NASKAH PUBLIKASI
PERAN SUGESTI (CRAVING) DALAM PENCAPAIAN KONDISI CLEAN AND SOBER (BERSIH DAN WARAS) PECANDU NARKOTIKA
Oleh : Leo Seno Pranoto Yulianti Dwi Astuti
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
NASKAH PUBLIKASI
PERAN SUGESTI (CRAVING) DALAM PENCAPAIAN KONDISI CEAN AND SOBER PECANDU NARKOTIKA
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
Yulianti Dwi Astuti, S. Psi
PERAN SUGESTI (CRAVING) DALAM PENCAPAIAN KONDISI CLEAN AND SOBER (BERSIH DAN WARAS) PECANDU NARKOTIKA
Leo Seno Pranoto Yulianti Dwi astuti Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Intisari Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses menuju kesembuhan (clean and sober) yang terjadi pada diri seorang pecandu dengan halangan faktor sugesti yang dapat membawa kembali seorang recovery addict menjadi seorang pecandu aktif kembali. Pertanyaan yang diajukan adalah : (1)Bagaimanakah pemahaman seorang pecandu terhadap sugestinya dalam pencapaian kondisi clean and sober?(2) Bagaimanakah sugesti ini bisa terbentuk?(3) Bagaimanakah seorang pecandu mengatasi sugesti tersebut dan apa yang dibutuhkan untuk mengatasi sugesti? Subjek penelitian adalah empat orang yang pernah mengalami masalah dengan ketergantungan NAPZA yang berada di Yogyakarta dan satu orang informan. Melalui pendekatan studi kasus yang dilakukan, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian secara terinci terhadap seseorang (individu) tertentu dalam kurun waktu yang terbatas. Studi kasus merupakan suatu pendekatan dimana peneliti akan terlibat secara lebih mendalam dan menyeluruh terhadap perilaku individu (Sevilla dalam Bungin, 2003). Wawancara dan observasi merupakan cara yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data penelitian. Berdasarkan penelitian diperoleh sejumlah data yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan mengenai sugesti yang terjadi pada diri seorang pecandu dalam pencapaian kondisi clean dan sober. Kategori sugesti yang berhasil ditemukan bahwa kategori ini terdiri dari delapan tema yaitu: definisi sugesti, pembentukan kondisi sugesti, kondisi terhadap pecandu aktif, kondisi terhadap pecandu pasif, trigger (stimulus) interaksi subjek, trigger (stimulus) interaksi objek, faktor penetral/pengalihan positif, faktor penetral/pengalihan negatif. Terdapat suatu kondisi yang selalu muncul dalam jawaban-jawaban subjek penelitian terutama dalam kategori relapse, clean and sober, dan sugesti. Kondisi ini adalah kontrol diri di mana lebih terarah pada kontrol diri personal.
Kata Kunci : Sugesti, clean and sober, dan pecandu narkotika
PERAN SUGESTI (CRAVING) DALAM PENCAPAIAN KONDISI CLEAN AND SOBER (BERSIH DAN WARAS) PECANDU NARKOTIKA
Pengantar Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan NAPZA tampaknya menjadi suatu fenomena yang semakin mengkhawatirkan bukan hanya bagi sekelompok orang tertentu. Permasalahan ini menjadi penyakit yang melanda masyarakat di suatu pulau atau bahkan di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagian besar korban penyalahgunaan NAPZA ini berusia sekitar 15 sampai dengan 25 tahun dengan jumlah yang semakin meningkat. Yogyakarta pada tahun 2003 menempati sepuluh besar dalam kasus penyalahgunaan NAPZA. Hal tersebut menunjukkan bahwa kota yang menyandang predikat sebagai “Kota Pelajar” yang secara logika seharusnya dapat dikatakan sebagai kota dengan tingkat pendidikan tinggi dapat juga menjadi bagian dari bentuk penyalahgunaan NAPZA. Dapat dibayangkan bahwa seorang pelajar dengan tingkat pendidikan yang tinggi , dengan pemikiran-pemikiran yang kritis dan tajam tetap bisa menjadi korban NAPZA. Fenomena yang disajikan dalam data belum bisa mewakili data yang sebenarnya tentang banyaknya korbankorban lain yang berada di
sekitar kita. Hal tersebut dikarenakan adanya
fenomena “gunung es”, di mana satu orang korban yang terungkap maka
dibawahnya masih ada sepuluh orang korban yang tidak bisa diketahui keberadaannya. Berbagai upaya untuk mengurangi tingkat penyalahgunaan masalah NAPZA ini telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah maupun lembagalembaga non pemerintah (NGO/LSM) yang peduli dengan permasalahan NAPZA. Badan Narkotika Nasional (2003) mengemukakan tiga cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi penyebarluasan penyalahgunaan NAPZA, yaitu supply eduction, demand reduction, dan harm reduction. Supply reduction merupakan suatu cara dalam mengurangi persediaan NAPZA; hal ini tindakan pencegahan lebih
diarahkan
pada
tindakan
hukum
terhadap
proses
produksi
dan
pendistribusian NAPZA pada konsumen. Demand reduction merupakan suatu cara untuk mengurangi permintaan akan NAPZA. Usaha ini lebih dititikberatkan pada faktor intrapersonal dan interpersonal yang mempengaruhi perilaku penyalahgunaan NAPZA. Cara ketiga yaitu harm reduction merupakan cara untuk mencegah dampak yang lebih buruk lagi dalam hal penyalahgunaan NAPZA, memastikan bahwa penyakit-penyakit yang menyertai penyalahgunaan tidak menyebar lebih luas (mengurangi penyebaran virus, penyakit, atau infeksi lain). Akan tetapi usaha-usaha yang telah dilakukan tadi pada kenyataannya belum mampu untuk menyelesaikan secara tuntas permasalahan penyalahgunaan NAPZA. Jika membicarakan masalah NAPZA maka tidak akan terlepas dari individu yang menyalahgunakan obat/zat ini, mereka bisa dianggap sebagai korban dari permasalah yang ditimbulkan akibat penggunaan NAPZA. Mereka
sering disebut sebagi addict atau pecandu. Pecandu adalah orang-orang yang merasa tidak bisa hidup tanpa NAPZA dalam kehidupan mereka, bahkan untuk beraktivitas secara wajar pun mereka membutuhkan NAPZA (Gordon, 1999) Permasalahan yang dialami seorang pecandu tidak hanya timbul ketika masih aktif mengkonsumsi NAPZA akan tetapi juga muncul ketika mencoba untuk sembuh dari kecanduannya (berhenti menggunakan obat-obatan). Banyak hal yang harus pecandu tanggung dalam perjalanannya untuk “sembuh”. Wicaksono (dalam Hidayat, 2003) menyebutkan bahwa pecandu yang berobat kepadanya hampir semuanya sudah menjadi pecandu lebih dari dua tahun. “ Jika kurang dari dua tahun mereka belum ingin sembuh”. Menurut Wicaksono kendala terberat dari para pecandu adalah adanya “sugesti”, yaitu perasaan kangen untuk kembali menggunakan NAPZA. “ Keinginan mereka untuk sembuh 100%, tetapi sugestinya untuk kembali 95%. Jadi kemungkinan untuk sembuh hanya 5%” (Kedaulatan Rakyat, 14 Desember 2003). Ketergantungan (adiksi) terhadap NAPZA tidak sama seperti penyakitpenyakit lain yang telah kita kenal. Hawari (2002) mengatakan bahwa dari 2400 penderita penyalahguna NAPZA yang dirawat (di rumah sakit) dari tahun 19971999 terdapat 293 yang dirawat ulang di rumah sakit (12,21%). Terhadap penyebab kekambuhan dari 293 orang tersebut, ternyata 171 orang disebabkan karena faktor teman (58,36%), 68 orang karena sugesti (23,21%), dan 54 orang disebabkan karena faktor stress (18,43%). Dilihat dari data tersebut bahwa sugesti merupakan penyebab kedua terjerumusnya kembali para mantan pecandu dalam proses kesembuhannya. Kesembuhan yang dikenal dalam dunia pencandu adalah
suatu kondisi menuju “clean and sober” atau dapat diartikan sebagai “bersih dan waras”. Bersih dalam artian bahwa seorang pecandu sudah tidak menggunakan NAPZA sama sekali. Waras bisa diartikan bahwa seorang pecandu telah mengalami keseimbangan secara psikis Sugesti menjadi suatu faktor penting yang harus diketahui oleh seorang pecandu atau individu yang menganggap proses kecanduan sebagai sesuatu yang mudah untuk dihilangkan atau disembuhkan. Seorang pecandu harus berusaha untuk memperbaiki komponen-komponen yang telah rusak dalam kehidupan mereka, tidak hanya fisik, namun juga mental, sosial, dan spiritual. Pecandu harus berjuang melawan faktor sugesti ini yang akan berada terus dalam kehidupan mereka bahkan mungkin juga mereka akan membawa sugesti ini sampai mati. “Sekali pecandu tetap pecandu”, mereka akan terus membawa mentalitas mereka sebagai seorang pecandu sampai mereka mati. Tidak akan ada kata sembuh bagi seorang pecandu, yang ada hanyalah usaha untuk tetap clean and sober (bersih dan waras).
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses menuju kesembuhan (clean and sober) yang terjadi pada diri seorang pecandu dalam perjalanan hidupnya menuju ke masa mendatang di sela-sela terdapatnya halangan faktor sugesti yang mereka alami sebagai faktor kedua terbesar yang menyebabkan kembalinya seorang recovery addict menjadi seseorang dengan ketergantungan NAPZA (pecandu aktif).
Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1. Secara teoritis penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk penelitianpenelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan permasalahan NAPZA terutama tentang pecandu itu sendiri. 2. Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat bagi a. Mereka yang mempunyai perhatian khusus terhadap permasalahan NAPZA sehingga menjadi pemahaman terhadap diri seorang pecandu sehingga menganggap mereka sebagai korban dari fenomena NAPZA di lingkungan kita dan bukannya menganggap mereka sebagai pelaku tindak kejahatan. b. Menjadi pertimbangan tentang langkah-langkah dalam penanganan dan tentang apa yang dibutuhkan oleh seorang pecandu itu sendiri untuk mempertahankan kesembuhannya (clean and sober). c. Mereka yang belum pernah menyalahgunakan NAPZA sehingga tetap terhindar dari bahaya NAPZA tersebut dan bagi para pecandu agar mereka memiliki keinginan (motivasi) yang semakin kuat untuk clean and sober.
Tinjauan Pustaka Smith (1976) menyebutkan bahwa narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf pusat. Definisi lainnya muncul dari Biro Bea dan Dapat disimpulkan bahwa efek penggunaan narkotika dengan tujuan non
medis akan berdampak negatif baik secara fisik maupun psikis terhadap individu yang menggunakannya. Dorongan penyalahgunaan narkotika ini dilatari oleh berbagai alasan baik secara pribadi, sosial, maupun medis. Chaplin (2000) mengatakan bahwa drug addiction (kecanduan obat) diartikan sebagai penggunaan obat bius sebagai kebiasaan dengan disertai ketergantungan fisik maupun psikis. Pecandu naza adalah mereka yang seolaholah tidak bisa hidup tanpa naza. Mereka memakainya sangat sering bahkan sampai menggunakan naza untuk menyelesaikan semua masalah mereka. The World Health Organization (dalam Franken, 2002) mendefinisikan drug addiction sebagai suatu tingkat keracunan periodik atau kronis yang disebabkan konsumsi obat-obatan yang berulang-ulang. Secara sederhana seorang pecandu adalah seorang pria atau wanita yang kehidupannya dikendalikan oleh naza. Pecandu adalah orang-orang yang berada dalam cengkeraman penyakit yang berkelanjutan dan berkembang semakin parah. Pecandu adalah orang yang menggunakan zat pengubah pikiran dan suasan hati yang telah menyebabkan masalah di setiap segi kehidupannya (Yayasan KITA NA Group). WHO dan UNDCP (dalam McKim, 2003) menjelaskan bahwa drug craving (sugesti) merupakan keinginan untuk megalami kembali pengalaman menggunakan zat psikoaktif. Keinginan ini menjadi semakin besar pada seorang yang memiliki kemungkinan besar menjadi pecandu. Robbinson (dalam McKim, 2003) menjelaskan bahwa craving merupakan perwujudan pemikiran di mana akan menjadi semakin kuat dengan adanya pengulangan pemakaian suatu obat-
obatan karena berhubungan dengan sensitivitas pada bagian otak tertentu. Mantan pecandu walaupun setelah beberapa tahun berhenti menggunakan obat-obatan (naza) tetap berada pada resiko tinggi untuk relapse (kembali menggunakan) dan hal ini sering terpacu oleh stimulus yang dihubungkan dengan pemakaian obat. Clean dan sober sebenarnya mengacu pada apa yang dinamakan kesehatan. Kesehatan sendiri (WHO) sejak tahun 1984 (Hawari, 2004) telah mengalami perubahan definisi yaitu yang semula hanya mencakup 3 aspek yaitu sehat dalam arti fisik, psikologik, dan sosial, maka sejak itu telah ditambah 1 aspek lagi yaitu spiritual (agama). Sehubugnan dengan hal tersebut maka Organisasi Dokter Ahli Jiwa Amerika (American Psychiatric Association) telah mengadopsi definisi sehat WHO tesebut di atas menjadi paradigma yang dikenal dengan pendekatan “bio-psycho-social-spiritual” (APA, 1992 dalam Hawari 2004) Clean secara harafiah berarti “bersih”. Clean merupakan kondisi di mana seorang pecandu sudah tidak lagi mengkonsumsi naza. Kondisi ini biasanya menyertai
diri
seorang
recovering
addict
(pecandu
dalam
penyembuhan/pemulihan). Sedangkan sober secara harafiah berarti ”waras”dan “kewarasan”. Mereka yang menggunakan naza pada dasarnya menjadi tidak “waras” di bawah pengaruh naza karena perilaku mereka tidak lagi menunjukkan kehadiran akal sehat. Kata sober digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada pecandu yang tidak lagi menggunakan naza (YAKITA, 1999)
Pertanyaan Penelitian dan Kata Kunci Penelitian 1. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimanakah peran sugesti terhadap kondisi clean and sober? b. Bagaimanakah sugesti ini bisa terbentuk? c. Bagaimanakah seorang pecandu mengatasi sugesti tersebut dan apa yang dibutuhkan untuk mengatasi sugesti? 2. Kata Kunci Penelitian a. Sugesti, merupakan kondisi dimana seorang pecandu ingin merasakan kembali pengalaman untuk menggunakan NAPZA kembali (rasa kangen untuk menggunakan NAPZA). b. Clean and sober, merupakan suatu kondisi dimana seorang pecandu telah mengalami kesembuhan atau kondisi baik secara fisik dan psikis. c. Pecandu
NAPZA,
merupakan
individu
yang
mengalami
ketergantungan baik fisik dan psikis terhadap suatu zat atau obatobatan tertentu (NAPZA).
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan mengambil desain penelitian studi kasus. Metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik sehingga tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2002). Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya (Poerwandari, 1998).
Subjek Penelitian Jumlah subjek yang akan diteliti menggunakan wawancara dan observasi berjumlah 4 orang. Teknik purposive sampling digunakan karena dipandang mampu menangkap kelengkapan data dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pilihan subjek diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti (Sutopo, 2002)
Metode Pengumpulan Data Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2002) mengatakan bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber-sumber data tersebut dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video atau audio tapes, pengambilan foto, atau film. Untuk dapat memperoleh gambaran dan pengetahuan mendalam tentang sugesti obat-obatan yang terjadi pada diri seorang pecandu maka metode yang dirasa tepat untuk dapat memperoleh informasi tentang hal tersebut adalah :
1. Wawancara Metode wawancara digunakan untuk menyelidiki pengalaman, perasaan, motif, serta motivasi dari orang-orang dalam suatu keadaan tertentu (Hadi, 2000). Teknik wawancara yang diterapkan adalah “wawancara semi terstruktur”. Wawancara jenis ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. 2. Observasi Metode observasi yang digunakan adalah metode “observasi terlibat pasif” di mana dalam observasi tersebut peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh individu yang diamati. Keterlibatan peneliti hanya terbatas pada keberadaannya dalam wilayah aktivitas yang diwujudkan dalam kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-tindakannya (Suparlan dalam Patilima, 2005). Metode ini juga sering dikatakan sebagai metode observasi nonpartisipan.
Kredibilitas Penelitian Sebuah penelitian ilmiah harus didukung dengan terdapatnya suatu keabsahan (trustworthiness) data penelitian. Keabsahan data penelitian kualitatif dapat mengacu pada konsep kredibilitas penelitian. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kulitatif (Poerwandari, 1998). Pencapaian kredibilitas penelitian ini dicapai melalui 2 cara, yaitu:
1. Validitas Penelitian Stangl (Poerwandari, 1998) mengatakan bahwa penelitian kualitatif validitas dicoba dicapai tidak melalui variabel melainkan melalui orientasinya dan upayanya mendalami dunia empiris, dengan menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Validitas Komunikatif Validitas ini dilakukan dengan cara mengkorfirmasikan kembali data dan analisisnya pada responden penelitian.. 2. Validitas Argumentatif Validitas ini dicapai dengan presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali data mentah. Selain dua cara diatas, validitas juga dilakukan dengan cara peer review (Patten, 2000) yaitu dengan cara mendiskusikan hasil penelitian dengan orang yang lebih ahli. 2. Kroscek data penelitian dengan informan penelitian untuk mencocokkan informasi yang diberikan oleh subjek penelitian sehingga diperoleh suatu data yang dapat dipercaya.
Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif akan menentukan dalam pencapaian hasil dari penelitian , dalam hal ini melibatkan tiga komponen utama yaitu (1) reduksi data; (2) sajian data; (3) penarikan kesimpulan serta verifikasinya (Miles dan Huberman, dalam Sutopo, 2002). Ketiga komponen tersebut akan saling berhubungan dan berinteraksi dalam kegiatan pengumpulan data penelitian Strauss dan Corbin (dalam Poerwandari, 1998) membagi langkah koding menjadi tiga bagian yaitu koding terbuka memungkinkan kita untuk mengidentifikasi kategori-kategori, property-properti, dan dimensi-dimensi. Koding aksial dilakukan dengan mengorganisasi data dengan cara baru melalui dikembangkannya hubungan-hubungan di antara kategori-kategori, atau di antara kategori dengan sub kategori-sub kategori dibawahnya. Tahap terakhir yaitu koding selektif, melalui mana peneliti menyeleksi kategori yang paling mendasar, secara sistematis menghubungkannya dengan kategori-kategori lain, dan memvalidasi hubungan tersebut.
Hasil Penelitian Wawancara Hasil penelitian selama wawancara didapat 33 tema yang disimpulkan dalam dua kategori yaitu pemahaman diri dan pemahaman sosial. Pemahaman diri dibagi menjadi lima sub kategori yaitu latar belakang pemakaian, relapse (pemakaian kembali), clean and sober, sugesti (drug craving), dan kontrol diri. Sub kategori latar belakang pemakaian dibagi menjadi tiga tema yaitu latar personal, latar behavioral, dan latar prestasi. Sub kategori relapse (pemakaian
kembali) dibagi menjadi dua tema yaitu faktor personal dan faktor sugesti. Sub kategori clean and sober dibagi menjadi sebelas tema yaitu pemahaman fisik, pemahaman psikis, perubahan kognitif, perubahan emosional, perubahan behavioral, kondisi pencapaian clean and sober, hambatan faktor internal, hambatan faktor sugesti, pencapaian dan stabilitas kondisi secara personal, pencapaian dan stabilitas kondisi dengan aktivitas positif, dan faktor pencetus internal. Sub kategori sugesti dibagi menjadi tujuh tema yaitu definisi kondisi, pembentukan kondisi sugesti, kondisi terhadap pecandu aktif, kondisi terhadap pecandu pasif, trigger (stimulus) terhadap sugesti, faktor penetral atau pengalih positif terhadap sugesti, dan faktor penetral atau pengalih negatif terhadap sugesti. Sub kategori kontrol diri hanya terdapat satu tema yaitu kontrol diri personal. Pemahaman sosial dibagi menjadi empat sub kategori yaitu latar belakang pemakaian, relapse (pemakaian kembali), clean and sober, dan sugesti. Sub kategori latar belakang pemakaian pada kategori pemahaman sosial terdapat satu buah tema yaitu latar belakang pemakaian secara sosial. Sub kategori relapse dibagi menjadi tiga tema yaitu latara interaksi sosial, latar interaksi objek, dan latar interaksi masalah. Sub kategori clean and sober dibagi menjadi empat tema yaitu hambatan faktor eksternal, pencapaian dan stabilitas kondisi dengan lingkungan isolasi, pencapaian dan stabilitas kondisi dengan lingkungan pendukung, dan faktor pencetus eksternal Sub kategori sugesti secara sosial terdapat satu buah tema yaitu trigger (stimulus) interaksi objek.
Pembahasan Terdapat berbagai peristiwa yang akan menyertai kondisi ketergantungan pada diri seorang pecandu. Individu yang memiliki ketergantungan akan NAPZA (menjadi seorang pecandu) akan memasuki suatu kondisi pemulihan dan kesembuhan yang dikenal sebagai kondisi clean and sober. Kondisi menuju ke arah kesembuhan ini tidak selalu terjadi pada semua pecandu karena ada beberapa hal yang mepengaruhi pencapaian kondisi ini. Faktor pemahaman, hambatan, dan pencetus merupakan hal-hal yang mempengaruhi pencapaian awal kondisi ini. Beberapa penjelasan tentang kategori, sub kategori, dan tema-tema yang berada dalam hasil wawancara maka dapat dijelaskan beberapa hal menyangkut pertanyaan penelitian berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Pertama, sugesti memang berperan dalam pencapaian kondisi clean and sober pada diri seorang pecandu. Sugesti merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pencapaian kondisi clean and sober, hal ini sesuai dengan hasil wawancara seluruh subjek penelitian dimana mereka mengatakan bahwa hambatan di dalam mencapai kondisi kesembuhan (clean and sober) adalah karena sugesti. Sugesti menjadi faktor yang berperan besar dalam kondisi seorang pecandu yang telah berhenti menggunakan NAPZA sehingga berada kembali dalam kondisi pemakaian narkotika (relapse) dimana ketika seorang pecandu tidak mengetahui cara mengalihkan atau menetralkan sugesti ini maka pecandu akan kembali pada perilaku pemakaian NAPZA kembali (relapse) Salah satu hal yang bisa menekan faktor sugesti ini adalah terdapatnya suatu kontrol diri. Kedua, sugesti tercipta sebagai hasil dari pemakaian napza di mana sugesti mulai berada dalam diri
seseorang ketika individu tersebut pertama kali menggunakan napza dan telah merasakan keuntungan dari pemakaian tersebut. Ketiga, sesuai dengan jawaban subjek yang telah berada pada kondisi sober, sugesti akan mengalami penurunan baik secara kualitas maupun kuantitas ketika seseorang telah berada pada kondisi clean and sober. Terdapat berbagai cara untuk mengatasi sugesti yang terjadi pada diri seorang pecandu, antara lain adalah
dengan
melakukan
kegiatan-kegiatan
positif
utnuk
mengalihakan/menetralkan sugesti seperti : bekerja, mencari hiburan tanpa melibatkan NAPZA, atau dengan membatasi atau menjauhi lingkungan pecandu. Hal tersebut dilakukan karena sugesti akan NAPZA tidak akan bisa dihilangkan karena tetap akan berada dalam ingatan seorang pecandu sehingga yang bisa dilakukan adalah meminimalisir efek dari sugesti tersebut. Proses yang terjadi pada awal kondisi clean and sober akan menuju pada dua bentuk akhir kondisi seorang pecandu. Kondisi pertama adalah seorang pecandu akan kembali pada perilaku penggunaan NAPZA (relapse), dan yang kedua adalah pecandu akan tetap pada kondisi clean and sober dengan tingkat yang lebih baik. Kondisi pertama (relapse) akan muncul ketika hambatan yang terjadi pada awal kondisi clean and sober tidak mampu diatasi oleh seorang pecandu. Faktor sugesti ini merupakan suatu permasalahan tersendiri dikarenakan faktor ini juga muncul sebagai hambatan yang terjadi pada kondisi clean and sober dan menjadi hal yang diakui sebagai penyebab pemakaian kembali NAPZA pada keempat subjek. Sugesti dapat mempengaruhi kondisi kesembuhan dari seorang pecandu. Sugesti akan masuk ke dalam alam bawah sadar sehingga
terkadang akan muncul tanpa disadari oleh seorang pecandu ketika terdapatnya suatu faktor pencetus (trigger). Rasa kangen/ingin yang berada dalam sugesti akan mengingatkan atau mengaktifkan kembali ingatan-ingatan (memori) akan keuntungan yang didapat dari pemakaian NAPZA. Hal tersebut akan mengarahkan perilaku untuk menggunakan NAPZA kembali. Penggunaan NAPZA akan dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan sehingga perilaku tersebut akan mengalami pengulangan (operant conditioning). Kondisi kedua yang akan muncul dalam proses awal kondisi clean and sober adalah suatu kondisi di mana seorang pecandu akan tetap berada dalam kestabilan kondisi kesembuhan (tetap berada pada kondisi clean and sober). Muncul suatu faktor pendukung yaitu kontrol diri sebagai hasil penelitian di mana faktor ini merupakan sebuah kondisi yang akan mengarahkan pada perilaku menghindari pemakaian NAPZA dan mempertahankan diri pada kodisi clean and sober. Kesimpulan Hasil analisis penelitian yang didapat antara lain : 1. Sugesti merupakan faktor yang berperan besar dalam pencapaian kondisi clean and sober pada pecandu narkotika dimana sugesti ini akan menyebabkan kembalinya seorang pecandu kepada perilaku penggunaan napza (relapse) 2. Sugesti terbentuk sebagai hasil dari pemakaian napza dimana mulai terbentuk ketika pertama kali menggunakan napza dan telah mendapatkan keuntungan
atau kenikmatan dari pemakaian napza tersebut. Sugesti mulai muncul ketika terjadi penghentian dalam penggunaan napza dan akan memberikan efek terhadap pemikiran dari pecandu (efek secara psikis). 3. Pengaruh sugesti dapat ditekan atau diminimalisir atau dialihkan ke hal lain, akan tetapi sugesti ini tidak akan bisa dihilangkan. Cara yang dapat dilakukan oleh pecandu untuk menekan rasa sugesti ini adalah dengan melakukan suatu pengalihan positif seperti melakukan aktivitas/kesibukan yang tidak bersinggungan dengan napza (kesibukan positif) dan dengan menjauhkan diri dari lingkungan komunitas lama (sebisa mungkin menghindari interaksi dengan pecandu lain) 4. Sugesti dapat muncul dengan rangsangan-rangsangan stimulus tertentu (trigger). Stimulus yang paling berpengaruh dalam memunculkan sugesti ini adalah teman dan napza itu sendiri. 5. Teman dan sugesti merupakan dua hal yang saling berhubungan sehingga tidak bisa dikategorikan bahwa satu lebih berpengaruh dari pada yang lain dalam memunculkan perilaku pemakaian napza kembali (relapse). Hal tersebut dikarenakan bahwa sugesti dapat muncul walaupun tidak disertai dengan kemunculan teman akan tetapi teman akan menguatkan sugesti ini sehingga menimbulkan perilaku pemakaian napza; dan dengan bertemu dengan teman maka bisa merangsang munculnya rasa sugesti pada diri seorang pencandu. Hal itu menunjukkan bahwa dua hal tadi merupakan dua faktor yang saling mempengaruhi dan menguatkan.
6. Terdapat suatu ciri yang menyertai seorang pecandu yang telah memasuki kondisi clean and sober. Ciri tersebut bukan merupakan ciri fisik akan tetapi lebih pada terdapatnya perubahan kognitif, emosional, dan perilaku. 7. Untuk mempertahankan kondisi clean and sober pada diri seorang pecandu, terdapat suatu faktor yang mempengaruhi yaitu kontrol diri. Kontrol diri inilah yang menyebabkan perbedaan tingkat pencapaian kesembuhan dari seorang pecandu. Melalui kontrol diri ini maka pecandu dapat dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu golongan pecandu aktif, dimana dalam golongan ini seorang pecandu telah memiliki kontrol diri yang kuat terhadap kondisi kecanduannya (kondisi clean and sober); golongan pecandu pasif, merupakan golongan pecandu yang belum memiliki kontrol diri terhadap kondisi kecanduannya; dan golongan pecandu aktif-pasif, dimana dalam golongan ini seorang pecandu di satu sisi telah memiliki suatu kontrol diri akan tetapi kontrol diri yang dimiliki masih rendah sehingga belum bisa mempengaruhi perilakunya untuk menjauhi napza, sedang di sisi yang lain telah menyadari akan tuntutan lingkungan untuk menghilangkan kondisi kecanduannya. 8. Terdapat perbedaan kondisi sugesti yang dirasakan pada seorang pecandu dimana untuk golongan pecandu aktif dan aktif-pasif akan merasakan efek secara fisik dari sugesti dimana hal tersebut tidak dirasakan oleh golongan pecandu pasif yang lebih merasakan efek psikis dari sugesti
Saran – Saran Beberapa saran dapat peneliti ungkapkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, antara lain : 1. Bagi Pecandu Bagi para pecandu aktif , agar segera menyadari dan menghentikan perilaku menggunakan napza. Diharapkan para pecandu bisa menyadari bahwa sugesti sangat berpengaruh pada kondisi kesembuhan akan ketergantungan. Bagi individu yang mempunyai keinginan untuk menyelesaikan
permasalahan
ketergantungan napza (memutuskan untuk berhenti) untuk segera mencari cara untuk menekan atau mengalihkan rasa sugesti ini. 2. Bagi Masyarakat atau Orang di sekitar Pecandu Masyarakat di sekitar atau orang yang berada di sekitar pecandu diharapkan mendukung setiap perubahan yang terjadi pada diri seorang pecandu. Diharapkan masyarakat ataupun orang yang hidup disekitar pecandu bisa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses menuju kesembuhan dari seorang pecandu. Lingkungan kondusif ini diperlukan juga untuk bisa mempertahankan kontrol diri yang telah ada pada diri seorang pecandu. Bagi mayarakat harus mulai menganggap bahwa permasalahan ketergantungan napza ini adalah masalah kita bersama, bukan sekedar masalah salah satu individu atau golongan. Keberhasilan proses kesembuhan dari diri seorang pecandu ditentukan oleh pecandu itu sendiri dan kepedulian lingkungan di sekitar pecandu. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengambil topik yang sejenis diharapkan untuk meneliti lebih mendalam tentang sugesti yang terjadi dikalangan para pecandu wanita mengingat subjek penelitan yang dilakukan saat ini adalah pada kelompok pecandu pria. Penelitian sejenis juga sebaiknya dilakukan pada kelompok pecandu di suatu institusi pemulihan (rehabilitasi) untuk melihat respon perilaku terhadap munculnya sugesti. Bagi peneliti yang mengambil subjek pecandu yang masih aktif menggunakan napza agar memperhatikan kondisi subjek penelitian. Kondisi ini menjadi sangat penting dikarenakan akan mempengaruhi jawaban yang akan diberikan. Diajurkan untuk melakukan wawancara ketika kondisi subjek berada pada kondisi normal. Kedekatan secara emosional akan menjadi suatu kunci dalam melakukan penggalian informasi yang dibutuhkan Perlu diperhatikan pula untuk melakukan penyamaan persepsi tentang hal-hal yang akan digali dari diri seorang pecandu sehingga tidak terjadi suatu kesalahan komunikasi yang akan berimbas pada pengolahan data. Bagi penelitian selanjutnya dengan desain sejenis untuk mendasarkan kredibilitas tidak hanya dari segi validitas akan tetapi juga dari segi reliabilitas penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Narkotika Nasional. 2003. Perkembangan NAPZA di Indonesia. Jakarta Franken, R.E. 2002. Human Wadsworth/Thomson Learning
Motivation
5th
edition.
California:
Gordon, J. 1999. Anda Curiga Dia Memakai NAPZA. Bogor : Yayasan KITA Hawari, D. 2004. Al-Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa
--------------. 2003. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Cetakan kelima. Jakarta: Gaya Baru --------------. 2002. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi NAZA. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Kellerman, L. (Tanpa Tahun). A Guide for the Family of the Alcoholic. Virginia Beach: Al-Anon Family Group Headquarters, Inc. USA Martin, G & Pear, J. 2003. Behavior Modification: What It Is and Hoe To Do It. Seventh Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. McKim, W.A. 2003. Drugs and Behavior : An Introduction to Behavior Pharmacology. Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Patilima, H. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Patten, M.L. 2000. Understanding Research Methods. America: Pyrczak Publishing Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3): Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Anonim. 1999. Narcotics Anonymous. Bogor: Yayasan KITA Gordis, E. 2000. Craving Research: Implications for http://www.niaaa.nih.gov/publications/aa06.htm.31/3/2005
Treatment.
Hidayat, L. 2003. Sugesti NAPZA Berlangsung Seumur Hidup. Harian Kedaulatan Rakyat. Minggu, 14/12/2003. Hal 17. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat. Subhan, H.M. 2003. Pecandu dan Yang Dibutuhkan. Harian Kedaulatan Rakyat. Selasa, 24/07/2003. Hal 10. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat