usaha. Tujuan pengelompokan ini untuk mengetahui kategori usaha, usaha kecil adalah usaha yang jumlah karyawannya 5-19 orang dan usaha menengah adalah usaha yang jumlah karyawannya 20-99 orang.
44
4.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Umur Perusahaan Deskripsi responden berdasarkan umur perusahaan dari mulai didirikan sampai penelitian ini dilakukan pada UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Identitas responden berdasarkan umur perusahaan Keterangan 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun Total Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah 29 18 10 2 1 60
Prosentase 48,33 30 16,67 3,33 1,67 100
Berdasarkan deskripsi responden umur perusahaan terlihat bahwa usaha dari responden penelitian kisaran 1-10 tahun dengan berjumlah 29 usaha, usaha dengan kisaran 11-20 tahun berjumlah 18 usaha, usaha dengan kisaran 21-30 tahun berjumlah 10 usaha, usaha dengan kisaran 31-40 tahun berjumlah 2 usaha, dan usaha dengan kisaran >40 tahun berjumlah 1 usaha. Dari semua usaha yang dimiliki responden penelitian didominasi oleh usaha dengan umur perusahaan 110 tahun yang berjumlah 29 usaha. Tujuan pengelompokan ini untuk mengetahui lama usaha, atas kemampuan / penerimaan konsumen pada produk atau pelayanan.
45
4.1.5 Identitas Responden Berdasarkan Pelatihan Akuntansi Deskripsi responden berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti pada UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6 Identitas responden berdasarkan pelatihan akuntansi Keterangan Tidak Pernah Pernah Total Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah 25 35 60
Prosentase 41,67 58,33 100
Berdasarkan deskripsi responden berdasarkan pelatihan akuntansi terlihat bahwa responden penelitian yang tidak pernah ikut pelatihan berjumlah 25 responden dan responden penelitian yang pernah ikut pelatihan berjumlah 35 responden. Dilihat dari semua responden dapat disimpulkan bahwa pelatihan akuntansi yang telah diadakan, tidak diikuti oleh semua manajer UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Dari 60 responden penelitian ada 35 yang pernah ikut dan 25 tidak pernah ikut pelatiahan. Tujuan pengelompokan ini untuk mengetahui manfaat dari pelatihan akuntansi seorang manajer dalam mengelola usahanya.
46
4.1.6 Identitas
Responden
Berdasarkan
Yang
Menggunakan
Informasi
Akuntansi Deskripsi responden berdasarkan yang menggunakan informasi akuntansi pada UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.7 Identitas responden berdasarkan yang menggunakan informasi akuntansi Keterangan Menggunakan Tidak Menggunakan Total Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah 32 28 60
Prosentase 53,33 46,67 100
Berdasarkan deskripsi responden berdasarkan yang menggunakan laporan keuangan terlihat bahwa responden penelitian yang menggunakan berjumlah 32 responden dan responden yang tidak menggunakan laporan keuangan berjumlah 28 responden. Dari 60 responden dapat disimpulkan bahwa UKM industry mebel banyak yang mengerti pentingnya laporan keuangan untuk kelangsungan bisnisnya karena ada setengah atau lebih UKM industry mebel yang menggunakan laporan keuangan. Tujuan pengelompokan ini untuk mengetahui bahwa dengan membuat laporan keuangan dalam bisnis dimungkinkan dapat mengetahui kemajuan bisnis dan memprediksikan rencana bisnis periode selanjutnya.
47
4.2
Analisis Data
4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian ini akan mengungkapkan persepsi dari responden mengenai faktor-faktor (masa jabatan, pendidikan manajer, skala usaha, umur perusahaan dan pelatihan akuntansi) yang mempengaruhi pemahaman informasi akuntansi di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dapat dilihat dari nilai rata-rata pernyataan responden pada setiap pertanyaan/kuesioner yang diajukan dan untuk penilaiannya dilakukan dengan rentang skala sebagai berikut: Nilai maksimum
:5
Nilai minimum
:1
Rentang skala
:
5 -1 = 0.8 5
Kategori: 1. 1.0 – 1.80
=
sangat rendah/sangat buruk
2. 1.81 – 2.60
=
rendah/buruk
3. 2.61 – 3.40
=
sedang/cukup
4. 3.41 – 4.20
=
baik/tinggi
5. 4.21 – 5.00
=
sangat baik/sangat tinggi
48
4.2.2 Tanggapan responden Berdasarkan hasil jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada para responden terhadap variabel-variabel yang diteliti, dapat diketahui jumlah orang maupun prosentasinya sebagai berikut: a. Tanggapan responden terhadap masa jabatan (X1) Tanggapan responden terhadap kuesioner masa jabatan (X1) sebagai berikut : Tabel 4.8 Tanggapan responden terhadap masa jabatan (X1)
No . 1 2 3 4 5
Indikatorindikator Variabel masa jabatan (X1) Proses pengalaman Manfaat pengalaman Perolehan ilmu Senior Pengalaman akuntansi
1 (STS) F Score
Skor Jawaban 3 4 (TT) (S) F Scor F Score e 16 48 15 60
5 (SS) F score
rerat a
16
80
3,53
0
0
2 (TS) F Scor e 12 24
0
0
9
18
16
48
14
56
21
105
3,78
0
0
10
20
14
42
17
68
19
95
3,75
2 0
2 0
11 7
22 14
13 16
39 48
16 16
64 64
18 21
90 105
3,62 3,85
Nilai rerata tabel
3,71
Sumber : Data primer yang diolah Secara umum dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa responden memberikan persepsi yang baik/tinggi terhadap masa jabatan dengan nilai ratarata secara keseluruhan menunjukkan nilai 3,71. Hal ini menunjukkan responden berpersepsi bahwa masa jabatan yang diwakili dari proses pengalaman, manfaat pengalaman, perolehan ilmu, senior dan pengalaman akuntansi memiliki nilai
49
yang berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi. Sementara itu persepsi responden untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Pada item pertanyaan pertama, sebagian besar responden menjawab tidak tahu dan sangat setuju sebanyak 16 orang dan nilai rata-ratanya 3,53 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masa jabatan akan menambah pengalaman seorang manajer dan menjadikan seorang manajer semakin baik dalam pemahaman informasi akuntansi dalam bisnisnya. b. Pada item pertanyaan ke dua, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 21 orang dan nilai rata-ratanya 3,78 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan pengalaman seorang manajer yang menjadikan manajer lebih baik dalam bekerja. c. Pada item pertanyaan ke tiga, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 19 orang dan nilai rata-ratanya 3,75 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan ilmu yang diperoleh seorang manajer dalam bekerja dari tahun ke tahun. d. Pada item pertanyaan ke empat, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 18 orang dan nilai rata-ratanya 3,62 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi
50
akuntansi seorang manajer dikarenakan seorang manajer senior yang telah memiliki pengalaman yang banyak. e. Pada item pertanyaan ke lima, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 21 orang dan nilai rata-ratanya 3,85 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan seorang manajer yang memiliki pengalaman dalam bidang akuntansi sebelumnya. b. Tanggapan responden terhadap pendidikan manajer (X2) Tanggapan responden terhadap kuesioner pendidikan manajer (X2) sebagai berikut : Tabel 4.9 Tanggapan responden terhadap pendidikan manajer (X2)
No . 1 2 3 4 5 6
Indikatorindikator Variabel pendidikan manajer (X2) Manfaat pendidikan Tingkat pendidikan Jurusan IPK cermin kecerdasan IPK jaminan bekerja Pendidikan akuntansi
1 (STS) F Scor e 0 0
2 (TS) F Scor e 5 10
Skor Jawaban 3 4 (TT) (S) F Scor F Score e 9 27 39 156
5 (SS) F score
rerat a
7
35
3,80
0
0
9
18
12
36
32
128
7
35
3,62
0 0
0 0
7 6
14 12
10 12
30 36
37 40
148 160
6 2
30 10
3,70 3,63
0
0
6
12
9
27
40
160
5
25
3,77
0
0
8
16
5
15
40
160
7
35
3,77
Nilai rerata tabel
Sumber : Data primer diolah
3,72
51
Secara umum dari tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa responden memberikan persepsi yang baik/tinggi terhadap pendidikan manajer dengan nilai rata-rata secara keseluruhan menunjukkan nilai 3,72. Hal ini menunjukkan responden berpersepsi bahwa pendidikan manajer yang diwakili dari manfaat pendidikan, tingkat pendidikan, Jurusan, IPK cermin kecerdasan , IPK jaminan bekerja dan pendidikan akuntansi memiliki nilai yang berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi. Sementara itu persepsi responden untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Pada item pertanyaan pertama, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 39 orang dan nilai rata-ratanya 3,80 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan manfaat dari pendidikan yang telah diselesaikan yang dapat membantu dalam menjalankan bisnis. b. Pada item pertanyaan ke dua, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 32 orang dan nilai rata-ratanya 3,62 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan tingkat pendidikan yang telah diselesaikannya. c. Pada item pertanyaan ke tiga, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 37 orang dan nilai rata-ratanya 3,70 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan jurusan yang diambil seorang manajer dalam menempuh pendidikan formal.
52
d. Pada item pertanyaan ke empat, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 40 orang dan nilai rata-ratanya 3,63 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi
seorang
manajer
dikarenakan
IPK
atau
Ranking
yang
mencerminkan kecerdasaan seseorang. e. Pada item pertanyaan ke lima, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 40 orang dan nilai rata-ratanya 3,77 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan IPK atau Ranking yang menjamin kemampuan seorang manajer dalam bekerja. f. Pada item pertanyaan ke enam, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 40 orang dan nilai rata-ratanya 3,77 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan pendidikan akuntansi yang telah diperolehnya. c. Tanggapan responden terhadap skala usaha (X3) Tanggapan responden terhadap kuesioner skala usaha (X3) sebagai berikut : Tabel 4.10 Tanggapan responden terhadap skala usaha (X3)
No . 1
Indikatorindikator Variabel skala usaha (X3) Pengaruh jumlah karyawan
1 (STS) F Scor e 0 0
2 (TS) F Scor e 10 20
Skor Jawaban 3 4 (TT) (S) F Scor F Score e 11 33 24 96
5 (SS) F score
rerat a
15
3,73
75
53
2 3 4 5 6
dalam beroperasi Perusahaan bagus Ketrampilan karyawan Sesuai keahlian Peran karyawan Karyawan menyusun laporan keuangan
0
0
6
12
20
60
17
68
17
85
3,75
0
0
3
6
17
51
18
72
22
110
3,98
1
1
10
20
1
3
34
136
14
70
3,83
0
0
12
24
4
12
21
84
23
115
3,92
4
4
4
8
6
18
36
144
10
50
3,73
Nilai rerata tabel
3,82
Sumber : Data primer yang diolah Secara umum dari tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa responden memberikan persepsi yang baik/tinggi terhadap skala usaha dengan nilai rata-rata secara keseluruhan menunjukkan nilai 3,82. Hal ini menunjukkan responden berpersepsi bahwa skala usaha yang diwakili dari pengaruh jumlah karyawan dalam beroperasi, perusahaan bagus, ketrampilan karyawan, sesuai keahlian, peran karyawan dan karyawan menyusun laporan keuangan memiliki nilai yang berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi. Sementara itu persepsi responden untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Pada item pertanyaan pertama, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 24 orang dan nilai rata-ratanya 3,73 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan pengaruh jumlah karyawan yang membantu dalam perusahaan beroperasi.
54
b. Pada item pertanyaan ke dua, sebagian besar responden menjawab tidak tahu sebanyak 20 orang dan nilai rata-ratanya 3,75 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan perusahaan bagus yang mempunyai banyak karyawan. c. Pada item pertanyaan ke tiga, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang dan nilai rata-ratanya 3,98 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan karyawan yang cakap dan terampil. d. Pada item pertanyaan ke empat, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 34 orang dan nilai rata-ratanya 3,83 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan karyawan yang bekerja sesuai dengan bidang atau kemampuannya. e. Pada item pertanyaan ke lima, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 23 orang dan nilai rata-ratanya 3,92 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan karyawan berperan dalam pengambilan keputusan bisnis. f. Pada item pertanyaan ke enam, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 36 orang dan nilai rata-ratanya 3,73 sehingga indikator ini tergolong sedang/cukup. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi
55
akuntansi seorang manajer dikarenakan karyawan dapat membantu dalam menyusun laporan keuangan. d. Tanggapan responden terhadap umur perusahaan (X4) Tanggapan responden terhadap kuesioner umur perusahaan (X4) sebagai berikut : Tabel 4.11 Tanggapan responden terhadap umur perusahaan (X4)
No .
1
2 3 4
5 6 7
Indikatorindikator Variabel umur perusahaan (X4) Perusahaan bagus dengan lama beroperasi Pengambilan keputusan Perkembanga n perusahaan Perkembanga n penyajian laporan keuangan Going concern Persaingan pasar Pelanggan
1 (STS) F Scor e
2 (TS) F Scor e
Skor Jawaban 3 4 (TT) (S) F Scor F Score e
0
0
12
24
12
36
18
72
18
90
3,70
0
0
8
16
12
36
20
80
20
100
3,87
0
0
8
16
12
36
20
80
20
100
3,87
0
0
11
22
12
36
20
80
17
85
3,72
0
0
7
14
12
36
23
92
18
90
3,87
2
2
10
20
10
30
24
96
14
56
3,40
4
4
3
6
9
27
29
116
15
75
3,80
Nilai rerata tabel
5 (SS) F score
rerat a
3,75
Sumber : Data primer yang diolah Secara umum dari tabel 4.11 dapat dijelaskan bahwa responden memberikan persepsi yang baik/tinggi terhadap umur perusahaan dengan nilai rata-rata secara keseluruhan menunjukkan nilai 3,75. Hal ini menunjukkan
56
responden berpersepsi bahwa umur perusahaan yang diwakili dari perusahaan bagus dengan lama beroperasi, pengambilan keputusan, perkembangan perusahaan, perkembangan penyajian laporan keuangan, going concern, persaingan pasar dan pelanggan memiliki nilai yang berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi. Sementara itu persepsi responden untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Pada item pertanyaan pertama, sebagian besar responden menjawab setuju dan sangat setuju sebanyak 18 orang dan nilai rata-ratanya 3,70 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan lamanya perusahaan telah beroperasi. b. Pada item pertanyaan ke dua, sebagian besar responden menjawab setuju dan sangat setuju sebanyak 20 orang dan nilai rata-ratanya 3,87 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan pengalaman perusahaan dalam pengambilan keputusan yang baik. c. Pada item pertanyaan ke tiga, sebagian besar responden menjawab setuju dan sangat setuju sebanyak 20 orang dan nilai rata-ratanya 3,87 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun.
57
d. Pada item pertanyaan ke empat, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 20 orang dan nilai rata-ratanya 3,72 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan perkembangan penyajian laporan keuangan perusahaan. e. Pada item pertanyaan ke lima, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 23 orang dan nilai rata-ratanya 3,87 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan usaha yang going concern. f. Pada item pertanyaan ke enam, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 24 orang dan nilai rata-ratanya 3,40 sehingga indikator ini tergolong sedang/cukup. Hal ini menunjukkan umur perusahaan dapat memenangkan persaingan pasar yang akan menjadikan perusahaan lebih baik dalam pemahaman informasi akuntansi. g. Pada item pertanyaan ke tujuh, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 29 orang dan nilai rata-ratanya 3,80 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan umur perusahaan dapat mempengaruhi jumlah pelanggan yang akan menjadikan perusahaan lebih baik dalam pemahaman informasi akuntansi. e. Tanggapan responden terhadap pelatihan akuntansi (X5) Tanggapan responden terhadap kuesioner pelatihan akuntansi (X5) sebagai berikut :
58
Tabel 4.12 Tanggapan responden terhadap pelatihan akuntansi (X5)
No .
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikatorindikator Variabel pelatihan akuntansi (X5) Pentingnya pelatihan Progam pelatihan Pertemuan pelatihan Materi pelatihan Jangka waktu pelatihan Menambah pengetahuan Terampil dan sukses Penyiapan laporan keuangan
1 (STS) F Scor e
2 (TS) F Scor e
Skor Jawaban 3 4 (TT) (S) F Scor F Score e
1
1
8
16
11
33
22
88
18
65
3,38
0
0
6
12
14
42
24
96
16
80
3,83
1
1
6
12
10
30
24
96
19
95
3,90
0
0
5
10
11
33
28
112
16
80
3,92
5
5
6
12
16
48
21
84
12
60
3,48
0
0
3
6
9
27
38
152
10
50
3,92
0
0
3
6
4
12
42
168
11
55
4,02
0
0
1
2
10
30
40
160
9
45
3,95
Nilai rerata tabel
5 (SS) F score
rerat a
3,80
Sumber : Data primer yang diolah Secara umum dari tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa responden memberikan persepsi yang baik/tinggi terhadap pelatihan akuntansi dengan nilai rata-rata secara keseluruhan menunjukkan nilai 3,80. Hal ini menunjukkan responden berpersepsi bahwa pelatihan akuntansi yang diwakili dari pentingnnya pelatihan, progam pelatihan, pertemuan pelatihan, materi pelatihan, jangka waktu pelatihan, manfaat pelatihan, kesuksesan dan penyiapan laporan keuangan memiliki nilai yang berpengaruh terhadap pemahaman informasi akuntansi.
59
Sementara itu persepsi responden untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Pada item pertanyaan pertama, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 22 orang dan nilai rata-ratanya 3,38 sehingga indikator ini tergolong sedang/cukup. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dikarenakan pentingnya pelatihan akuntansi yang dapat mendorong pemahamannya. b. Pada item pertanyaan ke dua, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 24 orang dan nilai rata-ratanya 3,83 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer akan dipengaruhi progam pelatihan yang berpedoman pada standar akuntansi untuk UKM. c. Pada item pertanyaan ke tiga, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 24 orang dan nilai rata-ratanya 3,90 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer akan dipengaruhi pelatihan akuntansi yang diadakan terus menerus dan terjadwal. d. Pada item pertanyaan ke empat, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 28 orang dan nilai rata-ratanya 3,92 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer akan dipengaruhi materi pelatihan yang diajarkan.
60
e. Pada item pertanyaan ke lima, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 21 orang dan nilai rata-ratanya 3,48 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer akan dipengaruhi jangka waktu pada saat pelatihan akuntansi. f. Pada item pertanyaan ke enam, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 38 orang dan nilai rata-ratanya 3,92 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manager akan dipengaruhi pelatihan yang dapat menambah pengetahuan akuntansi seorang manajer. g. Pada item pertanyaan ke tujuh, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 42 orang dan nilai rata-ratanya 4,02 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manager akan dipengaruhi oleh pelatihan akuntansi yang dapat menjadikan manager terampil dan sukses. h. Pada item pertanyaan ke delapan, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 40 orang dan nilai rata-ratanya 3,95 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manager akan dipengaruhi manfaat pelatihan akuntansi yang dapat mempermudah penyiapan laporan keuangan.
61
f. Tanggapan responden terhadap pemahaman informasi akuntansi (Y) Tanggapan responden terhadap kuesioner pemahaman informasi akuntansi (Y) sebagai berikut : Tabel 4.13 Tanggapan responden terhadap pemahaman informasi akuntansi atau PIA (Y)
No . 1
2
3 4 5
6
7 8
9
Indikatorindikator Variabel PIA (Y) Perlunya pencatatan keuangan Perusahaan cepat maju dengan PIA Penyajian secara wajah PIA Sesuai standar Pemahaman laporan keuangan untuk mengetahui kemajuan bisnis Pemahaman laporan keuangan untuk syarat pinjaman Keahlian Laporan keuangan berguna untuk bisnis Pengungkapan saldo pada pihak yang mempunyai
1 (STS) F Scor e 0 0
2 (TS) F Scor e 9 18
Skor Jawaban 3 4 (TT) (S) F Scor F Score e 7 21 36 144
5 (SS) F scor e 8 40
0
0
2
4
17
51
32
128
9
45
3,80
0
0
2
4
9
27
35
140
14
70
4,02
1
1
7
14
19
57
28
112
5
25
3,48
2
2
8
16
12
36
32
128
6
30
3,53
0
0
4
16
13
39
32
128
11
55
3,97
2 2
2 2
8 2
16 4
7 5
21 15
34 35
136 140
9 16
45 80
3,67 4,02
2
2
9
18
13
39
31
124
5
25
3,47
rerat a 3,72
62
10
hubungan khusus Karasteristik laporan keuangan
3
3
5
10
Nilai rerata tabel
7
21
32
128
13
65
3,78
3,75
Sumber : Data primer yang diolah Secara umum dari tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa responden memberikan persepsi yang baik/tinggi terhadap pelatihan akuntansi dengan nilai rata-rata secara keseluruhan menunjukkan nilai 3,75. Hal ini menunjukkan responden berpersepsi bahwa pemahaman informasi akuntansi yang diwakili dari perlunya pencatatan akuntansi, perusahaaan cepat maju dengan pemahaman informasi akuntansi (PIA), penyajian secara wajar, pemahaman laporan keuangn untuk kemajuan bisnis, pemahaman laporan keuangn untuk syarat pinjaman, keahlian, laporan keuangan berguna untuk bisnis, pengungkapan saldo pada pihak yang mempunyai hubungan khusus dan karasteristik laporan keuangan memiliki nilai yang dapat mendukung terhadap pemahaman informasi akuntansi (Y). Sementara itu persepsi responden untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Pada item pertanyaan pertama, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 36 orang dan nilai rata-ratanya 3,72 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dipengaruhi oleh kebutuhan UKM dalam membuat pencatatan keuangan dalam bisnisnya.
