PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI IMAGINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN NYERI EPISIOTOMY PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI BANGSAL KENANGA RSUD KARANGANYAR
DisusunOleh :
MURTIYAH NIM. P. 11041
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI IMAGINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN NYERI EPISIOTOMY PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI BANGSAL KENANGA RSUD KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiyah Untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DisusunOleh :
MURTIYAH NIM. P. 11041
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: MURTIYAH
NIM
: P11041
Program Studi
: D III KEPERAWATAN
Judul
: PEMBERIAN
TERAPI
IMAGINASI
NON
FARMAKOLOGI
TERBIMBING
TERHADAP
PENURUNAN NYERI EPISIOTOMY PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN
DIBANGSAL
KENANGA
RSUD
KARANGANYAR Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini bear- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagi tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, Mei 2014 Yang Membuat Pernyataan
MURTIYAH NIM P11 041
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, ramat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul IMAGINASI
“PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI
TERBIMBING
TERHADAP
PENURUNAN
NYERI
EPISIOTOMY PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN DIBANGSAL KENAGA RSUD KARANGANYAR”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1.
Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dan menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dan menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4.
Nurul Devi Ardiani,S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.
5.
Nurul Izzawati, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.
6.
Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingann dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermafaat.
7.
Kedua orang tuaku, yang telah memberikan kasih sayang, inspirasi, dorongan, doa, dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8.
Agus.s yang tak henti-henti memberi semangat,kasih sayang,yang memberi fasilitas demi sempurnanya studi kasus ini.
9.
Kakakku, dan sahabat terbaikku yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang untuk menyelesaikan karya tulis ini.
10. Teman-teman
seperjuangan Mahasiswa Progrm Studi DIII Keprawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, telah memberikan dukungan moril dan spirial Semoga laporan studi kasu ini bermanfaat untuk pekembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Aamiin. Surakarta,
Mei 2014
Murtiyah
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .....................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................
3
C. Manfaat Penulisan ..................................................................
4
TINJAUAN TEORI A. Post Partum ............................................................................
6
1. Pengertian.........................................................................
6
2. Adaptasi Fisiologis pada Masa Nifas ...............................
7
3. Komplikasi .......................................................................
12
B. Asuhan keperawatan ..............................................................
15
1. Pengertian.........................................................................
15
2. Pengkajian ........................................................................
16
3. Diagnosa Keperawatan.....................................................
25
C. Nyeri .......................................................................................
28
vii
BAB III
1. Pengetian ..........................................................................
28
2. Etiologi Nyeri Persalinan .................................................
28
3. Mekanisme Nyeri Persalinan ...........................................
29
D. Distraksi (Imaginasi Terbimbing) ..........................................
29
1. Pengertian.........................................................................
29
2. Tujuan teknik Imaginasi Terbimbing ...............................
30
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ........................................................................
31
B. Pengkajian ..............................................................................
32
C. Rumusan Masalah ..................................................................
37
D. Intervensi ................................................................................
38
E. Implementasi Keperawatan ....................................................
39
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................
41
BAB IV
PEMBAHASAN ...........................................................................
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................
53
B. Saran .......................................................................................
55
Daftar Pustaka Lampiran
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Asuhan Keperawatan
Lampiran II
Jurnal
Lampiran III Lembar Konsultasi Lampiran IV Log Book Lampiran V
Pendelegasian
Lampiran VI Daftar Riwayat Hidup
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007). World Health Organization (2008), melaporkan bahwa jumlah partus normal di dunia mengalami penurunan sebesar 34% dari 546.000 di tahun 1990 – 2008 menjadi 358.000, presentase ibu melahirkan dengan luka episiotomy 50%. Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit sehingga mengalami derajat nyeri perineum setelah melahirkan (Sumarah, 2009). Epsiotomi (Perineotomi) adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak (Oxorn, 2003). Nyeri menurut Maslow, merupakan kebutuhan fisiologis. Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Mubarak,2007).
1
2
Fisiologis nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu dan menjelaskan tiga komponen fisiologis yaitu resepsi,persepsi, dan reaksi (Potter dan Perry, 2006). Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya. Pada penanganan nyeri ini sebenarnya tidak memerlukan obat, sebagai manajemen nyeri,namun pasien akan merasa tenang ketika telah mendapatkan analgetik (Judha, 2012). Rasa nyeri muncul akibat respon psikis dan reflek fisik. Kualitas rasa nyeri fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa sakit, denyutan, sensasi tajam, rasa mual, dan kram (Bobak, 2004). Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu strategi pendekaatan non farmakologi adalah dengan teknik managemen nyeri (imaginasi terbimbing). Imaginasi terbimbing adalah penciptaan khayalan dengan tuntunan yang merupakan suatu bentuk pengalihan fasilitator yang mendorong pasien untuk memvisualisasikan atau memikirkan pemandangan atau sensasi yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian menjauhi nyeri (Price, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andarmoyo (2006) dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang berjudul Pengaruh Terapi Non Farmakologi (Imaginasi Terbimbing) Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Cesarea pada Ibu Primipara : Dari hasil penelitian tersebut didapatkanhasil bahwa nyeri
3
berkurang setelah dilakukan Distraksi (imajinasi terbimbing) pada ibu dengan keluhan nyeri postSectio Cesarea. Studi kasus yang penulis lakukan pada Ny. W dengan diagnosa nyeri post partum pada perineum akibat tindakan episotomy didapatkan data dengan keluhan Ny. W mengatakan nyeri karena luka jahitan jalan lahir akibat episiotomi, nyeri dirasakan seperti terbakar pada jalan lahir, skala nyeri 6, nyeri pada saat bergerak dan duduk terasa perih, pasien tampak meringis kesakitan. Berdasarkan data di atas maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan lebih lanjut mengenai
“Pemberian Terapi non farmakologi Imaginasi
Terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan
pemberian
terapi
non
farmakologi
imaginasi
terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post partum spontan di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
4
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan. c. Penulis mampu
menyusun rencana asuhan keperawatan nyeri
episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan. d. Penulis mampu melakukan implementasi yang komprehensif nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan. e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan. f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi non farmakologi imaginasi terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan menerapkan asuhan keperawatan tentang
pengaruh
Terbimbing
pemberian
terhadap
terapi
penurunan
non
nyeri
farmakologi
episiotomy
Imaginasi
pada
asuhan
keperawatan Ny. W dengan post partum spontan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi perkembangan ilmu dan praktik keperwatan maternitas, khususnya dalam
5
pemberian terapi non farmakologi imaginasi terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post partum spontan. 3. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada klien dengan nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan. 4. Profesi Keperawatan Untuk melakukan tindakan aktif oleh profesi keperawatan dengan cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Post Partum 1.
Pengertian Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati,2009). Menurut Saleha (2009), periode masa nifas dibagi menjadi 3, yaitu : a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terjadi banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. b. Periode early postpartum Pada masa ini harus memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c. Periode late postpartum Pada periode ini harus tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling untuk pemakaian alat kontrasepsi atau mengikuti program keluarga berencana.
6
7
2.
Adaptasi Fisiologis pada Masa Nifas a. Uterus 1) Involusi Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil, dengan involusi uterus ini lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan terjadi neurotic (layu/ mati)(Sulistyawati, 2009). 2) Lockea Lockea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lockea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dalam uterus. Lockea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme yang berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Macam-macam lockea yaitu : (1) Lockea Rubra/ Merah Lockea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke empat masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi lanugo ( rambut bayi ) dan mekonium. (2) Lockea Sanguinoleta Lockea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir serta berlangsung pada hari ke empat sampai ke tujuh postpartum.
8
(3) Lockea serosa Lockea
ini
berwarna
kuning
kecoklatan
karena
mengandung serum leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas. (4) Lockea alba/Putih Lockea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. b. Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan
oleh
corpus
uteri
yang
dapat
mengadakan
kontraksi,sedangkan serviks tidakberkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpusdan serviks berbentuk semacam cincin(Sulistyawati, 2009). c. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesuai proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas
9
biasanya terdapat luka-luka jalan lahir.Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perprimen (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis. d. Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.pada post natal hari ke 5,perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus nya,sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil. e. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan.Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Buang air besar kembali normal, dapat diatasidengandiet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberi obat laksansia. f. Perubahan sistem perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema heler kandung
10
kemih sesudah bagian ini mengami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urin dalam junlah besar hasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang akan berdilaktasi akankembali normal dalam 6 minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan odema hyperemia, kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urine.Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc).Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi. g. Perubahan sistem muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Penbuluhpembuluh darah yang berada di antara nyaman otot-ototuterus akan terjepit.Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Tidak jarang juga wanita mengeluh “kandunganya turun” setelah melahirkan
11
karena legimen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 setelah persalinan. h. Perubahan sistem endokrin 1)
Hormon plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2)
Hormon pituitary Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH (Luteinizing Hormone)tetap rendah hingga evolusi terjadi.
3)
Hypotalamik pituitary ovarium Lamanya
seorang
wanita
mendapat
menstruasi
juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui.Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
12
4)
Kadar estrogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat
dapat
mempengaruhi
kelenjar
mamae
dalam
menghasilkan ASI.(Sulistyawati, 2009). 3.
Komplikasi a. Perdarahan pervaginam Perdarahan postpartum paling sering diartikan sebagai keadaan kehilangan darah lebih dari 500ml selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi. Perdarahan postpartum adalah merupakan penyebab penting kehilangan darah serius yang paling sering dijumpai dibagian ostretik. b. Infeksi Masa nifas Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI (Angka Kematian Ibu). Infeksi alat genetalial merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI (Angka Kematian Ibu) tertinggi. c. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik dan Penglihatan Kabur Wanita yang beru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihan kabur.
13
d. Pembengkakan di Wajah atau Ekstremitas 1)
Periksa adanya varises
2)
Periksa kemerahan pada betis
3)
Periksa adanya tulang kering pergelangan kaki, kaki oedema.
e. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia Collimemiliki pili yang meningkatkan virulensia. f.
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungki juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan berikalah makanan yang bersifat ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak berlangsung turut mengadakan proses persalinan tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi
proses
persalinannya
tersebut.
Sehingga
alat
pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali. g.
Rasa
Sakit,
Merah,
Lunak
dan
pembengkakan
dikaki
(Thrombopeblitis) Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena maupun di pelvis yang mengalami dilaktasi dan mungkin lebih sering mengalaminya.
14
1. Episiotomy a.
Pengertian Episiotomy adalah suatu tindakan untuk mencegah kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elatisitas jaringan tersebut (Prawirohardjo, 2006).
b.
Indikasi untuk melakukan episiotomy menurut Asrinah dkk (2010) . Episiotom ybisa dipertimbangkan hanya pada kasuskasus: 1) Gawat janin 2) Persalinan pervaginmdengan penyulit (sunsang, distosia bahu, extrasiforcep, ekstasi vakum) 3) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang mengalangi kemajuan persalinan.
c.
Macam- macam episiotomy menurut Asrinah dkk (2010) 1) Episiotomy medialis: arah guntingan dibuat di buat di garis tengah. 2) Episiotomy mediolateralis: dari garis tengah ke samping menjauhi anus. 3) Episiotomy lateralis:
1-2cmdi atas komisura posterior ke
samping. 4) Episiotomy sekunder: jika ruptur perineum yang spontan, atau episiotomy medialis yang melebar sehingga mungkin
15
menjadi rupture perineum totalis. Dilakukan pengguntingan ke samping. d.
Komplikasi Episiotomy 1) Episiotomy dapat memanjang sampai kesaluran rektum biasanya komplikasi terjadi karena adanya infeksi, memar atau bengkak. 2) Nyeri post partum 3) Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas episiotomy, garis jahitan (satura) episiotomy lebih menyebabkan rasa sakit.jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomy dapat menyebabkan dyspaerunia apabila jahitan terlalu erat. 4) Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomy dan terabanya massa. 5) Trauma perineum posterior berat. 6) Infeks bekas episiotomy, infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan mudah timbulpada bekas insisi episiotomy.
B. Asuhan Keperawatan 1. Pengertian Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat dinamis, membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan. Adapun tahap dalam melakukan keperawatan itu yaitu
16
:pengkajian, diagnosekeperawatan, rencanan, implementasi, evaluasi. (Ernawati, 2010). 2. Pengkajian Menurut Ernawati (2010),pengkajian atau pengkumpulan data adalah pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. a. Data subyektif 1) Biodata yang mencangkup identitas pasien: a) Nama Nama jelas, lengkap,bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penangganan. b) Umur Dicacat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35tahun rentan sekali untuk terjadiperdarahan dalam masa nifas. c) Agama untuk
mengetahui
keyakinan
pasien
tersebut
untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d) Pendidikan Berpengaruh
dalam
tindakan
kebidanan
dan
untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,sehingga
17
bidan
dapat
memberikan
konseling
sesuai
dengan
pendidikannya. e) Suku / bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. f) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gisi pasien tersebut. g) Alamat Ditanya untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 2) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum. 3) Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, Asma yang dapat memprngaruhi pada masa nifas ini.
18
b) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya denga masa nifas dan bayinya. c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga pada gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai. 4) Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status nikah syah tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas. 5) Riwayat obstetri a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.berapa kali ibu hamil,apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. b) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB,BB,penolong persalinan.hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
19
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas. 6) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. 7) Keluhan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. 8) Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhsdsp bayinya. Wanita banyak perubahan emoisi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.Cukup sering menunjukkan depresi ringan berapa hari setelah kelahiran.Depresi tersebut sringdisebut sebagai postpartum blues. Postpartum
blues
sebagai
besar
merupakan
perwujudan
pfenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlahfaktor. Penyebab yang paling menonjol adalah:.
20
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa pouas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan. b) Rasa sakit masa nifas awal. c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum. d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit. e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya. 9) Data pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas. 10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a) Nutrisi Menggambarkan
tentang
pola
makan
dan
minum,
frekuensi,banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. b) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
21
c) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur,
kebiasaan
sebelum
tidur
misalnya
mendengarkan musik, membaca, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat
yang
cukup
dapat
mempercepat
penyembuhan. d) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakak ibu selal;u menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. e) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatanya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. b. Data Obyektif Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan stabil.
22
Yang terasuh dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah: 1. Vital sign Ditunjukkan umtuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialami. a) Temperatur/suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 C adalah pengaruh ke tanda-tanda infeksi. b) Nadi dan Pernafasan 1) Nadi sekitar antara 60-80x/ menit.denyut nadi di atas 100x/ menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. 2) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan adanya vitium kordis.
23
3) Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40 sampai 50x/ menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan. 4) Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/ menit. c) Tekanan Darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum,tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan pemeriksaan fisik a) Keadaan buah dada dan puting susu 1) Simetris atau tidak 2) Konsistensi, ada pembebgkakan/tidak 3) Puting menonjol/tidak,lecet/tidak b) Keadaan abdomen 1) Uterus: Normal :
24
(a) Kokoh, berkontraksi baik (b) Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera Abnormal : (a) Lembek (b) Di atas ketinggian fundal saat masa post partum segera 2) Kandung kemih : bisa buang air besar/ tak bisa buang air c) Keadaan genetalia 1) Lochea : Normal : (a) Merah hitam (lochea / rubra) (b) Bau biasa (c) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil) (d) Jumlah perdarahan yang ringgan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam) Abnormal : (a) Merah terang (b) Bau busuk (c) Mengeluarkan darah beku
25
(d) Perdarahan
berat
(memerlukan
penggantian
pembalut setiap 0-2 jam) 2) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/robekan, hecting 3) Keadaan anus : hemorrhoid 4) Keadaan ekstremitas (a) Varices (b) Oedema (c) Refleks patella 3. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah penyebutan sekelompok petunjukyang didapat selama fase pengkajian. Istilah diagnosis keperawatan yang diakui oleh North American Nursing Diagnosis Association’s (NANDA’S) saat ini adalah “suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan menjadi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil menjadi tanggung gugat perawat. 1. Nyeri akut b.d agen edera fisik 2. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan otot 4. Intervensi Menurut Wilkinson (2006)
26
Setelah diagnosis keperawatan teridentifikasi, suatu rencana asuhan dibuat dari hasil atau tujuannya ditetapkan. Sasaran akhir dari asuhan keperawatan adalah mengubah diagnosis
keperawatan
menjadi
status
kesehatan
yang
diinginkan a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan nyeri
berkurangKriteria Hasil : 1. Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4 2. Klien tanpak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman 3. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37 C, Nadi 60-100x/ menit, R 16-24X/menit, TD 120/80 mmHg. Intervensi : a. Mengkaji nyeri klien dengan PQRST (P : faktor penambah dan pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio ataudaerah yang mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi) Rasional : untuk menentukan jenis, skala, dan tempat terasa nyeri
27
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan asuhan keperawan sesuai dengan respon klien. c. Memberikan posisi yang nyaman, tenang, tidak bising. Rasional :membantu klien rilex dan mengurangi nyeri b. Hambatan mobilitas fisik b.d kelamahan fisik. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat beraktivitas dengan mandiri. Kriteria hasil : 1. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik 2. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 3. Memverbalisasikan
perasaan
dalam
meningkatkan
kekuatan da kemanpuan berpindah Intervensi: a. Kaji mobilitas fisik Rasional : untuk mengetahui mobilitas fisik klien b. Beri posisi nyaman Rasional : agar klien nyaman c. Anjurkan keluarga untuk membantu ADL Rasional : agar ADL klien lebih mandiri d. Kolaborasi bersama keluarga untuk membantu toileting klien
28
Rasional : agar klien bisa mandiri dalam toileting.
C. Nyeri 1.
Pengertian Nyeri adalah pengalaman sensorik yang dicetuskan oleh rangsangan yang merupakan ancaman untuk menghancurkan jaringan disebut sebagai sesuatu yang menyakitkan (Mountcastle dalam Mander, 2004).
2.
Etiologi Nyeri Persalinan menurut Bonica & Mc. Donald dalam Asrinah dkk (2010) Nyeri pada kala satu persalinan adalah akibat adanya dilatasi serviks, segmen bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta perlukaan pada jaringan otot maupun ligamen-ligamen yang menopang struktur di atasnya. Semua ini dapat dijelaskan melalui faktorfaktor berikut: a. Regangan dari otot- otot halus memberikan rangsangan pada nyeri visceral. b. Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya tekanan intrauterin, yang berpengaruh pada dilatasi dari struktur tersebut. c. Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak bersalin, misalnya pada saat dilakukan tindakan digital atau kuret, mereka mengalami nyeri seperti yang dialami oleh ibu bersalin.
29
3.
Mekanisme Nyeri post Episiotomy Nyeri perineum sebagai manisfestasi dari luka bekas jahitan yang dirasakan klien akibat rupture perineum pada ala pengeluaran, yaitu bagian terdepan dari anak telah berada didasar panggul. Rupture perineum tidak selalu di hindarkan, tetapi dengan pertolongan yang baik pada waktu lahirnya anak robekan itu dapat dikurangi. Kalau terjadi robekan perineum, harus diperiksa di,mana robekan itu,bagaimana panjangnya, bagaimana dalamnya dan rata atau tidak. Rupture perineum harus segera dijahit, sebab jika terlalu lama luka baru itu akan menjadi lika lama yang mempunyai potensi terkena infeksi. Dalam menjahit harus dijaga kerapian dan kerapatan, sehingga perineum dapat rata kembali seperti sebelum terjadi robekan.adanya cidera jaringan lunak yang direkontruksi degan benar dengan cara menjahit robekan perineum mempunyai resiko perdarahan dan infeksi luka.untuk itu dibutuhkan teknik perawatan yang benar dan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi dan luka jahitan perineum (Asrinah dkk, 2010).
D. Distraksi (Imaginasi Terbimbing) 1.
Pengertian Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, atau dapt diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri (Andarmoyo, 2013).
30
Imaginasi Terbimbing adalah penciptaan khayalan dengan tuntunan yang merupakan suatu bentuk pengalihan fasilitator yang mendorong
pasien
utuk
memvisualisasikan
atau
memikirkan
pemandangan atau sensasi yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian menjauhi nyeri (Price, 2005). Teknikimaginasi terbimbing, klien menciptakan kesan dalam pikiran, perkonsentrasi pada kesan tersebut, sehingga secara bertahap klien kurang merasakan nyeri (Perry, 2005). Tindakan
ini
membutuhkan
konsentrasi
yang
cukup.
Mengupayakan kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan cara menutup matanya (Prasetyo, 2010) 2.
Tujuan teknik Imaginasi Terbimbing Tujuan dari teknik imaginasi terbimbing adalah untuk mencapai relaksasi dan kontrol (Carpenito, 2000). Imaginasi seseorang yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu untuk relaksasi dan meredakan nyeri yang dapat dilakukan dengan menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan (Suddarth, 2001)
BAB III LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menyajikan resume kasus atau ringkasan tentang “Pemberian Terapi Non Farmakologi Imaginasi Terbimbing Terhadap penurunan Nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post partum spontan di bangsal Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar” yang telah dilakukan pada tanggal 11-12 April 2014 meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan pada pasien, intervensi, implementasi yang sudah dilaksanakan,dan evaluasi. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 April 2014 pukul 08.00 WIB, diakukan dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa. A. Identitas Pasien Pasien bernama Ny. W, berjenis kelamin perempuan, Alamat Supan Kulon RT 05/RW III, Bejen, Karanganyar. Saat ini berusia 23 tahun, beragama Islam, dengan status perkawinan telah menikah. Pasien dari suku Jawa, pendidikan terakhir lulusan SMP, dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Pasien masuk RSUD Karanganyar pada tanggal 10 April 2014 pukul 21.00 WIB. Diagnosa medis Ny. W G2P0A1 hamil 40 minggu inpartu dengan kala I lama. Penanggung jawab Ny. W adalah Tn. P, berjenis kelmin laki-laki, alamat Supan Kulon Rt05/III, Bejen, Karanganyar. Pendidikan terakhir SMK dan pekerjaannya swasta, berumur 28 tahun, hubungan dengan pasien adalah suami.
31
32
B. Pengkajian 1. Riwayat Persalinan Pada pukul 21.00 WIB tanggal 10 April 2014 pasien datang ke RSUD Karanganyar dirujuk dari bidan dengan G2P0A1 hamil 40 minggu inpartu dengan kala I lama terpasang infus D5 % 20 tetes/ menit, HPHT 3 Juli 2013, HPL 10 April 2014, bayi lahir normal tanggal 11 April 2014 pukul 04.30 WIB, menangis keras, BB= 2900 gram, PB= 50 cm, LK= 34 cm, LD= 33 cm. TFU 3 jari di bawah pusat, perdarahan kala IV ± 50 cc status obstreti P1A1. Setelah dilakukan pengkajian dengan keluhan utama pasien mengatakan nyeri karena luka jahitan jalan lahir, nyeri dirasakan seperti terbakar pada jalan lahir (perineum), skala nyeri 6, nyeri pada saat bergerak dan duduk terasa perih, pasien tampak meringis kesakitan. Riwayat kesehatan pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi makanan, maupun obat-obatan, dan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, tuberculosis paru, asma. Pasien mengatakan belum pernah melakukan program keluarga berencana. 2. Riwayat Kehamilan Pasien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya ke bidan setiap bulan sekali, pada saat hamil mengalami mual –mual pada usia kehamilan 2 bulan dan tidak ada keluhan lain saat hamil, berat badan Ibu selama hamil 57 kg. Riwayat persalinan pasien mempunyai riwayat abortus pada kehamilan pertama diusia kehamilan 8 minggu berharap
33
setelah dilakukan perawatan di rumah sakit berharap cepat sembuh dan bisa pulang ke rumah. Pola nutrisi dan metabolisme selama hamil, pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk,dan buah,pasien makan 1 porsi penuh, dan minum ± 7-8 gelas perhari dengan jenis minuman air putih, teh, dan susu.setelah melahirkan pasien makan 3 kali sehari dengan menu yang disediakan dari rumah sakit dan minum ± 5-6 gelas perhari dengan jenis minuman air putih, teh dan susu. Pola eliminasi, pasien mengatakan selama hamil buang air besar 1 kali sehari warna kuning konsisitensi lembek, bau khas. Pasien buang air kecil ± 4 kali sehari warna kuning jernih.setelah melahirkan pasien mengatakan belum buang air besar, pasien buang air kecil ± 3 kali sehari warna kuning jernih, namun saat buang air kecil terasa nyeri, perih, tidak terpasang kateter, saat
dilakukan pengkajian pasien belum buang air
besar, pasien merasa takut dan khawatir untuk mengejan saat buang air besar karena ada bekas jahitan jalan lahir. Pola akivitas dan latihan,selama hamil klien mengatakan semua aktivitas seperti makan/ minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ ROM secara mandiri (skor 0). Setelah melahirkan klien mengatakan semua aktivitas seperti makan/ minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ ROM dibantu orang lain/ keluarga (skor 2).
34
Pola isirahat tidur, pasien mengatakan sebelum melahirkan tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-8 jam per hari, tidak mengalami gangguan saaat tidur, kebutuhan tidur tercukupi, pasien tidak menggunakan obat tidur, serta lingkungan rumah nyaman. Selama di rumah sakit pasien mengatakan lama tidur 6-8 jam per hari dan istirahat tercukupi. Pada pola sensori dan kognitif,pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk, nyeri dirasakan seperti terbakar ,nyeri pada perineum bekas jahitan, skala nyei 6, nyeri berlangsung selama 2 menit. Pada pola konsep diri selama hamil pasien menerima keadaannya, setelah melahirkan ada banyak perubahan pada badan, tubuh dan wajah, tetapi pasien tetap bersyukur dan menerima dengan ikhlas. Identitas diri, pasien seorang perempuan, berumur 23 tahun. Ideal diri. Pasien berharap cepat pulang agar bisa berkumpul dengan keluarganya. Harga diri, pasien merasa dihargai oleh keluarganya serta masyarakat sekitar. Pola hubungan peran selama hamil dan setelah melahirkan pasien tidak ada perubahan hubungan dan peran dengan keluarga maupun suaminya. Gambaran diri, pasien setelah melahirkan tetap mensyukuri perubahan yang terjadi pada dirinya. Pola seksual dan reproduksi pasien mengatakan haid pertama kali pada usia 13 tahun, lama haid ± 6-7 hari dengan siklus haid 28 hari, pasien ganti pembalut 2 kali sehari dan pasien kadang mengalami nyeri tapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular seksual. Hari pertama menstruasi terakhir pada tanggal 3
35
Juli 2013. Hari perkiraan lahir pada tanggal 10 April 2014, status obstetri P1A1. Pola nilai dan kepercayaan, pasien mengatakan beragama Islam, rutin menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Setelah melahirkan pasien tidak menjalankan sholat 5 waktu karena masa nifas dan pasien hanya berdo’a agar diberi kesehatan dan keselamatan untuk keluarganya. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaaan umumpasien baik, kesadaran pasien composmentis (sadar penuh), GCS 15 E4V5M6. Pada pemeriksaan Tanda- tanda Vital (TTV) didapat hasil, Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 kali/ menit, Suhu : 362° C, Respirasi : 24 kali/menit. Bentuk kepala pasien mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada bekas luka. Pemeriksaan rambut pasien lurus dan berwarna hitam. Pemeriksaan mata pasien konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,penglihatan normal. Pada hidung tampak bersih, tidak ada pembengkakan maupun benjolan. Pada mulut pasien simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada karies, tidak ada peradangan, dan bersih. Pada bagian leher pasien tidaka ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Pada pemeriksaan bagian dada didapatkan paru-paru pasien, inspeksi : bentuk simetris, tdak menggunakan otot bantu. Palpasi : vocal Fremitus kanandan kiri sama. Perkusi : sonor. Auskultasi : vasikuler, tidak ada wheezing. Pada jantung, inspeksi : ictus cordis tidak tampak, palpasi :
36
ictus cordis teraba ICS 4, perkusi : pekak, auskkultasi: BJ I dan BJ II murni tidak ada bising. Pada bagian payudara simetris kanan dan kiri, payudara kencang, putting menonjol, areola dan putting menghitam, ASI sudah keluar dengan lancar, tidak ada nyeri, colostum sudah keluar. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi: tidak ada luka, tidak ada striae maupun linea. Auskultasi : bising usus 12 kali/menit. Perkusi : tympni. Palpasi : ada nyeri tekan pada perut, involusio uterus 2 jari di bawah pusat. Pada pemeriksaan ekstremitas kekuatan otot pasien adalah 5, ekstremitas atas dan bawah berfungsi dengan baik, tidak ada oedema dan varices, tangan kiri terpasang infus D5 % 20 tetes/menit pada tanggal 10 April 2014. 4. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 April 2014 dengan hasil Hemoglobin 13.3 gr/ dl (N : 12.00-16.00 gr/ dl), Hematokrit 40.9 % (N : 37.00-47.00 %), Leukosit 10.0 x10^3µL (N : 5-10 x10^3µL), Trombosit 222 10^6/µL (N : 150-300 10^6/µL), Eritrosit 4.29 10^6/µL (N : 4.00-5.00 10^6/µL), MPV 7.8 fl (N : 6.5-12.00 fl), PDW 17.8 % (N : 9.0-17.0%), MCV 95.5 fl (N : 82.0-92.0 fl), MCH 31.0 Pg (N : 27.0-31.0 Pg), MCHC 32.5 gr/dl (N : 32.0-7.0 gr/ dl), Limfosit 17.0 % (N : 25.0-40.0 %), Monosit 1.1 % (N : 3.0-9.0 %), Limfosit # 2.7 10^3/µL (N : 25-40 10^3/µL), Monosit # 0.2 10^3/µL (N : 0.30-1.00 10^6/µL), Gran % 81.9 % (N : 50.0-70.0 %), Gran # 13.1
37
10^3/µL (N : 2.50-7.00 10^3/µL ), RDW 13.4 % (N : 11.5-14.7 %), dan HBSAG negative (-). 5. Terapi Program terapi yang diberikan tanggal 11 April 2014 antara lain: Cairan IV Infus D5% 20 tpm, obat oral Amoxilin 3x500 mg (kaplet), dan Asam Mefenamat 3x500 mg .Pada tanggal 12 April 2014 antara lain : obat oral Amoxilin 3x500 mg (kaplet), dan Asam Mefenamat 3x500 mg (kaplet).
C. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien didapatkan masalah dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas jahitan jalan lahir). Data Subyektif: P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk, Q : nyeri dirasakan seperti terbakar ,R : nyeri pada perineum bekas jahitan,S : skala nyei 6, T : nyeri berlangsung selama 2 menit. Data Obyektif : Tanda- tanda Vital didapat hasil: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/ menit, suhu 362°C, respirasi 24 kali/ menit, pasien tampak meringis kesakitan, ada luka jahitan diperineum. Masalah diagnosa keperawatan yang kedua yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Data Subyektif: pasien mengatakan lemas, takut untuk bergerak, miring kanan, miring kiri,dan duduk. Data Obyektif: pasien tampak lemas, pasien takut bergerak aktifitas pasien dibantu orang lain.
38
D. Intervensi Sesuai masalah keperawatan pada pasien maka penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: skala nyeri berkurang/ hilang dengan skala 2, klien tampak rileks, TTV dalam batas normal ( TD: 120/80 mmHg, N : 60-80 kali/ menit, Rr: 16-24 kali/ menit, S: 36-37° C). Intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan yaitu Kaji karakteristik nyeri (P, Q, R. S, T) secara komprehensif, rasional untuk mengetahui skala nyeri. Berikan posisi yang nyaman semi fowler untuk memberikan kenyamanan pada pasien, rasional mengurangi nyeri yang dirasakan. Observasi Tanda-tanda Vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum pasen. Ajarkan tentang teknik non farmakologi imaginasi terbimbing untuk mengurangi nyeri, pasien dapat rileks/ perasaaan tenang. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam, diharapkan masalah hambatan mobilitas fisik klien dapat beraktivitas dengan mandiri dengan kriteria hasil klien dapat mandiri dalam aktivitas, aktivitas klien dapat meningkat secara mandiri, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah. Intervensi untuk masalah hambatan mobilitas fisik adalah kaji mobilitas fisik klien rasionalnya untuk mengetahui mobilitas fisik klien, beri posisi yang nyaman rasionalnya agar klien nyaman, anjurkan keluarga untuk
39
membantu ADL rasionalnya agar ADL klien lebih mandiri, kolaborasi bersama keluarga untuk membantu toileting pasien rasionalnya agar klien bisa mandiri dalam toileting, makan, berpakaian, berpindah.
E. Implementasi Keperawatan Tindakan yang dilakukan pada hari Jumat, 11 April 2014 yaitu pada pukul 10.00 WIB mengkaji PQRST, dengan respon subyektif : P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk,Q : seperti terbakar R : pada jalan lahir, S : skala nyeri 6, T : nyeri berlangsung selama 2 menit, respon obyektif : pasien tampak meringis kesakitan, ada luka episiotomy. Pukul 10.10 WIB memonitor tanda- tanda vital, respon subyektif : pasien bersedia diperiksa, respon obyektif : tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi: 82 kali/ menit, respirasi : 24 kali/menit, suhu : 36,2° C. Pukul 10.20 WIB mengajarkan teknik distraksi untuk merileksasikan dengan imaginasi terbimbing, respon subyektif : pasien mengatakan nyeri berkurang setelah distraksi imaginasi terimbing dari skala nyeri 6 menjadi 4, respon obyektif : pasien tampak rileks. Pukul 10.30 WIB mengkaji mobilitas fisik pasien, respon subyektif : pasien mengatakan lemas dan takut untuk bergerak, respon obyektif : pasien tampak berbaring di tempat tidur. Pukul 11.30 WIB mengkolaborasi pemberian injeksi, respon subyektif : pasien mengatakan mau disuntik, respon obyektif : injeksi sudah masuk lewat IV Amoxilin 125 mg/ 8 jam.
40
Pukul 11.35 WIB menganjurkan keluarga untuk membantu ADL, respon subyektif : keluarga pasien bersedia membantu pasien dalam ADL, respon obyektif : keluarga tampak membantu ADL pasien. Pukul 11.40 WIB memonitor tanda-tanda vital pasien, respon subyektif : pasien bersedia diperiksa, respon obyektif : tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi 80 kali/ menit, suhu : 362° C, respirasi : 24 kali/ menit. Pukul 12.00 WIB mengkaji PQRST, respon subyektif: : P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk,Q : seperti terbakar, R : pada jalan lahir, S : skala nyeri 4, T : nyeri berlangsung selama 2 menit, respon obyektif : pasien tampak meringis kesakitan, ada luka episiotomy. Tindakan keperawatan tanggal 12 April 2014 pukul 09.40 WIB memonitor tanda- tanda vital, respon subyektif : pasien bersedia diperiksa tanda- tanda vital, respon obyektif : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/ menit, suhu : 365° C, respirasi : 22 kali/ menit. Pukul 09.50 WIB mengkaji skala nyeri PQRST, respon subyektif : : P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk,Q : seperti terbakar, R : pada perineum bekas jahitan, S : skala nyeri 3, T : nyeri berlangsung selama 2 menit , respon obyektif : pasien tampak segar dan rileks. Pukul 10.00 WIB mengajarkan teknik distraksi imaginasi terbimbing, respon subyektif : pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diajarkan teknik distraksi imaginasi terbimbing, respon obyektif : pasien tampak rileks. Pukul 10.10 WIB mengkolaborasi bersama keluarga untuk membantu toileting, respon subyektif: keluarga pasien mengatakn mau dan bersedia
41
untuk membantu klien dalam melakukan toileting, resppon obyektif : keluarga tampak membantu pasien saat toileting. Pukul 10.30 WIB mengkolaborasikan pemberian obat analgetik (Asam mefenamat 3x500mg), respon subyektif : pasien bersedia minum obat, respon obyektif : Asam Mefenamat 500 mg sudah diminum pasien.
F. Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (bekas jahitan jalan lahir) hasil evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan metode SOAP. Hari Jumat, 11 April 2014 pukul 13.00 WIB dengan hasil Subyektif : P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk, Q : nyeri seperti terbakar, R : nyeri pada perineum,S : skala nyeri 6, T : nyeri terasa selama 2 menit, Obyekif : pasien tampak menahan sakit,ada luka jahitan diperineum, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/ menit, suhu : 365° C, respirasi : 22 kali/ menit, Analisis : masalah nyeri akut belum teratasi, Planning : intervensi dilanjutkan, kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik imaginsi terbimbing, kolaborasi pemberian analgetik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan,hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik hasil evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada hari Jumat,11 April 2014 pukul 15.00 WIB dengan hasil Subyektif : pasien mengatakan takut untuk bergerak miring kanan mirimg kiri,badan terasa lemas,aktivitas dibantu keluarga, Obyektif : pasien terlihat lemas dan hanya tiduran di tempat tidur, Analisis : masalah hambatan
42
mobilisasi fisik belum teratasi, Planning : intervensi dilanjukan, kaji mobilitas fisik, anjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien, kolaborasi keluarga dalam ADL pasien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan,nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (bekas jahitan jalan lahir) hasil evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 13.00 WIB dengan hasil Subyektif : P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk, Q : nyeri seperti terbakar, R : nyeri pada perineum,S : skala nyeri 2, T : nyeri terasa selama 2 menit,, Obyektif : pasien tampak rileks, Analisis : masalah nyeri akut teratasi, Planning : pertahankan intervensi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
hasil evaluasi dari tindakan yang
dilakukan pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 15.00 WIB dengan hasil Subyektif : pasien mengatakan sudah berlatih untuk bergerak, berpindah, ke kamar sendiri, Obyektif : pasien terliat berjalan ke kamar mandi, Analisis : masalah teratasi, Planning : pertahankan intervensi.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini penulis akan membahas “Pemberian Terapi Non Farmakologi Imaginasi Terbimbing terhadap penurunan Nyeri Episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan Post Partum spontan di bangsal Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar” yang telah dilakukan pada tanggal 1112 April 2014. Pengkajian kasus ini dilakukan tanggal 11 April 2014 pukul 08.30 WIB. Dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode autoanamnesa yaitu pengkajian yang dilakukan secara langsung kepada pasien.alloanamnesa yaitu pengkajian yang melihat berdasarkan data dalam status pasien dan wawancara dari keluarga. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien (Potter & Perry, 2005). Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010). Hasil pengkajian riwayat persalinan pada Ny. W dilakukan tindakan jahitan pada jalan lahir. Saat dilakukan pengkajian di dapatkan keluhan utama nyeri dirasakan seperti terbakar pada jalan lahir, skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat
43
44
bergerak dan duduk terasa perih, pasien tampak meringis kesakitaan sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada persalinan normal
tanpa komplikasi.
Hal
tersebut
dapat
menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu antaranya: After pains atau kram perut, pembengkakan payudara, nyeri perineum, konstipasi, hemorroid (Bahiyatun, 2009) Data selanjutnya yang didapatkan saat pengkajian pukul 09.30 WIB didapatkan data subjektif pasien mengatakan bergerak dengan hati-hati,sulit miring kanan kiri, dan duduk, pasien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga. Data objektif pasien tanpak lemah, pasien tampak sangat berhati-hati untuk bergerak, aktivitas pasien dibantu orang lain, sehingga penulis menegakan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik. Mobilitas hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka (Marmi, 2012). Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti, tentang masalah pasen serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2012). Diagnosa yang muncul pada masalah Ny. W berdasarkan priorias adalah nyeri akut berhubungan denagan agen- agen yang menyebabkan cidera fisik
45
(bekas jahitan jalan lahir). Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui (Mubarak, 2007). Batasan karakeristik mengekspresikan perilaku (misalnya menangis, gelisah, waspada, iritabilitas, mendesah), indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, melaporkan nyeri secara verbal, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi pernafasan (NANDA 2009-2011). Pada diagnosa ke dua penulis merumuskan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Hambatan mobilitas fisik yaitu keterbatasan pada pergerakan fisik atau tubuh atau satu atau lebih ektremitas (NANDA, 2003). Batasan karakteristiknya adalah poster tubuh ketidakstabilan posisi tubuh saat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik halus, melambatnya pergerakan, perubahan cara berjalan (misalnya, penurunan aktivitas dan kecepatan berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun ke samping.kesulitan bergerak, melambatnya pergerakan (NANDA, 2012). Penulis memprioritaskan masalah keperawatan sesuai dengan teori Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Dari data diatas penulis memprioritaskan masalah keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
46
Kebutuhan dasar manusia menurut Hierarki Maslow merupakan sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memenuhi hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberi perawatan. Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow. Kebutuan fisiologi kebutuhan yang penting mendasar dan paling penting untuk bertahan hidup diantaranya kebutuhan udara, air, makan, tidur, dll. Maslow percaya bahwa kebutuhan fisiologi sangat penting dan naluria di dalam Hierarki karena kebutuhan yang lain menjadi sekunder dinamakan juga basicneeds yang jika terpenuhi dalam keadaan untuk sangat ekstrim maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan di pusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. (Mubarak dan Chayatin, 2008). Proses tejadinya nyeri dan bagaimana status psikologis pasien sangat penting untuk diketahui, karena pemahaman ini akan berdampak pada pengkajian dan intervensi nyeri, juga akan memberikan keuntungan dan membatasi kerugian dan keterbatasan dari setiap intervensi nyeri yang dilakukan (Judha 2012). Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan keperawatan adalah terpenuhinya kebutuhan pasien (Suarli & Bahtiar, 2012). Pada diagnosa utama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas jahitan jalan lahir), tujuan adalah : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: skala
47
nyeri berkurang/ hilang 1-3, klien tampak rileks, tanda- tanda vital dalam batas normal (tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 60-100 kali/ menit, pernafasan : 1824 kali/ menit, suhu : 36-37°C). Intervensi nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas jahitan jalan lahir) yaitu kaji nyeri P,Q,R,S,T secara komprehensif dengan rasional mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan pasien, beri posisi nyaman pada pasien dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, memantau tanda-tanda vital pasien dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum pasien, ajarkan teknik distraksi imajinasi terbimbing dengan rasional untuk mengurangi nyeri pasien dan menciptakan perasaan tenang, kolaborasi pemberian analgetik (Amoxilin 500 mg dan asam Mefamanat 500 mg dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri pasca bersalin (NANDA,2012). Intervensi selanjutnya, berdasarkan prioritas diagnosa yang kedua yaitu Mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot. Tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 gangguan mobilitas fisik bisa diminimalkan dengan Kriteria hasil, pasien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan meningkatnya aktifitas, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah. Intervensinya adalah
kaji mobilitas fisik, dengan rasional untuk
mengetahui mobilitas fisik pasien, beri posisi aman, dengan rasional agar pasien nyaman, anjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien, dengan rasional, agar ADL pasien lebih mandiri, kolaborasi bersama keluarga untuk membantu toileting pasien, dengan rasional agar klien bisa mandiri dalam toiteting.
48
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Suliarli & Bahtiar, 2012). Penulis melakukan implementasi pada tanggal 11-12 April 2014. Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik adalah pada pukul 10.00 WIB melakukan tindakan keperawatan nyeri dengan mengkaji P,Q,R,S,T dengan tujuan untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri yang dirasakan pasien.nyeri perineum dapat disebabkan oleh episiotomy, laserasi atau jahitan (Bahiyatun 2009). Pada pukul 10.05 WIB memberi posisi nyaman, disesuaikan dengan posisi yang dianggap paling nyaman menurut klien.Kemampuan klien untuk melakukan posisi tersebut terantung pada kekuatan fisik, mobilitas, usia,dan kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). Pada pukul 10.10 WIB penulis mengobservasi tanda- tanda vital. Tindakan mengobservasi TTV, berdasarkan teori klien yang mengalami nyeri atau efek sakit dapat menyebabkan peningkatan dalam hasil pengukuran tanda- tanda vital yaitu: tekanan darah, denyut jantung, respirasi, dan suhu tubuh (Potter & Perry, 2005). Pada pukul 10.20 WIB penulis mengajarkan teknik non farmakologi imaginasi terbimbing.Tujuan untuk mencapai relaksasi dan kontrol.Pemberian teknik non farmakologi imajinasi terbimbing pada pasien dengan keluhan nyeri ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andarmoyo (2006) dengan judul “pengaruh terapi non farmakologi imajinasi terbimbing terhadap tingkat
49
nyeri pasien cesarea post operasi sectio pada ibu primipara hari 1-2 “. Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dimana teknik imajinasi terbimbing berpengaruh terhadap penurunan nyeri. Imaginasi Terbimbing adalah penciptaan khayalan dengan tuntunan yang merupakan suatu bentuk pengalihan fasilitator yang mendorong pasien utuk memvisualisasikan
atau
memikirkan
pemandangan
atau
sensasi
yang
menyenangkan untuk mengalihkan perhatian menjauhi nyeri (Price, 2005). Imaginasi seseorang yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu untuk relaksasi dan meredakan nyeri yang dapat dilakukan dengan menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan. Dengan mata terpejam individu diinstruksikan untuk membayangkan bahwa dengan setiap napas yang diekshalasi secara lambat, ketegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan. Banyak pasien mulai mengalami efek rileks dari imaginasi terbimbing setelah imaginasi digunakan (Suddarth, 2001). Imaginasi terbimbing merupakan suatu teknik yang menuntut seseorang untuk
membentuk sebuah bayangan/imaginasi tentang hal-hal yang disukai.
Imaginasi yang terbentuk tersebut akan diterima sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Dithalamus rangsang diformat sesuai bahasa otak, sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya dan sebagai besar lagi dikirim korteks serebri, dikorteks serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu
50
yang nyata sehingga otak mengenali objek dan arti kehadiran tersebut. Hipokampus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau tidak sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai dianggap sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga proses menjadi memori. Ketika terdapat rangsangan berupa
bayangan tentang hal-hal yang disukai tersebut
(Price, 2005). Di dalam penelitian Andarmoyo (2006), dengan nyeri yang mereda, ibu bisa ambulasi dini sehingga bisa melakukan perawatan diri dan bayinya dengan efektif tanpa ada perasaan nyeri yang mengganggu. Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian kepada nyeri dapat mempengaruhi persepi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Pada pukul 11.30 WIB adalah kolaborasi dalam pemberian terapi obat oral Asam Mefenamat 3x500 mg, asam mefenamat golongan obat analgesik, indikasi : sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan. Tindakan keperawatan untuk diagnosa yang kedua yaitu hambatan mobilitas fisik dilakukan tindakan mangkaji mobilitas fisik pasien, mengobservasi pergerakan pasien dan mengajarkan mobilisasi secara bertahap. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan.tujuan evaluasi yaitu menentukan kemampuan pasien dalam
51
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai aktivitas rencana keperawatan dan strategi asuhan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2012). Evaluasi yang dilakukan oleh penulis disesuaikan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP, subjective, objective, analisa, planning. (Deden, 2012). Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas jahitan jalan lahir, setelah dilakukan tindakankeperwatan hasil evaluasi yang dilakukan pada hari sabtu, tanggal 12 April 2014 masalah keperawatan nyeri akut teratasi, didukung dengan data, pasien mengatakan nyeri bekas jahitan berkurang, skala nyeri 3, nyeri saat bergerak, ekspresi wajah tampak rilek dan segar, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/ menit, suhu 365°C, pernafasan 22 kali/menit. Data di atas sudah sesuai dengan kriteria hasil penulis tegakkan, berdasarkan advis dokter yang mengijinkan pasien pulang telah diambil keputusan untuk persiapan pulang dengan pendidikan kesehatan yaitu menganjurkan untuk minum obat oral Amoxilin 3x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg, menjaga keebersihan perineum, nutrisi yang tepat untuk kesembuhan bekas jahitan dan menganjurkan untuk melakukan teknik distraksi imaginasi terbimbing jika timbul nyeri. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan,hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan dengan kelemahan fisik hasil evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 15.00 WIB dengan hasil Subyektif : pasien mengatakan takut untuk bergerak, Obyektif : pasien terlihat lemah dan hanya tiduran di tempat tidur, Analisis : masalah hambatan mobilisasi fisik belum
52
teratasi, Planning : intervensi dilanjukan, kaji mobilitas fisik, anjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien, kolaborasi keluarga dalam ADL pasien.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan pemberian terapi non farmakologi imaginasi terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan Ny.W dengan post partum spontan diruang kenanga RSUD Karanganyar, maka penulis dapat menarik kesimpulan: 1. Pengkajian pada Ny. W didapatkan data keluhan utama yang dirasakan pasien mengatakan nyeri P : nyeri dirasakan saat bergerak dan duduk, Q : nyeri seperti terbakar, R : nyeri pada perineum, S : skala nyeri 6, T : nyeri terasa selama 2 menit. Pasien mengatakan lemas, bergerak dengan hatihati, sulit miring kanan miring kiri, dan duduk, pasien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga. 2. Diagnosa keperawatan yang muncul
pada Ny. W yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas jahitan jalan lahir). Diagnosa yang kedua Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. 3. Intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji skala nyeri (P, Q, R, S, T) secara komprehensif dengan rasional mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan pasien, beri posisi nyaman pada pasien dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, memantau tandatanda vital pasien dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum
53
54
pasien, ajarkan teknik distraksi imajinasi terbimbing dengan rasional untuk mengurangi nyeri pasien dan menciptakan perasaan tenang, kolaborasi pemberian analgetik dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri pasca bersalin. Pada diagnosa kedua hambatan mobilitas intervensi yang dilakukan adalah kaji mobilitas fisik, dengan rasional untuk mengetahui mobilitas fisik pasien, beri posisi aman, dengan rasional agar pasien nyaman, anjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien, dengan rasional, agar ADL pasien lebih mandiri, kolaborasi bersama keluarga untuk membantu toileting berpakaian, makan, berpandah pasien, dengan rasional agar klien bisa mandiri dalam mandiri dalam beraktivitas. 4. Implementasi atau tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat oleh penulis dan memprioritaskan tindakan imaginasi terbimbing. Terapi imaginasi terbimbing merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif menurunkan nyeri. 5. Hasil evaluasi dalam waktu 2x24 jam masalah nyeri akut teratasi didukung dengan data, pasien mengatakan nyeri pada bekas jahitan berkurang, skala 2, nyeri saat bergerak, ekspresi wajah tampak rileks dan segar, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan: 24x/menit, suhu : 36,2oC. Planning : pertahankan intervensi. Diagnosa kedua hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi didukung dengan data Subjektif : pasien mengatakan sudah berlatih untuk bergerak, berpindah, kekamar mandi sendiri, Objektif : pasien terlihat berjalan
55
kekamar mandi, Analisis : masalah teratasi, Planning :intervensi dipertahankan. 6. Analisa hasil : pelaksanaan imajinasi terbimbing pada Ny .W dengan nyeri perineum akibat tindakan episiotomy mampu menurunkan intensitas nyeri pada Ny. W dengan post partum pada waktu sebelum dilakukan tindakan skala nyeri 6 setelah diberikan tindakan nyeri berkurang menjadi 3.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran antara lain: 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui praktik klinik dan pembuatan laporan. 2. Bagi Rumah Sakit Mampu meningkatkan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas, memberikan pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan etika yang sedang berkembang dengan memodifikasi tindakan keperawatan tanpa meninggalkan konsep dan etika keperawatan. 3. Profesi Keperawatan Untuk melakukan tidakan aktif oleh profesi keperawatan dengan cara pemberian terapi imaginasi terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy, sehingga dapat mencegah dan mengurangi angka kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. (2010). Askeb Nifas . Yogyakarta: Nuha Medika. Andarmoyo, Sulistyo. (2006). Pengaruh Terapi non Farmakologi (Imaginasi Terbimbing) terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Cesarea pada Ibu Primipara Hari 1-2 di ruang Melati RSUD Prof.Dr Hardjono Ponorogo. Fakultas Imu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ponorogo: Ar-ruzz Media. Asrinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Askeb Nifas Normal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Bobak. Loudemik. Jensen. (2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC Ernawati. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: Kedokteran EGC.
Buku
Harry Oxorn dan William forte (2010), Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan,Yogyakarta Judha, Mohamad. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika. Kriebs & Carolyn. Ed. (2009). Buku Saku Asuhan Kebidanan VARNEY. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Mander, Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Maritalia, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pusaka Pelajar. Marmi. (2012). Askeb pada Masa Nifas” Peurperium Care”. Pustaka Pelajar
Yogyakarta:
Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Nanda. (2011). Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso. Bandung: Prima Medika. Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Volume 4, Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Potter and Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: Buku Kedokeran EGC. Potter and Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC. Price, A. Syivia. (2005). Patofisioogi. Volume 2, EDSI 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Saifudin, dkk. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Suarli & Bahtiar. (2012). Manajemen Keperawatan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Askeb pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV Andi Offset. Sumarah (2009). Perawatan Ibu Beralin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin), Yogyakarta : Fitramaya Wiknjosastro. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Wilkinson, Judith. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahas widyawati. Jakarta: EGC. WHO. (2008). Jurnal kebidanan. http://kuesioner.site90.net/tag/rumah-sakit/. Diakses 4 mei 2008.