BENOMIL BENOMYL
1. N a m a Golongan Karbamat heterosiklik Sinonim / Nama Dagang Methyl-1-(butyl carbamoyl)-2-benzimidazolyl carbamate; Methyl-1-(butyl carbamoyl) benzimidazol -2-yl carbamate; Methyl-1-[(butyl amino) carbanoyl]1H1-benzimidazol-2-yl carbamate; Benlate; Arilate; Du pont 1991 ; BBC Nomor Identifikasi Nomor CAS
: 17804-35-2
Nomor RTECS
: DD 6475000
Nomor EC (EINECS)
: 613-049-00-3
2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Benomil Deskripsi Termasuk golongan karbamat, stabil pada penyimpanan dalam kondisi yang normal, tak dapat campur dengan asam kuat, peroksida dan oksidator. Tak larut dalam air. non korosif terhadap logam-logam. Sedikit larut dalam kloroform, dimetil formamida, aseton, silene, etanol. Dapat campur dengan insektisida non alkali lain dan fungisida dan dapat bercampur dengan banyak pestisida yang lain. Rumus kimia : C14H18N4O3.
Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4): Kesehatan 2
= Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 3
= Sangat mudah dapat terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
Klasifikasi EU: T
= Beracun
N
= Berbahaya untuk lingkungan
R37/38
= Iritasi kulit dan systim saluran pernapasan
R50/53
= Sangat beracun bagi organisme perairan, dapat menyebabkan efek yang merugikan jangka panjang di lingkungan perairan
S(1/2)
= Jaga pada posisi menghadap ke atas dan jauhkan dari jangkauan anak-anak
S36/37
= Pakai/kenakan pakaian dan sarung tangan pelindung yang baik
S45
= Jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika memungkinkan segera bawa ke dokter / rumah sakit / puskesmas (perlihatkan label kemasan)
S60
= Bahan ini dan wadahnya harus dibuang sebagai limbah berbahaya
S61
= Hindari/cegah pembuangan ke lingkungan. Rujukan pada Lembar Data Keamanan/Instruksi Khusus
3. Penggunaan Pencegahan dan pembasmi sistemik fungisida ; askarisida. Meningkatkan tingkat/derajat oksidasi biologi pada saluran kotoran atau kotoran-kotoran dan pupuk. Kontrol range yang luas pada penyakit buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, hasil panen, tanah berumput, pohon-pohon dan tanaman hias
4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Sistem imun Organ sasaran: Sistem reproduksi dan hati. Rute paparan Paparan jangka pendek Terhirup Menyebabkan iritasi sistim pernapasan Kontak dengan kulit Dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, gatal-gatal dan inflamasi Kontak dengan mata Menyebabkan iritasi dan kemerahan pada mata Tertelan Menyebabkan iritasi Paparan jangka panjang Terhirup Efeknya sama seperti efek paparan jangka pendek Kontak dengan kulit Efeknya sama seperti efek paparan jangka pendek. Kontak dengan mata Efeknya sama seperti efek paparan jangka pendek Tertelan Efeknya sama seperti efek paparan jangka pendek
5. Stabilitas dan reaktivitas Reaktivitas
: Stabil pada tekanan dan suhu normal
Tancampurkan
: Bahan-bahan pengoksidasi kuat, karbon dioksida, nitrogen oksida
karbon
monoksida,
6. Penyimpanan Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku. Lindungi dari kerusakan fisik. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Jauhkan dari makanan, minuman, dan pakan hewan.
7. Toksikologi Toksisitas Data pada hewan LD50 akut oral-tikus >5000 mg/kg; LD50 akut kulit-kelinci >5000 mg/kg; LC50 akut (4 hr) inhalasi-tikus >2 mg/L udara; LC50 inhalasi-anjing >0,825 mg/L (4 jam). Teratogenik Dosis tinggi pada burung bersifat teratogenik pada fetus. Mutagenik Termasuk mutagen katagori 3 Data Reproduksi Dosis kurang lebih 15 mg/kg/hr pada tikus (rat) jantan menyebabkan berkurangnya jumlah dan berat sperma Informasi Ekologi Binatang : Itik mallard LC50 (8 hari) >5000 ppm; Burung puyuh bobwhite LC50 (8 hari) >5000 ppm; Sedikit toksik pada ikan; Ikan emas LC50 (96 jam) 4,2 ppm; Blue gill LC50 (96 jam) 2,6 ppm; Ikan tawar rainbow (96 jam) 0,41 ppm.
8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup Depresi saraf pusat, keratis, penghambatan kolinesterase. Kontak dengan kulit Iritasi kulit Kontak dengan mata Iritasi, mata merah dengan atau tanpa efek sistemik Tertelan Mual, berkeringat, lesu, lemah, kejang jantung, muntah, kram perut, efek reproduksi, sawan, mengeluarkan air liur. Keracunan kronik Terhirup Sama seperti pada keracunan akut. Kontak dengan kulit Sama seperti pada keracunan akut. Kontak dengan mata Sama seperti pada keracunan akut. Tertelan
Tikus yang diberi dosis sangat rendah hingga dodis sangat tinggi dalam diet selama tiga minggu tidak menunjukkan adanya perubahan imunologi.
Tikus yang diberi diet yang mengandung sekitar 150 mg/kg/hari selama dua tahun, tidak menunjukkan adanya efek toksik.
Anjing yang diberi benomil dalam pakan selama tiga bulan tidak menunjukkan efek keracunan, tetapi bukti menunjukkan perubahan fungsi hati pada dosis 150 mg/kg, kerusakan berkembang menjadi gangguan fungsi hati yang lebih parah dan sirosis hati setelah dua tahun.
9. Pertolongan Pertama Terhirup Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu, gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan Bilas mulut dan berikan minum air yang banyak. Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
10. Penatalaksanaan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin tercukupinya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit: -
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
-
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%, diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
-
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
-
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
-
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
-
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) -
Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
-
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
-
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
-
Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
-
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
-
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
atau
c. Dekontaminasi saluran cerna
Bila pasien sadar dapat diberikan arang aktif, pengosongan usus tidak perlu dilakukan bila karbon aktif telah diberikan.
Dapat dipertimbangkan kumbah lambung jika bahan tertelan dalam jumlah sedang sampai banyak. Namun, karena kemungkinan terjadi kejang atau perubahan status mental yang cepat, kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan setelah intubasi.
Jangan lakukan rangsang muntah, sebab ada risiko serangan kambuh tiba-tiba, koma, depresi pernafasan.
Jangan berikan katartik bila penderita mengalami diare
Antidotum
Beri atropin 0,5-2 mg (0,01-0,04 mg/kg) IV atau IM tiap 15 menit sampai terjadi atropinisasi (hilangnya bradikardia, bronkorea, wheezing)
Pralidoxine pada umumnya tidak dianjurkan karena atropin saja cukup dan hambatan terhadap enzim kolinesterase bersifat reversibel. Namun, jika terjadi keracunan kombinasi karbamat dan organofosfat, pralidoxin harus diberikan.
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan di tempat kerja/TLV: Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Ventilasi harus tahan ledakan jika terjadi konsentrasi bahan yang akan meledak. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang sudah ditentukan. Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja. Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia.
12. Manajemen Pemadam Kebakaran. Media pemadam kebakaran: Bahan kimia kering, karbon dioksida, semprotan air, atau busa.
13. Manajemen Tumpahan Sapu tumpahan bahan lalu dimasukkan ke dalam wadah. Berhati-hati dalam mengumpulkan sisa tumpahan, bawalah ke tempat yang aman. Bahan kimia ini tidak boleh mencemari lingkungan. Sebagai pelindung diri tambahan dapat digunakan saringan pernafasan P3 untuk partikel beracun.
14. Daftar Pustaka Farhat N. Jaffery Cs. 1989. Toxicity data handbook. vol III Pesticide A. Industrial toxicologi researh centre. Lucknow. India. P 66-Micromedex (R) Healthcare Series. Micromedex Inc. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan Untuk Rumah Sakit, Jakarta, hal. 21-22 Sittig, M. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens. Third Edition. Noyes Publications. New Jersey. 1991.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2012 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------