Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara The Description Of The Behavior To Prevent The Transmission Of Pulmonary Tb On Pulomonary To Suffers Tb In The Working Region Of Mayong II Health Center Jepara Regency Mutiara Ayu Rahma Fitriana, Heni Hirawati P.,S.SiT.,M.Kes, Sundari,S.SiT Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Salah satu peran masyarakat untuk membantu proses pencegahan penularan TB paru adalah dengan adanya perilaku yang baik dalam kehidupan. Dikarenakan angka kejadian TB paru yang mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya. Untuk itu diperlukan perilaku yang baik dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Mayong II sebanyak 32 orang. Sampel diambil secara total sampling dimana semua populasi dijadikan sampel. Instrument yang dipakai menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan presentase untuk menggambarkan perilaku pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru adalah kurang baik yaitu 24 orang (75,0%). Saran bagi penderita diharapkan bagi penderita agar berperilaku lebih seperti halnya mempunyai kain atau masker yang selalu dikenakan, mempunyai tempat penampungan dahak pribadi, dan mempunyai alat makan sendiri.Untukpencegahan penularan TB paru ke orang lain. Kata kunci : Perilakupencegahanpenularan TB Paru Kepustakaan : 23 (2004 – 2013) ABSTRACT One role of the community to assist in preventing the transmission of pulomonaryTB is a good behavior in life. Because the incidence of pulmonary TB has increased significantly each year, it is necessary to havea good behavior in society. This study aims to describe the behavior to prevent the transmission of TB of pulmonary tuberculosis sufferers. The study design used descriptive with cross sectional approach. The population in the research was pulmonary TB patients in the working region asmany as 32 persons. The samples were taken by using total sampling population where all the persons were the samples. The instrument used questionnaires. This study aimed to describe the behavior to prevent the transmission of pulmonary TB. The result showed that most of the behavior to prevent the transmission of pulmonary TB in the sufferers were less good in 24 persons (75,0%)
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
A suggestion for the patients is to have good as a having a cloth or masker is always used, having a personal sputum shelter, having a personal cutlery for the a behaviorto prevent transmission of pulmonary TB. keywords Bibliographies
: The behavior to prevent the transmission of pulmonary TB : 23 (2004 – 2013)
PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit TBC ini diakibatkan infeksi kuman mikrobakterium tuberculosis yang dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak.TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini. (Gklinis, 2004). Menurut Data WHO, pada tahun 2009 lebih dari 2 miliar orang , sama dengan sepertiga warga dunia, terinfeksi basil TB. Jika tidak mendapat pengobatan, setiap orang dengan TB aktif dapat menularkan kepada rata-rata 10 sampai 15 orang setiap tahunnya. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan terdapat 450.000 kasus TB paru. Tiga per empat dari kasus TB ini terdiri dari usia produktif (1555) tahun, separonya tidak terdiagnosis dan baru sebagian yang tercakup dalam program penanggulangan TB sesuai rekomendasi (Gklinis, 2004). Penularan kuman TBC dipengaruhi oleh perilaku penderita, keluarga serta masyarakat dalam mencegah penularan penyakit TBC. Perilaku dalam mencegah penularan penyakit TBC antara lain, menutup mulut pada waktu batuk dan bersin, meludah pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan, imunisasi BCG pada bayi, menghindari udara dingin, mengusahakan sinar matahari masuk ke tempat tidur, serta makan- makanan yang tinggi karbohidrat dan tinggi protein (Depkes, 2008).
Dan dari hasil survey perilaku di wilayah kerja Puskemas mayong II masyarakat yang berperilaku kurang baik, seperti contoh saat mereka bekerja tidak menggunakan pelindung mulut untuk upaya pencegahan penyakit, dan dari mereka saat batuk tidak menutup mulut, perilaku yang lain adalah saat makan mereka makan bersama dengan orang lain. Para penderita juga kerap membuang dahak disembarang tempat. Kebiasaan tidur sekamar dengan keluarga lain juga banyak mereka lakukan. Berdasarkan hasil data dari Puskesmas Mayong II yang sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Mayong. Terdapat penemuan penderita TB paru pada tahun 2011 terdapat BTA positif sebanyak 34 penderita, dan pada tahun 2012 terdapat BTA positif sebanyak 34 penderita, dan tahun 2013 terdapat 26 penderita sedangkan pada tahun 2014 terjadi peningkatan sampai bulan desember terdapat 34 penderita namun 2 diantaranya meninggal dunia. Dari penderita tersebut terdapat 17 orang laki-laki dan 15 orang perempuan dengan kisaran umur 20-60 tahun (Register TBC puskesmas). Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 5 orang penderita Tuberculosis didapatkan 1 orang berperilaku menutup mulut saat batuk, sedangkan 1 diantara penderita tersebut membuang dahak pada tempatnya, dan didapatkan hanya 1 orang yang memisahkan makanan dan alat makan dengan yang lainnya dan untuk perilaku yang lain 2 orang penderita mengatakan membuka jendela pada pagi atau siang hari.
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih mendalam terhadap “Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan TB paru Pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara”. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran perilaku pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran perilaku menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin untuk pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara. b. Mengetahui gambaran perilaku membuang dahak pada tempatnya untuk pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara. c. Mengetahui gambaran perilaku untuk memisahkan makanan dan alat makan untuk pencegahan penularanTB paru pada penderita TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Mayong II. d. Mengetahui gambaran perilaku untuk membuka jendela pada pagi atau siang hari untuk pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Mayong II. Manfaat Penilitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang perilaku yang baik untuk mencegah penularan TB paru..
2. Bagi peneliti Sebagai proses belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah 3. Bagi institusi Sebagai bahan tambahan referensi di Perpustakaan DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 4. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan lanjutan untuk keperluan referensi peneliti selanjutnya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Variabelnya adalah perilaku pencegahan penularan TB paru dan sub variabelnya adalah menutup mulut saat batuk, membuang dahak pada tempatnya, memisahkan makanan dan alat makan, membuka jendela pada pagi atau siang hari. Penelitian dilakukan pada tanggal 13-15 Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Mayong II pada Bulan Januari 2014 – 13 Februari 2015 sebanyak 32 penderita. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan membagikan kuesioner pada penderita TB paru sejumlah 32 orang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang telah dikumpulkan dari Register TB paru Puskesmas Mayong II. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Penderita TB Paru di
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014 Umur
Frekuensi
21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun Jumlah
4 6 15 7
Persentase (%) 12,5 18,8 46,9 21,9
32
100,0
2. Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014 Jenis Frekuensi Persentase Kelamin (%) Laki-laki 17 53,12 Perempuan 15 46,88 Jumlah 32 100,0 3. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014 Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 18 56,3 SMP 8 25,0 SMA 6 18,8 Jumlah 32 100,0
Buruh 12 37,5 Wiraswasta 11 34,4 Jumlah 32 100,0 B. Analisis Univariat 1. Perilaku Menutup Mulut Saat Batuk Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Menutup Mulut Saat Batuk pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014 Perilaku Frekuensi Persentase Menutup (%) Mulut Saat Batuk Kurang 29 90,6 Baik 3 9,4 Baik Jumlah 32 100,0 2. Perilaku Membuang Dahak Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Membuang Dahak pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014 Perilaku Frekuensi Persentase Membuang (%) Dahak Kurang 31 96,9 Baik 1 3,1 Baik Jumlah 32 100,0 3. Perilaku Memisahkan Makanan dan Alat Makan Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Memisahkan Makanan dan Alat Makan pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014
4. Pekerjaan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Penderita TB Paru di Perilaku Frekuensi Persentase Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun Memisahkan (%) 2014 Makanan dan Alat Pekerjaan Frekuensi Persentase Makan (%) Kurang Baik 22 68,8 Pedagang 4 12,5 Baik 10 31,2 Petani 5 15,6 Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
Jumlah
32
100,0
4. Perilaku Membuka Jendela Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Membuka Jendela pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014 Perilaku Frekuensi Persentase Membuka (%) Jendela Kurang 9 28,1 Baik 23 71,9 Baik Jumlah 32 100,0 5. Perilaku Pencegahan Penularan TB Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Pencegahan Penularan TB pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II, Tahun 2014 Perilaku Frekuensi Persentase Pencegahan (%) Penularan TB Kurang Baik 24 75,0 Baik 8 25,0 Jumlah 32 100,0 PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Perilaku menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin Berdasarkan hasil penelitian dari jumlah 32 responden yang diberikan kuesioner dalam bentuk 4 pertanyaan tentang menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin didapatkan hasil responden yang mempunyai perilaku kurang baik 29 (90,6%) lebih besar dari pada perilaku baik yaitu 3 (9,4%) . Di katakan berperilaku kurang baik dikarenakan dari 4 pertanyaan tersebut sebagian besar dari mereka berperilaku
tidak pernah menutup mulut dan hidung saat batuk. Dari data penelitian kategori menutup mulut saat batuk yang paling menonojol adalah menutup mulut menggunakan tisu/kain. Dari 32 responden sekitar 62,5 % (20 orang) tidak melakukannya. Alasan dari mereka tidak menggunakan tisu dikarenakan tidak mendapat vasilitas masker ataupun penutup mulut dari pekerjaanya. Maka dari itu disarankan untuk penderita TB membawa kain penutup mulut secara pribadi yang bisa digunakan saat bekerja atau kemanapun, sehingga saat batuk bakteri TB tidak menyebar keorang lain. Perilaku menutup mulut dipengaruhi oleh faktor pekerjaan , dimana dilahan didapatkan 12 (37,5%) mayoritas buruh mebel dan industry genting, biasanya orang yang bekerja sebagai buruh kategori pekerjaan yang rendah, dan berpotensi untuk terkena TB paru karena pada saat mereka bekerja tidak menggunakan penutup mulut. Selain alasan tidak diberi Vasilitas masker mereka beralasan merasa pengap dan gerah jika harus menggunakan penutup mulut saat bekerja. Menurut Noor (2008), pekerjaan juga mempunyai hubungan yang erat dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan keluarga. Angka kejadian TB umpamnya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan pendapatan keluarga, dan telah diketahui bahwa pada umumnya angka kejadian TB meningkat pada status sosial ekonomi rendah. 2. Perilaku membuang dahak Berdasarkan hasil penelitian dari jumlah 32 responden yang diberikan kuesioner dalam bentuk 4 pertanyaan tentang membuang dahak disembarang
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
tempat didapatkan hasil perilaku kurang baik yaitu 31 (96,9%) lebih besar dari kategori perilaku baik yaitu hanya 1 (3,1%). Dan dikatakan kategori baik dikarenakan dari 4 pertanyaan tersebut sebagian dari mereka menjawab tidak pernah melakukannya dalam perilaku sehari-hari. Dilahan ditemukan sebanyak 21 (62,6%) tidak pernah membuang dahak ditempat yang diberi desinfektan. Hanya 11 orang (34,4%) yang membuang dahak diberi sabun. Alasan dari mereka tidak mengetahui standar pembuangan dahak yang baik untuk penderita TB baru, sehingga mempengaruhi pola perilaku mereka. Maka dari itu disarankan untuk mempunyai kaleng atau tempat penutup yang dapat digunakan untuk menampung dahak, yang bisa dibawa kemana saja. Perilaku dalam membuang dahak sembarangan juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dilahan didapatkan mayoritas pendidikan adalah SD yaitu sebesar 18 (56,3%) dimana pendidikan SD adalah kategori pendidikan rendah. Jika seseorang mempunyai pendidikan yang rendah maka pengetahuan dan perilaku mereka cenderung kurang baik dibanding dengan yang pendidikan tinggi . Sebaliknya Dengan pendidikan yang tinggi akan mempunyai pengetahuan yang tinggi semisal dalam hal kesehatan. Faktor pendidikan diatas diperkuat oleh teori Notoadmojo (2010), pendidikan rendah akan mempengaruhi perilaku mereka dan cenderung kurang baik, mereka tau pentingnya kesehatan tapi tidak sadar untuk berperilaku baik dalam kesehatan. Selain itu dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, dimana dilahan sebagian besar 12 (37,5%) mayoritas buruh mebel dan industry genting, biasanya orang yang bekerja buruh adalah mempunyai status sosial ekonomi yang rendah, sehingga
tidak memungkinkan mereka membawa kaleng tertutup yang berisi sabun ditempat mereka bekerja, selain itu alasan mereka tidak mau ribet saat bekerja harus membawa kaleng. Dari sarana prasarana yang berada diwilayah tersebut tidak disediakan tempat sampah yang tertutup yang bisa djadikan alternative pembuangan dahak, Jadi saat mereka batuk mereka membuangnya ditempat sembarangan. Menurut Noor (2008), pekerjaan juga mempunyai hubungan yang erat dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan keluarga. Angka kejadian TB umpamanya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan pendapatan keluarga, dan telah diketahui bahwa pada umumnya angka kejadian TB meningkat pada status sosial ekonomi rendah. 3. Perilaku memisahkan makanan dan alat makan. Berdasarkan hasil penelitian dari 32 responden yang diberikan kuesioner dalam bentuk 4 pertanyaan tentang perilaku memisahkan makanan dan alat makan didapatkan hasil responden yang berperilaku kurang baik yaitu 22 (68,8%) lebih besar dari yang kategori perilaku baik yaitu 10 (31,2%) Dilahan sebanyak 9 orang (28,13%) tidak memisahkan alat makan, banyak ditemukan dari mereka yang menderita TB paru masih saja makan dengan anggota keluarga lain, bahkan alat makan yang mereka gunakan sama dengan anggota keluarganya. Maka dari itu saran bagi penderita agar mempunyai alat makan secara pribadi yang dapat digunakan dirumah maupun ditempat bekerja. Perilaku memisahkan makanan dan alat makan juga dipengaruhi karena faktor
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
pekerjaan. Pekerjaan yang mayoritas buruh 12 (37,5%) mebel dan tani tidak memungkinkan jika mempunyai alat makan secara pribadi karena disana ada tradisi makan secara bersama-sama dengan anggota pekerja yang lainnya. Seperti untuk buruh mebel ditempat kerja hanya disediakan 1 cangkir tempat minum yang digunakan seluruh anggota pekerja. Dengan pekerjaan yang rendah maka akan mempengaruhi pengetahuan seseorang dan akan berdampak pada perilaku seseorang. Pekerjaan yang rendah juga mempengaruhi pendapatan seseorang sehingga akan berdampak pada tersedianya sarana dan prasarana yang memadahi untuk kesehatan. Paparan diatas diperkuat oleh teori Noor (2008) bahwa dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan tingkat/derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja, dan sifat sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu. Ada berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat pekerjaan seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja. Dilain pihak sering pula pekerja pekerja dari jenis pekerjaan tertentu bermukim dilokasi yang tertentu pula sehingga sangat erat hubungannya dengan lingkungan tempat tinggal tertentu. 4. Perilaku membuka jendela pada pagi atau siang hari Berdasarkan hasil penelitian dari 32 responden yang diberikan kuesioner dalam bentuk 4 pertanyaan tentang membuka jendela pada pagi hari didapatkan hasil yang dikategorikan baik yaitu 23 (71,9%) lebih besar dari kategori yang kurang baik 9 (28,1%). Perilaku membuka jendela bertujuan untuk mematikan kuman TBC. Karena
dengan sirkulasi udara yang bagus kuman TBC tidak bersarang ditempat. Jendela sebagai tempat sirkulasi udara yang baik bagi keluar masuknya udara. Membuka jendela pada pagi atau siang hari kerap dilakukan agar mereka merasa segar, disamping itu karena budaya dengan membuka jendela atau pintu rumah. Sirkulasi udara sangat penting terutama untuk penderita TB paru, dikarenakan bakteri TB akan mati jika terkena sinar matahari. Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultra-violet. Basil TB juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100% C. (Danusantoso, 2013). Perilaku membuka jendela dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, dimana dilahan sebagian besar 12 (37,5%) mayoritas buruh mebel dan industry genting, biasanya lebih banyak diluar rumah, sehingga jika seseorang bekerja diluar rumah maka kemungkinan tidak membuka jendela, karena saat mereka bekerja berangkat pagi dan pulang petang. Selain itu letak rumah berdekatan dengan tempat pembuatan industry genting jadi alasan mereka tidak mau membuka jendela karena debu dan polutan yang sangat kotor. 5. Perilaku pencegahan penularan TB secara keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan mayoritas dari mereka berperilaku kurang baik 24 (75,0%) dan yang kategori baik hanya 8 (25%). dimana untuk perilaku dimasyarakat yang kurang baik akan mempengaruhi angka penyebaran TB. dan naiknya angka kesakitan dan kematian di wilayah tersebut.
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
Dalam penelitian Sari (2014), dapat diketahui bahwa sebagian besar TB paru di wilayah kerja Puskesmas Bebandem berada pada usia kelompok produktif (66,7%) dengan tingkat pendidikan rendah (72,2%), tidak bekerja (55,6%), dengan status sosial menengah keatas. Sebagian besar penderita TB paru memiliki ventilasi yang tidak memenuhi syarat rumah sehat (50%), jendela rumah dengan pencahayaan kurang ( 66,7%), menutup mulut saat batuk atau bersin (38,7%), memisahkan makanan dan alat makan (32,3%). Berdasarkan temuan dalam penelitian tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukukan perilaku pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru diantaranya yaitu menutup mulut saat batuk atau bersin, membuang dahak ditempatnya, memisahkan makanan dan alat makan, membuka jendela pada pagi ataupun siang hari. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar pencegahan penularan TB paru untuk perilaku menutup mulut saat batuk kurang baik yaitu 29 (90,6%). 2. Sebagian besar pencegahan penularan TB paru untuk perilaku membuang dahak kurang baik yaitu 31 (96,9%). 3. Sebagian besar pencegahan penularan TB paru untuk perilaku memisahkan makanan dan alat makan yaitu 22 (68,8%)
4. Sebagian besar pencegahan penularan TB paru untuk perilaku membuka jendela pada pagi hari baik yaitu 23 (71,9%). 5. Sebagian besar untuk perilaku pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru adalah kurang baik yaitu 24 (75%) B. Saran 1. Bagi puskesmas Diharapkan untuk tetap memberikan pendidikan secara berkala tentang pencegahan penularan TB paru. Dan diharapkan untuk memfasilitasi sarana prasarana kesehatan seperti pengadaan tempat sampah tertutup agar bisa dijadikan alternatif pembuangan dahak. 2. Bagi penderita Diharapkan bagi penderita agar berperilaku lebih baik lagi untuk pencegahan penularan TB paru ke orang lain. Seperti halnya mempunyai kain atau masker penutup mulut yang selalu digunakan, mempunyai tempat penampungan dahak pribadi, dan mempunyai alat makan sendiri. 3. Bagi peneliti Diharapkan bagi peneliti lain penelitiannya serupa pada saat penelitian bisa menghimbau agar penderita selalu berperilaku lebih baik dalam keseharianya, agar menekan angka penyebaran TBC. DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso, Halim. (2013). Ilmu Penyakit paru. Jakarta : EGC. Depkes RI. (2008). Pedoman Penanggulangan Tuberculosis : Jakarta
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
Fibriana, Linda Presti. (2011). Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Keluarga tentang Pencegahan Penyakit Menular Tuberculosis. http://www. Jurnal Keperawatan.com Gklinis. (2004). Pengobatan Tuberculosis Paru Masih Menjadi Masalah : Jakarta
Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sari. (2014). Gambaran Aspek Lingkungan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberculosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bebandan Kabupaten Karangasem. http://ojs.unud.ac.id
Noor, Nur Narsy . (2008). Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara