NEGARA ISLAM TANAH JAWA Cita-Cita Jihadis Diponegoro
K. Mustarom
NEGARA ISLAM TANAH JAWA CITA-CITA JIHADIS DIPONEGORO
LAPORAN KHUSUS EDISI XII / JUNI 2014 Penulis: K. Mustarom
ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke:
[email protected]. Seluruh laporan kami bisa didownload di website:
www.syamina.org
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
A. Profil Diponegoro Pangeran Diponegoro lahir sekitar 1785. Pangeran ini merupakan putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III yang memerintah pada tahun 1811 hingga 1814.Ibunya bernama, Raden Ayu Mangkarawati, yang merupakan keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir.1 Kondisi kraton ketika itu penuh dengan
Gambar 1. Raden Mas Ontowiryo alias Pangeran Diponegoro
intrik dan persaingan akibat pengaruh Belanda. Sebab itulah sejak kecil Diponegoro yang
residen Belanda pada tahun 1805, Taptojani
bernama asli Pangeran Ontowiryo dikirim
mampu memberikan pengajaran dalam bahasa
ibunya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya,
Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya
Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak
ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada
kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para
waktu
petani di sekitarnya, menanam dan menuai
menerjemahkan kitab fiqih Sirat Al-Mustaqim
padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan
karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa
para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar
Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar
sebagai
Islam dengan serius.2
orang
biasa
dengan
berpakaian
itu.
Di
Surakarta,
Taptojani
wulung. Diponegoro belajar mengenai Islam
Louw dalam De Java Oorlog Van 1825 –
kepada Kyai Taptojani, salah seorang keturunan
1830, menulis: “Sebagai seorang yang berjiwa
dari keluarga asal Sumatera Barat, yang
Islam, ia sangat rajin dan taqwa sekali hingga
bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan
mendekati keterlaluan.”
1
2
Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89
Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29
3
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Ada banyak hal tentang Diponegoro yang
Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha
mencerminkan nilai-nilai Jawa desa: di sini
Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak
orang
urung menanggung dosa.”3
berpikir
tentang
kekuatan
fisik,
kebiasaannya untuk berjalan dengan kaki
Dalam
bukunya,
Babad
Diponegoro,
telanjang (tidak hanya ketika berziarah), dan
Pangeran Diponegoro menjelaskan tentang
partisipasinya sekali setahun dalam panen raya
peranan dan tanggungjawab Ratu Adil dalam
padi di tanah miliknya di selatan Yogya. Kehati-
menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan
hatiannya dalam menggunakan uang, yang
rakyatnya di masa-masa perubahan yang
sampai-sampai
orang
disebabkan oleh politik ganda dan revolusi
kecermatan
industri di Eropa serta tatanan kolonial baru di
Belanda
yang
mengadministrasi
membuat kikir, dan
terkesan dan
mengurus
tanah-
Jawa; pentingnya mengombinasikan otoritas
tanahnya, suatu hal yang tidak umum dilakukan
spiritual dan duniawi dalam sosok pemimpin.
di kalangan keraton Jawa tengah bagian selatan
Diponegoro mengeksplorasi peranan Ratu Adil
pada waktu itu, juga istimewa. Begitu juga
sebagai penjaga tatanan moral masyarakat,
ketajaman ekspresinya, kemuakannya pada
dan sebagai penjamin penghormatan atas
sifat angkuh dan suka pamer, kedekatannya
peranan Islam dalam masyarakat Jawa. Ia juga
dengan alam, dan cintanya pada binatang
menunjukkan nilai-nilai universal Islam sebagai
peliharaan.
sebuah agama namun tetap mengakui peran
Dalam Babad Diponegoro disebutkan,
agama-agama dan sistem kepercayaan lain,
adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar
khususnya
putra mahkota dan merelakan untuk adiknya
moyang dan spiritual wali Jawa.
R.M.
Ambyah.
Latar
belakangnya,
untuk
pengaruh
Pendidikan
penting
Diponegoro
dari
nenek
membuatnya
menjadi Raja yang mengangkat adalah orang
mampu diterima di berbagai komunitas yang
Belanda. Diponegoro tidak ingin dimasukkan
berbeda meliputi dunia peradilan, pedesaan,
kepada golongan orang-orang murtad. Ini
pesantren, dan mereka yang terlibat dalam
merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma.
perdagangan jarak jauh (termasuk Arab dan
Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram:
China).
“Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan
pangeran
mahkota,
walaupun
seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin.
3
Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40
5
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Gambar 3.Peta wilayah Yogyakarta pada awal abad ke-19
Pandangan
dunia
Diponegoro
juga
orang Eropa kapir laknatullah (kafir yang
mencakup suatu pendapat yang sangat jelas
dilaknat oleh Allah), dan kapir murtad (orang
hingga hari ini mengenai bagaimana orang-
Jawa yang memihak Belanda).
orang Muslim Jawa seharusnya hidup dalam zaman
dominasi
imperium
Barat.
Diponegoro dan para komandan seniornya
Bagi
memberikan perhatian yang cukup detail untuk
Diponegoro, tidak seperti kebanyakan orang
melestarikan budaya dan bahasa Jawa dalam
Muslim Indonesia dewasa ini, jawaban atas ini
menghadapi serangan budaya Barat dan
semua rupanya terletak pada menjalankan
pembentukan tatanan kolonial baru pasca
perang suci dan pengembangan karakter yang
Januari 1818 negara Hindia Timur Belanda.
jelas tegas antara wong Islam (orang Islam),
Diponegoro 6
bersikeras
pada
penggunaan
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
bahasa Jawa, khususnya kromo inggil, dan
nusantara akan menjadi bagian dari jaringan
adopsi penggunaan pakaian Jawa oleh tawanan
perdagangan dan arus modal internasional.
perang Belanda. Tapi dia mengombinasikan
Diponegoro hidup dalam suatu dunia yang
tuntutan budaya spesifik tersebut dengan
semakin terbelah, antara mereka yang siap
analisis yang luas dan praktis pada hubungan
menyesuaikan diri dengan rezim Eropa yang
Jawa-Belanda dengan memberikan penawaran
baru dan mereka yang melihat tatanan moral
kepada kolonialis Belanda tiga pilihan: (1)
Islam sebagai “bintang pedoman” dalam
mereka memeluk agama Islam, dalam hal ini
masyarakat yang telah kehilangan tambatan
posisi administratif atau militer mereka akan
tradisionalnya.
Keputusannya
untuk
ditingkatkan; (2) mereka kembali ke
negara
mereka
di
mana
hubungan antara Jawa dan Belanda akan tetap sebagai saudara dan teman;
atau
terakhir
(3)
jika
mereka ingin tetap di Jawa, mereka diminta untuk membatasi diri untuk tinggal di dua kota di Pantai Utara Jawa—yaitu
Batavia,
ibukota
kolonial, dan Semarang bekas pusat Pemerintahan Pantai Utara Jawa. Di sana
mereka
akan
ditawarkan
kesempatan untuk terus melakukan perdagangan
dan
hubungan
komersial dengan Jawa asalkan mereka membayar produk Jawa sesuai
dengan
harga
internasional—terutama
di
pasar indigo,
kopi, gula dll—dan juga membayar sewa yang tepat untuk setiap tanah yang mereka tinggali atau dibangun pos perdagangan di atasnya. Visi Diponegoro melihat sebuah masa
Gambar 4. Rencana pengembangan Tegalrejo sebagai tempat “menjual dan membeli” gagasan, konsep ideologi, politik, kenegaraan, budaya, militer, rencana strategi dan aksi, serta penggalangan dukungan.
depan yang terglobalisasi, di mana 7
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
memberontak pada bulan Juli 1825 adalah
mendirikan
karena tuntutan keadaan waktu itu. Ia tidak
berdasarkan agama Islam. Kedua, memiliki
punya pilihan lain. Dalam melakukannya ia
organisasi
benar-benar
mendukung,
bersikap
seperti
ungkapan
negara
dan
yang
kondisi
berkeadilan
lingkungan
pemimpinnya
yang
mampu
“kemuliaan kegagalan” (the nobility of failure)
mengeksploitasi emosi masyarakat dengan
dalam
tema yang abstrak. Ketiga, “pemberontak”
tradisi
samurai
Jepang,
yaitu
kemampuan untuk tetap setia pada cita-cita
amat
menguasai
medan.
Pemberontakan
meskipun tahu akan kalah atau menemui
Diponegoro juga merupakan kelanjutan dari
ajalnya.
perang antarkelompok feodal masyarakat Jawa pada abad ke-19, yang oleh John Keegan disebut sebagai permanent warfare.
B. Arti Penting Perang Jawa
Dari aspek kultural, perang Jawa juga
Perang yang terjadi dalam satu wilayah
merupakan bentuk penolakan terhadap sistem
kedaulatan negara dalam sejarah militer disebut
perang
kecil
(small
budaya asing, termasuk sistem militer. Hal ini
war).
terlihat dalam susunan organisasi militer
Pemberontakan, revolusi atau perang saudara
pasukan Diponegoro yang berkiblat pada Turki
adalah bentuk dari aksi politik dalam perang
Utsmani untuk semakin menajamkan antipati
kecil. Perang kecil (Oorlog) dalam arti sebagai
terhadap budaya Barat.
sebuah kampanye militer yang dilakukan oleh tentara
reguler
militer bukan
terhadap
Perang Jawa (1825-1830) adalah garis
kekuatan
reguler. Formatnya
batas
digelar
dalam
sejarah
Jawa
dan
sejarah
sebagai aksi penumpasan pemberontak (Java
Indonesia pada umumnya antara tatanan lama
Oorlog,
atau
Jawa dan zaman modern. Itulah masa dimana
aneksasi wilayah, atau aksi penghukuman atas
untuk pertama kali sebuah pemerintah kolonial
penghinaan kedaulatan.
Eropa menghadapi pemberontakan sosial yang
Teori
Atjeh
Oorlog),
tersebut
penaklukan
mendasari
berkobar di sebagian besar Pulau Jawa. Hampir
pandangan
seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta
Belanda terhadap perlawanan Diponegoro dan
banyak daerah lain di sepanjang pantai utara
umatnya sebagai aksi politik yang dilakukan
Jawa terkena dampak pergolakan itu. Dua juta
oleh orang Jawa untuk merebut kembali kedaulatannya. indikasi tersebut:
untuk
Menurut sampai
pertama,
As’ad, pada memiliki
ada
orang, yang artinya sepertiga dari seluruh
tiga
penduduk Jawa, terpapar oleh kerusakan
kesimpulan
perang;
ideologi
pertanian
(ideological asset), yaitu jihad, berperang untuk 8
seperempat yang ada,
dari
seluruh
rusak;
dan
lahan jumlah
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000
stelsel) pada tahun 1830-1870 oleh Gubernur
orang.4
Jenderal Johannes van den Bosch (menjabat antara 1830-1834).
Demi memastikan kemenangan pahitnya atas orang Jawa, karena banyak korban yang
Kekalahan Diponegoro pada tahun 1830
jatuh, Belanda harus membayar dengan sangat
membuka jalan bagi pengenalan ‘Cultivation
mahal: sebanyak 7.000 serdadu pribuminya
System’ yang digulirkan oleh Johannes van den
dan 8.000 tentara asli Belanda tewas; dan biaya
Bosch (1830-1877), dimana produk Jawa dibeli
perang yang harus mereka keluarkan mencapai
oleh negara kolonial Belanda dengan harga
sekitar 25 juta gulden (setara dengan 2,2 miliar
tetap yang rendah dan kemudian dijual di pasar
dolar AS saat ini).5 Setelah berakhirnya perang,
dunia sesuai dengan harga internasional,
Belanda secara tak terbantahkan menguasai
sebuah sistem yang memberikan penghasilan
pulau Jawa dan sebuah fase baru pemerintah
bersih kepada Belanda sebesar 832.000.000
kolonial
dengan
gulden (setara dengan USD75 miliar uang hari
diberlakukannya “sistem tanam paksa” (cultuur
ini) sehingga meringankan beban transisi
Belanda
dimulai
negara tersebut menuju ke ekonomi industri modern. 6 Perkembangan pasca-Perang Jawa semakin
membenarkan
keprihatinan
Diponegoro atas ketidakadilan perdagangan antara Jawa dan kekuasaan kolonial Belanda. Dengan demikian, perang ini menandai berakhirnya sebuah proses yang mematang sejak periode Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels
(1808-1811).
Termasuk
perubahan sejak dari era Serikat Perusahaan Hindia Timur atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), 1602-1799, ketika kontakkontak antara Batavia dan kerajaan-kerajaan di Jawa tengah bagian selatan telah terjalin diantara para pejabat setingkat duta besar Gambar 5. Penduduk Jawa kelas bawah
sebagaimana layaknya terjadi di antara negaranegara berdaulat, menuju periode “puncak
4
Peter Carey, The Origin of Java War (1825-1830), English Historical Review, 1976, hal. 52 5 De Graaf, Geschiedenis van Indonesie. ‘s-Gravenhage: Nijhof, Bandung: Van Hoeve, 1949, hal. 399
6
Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c.1300, Basingtoke: Macmillan, 1993, hal. 123
9
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
kolonial” ketika para raja akhirnya menduduki
kepada orang Eropa atau orang Cina yang
posisi
mendapat dukungan dari para bangsawan
sebagai
bawahan
atau
subordinat
terhadap kekuasaan kolonial Eropa. Perang Jawa
keraton serta Residen pemerintah kolonial
juga memberikan
Belanda. Pungutan pajak dan pungutan bea
daya
dorong untuk sebuah proses yang masih akan
lainnya
semakin
ditingkatkan—tanpa
bergulir sendiri dalam Indonesia modern, yaitu
mengindahkan
intergrasi nilai-nilai Islam ke dalam identitas
membebani
Indonesia masa kini.
semakin memperbanyak gerbang pajak (Tol
akibat
yang
kehidupan
semakin
rakyat—dengan
Poorten) yang disewakan kepada orang-orang Cina. C. Jalannya Peperangan
Hal
1. Penyiapan kekuatan Masa
ini
membuat
prihatin
Pangeran
Diponegoro, sehingga menginspirasikan dirinya
pemerintahan
untuk
Sultan
membentuk
negara
(balad)
Islam.
Hamengkubuwono IV adalah masa keemasan
Pangeran Diponegoro ini merupakan anak
masuknya pengaruh budaya Eropa di Jawa.
tertua
Pada
Sultan
Pangeran
secara
menjadi Pangeran Adipati/Putera Mahkota,
16
Desember
Hamengkubuwono
IV
1822, meninggal
dari
Sultan
Hamengkubuwono
Diponegoro
menolak
diangkat
mendadak saat makan. Kemungkinan dia diracun. Kemudian pemerintah Hindia Belanda mengangkat RM Menol yang masih berusia 2 tahun sebagai Sultan Hamengkubuwono V. Tiadanya kepemimpinan yang kuat dan disegani telah membuat wibawa keraton menjadi hilang sehingga tingkah laku para pejabat pemerintahan Hindia Belanda semakin menjadi-jadi, semakin mudah keluar masuk keraton dan mengadakan hubungan gelap dengan puteri-puteri keraton. Skandal seks dan perselingkuhan merebak di kalangan keluarga para
bangsawan
dan
keluarga
kalangan
keraton. Korupsi, penyalahgunaan jabatan dan pemerasan rakyat meluas. Tanah-tanah milik
Gambar 6. Sultan Hamengkubuwono IV dalam balutan seragam tentara Belanda
kerajaan (Kroonsdomein) yang subur disewakan 10
III.
Laporan Khusus sebagai
SYAMINA
penggantinya
RM
idealisme sikapnya itu ia mulai menanggalkan
Ambyah. Penolakan dinobatkan menjadi putera
pakaian Jawa dan menggantinya dengan
mahkota ini dikarenakan Pangeran Diponegoro
pakaian jubah dan surban yang serba putih.
kecewa
“Saya bukan Diponegoro, saya adalah Ngabdul
terhadap
dia
menunjuk
Edisi XII/Juni 2014
ayahandanya
(Sultan
Khamid.”7
Hamengkubuwono III) yang dinilainya telah melakukan
perbuatan
durhaka
terhadap
Pergaulannya dengan yang luas dengan
orangtuanya sendiri. Pangeran Diponegoro
komunitas santri dan petani memudahkannya
tidak
Sultan
untuk memperoleh simpati, dukungan dan
melakukan
legitimasi kepemimpinan dari masyarakat,
menyetujui
Hamengkubuwono pemakzulan
sikap
III
yang
(Sultan
apalagi ia adalah salah seorang keturunan
Hamengkubuwono II) dan bersikap lemah
Sultan. Tekad untuk mendirikan negara Islam di
terhadap tekanan pemerintah Hindia Belanda
Jawa semakin kuat karena hubungannya yang
serta mengadopsi gaya hidup sekuler yang
akrab
kebarat-baratan.
demang, bekel, kyai dan ulama, terutama Kyai
Masa
terhadap
muda
kakeknya
Pangeran
Diponegoro
dengan
para
pemimpin
bawahan,
Mlangi, Kyai Kwaron, dan Kyai Taptojani.
dijalaninya dengan berkelana dari masjid ke
Pangeran Diponegoro selama 12 tahun
masjid dan berguru dari satu pesantren ke
mempersiapkan diri seandainya terjadi perang
pesantren lainnya. Kebiasaan itu membuatnya
Sabil
memiliki banyak guru (kyai, ulama) dan
merupakan suatu markplaats, yaitu tempat
hubungan yang luas dengan komunitas santri.
“menjual dan membeli” gagasan, konsep
Pengembaraannya
ideologi, politik, kenegaraan, budaya, militer,
di
kalangan
komunitas
yang
dicita-citakannya.
Tegalrejo
santri disertai pendalamannya atas sejarah
rencana
Nabi Muhammad SAW telah mengubah sikap
berkumpulnya pemimpin masyarakat ketika di
dan gagasannya tentang masyarakatnya. Situasi
Kesultanan Yogyakarta terjadi kekosongan
dan
kepemimpinan;
kondisi
masyarakat
Jawa
masa
itu
strategi
8
dan
tempat
aksi;
tempat
Diponegoro
dipersepsikannya identik dengan masyarakat
memperoleh
Arab jaman pra Islam. Sehingga ia merasa
permufakatan sukarela dari kelompok yang
berkewajiban
berkepentingan.9
mengubahnya
menjadi
basis
legitimasinya
melalui
masyarakat Islami yang berdasarkan tuntunan Rasulullah SAW. Gagasannya itu hanya dapat dicapai melalui perang Sabil terhadap orang
7
Bernhard H.M. Vlekke, Nusantara a History of Indonesia, 1959, hal. 284 8 P.J.F. Louw, De Java Oorlog van 1825-1830, I, 1894, hal. 97106. 9 Babad Diponegoro, I, 1983, hal. 103.
kafir. Pendirian Pangeran Diponegoro semakin teguh dan secara simbolik untuk menegaskan 11
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Diponegoro mendapatkan dukungan dari
dengan gigih dan tahu bagaimana harus
dua basis utama, yaitu dari kalangan komunitas
prihatin dan tabah menghadapi penderitaan
santri dan pendukung berbasis kedaerahan.
akibat perang.”10
Para santri merupakan komunikator terdepan
Setelah sekian lama mempersiapkan diri
bagi penyampaian ide dan gagasan tentang
dan
negara Islam, perang sabil, dan masyarakat
Diponegoro semakin teguh setelah mengalami
jahiliyyah. Mereka adalah kelompok yang
beberapa
memiliki jaringan luas di masyarakat. Dalam
kehormatan pribadi dan pelanggaran terhadap
tradisi pesantren, seorang santri yang tamat
norma-norma kehidupan Jawa dan Islam.
belajar wajib menjalankan semacam “inisiasi”,
Ditambah lagi beban kehidupan yang makin
yaitu menggembara dari satu tempat ke
berat bagi masyarakat lapisan bawah. Ia
tempat lain, untuk mengajarkan ilmunya
akhirnya mengambil keputusan untuk berbuat
kepada
sesuatu, yaitu merebut kembali pulau Jawa.
orang
lain
(dakwah).
Pangeran
menggalang
dukungan,
peristiwa
yang
pendirian
menyinggung
Diponegoro memanfaatkan anggota komunitas Usaha menyongsong perang Jawa dimulai
religius untuk menjaga dan memelihara kontak-
dengan mempersiapkan gua Selarong sebagai
kontak hubungan dengan para pendukungnya
tempat awal untuk konsolidasi kekuatan laskar
di daerah-daerah yang jauh seraya mendorong
tempur para pengikutnya, membangun pabrik-
pihak-pihak lain untuk ikut bergabung dalam
pabrik mesiu yang tersembunyi dan tersebar di
perang sabil.
beberapa tempat, antara lain: desa Geger di Selain
komunitas
santri,
pendukung
sebelah selatan kota Yogyakarta, daerah
Diponegoro berasal dari lintas daerah, dengan
Gunung
tingkatan
Kembangarum di daerah Kedu, dan beberapa
mutu
tempur
pasukan
yang
bertingkat. Menurut Diponegoro:
Kidul,
desa
Parakan,
desa
tempat lainnya. Menyebar telik sandi yang
“Penduduk Madiun bagus dalam bertahan
menyamar sebagai abdi pembantu rumah
terhadap serangan pertama, namun setelah itu
tangga, pekatik pemelihara kuda peliharaan, di
mereka tidak banyak berguna. Penduduk
lingkungan Keraton maupun di kediaman Patih
Pajang juga terkenal pemberani, tetapi tidak
Danurejo, Residen, Sekretaris Residen, Asisten
lama setelah itu kondisinya sama seperti yang
Residen, para Ningrat yang dianggap sebagai
tadi. Penduduk Bagelen lebih baik, itu kalau
sahabat para pejabat pemerintah Hindia
bertempur di daerahnya sendiri. Jika mereka
Belanda, dan orang-orang lain yang dianggap
harus bertempur di luar daerahnya, mereka
sebagai
kalah dengan cepat. Tetapi penduduk Mataram
mendirikan negara Islam, serta dilakukannya
terbaik diantara semua; mereka bertarung
10
12
lawan
(musuh)
Louw dan de klerck 1894-1909, v:743
dari
cita-citanya
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
pembelian padi secara besar-besaran oleh
dipersiapkan sebagai markas besar. Pada akhir
masyarakat pada pertengahan 1825.
Juli
1825,
terjadi insiden pemancangan patok batas
lain
rencana
Adinegoro,
tanah
Selarong
telah
berkumpul
beberapa orang bangsawan Yogyakarta, antara
Kemudian pada pertengahan Juli 1825,
pembebasan
di
untuk
Pangeran
Mangkubumi,
Pangeran
Pangeran
Panular,
Adiwinoto
pembangunan infrastruktur transportasi jalan
Suryodipuro, Kyai Mojo, Pangeran Ronggo, dan
baru
Pangeran
dan
penutupan
jalan
masuk
ke
Surenglogo.
Diponegoro
kediamannya di Tegalrejo. Insiden itu membuat
memerintahkan Joyomenggolo, Bahuyuda dan
Pangeran Diponegoro merasa sudah tiba
Hanggowikromo untuk memobilisasi orang-
saatnya
orang di desa sekitar Selarong dan bersiap
bagi
dirinya
untuk
mengambil
keputusan untuk berbuat sesuatu dengan
melakukan
memobilisasi kekuatan pasukan laskar tempur
perencanaan strategis dan langkah-langkah
sebagai awal Perang Sabil merebut kembali
taktis untuk melakukan serangan.
pulau Jawa yang tujuan akhirnya mendirikan
perang.
Ia
juga
membuat
Secara garis besar, strategi Diponegoro
negara Islam.
adalah
merebut
dan
menguasai
seluruh
Sejak terjadinya insiden pancang dan
wilayah Kesultanan, lalu mengusir Belanda dan
penutupan jalan dari Yogyakarta ke Tegalrejo,
orang Cina keluar dari wilayah Kesultanan
kediaman Diponegoro dijaga oleh 1.500 orang
Yogyakarta.
pengikutnya.
berita
Yogyakarta, sebagai sasaran strategis yang
bahwa Diponegoro akan ditangkap. Pada 21 Juli
harus diduduki dengan mengepungnya dari
1825, residen akhirnya memerintahkan satu
semua penjuru. Pemberontakan lokal disulut
detasemen pasukan yang dipimpin oleh asisten
untuk memecah kekuatan lawan dan kekuatan
residen,
pihak-pihak yang membantu lawan.
Mereka
Chevallier,
terpengaruh
untuk
menangkap
Diponegoro. Kedatangan pasukan tersebut
Nagara,
Selanjutnya,
terutama
Diponegoro
keraton
mengambil
disambut dengan perlawanan dari pengikut
beberapa langkah untuk mencapai tujuan
Diponegoro.11
strategisnya:
Dalem Tegalrejo dikepung, dihancurkan,
1. Menyerbu nagara (Keraton Yogyakarta)
dan dibakar. Diponegoro kemudian lari ke
dan mengisolasinya untuk mencegah
Selarong, sebuah desa strategis yang berada di
datangnya pasukan bantuan dari luar
kaki bukit kapur, kurang lebih 9 km dari
Yogyakarta.12
Yogyakarta. Di sana, diam-diam telah lama 12 11
Peter Carey, Orang Jawa dan Masyarakat Cina 1755-1825, Pustaka Azet, 1986, hal. 39
P.J.F. Louw, I, 1894, hal 85
13
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
2. Mengirim pesan yang berisi perintah
Barat, tetapi meniru model organisasi Janissari,
untuk memerangi orang Eropa dan
yaitu pasukan elit kekhilafahan Turki Utsmani
Cina. 13 Pesan itu disampaikan kepada
abad ke-16, yang disesuaikan dengan kondisi
para pemimpin pasukan ke seluruh
Jawa. Untuk menjalankan strategi perlawanan,
wilayah
Kesultanan;
Kedu,
Bagelen,
Diponegoro menggunakan hierarki Turki untuk
dan
wilayah
kepangkatan pasukannya. Ali Pasha setara
Monconegoro Timur. Ia mengirim pesan
komandan divisi diadopsi menjadi Alibasah. Di
yang sama kepada para demang di
bawahnya, Pasha setara komandan brigade
perbatasan Kesultanan dan Kesunanan.
menjadi Basah. Kemudian setara komandan
Diponegoro
batalyon adalah Dulah, yang diadopsi dari
Banyumas,
pemimpin
Serang,
kemudian daerah
mengangkat
melalui
surat
istilah kepangkatan Agadulah. Untuk setara
keputusan pengangkatan resmi yang
komandan kompi diambil istilah Seh.
disebut Piagem. 3. Menyusun
daftar
Struktur pimpinan perlawanan Diponegoro bangsawan
yang
meliputi dari yang tertinggi Pramudeng Prang
dianggap sebagai lawan dan melindungi
(Sultan
mereka yang membantu.
Mukminim Sayidin Panotogomo Senopati ing
daerah
perang
14
Ngabdul
komandan
Komandan
juga
Kabirul
sendiri). Panglima Tentara adalah Alibasah
serta
mengangkat komandan wilayah dan pasukan,
Herucokro
Ngalogo Sabilullah, yaitu Pangeran Diponegoro
4. Membagi wilayah Kesultanan menjadi beberapa
Ngabdulkamid
melantik
Mustapa untuk
Sentot
Prawirodirjo.
kewilayahan
perang
(mandala) Pajang, Yogyakarta, dan Bagelen,
beberapa pembantu utama.
berturut-turut Alibasah Kasan Besari, Alibasah 5. Menyusun pasukan pengawal keraton
Sumonegoro, dan Pangeran Diponegoro.
yang terdiri atas enam korps, yaitu Pasukan Mantirejo, Pasukan Daeng,
Perang Diponegoro sebagai perang rakyat
Pasukan Nyutro, Pasukan Mandung,
meluas di sebagian wilayah Jawa. Saleh
Pasukan
menuangkan catatan Letnan Gubernur Jenderal
Ketanggung,
dan
Pasukan
LPJ (Viscount) du Bus de Gissignies yang
Kanoman.
menyebutkan adanya pasokan senjata untuk Struktur organisasi, hierarki, dan susunan
pasukan Diponegoro melewati pantai selatan
tugas masing-masing korps tidak meniru model
(Samudra Hindia) di sekitar wilayah muara Sungai Progo.
13
J. Hageman Jcz, Geschiedenis Oorlog op Java 1825 tot 1850, 1856, hal. 32 14 Peter Carey, Babad Diponegoro An Account of the Outbreak of the Java War (1825-1830), 1981, hal. 18-36
14
Laporan Khusus
SYAMINA
Pada 9 Agustus 1828, diketahui ada sebuah
Edisi XII/Juni 2014 2. Tujuan perang Diponegoro
padewakang, kapal Bugis, bersama sejumlah
Banyak penutur sejarah yang mengatakan
besar perahu kecil berangkat dari muara Sungai
bahwa perang Diponegoro dipicu oleh perang
Progo ke arah daratan. Peristiwa ini diduga
dinasti
sebagai penyelundupan senjata untuk pasukan
Surakarta
Diponegoro.
membantu
leluhurnya yang dilanggar. Pemikiran sejarah
pasukan
haruslah logis, kata Hacket Fischer, agar
penyelundupan
Siapa senjata
yang untuk
antara
kasultanan
dan
masalah
Diponegoro sampai sekarang belum terungkap.
mencegah
kekeliruan
Dari Turki hanya digunakan istilah hierarki
Logikanya,
butuh
kepangkatan tentara Diponegoro.
melangsungkan
Melihat persiapan yang begitu matang,
Mataram patok
kuburan
penuturan
lebih
dari
perang
dan
sejarah.
itu
untuk
panjang
yang
dampaknya hingga menguras anggaran belanja
selama beberapa tahun Diponegoro telah
sebuah negara.
melakukan aksi conspiracy of silence karena
Faktor
dalam waktu yang relatif singkat mampu
perlawanan Diponegoro menjadi demikian
memobilisasi kekuatan. Ia dengan sengaja
hebatnya:
mempersiapkan
diri
untuk
yang
mendukung
keberlangsungan
melakukan a. Perang
perebutan kekusaan politik di Kesultanan
Diponegoro
bertujuan
mempertahankan kedaulatan negara.
Yogyakarta. Hal ini dimulai saat ia menolak pencalonan sebagai putra mahkota olehJohn
Kegiatan perlawanan militer Diponegoro
Crawfurd pada tahun 1812 hingga menolak
adalah dalam kerangka penegakan Balad al
tawaran Residen Baron de Salis untuk menjadi
Islam (negara Islam).
Sultan pada tahun 1822. Sikap tersebut
Ada tiga indikasi yang menunjukkan Perang
menjadi bukti bahwa ia mempunyai pendirian
Diponeogoro bertujuan mempertahankan
dan ideologi tersendiri tentang negara dan
negara:
sistem kenegaraan.
Memiliki
ideologi
(sumber
ideologi)
berperang untuk mendirikan negara yang Berkeadilan yang Berdasarkan Agama Islam. Aksi kolektif militer Diponegoro jelas
bertujuan
untuk
mendirikan balad (negara) sekaligus
merupakan
Islam
bentuk
yang reaksi
penolakan terhadap perluasan pengaruh kapitalisme 15
atau
liberalisme
yang
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
dianggap mengganggu sistem sosial dan
memberikan tujuan. Implikasi positifnya
keagamaan di Tanah Jawa.
Pangeran Diponegoro memiliki Hegemoni
Menurut Louw perjuangan masyarakat
Politik di wilayahnya.
Jawa
kepemimpinan
Dengan latar belakang ideologis, diiringi
Diponegoro dilandasi oleh alasan yang
dengan kondisi sosial ekonomi saat itu
lebih filosofis, yaitu jihad fi sabilillah. Hal
yang penuh dengan kezaliman, semakin
ini diakui oleh Louw dalam De Java
memudahkan
Oorlog Van 1825-1830:
mendapatkan
di
bawah
Diponegoro dukungan
untuk
masyarakat.
pemberontakan
Kondisi tersebut antara lain: Pertama,
tetap tak berubah, pembebasan negeri
wilayah kraton yang menyempit akibat
Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan
diambil alih Belanda, Kedua, pemberian
pembersihan agama daripada noda-noda
kesempatan
yang disebabkan oleh pengaruh orang-
untuk
orang Barat.”
kekurangadilan
“Tujuan
utama
dari
kepada orang Tionghoa
menarik
pajak,
di
Ketiga,
masyarakat
Jawa,
Keempat, aneka intrik di istana, Kelima, Hal ini tampak dari ucapan Pangeran
praktek sewa perkebunan secara besar-
Diponegoro kepada Jendral De Kock pada
besaran kepada orang Belanda, yang
saat penangkapannya. “Namaningsun
Kangjeng
Sultan
membesar, Keenam, kerja paksa bukan
Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha
hanya
mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun
Yogyakarta
Ratu Islam Tanah Jawi”
kepentingan Belanda.
(Nama saya adalah Kanjeng Sultan
Kareel
Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk
pemikiran
menata orang Islam yang tidak setia,
Diponegoro menarik para ulama, santri
sebab saya adalah Ratu Islam Tanah
dan para penghulu merapat pada barisan
Jawa)”.
menyebabkan pengaruh Belanda makin
15
Memiliki
untuk
A
saja,
kepentingan tetapi
Steenbrink dan
orang
juga
untuk
menyebutkan,
kiprah
Pangeran
perjuangannya. Carey menemukan 108 organisasi
masyarakatnya Kepemimpinannya
yang
kondisi
kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu
mendukung.
Yogyakarta, dan 4 kyai guru yang turut
dan
mampu
berperang bersama Diponegoro.
mendidik
masyarakat, memupuk semangat, dan
Bagi
sebagian
mengherankan.
15
P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, 2002.
16
kalangan, Sebab,
ini
cukup pasca
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
pembunuhan massal ulama dan santri
Secara umum kecakapan itu tercermin dari
oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647,
munculnya strategi baru sebagai balasan
hubungan
kraton
untuk strategi Stelsel Benteng. Strategi
digambarkan sangat tidak harmonis.
langsung yang mengandalkan keunggulan
Namun
yang
jumlah tentara yang diterapkan Diponegoro
merupakan keturunan bangsawan dan
sebelumnya sudah tidak efektif kemudian
ulama sekaligus, berhasil menyatukan
digantikan
kembali dua kubu tersebut.
Ermatung
Bentuk penolakan terhadap kedaulatan
penggerogotan mengubah sifat perangnya
sistem asing yang batil. Di samping itu
menjadi perang jangka panjang.
sistem
santri
Pangeran
dengan
Diponegoro
organisasi
militer
dengan
strategi
Strategie).
atrisi
Strategi
Pangeran
Diponegoro- yang berkiblat ke Sistem militer
Kekhalifahan
Turki
Usmani
menunjukkan sikap hubungan formal bilateral antar dua kekuasaan politik. Terkait
dengan
hubungan
politik
Diponegoro
kedaulatan, antara
dengan
Turki. Bulkiyo yang
ada
Pangeran
Khalifah berasal
di dari
istilahBolzuk atau divisi pasukan elite Turki Usmani Janissari abad ke-16, juga digunakan sebagai nama korps pasukan elite Diponegoro. b. Kekuatan motivasi dan kecakapan para pemimpin
perang
Diponegoro
dalam
mengelola aksi-aksi untuk mencapai tujuan. Kemampuan
para
pemimpin
perang
Diponegoro dalam menggali dan mengolah emosi
masyarakatnya
berkeyakinan
terhadap
agar
tetap
perjuangan,
merupakan salah satu faktor pendukung
Gambar 7. Salah seorang pemimpin masyarakat Jawa dengan pakaian perangnya
hingga peperangan bisa berlangsung lama. 17
(die
Laporan Khusus
SYAMINA
3. Jihad Diponegoro Dalam
durahim, serta Ali Pasya menjadi Libasah atau
pandangan
Diponegoro
basah.
dan
pasukannya, perang yang mereka lakukan melawan
Belanda
Edisi XII/Juni 2014
dan
sekutunya
Penggunaan kata sabil dan sabilillah juga
adalah
erat kaitannya dengan struktur penulisan
sebuah jihad, yaitu berperang melawan kaum
Babad
kafir yang telah melakukan penyerangan,
macapat.
pengusiran, dan perampasan terhadap umat
penulisan macapat mempunyai aturan yang
Islam, dan juga berperang melawan orang-
ketat terutama berkaitan dengan jumlah suku
orang
kata (guru wilangan) dan rima (guru lagu).
murtad,
yaitu
orang
Islam
yang
Diponegoro Seperti
telah
jihad
menggunakan
diketahui
fisabilillah
bahwa
membantu orang kafir dalam memusuhi dan
Penggunaan
melakukan agersi terhadap umat Islam. Dalam
mempunyai suku kata yang panjang dan agak
masa itu, kata sabil dan sabilillah yang
sulit diucapkan orang Jawa, dirasakan sangat
mempunyai makna spesifik, digunakan untuk
menyulitkan dalam penyusunan macapat yang
menggantikan kata jihad. Kata sabil maupun
mempunyai aturan suku kata dan rima. Oleh
sabilillah merupakan sebutan ringkas dari kata
karena itu, kata sabil dan sabilillah digunakan
jihad fi sabilillah yang secara khusus kata ini
sebagai kependekan dari kata Jihad fisabilillah.
bermakna melakukan peperangan melawan
kata
yang
yang
Di dalam Babad Diponegoro terdapat
orang kafir.
kurang lebih 59 kata sabil dan sabilillah yang
Di samping itu, penggunaan kata sabil
mempunyai pengertian berperang melawan
maupun sabilillah dianggap lebih mudah
orang kafir. Antara lain dalam tembang Girisan
pengucapannya dalam bahasa Jawa daripada
(X) berikut:
kata jihad fisabilillah. Pengucapan istilah-istilah
Mas Lurah aris katanya “Bok ayo sabil kewala Iki Jumungah dinanya Mapan hiwih aprayoga” Jeng Sultan kendel sakala Mangkana osiking drinya “Wus bener Mas Lurah ika Nging sun tan rinilan suksma, Sadina iki sirnaa Pan aja kongsi kadawa” Kanjeng Sultan angandika Mring Pangeran Dipanagara Heh Kulup prajurit ika Saanane tuturana Yen sun arsa sabil iya”
asing dalam bahasa Jawa seringkali disingkat dengan cara mengambil kata yang paling belakang atau menggandengkan dua kata tersebut dan diucapkan sesuai dengan lidah orang Jawa. Hal ini juga dilakukan oleh Diponegoro
dalam
penulisan
Babadnya.
Sebagai contoh, Gerad Baron Nahuys (nama Residen Yogyakarta tahun 1816 – 1822) cukup ditulis
dengan
Nahuys,
diucapkan
dengan
dilafalkan
Bubakar,
John
Karepet,
Crawfurd
Abu
Abdurrahim
Bakar menjadi 18
Laporan Khusus
SYAMINA
Kanjeng Sultan apan biya…!
Edisi XII/Juni 2014 keberlangsungan perjuangan Diponegoro yang mempergunakan sistem gerilya.
Terjemahan bebasnya kurang lebih sebagai berikut:
Diponegoro
menggunakan
Al
Quran
sebagai dasar ideologi untuk berjihad. Sebagian
Mas Lurah dengan bijaksana berkata Ayo kita sabil saja Hari ini hari Jumat Hari baik untuk berperang Sultan (Abdul Hamid) berhenti sejenak Dalam batinnya berkata “Benar perkataan Mas Lurah Jiwa saya rela Hari ini juga Jangan sampai tertunda Sultan kemudian berkata Kepada Pangeran Diponegoro III (putera Diponegoro) Wahai ananda, prajurit Yang ada hendaknya diberitahu Kalau saya hendak berperang Sultan karena saran ini….
besar kata Al Quran dalam Babad Diponegoro menunjukkan
makna
Al
Quran
sebagai
landasan dalam berjihad. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al Quran yang membahas jihad dalam artian perang melawan orang kafir, Diponegoro
meminta
kepada
penasihat
utamanya, yaitu Kyai Keweron dan Kyai Mojo, untuk menjabarkan dan menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Di
dalam
Babad,
Diponegoro
mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui seluruh isi Al Quran dan takut apabila salah dalam menafsirkannya.16
Kata sabil yang digunakan dalam tembang
Secara umum, Babad Diponegoro tidak
di atas bermakna berperang melawan kafir
menunjukkan dengan terperinci ayat-ayat Al
(Belanda). Kalimat “Bok ayo sabil kewala”
Quran yang dijadikan dasar dalam jihad.
mempunyai pengertian mari kita berperang
Diponegoro hanya mengungkapkan bahwa
dengan orang kafir saja dan tidak perlu
perjuangan yang dilakukannya didasarkan atas
mundur.
menjalankan perintah untuk menjalankan ayat qital dalam Al Quran.
Selain itu, pasukan yang meninggal dalam jihad disebut dengan meninggal dalam sabil (prapta
sabil/sabilullah).
Ngantepi Islamnya samya Nglampahi parentah dalil Ing Quran pan ayat Katal Namung sing Rabulngalamin Ing akerat punika Tetepa ingkang sinuwun
Diponegoro
menggunakan kata sahid untuk orang-orang Islam dari kalangan masyarakat sipil yang menjadi korban perang. Penggunaan kata sahid ini
merupakan
pemberian
penghargaan
Semua orang memegang teguh Islam Menjalankan perintah dalil Ayat Qital dalam Al Quran
Diponegoro yang besar kepada umat Islam yang tidak terlibat langsung dalam peperangan. Bantuan
umat
Islam
sangat
besar
bagi
16
Ambaristi dan lasman marduwiyota, babad diponegoro i, hal. 479
19
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Hanya kasih Rabbul’alamin Di akhirat lah Yang tetap dimohon
Maka Aryo bersedia Berdamai dengan anda Tetapi, meminta bukti
Jihad yang dilakukan oleh Diponegoro
Selain
menegakkan juga
Islam,
mempunyai
misi
jihad
bertujuan untuk menegakkan agama Islam di
Diponegoro
untuk
Jawa. Hal ini terlihat dalam surat balasan yang
mendirikan negara Islam di tanah Jawa. Secara
ditulis oleh Diponegoro kepada Jenderal de
implisit hal itu disampaikan oleh Diponegoro
Kock yang menanyakan maksud dan tujuan
kepada Kyai Penghulu yang hendak berangkat
Diponegoro:
ke Mekkah menunaikan ibadah haji seperti yang dituturkan dalam pupuh Dandanggula
“Dhateng ingkang saudara Jenderal de Kock ri sampunnya Tabe kawula punika Dene Jengandika tanya Menggah Karsane ki Harya Estu yen darbe karsa Rumiyin lan sapunika Nging luhuring kang agama Ing Tanah Jawi sadaya Kalamun estu andika Tan makewedi punika Mring agamane akar ya Islame ing Tanah Jawa Pan inggih purun ki Harya Dhame lawan Jengandika Nanging Anedha pratandha17
(VII) berikut ini: Syukur kaki dika jangji Lamun besuk dika prapteng Mekah Poma aywa muleh-muleh Matia aneng ngriku Yen manira antuk kang kardi Dika kabar-kabarna Lan dika nunuwun Pandongane para imam Muga kula oleha supangat Nabi Lan kaliraning Allah Den kuwatno manglawan mring kapir Lan den banget andika nenedha Sujud ing kakbahtolahi Nunuwa ing Hyang Agung Lestarine kang tanah Jawa Dadya balad agama Kaki laman estu Wonten pitulung Hyang Suksma Ki Pangulu den rikat andika mulih Ki pangulu aturnya….18
Kepada Saudara Jenderal de Kock Saya mohon maaf Jika anda bertanya Apa keinginan Aryo (Diponegoro) Sungguh bila punya keinginan Hanya untuk meninggikan agama Di seluruh tanah Jawa Jika anda benar-benar Tidak membuat kesulitan Kepada agama Islam di tanah Jawa
Syukurlah kalau begitu ananda, kamu harus janji Jika kamu sudah tiba di Mekah Sungguh jangan pulang-pulang Jika perlu wafatlah di sana
17
18
Ambaristi dan lasman marduwiyota, babad diponegoro i, hal.251
Ambaristi dan lasman marduwiyota, babad diponegoro i, hal. 188
20
Laporan Khusus
SYAMINA
Jika saya mendapat apa yang diperjuangkan Kamu kabarkan Dan kau pintakan Doa kepada para imam Semoga saya mendapat syafaat Nabi Dan ridlo Allah Dikuatkan melawan orang kafir Dan kamu mohonkan dengan sungguhsungguh Saat sujud di Ka’bah Mohonlah kepada Tuhan Lestarinya tanah Jawa Menjadi balad agama Wahai ananda, jika benar-benar Ada pertolongan Tuhan Ke Pengulu, cepat-cepat Anda pulang” Ki Pengulu berkata….
ditujukan
Dalam babad Diponegoro terdapat kurang lebih 96 kata kafir dan 70 kata murtad yang konteksnya adalah musuh orang-orang Islam dalam
Berangkat dari Selamira Sampailah di sebelah timur Pragi Dan kemudian singgah di Senjati Kemudian musuh datang Kafir dan murtad dengan jumlah yang banyak Datang dengan dibagi tiga Tetapi tidak dihiraukan
Islam.
pembantu dan pengikutnya juga. Indikasi itu
mengangkat
saran
Mangkubumi
Diponegoro
menjadi
seperti
Budhal saking sela Mirah Sampun prapta ing sawetning Pragi Mesanggrahan senjati Mangsah nulya prapta Kapir lan murtad apan langkung kathahipun Dhateng ira mara tiga Nanging datan den tangledi19
Diponegoro, tetapi menjadi keinginan dari
dari
Diantaranya
berikut ini:
Keinginan ini tidak hanya murni keinginan
terlihat
peperangan.
diungkapkan dalam tembang pangkur (XII)
yang dimaksud adalah sebuah negara di tanah syariat
Muslim
melakukan kegiatan penindasan kepada rakyat.
agama yang lestari di tanah Jawa. Balad agama
berlandaskan
orang-orang
memerangi Diponegoro dan pasukannya serta
keinginan Diponegoro adalah berdirinya balad
yang
kepada
Indonesia yang membantu Belanda dalam
Dari kutipan di atas terlihat bahwa
Jawa
Edisi XII/Juni 2014
untuk Sultan
dengan gelar Abdulhamid Herucakra Amirul
Secara kronologis, istilah kafir dan murtad
Mukminin Sayyidin Panatagama Khalifatur
ini digunakan setelah penyerbuan pasukan
Rasul ing Tanah Jawa.
Belanda dan Yogyakarta ke Tegalrejo. Sebelum peristiwa tersebut, istilah kafir tidak digunakan
Adapun sasaran dari jihad Diponegoro
meskipun pasukan Inggris dan Sepoy pernah
adalah dua kelompok, yaitu orang-orang kafir
melakukan penyerbuan ke wilayah keraton
dan murtad. Yang dimaksud kafir adalah orang
Yogyakarta. Istilah kafir dan murtad ini muncul
Belanda yang notabene adalah non Muslim dan telah melakukan penyerangan dan penjajahan
19
Ambaristi dan lasman marduwiyota, babad diponegoro i, hal.325
terhadap umat Islam. Sedangkan kata murtad 21
Laporan Khusus
SYAMINA
ketika ideologi jihad telah dirumuskan oleh
Edisi XII/Juni 2014 4. Jalannya peperangan
Diponegoro bersama dengan ulama-ulama
Tepat
yang mendampinginya.
tiga
minggu
sesudah
insiden
penyerbuan Tegalrejo, pasukan Diponegoro
Pemberian label kafir dan murtad serta
melakukan
penyerbuan
terhadap
nagara
penjuru
dengan
Islam sangat diperlukan untuk membedakan
Yogyakartadari
siapa pembela agama dan siapa musuh agama.
kekuatan 6.000 pasukan, dimana pasukan ini
Diponegoro membuat peraturan bahwa yang
terdiri dari tiga kolone: Kolone pertama
menjadi pasukannya harus beragama Islam dan
dipimpin oleh Pangeran Abu Bakar, saudara
menunjukkan perilaku dan atribut Islam.
dari Diponegoro yang juga seorang putra dari
Pasukan
dari
Sultan III. Pasukan pertama ini bergerak dari
keturunan Tionghoa yang turut bagian dalam
arah timur dan menyerbu dalem Pakualaman.
melawan Belanda, diwajibkan untuk masuk
Mereka menghancurkan jembatan Kali Code,
Islam serta diharuskan memotong rambut
membakar perkampungan orang-orang Cina
kuncir yang menunjukkan identitas orang
dan Eropa ser
Diponegoro
yang
berasal
segala
20
Cina. Sebagai gantinya, pasukan Diponegoro Kolone kedua dipimpin oleh Pangeran
menggunakan atribut bercorak keislaman yakni
Adinegoro. Mereka berhasil menguasai jalan
surban.
penghubung Yogya – Magelang - Surakarta. ta
Ideologi anti kafir dan murtad yang keras di
merusak gerbang-gerbang pajak.
kalangan pasukan Diponegoro tercermin dalam
Kolone ketiga di bawah pimpinan Pangeran
penggunaan bahasa, khususnya yang berkaitan dengan kematian pasukan musuh. Dalam
Blitar,
babad,
menguasai jalan raya Bantul. Pasukan ini
Diponegoro
tidak
segan-segan
bergerak
dari
arah 22
selatan
dan
menyebut musuh yang mati di medan perang
berusaha merebut keraton.
dengan nama bangke (bangkai) yang biasanya
bupati (tumenggung) yang dianggap lawan
digunakan untuk hewan.21
dirusak,
dijarah,
dan
Rumah para
dibakar.
Dalam
penyerbuan tersebut, pasukan Diponegoro juga menjarah
gudang-gudang
logistik
dan
mengangkutnya ke luar kota. Penjarahan ini mengakibatkan Yogyakarta
sebagian
menderita
makanan.
20
lihat Benny g. Santoso, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, hal. 177 serta hembing wijayakusuma, pembantaian massal 1740: tragedi berdarah angke (jakarta: pustaka populer obor, 2005), hal. 177. 21 Ambaristi dan lasman marduwiyota, babad diponegoro ii, hal.218.
22
22
Babad Diponegoro, I, hal. 230
besar
penduduk
kekurangan
bahan
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Gambar 8. Sketsa perang antara Pasukan Diponegoro dengan Belanda. Pasukan Diponegoro menggunakan bendera dengan simbol Erucakra (Ratu Adil) yang bergambarkan panah dan matahari.
Sultan
berhasil
melakukan mobilisasi pasukan untuk melakukan
diselamatkan dan diberi pengawalan ketat di
perang. Akibatnya, dalam waktu singkat hampir
benteng
Keraton
seluruh wilayah Kesultanan bergolak. Satu-satunya
Yogyakarta berhasil dipertahankan oleh pasukan
kekeliruan strategi pasukan Diponegoro adalah
Pengawal Keraton yang dipimpin oleh Mayor
mereka tidak sepenuhnya menduduki nagara.
Wironegoro, tanpa menimbulkan kerusakan berarti.
Terutama keraton yang menjadi simbol kekuasaan,
Setelah
Hamengkubuwono
Vredenburg.
dibakar,
V
Sedangkan
nagara
Yogyakarta
sekalipun objek vital lainnya berhasil direbut.
tidak
diduduki oleh pasukan Diponegoro, melainkan
Perang kemudian berkobar meluas ke segala
hanya diisolasi. Pasukan Diponegoro memblokade
penjuru tanah Jawa. Laskar tempur pengikut
semua jalan masuk ke kota dan berjaga-jaga di
Pangeran Diponegoro tak mudah ditaklukkan,
pinggir kota. Praktis, Yogyakarta menjadi kota mati
sebab di dada mereka terpendam Bara Api
dan kekurangan pangan. Tawanan dan barang-
Semangat Perang Sabil. Tak kurang usaha licik untuk
barang rampasan dibawa ke Selarong. Pasukan
menundukkannya dengan menawarkan tahta dan
Diponegoro berhasil menduduki Yogyakarta selama
status
tujuh hari.
Diponegoro. Namun bujuk rayu tawaran tahta dan
tanah
perdikan
kepada
Pangeran
strategis
uang yang terbukti ampuh dalam menyelesaikan
berdampak luas. Para peserta conspiracy of silence,
pemberontakan Ningrat Jawa pada masa-masa
terutama para tumenggung dan demang bawahan,
sebelumnya ini tak membuat bergeming pendirian
Serbuan
terhadap
nagara
yang
23
Laporan Khusus
SYAMINA
Pangeran Diponegoro dari tujuannya mendirikan
Edisi XII/Juni 2014
- Merebut
negara Islam.
sasaran
strategis,
yaitu
nagara
Yogyakarta, dari tangan pemberontak untuk mengembalikan kedaulatan Pemerintah Hindia
5.
Strategi Belanda menghadapi Diponegoro
Belanda dan kewibawaan Sultan.
Banyak kesulitan yang harus dihadapi oleh
- Mengamankan jalur komunikasi darat yang
Belanda pada awal masa perang Jawa (1825-1827).
strategis antara Surakarta-Klaten dan Klaten-
Mulai dari jumlah pasukan yang hanya 3 resimen
Yogyakarta.
(satu resimen infanteri, satu resimen huzar, dan satu
resimen
artileri),
ditambah
- Mengamankan jalur komunikasi darat Semarang-
legiun
Salatiga dan Salatiga-Surakarta.
Mangkunagoro yang jumlahnya sekitar 1.800 - Mengamankan jalur komunikasi darat di pantai
orang.23 Pasukannya tersebut juga tidak mengenal
utara antara Semarang-Rembang
medan (terrain) dengan baik. Tidak ada peta yang lengkap dan hampir semua peta yang tersedia
- Mengamankan
berada dalam kondisi buruk dan cacat. Padahal
jalur
komunikasi
darat
Pekalongan-Semarang
sebagian besar wilayah Kesultanan Yogyakarta
- Membebaskan daerah-daerah milik Kesultanan
berbukit-bukit. Pasukan yang sebagian besar tidak
yang direbut dan diduduki oleh pemberontak,
mengenal medan menjadi faktor penghambat
seperti Serang, Ngawi, dan Madiun.
mobilitas. Kondisi cuaca juga tidak menguntungkan - Membebaskan daerah milik Pemerintah Hindia
karena musim kemarau dan hujan berganti tidak
Belanda di Demak, Rembang, Jabarangkah
menentu. Selain itu, karakter pemberontak yang
(Karesidenan Pekalongan), Banyumas, Kedu, dan
mereka hadapi terkenal pemberani dan fanatik.
Bagelen sampai batas sungai Bogowonto.
Mereka amat membenci orang Eropa dan Cina.
- Memanggil pasukan-pasukan yang beroperasi di
Jenderal H.M. de Kock, yang ditugaskan sebagai
luar Jawa dan menetapkan garis awal di
Komisaris Pemerintah untuk Kesultanan Yogyakarta
beberapa pelabuhan pendaratan di Pantai Utara.
dan Kasunanan Surakarta, menyusun plan de
- Merekrut spion dan orang-orang yang dipercaya
champagne (rencana kampanye) untuk menumpas
untuk mencari informasi tentang lawan.
pemberontakan. Plan de champagne tersebut terdiri atas: - Membuat persekutuan dengan Sunan Surakarta dan
Mangkunagoro
untuk
mengisolasi
Diponegoro. 23
Peter Carey, Waiting for the Just King, Modern Asia Studies, 20, I, 1986, hal. 59-137
24
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
- Merebut kembali daerah-daerah Kesultanan Yogyakarta
yang
diduduki
oleh
pengikut
Diponegoro. Menegakkan kembali keamanan dan pemerintahan agar pajak-pajak dapat dipungut dan perekonomian dapat berjalan kembali secara lancar. - Menggiring pasukan pemberontak ke daerah antara Sungai Progo dan Bogowonto sebagai killing area. - Menangkap pemimpin tertinggi pemberontak, yaitu Diponegoro sebagai “center of gravity”. Selain itu, de Kock juga menyebarkan seruan kepada pengikut Diponegoro bahwa ia akan memberikan pengampunan kepada mereka yang dengan sukarela menyerahkan diri. Ia juga menulis surat kepada Diponegoro dan Mangkubumi yang berada
Gambar 9. Jenderal Hendrik Merkus de Kock
di
Selarong.
Diponegoro
segera
merundingkan isi surat itu dengan Pangeran Mangkubumi
Selama 1825-1827, de Kock terus melakukan
dan
Kyai
Mojo,
kemudian
operasi militer dengan beberapa sasaran strategis.
memerintahkan kepada Pangeran Joyokusumo dan
Ia
Pangeran Suryenglogo untuk menulis surat balasan
melakukan
operasi
militer
dengan
lima
yang secara tegas menolak berdamai.24
pendekatan langsung, yaitu:
Setelah menerima surat balasan, de Kock segera
- Membuat persekutuan dengan Sunan Surakarta mengisolasi
memerintahkan pasukan kolose kedua untuk
Diponegoro, baik secara militer maupun politis,
menyerbu Selarong, tetapi desa Selarong telah
untuk membentuk pendapat umum bahwa
kosong. Para pimpinan pasukan Diponegoro telah
pemberontakan adalah sebuah perbuatan jahat.
berpencar meninggalkan Selarong menuju ke
dan
Mangkunagoro
untuk
- Mengikat persahabatan dengan musuh-musuh Diponegoro—para
pangeran
di
Kesultanan
pelbagai
arah.
Kegagalan
Selarong
tersebut
dalam
membuat
penyerbuan
perang
menjadi
semakin berlarut-larut. Perkiraan de Kock yang
Yogyakarta—agar tidak membantu Diponegoro,
membiarkan
sekalipun bersikap pasif.
24
25
lawan
berperang
P.J.F. Louw, I, 1984, hal. 253
dengan
cara
Laporan Khusus perangnya
sendiri
SYAMINA sampai
kehabisan
logistic
Edisi XII/Juni 2014
Operasi Stelsel Benteng (1827-1830)
ternyata keliru. Karena prajurit-prajurit Diponegoro
Selama perang berlangsung pemerintah Hindia
ternyata mampu bertahan hanya dengan makan
Belanda terpaksa harus membangun lebih dari 250
nasi kering dan garam. Dapat dikatakan, operasi
buah benteng untuk mendukung strategi perang
pengejaran (marching, fighting, camping) selama
Stelsel Benteng. Menerapkan strategi politik berupa
1825-1827 yang diprakarsai oleh Jenderal de Kock
Blokade Politik, Isolasi Politik, politik Belah Bambu
telah gagal menangkap Diponegoro.
(Stick and Carrot), Politik Adu Domba (Devide Et
Pada pertengahan tahun 1827, Jenderal De Kock mulai
merintis
jalan
perundingan
Empera). Dibarengi penelitian sosio budaya untuk
dengan
menguak
titik
kelemahan
kekuatan
Laskar
menugaskan seorang pengusaha berkebangsaan
Diponegoro yang dilakukan oleh ilmuwan orientalis
Inggris (William Stavers) dan seorang pengusaha
ahli urusan Pribumi dan orang Jawa (Roorda van
keturunan Arab (Ali Chalif) untuk berunding serta
Eysinga).
menawarkan kepada Pangeran Diponegoro untuk
Mereka
juga mendatangkan bala bantuan
memilih tanah di mana saja yang diinginkannya asal
pasukan koninklijke leger expedisi yang didatangkan
bersedia menghentikan peperangan.
langsung dari negeri Belanda. Selain itu, untuk
Menjawab tawaran Jenderal De Kock itu, Pangeran
Diponegoro
menghentikan
menjawab
peperangan
dengan
ia
menambah jumlah pasukannya, Belanda kemudian
mau
syarat
merekrut prajurit dari Afrika dan Pantai Gading—
:
yang kemudian dikenal sebagai Belanda hitam.
Pertama, semua orang Belanda harus memeluk
Belanda
agama Islam. Kedua, wilayah pesisir utara Jawa
prajurit
juga
memobilisasi
Pribumi
dari
pasukan
bantuan
berbagai
daerah
dikembalikan kepada Kesultanan. Ketiga, orang Belanda boleh tinggal di Jawa tetapi tidak boleh melakukan
aktivitas
perdagangan.
Tujuan
peperangan tidak lain adalah untuk memuliakan agama Islam. Perang
perlawanan
rakyat
semesta
yang
dipimpin Pangeran Diponegoro ini pun terus berkobar. Perang yang panjang dan melelahkan bagi kedua belah pihak.
Gambar 10. Patih dan Sultan Madura mendiskusikan rencana pengiriman tentara untuk membantu Belanda
26
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
(Hulptroepen), antara lain : Legiun Mangkunegoro,
menghancurkannya adalah dengan merebut milik
Pasukan
yang paling berharga bagi mereka, to capture
Kasunanan
Surakarta,
Manado
dan
Gorontalo (pimpinan Hasan Monwarfa), Buton
whatever they prize most.
(pimpinan Raja Haji Sulaiman), Alfoeren Halmahera,
Bagi de Kock, para pimpinan lawan adalah
Tidore, Ternate, Sumenep Madura, Badung Bali,
sesuatu yang amat berharga. Mereka dibujuk dan
dan dari beberapa daerah lainnya. mendatangkan
diajak berbicara untuk menyelesaikan permusuhan
tentara yang bermarkas di Sulawesi hingga total
secara damai. Berunding dengan lawan tidak berarti
kekuatannya mencapai 23.000 personel.
mengurangi
kehormatan
dan
kewibawaan
Perang ini telah menguras keuangan pemerintah
pemerintah karena karakter orang Jawa ternyata
Hindia Belanda yang mengeluarkan biaya perang
sulit diperhitungkan. Mereka seringkali terlihat
hingga tak kurang dari 25.000.000 Gulden (Rp 127
sebagai orang yang lamban dan pemalas, namun
Milyar). Biaya perang yang sangat besar untuk
ternyata mereka adalah gerilyawan yang tangguh.
ukuran masa itu. Konsekuensi finansial yang besar
Dari
hasil
pemikiran
dan
pengalaman
di
untuk strategi Stelsel Benteng hingga Belanda
lapangan, de Kock memperbaiki kesalahan strategi
menyebut
sebagai groote
mobilitasnya. Pada tahun 1827, ia memutuskan
administratif
untuk melaksanakan strategi baru, yaitu strategi
mereka
Stelsel Benteng. Strategi ini meliputi dua aspek,
sampai f18.000.000 Gulden (sekitar Rp 92 Milyar).
yaitu aspek strategi dan aspek sistem persenjataan
Dan tahun 1827 saja tidak kurang dari 3000 orang
yang menyatukan pasukan dengan senjatanya.
serdadu Eropa tewas di hadapan kedigdayaan
Dalam strategi ini, benteng, meriam dan pasukan
Tentara Islam Diponegoro.
menjadi unsur pokok ofensif-defensif. Benteng
Perang
onheilen (bencana Kolonial.
Diponegoro besar)
Defisit
Gagalnya
strategi
bagi anggaran
mobilitas
merupakan
menjadi tidak terpaku dalam satu wilayah (statis),
pengalaman yang berharga. De Kock selama ini
tetapi dinamis.
banyak terfokus untuk menangkap pimpinan
Dalam teori strategi, Stelsel Benteng disebut
pemberontak. Ia kini mencoba untuk melakukan
sebagai strategi tidak langsung. Sebab, penguasaan
cara pendekatan pribadi dengan para tumenggung
wilayah
beserta
militer
kebebasan bergerak esensinya. Pasukan harus
intensif bukan semata-mata untuk menghancurkan
berada sedekat mungkin dengan lawan untuk
lawan atau merebut daerah lawan, tetapi juga
memecahkan konsentrasi pasukan lawan, sehingga
sekaligus mengucilkan para pemimpinnya. Berbeda
benteng sebagai pangkalan pasukan harus dibangun
dengan perang umum, pihak lawan dalam perang
sedekat mungkin dengan daerah penduduk lawan.
kecil tidak memiliki center of gravity sehingga sulit
Operasi-operasi militer yang berupa patroli taktis
bawahannya.
Operasi-operasi
untuk menentukan sasaran pokok. Salah satu cara 27
agar
pasukan
dapat
memperoleh
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
ofensif dilakukan secara teratur. Gunanya untuk
menghormati kepercayaan dan budaya setempat.
mendesak lawan ke suatu “killing area”, yaitu
Aspek psikologi terutama untuk melunakkan sikap
daerah antara Sungai Projo dan Bogowonto, yang
fanatik (dwiepziek) lawan.
merupakan daerah yang dijaga secara ketat dengan
Konsepsi
Stelsel
Benteng
dimaksudkan
mendirikan benteng-benteng untuk mempersempit
untuk memperbaiki kualitas daya tempur pasukan
lawan dan mencegah penerobosan lawan ke luar
Jendral de Kock yang merasa malu atas kegagalan
wilayah, serta mendisorganisasi kekuatannya.
selama perang dua tahun. Dapat dikatakan, strategi
Pelaksanaan strategi benteng disertai beberapa
itu adalah kekuatan baru setalah gagasan membagi
pedoman dan operasi yang harus ditaati oleh setiap
Kesultanan Yogyakarta ditolak oleh Menteri Koloni
prajurit, seperti larangan (forbidances) bagi pasukan
dan Kelautan, Elout, pada April 1827 atas nama Raja
untuk tidak membakar desa (rumah, lumbung-
Belanda.
lumbung pangan dan rumah ibadah), menangkap ternak
(lembu,
kerba
kambing),
mengerahkan para bangsawan pemilik apanage ke
menghancurkan panen juga persediaan makanan
medan perang dengan tugas utama mempengaruhi
atau
Perbuatan-
masyarakat agar tidak melakukan “perbuatan
perbuatan tersebut hanya akan menimbulkan sikap
jahat”. Istilah “berandal” juga dipopulerkan di
antipati
masyarakat.
lumbung-lumbung
dan
dan
Operasi sosial dilakukan oleh Belanda dengan
pangan.
permusuhan
yang
berujung
perlawanan. Operasi psikologi dilakukan oleh Belanda dengan Pasukan juga diharuskan berhubungan langsung dengan
masyarakat
agar
mereka
mengangkat
merasa
kembali
Sultan
Sepuh
(Sultan
pada
Agustus
1826.
pengaruh
besar
Hamengkubuwono
II)
terlindungi. Merebut simpati masyarakat amat
Pengangkatan
membawa
esensial dalam strategi ini. Inilah sebuah strategi
terhadap sebagian bangsawan yang berpihak pada
yang
militer
Diponegoro. Pangeran Mangkudiningrat, adalah
ofensif-defensif dengan aspek kultural, psikologi
salah satu pimpinan pasukan di Sambiroto yang
dan ekonomi.
meninggalkan Diponegoro. ia menghubungi Residen
menggabungkan
beberapaaspek
Secara ringkas, konsepsi Stelsel Benteng adalah penguasaan
teritorial
atau
penaklukan
ini
Kedu, van Valck, untuk menyatakan keinginannya
total.
menghentikan
permusuhan
dengan
meminta
Penguasaan teritori merupakan tujuan pokok,
imbalan apanage di Kaliabu. Pada 1 Desember
sebab jika keamanan ditegakkan, diharapkan
1826,
perekonomian rakyat akan pulih dan pajak-pajak
Mangkudiningrat tetap menyerah. Menyerahnya
bisa dipungut kembali. Aspek kultural yang
Mangkudiningrat menginspirasi Belanda untuk
disosialisasikan
membuat surat tawaran yang berisi ajakan untuk
kepada
tentara
adalah 28
sekalipun
permohonannya
ditolak,
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
berdamai dan menghentikan permusuhan juga
akhirnya
disampaikan
pasukan
menunggu arahan komando dari panglima tertinggi,
Diponegoro lainnya. Pangeran Notoprojo dan
yaitu Diponegoro. Destabilisasi mulai terjadi di
Pangeran Serang berhasil dibujuk.
tubuh pasukan Diponegoro. Menurut Carley, ada
kepada
para
pimpinan
mengambil
inisiatif
sendiri
tanpa
teritorial
tiga indikator utama terjadinya destabilisasi sebuah
sebagai upaya menjauhkan Diponegoro dari rakyat.
jaringan, yaitu berkurangnya aliran informasi,
Karena
pasukan
kesulitan untuk mencapai konsensus umum, dan
Diponegoro akan terisolir dan hanya dianggap
berkurangnya efektivitas pelaksanaan tugas secara
sebagai berandal atau gerombolan perampok.
keseluruhan.26
Belanda
juga
melakukan
tanpa
operasi
dukungan
rakyat,
Tujuan utamanya adalah untuk memikat hati
Kondisi ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk
rakyat, membina perkawanan, dan merebut teritori
melakukan bujukan dan rayuan kepada beberapa
secara damai, yang berguna untuk mempersempit
tokoh
ruang gerak lawan. Belanda berusaha merebut
pengampunan
simpati rakyat dengan membentuk opini dan sikap
permusuhan secara damai pun dilakukan oleh
antipati terhadap pasukan Diponegoro.
Belanda. Untuk mengantisipasinya, Diponegoro
kunci
pasukan atau
Diponegoro. negosiasi
Tawaran
penyelesaian
memutuskan tidak seorang pun boleh bertemu
Operasi teritorial dilakukan dengan dua cara,
dengan Residen Kedu, van Valck.27
persuasif dan intimidasi. Cara persuasif dilakukan untuk meyakinkan rakyat bahwa tentara Belanda
Menurunnya perlawanan pasukan Diponegoro
tidak berperang atau memusuhi orang Jawa, tetapi
ditandai dengan menyerahnya pemimpin spiritual
hanya mencari Diponegoro dan Kyai Mojo serta
perjuangan, Kyai Mojo pada tahun 1829. Tak
pengikutnya.
dengan
berapa lama, panglima utama Dipanagara, Sentot
menolak
Alibasya dan Pangeran Mangkubumi, menyusul
intimidasi.
Cara Bila
kedua
ada
dilakukan
orang
yang
menyerah.28
memberikan informasi kepada pasukan Belanda, seluruh penduduk akan dianggap berandal dan desa
Ketidaksamaan tujuan mulai terjadi diantara
akan dibakar. Para kuli dan tukang rumput (untuk
para pimpinan pasukan Diponegoro. Salah satunya
25
kuda) juga tidak akan dibayar upahnya.
adalah antara Diponegoro dengan Kyai Mojo.
Strategi Stelsel Benteng ini memaksa pasukan
Perdebatan besar terjadi antara Diponegoro dan
Diponegoro untuk berpencar menjadi kelompok-
Kyai Mojo pada Agustus 1827 tentang hakikat
kelompok kecil. Keadaan ini bukan tanpa resiko.
kekuasaan politik. Mojo, menurut Diponegoro,
Komunikasi
diantara
para
pimpinan
pasukan 26
Lee carley dan krackhardt,“destabilizing networks,” h. 90. Babad Diponegoro, II, 1983, hal. 26 28 alibasah adalah pangkat dalam organisasi militer diponegoro setingkat komandan divisi: satuan tempur militer terbesar, dengan kekuatan penuh
Diponegoro menjadi terhambat. Masing-masing
27
25
G. Teitler, Anatomie van de Indische Defensie, Rijks Universiteit te Leiden, 1998, hal. 16-18
29
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
menantang posisinya sebagai Sultan Erucokro
muridnya,
dengan memintanya membagi kekuasaan menjadi
tersebut
empat bagian, yaitu kekuasaan ratu (raja), wali
permintaan
(penyebar agama), pandita (yang terpelajar di
diperbolehkan ke Pajang dengan hak-hak khusus,
bidang hukum), dan mukmin (orang yang percaya).
pengakuan dirinya sebagai penata agama di
Mojo menyarankan agar Diponegoro memilih satu
keraton, serta mendapat pengawalan sebuah
saja dari empat fungsi di atas. Jika Pengeran
barisan
Diponegoro
Mojo
menyanggupi semua permintaan Kyai Mojo apabila
mengatakan ia sendiri akan mengambil kekuasaan
ia bersungguh-sungguh ingin menghentikan perang.
wali dan akan menjalankan kekuasaan agama
Sayangnya Mojo gagal menyadari bahwa Belanda
secara
bersikap jauh lebih lunak kepada para ningrat yang
memilih
menjadi
mutlak. Namun,
pembagian
kekuasaan
ratu,
Diponegoro menolak semacam
itu.
29
Kyai Kyai
Dadapan. Mojo
dan
pasukan
Dalam
pertemuan
mengajukan
syarat,
yaitu
berkuda.
beberapa keluarganya
Wironegoro
Bagi
menyeberang ke pihak mereka, tetapi tidak kepada
Diponegoro, ia adalah Khalifah Nabi Allah dalam
santri terkemuka seperti dirinya yang mereka
perang suci di Tanah Jawa, dimana kekuasaan poitik
anggap
dan agama berada di tangannya.
bertanggungjawab mengobarkan fanatisme agama
sebagai
pihak
yang
paling
dalam perang.32
Perdebatan berlarut-larut ini ternyata sulit diselesaikan. Fakta bahwa Mojo menjadi kekuatan ideologi pendorong di balik perang dan intelektual Diponegoro yang tidak mudah didikte menciptakan keadaan dimana sulit dicari titik temu.30 Karakter
keras
kepala
dan
yakin
akan
pendapatnya sendiri membuat Kyai Mojo sempat membuat keputusan sendiri tanpa sepengetahuan Diponegoro. Pada awalnya ia diinstruksikan oleh Diponegoro untuk kembali ke Pajang, namun kemudian mengambil inisiatif untuk bertemu dengan Letnan Kolonel Wironegoro dan membuat perjanjian terpisah dengan Belanda. 31 Perubahan sikap Kyai Mojo, yang merupakan tokoh spiritual pasukan
Diponegoro,
terjadi
akibat
Gambar 11. Kyai Mojo
terbujuk
29
peter carey, takdir: riwayat pangeran diponegoro, hal. 322 ibid, hal. 324 31 Babad, II, 983, hal. 26 30
32
30
peter carey, takdir: riwayat pangeran diponegoro, hal. 324
Laporan Khusus
SYAMINA
Inisiatif Kyai Mojo ini membuat Diponegoro
Edisi XII/Juni 2014 Akhirnya,
Kyai
Mojo
berserta
pasukannya
marah. Perbuatan Kyai Mojo dinilai sebagai
kemudian menuju Pajang. Mengetahui itu, pasukan
perbuatan nista dan perbuatan orang yang takut
Letnan Kolonel Le Bron de Vexela dengan cepat
mati. Ia dianggap telah menghina rekan-rekannya
mengikuti gerak Kyai Mojo. Pada 11 November
yang gugur dalam perang sabil dalam rangka
1828 dini hari, mereka melakukan pencegatan dan
menegakkan agama Islam.
menyergap pasukan Kyai Mojo di tepi Barat Sungai
Dene banget karya nistha
Bedog. Kemudian, Kyai Mojo dan pengikutnya
tulusuran luru urip
dibawa ke Salatiga.33
tuture ngelmu tan kena
Keberhasilan Belanda menangkap Kyai Mojo dan
wus titah lamun tan keni
pasukannya membuat pasukan Diponegoro yang
ginugu ujarneki
masih tersisa semakin terkepung di daerah sempit
ngulama apa ran iku
antara Kali Progo dan Kali Bogowonto. Di situ,
Sungguh perbuatan yang nista
strategi Belanda untuk membangun benteng-
berkelana hanya ingin hidup (takut mati)
benteng
ilmunya tidak bisa
mempertahankan wilayah-wilayah yang baru saja
perintahnya tidak bisa
dibebaskan
diteladani kata-katanya
mempersulit Diponegoro dan para panglimanya
ulama macam apa dia
dalam pasokan makanan dan logistik tempur
darurat
oleh
untuk
pasukan
melindungi
mereka
dan
mulai
lainnya. Kesulitan-kesulitan juga mulai dirasakan
Diponegoro menegaskan, bahwa ia tidak pernah
dalam memungut pajak untuk membiayai pasukan.
mengijinkan Kyai Mojo untuk bertemu siapa pun. Mangkono maneh ki Maja
Pada awal perang, Diponegoro mengorganisasi
Bicara tan sun lilani
kebijakan pajaknya sendiri di daerah-daerah yang
Lamun tan wani jurit
berhasil direbut. Hal ini meliputi pajak tanah dan
Angur konen bali iku
cukai di pasar-pasar setempat.Tugas-tugas militer dan tugas-tugas administratif sungguh-sungguh
Demikian Kyai Mojo
dipisahkan. Kadang-kadang, bupati yang diangkat
Tidak saya ijinkan berunding
Pangeran ikut dalam pertempuran, namun mereka
Jika tidak berani berperang
kebanyakan diarahkan untuk memainkan peran
Lebih baik kembali
administratif. Orang-orang yang dipilih Diponegoro untuk jabatan keuangan tersebut ditarik dari
Setelah peristiwa tersebut, Kyai Mojo berusaha bertemu dengan Diponegoro, tetapi permintaan
33
tersebut ditolak oleh Diponegoro.
saleh as’ad djamhari, strategi menjinakkan diponegoro, komunitas bambu, 2004, hal. 154
31
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
pejabat-pejabat priayi senior keraton yang pernah
antara Sentot Prawirodirjo dan dirinya, dengan dua
mengabdi pada kesultanan dalam jabatan yang
pertiga untuk Sentot Prawirodirjo dan sepertiga
sama. Namun bagi komandan militer, Diponegoro
untuk
menerapkan
dan
tersebut. Segera sesudah Belanda membangun
Dalam
dengan cepat sebuah benteng baru yang besar di
pandangan Pangeran, keberanian pada dasarnya
Nanggulan, di tepi jalan antara Sentolo dan
adalah sifat orang muda.
Kalibawang, Sentot tidak bereaksi cukup cepat
dalam
pertempuran.
menyesali
babad,
pribadi
keberanian
cukup
Dalam
Diponegoro
keperkasaan
berbeda.
36
sini,
adalah
yang
pribadi.
Di
kriterianya
kriteria
Pangeran
keputusannya
karena sibuk dengan urusan keuangan. 37 Ketika Namun pada Desemebr 1828, dengan semakin
panglima muda ini memerintahkan serangan
sulitnya pendanaan yang dialami oleh pasukan
dengan kekuatan penuh, benteng Belanda sudah
tempur, membuat Sentot Prawirodirjo meminta
terlampau kuat untuk ditembus dan ia menderita
agar diberi kuasa untuk memimpin seluruh
kekalahan besar pada awal Januari 1829.38
kekuatan pasukan Diponegoro di medan tempur, sekaligus diizinkan untuk menarik pajak secara
Pertengahan 1829, suplai makanan semakin
langsung. Hal ini mengganggu batin Diponegoro,
menipis.
Pejabat-pejabat
yang sadar bahwa perannya sebagai Ratu Adil
mendukung
mestilah menjamin kebijakan pajak yang ringan,
menentangnya. Banyak yang mengungsi ke wilayah
dan tersedianya sandang pangan yang murah. 34
yang berada di bawah kendali benteng Belanda,
Pangeran takut jangan-jangan rakyat kebanyakan
karena keamanan dirasa lebih terjamin dan
bakal tertindas jika Sentot Prawirodirjo—yang
kesempatan ekonomi lebih baik. 39 Perilaku culas
terkenal suka hidup boros—diizinkan memegang
dari sebagian pejabat pasukan Diponegoro serta
dalam satu tangan tanggungjawab militer dan
kebijakan Belanda untuk merebut hati rakyat
pemerintahan.
dengan memberikan bajak dan benih gratis kepada
Diponegoro
lokal
yang
sekarang
semula berbalik
mereka yang mau pindah ke wilayah Belanda, “Jika orang yang memegang pedang juga
mendorong para petani dan keluarga mereka tetap
nyambi memegang uang, bagaimana [ini]? Apakah
tidak
semakin
betah tinggal di dekat benteng tersebut.40 Ikatan
kapiran
kerjasama dan saling percaya antara pasukan
(terbengkalai)?”35
Diponegoro dan penduduk desa setempat sudah
Akhirnya, dengan rasa enggan Diponegoro setuju untuk memerintahkan pajak pasar bulanan dibagi 36
peter carey, takdir, hal. 333 babad diponegoro iv: 56 38 peter carey, takdir, hal. 334 39 peter carey (2008), the power of prophecy: 651-2 40 carey (1981a), :lxviii catatan 185. 37
34
peter carey ( 1981a), babad dipanagara: an account of the outbreak of the java war (1825-1830: xxxix-xl 35 babad diponegoro iv: 54
32
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
rusak. Tanpa adanya dukungan rakyat tidaklah
dilanjutkan. Melalui Pangeran Prawiradiningrat,
mungkin dilancarkan perang gerilya yang berhasil.
yang menjadi bupati Madiun dan saudara Alibasah sendiri,
Bulan September 1829 benar-benar bulan yang
Atmadiwirja Tumenggung
Bauer (putera
bersama
Raden
Pangeran
Reksapraja
untuk
gagal, karena syarat-syarat yang diajukan oleh
Mas
Alibasah cukup berat, yaitu:41
Mangkubumi),
beserta
berusaha
ini telah dilakukan walaupun pada permulaannya
tertinggi Perang Jawa. Pada tanggal 25 September Mayor
telah
menaklukkannya. Sejak tanggal 23 Juli 1829 usaha
menyedihkan bagi Diponegoro, sebagai pemimpin 1829
Belanda
rombongan
-
Memberikan uang jaminan sebesar £ I0.000
mencari Pangeran Mangkubumi, tetapi hasilnya
-
Menyetujui pembentukan sebuah pasukan
nihil. Belanda tidak berputus asa. Jenderal De Kock
di bawah Pimpinan Alibasah sendiri yang
mengutus
berkekuatan seribu orang dan dilengkapi
Pangeran
Natadiningrat,
putera
Pangeran Mangkubumi yang telah menyerah, untuk
dengan persenjataan dan pakaian seragam
membujuk ayahnya. Maka pada tanggal 27
-
Memberikan 400 – 500 pucuk senjata api
September 1829 Pangeran Natadiningrat berhasil
-
Pasukan Alibasah ini langsung dibawah
membujuk ayahnya untuk
menyerah
kepada
komando pemerintah Hindia Belanda, dan
Belanda. Keesokan harinya, tanggal 28 September
bebas dari kekuasaan sultan atau pembesar
1829
bangsa Indonesia
Pangeran
Mangkubumi
dibawa
oleh
puteranya ke Yogyakarta. Di pertengahan jalan (di
-
Mereka bebas menjalankan agamanya
Mangir) rombongan Pangeran Mangkubumi telah
-
Tidak ada paksaan minum Jenever atau arak
dijemput oleh Residen Van Nes dan pejabat-pejabat
-
Diizinkan pasukannya memakai surban
kesultanan Yogyakarta. Tawar-menawar syarat-syarat ini dilakukan pada Pengaruh
Pangerang
tanggal 17 oktober 1829 di Imogiri, antara delegasi
pasukan
Ali basah dengan delegasi Belanda, yang hasilnya
Diponegoro, karena secara berturut-turut telah
masih memerlukan waktu untuk diputuskan oleh
menyerah pula pangeran Adinegara, Kanjeng
penguasa tertinggi Hindia Belanda di Batavia.
Mangkubumi
dari sangat
menyerahnya besar
bagi
Pangeran Aria Suryabrangta, Pangeran Suryadipura, Dalam surat yang ditulis Jenderal De Kock
Pangeran Suryakusuma, dan Kanjeng Pangeran
kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di
Dipasana. Semuanya masih mempunyai hubungan
Batavia, tertanggal 20 Oktober 1829, antara lain
famiIi dengan Diponegoro. Menyerahnya secara
berisi: “…saya telah menulis surat kepada Residen
berturut-turut orang-orang di sekitar Diponegoro, benar-benar
dapat
melumpuhkan
dan Kolonel Cochius bahwa mereka harus sedapat
pasukan
mungkin berusaha menyenangkan hati Alibasah,
Diponegoro.
karena adalah hal yang penting sekali apabila orang Apalagi usaha untuk menarik Alibasah, panglima pasukan Diponegoro yang disegani masih terus
41
33
carey 2008: 652
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
seperti Alibasah dapat kita tarik ke pihak kita dan
Alibasah dengan pasukannya memasuki kota
turut membela kepentingan kita ….. seperti yang
Yogyakarta dan diterima oleh Jenderal De Kock
hendak saya nyatakan dengan hormat, bahwa
dengan upacara militer yang meriah.
karena sebab-sebab itulah saya berpendapat bahwa
Dengan menyerahnya Pangeran Mangkubumi,
adalah sangat penting apabila Alibasah sudah
Ali basah dan puluhan Pangeran dan Tumenggung
berada di pihak kita, makin lama makin mengikat
serta tertangkapnya Kiai Mojo dan gugurnya
dia pada kepentingan kita. Sungguhpun hal ini
ratusan tokoh-tokoh Perang Jawa, maka secara
harus disertai beberapa pengorbanan dari pada
praktis Diponegoro tinggal sendirian. Pengalaman
kita.”
pahit dan getir yang di alami oleh Diponegoro
Surat Jenderal De Kock ini mendapat jawaban dari
pemerintah
Hindia
Batavia
banyaknya sababat-sahabat meninggalkannya atau
tertanggal 25 Oktober 1829, antara lain berbunyi:
meninggal dunia. Dalam kondisi yang demikian, ia
“Pemerintah
harus
pada
Belanda
dasarnya
di
sebagai pimpinan tertinggi perang Jawa, karena
setuju
dengan
menentukan
pilihan:
meneruskan
keinginan Jenderal (Jenderal De Kock) bahwa dari
pertempuran sampai mati syahid di medan laga
pihak kita harus dipergunakan segala apa yang
atau menyerah kepada musuh sampai mati di
mungkin dapat dipakai, selama hal itu dapat sesuai
dalam penjara.
dengan kebesaran pemerintah dan berusaha
Setelah
sedapat mungkin mencegah kembalinya Alibasah ke
pasukannya,
pihak pemberontak.” Melihat
isi
menyerahnya operasi
Alibasah
militer
dengan
Belanda
terus
ditingkatkan guna memberikan pukulan terakhir
surat-surat
Bindia
terhadap pasukan Diponegoro yang tinggal sedikit
Belanda ini dapat disimpulkan bahwa Belanda
lagi itu. Tekanan-tekanan pasukan Belanda kepada
bersedia memenuhi syarat-syarat yang diajukan
posisi pasukan Diponegoro yang terus-menerus
oleh Alibasah. Oleh karena itu kepada Residen
ditingkatkan, banyak pula tokoh-tokoh Perang Jawa
Yogyakarta
yang menyerah, antara lain pada bulan Desember
diperintahkan
pemerintah
untuk
segera
menyerahkan uang sebanyak £ 5.000 dan 200
1829;
pucuk
Diponegoro yang masih ada yaitu Jayasendirga;
senjata
untuk
dipergunakan
pasukan
salah
seorang
komandan
Jayaprawira
dan
pasukan
Alibasah serta pasukannya itu langsung dibawah
Tumenggung
beberapa
komando Jenderal De Kock, walau secara yuridis
tumenggung lainnya beserta pasukannya bertekuk
masih berada dibawah wewenang sultan. Syarat-
lutut kepada Belanda. Adapula yang karena kondisi
syarat lainnya seluruhnya dipenuhi.
kesehatan, akhirnya wafat di puncak gunung Sirnabaya Banyumas seperti Pangeran Abdul Rahim
Untuk pelaksanaan penyerahan Alibasah dengan
(saudara Diponegoro sendiri).
pasukannya, pada tanggal 23 Oktober 1829 Jenderal De Kock datang ke kota Yogyakarta untuk
Pada akhir 1829, posisi Diponegoro beserta sisa
menyambutnya; dan pada tanggal 24 Oktober 1829
pasukannya telah diketahui secara jelas. Namun de 34
Laporan Khusus
SYAMINA
Kock tidak memerintahkan penyerbuan untuk membunuh
Diponegoro.
Ia
sadar
Edisi XII/Juni 2014 Usaha untak menghentikan Perang Jawa dengan
pengaruh
damai
yang
licik
terus
dilakukan.
Dengan
Diponegoro masih besar di masyarakat Jawa. Hal ini
menggunakan bekas tokoh-tokoh Perang Jawa
terbukti saat ia mengumumkan sayembara untuk
seperti Alibasah dan Patih Danureja dalam usaha
menangkap Diponegoro, hidup atau mati, dengan
perdamaian
hadiah uang, tak seorang pun yang menanggapi.
menggembirakan bagi Belanda. Sebab pada tanggal
Sebagai pribadi dan sebagai seorang prajurit, de
16 Februari 1830 telah terjadi pertemuan pertama
Kock ingin mengakhiri perang dengan kesatria
antara Diponegoro dengan Kolonel Cleerens, wakil
tanpa menjadikan Diponegoro sebagai pahlawan.
pemerintah
Hindia
Kematian Diponegoro hanya akan membuat orang
perdamaian
di
Jawa menganggap orang Belanda sebagai musuh—
Jatinegara daerah Bagelen.
sesuatu yang sangat ingin dihindarinya.
licik
Pertemuan
Dengan alasan tersebut, ia akhirnya memilih
dilangsungkan,
membawa
Belanda
Kamal,
hasil
dalam
sebelah
perdamaian karena
rangka
utara
tidak
Diponegoro
yang
Rama
dapat menuntut
untuk memperdaya dan membujuk Diponegoro
perundingan itu harus dilakukan oleh seorang yang
keluar dari kantong pertahanannya secara damai
mempunyai posisi yang sama dengan dia; setidak-
untuk kemudian menangkapnya. De Kock berusaha
tidaknya seperti Jenderal De Kock. Padahal Jenderal
mengeksploitasi nilai-nilai budaya dan karakter
De Kock pada saat itu sedang berada di Batavia.
kesatria bangsawan Jawa yang ada pada diri
Untuk menunggu kedatangan Jenderal De Kock,
Diponegoro. Salah satu nilai kesatria yang dianggap
maka Diponegoro dengan pasukannya terpaksa
luhur adalah “seorang kesatria pantang ingkar
harus menginap di Kecawang sebelah utara desa
terhadap janji”. Karena itu, ia memerintahkan
Saka.
Kolonel Cleerens untuk terus melakukan aksi tipu
gencatan senjata dilakukan oleh kedua belah pihak.
Selama
tenggang
waktu
perundingan,
daya terhadap Diponegoro sampai ia mengucapkan janjinya.42
Sebagai pribadi dan sebagai seorang
Memasuki tahun 1830, musibah yang menimpa
prajurit, de Kock ingin mengakhiri
pasukan Diponegoro masih terus saja bertambah.
perang dengan kesatria tanpa
Pada tanggal 8 Januari 1830, putera Diponegoro
menjadikan Diponegoro sebagai
oleh
pahlawan. Kematian Diponegoro hanya
pasukan Belanda; pada tanggal 18 Januari 1830
akan membuat orang Jawa
berikutnya Patih Diponegoro menyerah kepada
menganggap orang Belanda sebagai
yaitu
Pangeran
Dipakusuma
tertangkap
musuh—sesuatu yang sangat ingin
Belanda.
dihindarinya. 42
Saleh, Strategi Menjinakkan Diponegoro, hal. 176.
35
Laporan Khusus Desa
Kecawang
SYAMINA masih
terlalu
jauh,
apabila
Edisi XII/Juni 2014
apabila
perundingan akan dilangsungkan di sana. Oleh
perundingan
gagal,
Diponegoro
dan
delegasinya harus ditangkap!
karena itu; untuk memudahkan jalan perundingan
Pada tanggal 28 Maret 1830 perundingan akan
Diponegoro dengan pasukannya harus pindah ke
dilangsungkan di gedung Keresidenan Kedu di
Menoreh yang tidak begitu jauh dari Magelang,
Magelang. Sebelum jam 07.00 pagi Tumenggung
markas besar pasukan Belanda.
Mangunkusuma datang kepada Residen Kedu untuk
Pada tanggal 21 Februari 1830 rombongan
memberitahukan bahwa sebentar lagi Diponegoro
Diponegoro telah tiba di Menoreh. Tetapi sampai 5
dengan staf nya akan tiba. Pemberitahuan ini
Maret 1830 Jenderal De Kock belum juga datang ke
menyebabkan Letnan Kolonel Du Perron menyiap-
Magelang padahal bulan Ramadhan telah tiba.
siagakan pasukannya, sesuai dengan perintah
Berkenaan dengan bulan suci ini; Diponegoro tidak
Jenderal De Kock. Jam 07.30 pagi Diponegoro
mau mengadakan perundingan dengan Belanda
dengan
karena
pasukannya
ia
akan
memusatkan
dirinya
untuk
stafnya
dikawal
memasuki
Diponegoro
oleh
seratus orang
gedung
diterima
keresidenan.
melakukan ibadah puasa selama sebulan. Kontak
Delegasi
langsung
oleh
pertama antara Diponegoro dengan Jenderal De
Jenderal De Kock dengan staf nya. Perundingan
Kock terjadi pada tanggai 8 Maret 1830, sebagai
dilakukan di tempat kerja Jenderal De Kock. Pihak
perkenalan dan selanjutnya jadwal perundingan
Diponegoro disertai dengan tiga orang puteranya
akan dilangsungkan sesudah bulan Ramadhan.
yaitu Diponegoro Anom, Raden Mas Jonad, Raden
Menjelang hari raya Idul Fithri, Diponegoro telah
Mas Raab, ditambah dengan Basah Martanegara
menerima hadiah dalam bentuk seekor kuda
dan Kiai Badaruddin. Sedangkan di pihak Jenderal
tunggang yang sangat baik dan uang sebesar f
De Kock disertai oleh Residen Valk, Letnan Kolonel
10.000.- Kemudian diikuti dengan pembebasan
Roest, Mayor Ajudan De Stuers dan Kapten Roeps
putera dan isteri Diponegoro yang ditahan di
sebagai juru bicara.
Semarang dan membolehkan mereka berkumpul dengan
Diponegoro
di
tempat
Letnan Kolonel De Kock van Leeuwen, Mayor
penginapan
Perie dan opsir-opsir Belanda lainnya ditugaskan
perundingan di Magelang.
untuk
melayani
dan
mengawasi
pemimpin-
Pada tanggal 25 Maret 1830, Jenderal de Kock
pemimpin pasukan Diponegoro yang berada di
telah memberikan perintah rahasia kepada Letnan
kamar yang lain. Sedangkan letnan Kolonel Du
Kolonel
untuk
Peron tetap berada di luar gedung keresidenan
memperketat pengawalan dan penjagaan kota
untuk setiap saat dapat melakukan penyergapan,
Magelang dengan mengerahkan pasukan Belanda
sebagaimana telah diperintahkan oleh Jenderal De
dari beberapa daerah di Jawa Tengah. Instruksinya,
Kock.
Du
Perron
dan
pasukannya
36
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Kolonel Cleerens yang mula-mula sekali berhasil
merdeka di bawah pimpinan seorang pemimpin dan
melakukan kontak dengan Diponegoro dan berhasil
mengatur agama Islam di pulau Jawa”. Mendengar
merencanakan pertemuan perdamaian serta telah
jawaban ini Jenderal De Kock terperanjat, karena ia
memberikan jaminan diplomasi penuh kepada
tidak mengira bahwa Diponegoro akan mengajukan
Diponegoro
diikutsertakan
tuntutan semacam itu. Sewaktu De Kock memberi
bahkan tidak berada di kota Magelang tempat
jawaban bahwa tuntutan semacam itu adalah
perundingan dilaksanakan. Dengan demikian jika
terlalu berat dan tak mungkin dapat dipenuhi,
terjadi pengkhianatan maka secara moral Cleerens
Diponegoro tetap teguh pada tuntutannya.
dan
stafnya
tidak
tidak terlibat langsung, karena memang tidak hadir.
Tanda-tanda perundingan babak pertama akan
Babak pertama Jadwal perundingan, menurut
menemui jalan buntu, dan Belanda khawatir jika
Diponegoro sebagai pendahuluan untuk menjajagi
pe¬rundingan
materi perundingan pada babak selanjutnya; tetapi
kesempatan buat Diponegoro dan pasukannya
menurut
untuk mengadakan konsolidasi guna menghadapi
Jenderal
De
Kock
harus
langsung
ditunda
perundingan menjadi tegang, karena De Kock
Belanda bahwa perundingan adalah semata-mata
bersikeras untuk langsung membicarakan materi
methoda
perundingan. Suasana tegang dan panas itu,
stafnya, maka dengan angkuhnya Jenderal De Kock
sampai-sampai Diponegoro terlontar ucapan: “Jika
berkata: “Kalau begitu, tuan tidak boleh lagi
tuan menghendaki persahabatan, maka seharusnya
kembali dengan bebas.”
perlu
adanya
ketegangan
di
menangkap
dengan
berarti
segala
untuk
Sesuai
besok,
memasuki materi Perundingan. Pembicaraan materi
tidak
kemungkinan.
sampai
rencana
Diponegoro
dan
dalam
Mendengar ucapan ini, Diponegoro dengan
perundingan ini. Segalanya tentu dapat diselesaikan
marah menjawab : “Jika demikian, maka tuan
dengan baik. Jikalau kami tahu bahwa, tuan begitu
penipu dan pengkhianat, karena kepada saya telah
jahat, maka pasti lebih baik kami tinggal terus saja
dijanjikan kebebasan dan boleh kembali ke tempat
berperang di daerah Bagelen dan apa perlunya
perjuangan saya semula, apabila perundingan ini
43
kami datang kemari.”
gagal.”
Ketika pihak Jenderal De Kock terus mendesak
Jenderal De Kock berkata lagi: “Jika tuan
tentang tujuan penerangan yang telah dilakukan
kembali, maka peperangan akan berkobar lagi.”
oleh Diponegoro selama lebih lima tahun ini, maka
Diponegoro menjawab: “Apabila tuan perwira dan
akhirnya ia memberi jawaban dengan tegas dan
jantan, mengapa tuan takut berperang?”44
gamblang, yaitu antara lain: “Mendirikan negara Tiba-tiba Jenderal De Kock menginstruksikan 43
kepada Letnan Kolonel Du Perron dan pasukannya
Abdul Qadir Djaelani , Perang Sabil Versus Perang Salib: Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis Dan Belanda, Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah, Jakarta, 1999 .
44
37
ibid
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
untuk menyergap Diponegoro dan stafnya serta
meninggalkan Tanah Jawa karena tidak ada yang
seluruh pengawalnya dilucuti. Dalam posisi tidak
dimilikinya lagi di sana. Keputusan itu juga untuk
siap tempur, Diponegoro dan pasukannya dengan
menghormati
mudah ditangkap dan dilucuti.
peperangan karena membela dan melaksanakan
mereka
yang
gugur
dalam
perintah.
Menyadari telah tertipu, Diponegoro kemudian menyatakan diri bertanggungjawab atas pecahnya
Tujuan diponegoro mencapai cita-cita ini terus
peperangan. Namun ia tetap menolak menyerah
dilakukannya, meski ia tahu bahwa ia akan kalah.
dan menyatakan lebih baik mati.
Bukan keberhasilan mencapai tujuan ini yang menjadi
Pan wus yekti nora nana maning
fokus
utama
Diponegoro..
Baginya,
konsisten dalam menjalani proses adalah sebuah
Begja pinatenan
kemenangan tersendiri.
Ingsun tan nedya gumingsir45
Pada tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro beserta Sesungguhnya tidak ada lagi
stafnya dibawa ketempat pembuangannya di
Sekalipun dihukum mati
Menado. Tidak kurang dari 19 orang yang terdiri
Saya tidak akan menyerah
dari keluarga dan stafnya ikut dalam pembuangan
Dalam kondisi emosional, Diponegoro sempat
di Menado. Pada tahun 1834 Diponegoro beserta
berpikir untuk membunuh Jenderal de kock. Namun
keluarga dan stafnya dipindahkan ke kota Makasar.
niat tersebut ia urungkan mengingat akibatnya
Dan pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat
kurang baik.
dalam usia kira-kira 70 tahun, setelah menjalani masa tawanan selama duapuluh lima tahun.
Pan sansaya enget tyasnya Sri Bupati
46
Perang ini juga memberi dampak yang cukup
Lamun matenana
dahsyat pada keluarga dan keturunan Diponegoro.
Ingsun marang jendral iki
Bertahun-tahun
Nora becik temahira
Diponegoro
lamanya
dikucilkan
keluarga
dan
Pangeran
diasingkan
oleh
Terpikir oleh Sri Raja
kalangan keraton karena tindakan perjuangan
Seandainya membunuh
perlawanan Pangeran Diponegoro tersebut. Kondisi
Jenderal
ini baru pulih setelah Diponegoro mendapatkan
Tidak baik akhirnya.
pengakuan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 1973.
Kesadaran itu membuatnya bersikap pasrah terhadap
takdir.
Ia
memutuskan
Pasca kemenangan di perang Diponegoro,
untuk
Belanda mulai melakukan demiliterisasi di kalangan masyarakat
45
ibid 46 ibid
38
Jawa.
Kekhawatiran
terhadap
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
munculnya jiwa keprajuritan bangsa Jawa membuat
Sejak itu, dunia keprajuritan Jawa hidup dalam
pemerintah kolonial Hindia Belanda mengeluarkan
bayangan. Kebesaran, kemegahan, keperkasaan
strategi baru. Untuk melemahkan kekuatan Jawa,
prajurit dan ksatria Jawa hanya tinggal kenangan,
selain diadakan tanam paksa, pasukan keraton juga
yang tersimpan dalam catatan sejarah, naskah
didemobilisasikan.
babad, kronik, atau cerita tutur, tempat bangsa
Selanjutnya, keraton dipisahkan dari rakyat
Jawa bernostalgia pada kebesaran masa lampau.
dengan cara menghapus tanah lungguh para
Aliran darah prajurit dan tradisi ksatria pada bangsa
bangsawan/pejabat keraton dan juga menghapus
Jawa seolah-olah lenyap tinggal bekas-bekasnya.47
tanah-tanah mancanegara. Dengan dihapusnya
D. KESIMPULAN
tanah lungguh, berarti para bangsawan tidak lagi memiliki basis di pedesaan. Akibat lebih jauh, tradisi
Dalam ranah sejarah strategi militer, perang
dan potensi militer kerajaan menjadi lumpuh.
Diponegoro ini meninggalkan jejak sejarah yang
Semangat, kemampuan, dan keterampilan prajurit
monumental. Penerapan taktik strategi militer
terus merosot. Terlebih lagi dengan dihapusnya
Stelsel Benteng yang memadukan antara manuver
tradisi
pemerintahan
kolone dengan pembangunan benteng, disertai
Pakubuwono VII (1830-1858) di Surakarta. Sejak itu,
dengan strategi Blokade Politik, Isolasi Politik,
prajurit Jawa benar-benar kehilangan arena berlatih
politik Belah Bambu, Politik Adu Domba, dibarengi
yang juga sekaligus ajang pencarian bakat militer.
penelitian sosio-budaya oleh ilmuwan orientalis,
Untuk semakin menggerus jiwa keprajuritan bangsa
oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk selanjutnya
Jawa,
diberi
terus dipakai untuk memandamkan perlawanan
kesempatan oleh pemerintah kolonial Hindia
pemberontakan di berbagai pelosok Nusantara.
Belanda untuk memelihara tentara yang agak
Termasuk pula di antaranya untuk menjinakkan
lengkap hanya Mangkunegaran, yang dinilai loyal
perlawanan rakyat Aceh.
Seton
pada
satu-satunya
masa
kerajaan
yang
dan tidak membahayakan.
Perang Diponegoro ini pada hakekatnya adalah manifestasi dari konflik laten di antara bangsawan
Di tengah kebuntuan perkembangan militer
Jawa, sebuah Permanent Warfare yang beraspek
secara fisik, Belanda juga mengembangkan konsep ksatria
Jawa,
berhubungan
yang
aktualisasinya
dengan
organisasi
tidak
politik
lagi
dan
budaya.
Kekalahan
Pangeran
Diponegoro bermakna ideologis di mana gagalnya
kemiliteran.
realisasi gagasan Pangeran Diponegoro membentuk
Sejalan dengan ide kepriyayian, maka ide kstaria
Balad Islam dan menjadi Khalifah Islam di tanah
yang ditanamkan lewat wayang dan piwulang itu
Jawa.
lebih ditekankan pada segi moral dan etika.
47
Sigit Wahyudi, Sariana and Priyanto, Supriya, Ksatria Jawa Kajian Tentang Etika, Moral Dan Tradisi Keprajuritan Jawa Di Masa Mataram, Universitas Diponegoro, 1997, hal. vii
39
Laporan Khusus
SYAMINA
Diskursus tentang negara (balad) Islam di tanah
baik Portugis-Kristen Katholik maupun Belanda-
Jawa sudah ada dari jaman Pangeran Diponegoro. Bahkan
bukan
sekadar
wacana,
Edisi XII/Juni 2014
Kristen Protestan.
melainkan
Jika sekarang diskursus tentang negara Islam
bagaimana untuk mempertahankannya. Perang
kembali hangat, mestinya umat tidak perlu merasa
Jawa yang dahsyat dan penuh patriotisme telah
heran.
digerakkan dan dipimpin oleh tokoh-tokoh pejuang
kesinambungan perjuangan islam di tanah Jawa
Islam, yang hampir sebagian terbesar berideologi
sesudahnya, sebagai sebuah upaya rekonstruksi
Islam dan bertujuan berdirinya negara merdeka
sejarah dan mengembalikan visi dan misi Islam
yang berdasarkan Islam. Fakta-fakta sejarah yang
kembali
terungkap, baik latar belakang yang mewarnai para
pertanyaan adalah siapa yang menjadi pelanjut
tokoh Perang Jawa, masa peperangan yang
perjuangan itu kini?
Berarti
ke
ada
jalurnya.
yang
Yang
memelihara
harus
menjadi
memakan waktu lima tahun lebih, yang diisi dengan menegakkan syari’at Islam di dalam kehidupan pasukan Diponegoro sampai pada saat perundingan dengan Belanda serta tujuan yang akan dicapai, semuanya
adalah
bukti
yang
kuat
bahwa
Diponegoro dan pasukannya telah melakukan perjuangan politik Islam untuk mendirikan negara Islam di tanah Jawa. Kegagalan yang diderita oleh Diponegoro dan pasukannya, bukan karena tujuan dan metodenya yang salah, tetapi karena kekuatan yang tak persenjataan,
Aja anglaaken wong kang becik,
perlengkapan dan pengkianatan bangsa sendiri
lan aja ambecikaken wong kang ala,
yang sebagian besar membantu Belanda yang kafir;
lan aja anganiaya wong akeh.
seimbang,
baik
manpower,
disamping tipu muslihat yang licik dan keji yang
Jangan menjelekan orang baik,
dilakukan oleh penguasa kolonial Belanda.
Jangan membaikan orang yang jahat,
Tipu muslihat yang licik dan keji, yang hanya
Jangan berbuat aniaya terhadap rakyat banyak
bisa dilakukan oleh orang-orang yang bermoral rendah dan jahat, ternyata telah menjadi watak
--Diponegoro--
kepribadian penguasa kolonial Barat di Indonesia,
40