NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN KARYAWAN DENGAN PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Oleh:
ELA MINCHAH LAILA ALAWIYAH Haryanto Fadholan Rosyid
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN KARYAWAN DENGAN PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Telah Disetujui Pada Tanggal
_____________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Drs. Haryanto Fadholan Rosyid, MA)
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN KARYAWAN DENGAN PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Ela Minchah Laila Alawiyah Haryanto Fadholan Rosyid INTISARI Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan merupakan unsur yang penting dalam keberlangsungan organisasi, oleh karena itu program kesehatan dan keselamatan kerja hendaknya dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh organisasi. Ada lima urutan terjadinya kecelakaan kerja, antara lain: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Sumber penyebab dasar ada dua, pertama unsafe acts atau praktek dibawah standar, seperti lalai dan ketidak disiplinan. Kedua unsafe conditions atau kondisi dibawah standar seperti tidak dipakainya alat-alat pelindung kesehatan dan keselamatan kerja, kebisingan, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan karyawan dengan pelaksanaan program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel tergantung yaitu pelaksanaan program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) dan variabel bebas yaitu kedisiplinan karyawan. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara kedisiplinan karyawan dengan pelaksanaan program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Semakin tinggi kedisiplinan karyawan semakin tinggi pelaksanaan program K3. Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan laki-laki PT Mekar Armada Jaya (New Armada) Departemen Stamping and Tools berjumlah 60 orang, dengan tingkat pendidikan minimal SMU/ sederajatnya, dan berusia 20 tahun keatas. Skala kedisiplinan terdiri dari 21 butir pernyataan yang disusun berdasarkan aspek kedisiplinan karyawan menurut Hasibuan (2006), sedangkan skala pelaksanaan program K3 terdiri dari 9 butir pertanyaan yang disusun berdasarkan aspek pelaksanaan program K3 menurut Suardi (2005). Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar r = 0,528 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara kedisiplinan dengan pelaksanaan program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada karyawan, sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel kedisiplinan karyawan terhadap variabel pelaksanaan program K3 sebesar 27% yang berarti masih ada 73% faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan program K3. Kata kunci : Kedisiplinan karyawan, pelaksanaan program kesehatan dan keselaatan kerja.
PENGANTAR Standar K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) karyawan di Indonesia tergolong buruk, bahkan paling buruk bila dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Indikator yang ada menunjukkan bahwa selama tujuh bulan pertama tahun 2003 tercatat sedikitnya 51.528 orang mengalami kecelakaan kerja, sedangkan pada tahun 2007 tercatat 65.474 kasus kecelakaan kerja. Hal ini menunjukkan betapa masih rendahnya pelaksanaan program K3 di Indonesia (www.kompas.com, 2007). Data PT Jamsostek menyimpulkan bahwa pada tahun 2003 terjadi 105.846 kasus kecelakaan kerja, kemudian pada tahun 2005 terjadi 96.081 kasus, dan tahun 2006 sampai bulan September 70.069 kasus. Meskipun setiap tahun terjadi penurunan jumlah kasus, namun kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi. Bila di analisis, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja terjadi karena diabaikannya syarat-syarat K3 (www.tobasamosirkab.go.id, 2007). Kecelakaan kerja pada PT Aneka Tambang (Antam) Tbk menunjukkan adanya angka yang tergolong tinggi. Korban kecelakaan kerja mencapai 1.209 orang, meliputi 118 orang tewas, 439 orang luka berat, dan 652 orang luka ringan. Salah satu penyebab kecelakaan tersebut adalah karena rendahnya disiplin karyawan terhadap peraturan K3 perusahaan (www.kompas.com, 2004). Riset ILO (Organisasi Perburuhan Internasional PBB) menyimpulkan bahwa setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal dunia akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka (Suardi, 2005).
Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia merupakan suatu konsekuensi dari rendahnya sanksi hukum bagi perusahaan yang melanggar aturan K3, dan masih diabaikannya syarat serta standar keselamatan kerja karyawan. Sanksi bagi perusahaan pelanggar K3 hanyalah hukuman kurungan 3 bulan penjara atau denda setinggi-tingginya seratus juta rupiah (www.pikiran-rakyat.com, 2007). Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan dalam bekerja. Kecelakaan kerja tidak selalu disebabkan karena faktor kebetulan tapi pasti ada sebabnya. Sebetulnya bila lebih waspada, kecelakaan kerja dapat dicegah asalkan individu memiliki kemauan untuk mencegahnya. Penyebab kecelakaan kerja harus benar-benar diteliti dan dianalisis, agar kecelakaan dapat dicegah dan tak terulang kembali. Ada dua sebab kecelakaan kerja, yang pertama adalah karena faktor mekanis atau lingkungan dan yang kedua adalah karena faktor manusia itu sendiri (Suma’mur, 1989). Faktor pemicu kecelakaan kerja yakni karena tindakan yang berbahaya dan kondisi kerja yang membahayakan. Tindakan yang berbahaya misalnya adalah kurangnya ketrampilan dalam bekerja, kelalaian, dan ketidakdisiplinan. Kondisi kerja yang membahayakan antara lain adalah kurangnya sistem pencahayaan dan kurangnya
pengamanan dalam lingkungan kerja (Herzberg dalam Anoraga,
2006). Perlu diketahui bahwa macam-macam potensi bahaya yang ada, kapan potensi tersebut ada, dan bagaimana bentuk atau sifatnya agar dapat dilakukan tindakan pencegahannya. Pelaksanaan program K3 adalah suatu cara ataupun sistem manajemen yang diciptakan untuk mencegah maupun melindungi para pekerja dari
kecelakaan kerja serta menjamin kesehatan dan keselamatan para pekerja. Program K3 dibuat bagi para pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventive) timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Kedisiplinan karyawan adalah suatu sikap dan perilaku seseorang untuk bersedia mentaati peraturan atau sadar dalam menjalankan, menekuni, serta mematuhi aturan-aturan organisasional yang berlaku baik tertulis ataupun tidak. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kedisiplinan karyawan dengan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel tergantung yaitu pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja dan variabel bebas yaitu kedisiplinan karyawan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dan memiliki cirri-ciri sebagai berikut: ?
Karyawan Departemen Stamping and Tools PT New Armada
?
Pendidikan minimal SMU/ sederajatnya
?
Berumur 20 tahun keatas Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode skala, yakni cara mengumpulkan data dengan menggunakan daftar
pernyataan yang diberikan pada subjek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada 2: ?
Skala Kedisiplinan Karyawan
Skala kedisiplinan karyawan disusun berdasarkan konsep dan pemikian penulis berdasarkan aspek-aspek kedisiplinan karyawan menurut Hasibuan (2006), dengan pengurangan delapan aspek menjadi enam aspek. Adapun distribusi butir skala kedisiplinan karyawan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Butir Skala Kedisiplinan Karyawan No Item No
Aspek
Jumlah Favourable
1
17 (8), 51 5 (18), 59 (19) 2 Teladan pimpinan 2 (2), 10 (7) 2 3 Balas jasa 35 (13) 1 4 Pengawasan melekat 21 (9), 29 4 (10), 37 (14), 45 (17) 5 Sanksi hukuman 7(4) 6 (4), 30 (11), 5 38 (15), 64 (21) 6 Ketegasan 28(6) 31 (12), 39 4 (16), 63 (20) Jumlah 2 19 21 Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut aitem setelah uji coba ?
Tujuan dan kemampuan
Unfavourable
1 (1), 9 (5)
Skala Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Skala pelaksanaan program K3 terdiri dari 9 butir pertanyaan yang disusun berdasarkan 5 aspek pelaksanaan program K3 menurut Suardi (2005), dengan pengurangan sepuluh aspek menjadi lima aspek. Adapun distribusi butir skala pelaksanaan program K3 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Butir Skala Pelaksanaan Program K3 Setelah Uji Coba No Item No 1 2
Aspek
Jumlah
Terpeliharanya analisis dan catatan kecelakaan kerja Menerapkan cara penerapan K3
3
Favourable
Unfavourable
87 (3), 97 (4), 107 (7) 69 (1), 109 (8) 70 (2)
-
Pelatihan pelaksanaan program K3 bagi karyawan 4 Pengawasan terhadap 102 (5) pelaksanaan program K3 5 Pengembangan program K3 113 (9) 103 (6) Jumlah 28 2 Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut aitem setelah uji coba
3 2 1 1 2 9
HASIL PENELITIAN Pada penelitian mengenai hubungan antara kedisiplinan dengan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan di PT New Armada Magelang, peneliti mengkategorikan subyek penelitian menjadi lima yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Uji asumsi dilakukan sebelum data dianalisis, yakni meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya pengetesan nilai korelasi, maksudnya adalah agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Hadi, 2001). Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal.
Uji normalitas dengan menggunakan teknik one-sample KolmogorofSmirnov Test dari program SPSS 12.0 for Windows menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0.717 dengan nilai p = 0.717 (p > 0.05) untuk kedisiplinan. Nilai K-SZ sebesar 1,135 dengan p = 1,135 (p > 0.05) untuk pelaksanaan program K3. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedisiplinan dan pelaksanaan program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada karyawan memiliki sebaran normal. Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kedisiplinan dan variabel pelaksanaan program K3 pada karyawan memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linear apabila p<0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p>0,05. Hasil uji linearitas dengan menggunakan program Statistical Product Service Solution (SPSS) for Windows versi 12.0 dengan teknik Compare Means menunjukkan F = 34.560 dan p = 0.000. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel kedisiplinan dan variabel pelaksanaan program K3 pada karyawan linier karena p<0,05. Untuk mengetahui adanya hubungan antara kedisiplinan dan pelaksanaan program K3 pada karyawan maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer Statistical Product Service Solution (SPSS) for Windows versi 12.0. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel kedisiplinan karyawan dan pelaksanaan program K3 pada karyawan r = 0.528 dengan p = 0.000 (p<0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara kedisiplinan dan pelaksanaan program K3 pada karyawan, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara kedisiplinan dengan pelaksanaan program K3 pada karyawan menunjukkan angka sebesar 0,278 yang berarti kedisiplinan karyawan memberikan sumbangan sebesar 27% terhadap pelaksanaan program K3 pada karyawan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara kedisiplinan dengan pelaksanaan program K3 pada karyawan dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan dengan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0.528 dengan p = 0.000 (p<0,01), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kedisiplinan dengan pelaksanaan program K3 pada karyawan. Semakin tinggi kedisiplinan semakin tinggi pelaksanaan program K3 pada karyawan. Tingginya pelaksanaan program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada karyawan disebabkan tingginya kedisiplinan yang ada pada diri karyawan. Kedisiplinan membuat para karyawan lebih tepat dan cermat dalam bertindak, dengan kedisiplinan pula para karyawan akan terhindar dari kelalaian, kecerobohan, dan kecelakaan yang membahayakan keselamatannya.
Apabila banyak kecelakaan, banyak karyawan yang menderita, absensi kerja meningkat, produksi/ produktivitas organisasi menurun, dan biaya pengobatan akan besar. Hal ini tentunya akan merugikan karyawan maupun organisasi. Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara meminimalisir kecelakaan tersebut. Kecelakaan merupakan hal yang tidak diingikan bagi setiap orang. Suma’mur (1989) berpendapat bahwa kecelakaan adalah akibat dari perpaduan keadaan teknologis, fisiologis, dan psikologis. Kecelakaan kerja dapat disebabkan karena unsur teknologi, fisiologi lingkungan ataupun keadaan emosi atau psikologis seseorang. Kecelakaan kerja pada PT New Armada tergolong jarang terjadi, karena standar 5R telah diterapkan dalam perusahaan. Tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia merupakan suatu konsekuensi dari rendahnya sanksi hukum bagi organisasi yang melanggar K3, dan diabaikannya syarat serta standar keselamatan kerja karyawan. Penyebab kecelakaan kerja dapat bersifat teknis ataupun mekanis, yang terpenting adalah bagaimana mengidentifikasi penyebab kecelakaan, agar kecelakaan dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga kesehatan serta keselamatan kerja karyawan tetap terjaga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Koeshartono dan Junaedi (2005), bahwa penyebab kecelakaan kerja antara lain: karena perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts), keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions), kesalahan teknis berkaitan dengan mesin, peralatan
kerja, dan bahan-bahan. Perlu digaris bawahi bahwa kelalaian serta ketidak disiplinan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Diterimanya hipotesis “ada hubungan positif antara kedisiplinan dengan pelaksanaan program K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada karyawan” dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa kedisiplinan berhubungan dengan pelaksanaan program K3 pada karyawan, dimana kedisiplinan memberikan sumbangan sebesar 27 % terhadap pelaksanaan program K3 pada karyawan dan selebihnya sebesar 73 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar kedisiplinan. Faktor di luar kedisiplinan yang mempengaruhi pelaksanaan program K3 dijelaskan oleh Sastrohadiwiryo (2001), antara lain adalah: pertama, belum adanya jaminan kebijakan K3 dan komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3. Kedua, belum adanya rencana pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Ketiga, belum adanya penerapan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran K3. Keempat, kurang adanya pengukuran, pemantauan, dan evaluasi kinerja K3. Kelima, kurang adanya peninjauan secara teratur dan diabaikannya sistem manajemen K3. Miner (1992) berpendapat bahwa orang akan giat bekerja bilamana ia mendapat imbalan yang sesuai dengan kinerjanya, jika karyawan bekerja dengan giat dan mematuhi disiplin yang ada dalam organisasi maka ia akan mencapai pestasi kerja serta kompensasi yang tinggi. Kedisiplinan bertujuan untuk memperteguh pedoman dalam organisasi, dengan teguhnya pedoman dalam organisasi maka produktivitas organisasi akan meningkat. Tanpa disiplin yang
baik sulit bagi organisasi mencapai hasil yang maksimal, karena kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan organisasi. Penegakan kedisiplinan dapat berjalan dengan semestinya jika seluruh atasan dan bawahan saling bekerjasama dan membina kedisiplinan bersama. Amriany dkk (2004) menemukan bahwa dalam meningkatkan kedisiplinan karyawan dibutuhkan partisipasi berbagai pihak, bukan hanya bawahan yang dituntut untuk berdisiplin tapi juga dibutuhkan teladan dari atasan. Teladan dari atasan mempunyai pengaruh yang kuat bagi tegaknya kedisiplinan para karyawan. Tingginya
nilai
kedisiplinan
karyawan
mempengaruhi
tingginya
produktivitas organisasi, dengan produktivitas organisasi yang tinggi maka upah kerja/ kompensasi yang didapat karyawan akan tinggi. Kompensasi kerja bersifat ekonomis dan non ekonomis. Bersifat ekonomis jika berupa uang atau materi, dan bersifat non ekonomis jika berupa non materi, seperti asuransi kesehatan atau keselamatan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan merupakan unsur yang penting dalam keberlangsungan organisasi, oleh karena itu program kesehatan dan keselamatan kerja hendaknya dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh organisasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Hasyim (2005), bahwa pelaksanaan program K3 mampu menunjukkan produktivitas kerja karyawan.
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kedisiplinan karyawan dengan pelaksanaan program K3. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kedisiplinan karyawan maka semakin tinggi pelaksanaan program K3. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kedisiplinan maka semakin rendah pelaksanaan program K3. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara kedisiplinan karyawan dengan pelaksanaan program K3 diterima. SARAN 1. Bagi Subyek Penelitian (Karyawan) Penelitian ini diharapkan dapat membantu para karyawan untuk memahami dan meningkatkan kedisiplinan serta pentingnya K3, karena kedisiplinan merupakan suatu kunci atau cara untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas organisasi, dengan produktivitas organisasi yang tinggi maka fasilitas serta jaminan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan pun akan semakin meningkat. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan memahami pentingnya kedisiplinan dan pelaksanaan program K3 yang harus ditegakkan, serta pentingnya menyediakan sarana atau fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan. Tersedianya fasilitas K3 akan memperkecil resiko kecelakaan kerja, dengan demikian pengeluaran (beban) perusahaan untuk biaya kecelakaan kerja pun akan sedikit.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti hendaknya mampu mengembangkan alat ukur atau skala yang lebih lengkap dan relevan, disamping itu hendaknya peneliti memberikan metode tambahan dalam pengumpulan data seperti observasi ataupun dokumentasi agar hasil penelitian lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2004), Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press. Amriyani, Y. F. Probowati, Y. & Atmadji, G. (2004), Iklim Organisasi yang Kondusif Meningkatkan Kedisiplinan Kerja. Anima, Indonesian Psychological Jurnal, 2, 179-193. Anoraga & Widiyanti. (1990), Psikologi dalam Perusahaan, Jakarta : Rineka Cipta. Anoraga (2006), Psikologi Kerja, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Atwater, L. E. Waldman, D. A. & Carey, P (2001), Recipient and Observer Reactions To Discipline: Are Managers Experiencing Wishful Thinking?. Journal of Organizational Behavior, USA. 22, 249-270. Azwar, S. (2004), Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2007), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2007), Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barthos, B. (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia-Suatu Pendekatan Makro, Jakarta: Bumi Aksara. Davis, K. (1985), Human Behavior At Work: Organizational Behavior, New Delhi: Tata McGraww Hill, Company Inc. Fathoni. (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka Cipta Hadi, S. (2001), Metodologi Research, Yogyakarta: Grasindo. Hadi, S. (2001), Statistik, Yogyakarta: Penerbit ANDI. Handoko, H. (1998), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi 2, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Hariyanto, V. H. (1995), Survai Tentang K3 dan Kondisi Kerja Psikis Serta Hubungannya dengan Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Anima 11, 1544. Haryono. Subaris. (2007), Hygene Lingkungan Kerja, Yogyakarta: Mitra Cendikia Jogjakarta Press. Hasibuan, (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Heinrich, M.W. (1980), Industrial Accident Prevention 5th. New York: McGrawHill, Inc. Herzberg, F. (1988), Work and The Nature of Man, Cleveland: World Publishing Co. Koeshartono, D. & Junaedi, M. F. S. (2005), Hubungan Industrial: Kajian Konsep dan Permasalahan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Mangkunegara, A. (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Megginson, L. (1981), Personnel Management: A Human Resources Approach, Richard D. Irwin, Inc. Miner. (1992), Industrial-Organizational Psychology. New York: McGraw Hill. Muhaimin. (2004), Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Disiplin Kerja Karyawan Operator Shawing Computer Bagian Produksi Pada PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk di Bandung. Jurnal Psyche, 1, 1-11. Panggabean. (2004), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bogor: Ghalia Indonesia. Robbins S. P. (1991), Organizational Behavior: Concepts, Controversies, and Applications, Prentice Hall International, Inc. Rosidah & Sulistyani. (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Graha Ilmu. Sastrohadiwiryo, S. (2001), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia-Pendekatan Administratif dan Operasional, Jakarta: Bumi Aksara. Schein (1979), Organizational Psychology 3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Silalahi, B. N., & Silalahi, R. B. (1991), Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Simamora, H. (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN. Suardi, R. (2005), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Penerbit PPM. Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suma’mur. (1988), Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV. Haji Masagung. Suma’mur. (1989), Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: CV. Haji Masagung. Taylor, R. N. (1984), Behavior Decision Making, NewYork: McGrawwHill, Glenview, IL: Scott, Foresman. Wangi, R, M (2006), Persepsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 Pada Karyawan Yang Beresiko Tinggi mengalami Kecelakaan Kerja Di Pertamina UP Balikpapan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia. Sumber dari Internet : Balige, S. (2007), Bulan K3 Tobasa Diperingati Di PT Paritohan. http://tobasamosirkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view &id=82&itemid=1. 20/09/2007. Bustomi, M. A. (2007), Bulan K3, Kok Banyak Kecelakaan. http://www.pikiran rakyat.com/cetak/2007/022007/12/0902.htm. 20/09/2007. Hartono. (2004), Kasus K3 PT Aneka Tambang. http://kompas.com/kompascetak/0405/01/ekonomi/1000007/htm. 26/09/2007. Hasyim, H. (2005), Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. http://www.jmpk-online.net/files/vol-08-02-2005-1.pdf. 12/11/2007. Sutjana. (2006), Hambatan Dalam Penerapan K3 Dan Ergonomi Di Perusahaan. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/hambatan%20penerapan%20Ergonom i%20dan%20k3%20di%20bali.pdf . 24/06/2008. Martiana & Wilujeng. (2006), Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal dan Lingkungan Perumahan Nelayan di Kabupaten Lombok Timur, NTB. http://www.journal.unair.ac.id/filer.pdf/kesling2-2-05.pdf. 12/11/2007. Wijaya. (2004), Standar K3 Indonesia Paling Buruk Di Asia Tenggara. http://kompas.cetak0408/26/ekonomi1231106/htm. 26/09/2007.
IDENTITAS PENULIS Ela Minchah Laila Alawiyah – 04 320 123 Jln. R. Abdullah 36 Bandongan, Magelang, Jawa Tengah Hp. 08562950902