63
b. Pada item pertanyaan ke dua, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 32 orang dan nilai rata-ratanya 3,80 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer akan menjadikan perusahaan lebih cepat maju. c. Pada item pertanyaan ke tiga, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 35 orang dan nilai rata-ratanya 4,02 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi seorang manajer harus disajikan secara wajar. d. Pada item pertanyaan ke empat, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 28 orang dan nilai rata-ratanya 3,48 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemahaman informasi akuntansi seorang manajer harus sesuai dengan standar. e. Pada item pertanyaan ke lima, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 32 orang dan nilai rata-ratanya 3,53 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manajer dapat digunakan untuk mengetahui maju tidaknya bisnis. f. Pada item pertanyaan ke enam, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 32 orang dan nilai rata-ratanya 3,97 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manager dapat digunakan untuk syarat pinjaman kredit. g. Pada item pertanyaan ke tujuh, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 34 orang dan nilai rata-ratanya 3,67 sehingga indikator ini
64
tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manager harus menggunakan keahlian khusus dibidang akuntansi. h. Pada item pertanyaan ke delapan, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 35 orang dan nilai rata-ratanya 4,02 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manager akan berguna untuk bisnis yang dijalankannya. i. Pada item pertanyaan ke sembilan, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 31 orang dan nilai rata-ratanya 3,47 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan pemahaman informasi akuntansi seorang manager, saldonya perlu diungkapkan pada pihak yang mempunyai hubungan khusus. j. Pada item pertanyaan ke sepuluh, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 32 orang dan nilai rata-ratanya 3,78 sehingga indikator ini tergolong baik/tinggi. Hal ini menunjukkan dalam menyusun laporan keuangan harus memperhatikan karasteristik laporan keuangan.
4.3
Uji Kuesioner
4.3.1 Uji Validitas Validitas atau tingkat ketepatan atau keakuratan adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ghozali (2009) menyatakan suatu indikator dikatakan valid jika Hasil r
hitung
> r tabel = valid dan
65
Hasil r
hitung
tabel
= tidak valid. Dimana dengan sampel n= 60, df= n-2 jadi
n=58 dan dengan α = 0.05 maka didapat rtabel sebesar 0.254. Tabel 4.14 Pengujian Validitas Variabel Penelitian Item X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7 X5.8 Y1
r Hitung 0,704 0,697 0,689 0,363 0,301 0,400 0,619 0,684 0,269 0,435 0,480 0,578 0,473 0,559 0,556 0,415 0,264 0,708 0,675 0,655 0,320 0,292 0,275 0,266 0,713 0,741 0,789 0,686 0,280 0,269 0,355 0,260 0,375
r Tabel 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
66
Y2 0,422 Y3 0,464 Y4 0,436 Y5 0,318 Y6 0,383 Y7 0,295 Y8 0,530 Y9 0,281 Y10 0,336 Sumber : Data primer yang diolah
0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
4.3.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kestabilan dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas dengan menghitung Cronbach Alpha dari masing-masing item dalam suatu variabel. Suatu daftar pertanyaan dikatakan reliabel jika hasil α > 0,6 = reliabel, dan Hasil α < 0,6 = tidak reliabel (Ghozali, 2009). Hasil reliabilitas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.15 Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian Variabel Masa Jabatan (X1) Pendidikan Manajer (X2) Skala Usaha (X3) Umur Perusahaan (X4) Pelatihan Akuntansi (X5) Pemahaman Informasi Akuntansi (Y) Sumber : Data primer yang diolah
Cronbach Alpha 0,770 0,743 0,733 0,734 0,797 0,717
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
67
Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa semua variabel penelitian menunjukkan angka α > 0,6 yang berarti semua variabel penelitian semuanya reliable. 4.4
Uji Asumsi Klasik
4.4.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian Normalitas data merupakan syarat sebuah data dapat dianalisis menggunakan regresi. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-Sminov, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
60 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 3.62637977
Absolute
.095
Positive
.044
Negative
-.095
Kolmogorov-Smirnov Z
.738
Asymp. Sig. (2-tailed)
.647
a. Test distribution is Normal.
68
Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa nilai signifikan dari One Sample Kolmogorov-Smirnov Test adalah 0,647 (p>0,05), yang artinya data penelitian terdistribusi normal. 4.4.2 Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Suatu variabel menunjukkan multikolinieritas bias dilihat dari nilai VIF yang lebih besar dari variabel – variabel bebas suatu model regresi. Jika nilai dari VIF di bawah 10 dan nilai toleran di atas 0,1 maka model regresi dikatakan bebas multikolinieritas dan apabila tolerance variance di bawah 0,10 atau VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan SPSS didapat output uji multikolinieritas sebagai berikut : Tabel 4.17 Uji Multikolinieritas Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
6.834
5.510
jumlah_X1
.007
.200
jumlah_X2
.380
jumlah_X3
.178
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
1.240
.220
.006
.033
.973
.383
2.613
.160
.252
2.374
.021
.958
1.044
.125
.151
1.432
.158
.972
1.029
69
jumlah_X4
.083
.166
.080
.499
.620
.414
2.417
jumlah_X5
.507
.130
.498
3.909
.000
.664
1.505
a. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber : Data primer yang diolah Tabel 4.18 Uji Multikolinieritas Variabel Masa Jabatan (X1) Pendidikan Manajer (X2) Skala Usaha (X3) Umur Perusahaan (X4) Pelatihan Akuntansi (X5) Sumber : Data Primer yang Diolah
Tolerance
VIF
0,383 0,958 0,972 0,414 0,664
2,613 1,044 1,029 2,417 1,505
Pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa tidak terdapat variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 dan tidak ada juga variabel yang memiliki nilai Variance Inflation factor (VIF) yang di atas 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. 4.4.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika terjadi perbedaan maka disebut Heteroskedastisitas. Model yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
70
Pada penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Gletser. Jika tingkat signifikan di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05), maka tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Tabel 4.19 Uji gletser Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
5.711
3.381
jumlah_X1
.010
.123
jumlah_X2
.007
jumlah_X3
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
1.689
.097
.017
.079
.938
.383
2.613
.098
.010
.076
.940
.958
1.044
.016
.076
.028
.208
.836
.972
1.029
jumlah_X4
-.059
.102
-.120
-.579
.565
.414
2.417
jumlah_X5
-.067
.080
-.137
-.842
.404
.664
1.505
a. Dependent Variable: abs_res
Sumber : Data primer yang diolah Tabel 4.20 Hasil Uji heteroskedastisitas Variabel Masa Jabatan (X1) Pendidikan Manajer (X2) Skala Usaha (X3) Umur Perusahaan (X4) Pelatihan Akuntansi (X5) Sumber : Data primer yang diolah
Signifikan 0,938 0,940 0,836 0,565 0,404
71
Dapat dilihat dari tabel 4.20 semua variabel independennya mempunyai nilai signifikan di atas 0,05 maka model regresi penelitian tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. 4.4.4 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin Watson (DW) dalam tabel Durbin Watson (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Run Test (Ghozali, 2009), yaitu H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) dan Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0 ). Hasil uji Durbin Watson dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.21 Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model 1
R .646
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.418
.364
3.791
Durbin-Watson 1.958
a. Predictors: (Constant), jumlah_X5, jumlah_X3, jumlah_X2, jumlah_X4, jumlah_X1 b. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber : Data primer yang diolah
72
Dengan K = 5 dan n = 60 maka dl = 1,408 dan du = 1,767 + 0
Bebas dl 1,408
du 1,767
1,958
4-du 2,233
4-dl 2,692
4
Hasil uji Durbin Watson dilihat dari tabel di atas menunjukkan angka 1.958 yaitu terletak antara 1,767-2,233 yang menunjukkan hasil uji tersebut tidak terjadi autokorelasi. 4.5
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji t(uji statistik), Uji F dan koefisien determinasi.
4.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen yaitu masa jabatan (X1), pendidikan manajer (X2), skala usaha (X3), umur perusahaan (X4), pelatihan akuntansi (X5) terhadap variabel dependennya yaitu pemahaman informasi akuntansi (Y). model regresi yang digunakan : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
73
Tabel 4.22 Output regresi linier berganda Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
6.834
5.510
jumlah_X1
.007
.200
jumlah_X2
.380
jumlah_X3
Beta
T
Sig.
Tolerance
VIF
1.240
.220
.006
.033
.973
.383
2.613
.160
.252
2.374
.021
.958
1.044
.178
.125
.151
1.432
.158
.972
1.029
jumlah_X4
.083
.166
.080
.499
.620
.414
2.417
jumlah_X5
.507
.130
.498
3.909
.000
.664
1.505
a. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber : Data primer yang diolah Dilihat dari tabel 4.22 pada hasil pengujian dengan SPSS, didapatkan persamaan garis linier berganda (yang dilihat dari koefisien tidak standar atau unstandardized coefficients) didapatkan : Y = 6,834 + 0,007 X1 + 0,380 X2 + 0,178 X3 + 0,083 X4 + 0,507X5 Keterangan : Y = Pemahaman Informasi Akuntansi b1 - b5 = koefisien regresi X1 = Masa Jabatan X2 = Pendidikan Manajer X3 = Skala Usaha X4 = Umur Perusahaan
74
X5 = Pelatihan Akuntansi berdasarkan persamaan dapat diketahui bahwa : a. Koefisien regresi constant diketahui sebesar 6,834 adalah positif, artinya bahwa semakin kuat dari variabel bebas yang diterapkan maka semakin besar nilai variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). b. Koefisien regresi variabel masa jabatan (X1) diketahui 0,007 adalah positif artinya bahwa semakin kuat variabel masa jabatan (X1) maka akan semakin meningkat variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). Sebaliknya, semakin lemah variabel masa jabatan (X1), maka akan semakin rendah variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). c. Koefisien regresi variabel pendidikan manajer (X2) diketahui 0,380 adalah positif artinya bahwa semakin kuat variabel pendidikan manajer (X2) maka akan semakin meningkat variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). Sebaliknya, semakin lemah variabel pendidikan manajer (X2), maka akan semakin rendah variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). d. Koefisien regresi variabel skala usaha (X3) diketahui 0,178 adalah positif artinya bahwa semakin kuat variabel skala usaha (X3) maka akan semakin meningkat variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). Sebaliknya, semakin lemah variabel skala usaha (X3), maka akan semakin rendah variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). e. Koefisien regresi variabel umur perusahaan (X4) diketahui 0,083 adalah positif artinya bahwa semakin kuat variabel umur perusahaan (X4) maka akan
75
semakin meningkat variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). Sebaliknya, semakin lemah variabel umur perusahaan (X4), maka akan semakin rendah variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). f. Koefisien regresi variabel pelatihan akuntansi (X5) diketahui 0,507 adalah positif artinya bahwa semakin kuat variabel pelatihan akuntansi (X5) maka akan semakin meningkat veriabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). Sebaliknya, semakin lemah variabel pelatihan akuntansi (X5), maka akan semakin rendah variabel Pemahaman Informasi Akuntansi (Y). 4.5.2 Uji Signifikansi Simultan (uji statistik F) Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel independen yaitu masa jabatan (X1), pendidikan manajer (X2), skala usaha (X3), umur perusahaan (X4), pelatihan akuntansi (X5) terhadap variabel dependennya yaitu pemahaman informasi akuntansi (Y). Hasil pengujian menggunakan SPSS didapat anova sebagai berikut :
76
Tabel 4.23 Uji Anova (Uji F)
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
557.096
5
111.419
Residual
775.887
54
14.368
1332.983
59
Total
F 7.755
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), jumlah_X5, jumlah_X3, jumlah_X2, jumlah_X4, jumlah_X1 b. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber : Data primer yang diolah Hasil uji F antara masa jabatan (X1), pendidikan manajer (X2), skala usaha (X3), umur perusahaan (X4), pelatihan akuntansi (X5) terhadap variabel dependennya yaitu pemahaman informasi akuntansi (Y) dengan F hitung sebasar 7,755 dan tingkat probabilitas dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel – variabel independen berpengaruh secara keseluruhan terhadap variabel dependennya pada tingkat signifikan 5%. 4.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Hasil uji regresi dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
77
Tabel 4.24 Output uji t Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
6.834
5.510
jumlah_X1
.007
.200
jumlah_X2
.380
jumlah_X3
Beta
t
Sig.
1.240
.220
.006
.033
.973
.160
.252
2.374
.021
.178
.125
.151
1.432
.158
jumlah_X4
.083
.166
.080
.499
.620
jumlah_X5
.507
.130
.498
3.909
.000
a. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.24 di atas maka dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Uji t antara tingkat masa jabatan terhadap pemahaman informasi akuntansi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas signifikan variabel masa jabatan (X1) sebesar (0,973) > 0,05 sehingga dari hasil hipotesis dapat disimpulkan bahwa variabel masa jabatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan begitu Hipotesis ditolak. 2. Uji t antara tingkat pendidikan manajer terhadap pemahaman informasi akuntansi.
78
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas signifikan variabel masa jabatan (X2) sebesar (0,021) < 0,05 sehingga dari hasil hipotesis dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan manajer berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan begitu Hipotesis diterima. 3. Uji t antara skala usaha terhadap pemahaman informasi akuntansi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas signifikan variabel masa jabatan (X3) sebesar (0,158) > 0,05 sehingga dari hasil hipotesis dapat disimpulkan bahwa variabel skala usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan begitu Hipotesis ditolak. 4. Uji t antara umur perusahaan terhadap pemahaman informasi akuntansi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas signifikan variabel masa jabatan (X4) sebesar (0,620) > 0,05 sehingga dari hasil hipotesis dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan begitu Hipotesis ditolak. 5. Uji t antara pelatihan akuntansi terhadap pemahaman informasi akuntansi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas signifikan variabel masa jabatan (X5) sebesar (0,000) < 0,05 sehingga dari hasil hipotesis dapat disimpulkan bahwa pelatihan akuntansi berpengaruh secara
79
signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan begitu Hipotesis diterima. 4.5.4 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model pada variabel bebas (X) dalam menerangkan variasi variabel terikat (Y), dengan output sebagai berikut : Tabel 4.25 Output Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model 1
R .646
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.418
.364
3.791
Durbin-Watson 1.958
a. Predictors: (Constant), jumlah_X5, jumlah_X3, jumlah_X2, jumlah_X4, jumlah_X1 b. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan hasil tabel 4.25 didapatkan angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,364. Hal ini berarti bahwa variabel – variabel independen memiliki konstribusi sebesar 36,4% dalam menerangkan variabel dependennya (Y). Sedangkan faktor-faktor lain memiliki kontribusinya sebesar (100% - 36,4%) = 63,6% dijelaskan oleh variabel yang lain selain variabel yang diteliti.
80
4.6
Pembahasan 1. Pengaruh Masa Jabatan Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Dalam melakukan pengelolaan perusahaan, pemimpin perusahaan akan banyak memperoleh pengalaman dari berbagai pihak baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan, dan akan bertambah seiring dengan masa jabatannya (Baskerville, 2006) dalam (Handayani, 2011). Masa jabatan memberikan pengalaman pada seorang manager dalam menjalankan usaha dan dengan pengalaman yang banyak akan mendorong untuk lebik baik dalam menjalankan bisnis. Mungkin awal berdiri belum menggunakan informasi akuntansi tapi dengan berjalannya waktu akan mendorong manajer untuk menggunakan informasi akuntansi dalam bisnisnya. Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa secara parsial (individu) terdapat pengaruh yang positif dan tidak signifikan antara masa jabatan (X1) terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi (Y) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,007 dan nilai signifikansi 0,973. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin kuat pengaruh dari Masa Jabatan (proses pengalaman, manfaat pengalaman, perolehan ilmu, senior dan pengalaman akuntansi) maka akan semakin tinggi tingkat Pemahaman Informasi Akuntansi. Sebaliknya, semakin buruk dari proses pengalaman, manfaat pengalaman, perolehan ilmu, senior dan pengalaman akuntansi, maka akan semakin rendah tingkat pemahaman informasi akuntansi.
81
Para responden memberikan presepsi yang baik terhadap indikator Masa Jabatan. Hal ini dapat dilihat dari rerata variabel sebesar 3,71 (Kategori baik). Presepsi ini terbentuk dari proses pengalaman (Rerata 3,53, kategori baik), manfaat pengalaman (Rerata 3,78, kategori baik), perolehan ilmu (Rerata 3,75, kategori baik), senior (Rerata 3,62, kategori baik) dan pengalaman akuntansi (Rerata 3,85, kategori baik). Responden cenderung memeberikan presepsi yang baik terhadap semua indikator dari Masa Jabatan. Dengan hasil baik/tinggi menjadikan Masa Jabatan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2011) yang menyatakan masa memimpin menpunyai pengaruh positif dan signifikan. Dalam penelitian ini positif 0,007 dan nilai signifikansi 0,973 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Hasil tanggapan positif dan tidak signifikan dimungkinkan manajer tahu pentingnya pencatatan akuntansi dalam bisnisnya namun merasa keberatan dalam penerapannya karena akan menambah waktu, biaya dan gaji. 2. Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Pendidikan formal yang ditempuh oleh manajer perusahaan sangat berpengaruh terhadap keahlian dan kemampuan yang dimiliki manajer dalam mengelola usahanya (Handayani, 2011). Seseorang akan mendapatkan ilmu dari pendidikan formal yang akan membantu mereka dalam menjalankan
82
bisnisnya. Manajer yang mempunyai pendidikan rendah akan cenderung rendah dalam menggunakan informasi akuntansi dan sebaliknya manajer yang mempunyai pendididkan tinggi akan cenderung tinggi dalam menggunakan informasi akuntansi dalam berbisnis. Hasil pengujian hipotesis ke dua diperoleh bahwa secara parsial (individu) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pendidikan Manajer (X2) terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi (Y) yaitu dengan nilai koefisien regresi 0,380 dan nilai sigifikansinya 0,021 Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar tingkat pendidikan yang telah diselesaikan, maka semakin tinggi seorang manajer dalam menggunakan informasi akuntansi dan semakin rendah tingkat pendidikan yang telah diselesaikan, maka semakin rendah seorang manajer dalam menggunakan informasi akuntansi. Responden memberikan presepsi yang baik dengan indikator Pendidikan Manajer. Variabel Pendidikan Manajer memiliki nilai rerata 3,72 (kategori baik). Presepsi ini terbentuk karena manfaat pendidikan (Rerata 3,80, kategori baik), tingkat pendidikan (Rerata 3,62, kategori baik), jurusan (Rerata 3,70, kategori baik), IPK cermin kecerdasan (Rerata 3,63, kategori baik), IPK jaminan bekerja (Rerata 3,77, kategori baik) dan Pendidikan Akuntansi (Rerata 3,77, katergori baik). Dengan hasil baik/tinggi menjadikan pendidikan manajer sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi.
83
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2011) dan Sariningtyas (2011) yang menyatakan faktor pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi. 3. Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Karyawan dalam perusahaan mempunyai peran yang penting dalam keberhasilan suatu bisnis. Sebuah perusahaan tidak akan berhasil tanpa karyawan yang terampil dalam bidangnya. Perusahaan yang skala usahanya besar dalam arti jumlah karyawannya banyak pasti cendrung untuk menggunakan informasi akuntansi yang baik daripada perusahaan yang skala usahanya lebih kecil. Karena karyawan mendukung manajer untuk menggunakan informasi akuntansi. Hasil pengujian hipotesis ke tiga diperoleh bahwa secara parsial (individu) terdapat pengaruh yang positif dan tidak signifikan antara skala usaha (X3) terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi (Y) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,178 dan nilai signifikansi 0,158. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin kuat pengaruh dari skala usaha (pengaruh jumlah karyawan dalam beroperasi, perusahaaan bagus, ketrampilan karyawan, sesuai keahlian, peran keryawan dan karyawan menyusun laporan keuangan) maka akan semakin tinggi tingkat Pemahaman Informasi Akuntansi. Sebaliknya, semakin buruk dari pengaruh jumlah karyawan dalam beroperasi, perusahaaan bagus, ketrampilan karyawan, sesuai keahlian, peran
84
keryawan dan karyawan menyusun laporan keuangan, maka akan semakin rendah tingkat pemahaman informasi akuntansi. Para responden memberikan presepsi yang baik terhadap indikator skala usaha. Hal ini dapat dilihat dari rerata variabel sebesar 3,82 (Kategori baik). Presepsi ini terbentuk dari pengaruh jumlah karyawan dalam beroperasi (Rerata 3,73, kategori baik), perusahaan bagus (Rerata 3,75, kategori baik), ketrampilan karyawan (Rerata 3,98, kategori baik), sesuai keahlian (Rerata 3,83, kategori baik), peran karyawan (Rerata 3,92, kategori baik) dan karyawan menyusun laporan keuangan (Rerata 3,73, kategori baik). Responden cenderung memeberikan presepsi yang baik terhadap semua indikator dari skala usaha. Dengan hasil baik/tinggi menjadikan skala usaha sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2011) yang menyatakan skala usaha menpunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan. Dalam penelitian ini positif 0,007 dan nilai signifikansi 0,158 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. 4. Pengaruh
Umur
Perusahaan
Terhadap
Pemahaman
Informasi
Akuntansi Umur perusahan merupakan usia atau lamanya perusahaan beroperasi (Handayani, 2011). Lamanya perusahaan dalam beroperasi akan mendorong perusahaan untuk lebih maju. Jika perusahaan sudah lama beroperasi pasti
85
akan lebih berkembang dari awal berdirinya, salah satunya dalam pemahaman informasi akuntansi. Hasil pengujian hipotesis ke empat diperoleh bahwa secara parsial (individu) terdapat pengaruh yang positif dan tidak signifikan antara umur perusahaan (X4) terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi (Y) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,083 dan nilai signifikansi 0,620. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin kuat pengaruh dari umur perusahaan (perusahaan bagus dengan lama beroperasi, pengambilan keputusan, perkembangan perusahaan, perkembangan penyajian laporan keuangan, going concern, persaingan pasar dan pelanggan) maka akan semakin tinggi tingkat Pemahaman Informasi Akuntansi. Sebaliknya, semakin buruk dari perusahaan bagus dengan lama beroperasi, pengambilan keputusan, perkembangan perusahaan, perkembangan penyajian laporan keuangan, going concern, persaingan pasar dan pelanggan, maka akan semakin rendah tingkat pemahaman informasi akuntansi. Para responden memberikan presepsi yang baik terhadap indikator umur perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari rerata variabel sebesar 3,75 (Kategori baik). Presepsi ini terbentuk dari perusahaan bagus dengan lamanya operasi (Rerata 3,70, kategori baik), pengambilan keputusan (Rerata 3,87, kategori baik), perkembangan perusahaan (Rerata 3,87, kategori baik), perkembangan penyajian laporan keuangan (Rerata 3,72, kategori baik), going concern (Rerata 3,92, kategori baik), persaingan pasar (Rerata 3,40,
86
kategori cukup) dan pelanggan (Rerata 3,80, kategori baik). Responden cenderung memeberikan presepsi yang baik terhadap semua indikator dari umur perusahaan kecuali indikator persaingan pasar. Dengan hasil baik/tinggi menjadikan umur perusahaan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2011) yang menyatakan umur perusahaan menpunyai pengaruh positif tetapi signifikan. Dalam penelitian ini positif 0,083 dan nilai signifikansi 0,620 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Hasil tanggapan ini positif dan tidak signifikan karena perusahaan dari awal berdiri tidak menggunakan laporan keuangan dan sampai penelitina. ini dilakukan tidak menggunakan laporan keuangan meskipun manajernya tahu pentingnya laporan keuangan 5. Pengaruh Pelatihan Akuntansi Terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi Jain (1999), Hadiyah Fitriyah (2006), dalam Handayani (2011) menyatakan bahwa pelatihan akan menghasilkan peningkatan professional yang lebih jauh dalam manajemen. Dengan pelatihan akuntansi akan menambah pengetahuan para manajer tentang akuntansi. Hal ini akan mendorang manajer untuk menggunakan informasi akuntansi dalam bisnisnya.
87
Hasil pengujian hipotesis ke lima diperoleh bahwa secara parsial (individu) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pelatihan Akuntansi (X5) terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi (Y) yaitu dengan nilai koefisien regresi 0,507 dan nilai sigifikansinya 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar tingkat pelatihan akuntansi yang diikuti, maka semakin tinggi seorang manajer dalam menggunakan informasi akuntansi dan semakin rendah tingkat pelatihan akuntansi yang diikuti, maka semakin rendah seorang manajer dalam menggunakan informasi akuntansi. Responden memberikan presepsi yang baik dengan indikator Pelatihan Akuntansi. Variabel Pelatihan Akuntansi memiliki nilai rerata 3,80 (kategori baik). Presepsi ini terbentuk karena pentingnya pelatihan (Rerata 3,38, kategori cukup), progam pelatihan (Rerata 3,83, kategori baik), pertemuan pelatihan (Rerata 3,90, kategori baik), materi pelatihan (Rerata 3,92, kategori baik), jangka waktu pelatihan (Rerata 3,48, kategori baik), menambah pengetahuan (Rerata 3,92, kategori baik), terampil dan sekses (Rerata 4,02, kategori baik) dan penyiapan laporan keuangan (Rerata 3,95, katergori baik). Dengan hasil baik/tinggi menjadikan pelatihan akuntansi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2011) dan Sariningtyas (2011) yang menyatakan faktor pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi.
88
BAB V PENUTUP 5.1
Simpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada bagian-bagian sebelumnya maka simpulan dapat diringkas sebagai berikut : 1. Masa Jabatan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi. UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara yang menjadi responden terbanyak mempunyai kisaran 110 tahun masa jabatan, yang merupakan masa awal dalam bisnis. Dengan masa awal berbisnis mereka telah menggunakan informasi akuntansi dalam bisnisnya sehingga masa jabatan tidak mempengaruhi pemahaman informasi akuntansi. Dan juga kebanyakan responden belum menggunakan informasi akuntansi dalam bisnis sehingga pengaruh masa jabatan pada pemahaman informasi akuntansi tidak signifikan. 2. Pendidikan Manajer berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi. Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan atau ilmu yang diperoleh seorang manajer dari lembaga-lembaga pendidikan. Seseorang akan mendapatkan ilmu dari pendidikan formal yang akan membantu mereka dalam menjalankan bisnisnya. Manajer yang mempunyai pendidikan yang jenjangnya tinggi akan mendorong untuk menggunakan informasi akuntansi dan sebaliknya manajer yang mempunyai pendididkan
89
yang jenjangnya rendah akan cenderung rendah dalam menggunakan informasi akuntansi dalam berbisnis. 3. Skala Usaha berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi. Perusahaan berskala besar dalam arti mempunyai karyawan yang banyak akan memudahkan perusahaan itu dalam beroperasi. Karyawan berperan dalam keberhasilan suatu bisnis usaha. Sebuah perusahaan tidak akan berhasil tanpa karyawan yang terampil dalam bidangnya. Karena karyawan dapat mendukung manajer untuk menggunakan informasi akuntansi. 4. Umur Perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi. Lamanya perusahaan dalam beroperasi akan mendorong perusahaan untuk lebih maju. UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara kebanyakan mempunyai umur perusahaan dengan kisaran 1-10 tahun, dengan demikian bisa disimpulkan perusahaan baru awal berdiri. Jika sebelumnya seorang manajer belum mengetahui pemahaman informasi akuntansi maka perusahaan yang umur perusahaan sedikit belum menggunakan informasi akuntansi. Maka dari itu umur perusahaan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi. 5. Pelatihan Akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pemahaman Informasi Akuntansi. Pelatihan akuntansi yang diadakan lembaga-lembaga pemerintahan maupun swasta memberikan manfaat kepada para manajer
90
UKM dalam pencatatan akuntansi. Seringnnya para manajer dalam mengikuti pelatihan akuntansi akan cepat menambah ilmu tentang akuntansi sehingga dapat menggunakan informasi akuntansi dengan baik dalam bisnisnya. Maka Pelatihan Akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman Informasi Akuntansi. 5.2
Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi pemerintah Pemerintah dalam progam pengembangan UKM khususnya dalam pemahaman
informasi
akuntansi
perlu
melihat
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya yaitu masa jabatan, pendidikan manajer, skala usaha, umur perusahaan, dan pelatihan akuntansi. Dilihat dari hasil penelitian pendidikan dan pelatihan akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman informasi akuntansi. Pemerintah perlu mengoptimalkan aspek tersebut agar dapat mengembangkan sektor UKM agar lebih maju. Dari aspek pendidikan pemerintah telah membuat progam wajib belajar 9th sehingga banyak pengusaha UKM berpendidikan SMA dan itu perlu ditingkatkan. Dari pelatihan akuntansi pemerintah telah membuat progam pelatihan untuk UKM namun pelaksanaan belum banyak yang mengikuti. Pemerintah perlu berinteraksi dengan para manajer UKM tentang pentingnya pemahaman informasi akuntansi dalam bisnis agar meningkatkan para
91
manager UKM yang mengikuti pelatihan akuntansi. Setelah itu pemerintah melakukan bimbingan atau kontrol pada manajer UKM dalam implikasinya. 2. Bagi manajer UKM Untuk manajer UKM harus sadar dan dapat mengikuti peraturan pemerintah. Dan juga harus mengetahui manfaat dari pemahaman informasi akuntansi dalam menjalankan bisnis. Pencatatan keuangan dapat membantu bisnis untuk lebih maju, dengan catatan keuangan yang telah dibuat dapat mengetahui maju tidaknya bisnis, mengetahui masalah yang terjadi, memprediksikan produksi periode berikutnya. Dan juga pemerintah melalui IAI telah membuat standar pencatatan akuntansi khusus untuk UKM yaitu SAK ETAP, maka para manajer UKM dapat menjadikan panduan itu untuk melakukan pencatatan keuangan pada bisnisnya.
92
KETERBATASAN PENELITIAN Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel independen yaitu : Masa Jabatan, Pendidikan Manajer, Skala Usaha (dari jumlah karyawan), Umur Perusahaan, dan Pelatihan Akuntansi yang mempengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi sebagai variabel dependennya yang mempunyai koefisien determinasi 36,4%. Jadi ada 63,6% variabel lain yang dapat mempengaruhi. Penelitian ini juga hanya dilakukan pada UKM industri mebel di Kecamatan Jepara, Kabupaten jepara dengan jumlah sampel 60 responden. Akan lebih baik jika penelitian dilakukan menggunakan variabel selain ke lima variabel yang telah disebutkan dan menambah jumlah respomden serta area penelitian.
93
DAFTAR PUSTAKA Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Accounting Teory Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta
Blogqyu. 2010. “keunggulan dan Kelemahan usaha kecil dan menengah”. http://tariles41.blogspot.com/2010/04/keunggulan-dan-kelemahan-usahakecil.html
Ediraras, Dharma T. 2010. Akuntansi dan Kinerja UKM. Jurnal ekonomi dan bisnis. No. 2, Volume 15, agustus 2010
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Guritno, Suryo dkk. 2011. Theory and Application of IT Research. C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta
Handayani, Bestari Dwi. 2011. Faktor yang memengaruhi Pemahaman Informasi Akuntansi UsahaKecil dan Menengah. Jurnal Akuntansi Manajemen. September 2011, Vol. 11 NO. 1
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik. Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2011. “Data UMKM 2011 di Indonesia”.http://www.depkop.go.id
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keprilakuan Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta
Meuthia, Reno Fithri dan Endrawati. 2008. “Pengaruh Faktor Pendidikan, Pelatihan, Pengalaman Kerja dan Penguasaan Komputer Staf Bagian Akuntansi Terhadap Kualitas Penyajian Informasi Akuntansi (Studi Pada Kantor Cabang Bank Nagari)”. Jumal Akuntansi & Manajemen. Vol 3 No.1 Juni 2008
94
Prihatni, Rida dan Diena N. 2012. The Comprehension And Application Of Accounting Information System For The Small And Medium Enterprise. Bandung. Indonesia
Sariningtyas, Pratiwi dan Diah W, Tituk. 2011. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Pada Usaha Kecil Dan Menengah . JAKI Vol. 1 No.1 Hal.90-101 Sekaran, Uma, 2009. Research Methods For Business Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. CV Alfabeta. Bandung
Undang-Undang UMKM. 2008. Undang-Undang UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 2008. Sinar Grafika. Jakarta
Zimmerer, Thomas W, Norman M Scarborough, dan Doug Wilson. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta. Salemba Empat