PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING WARDOYO BALAI REHABILITASI SOSIAL ANAK “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN Arini*), Faridah Aini **), Heni Hirawati P ***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Proses menua menyebabkan gangguan kognitif yang terlihat jelas pada daya ingat dan kecerdasan lansia. Kemunduran fungsi kognitif dapat diperlambat, bahkan dapat dipertahankan dengan baik dengan cara terus melatih otak. Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana yang bermanfaat untuk merangsang seluruh bagian otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah “quasy experimental dengan pendekatan nonequivalent control group”. Populasi sebanyak 84 orang dengan sampel sebanyak 12 orang kelompok intervensi dan 12 orang kelompok kontrol dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk menilai fungsi kognitif adalah Mini Mental State Examination. Analisis bivariat yang digunakan adalah Mann-Whitney dan Wilcoxon. Hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara fungsi kognitif lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah senam otak dengan p-value 0.024 dengan α=0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif lansia. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada instansi tempat penelitian agar dapat mempertimbangkan latihan senam otak sebagai program kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia baik secara individu maupun kelompok sebagai upaya pencegahan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang semakin berat. Kata kunci: Pengaruh, Senam Otak, Fungsi Kognitif
ABSTRACT The aging process cause cognitive disorder which is clearly seen on the memory and intelligence of the elderly. The decline of cognitive function can be slower, even be maintained properly by continuing to train the brain. Brain gym is a series of simple body movement to stimulate all parts of the brain. This research aims to analyze the effect of brain gym toward elderly cognitive function. The research design used quasy experimental with non equivalent control group approach. The population were 84 people with 12 people in intervention group and 12 people in control group by using purposive sampling technique. Measuring instrument used to assess cognitive function was Mini Mental State examination. The bivariate analysis used is mannwhitney and wilcoxon. The result of research by Mann-whitney analysis show significant difference between cognitive function of the elderly in the intervention group and the control group after brain gym with p-value of 0.024 with α=0.05. This shows that there is influence of brain gym toward elderly cognitive function. Based on the result it is recommended to research location to consider the brain gym exercises as the program activities that can be undertaken by the elderly both individually and as a group as the prevention efforts of more severe cognitive function decline. Key words: Influence, Brain Gym, Cognitive Function
PENDAHULUAN Latar Belakang Proses menua merupakan proses alamiah yang akan dialami semua makhluk hidup. Demikian pula sel-sel otak manusia. Setelah manusia melewati usia 2 tahun, pertumbuhan sel otak semakin pesat, percabangan neuron menjadi semakin rimbun, membuat hubungan dengan neuron-neuron dan pembentukan akson yang semakin banyak. Pertumbuhan sel otak manusia dapat terjadi seumur hidup, namun seiring bertambahnya usia, pertumbuhan sel otak juga mengalami proses perubahan. Pada usia 70 tahun, bagian otak yang rusak bisa mencapai sekitar 5-10% pertahun, hal ini berakibat pada proses berpikir yang menjadi lamban, sulit berkonsentrasi dan kemampuan daya ingat menurun. Banyak anggapan di masyarakat, bahwa orang yang sudah lanjut usia akan mengalami demensia, tidak kreatif, pemarah, penyakitan, dan tidak bisa bekerja lagi. Padahal kenyataannya, setiap orang tetap bisa memaksimalkan sel-sel otaknya pada usia
2
berapa pun (Widianti & Proverawati, 2010). Banyak jenis kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan derajat kesehatan lansia, seperti menjaga pola makan, menghindari stess emosional dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga/senam. Senam merupakan kegiatan fisik yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh manusia, agar tetap merasakan kebugaran dan kesegaran. Aktifitas fisik ini dilakukan dalam rangka menjaga dan mempertahankan fungsi organ tubuh agar tetap dapat bekerja dengan optimal. Sama halnya dengan bagian tubuh lainnya, otak manusia pun perlu mendapatkan aktivitasaktivitas yang dapat merangsang dan mempertahankan kinerjanya secara optimal, terutama bagi lansia yang dengan bertambahnya usia maka otak pun akan mengalami proses penuaan. Salah satu aktivitas/senam yang dapat diterapkan pada lansia adalah senam otak karena senam ini tidak membutuhkan banyak energi untuk melakukannya. Senam otak dengan metode latihan Edu-K
Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran
atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Senam otak (brain gym) merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat menarik keluar tingkat konsentrasi otak, dan juga sebagai jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal. Pada dasarnya senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu mengoptimalkakn fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak manusia (Widianti & Proverawati, 2010). Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran pada 10 orang lansia dengan menggunakan Tes Fungsi Kognitif MMSE (Mini Mental State Examination), diperoleh hasil yaitu 6 orang lansia mengalami penurunan fungsi kognitif berat, 2 orang dengan gangguan fungsi kognitif sedang dan 2 orang lansia lainnya dengan fungsi kognitif normal. Hal ini menunjukkan bahwa kasus penurunan kognitif pada lansia masih tinggi. Namun, terkait dengan masalah di atas, lansia belum melakukan upaya mandiri untuk mencegah terjadinya penurunan kognitif.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai gangguan kognitif pada lansia sehingga dapat menerapkan intervensi yang tepat dalam melakukan pengelolaan sedini mungkin agar gangguan kognitif tidak berkembang ke arah demensia kronis atau gangguan yang lebih berat. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para lansia untuk menghambat kemunduran fungsi kognitif sehingga berguna bagi aktifitas hidup sehari-hari, terutama untuk kualitas kehidupan lansia ke depan.
Rumusan Masalah Apakah Ada Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Dalam penelitian ini jumlah populasi yang digunakan adalah seluruh lansia yang ada di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran sebanyak 84 orang.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “quasiexperimental dengan pendekatan nonequivalent control group”, dimana penelitian ini menggunakan kelompok kontrol tetapi tanpa randomisasi. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam waktu 8 hari dimulai 21 Januari 2016 sampai dengan 28 Januari 2016 di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.
Sampel Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 responden, sehingga total sampel yang diperlukan adalah 24 orang.
Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran
3
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Metode Pengumpulan Data Sumber data Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi data yang diperoleh dari pengukuran fungsi kognitif lansia menggunakan MMSE. Data sekunder meliputi jumlah lansia pada bulan Januari yang diperoleh dari hasil rekapitulasi instansi Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran. Instrument penelitian Instrumen penelitian untuk mengukur fungsi kognitif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner Mini Mental State Examination. Skor Mini Mental State Examination (MMSE) diberikan berdasarkan jumlah item yang benar secara sempurna. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi (pengukuran) fungsi kognitif lansia sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan (eksperimen). Analisa Data Analisis Univariat Analisis univariat yang digunakan adalah analisis frekuensi untuk melihat fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah diberikan senam otak, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol dan akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Diagram 1 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia sebelum senam otak pada kelompok intervensi
Diagram 2 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia sebelum senam otak pada kelompok kontrol
Diagram 3 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok intervensi
Analisis Bivariat Analisis statistik yang digunakan untuk kelompok Independen adalah uji Mann-Whitney. Analisis statistik yang digunakan untuk kelompok dependen adalah uji Wilcoxon.
4
Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran
Diagram 4 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok kontrol
Analisis Bivariat Tabel 1 Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok intervensi Fungsi kognitif Sebelum dan setelah senam otak kelompok intervensi Total
n
Negatif Positif Sama
0 9 3
Mean Rank 0.00 5.00
pvalue
0.007
12
Tabel 2 Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok kontrol Fungsi kognitif Sebelum dan setelah senam otak kelompok kontrol Total
Negatif Positif Sama
n 3 0 9
Mean Rank 2.00 0.00
pvalue
0.102
12
Tabel 3 Perbedaan fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Kelompok Fungsi kognitif post Intervensi test Kontrol
n 12 12
Mean p-value Rank 15.67 0.024 9.33
PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran fungsi kognitif lansia sebelum diberikan senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil kuesioner MMSE menunjukkan bahwa aspek yang tidak mampu dijawab oleh lansia terbanyak adalah pada aspek perhatian dan kalkulasi, mengingat, dan bahasa (menyalin gambar). Menurut peneliti hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh proses menua yang dialami oleh lansia, dimana proses menua tidak hanya terjadi pada fisik saja, tetapi juga terjadi pada sel otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif dapat disebabkan proses penuaan sel otak akibat usia yang semakin bertambah. Menurut Dewi, 2014 bahwa proses menua adalah proses perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Gambaran fungsi kognitif lansia setelah diberikan senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Adanya peningkatan fungsi kognitif pada kelompok intervensi dapat terjadi karena aktivitas keseharian lansia dan juga latihan senam otak yang diberikan. Aktivitas meliputi kegiatan lansia seperti berjalan kaki baik dalam rangka olahraga atau hanya sekedar melakukan rutinitas sehari-hari. Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Santoso dan Ismail (2009) yang mengatakan bahwa pusat intelegensi terdapat di otak lapisan luar, dan pada orang yang aktif ternyata bagian ini lebih tebal dibandingkan dengan orang yang kurang aktif, pada lansia lapisan otak tersebut mulai mengalami atrofi, terutama lansia yang kurang aktif, yang hanya duduk-duduk dan tidak melakukan aktivitas apa-apa.
Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran
5
Analisis Bivariat Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok intervensi Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara fungsi kognitif lansia kelompok intervensi sebelum diberikan senam otak dan setelah senam otak. Adanya peningkatan fungsi kognitif lansia dapat terjadi karena latihan atau senam otak yang dilakukan selama 1 minggu. Sesuai dengan pendapat Santoso Hanna & Andar Ismail, 2009 yang menyatakan bahwa latihan otak dapat berfungsi untuk melatih otak agar semua kemunduran fungsi kognitif dapat diperlambat, bahkan dapat dipertahankan dengan baik. Proses menua menyebabkan gangguan kognitif yang terlihat jelas pada daya ingat dan kecerdasan lansia (Santoso Hanna & Andar Ismail, 2009). Secara keseluruhan, fungsi kognitif menunjukkan sedikit penurunan pada lansia normal. Seiring bertambahnya usia ada penurunan kecepatan belajar, kecepatan di dalam memproses informasi baru dan kecepatan bereaksi terhadap rangsangan sekitarnya (Santoso Hanna & Andar Ismail, 2009). Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan fungsi otak antara lain adalah latihan vitalisasi otak, senam otak, terapi kognitif, dan manajemen nutrisi. Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok kontrol Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa lansia kelompok kontrol jarang melakukan aktivitas-aktivitas seperti berjalan kaki menuju mesjid ataupun hanya sekedar berjalan kaki untuk berolahraga di luar halaman wisma. Kebiasaan yang dilakukan adalah hanya duduk di dalam wisma sambil menonton televisi dan bercengkerama dengan lansialansia lain dalam satu wisma. Adapun aktivitas fisik yang telah diprogramkan
6
oleh institusi adalah senam lansia, akan tetapi masih ada sebagian lansia yang tidak mau mengikuti kegiatan tersebut dan memilih untuk berdiam di dalam wisma. Pendapat ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Markam (2009) yang mengatakan bahwa rangsangan yang diberikan pada otak akan mengaktifkan sel-sel otak yang mengalami proses penuaan, sehingga dapat mengoptimalkan fungsi yang telah mengalami kemunduran. Sel-sel otak yang selalu mendapatkan rangsang, akan hidup terus menerus dan membentuk cabang-cabang baru sedangkan sel otak yang tidak dirangsang akan putus hubungan dengan saraf-saraf lain dan mengalami atrofi atau pelisutan. Perbedaan fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Dari segi fungsi, otak terdiri dari dua hemisfer/belahan yaitu kiri dan kanan, seolah mempunyai tiga dimensi yang saling berhubungan. Dengan mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian ini, kita akan memperoleh fungsi otak secara optimal. Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah dengan melakukan senam otak (Chatib, 2011). Jumlah sel saraf memanglah tidak dapat bertambah, justru akan menyusut sesuai pertambahan usia. Namun percabangannya dapat terus terbentuk bahkan hingga usia lanjut. Seperti halnya hukum yang berlaku di alam ini bahwa alat yang tidak digunakan akan melisut, maka otakpun mengalami hal tersebut. Bila tidak digunakan, otak akan melisut, percabangan juluran sel saraf akan akan rusak dan menggersang. Latihan dapat dilakukan untuk menghindari pelisutan atau atrofi sel otak. Latihan menjadi satu cara pengasupan program ke dalam otak. Latihan tersebut dapat berupa senam untuk otak, karena dalam senam sudah pasti terjadi pemrograman gerakan dalam otak. Pasalnya gerakan-gerakan yang diajarkan
Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran
akan memberikan manfaat untuk otak. Misalnya gerakan yang menyebabkan fungsi otak belahan kiri dan kanan bekerja sama akan memperkuat hubungan antara kedua belahan otak, atau gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan akan melatih hubungan antara pusat penglihatan dan pusat gerakan (Markam, 2005). Kekuatan yang dimiliki oleh gerakangerakan sederhana brain gym mampu mengaktifkan kembali fungsi seluruh otak melalui gerakan-gerakan tubuh. Brain gym terdiri dari gerakan-gerakan terintegrasi kontralateral yang menuntut keseimbangan, yang secara mekanis mengaktifkan kedua hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris, merangsang sistem (keseimbangan) vestibular untuk mencari keseimbangan, dan mengurangi mekanisme “melawan”. Dalam keadaan ini, lebih mudah bagi kita untuk berpikir, memahami, dan muncul ide serta solusi baru (Dennison, 2008). Penurunan fungsi kognitif dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan terjadinya demensia atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah kepikunan. Demensia tidak dapat dicegah, tetapi dapat diperlambat kemunculannya. Caranya dengan memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak. Misalnya olahraga, sosialisasi dan berkarya (Nadesul, 2011). Senam otak (brain gym) merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat menarik keluar tingkat konsentrasi otak, dan juga sebagai jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal. Pada dasarnya senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu mengoptimalkakn fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak manusia (Widianti & Proverawati, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanafi pada tahun 2014 pada 10 orang responden yang diberikan senam otak setiap hari selama satu minggu juga menunjukkan hasil terdapat
perbedaan fungsi kognitif yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan nilai p value=0.038. Keterbatasan Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tentu memiliki kelemahankelemahan, seperti pada saat penelitian identifikasi usia lansia sampel penelitian tidak didasarkan atas data yang akurat dari data identitas lansia sehingga data umur sampel hanya diperoleh secara subjektif, karena tidak adanya data identitas yang dimiliki lansia, bahkan dari Institusi terkait sendiri. Selain dari itu keterbatasan lainnya adalah peneliti tidak dapat mengontrol faktor yang mungkin menyebabkan bias dalam penelitian seperti aktivitas lansia dan kemampuan fungsi kognitif yang telah dimiliki lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan pada tahun 2014, senam otak yang dilakukan selama 3 minggu dengan perlakuan 2x sehari selama 10-15 menit untuk melihat fungsi kognitif lansia, menunjukkan bahwa senam otak secara signifikan bermanfaat dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia yang mengalami demensia. KESIMPULAN DAN SARAN Tidak ada perbedaan yang signifikan antara fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening wardoyo Balai Rehabilitasi sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran dengan p-value 0.102 (α=0.05). Ada perbedaan yang signifikan antara fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran dengan p-value 0.007 (α=0.05). Ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening wardoyo Balai Rehabilitasi sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran dengan p-value 0.024 (α=0.05).
Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran
7
SARAN Latihan senam otak ini dapat dipertimbangkan sebagai program rencana kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia baik secara individu maupun kelompok sebagai upaya pencegahan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang semakin berat. Peneliti selanjutnya yang akan meneliti variabel yang sama agar dapat mencari informasi yang lebih akurat tentang data identitas responden, sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih baik. Disarankan juga untuk mencari sampel yang memiliki karakteristik yang homogen dan dapat menggunakan metode penelitian yang lain sehingga hasil penelitian lebih akurat, serta dapat mengupayakan agar dapat mengontrol faktor yang dapat menyebabkan bias dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung. Kaifa [2] Dennison, Paul E. 2008. Brain Gym and Me, Cetakan I. Editor: A. Ariobimo Nusantara. Penterjemah: Bakdi Soemanto, Yovita Hardiwati. Jakarta: Grasindo [3] Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jogyakarta: Deepublish [4] Hanafi, Abdullah. 2014. Pengaruh Terapi Brain Gym terhadap
8
Peningkatan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia di Posyandu Lanjut Usia Desa Pucangan Kartasura. Program Studi S-1 Keperawatan Unversitas Muhammadiyah Surakarta. (http://eprints.ums.ac.id/32228/24/2.N ASKAH%20PUBLIKASI%2BLEBA R%20PENGESAHAN.pdf), diakses 27 Desember 2015 [5] Markam, Soemarmo. 2009. DasarDasar Neuropsikologi Klinis, Cetakan I. Editor: Suprapti Slamet S. Markam. Jakarta: Sagung Seto [6] --------- dkk. 2005. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo [7] Nadesul, Hendrawan. 2011. Menyayangi Otak: Menjaga Kebugaran, Mencegah Penyakit, Memilih Makanan. Editor: Nur Adji. Jakarta: Kompas [8] Santoso, Hanna dan Andar Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia, Cetakan 1. Jakarta: Gunung Mulya [9] Widianti, Anggriyana Tri dan Atikah Proverawati. 2010. Senam Kesehatan: Aplikasi Senam untuk Kesehatan, Cetakan I. Jogyakarta: Nuha Medika [10] Setiawan, Rochmad Agus. 2014. Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia di Pnati Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Program Studi S-1 Keperawatan STIKES kusuma Husada Surakarta. (http://digilib.stikeskusumahusada.ac.i d/files/disk1/12/01-gdl-rochmadagu566-1-skripsi_-n.pdf), diakses 16 September 2015
Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran