DINATRIUM OKSALAT DISODIUM OXALATE 1. Nama Golongan Asam karboksilat alifatik, garam anorganik (2); Garam asam karboksilat alifatik jenuh (7)
..
Sinonim / Nama Dagang (1,2,3,8) Ethanedioic acid, disodium salt; Oxalic acids, disodium salt; Disodium
oxalate;
Sodium oxalate. Nomor Identifikasi Nomor CAS
:
62-76-0 (1,2,3,4,8)
Nomor OHS
:
21450
Nomor EC (EINECS)
:
200-550-3 (3,8)
Nomor RTECS
:
KI1750000 (1,4,9)
Nomor UN
:
2811 (5,9)
2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Natrium oksalat. Deskripsi (1,2,3,4,9) Bentuk padat berupa serbuk kristal halus berwarna putih atau tidak berwarna, tidak berbau. Berat molekul 134 g/mol; Rumus molekul Na2C2O4; Titik lebur 482-518 F (250-270 oC); Berat jenis (air=1) 2,34; Bersifat larut sedang dalam air (larut dalam air panas, larut sebagian dalam air dingin), kelarutan dalam air 3,7% @ 20 oC; pH netral dalam larutan; Tidak larut dalam alkohol, eter; Bersifat higroskopis. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4) (1,3) Kesehatan
2
: Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran
1
: Dapat terbakar
Reaktivitas
0
: Tidak reaktif
Klasifikasi EC (1,3,9): F
=
Sangat mudah terbakar
Xn
=
Berbahaya
Xi
=
Iritan
R21/22
=
Berbahaya jika kontak dengan kulit dan tertelan
R34
=
Menyebabkan terbakar
R38
=
Menyebabkan iritasi pada kulit
R36/37/38
=
Iritasi pada mata dan sistem pernafasan
R40
=
Risiko karena pengaruh yang tidak dapat balik
R41
=
Risiko kerusakan serius pada mata
S2
=
Jauhkan dari jangkauan anak-anak
S24/25
=
Hindari/cegah kontak dengan kulit dan mata
S26
=
Jika mengenai mata, bilas segera dengan air yang banyak dan segera cari pertolongan medis
S36/37/39
=
Pakai/kenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan pelindung mata/wajah
S45
=
Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak sehat, jika memungkinkan bawa segera ke dokter/rumah sakit/puskesmas dan perlihatkan label kemasan
S46
=
Jika tertelan, segera cari pertolongan medis dan perlihatkan wadah kemasan atau labelnya
3. Penggunaan Digunakan sebagai reagen di laboratorium
(6,7)
; digunakan sebagai bahan pereduksi
dan dapat digunakan sebagai standard primer untuk standardisasi larutan kalium permanganat (KMNO4)
(9)
; digunakan untuk keperluan luas di laboratorium sebagai
dasar larutan berair, penetral reaksi asam eksotermik, dan sebagai bahan pereduksi dalam reaksi yang menghasilkan karbon dioksida 4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan organ sasaran
(9)
.
Bahaya utama terhadap kesehatan: Berbahaya jika kontak dengan kulit (menimbulkan iritasi), kontak dengan mata (menimbulkan iritasi), tertelan, dan terhirup. Organ sasaran: Ginjal, jantung, mata, kulit, otak, saraf, membran mukosa
(3)
, hati,
saluran napas (4). Rute paparan Paparan jangka pendek (1,2,3) Terhirup Menghirup debu atau uap asam oksalat dapat menyebabkan iritasi saluran napas, timbulnya protein dalam urin, hidung berdarah, ulserasi pada membran mukosa, sakit kepala, ketegangan, batuk, muntah, nyeri punggung (akibat luka pada ginjal), dan kelemahan. Kontak dengan kulit Berbahaya jika diserap melalui kulit. Dapat menyebabkan iritasi, dermatitis, dan luka bakar. Dapat timbul lesi kulit yang diawali dengan timbulnya kulit pecah-pecah serta pembentukan ulkus yang sembuh dengan lambat. Dapat timbul sianosis pada jari. Kontak dengan mata Dapat menyebabkan iritasi mata, luka kornea, dan luka bakar. Tertelan Berbahaya jika tertelan. Dapat menimbulkan ulkus pada mulut, muntah darah (hematemesis), nyeri hebat pada lambung, perdarahan lambung, depresi sistem saraf pusat (tetanus, kejang, kedutan otot, konvulsi, mengantuk, stupor, koma), kolaps kardiovaskuler, hipotensi, disritmia, kerusakan ginjal (oliguria, anuria, dan hematuria). Dapat menimbulkan iritasi saluran cerna serta menimbulkan efek korosi yang cepat pada membran mukosa saluran cerna (orofaring dan kemungkinan esofagus). Dapat pula timbul efek sistemik akibat pembentukan kalsium oksalat yang bersifat tidak dapat larut pada pH fisiologis dan dapat terdeposit pada otak dan tubul ginjal. Paparan jangka panjang (1,3,8) Terhirup
Menghirup debu asam oksalat dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan berat badan serta inflamasi saluran napas. Kontak dengan kulit Dapat menimbulkan dermatitis. Kontak dengan mata Dapat menyebabkan iritasi mata. Tertelan Berbahaya jika tertelan. 5. Stabilitas dan reaktivitas Stabilitas
: Produk bersifat stabil
(1)
pada suhu dan
tekanan normal (3) Kondisi yang harus dihindarkan
: Pembentukan debu, suhu tinggi
(1)
, bahan
tak tercampurkan, kelembaban (3) Bahan tak tercampurkan
: Bahan pengoksidasi (1,3,4), asam (1)
Korosivitas
: Tidak korosif dengan adanya gelas/kaca
(1)
.
Oksalat dapat mengkorosi baja secara perlahan (3) Bahaya produk dekomposisi
: Menghasilkan uap toksik jika dipanaskan hingga berbahaya
terdekomposisi hasil
(4)
.
dekomposisi:
Produk karbon
monoksida, karbon dioksida, natrium oksida, asam format (3) Polimerisasi
: Tidak akan terpolimerisasi (1)
6. Penyimpanan
Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku.
Simpan dalam wadah tertutup rapat
Simpan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi baik (1,3,4)
(1,3)
Hindarkan dari kelembaban (3)
Hindarkan dari bahan yang tak tercampurkan (3,4)
Jangan disimpan pada suhu di atas 25oC (77F) (1)
7. Toksikologi Data Toksisitas Data pada manusia (2,4,5) Rata-rata dosis letal asam oksalat pada manusia dewasa adalah 15-30 gram. Dosis letal terendah yang pernah dilaporkan adalah 6-8 gram (setelah seseorang mengkonsumsi sup sorrel). LDLo intravena-manusia 17 mg/kg. Data pada hewan
(1,2,5)
LD50 oral-tikus 7500 mg/kg; LDLo subkutan-kucing 112 mg/kg; LDLo subkutan-katak 757 mg/kg; LD50 oral-mencit 5094 mg/kg; LD50 oral-tikus 11160 mg/kg; Data Karsinogenik Bahan ini tidak terdaftar dalam ACGIH, IARC, NTP, atau CA Prop 65
(3)
.
Data Tumorigenik Tidak ada efek yang dilaporkan dari uji jangka panjang pada hewan Data Mutagenik Tidak ada efek yang dilaporkan dari uji jangka panjang pada hewan Data Reproduksi Asam oksalat menyebabkan kerusakan ginjal pada fetus kambing dan tikus serta menyebabkan gangguan siklus estrus pada tikus. Peningkatan jumlah sperma abnormal terdeteksi pada generasi kedua mencit yang diberi asam oksalat 0,2% dalam air minumnya (3). Informasi Ekologi (8) Toksisitas pada ikan: LC50 (96 jam) ikan zebra (Danio rerio) 630 mg/L; Toksisitas pada kutu air dan invertebrata perairan lain: EC50 (24 jam) kutu air (Daphnia magna) 397,98 mg/L.
8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup (5,6) Debu dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru dan membran mukosa. Oksalat dapat diabsorbsi melalui paru-paru. Gejala keracunan meliputi ketegangan, kram, depresi sistem saraf pusat. Kontak dengan kulit (4) Dapat menyebabkan iritasi kulit. Inflamasi pada kulit ditandai dengan timbulnya kemerahan pada kulit, kulit bersisik, dan terasa gatal. Kontak dengan mata (5) Dapat menyebabkan iritasi mata hingga mata merah dan berair. Dapat menyebabkan penglihatan menjadi buram, mata nyeri, dan luka bakar jaringan yang parah. Tertelan (4,7) Jika tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi pada lambung. Dapat menyebabkan nyeri terbakar di mulut, kerongkongan, lambung, timbul muntah darah, sakit kepala, kram otot, tetanus, kelemahan, detak jantung tidak teratur, penurunan tekanan darah, dan tanda-tanda gagal jantung. Keracunan kronik (8) Terhirup Menghirup debu asam oksalat dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan berat badan serta inflamasi saluran napas. Kontak dengan kulit Dapat menimbulkan dermatitis. Kontak dengan mata Dapat menyebabkan iritasi pada mata. Tertelan Berbahaya jika tertelan. 9. Pertolongan Pertama Terhirup (3,4)
Segera pindahkan dari tempat paparan ke tempat yang berudara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika mengalami kesulitan bernapas, berikan oksigen. Gunakan kantong masker berkatup atau peralatan yang sejenis dengan pernafasan buatan jika diperlukan. Bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan kulit (3,4) Dengan segera lepaskan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi . Cuci dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak sekurangnya 15-20 menit sampai tidak ada lagi bahan kimia yang tersisa. Jika diperlukan bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Kontak dengan mata (3,4) Segera cuci mata dengan air yang banyak atau garam normal sekurangnya 15-20 menit, dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai tidak ada lagi bahan kimia yang tersisa. Bawa segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan (1,3,4) Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Longgarkan pakaian, seperti kerah baju, dasi, dan ikat pinggang. Jika korban dalam keadaan sadar, dapat diberikan dua gelas air minum. Jangan lakukan rangsang muntah atau memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Bila terjadi muntah, atur agar posisi kepala lebih rendah dari panggul untuk mencegah aspirasi. Jika seseorang dalam kondisi tidak sadar, posisikan kepala ke arah samping. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat jika timbul gejala. Catatan untuk dokter: Berikan pengobatan simptomatik dan penunjang
(3)
.
10. Penatalaksanaan oleh Tenaga Kesehatan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin
pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan
cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah d. Jika timbul kejang, berikan diazepam dengan dosis:
Dewasa 10 – 20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg / 30 dtk atau 0,5 ml / 30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30 – 60 menit. Mungkin perlu infus kontinyu sampai maksimal 3 mg / kg BB / 24 jam. Anak-anak: 200 – 300 µg / kg BB. Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit: Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan air bersih dingin yang banyak atau larutan NaCl 0,9 % secara perlahan selama 15 – 20 menit. Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. Jangan biarkan pasien menggosok matanya. Tutuplah mata dengan kasa steril dan segera kirim / konsultasi ke dokter mata. b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir, air dingin, atau hangat dan sabun minimal 10 menit. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut jangan digosok. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu, yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah dari plastik tertutup. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. c. Dekontaminasi saluran cerna
Tidak diperlukan dekontaminasi. Tidak diindikasikan pemberian arang aktif karena daya adsorbsinya tidak memadai serta dapat mengganggu visibilitas jika perlu dilakukan endoskopi. Tidak direkomendasikan aspirasi nasogastrik, kumbah lambung, dan irigasi usus karena tidak menguntungkan. Antidotum (2,3) Harus dipertimbangkan pemberian kalsium glukonat secara intravena untuk mengatasi penurunan kalsium plasma jika timbul gejala hipokalsemia. Berikan garam glukonat jika diberikan melalui kateter vena perifer. Direkomendasikan dilakukannya pemantauan EKG secara terus menerus selama infus bolus. 11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri (3,4) Batas paparan di tempat kerja: Batas paparan natrium oksalat di tempat kerja tidak terdaftar dalam ACGIH, NIOSH, dan OSHA-Final PELS. Ventilasi: Sediakan penghisap udara setempat atau sistem ventilasi proses tertutup agar tingkat konsentrasi bahan di udara berada di bawah batas paparan yang direkomendasikan. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang dapat diterapkan. Proteksi mata: Gunakan kacamata pengaman dan pelindung wajah tahan percikan. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat dan semprotan air deras dekat area kerja. Pakaian: Gunakan pakaian pelindung lengkap. Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung tahan bahan kimia. Respirator: Gunakan respirator yang telah disetujui oleh NIOSH/MSHA. 12. Manajemen Pemadam Kebakaran Bahaya ledakan/kebakaran: Tidak dipertimbangkan menimbulkan bahaya ledakan (4)
.
Media pemadam kebakaran: Gunakan semprotan air, bahan kimia kering, atau busa yang sesuai (3,4), karbon dioksida, serbuk (4).
13.
Manajemen tumpahan Tumpahan sedikit: Hindarkan kondisi pembentukan debu
(3)
. Gunakan peralatan
yang memadai untuk menempatkan tumpahan bahan padat ke dalam wadah pembuangan yang sesuai. Semprotkan air untuk membersihkan permukaan yang terkontaminasi dan buang sesuai dengan peraturan lokal atau setempat
(1)
.
Tumpahan yang banyak: Gunakan sekop untuk menempatkan tumpahan bahan ke dalam wadah pembuangan. Semprotkan air untuk membersihkan permukaan yang terkontaminasi dan buang melalui sistem sanitasi (1). 14. Daftar Pustaka 1. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927273 2. http://www.toxinz.com/Spec/Print/2342189 3. http://www.chemcas.org/drug/analytical/cas/62-76-0.asp 4. http://www.sciencestuff.com/msds/C2666.html 5. http://www.hummelcroton.com/msdspdf/naox_m.pdf 6. http://www.uaa.alaska.edu/chemistry/labs/upload/Sodium- Oxalate.pdf 7. http://www.caledonlabs.com/upload/msds/8080-1e.pdf 8. http://www.guidechem.com/cas-62/62-76-0.html 9. http://www.scbt.com/datasheet-203396-sodium-oxalate.html
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2012 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------