BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan anak remaja dewasa ini semakin dirasakan meresahkan masyarakat, baik di negara - negara maju maupun negara - negara yang sedang berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota – kota besar. Akhir – akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki kembali. Keberadaan kenakalan anak remaja di Indonesia saat ini merambah segi – segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan yang termasuk di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP), atau perundangan – perundangan pidana di luar KUHP, misalnya Undang – Undang Narkotika. Kondisi ini jauh lebih rumit daripada sekedar kondisi destruktif dalam perspektif norma – norma sosial dan susila. “Disela - sela kondisi destruktif yang serba rumit itu, para ilmuwan, rohaniawan, pemuka masyarakat dan pemerintah telah berusaha secara ,maksimal untuk melakukan langkah – langkah nyata guna mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja. Termasuk juga usaha memperbaiki kembali serta meresosialisasi anak – anak yang terlibat dalam kenakalan remaja. Walaupun usaha tersebut telah dilakukan secara intensif oleh pemerintah bersama masyarakat,namun tingkat keberhasilannya masih tahap analisis”. 2
2
R. Sudarsono, Kenakalan remaja, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal.v
Universitas Sumatera Utara
Anak merupakan ujung tombak perubahan setiap zaman,seseorang anak yang di lahirkan dan di besarkan dalam lingkungan yang baik dengan perhatian dan bimbingan, kasih sayang yang diberikan oleh orang tua akan melahirkan suatu individu yang berkualiatas. Kenakalan sebagai salah satu bentuk problema sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Analisa atau diagnosa terhadap kenakalan yang meningkat saat ini belum dapat dilakukan karena keadaan pengetahuan kriminologi ini belum tegas menentukan sebab, mengapa orang melakukan kenakalan, sehingga hanya baru dapat di cari faktor – faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat tertentu pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan timbulnya kenakalan remaja. Di Indonesia masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberi dorongan kuat kepada pihak – pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti kelompok edukatif di lingkungan sekolah, kelompok hakim dan jaksa di bidang penyuluhan dan penegakan kehidupan kelompok. 3 Menurut Walter Luden,faktor – faktor yang berperan dalam timbulnya kenakalan adalah : 4 a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota – kota jumlahnya cukup besar dan sukar dicegah. 3
Ibid,hal 2 Ninik Widayanti-Panji Anaroga, Perkembangan Kenakalan dan Masalahnya Ditinjau dari Segi Kriminologi dan Sosial,Pradnya Paramita, Jakarta 1987,hal. 2 4
Universitas Sumatera Utara
b. Terjadinya konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma – norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergesaran sosial yang cepat, terutama di kota – kota besar. c. Memudarnya pola – pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola kontrol sosial tradisional, sehingga anggota masyarakat terutama remajanya menghadapi “samarpola” untuk melakukan perilakunya. d.
Berkembangnya kenakalan anak remaja yang disebabkan oleh dampak negatif dari perubahan global yang cepat meliputi ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anak melakukan perbuatan di luar kesadarannya. Kurangnya perhatian atau perlindungan serta perlakuan yang baik dan wajar dari keluarga dan lingkungan serta komunitas lainnya. Masyarakat kota pada umumnya disibukkan oleh masalah – masalah
bisnis dan tidak semakin perduli terhadap lingkungan sekitarnya dan menipisnya hubungan sosial dan rasa keperdulian terlebih – lebih terhadap masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pihak lain yang ikut bertanggung jawab dalam proses pembinaan anak remaja adalah para pendidik di sekolah. Pembinaan ini dilakukan secara formal dalam proses belajar – mengajar, interaksi dalam proses belajar – mengajar ini bukan semata – mata menghasilkan hal – hal yang positif, akan tetapi ada pula dampak negatif yang tidak dapat dihindari. Sikap negatif pendidik yang terjadi selama dalam proses belajar – mengajar akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental anak.
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula interaksi sesama anak didik di sekolah tidak selalu menguntungkan bagi mereka, karena sering terjadi kebiasaan negatif seorang anak didik berpengaruh negatif pula bagi anak didik lain. Kondisi negatif yang sangat kompleks ini merupakan entitas yang realistik di lingkungan sekolah, terutama di kota – kota besar. 5 Karena itu, perlu adanya tindakan – tindakan dan perilaku khusus dari para pendidik agar kondisi lingkungan sekolah dapat menjamin tersedianya lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis. Kemiskinan atau masalah ekonomi, penyebab anak putus sekolah juga disebabkan oleh kondisi sekolah yang tidak menyenangkan, termasuk pengajaran yang sangat rendah, kondisi tenaga pengajar yang juga memprihatinkan. Anak – anak miskin, di samping gedung sekolah yang tidak memenuhi syarat dan jarak sekolah yang terlalu jauh. Munculnya kenakalan anak remaja tanpa disadari dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain : 1. Mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain 2. Dapat membahayakan dirinya 3. Memberikan kondisi yang subur bagi tumbunya kriminalitas 4. Memberikan kesan yang kurang baik terhadap eksistensi bangsa dan negara
5
Ibid ,hal 7
Universitas Sumatera Utara
Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan – perbuatan yang sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja, perkelahian di kalangan sekolah, mengganggu wanita di jalan yang pelakunya anak remaja. Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak saudaranya, atau perbuatan – perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja, mengedarkan pornografis dan coret – coret tembok pagar yang tidak pada tempatnya. Kenakalan – kenakalan yang dilkukan oleh anak – anak dan remaja seyogiyanya diupayahkan penanggulangan secara sunguh – sunguh dalam arti penanggulangan yang setuntas – tuntasnya, upaya ini merupakan aktivitas yang pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah – pisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara profesional yang menuntut ketekunan dan berkesinambungan dari suatu kondisi menuju kondisi yang lain. Langkah perdana dalam upaya kompleks ini dapat dilakukan dengan memberi penjelasan secara luas dan rinci kepada anak – anak remaja tentang beberapa aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan nakal yang kerap kali mereka lakukan. Dengan demikian, anak remaja akan dapat memiliki pemahaman, penghayatan dan perilaku hukum yang sehat.
Universitas Sumatera Utara
Di samping aspek kesadaran hukum, ada aspek lain yang membimbing kaum remaja untuk dapat menjadi anggota masyarakat dengan perilaku positif. Internalisasi nilai – nilai kaidah sosial dan internalisasi nilai – nilai agama dapat mendidik kaum remaja memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan memiliki penghayatan serta perilaku yang sesuai dengan perintah agama, sedangkan terhadap larangan agama yang dianutnya tetap meninggalkan. Perspektif ini akan mampu memberi sumbangan positif bagi terwujudnya kehidupan sosial serta lingkungan yang sehat secara material maupun secara moral. Ditinjau dari aspek sosiologis anak remaja dituntut secara moral memiliki rasa solidaritas sosial yang tebal sehingga mereka merasa ikut memiliki kehidupan sosial dan ikut bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedamaian dalam kelangsungan hidup kelompok sosialnya. Pencapaian kondisi sosial ini penting sekali terutama dalam rangka upaya dasar melakukan prevensi (pencegahan) dan penanggulangan terhadap kenakalan anak remaja. 6 Langkah – langkah positif tersebut memerlukan partipasi banyak pihak agar manfaat maksimal dapat dicapai, upaya preventif dan upaya – upaya lain yang relevan perlu keikutsertataan masyarakat agar penyebarluasannya dapat mencapai sebagian terbesar anggota masyarakat, khususnya anak – anak remaja.
6
Ibid ,hal. 6
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang dibahas penulis dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Bagaimana dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi? b. Bagaiamana faktor – faktor terjadinya kenakalan remaja di kota Medan? c. Bagaiamana upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: a. Untuk lebih mengetahui dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi b. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinyanya kenakalan anak remaja di Kota Medan c. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: a. Manfaat teoritis Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kalangan akademis, dan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang membutuhkan informasi mengenai dampak kenakalan
Universitas Sumatera Utara
anak remaja dan apa upaya yang dapat dilakukan menanggulangi kenakalan anak remaja. b. Manfaat praktis Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat menjadi menambah wawasan dan cakrawala bagi pihak – pihak yang terkait dalam melakukan suatu tindak pidana yang melanggar hukum yang berkaitan dengan kenakalan remaja dan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi aparat penegak hukum dalam menanggulangi kenakalan anak remaja. D. Keaslian Penulisan Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran dengan mengambil panduan dari buku – buku dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Adapun yang menjadi judul penulisan skripsi ini adalah “DAMPAK KENAKALAN ANAK REMAJA DITINJAU DARI ASPEK KRIMINOLOGI DI KOTA MEDAN”. Adapun yang sama tetapi pembahasannya berbeda baik masalah,tujuan, dan metodenya. Yang telah diperiksa di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang berkaitan antara lain sebagai berikut: 1. Nama: Rickson P. Hutabarat Judul : Tinjauan aspek kriminologi terhadap kenakalan anak jalanan di kota Medan
Universitas Sumatera Utara
2.
Nama: Yudika D. Margaretha Hutabarat Judul : Faktor pendorong kenakalan remaja geng motor di kota Medan ditinjau dari aspek kriminologi
3. Nama: Rahmat Alfian Panggabean Judul : Faktor – faktor yang mempengaruhi kenakalan anak ditinjau dari aspek hukum perlindungan anak (studi di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) 4. Nama: Sinuraya Marpaung Judul : Dampak sarana hiburan terhadap kejahatan remaja di kota Medan
E. Tinjauan Kepustakaan a. Gambaran Kenakalan Remaja Anak – anak adalah sumber potensial dari suatu negara yang besar. Apabila mereka gagal untuk menyumbangkan darma baktinya kepada kesejeteraan umum, atau yang lebih menyedihkan lagi bila mereka hanya menjadi perusak dan penghalang, maka masyarakat tidak akan mengalami kemajuan bahkan sebaliknya hanya akan mendapatkan kehancuran. 7 Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena anak merupakan bagian dari generasi muda. Selain anak, di dalam generasi muda ada yang disebut remaja dan dewasa. Generasi muda terdiri atas masa kanak – kanak umur 0 – 12 tahun, masa remaja 13 – 20 tahun dan masa dewasa 21 – 40 tahun. 7
Ibid , hal. 23
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja dimulai dari usia 10 tahun sampai dengan 20 tahun. Masa remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang terjadi dan tidak stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya sikap dan tindakan yang oleh orang dewasa dinilai sebagai perbuatan nakal. Mengenai batas umur bagi para remaja yang berlaku di Indonesia perlu pula mendapat perhatian khusus, batas umur tertinggi untuk para remaja menurut KUH Perdata adalah 21 tahun sedangkan menurut KUH Pidana adalah 16 tahun. Mengenai batas umur terendah di Indonesia belum ada kepastian, demi adanya kepastian hukum maka batas umur bagi remaja sangat perlu mendapat keseragaman agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam pengambilan tindakan. Kenakalan remaja sering disebut dalam bahasa Inggris dengan Juvenile delinquency, kata delinquency berasal dari kata latin delinquere yang berarti mengingkari yang dalam arti luasnya dapat diinterpretasikan sebagai Penginkaran atau penyimpangan terhadap pola – pola tingkah laku yang telah diterima di suatu masyarakat. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Anak remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak – anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan cepat dalam segala bidang, perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan kepribadian. Masa remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang terjadi dan tidak stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya sikap dan tindakan yang oleh orang dewasa dinilai perbuatan nakal. 8 Di samping itu kenakalan remaja juga disebabkan karena pengaruh lingkungan, terutama lingkungan di luar rumah. Kebanyakan remaja senang bermain di luar rumah, berkumpul dengan teman – temannya baik teman di sekitar rumah, teman satu sekolah atau teman satu kelompok, kalau teman – temannya di lingkungan tersebut berbuat tidak baik, biasanya si anak terpengaruh sikapnya, tanpa menilai terlebih dahulu. Sikap yang mudah terpengaruh ini tidak terlepas dari perkembangan pribadi si remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang di lakukan kaum remaja yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat. Adapun macam dan bentuk – bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak dibedakan menjadi beberapa macam: 9 1. Kenakalan biasa 2. Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal 3. Kenakalan khusus
8
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2007 hal. 4 Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, cetakan pertama, Kenakalan Anak Suatu Tinjauan dari Psikologi dan Hukum, Liberti,Yogyakarta,1985,hal. 20 9
Universitas Sumatera Utara
Ad. 1 Kenakalan biasa Kenakalan biasa adalah bentuk kejahatan yang berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit kepada kedua orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, suka bolos, suka menipu, suka terlambat ke sekolah, dan lain sebagainya. Ad. 2 Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal Adalah suatu bentuk kenakalan remaja yang merupakan perbuatan pidana, berupa kenakalan yang meliputi : mencuri, menganiaya, menodong, mencopet, menggugurkan kandungan, membunuh, memperkosa, berjudi, dan mengedarkan film porno, atau menggandakan serta mengedarkan obat – obatan terlarang, dan lain sebagainya. Ad. 3 kenakalan khusus Kenakalan khusus adalah kenakalan yang diatur dalam undang – undang pidana khusus, seperti kenakalan di internet (cyber crime), kenakalan terhadap HAM. Bentuk lain dari kenakalan remaja berdasarkan ciri kepribadian,yang mendorong mereka menjadi tidak terkontrol. Anak – anak muda ini umumnya bersifat labil, sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai – nilai etis dan cenderung suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori – Teori Mengenai Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja Kejahatan remaja yang merupakan gejala penyimpangan dan patologis secara sosial itu juga dapat dikelompokkan dalam satu kelas detektif secara sosial dan mempunyai sebab – sebab – musabab yang majemuk, jadi sifatnya multi – kausal. Para sarjana menggolongkannya menurut beberapa teori, sebagai berikut : 10 1. Teori Biologis Tingkah – laku sosiopatik atau delinkuen pada anak – anak dan remaja dapat muncul karena faktor – faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang, juga dapat oleh cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung: a. Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen, dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu, yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah – laku dan anak – anak menjadi delinkuen secara potensial. b. Melalui pewarisan tipe – tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal), sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen. c. Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang menimbulkan tingkah – laku delinkuen atau sosiopatik. Misalnya cacat jasmaniah bawaan brachyda ctylisme (berjari – jari pendek) dan diebetes
10
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak, Grafindo Persada, Jakarta, 1998,
hal. 25
Universitas Sumatera Utara
insipidius (sejenis penyakit gula) itu erat berkorelasi dengan sifat – sifat kriminal serta penyakit mental. 11 2. Teori Psikogenis Teori ini menekankan sebab – sebab tingkah – laku delinkuen anak – anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor inteligensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap – sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopatologis, dan lain – lain. Argument sentral teori ini ialah sebagai berikut : delinkuen merupakan “bentuk penyelasaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin dalam menanggapi stimuli eksternal/ sosial dan pola – pola hidup keluarga yang patologi. Kurang lebih 90% dari jumlah anak – anak delinkuen berasal dari keluarga berantakan (broken home). Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung, jelas membuahkan masalah psikologis personal dan adjustmen ( penyesuain diri ) yang terganggu pada diri anak – anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku delinkuen. Anak – anak delinkuen itu melakukan banyak kejahatan didorong oleh konflik batin sendiri. Jadi mereka mempratekkan konflik batinnya untuk mengurangi beban tekanan jiwa sendiri lewat tingkah – laku agresif, impulsif dan primitif. Karena itu kejahatan mereka pada umumnya erat berkaitan dengan 11
Ibid
Universitas Sumatera Utara
tempramen, konstitusi kejiwaan yang galau semrawut, konflik batin dan frustasi yang akhirnya ditampilkan secara spontan keluar. Akibat kelalaian orang tua dalam mendidik anak – anaknya dan tidak adanya kontrol yang terus – menerus, serta tidak berkembangnya disiplin – diri, ketiga hal tersebut dengan mudah membawa anak tersebut pada lingkungan sosial yang tergabung dalam gang – gang. Mereka lalu belajar melakukan adaptasi terhadap masyarakat secara normal, namun justru beradaptasi terhadap masyarakat yang jahat dan menyimpang dari norma – norma sosial. Biasanya anak – anak itu juga ditambahi beban ekstra berupa tekanan – tekanan batin, sakit karena pengaruh alkohol dan bahan – bahan narkotik, dan gangguan mental tertentu. 3. Teori Sosiogenis Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah – laku kenakalan pada anak – anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial – psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. Maka faktor – faktor kultural dan sosial itu sangat mempengaruhi, bahkan mendominasi struktur lembaga – lembaga sosial dan peranan sosial setiap individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partipasi sosial, dan pendefinisian – diri atau konsep – dirinya. Jadi sebab – sebab kejahatan anak remaja itu tidak hanya terletak pada lingkungan familial dan tetangga saja, akan tetapi terutama sekali disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
konteks kulturalnya. Maka kariel kejahatan anak – anak itu jelas dipupuk oleh lingkungan sekitar yang buruk dan jahat, ditambah dengan kondisi sekolah yang kurang menarik bagi anak – anak bahkan adakalahnya justru merugikan perkembangan pribadi anak. Karena itu, konsep – kunci untuk dapat memahami sebab – musabab terjadinya kenakalan remaja itu ialah: pergaulan dengan anak – anak muda lainnya yang sudah delinkuen. 12 4. Teori Subkultural Delinkensi Menurut teori subkultural ini, sumber kenakalan remaja ialah: sifat – sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultural) yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinkuen tersebut. Sifat – sifat masyarakat tersebut antara lain ialah: a. punya populasi yang padat, b. status sosial – ekonomis penghuninya rendah, c. kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk d. banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi. Karena itu sumber utama kemunculan kejahatan remaja ialah subkultur – subkultur delinkuen dalam konteks yang lebih luas dan kehidupan masyarakat slum. Fakta juga menunjukkan, bertambanya jumlah kenakalan remaja terjadi pada masyarakat dengan kebudayaan konflik tinggi, dan terdapat di negara – negara yang mengalami banyak perubahan sosial yang serba cepat. 12
Ibid, hal 30
Universitas Sumatera Utara
Daerah yang mengalami proses perubahan cepat itu antara lain ialah : daerah pelabuhan, basis militer, kawasan industri, pusat perdagangan, ibukota, pangkalan udara dan laut, dan sebagainya. Karena itu negara – negara yang sangat maju secara ekonomis dan teknologi juga mempunyai tingkat kenakalan remaja paling tinggi di dunia. Dengan begitu ada hubungan yang erat antara tingkat kenakalan remaj dengan siklus kesejeteraan dan depresi ekonomisnya. Remaja banyak yang menjadi nakal disebabkan faktor kejemuan dan kejenuhan (jenuh hidup di tengah kemakmuran). Kemewahan dan kemakmuran membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena terlalu lama mengangur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan perbuatan yang bermanfaat, dan terlalu enak hidup santai. Maka dalam iklim subkultur makmur – santai tadi anak – anak remaja ini menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi bagi kehampaan jiwanya dengan melakukan perbuatan delinkuen jahat yang “hebat – hebat”. “Tipe lain dari tingkah – laku kejahatan remaja ialah: kerusuhan dan kejahatan yang dilakukan pada musim liburan sekolah, berupa perusakan milik orang lain, dengan sengaja melanggar otoritas orang dewasa dan moralitas konvensional, disertai kejahatan impulsif dan agresif. Pada prinsipnya tindak kenakalan remaja mereka itu tidak menjadi tujuan primer mereka, akan tetapi merupakan akibat dari keisengan dan keliaran anak – anak muda”. 13
13
Ibid, hal 36
Universitas Sumatera Utara
Faktor
lingkungan itu dapat meliputi sifat individu yang diperoleh
sebagai warisan dari orang tuanya, keadaan badaniah, kelamin, umur, intelek, tempramen, dan kesehatan. 3. Ruang Lingkup Kriminologi Kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi kejahatan dan penjahat. Dalam wujud ilmu pengetahuan kriminologi merupakan “the body of knowledge” yang ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan hasil penelitian berbagai disiplin ilmu,sehingga aspek pendekatan terhadap objek studinya luas sekali, dan secara inter – disipliner dari ilmu – ilmu sosial dan humaniora serta dalam pengertian yang luas, mencakup pula kontribusi dari ilmu – ilmu eksakta. Menurut Bonger, ruang lingkup studi kriminologi dibedakan antara kriminologi murni dan kriminologi terapan. 1. Ruang lingkup kriminologi murni, meliputi: a. Antropologi kriminal Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mengenai manusia yang jahat dari tingkah laku, karakter dari sifat dan ciri tubunya seperti apa, juga meneliti apa ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya. Apakah
tingkah
laku
dan
budaya
masyarakat
yang
dapat
menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku – pelaku kejahatan. b. Sosiologi Kriminal Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meniliti kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat untuk mengetahui sampai dimana sebab -
Universitas Sumatera Utara
sebab kejahatan dalam masyarakat. Apakah masyarakat yang melahirkan kejahatan termasuk kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap peraturan perundang – undangan. Apakah norma – norma masyarakat tidak berfungsi dalam mencegah kejahatan. 14 c. Psikologi kriminil Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut kejiwaannya. Apakah kejiwaannya yang melahirkan kejahatan atau karena lingkungan atau sikap masyarakat yang mempengaruhi kejiwaan, sehingga menimbulkan kejahatan. d. Psikopatologi dan neuropatologi kriminil Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dan penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Apakah sakit jiwa atau urat syaraf yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang timbul akibat sakit jiwa atau urat syaraf. e. Penologi Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari penjahat – penjahat yang telah dijatuhi hukuman. Apakah penjahat yang dijatuhi hukuman tersebut akan menjadi warga masyarakat yang baik atau masih melakukan kejahatan, bahkan mungkin lebih meningkat kualitas kejahatannya. Apakah pemidanaan dikaitkan dengan latar belakang dan adanya keseimbangan antara pemidanaan dengan kejahatan yang dilakukan. 14
H.R. Abdussalam, kriminologi, Restu Agung, Jakarta,2007, hal. 9
Universitas Sumatera Utara
2. Ruang lingkup kriminologi terapan, meliputi: 15 a. Higiene kriminil Tujuannya untuk mencegah terjadinya kejahatan, maka usaha – usaha pemerintah yaitu menerapkan undang – undang secara konsisten, menerapkan sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilkukan semata – mata untuk mencegah timbulnya kejahatan. Apakah menu dan jenis makanan yang dapat menimbulkan kejahatan serta sejauhmana pemerintah memperhatikan hygiene warganya untuk mencegah terjadinya kejahatan. b. Politik kriminil Pencurian
dan
penjambretan
penganggurpenganggur
yang
banyak tidak
dilakukan
memiliki
oleh
pendidikan
para dan
keterampilan kerja, maka pemerintah harus melaksanakan program pendidikan keterampilan kepada para penganggur sesuai dengan bakat yang dimiliki dan menyediakan pekerjaan serta penampungannya. c. Kriminalistik Untuk mengungkap kejahatan, menerapkan teknik pengusutan dan penyidikan secara scientific. Dalam mengungkap kejahatan dengan menggunakan scientific criminalistik antara lain yaitu identifikasi, laboratorium kriminal, alat mengetes golongan darah (DNA), alat
15
Ibid, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
mengetest kebohongan, balistik, alat penentu keracunan, kedokteran kehakiman, forensic toksionology, dan lain – lain scientific kriminalistik lainnya sesuai dengan perkembangan kriminologi. Sutherland, kriminologi meliputi ruang lingkup: 1. Sosiologi hukum Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan terhadap kondisi –
kondisi masyarakat yang mempengaruhi perkembangan
hukum pidana. Kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap hukum positif atau peraturan perundang – undangan serta meneliti norma – norma hukum positif dalam masyarakat yang menimbulkan kejahataan. 16 2. Etiologi kejahatan Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mencari sebab – musabab kejahatan. Yang diteliti adalah latar belakang akibat serta faktor yang menimbulkan kejahatan. Dengan mengetahui etiologi kejahatan tersebiut dapat mencegah untuk meniadakan atau mengurangi kejahatan. 3. Penologi Ilmu yang mempelajari dan meneliti perkembangan penerapan hukuman termasuk manfaatnya dan faedahnya bagi penjahat maupun masyarakat.
16
Ibid, hal. 12
Universitas Sumatera Utara
4. Obyek Studi Kriminologi Obyek studi kriminologi meliputi kejahatan, pelaku atau penjahat dan reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku atau penjahat. 1. Kejahatan Untuk mempelajari dan meneliti kejahatan menurut hukum (yuridis) dan menurut non hukum (yuridis) atau menurut sosiologis. a. Kejahatan menurut hukum (yuridis) “Sutherland, kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan satu sanksi”. 17 Dalam buku referensi dari Anglo saxon, kejahatan menurut hukum dikelompokkan dalam istilah conventoinal crime yaitu kejahatan (tindak pidana) yang dicantumkan dalam KUHP. Istilah victimless crime (kejahatan tanpa korban, meliputi pelacuran, perjudian, pornografi, pemabukan dan penyalahgunaan narkoba yang diatur dalam peraturan perundangan – undangan tersendiri. Istilah white collar crime (kejahatan kerah putih) meliputi tindak pidana korupsi, pelanggaran pajak, dan penyalahgunaan wewenang yang dilkukan oleh tingkat elite dikenal dengan istilah korupsi, kolusi dan nepotisme. b. Kejahatan menurut non hukum (yuridis) atau kejahatan menurut sosiologis Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki berbagai macam perilaku yang berbeda – beda, akan tetapi memiliki pola yang sama. 17
Ibid, hal. 15
Universitas Sumatera Utara
Gejala kejahatan terjadi dalam proses interaksi antar bagian – bagian dalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan tentang kejahatan dengan kelompok – kelompok masyarakat mana yang memang melakukan kejahatan. 18 Kejahatan (tindak pidana) tidak semata – mata dipengaruhi oleh besar kecilnya kerugian yang ditimbulkan atau karena bersifat amoral, melainkan lebih dipengaruhi oleh kepentingan – kepentingan pribadi atau kelompoknya, sehingga perbuatan – perbuatan tersebut merugikan kepentingan masyarakat luas, baik kerugian materi maupun kerugian/bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia, walaupun tidak diatur dalam undang – undang pidana. 2. Pelaku atau penjahat Penjahat atau pelaku kejahatan merupakan para pelaku pelanggar hukum pidana dan telah diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan dalam hukum pidana dikenal dengan istilah narapidana. Dalam mencari sebab – sebab kejahatan, kriminologi positive, dengan asumsi dasar bahwa penjahat berbeda dengan bukan penjahat, perbedaan mana ada pada aspek biologik, psikologis, maupun sosio – kultural. Oleh karena itu dalam mencari sebab – sebab kejahatan dilakukan terhadap narapidana atau bekas narapidana, dengan cara mencarinya pada ciri – ciri biologiknya dan aspek kultural.
18
Ibid, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis normative dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normative dimaksudkan untuk melakukan pengkajian terhadap hukum pidana dan penerapan pidana badan sebagai sarana kebijakan hukum pidana, dalam rangka pembangunan dan pembaharuan hukum pidana di Indonesia, yaitu : pendekatan yang bertitik tolak dari ketentuan peraturan perundang – undang dan diteliti dilapangan untuk memperoleh faktor pendukung dan hambatannya. 19 Pendekatan yuridis normative ini merupakan pendekatan dengan berdasarkan norma – norma atau peraturan perundang – undangan yang mengikat serta mempunyai konsekuensi hukum yang jelas. Melalui
pendekatan
yuridis
normative
ini
diharapkan
dapat
mengetahui tentang Undang – Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang dapat diterapkan dalam mengkaji dan membahas permasalahan – permasalahan dalam penelitian ini. Pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk melakukan penelitian terhadap dampak kenakalan remaja melalui wawancara pada lembaga perlindungan anak yakni PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ).
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mumujdi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Rajawali, 1985, halaman 17
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan mendiskripsikan atau mengambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum. Sehingga penelitian ini mencoba menggambarkan dan menjelaskan dampak kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, sumber data sekunder, dan sumber data tersier. Sumber data primer adalah asal data yang diperoleh langsung dari sumbernya, sumber data sekunder adalah asal data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya dan sumber data tersier adalah data yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam hal ini sumber data primernya adalah bang Iwan S.H, selaku salah satu pegawai di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ). Sedangkan sumber data sekundernya adalah berupa buku – buku literatur tentang kenakalan remaja, catatan – catatan yang relevan, koran, Undang – undang, majalah, serta hasil riset yang berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan dan sumber data tersiernya adalah seperti Kamus Besar Indonesia, serta kamus – kamus keilmuan lainnya. 4. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolahan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua cara yaitu studi lapangan, dengan memperoleh data – data
Universitas Sumatera Utara
tentang dampak kenakalan remaja di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ), kemudian studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer atau data yang langsung dari sumbernya dengan mengadakan wawancara dan observasi. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara ini pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Wawancara dilakukan dengan Iwan S.H selaku staf pegawai PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ) di Medan. 20
Kemudian
studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data
sekunder atau data yang tidak langsung dari sumbernya dengan metode documenter, yaitu dengan cara membaca dan menelaah buku – buku literatur, Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta hasil penelitian yang ada hubungannya dengan judul skripsi saya ini. 5. Analisis Data Analis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data. Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengelolahan data merupakan pekerjaan seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir secara optimal dan secara nyata kemapuan metodelogis peneliti diuji.21 Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang saya lakukan adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan
20
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1996,
halaman 72 21
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002, halaman 7
Universitas Sumatera Utara
secara lengkap kualitas dan karateristik dari data – data yang sudah terkumpul dan sudah dilakukan pengelolahan, kemudian dibuat kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat adalah sebagai berikut. Bab I : “Pendahuluan” adalah sebagai bab pengantar dari permasalahan, terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II : “Dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi” yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : dampak kenakalan remaja di dalam keluarga, dampak kenakalan remaja di dalam pendidikan dan dampak kenakalan remaja di dalam pergaulan. Bab III: “Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di kota Medan” yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : perkembangan kenakalan remaja dan faktor penyebab kenakalan remaja. Bab IV: “Upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi” yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : klasifikasi kenakalan remaja dan upaya – upaya penanggulangan kenakalan anak remaja. Bab V : “Kesimpulan dan saran”, bab ini merupakan penutup dari keseluruhan materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara