ALUMUNIUM ALUMINUM 1. N a m a Golongan Logam Sinonim / Nama Dagang Aluminum; Aluminum metal pellets; Aluminum Metal sheet; Aluminum Metal shot; Aluminum Metal wire. Nomor Identifikasi : Nomor CAS
: 7429-90-5
Nomor RTECS
: BD 0330000
Nomor EC (EINECS)
: 231 - 072 – 3
Nomor EC
: 013-001-00-6
Nomor EU Index
: 006-011-00-7
UN
: 1309
STCC
: 4941122
2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Aluminium, Aluminium metal Deskripsi Timah putih, pipa logam atau serbuk. Untuk yang serbuk : Logam serbuk berwarna seperti perak atau putih timah hingga kebiruan , dalam udara kering mengkilap , dalam udara lembab membentuk lapis tipis oksida untuk melindungi korosi . Tidak dapat menguap sekalipun dalam suhu tinggi , mudah terbakar dan meledak , bereaksi dengan asam encer dan hidroksida alkali dengan disertai terjadinya gas hidrogen . Mereduksi sebagian besar kation logam berat menjadi logam . BJ 2,70 . Suhu didih 2327 , Suhu lebur 660. Bahan tidak larut dalam air, air panas dan larut dalam alkali, asam sulfur dan asam hidroklorida
Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4): Kesehatan 1
= Tingkat keparahan rendah
Kebakaran 1
= Dapat terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
Klasifikasi EU: R15
= bersinggungan / kontak dengan air menghasilkan gas yang sangat mudah menyala
R17
= dapat menyala secara spontan dalam udara
S7/8
= jaga wadah dalam keadaan tertutup rapat dan kering
S43
= jika terjadi kebakaran, gunakan ... ( tunjukkan tipe peralatan pemadam api yang ada diruangan . Jika air meningkatkan resiko tambahkan - jangan sekali kali menggunakan air )
3. Penggunaan Sebagai logam murni atau sebagai campuran untuk pembuatan pesawat, peralatan rumah tangga, peralatan konduktor listrik dan juga sebagai pengganti tembaga pada senyawa gigi.
4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Risiko utama: bahan beracun terhadap paru paru Rute paparan Paparan jangka pendek Terhirup Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma.
Kontak dengan kulit Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma. Kontak dengan mata Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma. Tertelan Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma. Paparan jangka panjang Terhirup Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma. Kontak dengan kulit Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma. Kontak dengan mata Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma. Tertelan Iritasi, keluar air mata, mual, muntah, diare, sakit perut, sakit dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dilatasi pupil, kongesti paru, konvulsi, koma.
5. Stabilitas dan reaktivitas Reaktivitas
: Stabil pada suhu dan tekanan normal.
Tancampurkan
: Basa, asam, nitrat, dan bahan pengoksidasi
Alumunium dengan Sodium hidroksida
: Bereaksi dengan hebat
Kromik anhidrida
: Tancampurkan
Iodin
Tancampurkan
Karborbon disulfida
Tancampurkan
Metil klorida
Tancampurkan
Hidrokarbon terhalogen
Tancampurkan
Asam klorida
Tancampurkan
Amonium nitrat
Tancampurkan
Amonium persulfat
Tancampurkan
antimoni
Tancampurkan
Arsenik oksida
Tancampurkan
Barium bromat
Tancampurkan
Barium iodat
Tancampurkan
Garam logam
Tancampurkan
Polimerisasi
: Tidak akan terjadi
6. Penyimpanan
Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku.
Simpan dlam wadah yang tertutup rapat
Simpan di tempat yang sejuk dan mempunyai ventilasi yang baik karena snsitif terhadap kelembaban.
Simpan terpisah dari bahan yang tancampurkan.
7. Toksikologi Toksisitas Data pada manusia : Tidak tersedia data Data pada hewan Tidak tersedia data
8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup Tidak berbahaya, kecuali dalam bentuk serbuk atau serbuk alumunium dipanaskan sehingga menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Pemanasan alumunium dapat menghasilkan uap alumunium oksida dan akan menyebabkan metal fume fever (penyakit seperti flu, dengan gejala demam, menggigil, nyeri, sesak dada, dan batuk) ketika dihirup. Kontak dengan kulit Dapat menyebabkan iritasi kulit. Kontak dengan mata Tidak berbahaya kecuali dalam bentuk serbuk. Paparan terhadap serbuk alumunium dapat menyebabkan iritasi mata secara mekanik. Tertelan Tidak mungkin terjadi toksisitas akut Keracunan kronik Terhirup Paparan kronis alumunium dapat menyebabkan dyspnea, batuk, asma, penyakit paru-paru obstruksi kronis, fibrosis paru, pneumotoraks, pneumokoniosis, ensefalopati, kelemahan, kejang epileptiform, dan gejala neurologis lain yang serupa dengan gelaja bila tertelan kronis. Nekrosis hati juga telah dilaporkan akibat paparan kronis alumunium. Kontak dengan kulit Sebagian besar kasus keracunan alumunium terjadi pada salah satu dari dua kategori, yaitu: pasien penderita gagal ginjal kronis, atau orang yang sering terpapar asap/debu alumunium di tempat bekerja. Toksisitas alumunium terus terjadi pada beberapa individu dengan gagal ginjal kronis yang menggunakani bahan yang mengandung alunumium fosfat atau antasida.
Kontak dengan mata Tidak tersedia informasi Tertelan Menelan alumunium dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit tulang yang berkaitan dengan alumunium atau osteomalasia yang terinduksi alumunium dengan osteodistrofi, anemia mikrositik, lemah, letih, halusinasi visual dan auditori, hilang ingatan, penurunan kemampuan bicara (dysarthria, gagap, bicara terbata-bata, anomia, hypofluency, aphasia, dan bisu), serangan epilepsi, gangguan motorik (tremor, ataksia, kejang, asterixis, motor apraxia, kelelahan otot), dan demensia (perubahan kepribadian, suasana hati, depresi, kewaspadaan berkurang, lesu, kerusakan obtudansi, intelektual, koma) dan perubahan EEG.
9. Pertolongan Pertama Terhirup Segera pindahkan dari tempat pemaparan. Bila perlu gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan serupa untuk melakukan pernafasan buatan (pernafasan untuk keselamatan). Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan kulit Segera lepaskan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci bagian kulit yang terkontaminasi dengan sabun atau detergen lembut dan bilas dengan air yang banyak hingga tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal (minimal 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam fisiologis (NaCl 0,9% b/v), sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah hingga tidak ada lagi bahan kimia yang tersisa. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan Cuci mulut dengan air. Jangan merangsang muntah atau memberikan suatu cairan kepada pasien yang tidak sadar. Bila terjadi muntah, posisikan kepala lebih rendah daripada pinggul untuk menghindari aspirasi. Bila korban tidak sadarkan diri, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
10.
Penatalaksanaan Stabilisasi a.
Penatalaksanaan jalan nafas: membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
b.
Penatalaksanaan fungsi pernafasan: ventilasi dan oksigenasi, yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika timbul kejang: beri diazepam dengan dosis sebagai berikut: Dewasa: 10 – 20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30 – 60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200 – 300 µg/kg BB. Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 1520 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa / konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
c. Dekontaminasi saluran cerna Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Gunakan kantung masker berkatup atau peralatan sejenis untuk memberikan pernafasan buatan jika diperlukan. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
11.
Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan: TWA: inhalasi ACGIH (TLV): 5 mg/m3 (serbuk/uap) TWA: inhalasi ACGIH (TLV): 10 mh/m3 (debu logam) Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat (local exhaust) atau ventilasi proses tertutup. Pastikan dipatuhinya paparan yang dapat diterapkan. Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman dan pelindung muka tahan percikan. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat (emergency eye wash fountain) serta semprotan air deras (quick drench shower) dekat area kerja. Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang sesuai dan tahan bahan kimia. Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia.
12.
Manajemen Pemadam Kebakaran Bila terjadi kebakaran, jaga drum dan lain-lain, dinginkan dengan semprotan air. Media pemadam kebakaran: Serbuk, busa tahan alkohol, semprotan air, karbon dioksida, bahan kimia kering.
Kebakaran besar: Gunakan busa atau semprotan air. Pemadam kebakaran: Pindahkan wadah dari area kebakaran jika dapat dilakukan tanpa risiko. Padamkan api dari lokasi yang aman atau dari jarak aman. Menjauhlah dari akhir tangki. Bendung untuk dibuang kemudian. Jangan menyebarkan tumpahan bahan menggunakan aliran air bertekanan tinggi. Jangan berusaha untuk memadamkan api, kecuali aliran bahan telah dapat dihentikan. Gunakan bahan pemadam kebakaran yang memadai di sekeliling api. Basahi dengan semprotan air. Dinginkan wadah dengan semprotan air setelah api padam. Hindarkan menghirup bahan atau produk samping pembakaran. Tetap berada pada tempat yang arah anginnya berlawanan dan hindari daerah yang lebih rendah. Pertimbangkan evakuasi sesuai arah angin jika terjadi kebocoran.
13.
Manajemen Tumpahan Jika cairan yang mengandung karbaril tertumpah, lakukan hal-hal sebagai berikut: Jauhkan orang yang tidak menggunakan perlengkapan pelindung dari area tumpahan atau area kebocoran bahan hingga bersih. Beri udara pada area tumpahan atau kebocoran. Kumpulkan tumpahan atau diserap menggunakan vermiculite, pasir kering, atau tanah. Jangan diguyur dengan air. Tumpahan dilap dan dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan di tempat yang aman.
14.
Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. 1985 . Panduan Bahan Berbahaya .Jilid I B. Direktorat Pengawasan Obat Dan Makanan .hal 167 Handling Chemical Safety , 1980 . P. 135 Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens, Third Edition, Volume 1, A - F, P. 75 Poison & Drug Overdosis, Kent R. Olson , Fifth Edition, P. 546 US.Departement of Health & Human Services Public Health Services . Toxicological Profile for Aluminium . Agency for toxic substances and disease registry TP-91 / 01 P. 67-69. http://www.sciencelab.com/xMSDS-Aluminum-9922844 (diunduh tahun 2012) http://www.chemicalbook.com/ProductMSDSDetailCB6227696_EN.htm (diunduh tahun 2012) http://www.eagerplastics.com/almsds.htm (diunduh tahun 2012) http://www.inchemi.org/documents/icsc/icsc/eics0988.htm (diunduh tahun 2012)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2012 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------