NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KELELAHAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA KARYAWAN PT. KPI (KUALA PELABUHAN INDONESIA) TIMIKA, PAPUA
Oleh : Danny Ariefyana Putra Moch. Bachtiar
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KELELAHAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA KARYAWAN PT. KPI (KUALA PELABUHAN INDONESIA) TIMIKA, PAPUA
Telah Disetujui Pada Tanggal
----------------------
Dosen Pembimbing Utama
(Drs. M.Bachtiar., MM)
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KELELAHAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA KARYAWAN PT. KPI (KUALA PELABUHAN INDONESIA) TIMIKA, PAPUA Danny Ariefyana Putra Moch. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja pada karyawan. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja pada karyawan. Semakin tinggi persepsi kelelahan kerja maka semakin rendah stress kerja karyawan. Sebaliknya semakin rendah persepsi kelelahan kerja maka semakin tinggi stress kerja karyawan. Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia) Timika, Papua yang bekerja sebagai operator/pengemudi. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala persepsi kelelahan kerja yang berjumlah 18 aitem dengan modifikasi alat ukur dari Subjective Self Rating Test (Tarwaka dkk, 2004) dan skala stress kerja yang berjumlah 30 aitem mengacu pada indikator stress kerja dari Cartwright et.al. (Tarwaka dkk, 2004). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS Versi 12,0 for windows untuk menguji apakah ada hubungan antara persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja pada karyawan PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia) Kawulawaga, Timika, Papua. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar rxy = - 0,884 dan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja pada karyawan PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia). Jadi hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Kata kunci: Persepsi Kelelahan Kerja, Stress Kerja.
PENGANTAR
Perusahaan saat ini dalam menghadapi era perdagangan bebas dituntut untuk dapat selalu meningkatkan daya saingnya agar dapat tangguh menghadapi persaingan. Dalam kaitan tersebut, diperlukan kemampuan pengelolaan Sumber Daya Perusahaan secara efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahaan. Untuk menumbuhkan wawasan bagaimana seharusnya pengelolaan perusahaan itu dilakukan dengan baik, dapat melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan produktivitas tenaga kerja perusahaan dapat meningkat apabila kondisi dan suasana/kondisi kerja mendukung. Tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik dan efisien bila padanya diberikan kenyamanan kerja artinya terhindar dari keletihan kerja (keletihan anatomis tubuh, visual, pendengaran, fikiran) dan rutinitas kerja. Apabila ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, dan bising, tentu dapat mengurangi kenyamanan kerja karyawan. Kondisi kerja yang kurang baik dapat berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, dan menimbulkan kelelahan kerja (kelelahan psikis dan kelelahan fisik), mudah stress dalam pekerjaan. Pekerja yang kemampuan dipacu terus tetapi tidak diimbangi perhatian yang optimal pada sisi keterbatasannya dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pekerja dan pekerjaannya. Manusia tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan, dan segala keterbatasannya. Akibatnya pekerja cepat lelah. Kelelahan dipercepat
dengan peralatan kerja yang tidak tepat dengan pemakainya sehingga tidak bisa bekerja secara alamiah dan optimal. Bila hal ini berlangsung terus tanpa ada penyesuaian maka dapat berakibat pada stress kerja. Tarwaka dkk (2004), menyebutkan resiko yang dapat terjadi karena kelelahan kerja adalah stress akibat kerja. Peralatan kerja yang tidak tepat, ruang kerja yang tidak nyaman, suasana kerja yang tidak kondusif, interaksi sosial yang tidak sehat di pekerjaan merupakan sebagian aspek stimulus terjadinya stress kerja. Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan dengan pekerjaan mereka. Aspek stimulus stress di pekerjaan merupakan pembangkit stress yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya, cepat lelahnya, jatuh sakitnya, terjadinya kecelakaan seseorang pekerja yang sedang bekerja. Pengelola perusahaan sebaiknya mengetahui penerapan ilmu ergonomi. Ergonomi adalah suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa terpengaruh buruk dari pekerjaannya (Tarwaka dkk, 2004). Tenaga kerja dalam interaksinya di pekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksinya di tempat lain, di rumah, di perkumpulan organisasi sosial, politik dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress kerja karena kombinasi stressors (Handoko, 1992).
Sumber kontribusi terbesar terjadinya stress kerja adalah waktu pekerja itu sedang bekerja. Pembangkit stress di pekerjaan merupakan pembangkit stress yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja (Munandar, 2001). Penyebab timbulnya stress dari dalam biasanya disebabkan tekanan dari luar yang tidak diharapkan dari dalam diri seseorang atau dalam diri seseorang tidak mampu menyesuaikan tekanan dari luar. Bila orang tidak mampu mengatasi maka di dalam dirinya timbul ketidak seimbangan jiwa. Bila tekanan ini berlangsung terus menerus atau berkali-kali dan dirinya tetap tidak bisa atau tidak mampu mengatasi maka timbul stress. Stress mempunyai beberapa pengertian sesuai dengan sudut pandang berbeda yang dapat dimaknai dari beberapa bidang keilmuan. Herdjan (Tarwaka dkk, 2004) menguraikan stress kerja digambarkan sebagai suatu kekuatan yang mencekam dan muncul dalam diri seseorang sebagai akibat ia mengalami kesulitan
dalam
menyesuaikan
diri.
Mendelson
(Tarwaka
dkk,
2004)
mendefinisikan stress kerja merupakan suatu ketidak mampuan pekerja untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam kerja. Anoraga (2005) mendifinisikan stress kerja sebagai suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungan yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Munandar (2001), merumuskan bahwa stress merupakan suatu kondisi yang negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik ataupun mental, atau mengarah ke perilaku yang tidak wajar. Handoko (1992) mendefinisikan stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Setiap orang mempunyai perbedaan penyebab terjadinya stress baik jenisnya, intensitasnya, maupun frekuensinya. Terjadinya stress pada seseorang tergantung pula dengan sifat dan karakteristik/kepribadian seseorang. Setiap orang juga mempunyai perbedaan dalam memulihkan kondisi dari situasi stress (Handoko, 1992). Hal ini disebabkan karena setiap orang adalah khas dan unik sebagai makhluk multi dimensi. Cartwright et al (1995) dalam Tarwaka dkk (2004) memilah-memilah stress akibat kerja, yaitu: a. Intrinsik pekerjaan. Intrinsik pekerjaan mempunyai potensial menjadi stimulus terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental pekerja. Keadaan tersebut meliputi; kurang nyaman dengan peralatan kerja yang digunakan, susah beradaptasi dengan pekerjaan baru, bekerja dengan resiko kerja yang tinggi, lingkungan kerja yang bising. b. Hubungan kerja. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja. c. Pengembangan karier. Tidak mendapatkan promosi kerja, tidak dapat meningkatkan prestasi kerja, cemas dengan mutasi kerja, tidak aman melakukan aktifitas kerja.
d. Struktur organisasi dan suasana kerja. Mempunyai suasana kerja yang tidak kondusif, komunikasi yang tidak lancar, keluhan karyawan tidak ditanggapi perusahaan, tidak nyaman dengan posisi kerja. e. di luar pekerjaan. Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan merupakan tanda-tanda adanya stress pada karyawan. Kejadian akibat kelelahan kerja dapat mengakibatkan stress kerja, beberapa contoh yaitu; Chusnaini (1996) mengutip Watkins dkk (1950), Operator telepon yang menjawab 225 panggilan per jam atau 3,5 panggilan per menit; Karyawan pabrik sepatu sebuah perusahaan yang membuat 48.000 alas sepatu per hari. Kementrian tenaga kerja Jepang mengadakan penelitian tentang derajat kesehatan para pekerja pada tahun 1992. Penelitian dilakukan terhadap 12.000 perusahaan dengan melibatkan sekitar 16.000 responden yang dipilih secara acak. Hasil dari penelitian itu adalah 65% pekerja mengeluhkan tentang kelelahan fisik akibat kerja rutin, 48% mengeluhkan tentang kelelahan mental, 57% mengalami stress dan merasa tersisihkan. Kesimpulan lebih lanjut hasil penelitian itu ialah tentang penyebab utama terjadinya stress karena kondisi tempat kerja yang tidak menyenangkan (Deutche Welle, 2006). Tarwaka dkk (2004) menyebutkan bahwa resiko yang dapat terjadi akibat kelelahan kerja adalah stress akibat kerja. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut. Oleh karena itu bila terjadi kelelahan maka tubuh harus diistirahatkan agar terjadi
pemulihan kembali setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Anoraga (2005), kelelahan merupakan ungkapan perasaan tidak enak secara umum, suatu perasaan kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai yang menguras seluruh minat dan tenaga. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan bagi setiap orang lebih bersifat subjektif karena terkait dengan perasaan. Subjective Self Rating Test yang berasal dari Industrial Fatigue Research Commettee (IFRC) Jepang (Tarwaka dkk, 2004) merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif pada seseorang. Berikut ini akan diuraikan gejala kelelahan kerja yang terdiri dari tiga aspek (pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan gambaran kelelahan fisik). 1. Aspek pelemahan kegiatan terdiri dari 10 indikator yaitu: perasaan berat dikepala, lelah seluruh badan, berat dikaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, dan ingin berbaring. 2. Aspek pelemahan motivasi terdiri dari 10 indikator yaitu: susah berpikir, lelah untuk bicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, dan tidak tekun dalam pekerjaan. 3. Aspek gambaran kelelahan fisik yang terdiri dari 10 indikator yaitu: sakit dikepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak,
merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat. Anoraga (2005), kelelahan merupakan ungkapan perasaan tidak enak secara umum, suatu perasaan kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai yang menguras seluruh minat dan tenaga. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Stress akibat kerja dapat terjadi kapan saja dalam lingkungan organisasi kerja dan dapat menimpa siapa saja dengan berbagai resiko dari stress yang paling sederhana seperti kejenuhan dan kepenatan sampai yang akut misalnya terjadi gangguan kesehatan baik secara fisik maupun mental.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah para karyawan yang bekerja sebagai driver/operator di PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia) di Kawulawaga, Timika, Papua dengan kriteria yaitu berusia antara 20-55 tahun,warga negara Indonesia.. Pengambilan sampel dengan sistem random yang besarnya 20 % dari populasi.
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan skala untuk mengungkap setiap variabelnya. Skala dalam penelitian yaitu Skala Persepsi Kelelahan Kerja dan Skala Stress
Kerja. Skala persepsi kelelahan kerja ini mengadopsi alat test berupa Subjective Self Rating Test (dalam Tarwaka dkk, 2004) berdasarkan 3 indikator: pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan gambaran kelelahan fisik. Skala Stress Kerja mengacu pada indikator stress kerja dari Cartwright et.al. (Tarwaka dkk, 2004) yaitu: intrisik pekerjaan, hubungan kerja, pengembangan karier, struktur organisasi/ suasana kerja, dan di luar pekerjaan
Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan adalah korelasi productmoment dari Pearson. Model korelasi ini dapat mengungkap kebenaran hipotesis yang memang mencari hubungan antara dua buah variabel, hipotesis penelitian ini adalah: ada hubungan antara persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja karyawan. Korelasi product-moment memiliki persyaratan bahwa kedua variabel bersifat kontinum, serta harus memenuhi asumsi linieritas dan normalitas. Pengolahan dilakukan dengan komputer program SPSS 12 for Windows.
HASIL PENELITIAN 1. Dskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah karyawan PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia), departemen Road and Transport Division, dengan section di dalamnya (Bus Highland, Bus Lowland, Levee Construction, Construction and Road maintenance Highland, Construction and
Road Maintenance Lowland, Cargo Transport Highland, dan Cargo Transport Lowland). Bekerja di bawah pengawasan supervisor, bekerja pada bagian lapangan, mengoperasikan alat, operator alat berat. Tabel 1 Deskripsi Subyek Penelitian Road and Transport Division Bus Highland Bus Lowland Levee Construction Construction and Road maintenance Highland Construction and Road Maintenance Lowland Cargo Transport Highland Cargo Transport Lowland Jumlah
Total Karyawan 100 41 95 59
Pengambilan data 20 10 12 12
58
16
74 29 456
20 7 97
2. Deskripsi Data Penelitian Gambaran data penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel deskripsi data penelitian di bawah ini : Tabel 2 Deskriptif Data Penelitian Hipotetik Min Mak µ s Min Skala 1 18 72 45 9 41 Skala 2 30 120 75 15 38 Catatan: µ = Rerata; s = Standar deviasi Variabel
Mak 53 74
Empirik µ 47 56
s 2 6
Untuk mengetahui kelompok individu dalam kategori yang berbeda, perlu dilakukan kategorisasi. Rumus norma kategorisasi adalah :
Tabel 3 Rumus Norma Kategorisasi No. Kategori Rumus Norma 1. Sangat Rendah X < (µ - 1,8s ) 2. Rendah (µ - 1,8s ) = X = (µ - 0,6s ) 3. Sedang (µ - 0,6s ) < X = (µ + 0,6s ) 4. Tinggi (µ + 0,6s ) < X = (µ + 1,8s ) 5. Sangat Tinggi X > (µ + 1,8s ) Catatan: X = skor, µ = mean hipotetik, dan s = standar deviasi hipotetik. Untuk skala persepsi kelelahan kerja, kategorisasinya sebagai berikut : Tabel 4 Deskripsi Kategori Subyek Penelitian (variabel Persepsi Kelelahan Kerja) Kategori Norma n Prosentase Sangat Tinggi X > 61,2 Tinggi 50,4 < X = 61,2 14 14,4 % Sedang 39,6 < X = 50,4 83 85,6 % Rendah 28,8 = X = 39,6 Sangat Rendah X < 28,8 -
Hasil pengolahan yang ditunjukan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan jumlah subyek yaitu 97 orang, rata-rata berada pada tingkat Sedang yaitu 85,6%, tinggi 14,4%. Sedangkan untuk kategori Sangat Tinggi, Rendah dan Sangat Rendah tidak ditemukan. Untuk skala stress kerja, kategorisasinya sebagai berikut : Tabel 9 Deskripsi Kategori Subyek Penelitian (variabel Stress Kerja) Kategori Norma N Sangat Tinggi X > 102 Tinggi 84 < X = 102 Sedang 66< X = 84 10 Rendah 48 = X = 66 84 Sangat Rendah X < 48 3
Prosentase 10,3 % 86,6 % 3,1 %
Hasil pengolahan yang ditunjukan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan jumlah subyek yaitu 97 orang, rata-rata berada pada tingkat Rendah
yaitu 86,6,1%, Sedang 10,3%, Sangat Rendah 3,1%. Sedangkan untuk kategori Sangat Tinggi dan Tinggi tidak ditemukan.
3. Uji Normalitas Uji normalitas ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test, dimana terlihat taraf signifikansinya lebih dari 0,05 atau p>0,05. Pada variabel persepsi kelelahan kerja signifikansinya 0,232 sedangkan variabel stress kerja signifikansinya 0,169, karena p>0,05 maka distribusi tes normal.
4. Uji Linieritas Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel Persepsi Kelelahan Kerja dengan Stress Kerja. Data dikatakan memiliki hubungan yang linier jika nilai p<0,01. Data yang diperoleh menunjukkan F = 29.831; p = 0.000 sehingga korelasi antara Persepsi Kelelahan Kerja dengan Stress Kerja linier.
5. Uji Hipotesis Correlations
persepsi kelelahan kerja persepsi kelelahan kerja
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
stress kerja
Pearson Correlation Sig. (1-tailed)
1 .
stress kerja -.884(**) .000
97 -.884(**)
97 1
.000 97
. 97
N ** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja sebesar r= 0,884 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara
persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja pada karyawan.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima.
PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat diartikan bahwa para karyawan memiliki semangat kerja yang tinggi dan memiliki persepsi yang positif mengenai kelelahan kerja sehingga secara otomatis mengalami sedikit/rendah tentang pelemahan kegiatan. Dapat diartikan bahwa karyawan jarang mengalami kelelahan seluruh badan, kaki tidak merasa berat, jarang mengalami gerakan yang canggung dan kaku, dan tidak ingin berbaring sewaktu bekerja (IFRC dalam Tarwaka dkk., 2004). Persepsi
merupakan
proses
pengorganisasian,
penginterpretasian
terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu (Walgito, 1999). Oleh karena itu kelelahan yang terjadi dipengaruhi keadaan dan kesiapan mental orang tersebut atas objek yang dihadapi. Kelelahan fisik juga dialami oleh karyawan yang memiliki persepsi positif mengenai kelelahan kerja. Mereka merasa ada beban dimata, merasa mengalami tremor pada anggota badan. Menurut (Tarwaka dkk., 2004)
pelemahan ini termasuk
pelemahan umum yang menurut teori kimia tentang terjadinya kelelahan akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot sehingga menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan hal ini menunjukkan semakin lelah kondisi otot karyawan. Karyawan yang mempunyai persepsi positif mengenai kelelahan kerja berarti bahwa karyawan tersebut tidak mengalami susah dalam berfikir, tetap bisa berkonsentrasi dan tetap dapat memusatkan perhatian, tidak mudah lupa dan kepercayaan diri tidak berkurang, dan selalu dapat mengontrol sikap serta tetap tekun dan sehat dalam menjalankan pekerjaannya. Kelelahan yang terjadi dalam tubuh seseorang diatur secara sentral oleh otak (Tarwaka dkk., 2004). Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tarwaka dkk (2004) menyebutkan bahwa resiko yang dapat terjadi akibat kelelahan kerja adalah stress akibat kerja. Selye (Munandar, 2001) mengungkapkan bahwa eustress yaitu stress yang merupakan kekuatan yang positif yang diperlukan bagi seseorang guna menghasilkan prestasi yang tinggi. Jadi untuk menghasilkan prestasi yang tinggi dibutuhkan tingkat stres kerja yang rendah dan untuk menghasilkan stress yang rendah diperlukan pemahaman persepsi positif mengenai kelelahan kerja dari pekerjaan yang ditanganinya. Munandar (2001), menjelaskan bahwa stress kerja dalam jumlah tertentu dapat mengarah ke gagasan-gagasan yang inovatif dan keluaran yang konstruktif. Sampai titik tertentu bekerja dengan tekanan batas waktu dapat merupakan proses
kreatif yang merangsang seseorang. Seorang yang bekerja pada tingkat optimal menunjukkan antisiasme, semangat yang tinggi, kejelasan dalam berfikir dan pertimbangan atau perhitungan yang cermat. Sementara itu Handoko (1992) mempertegas bahwa bila tidak ada stress kerja maka tantangan-tantangan kerja juga tidak ada sehingga prestasi kerja cenderung menurun. Tetapi bila stress kerja terlalu besar maka prestasi kerja juga akan menurun karena stress kerja dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan yang dihadapinya. Kelemahan dalam penelitian adalah alat ukur pada skala stress kerja kurang mengungkapkan stress kerja. Jadi untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk mengembangkan alat ukur stress kerja lebih lanjut agar dapat lebih mengungkapkan stress kerja pada karyawan, dan dapat mengungkap variabel lain yang dapat mempengaruhi stress kerja.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja pada karyawan PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia) Timika, Papua. Semakin tinggi/positif persepsi kelelahan kerja maka semakin rendah tingkat stress kerja karyawan.
SARAN
1. Kepada PT KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia) Diharapkan mampu mengkondisikan para karyawannya agar para karyawan tetap berada pada kondisi tingkat stress kerja yang rendah guna mempertahankan prestasi kerja yang selalu optimal. Sebab stress kerja yang rendah penting untuk memotivasi bekerja giat dan memacu prestasi. Diadakan pelatihan-pelatihan agar para karyawan memiliki persepsi positif yang tinggi mengenai kelelahan kerja atas tugas dan tanggung jawab yang diembannya. 2. Kepada Peneliti Lain Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian dengan tema yang sama dengan penelitian ini diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan mengungkap variabel-variabel lain yang dapat berpengaruh dan pada perusahaan lain yang populasinya lebih besar, sehingga tingkat reliabilitas dan validitasnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. (2005). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Atkinson, Smith & Bem. Pengantar Psikologi. Interaksara, Batam. Azwar, S. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lianto, B & Kurniawan . 2002. Pengaruh Faktor Kebisingan dan Penerangan Lingkungan Kerja Terhadap Kelelahan dan Kualitas Hasil Kerja Operator Poles. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol. 17, no3, 270-284. Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Chusnani, A. M. 1996. Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kelelahan Psikis pada Karyawati bagian Produksi PT. Widarta Karya Agung Gresik.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Dawson, D. tt. Shift Management: The Role of Fatigue in Human Error. 14th Annual Human Factors in Aviation Maintenace Symposium. Australia: Centre for Applied Behavioural Research, The Univesity of South Australia, Adelaide. Davidoff, L. L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga. Welle, D. 2006. Kematian Karena Bekerja Berlebihan. http://www2.dw. Wold.de/Indonesia/wissenchaft-Technik/1.54790.1.html. Hadi, S. 2001. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset. Handoko, T.Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sarwono, S. W. 1976. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Sugiyanto, St. 2004. Persepsi Masyarakat Terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir di Hulu Sungai Krasak Kabupaten Magelang. Makalah Seminar. Bogor: Penglolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB. Sutanto, Hartanti & Tjahjoanggoro .1999. Hubungan Persepsi Terhadap Tempat Duduk Beban Kerja, dan Karakteristik Pekerjaan dengan Kelelahan Kerja. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol. 14, No. 54, Januari – Maret 1999. Tarwaka, Solichul HA, Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi: Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Ed. 1, cet. 1. Surakarta: UNIBA PRESS. Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi Offset. Wulanyani, S& Sudiajeng, L. 2006. Stress Kerja Akibat Konflik Peran Pada Wanita Bali. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol. 21, No. 2.
Identitas Penulis Nama
: Danny Ariefyana Putra
Alamat
: Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman, Yogyakarta
Telp
: 08176968007/(0274)7871914