1
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN CURIOSITY DAN MINAT MEMBACA PADA MAHASISWA PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
oleh: GALUH RATNA DEWI UTAMI SUKARTI Rr INDAH RIA SULISTYARINI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
2
HUBUNGAN CURIOSITY DENGAN MINAT MEMBACA PADA MAHASISWA JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Galuh Ratna Dewi Utami Sukarti RR. Indah Ria
INTISARI Tinggi atau rendahnya minat membaca suatu bangsa dapat dijadikan suatu indikator kualitas bangsa tersebut, dan yang paling bertanggung jawab menaikkan rating membaca adalah golongan educated, diantaranya adalah mahasiswa. Minat membaca, tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ada banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah curiosity (rasa ingin tahu). Curiosity merupakan motivasi paling mendasar dalam diri seseorang untuk belajar atau melakukan sesuatu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara curiosity dengan minat membaca pada mahasiswa Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. Dugaan awal yang yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara curiosity dengan minat membaca. Semakin tinggi curiosity pada diri seseorang, semakin tinggi minat membacanya. Sebaliknya semakin rendah curiosity pada diri seseorang semakin rendah minat membacanya. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, semester 2 atau angkatam 2005. Adapun skala minat membaca yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek yang diambil dari teori Pintrich dan Schunk (1996), Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) dan Hurlock (1978), sedangkan skala curiosity yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek yang dimbil dari teori Kashdan (Peterson dan Seligman, 2004), Maw dan Maw (Hurlock, 1978) dan Kashdan dan Robert (Peterson dan Seligman, 2004). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,00 untuk menguji apakah ada hubungan antara curiosity dengan minat membaca. Korelasi product moment pearson menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.677 dengan p = 0.000 atau p < 0.05 yang artinya ada hubungan positif antara curiosity dengan minat membaca, jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci : Minat Membaca, Curiosity
3
I.
Pengantar
Data World Bank di dalam salah satu laporan pendidikannya, "Education in Indonesia - From Crisis to Recovery" tahun 1998 melukiskan begitu rendahnya kemampuan membaca anak-anak Indonesia. Dengan mengutip hasil studi dari Vincent Greanary, dilukiskan siswa-siswa kelas enam SD Indonesia dengan nilai 51,7 berada di urutan paling akhir setelah Filipina (52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0) dan Hongkong (75,5). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa kita memang paling buruk dibandingkan siswa dari negara-negara lainnya. (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0304/23/0801). Dijelaskan juga dalam artikel tersebut bahwa kebiasaan membaca pada masyarakat umum juga rendah. Secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan membaca menjadi salah satu indikator kualitas bangsa. Angka melek huruf (literacy rate) di Indonesia relatif belum tinggi, yaitu 88 persen. Di negara maju seperti Jepang angkanya sudah mencapai 99 persen. Sebagian dari penduduk yang tidak memiliki kebiasaan membaca secara memadai sangat berpotensi untuk mengurangi angka melek huruf tersebut. Oleh UNDP, United Nations Development Programme, angka melek huruf telah dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kualitas bangsa. Tinggi rendahnya angka melek huruf menentukan tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia atau HDI, human development index; dan tinggi rendahnya HDI menentukan kualitas bangsa.
4
Publikasi UNDP yang terakhir, "Human Development Report 2003", Indonesia ditempatkan diperingkat 112 dari 174 negara dalam hal kualitas bangsa. Di dalam daftar ini Indonesia di bawah Vietnam (109), Thailand (74), Malaysia (58), dan Brunei Darussalam (31). Jelas sekali bahwa kualitas bangsa Indonesia masih belum maksimal dan lebih rendah dibanding bangsa Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Brunei. Belum maksimalnya kualitas bangsa ini antara lain disebabkan belum maksimalnya
angka
melek
huruf
kita
(http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0304/23/0801). Sungguh hal yang sangat ironis sekali, ditengah era globalisasi yang menuntut setiap manusia untuk dapat mengikuti setiap perkembangan Ilmu Pengetahuan, bangsa kita sebagai negara berkembang masih saja ada yang buta huruf. Ketika buta huruf, tentu saja tidak mampu membaca, tidak dapat membaca sama saja menutup akses dengan peradaban maju. Membaca dapat dikatakan sebagai salahsatu kebutuhan pokok dan mendasar yang harus dikuasai setiap orang, salah satu faktor yang membuat orang membaca dikatakan Chall & Manston (Salindri, 1996) adalah minat, karena minat adalah motivator yang kuat, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Hurlock (1993) bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan. Menurut Amin (2005), pihak yang paling bertanggung jawab meningkatkan minat membaca adalah golongan educated (pelajar, mahasiswa, dosen, guru dan golongan mapan). Golongan educated yang mempunyai peluang besar untuk melakukan perubahan, yang akan menjadi sarana pentransformasian diri yang
5
diharapkan dapat menularkannya kepada masyarakat dan bangsa dalam skala besar. (www.fajar.co.id/news.php?newsid=6025). Mahasiswa tentu saja termasuk dalam golongan educated tersebut, sehingga mahasiswa bertanggung jawab untuk menaikkan rating minat membaca. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk memiliki minat membaca yang tinggi. Seseorang dikatakan memiliki minat membaca apabila ada ciri-ciri sebagai berikut : memiliki sikap umum yang positif terhadap aktivitas membaca, memiliki pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas membaca, merasa senang dengan aktivitas membaca, mendatangkan kepuasan pribadi ketika melakukan aktifitas membaca, membaca mempunyai memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting, memperoleh manfaat ketika melakukan aktifitas membaca, bersifat menetap dengan kata lain tidak bersifat sementara saja dan melakukannya berulang-ulang . Minat membaca tidak terbentuk dengan sendirinya, banyak faktor yang mempengaruhinya. Chauhan (1978) menyebutkan perkembangan fisik, perbedaan sex, lingkungan dan status sosial ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi minat, sementara itu menurut Elliot dkk (2000) yang menjelaskan bahwa untuk dapat memperoleh minat siswa dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah stimulus yaitu dengan strategi yang berorientasi curiosity atau teknik mengembangkan dan memfasilitasi
curiosity
siswa,
dengan
demikian
untuk
memperoleh
dan
menumbuhkan minat membaca pada siswa diperlukan adanya pengembangan dan pemfasilitasan curiosity. Pendapat Elliot dkk diperkuat oleh pendapat Smith &
6
Dechant (1961) bahwa curiosity dan gejala untuk bereksplorasi akan membuat seseorang memperoleh minat, termasuk minat membaca. Curiosity merupakan motivasi fundamental dari semua yang tampak dipermukaan. Curiosity meliputi pengenalan aktif, pencarian dan peraturan dalam salah satu pengalaman dalam merespon pada kesempatan tantangan. Seseorang dengan kadar curiosity yang kuat memiliki keuntungan khusus dalam hidup dikarenakan perhatiannya tidak tetap, selalu dengan ide-ide dan objek yang baru, kesenangan, eksplorasi dan integrasi keperkembangan diri hal tersebut diungkapkan oleh Kashdan (Peterson dan Seligman, 2004). McDougall (Petry & Goven, 2004) mengemukakan bahwa curiosity menuntut pemuasan, dan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang pemuasan naluri curiosity juga akan berubah, pada orang dewasa pemuasan curiosity dengan membaca. Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca, merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu, membaca
dapat
digunakan
untuk
membangun
kosep,
mengembangkan
perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan. Ketika proses membaca telah dapat memuaskan naluri curiosity maka yang terjadi adalah rasa senang, dan ada keinginan kuat untuk mengulanginya lagi, sehingga mulailah terbentuknya minat.
7
Minat membaca merupakan aktifitas yang sifatnya menentap (Hurlock, 1978) dan dilakukan kembali secara berulang-ulang (Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996)). Seperti yang sudah dijabarkan diatas, bahwa aktivitas membaca merupakan proses transmisi pikiran, mengembangkan intelektualitas dan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning), sehingga jelaslah bahwa hal-hal tersebut terangkum dalam sebuah aktivitas membaca yang dapat menjadi salah satu pemuasan curiosity. Tidak akan selesai sampai disitu, sebab Sutton & Smith dkk (1973) menyebutkan bahwa curiosity dapat menjadi dorongan untuk belajar lebih banyak dan bereksplorasi lebih jauh, sehingga curiosity merupakan stimultan yang sifatnya senantiasa berkembang dan tidak mengalami stagnasi, diperkuat oleh Kashdan (Peterson & Seligman, 2004) pemuasan naluri curiosity akan dapat menghantarkan pada curiosity lebih lanjut. Semakin tinggi curiosity pada diri seseorang maka akan semakin tinggi pula minat membacanya, dan semakin tinggi minat membaca seseorang maka seseorang tersebut akan memiliki curiosity yang lebih tinggi lagi dan seterusnya. Mempertimbangkan semua hal yang telah dijabarkan diatas, tergambar jelas bahwa seharusnya curiosity dapat mempengaruhi minat membaca. Akan tetapi hal tersebut belum dapat dibuktikan, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara curiosity dengan minat membaca.
II.
Metode Penelitian
8
A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: Variabel Tergantung
: Minat Membaca
Variabel Bebas
: Curiosity
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia yang masih aktif dalam perkuliahan.
C. Metode Pengambilan Data Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala. Skala yang digunakan adalah: 1. Skala Minat Membaca. Disusun berdasarkan kesimpulan dari teori yang dikemukakan oleh Pintrich dan Schunk (1996), Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) dan Hurlock (1978), terdiri atas 59 aitem. Adapun komponen-komponennya sebagai berikut : a. Sikap umum terhadap aktivitas membaca terdiri atas enam aitem. b. Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas membaca terdiri dari enam aitem. c. Merasa senang dengan aktivitas membaca terdiri dari dua belas aitem.
9
d. Mendatangkan kepuasan pribadi ketika melakukan aktifitas membaca terdiri dari dua aitem. e. Membaca mempunyai memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting bagi seseorang terdiri dari enam aitem. f. Memperoleh manfaat ketika melakukan aktifitas membaca terdiri dari sembilan aitem. g. Bersifat menetap dengan kata lain tidak bersifat sementara saja terdiri dari dua belas aitem. h. Melakukan aktifitas membaca secara berulang-ulang terdiri dari enam aitem. 2. Skala Curiosity Disusun berdasarkan kesimpulan dari teori yang dikemukakan oleh Kashdan (Peterson dan Seligman, 2004), Maw dan Maw (Hurlock, 1978) dan Kashdan dan Robert (Peterson dan Seligman, 2004) terdiri atas 70 aitem, adapun komponenkomponennya adalah: a. Novelty – seeking, yang terdiri dari dua puluh tiga aitem. b. Daya ekplorasi yang terdiri dari sembilan aitem. c. Specific curiosity (information seeking) yang terdiri dari dua puluh sembilan aitem. d. Flow (deep absorption in activities) terdiri dari sembilan aitem. Untuk masing-masing aitem, subjek menilai dirinya sendiri dengan tingkat alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang diberikan yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai terhadap pernyataan yang diberikan. Pemberian
10
skor untuk masing-masing aitem ditentukan oleh pilihan jawaban subjek. Pilihan jawaban aitem terdiri dari rentang 4 sampai 1, dari sangat sesuai (4) sampai sangat tidak sesuai (1) untuk pernyataan favourable dan dari sangat sesuai (1) sampai sangat tidak sesuai (4) untuk pernyataan unfavourable.
D. Alat Ukur 1. Skala Minat Membaca disusun berdasarkan teori Pintrich dan Schunk (1996), Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) dan Hurlock (1978). 2. Skala Curiosity disusun berdasarkan teori Kashdan (Peterson dan Seligman, 2004), Maw dan Maw (Hurlock, 1978) dan Kashdan dan Robert (Peterson dan Seligman, 2004).
E. Metode Analisis Data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan program komputer SPSS 12.00. Alasan menggunakan product moment adalah karena penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti dan dianalisis.
III.
Hasil Penelitian
A. Deskripsi data penelitian
11
Seratus sebelas mahasiswa yang diambil sebagai subjek adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia yang masih aktif dalam perkuliahan. Untuk memperoleh gambaran umum mengenai data penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi data berisikan fungsi-fungsi statistik dasar yang disajikan secara lengkap pada tabel berikut. N Statistik Curiosity Minat membaca Valid N (listwise)
106 106 106
Minimum Maksimum Mean Statistik Statistik statistik Std. Error 81 135 101.35 .973 60 121 87.60 1.106
Std. Statistik 10.014 11.384
Berdasarkan deskripsi datapenelitian diatas dapat dilihat skor yang diperoleh untuk variabel curiosity skor hipotetik minimal adalah 81, dengan skor maksimal 135, skor mean hipotetik 101.35 dan deviasi standar 10.014. variabel minat membaca skor hipotetik minimal adalah 60, dengan skor maksimal 121, skor mean hipotetik 87.60 dan deviasi standar 11.384.
B. Uji Asumsi Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data dari masing-masing variabel didistribusikan normal atau tidak. Uji normalitas dengan menggunakan
12
teknik one-sample Kolgomorov-Smirnov. Nilai asymp.sig variabel curiosity adalah p = 0.311 ; atau p > 0.05. Pada variabel minat membaca taraf asymp.sig adalah p = 0.490 ; atau p > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran skor skala curiosity dan minat membaca adalah normal. Berikut akan penulis sajikan secara lengkap dalam tabel. Uji normalitas Curiosity N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Minat membaca
Mean
106 101.35
106 87.60
Std. Deviation Absolute
10.014 .094
11.384 .081
.094 -.052 .963 .311
.081 -.058 .834 .490
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
b. Uji linearitas Uji lineritas ini dilakukan untuk mengetahui linearitas skor pada variabel curiosity dan minat membaca pada mahasiswa Psikologi. Hasil uji linearity ini diketahui bahwa antara curiosity dan minat membaca pada mahasiswa Psikologi, diperoleh F sebesar 88.232, dengan Sig. sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel ini adalah linear.
C. Uji Hipotesis
13
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment pearson dari progran SPSS 12.00 for windows dan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.677 dengan p = 0.000 atau p < 0.05 yang artinya ada hubungan positif antara curiosity dengan minat membaca.
IV.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 0.677 dengan p = 0.000 atau p < 0.05. Keadaan ini menunjukkan ada hubungan yang positif antara curiosity dan minat membaca pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Hal ini berarti semakin tinggi curiosity semakin tinggi minat membaca pada mahasiswa. Minat membaca bukan sesuatu hal yang dapat berdiri sendiri ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya minat minat membaca, hal ini telah dibuktikan oleh beberapa penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Narita (2005) bahwa minat membaca berkorelasi postif dengan dukungan sosial dan status sosial ekonomi orang tua, dan penelitian yang telah dilakukan oleh Ginting (2003,
www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/04/017-035.pdf)
bahwa
penguatan
(reinforcement) membaca dan fasilitas lingkungan sekolah berkolerasi positif dengan minat membaca. Selain faktor-faktor tersebut, masih ada faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap terbentuknya minat membaca pada seseorang.
14
Elliot dkk (2000) telah menjelaskan bahwa dalam memelihara minat, termasuk minat membaca diperlukan adanya stimulus yang dapat memfasilitasi dan mengembangkan curiosity, karena curiosity merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi tumbuh tembangnya minat membaca. Smith & Dechant (1961) menjelaskan juga bahwa minat membaca dapat terbentuk dari kesiapan seorang anak ketika akan belajar membaca, dan agar seorang anak siap belajar dibutuhkan kesiapan secara psikologis, dapat berupa pengahargaan dari lingkungan, dan membangun curiosity mereka, sehingga dorongan dan hasrat untuk belajar membaca terbentuk. Smith dan Dechant (1961) menjelaskan lebih jauh stimulus curiosity yang diberikan haruslah membuat anak merasa tidak mudah berpuas diri atau merasa cukup puas dengan yang dipelajarinya, sehingga dalam perkembangan pembelajaran diperoleh kekuatan yang positif berupa sebuah minat. Dalam desertasinya, Reio (1997) menyebutkan banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa curiosity berperan besar dalam proses pembelajaran seseorang, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Tough, Likewise, Carp, Peterson an Roelfs yang menyebutkan bahwa alasan yang sangat penting untuk belajar adalah memuaskan curiosity. Curiosity merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran seseorang, karena seseorang yang memiliki novelty-seeking yang tinggi akan senantiasa mencari pengalaman dan hal-hal baru baru, tentu saja akan mendorong seseorang untuk mendapatkan dengan cara yang relatif mudah dan cepat yaitu dengan membaca. Keinginan kuat untuk berekplorasi juga akan menuntut seseorang untuk
15
memiliki banyak referensi, sehingga hal tersebut akan memacu seseorang untuk banyak membaca. Seseorang yang memiliki specific curiosity atau information seeking yang tinggi, akan sangat memungkinkan untuk membuat seseorang membaca banyak buku, agar memperoleh ide-ide baru dan memiliki orientasi terhadap masa depan. Ketika kesemuanya sudah menjadi pola dan kebiasaan, maka akan timbul perasaan senang, maka akan terbentuklah minat membaca, sehingga ketika seseorang melakukan aktifitas membaca yang terjadi kemudian adalah flow yaitu penghayatan yang sangat mendalam terhadap aktifitas membaca. Curiosity dan minat membaca, keduanya merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran yang harus dimiliki oleh semua orang, terutama kalangan mahasiswa Psikologi, yang idealnya memiliki curiosity yang tinggi yang akan mendorong seseorang untuk memiliki minat membaca. Terbukti bahwa sumbangan efektif yang diberikan oleh curiosity terhadap minat membaca, dapat dikatakan besar. Hal tersebut dapat dilihat dari R Square = 0.454, yang artinya pengaruh curiosity terhadap minat membaca adalah sebesar 45.4%. Selain untuk mempengaruhi minat membaca curiosity yang tinggi juga penting untuk menumbuhkan minat yang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Sutton & Smith (1973) bahwa curiosity dapat menjadi dorongan untuk belajar lebih banyak dan bereksplorasi lebih jauh, sehingga curiosity merupakan stimultan yang sifatnya senantiasa berkembang dan tidak mengalami stagnasi, pendapat ini diperkuat oleh
16
Kashdan (Peterson & Seligman, 2004) bahwa pemuasan naluri curiosity akan dapat menghantarkan pada curiosity lebih lanjut. Semakin tinggi curiosity pada diri seseorang maka akan semakin tinggi pula minat membacanya, dan semakin tinggi minat membaca seseorang maka seseorang tersebut akan memiliki curiosity yang lebih tinggi lagi dan bukan tidak mungkin menimbulkan minat dibidang lain.
V.
Kesimpulan
Tinggi atau rendahnya minat membaca pada mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
menyimpulkan bahwa curiosity adalah hal yang sangat penting dan berpengaruh dalam terbentuknya minat membaca. Hal tersebut berarti curiosity berpengaruh dalam keberhasilan membentuk minat membaca. Hubungan antara curiosity dengan minat membaca pada mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia telah terbukti, sehingga jika mahasiswa memiliki curiosity yang tinggi maka akan memiliki minat membaca yang tinggi
VI.
Saran
Penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Saran kepada subjek penelitian
17
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa ada hubungan positif antara curiosity dengan minat membaca pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Telah jelas bahwa sebagai seseorang yang sedang mempelajari psikologi, mahasiswa dituntut untuk memiliki banyak referensi bacaan yang akan memperkaya pengetahuan mengenai karakteristik manusia sehingga dapat menganalisa setiap pemasalahan dengan tepat. Untuk dapat mengasah minat membaca, perkuatlah curiosity (rasa ingin tahu), dan curiosity tersebut harus segera dipuaskan dengan jalan membaca, sehingga ketika hal tersebut berlangsung konsisten, maka sosok mahasiswa yang mempunyai minat yang tinggi terhadap aktifitas membaca dapat tercapai, serta tidak menutup kemungkinan akan didapati minat-minat yang lainnya.
2. Saran kepada Dosen Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Peneliti menyarankan kepada dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia untuk lebih dapat menunbuhkan minat membaca mahasiswa, diharapkan para dosen dapat memberikan stimulus-stimulus yang lebih dapat memancing curiosity (rasa ingin tahu) pada setiap mahasiswa Fakultas Psikologi. Stimulus curiosity yang diberikan haruslah tidak membuat mahasiswa cepat merasa puas.
3. Saran kepada peneliti selanjutnya.
18
Para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh mengenai curiosity atau minat membaca, peneliti menyarankan untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain: a. Variabel curiosity dikaitkan dengan variabel lainnya misalnya saja hubungan interpersonal, daya kreatifitas atau pada bidang-bidang klinis, karena penelitian mengenai curiosity masih sangat terbatas. b. Meneliti hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi curiosity pada diri seseorang, mengingat curiosity merupakan sumbu dari lilin pengetahuan. c. Untuk variabel minat membaca dapat dibuat dalam bentuk ekperimen, sehingga ada pelatihan menumbuhkan minat membaca. d. Terus melakukan penyempurnaan alat ukur yang telah digunakan oleh peneliti. e. Dapat mengontrol variabel lainnya, misalnya saja jenis kelamin, tipe kepribadian dan lain-lainnya.