Al-LISAN ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 28-43 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris Enni Akhmad IAIN Sultan Amai Gorontalo (ennimakassar@ gmail.com) Abstrak This writing discusses about English language lesson that can be used to implement character values on students or learners. English language teaching and learning, since then is considered as a lesson which only teaches the language skills, namely English language, which comes from secular countries. The teachers, generally, have perception that character education only can be implemented through religion lessons. They do not realize that English language also reflects character values that owned by the language users. Its values are reflected on the models of its sentences, for example the discipline value, the politeness and the honest. The sentences models are taken as the sample in this writing is “Tenses”. Tulisan ini membahas tentang mata pelajaran bahasa Inggris yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Mata pelajaran bahasa Inggris selama ini dianggap sebagai sebuah pelajaran yang hanya mengajarkan keterampilan berbahasa, yang notabene berasal dari Negara sekuler. Para pendidik, pada umumnya, mempunyai persepsi bahwa pendidikan karakter hanya dapat diterapkan melalui pelajaran agama saja. Mereka tidak menyadari bahwa dalam pelajaran bahasa Inggris terdapat pula cerminan nilai-nilai karakter yang dianut oleh para penggunanya. Nilai-nilai tersebut tercermin pada model-model kalimat bahasa Inggris, misalnya karakter kedisiplinan, kesopanan, dan kejujuran. Model-model kalimat yang diambil sebagai sampel dalam tulisan ini adalah model kalimat pada “Tenses” atau struktur kalimat yang memakai kata kala (waktu).
Kata Kunci: Model-model kalimat bahasa Inggris, Pendidikan Karakter
28
Enni Akhmad
Pendahuluan Karakter dan pendidikan adalah dua istilah yang beberapa tahun terakhir ini akrab di telinga kita dalam kurikulum pendidikan nasional. Pendidikan bermakna usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Sementara karakter secara harfiah bermakna mengukir atau memahat, dan secara konteks berarti sifat hakiki yang tercermin dari sikap seorang individu atau suatu bangsa yang menjadi pembeda dengan individu atau bangsa lain.2 Ketika dua istilah ini disandingkan menjadi istilah pendidikan karakter, maka akan terumuskan pengertian baru yaitu usaha secara sadar dan terencana untuk membangun, membentuk, dan mengembangkan serta menguatkan sifat hakiki yang tercermin dari sikap seorang individu atau suatu bangsa yang menjadi pembeda dengan individu atau bangsa lain. Pengertian inilah yang kemudian menjadi tujuan dan sasaran dari dimunculkannya konsep pendidikan karakter. Dengan dimasukkannya konsep tersebut dalam kurikulum pendidikan nasional, diharapkan proses memahat atau mengukir para peserta didik sejak dini dengan norma-norma akhlak mulia atau karakter yang baik akan tercapai. Norma-norma mulia tersebut diharapkan dapat diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Dengan demikian, siswa atau peserta didik dapat menggali hikmah atau muatan norma-norma baik dari setiap mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajarinya. Selain itu, peserta didik dapat pula menghargai setiap mata pelajaran yang dipelajarinya, karena mereka mendapatkan nilai-nilai tambahan tidak hanya yang bersifat keilmuan semata, namun juga yang bersifat kespiritualan dari ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu, paradigma yang selama ini dianut bahwa guru atau tenaga pendidik hanya dapat mengajarkan norma-norma akhlak mulia atau karakter yang baik melalui pendidikan agama dan pendidikan moral seyogyanya
1
Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Pendidikan Tinggi tahun 2012 hal 4 Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam 2 Prof. DR. H. Agustitin Setyobudi, MM, M.Pd. Meningkatkan Peran Strategis Guru Untuk Membangun Karakter Bangsa. Makalah hal 3 tahun 2011 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
29
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris
dihilangkan, karena hal tersebut akan menyebabkan terjadinya diskriminasi ilmu pengetahuan. Diskriminasi atau gap tersebut akan membuat siswa atau para peserta didik berpikiran bahwa ilmu pengetahuan umum hanya sematamata bersifat duniawi sementara ilmu pengetahuan agama dan pendidikan moral bersifat ukhrawi. Guru atau dosen sebagai pilar utama dari pembinaan dan pembangun karakter peserta didik seharusnya mampu menunjukkan bahwa meskipun mata pelajaran sama sekali berasal dari negara Barat misalnya, yang notabene menempatkan agama terpisah dari kehidupan dunianya (sekularis), namun masih terdapat nilai-nilai akhlak mulia atau karakter baik yang dapat digali dan dikembangkan. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa Inggris, guru atau dosen dapat memakai contoh-contoh kalimatnya, untuk menunjukkan nilai konsistensi, disiplin, dan kesopanan para penuturnya. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini, yaitu apakah model-model kalimat dalam bahasa Inggris memberikan pembelajaran nilai-nilai karakter baik atau positif kepada para peserta didik yang mempelajarinya Oleh karena itu, tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengkaji modelmodel kalimat bahasa Inggris yang mempunyai nilai-nilai karakter yang dapat diteladani oleh para peserta didik yang mempelajari serta mendalami pelajaran bahasa Inggris itu. Dengan demikian, diharapkan bahwa tulisan ini mampu memberikan gambaran dan pencerahan khususnya kepada para pengajar bahasa Inggris untuk senantiasa mampu mengimplementasikan pendidikan karakter dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter Pendidikan merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Pendidikan juga merupakan proses pewarisan dan proses pengembangan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam prosesnya, peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai
30
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Enni Akhmad
menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, dan mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Sementara, pendidikan menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sebagai sebuah proses dan usaha maka pendidikan dapat dilakukan secara formal dan informal dan secara berjenjang. Sejak beberapa tahun yang lalu, pemerintah telah menggalakkan pendidikan sejak usia dini yaitu dari usia 3-5 tahun. Hal ini dilaksanakan demi tercapainya rumusan pendidikan seperi dikemukakan di atas. Telah disadari bahwa memupuk dan mengembangkan potensi diri sehingga mempunyai karakter berkepribadian cerdas secara spiritual serta terampil selayaknya dilakukan sejak dini. Menurut sistem pendidikan yang diterapkan dalam quantum teaching, semakin dini seorang anak diperkenalkan dengan pendidikan baik formal maupun informal, akan semakin cepat mengenali potensi dirinya dan semakin mudah menanamkan nilai-nilai akhlak mulia yang dapat membangun karakternya. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah dalam Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 juga merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Dalam Pasal 3 UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan mencerminkan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia ke depan. Oleh karena itu, tiap satuan pendidikan seharusnya merespon rumusan dari tujuan pendidikan nasional tersebut dengan mengembangkan pendidikan karakter .Namun pengembangan pendidikan karakter akan tercapai dengan baik
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
31
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris
apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai karakter yang mulia. Sementara kata karakter asalnya dari bahasa yunani yaitu “charassein” yang maknanya mengukir. sehingga terbentuk sebuah pola.3 Pola tersebut kemudian menjadi kebiasaan yang terus berlangsung dalam kehidupan seseorang, yang akhirnya akan menjadi sebuah pola pikir Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak, yang menetap dalam pikiran bawah sadar manusia4. Pola pikir tersebut akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang, termasuk lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Pola pikir tersebut akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan rangsangan atau asupan pendidikan yang diterima seseorang baik dalam lingkungan masyarakat umum maupun dalam lingkungan yang lebih khusus misalnya pendidikan formal yaitu sekolah. Oleh karena itu, seseorang atau individu seyogyanya senantiasa diarahkan untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan lebih baik. Maka tidaklah mengherankan jika saat ini timbul kecenderungan bagi para orang tua memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah pesantren. Mereka berharap dengan bekal pendidikan agama yang lebih banyak, anak-anak mereka akan mempunyai karakter yang baik. Menempuh pendidikan formal dan non formal adalah salah satu langkah yang ditempuh dalam proses mengukir atau membentuk sikap, tindakan, perkataan seseorang. Menurut Rutland karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang berarti “dipahat”. Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit yang dengan hati-hati dipahat atau pun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan menjadi sebuah maha karya atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya. Tidak ada perbaikan yang bersifat kosmetik, tidak ada susunan dekorasi yang dapat membuat batu yang tidak berguna menjadi suatu seni yang bertahan lama. Hanya karakter yang dapat 3
Bohlin, Karen; D. Farmer, Kevin Ryan. Building Character in Schools: Resource Guide, (California : Jossey Bass, 2001), h. 44 4 Brisma Renaldi, Pola Pikir Pegawai Negeri Sipil; modul pendidikan dan pelatihan prajabatan Gol. III, Lembaga Administrasi Negara 2009 hal 5-6
32
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Enni Akhmad
melakukannya5. Dan karakter dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.6 Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.7 Karakter dapat didefinisikan sebagai satu set kompleks karakteristik psikologis, dibentuk sebagian oleh pertumbuhan kognisi yang memungkinkan seseorang untuk bertindak sebagai agen moral.8 Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau indiviu tersebut, dan merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespons sesuatu. Ciri khas ini pun yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut, dan menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap sang individu. Karakter memungkinkan perusahaan atau individu untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan karena karakter memberikan konsistensi, integritas, dan energi. Orang yang memiliki karakter yang kuat, akan memiliki momentum untuk mencapai tujuan. Di sisi lain, mereka yang karakternya mudah goyah, akan lebih lambat untuk bergerak dan tidak bisa menarik orang lain untuk bekerjasama dengannya9.
5
. Rutland, Mark. Karakter itu Penting. Terjemahan Ly Yen (Jakarta: Light Publishing, 2009), h. 1 6 . Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I. 2008), h. 682. 7 . Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. (Jakarta: Grasindo. Cet. I. 2007), h. 80. 8 . Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. Research-based character education.The Annals of the American Academy of Political and Social Science, 2004, h. 72. 9 Hermawan Kertajaya, Grow with Character: The Model Marketing (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 3 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
33
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris
2.
Beberapa Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan Berdasarkan pengertian pendidikan yang tercantum dalam Undangundang sistem pendidikan nasional, dapat dipahami beberapa karakter yang seharusnya dikembangkan dalam dunia pendidikan nasional dewasa ini. Kalimat pada undang-undang tersebut yang menyatakan bahwa peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, dapat dimaknai bahwa para peserta didik harus dibekali dengan nilai-nilai religius. Religius adalah sikap atau perilaku yang patuh dalam melaksanakan agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan penganut agama lain. Dalam istilah agama Islam religius dapat disamakan dengan kata taqwa. Taqwa bermakna kontektual yaitu seseorang harus melaksanakan semua perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangan-Nya. Konsep religius atau taqwa ini harus diterapkan dalam dunia pendidikan, karena para peserta didik akan bergaul dan berkutat dengan ilmu pengetahuan dan praktisi ilmu tidak hanya bersumber dan berasal dari satu agama saja. Frase pengendalian diri bermakna para peserta didik harus senantiasa diajarkan dan dilatih untuk berdisiplin. Disiplin adalah sikap atau tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.10 Para peserta didik pada dasarnya akan senantiasa bersentuhan dengan aturan dan ketentuan yang harus ditaati, baik di masa berada di bangku pendidikan maupun setelahnya, baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan sekolah, para peserta didik telah dilatih untuk menaati aturan seperti harus datang tepat waktu, menyelesaikan tugas-tugas dengan rapi dan benar, berpakaian rapi dan sebagainya. Sementara kata kepribadian dapat diartikan bahwa para peserta didik harus dilatih dan ditempa untuk bersikap jujur. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.11 Bersikap jujur diimplementasikan dalam proses pengajaran misalnya, guru melarang keras perilaku menyontek ketika pelaksanaan ujian. Selain itu, siswa harus berani mengakui dan bertanggungjawab terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. 10 11
Ibid., h. 34 Ibid., h. 35
34
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Enni Akhmad
Kecerdasan dapat dipahami bahwa para peserta didik harus bersikap kreatif, mandiri dan rasa ingin tahu. Kreatif berarti berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.12 Sikap kreatif, mandiri, dan rasa ingin tahu merupakan konsep dasar dalam menuntut dan mempelajari ilmu pengetahuan. Oleh karena teori-teori dalam ilmu pengetahuan diperoleh dari hasil rasa ingin tahu yang besar dari penemunya sehingga mereka mencari dan mencoba hal-hal baru sehingga muncullah teori-teori ilmu yang dapat dirasakan oleh banyak orang. Para peserta didik harus dibangkitkan rasa ingin tahunya terhadap ilmu yang dipelajarinya, sehingga muncul kreativitas dan rasa percaya diri untuk mampu mandiri dalam tugas-tugas yang diberikan. Orang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, dan intuitif. Dalam dunia beberapa kali perubahan kurikulum pendidikan baik di tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi, pemerintah terus berupaya membangkitkan kreatifitas dan kemandirian siswa dengan metode-metode dan strategi-strategi pengajaran yang baru. Dengan metode dan strategi pengajaran PAIKEM, KTSP, CTL, dan metode pengajaran pada kurikulum 2013, para peserta didik, misalnya dilatih untuk memecahkan suatu masalah melalui kerjasama dengan teman-teman sejawatnya, atau memecahkan masalah melalui referensi-referensi yang diberikan sesuai dengan materi pelajaran. Istilah akhlak mulia dan keterampilan dalam Undang-undang Sisdiknas merupakan simpulan dari karakter yang telah diuraikan di atas. Dengan memiliki karakter religious, jujur, rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif, disiplin, dan mandiri, maka para peserta didik telah memiliki akhlak mulia yang siap bertarung dan menghadapi masalah dan tantangan di dunia di luar pendidikan itu sendiri. Sikap dan tindakan kreatif, disiplin dan mandiri menjadikan para peserta didik untuk terampil dalam menerapkan teori-teori ilmu pengetahuan yang telah didapatnya di bangku pendidikan.
12
Ibid., h. 36 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
35
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris
C. Model-Model Kalimat Bahasa Inggris Model-model kalimat bahasa Inggris sangat banyak, tetapi dalam tulisan ini akan menampilkan jenis kalimat bahasa Inggris yang terdapat dalam Tenses (TENSES), karena menurut hemat penulis menunjukkan nilai-nilai kejujuran atau konsisten, kreatif dan kesopanan serta keramahan para penuturnya. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan model kalimat yang terdapat dalam Tenses beserta contoh-contoh kalimatnya. Model Kalimat dengan Tenses Tenses adalah bagian dari struktur yang menjelaskan waktu dari action 13 verb. Dalam kamus John Echols Tense berarti masa atau kala,14sementara dalam kamus Oxford tense bermakna (grammar) any of the forms of a verb that may be used to indicate the time of the action or state expressed by the verb15. Ketiga makna tersebut mengacu pada Action Verb yaitu tindakan yang dilakukan subyek/pelaku dalam kalimat yang berfungsi sebagai predikat. Action verb akan menentukan jenis Tenses yang digunakan dalam sebuah kalimat. Secara umum terdapat 5 (lima) jenis tenses dalam bahasa Inggris. 1. Present Tense Simple Present Tense digunakan untuk menceritakan tentang apa yang terjadi secara teratur, biasanya terjadi, atau yang selalu terjadi. Oleh karena itu, kata keterangan yang digunakan dalam bentuk Simple Present Tense adalah kata keterangan frekuensi yang menggambarkan seberapa sering sesuatu terjadi. Kata keterangan tersebut adalah always, usually, often, sometimes, rarely, dan never.16 Namun, simple present tense dapat pula digunakan untuk menceritakan tentang situasi yang tidak ada hubungannya dengan waktu, contohnya jika berbicara tentang fakta-fakta ilmiah dan hukum-hukum fisika. Misalnya: Stress causes high blood pressure
13
Anne Juwita, Langsung bisa mahir berbahasa Inggris (Jakartta: Gudang Ilmu, 2011), h. 46. 14 John F Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 20003), h. 550 15 A S Hornby., Oxford Advanced Learner’s Dictionary. (Great Britain: Oxford University Press, 1990), hal 789 16 Marjorie Fuchs,etc., Focus on Grammar. An Intermediate Course for Reference and Practice. (California: Addison-Wesley Publishing Company, 1994), h. 20
36
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Enni Akhmad
Water freezes at 32˚ F. Selain aturan kata kerja dan kata keterangan dalam Simple Present tense, terdapat pula aturan ejaan dan aturan pelafazan. Bila subjek yang mengikuti kata kerja adalah orang ketiga tunggal, yaitu He, She, dan It, maka kata kerjanya secara umum haruslah ditambahkan dengan morfem inleksional yaitu s, namum bila kata kerja tersebut berakhir dengan huruf dan bunyi yang berdesis, maka harus kata ditambahkan morfem infeksional es. Berikut ini daftar perubahan atau aturan ejaan dari kata kerja pada tense present tense, bila diawali dengan subjek orang ketiga tunggal. 1. Ditambahkan akhiran –s untuk kata kerja pada umumnya. Misalnya: work (works), buy (buys), ride(rides), return (returns) 2. Ditambahkan akhiran –es untuk kata-kata kerja yang berakhir dengan huruf –s, -ch, -sh, -x, atau –z. Misalnya: watch (watches), pass (passes), rush (rushes), relax (relaxes), buzz (buzzes). 3. Perubahan y ke i dan ditambahkan akhiran -es bila kata kerjanya berakhir dengan konsonan + y. Misalnya: study (studies), hurry (hurries), dry (dries). 4. Beberapa kata kerja mempunyai perubahan yang tidak teratur pada bentuk tense Present Tense. Misalnya: be (is), do (does), have (has) Sementara untuk aturan pengucapan dalam bentuk Present Tense pada subjek orang ketiga tunggal adalah sebagai berikut: 1. Pada umumnya, kata kerja untuk subjek orang ketiga tunggal selalu ditambahkan akhiran –s, tetapi dalam aturan pengucapannya terdapat tiga bunyi huruf misalnya: /s/ untuk talks, /z/ untuk loves, dan /iz/ untuk dances 2. Akhiran –s diucapkan dengan bunyi huruf /z/ setelah bunyi huruf bersuara pada kata kerja dengan huruf akhir /b/, /d/, /g/, /v/, / /, /m/, /n/, /ŋ/, /l/, dan /r/. Misalnya: describe (describez), spend (spendz), hug (hugz), live (livez), bathe (bathez), seem
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
37
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris
(seemz), remain (remainz), sing (singz), tell (tellz), lower (lowerz) 3. Bunyi akhiran –s diucapkan /s/ setelah bunyi-bunyi huruf tak bersuara yaitu /p/, /t/, /k/, dan /t/. Misalnya: top (tops), get (gets), take (takes), laugh (laughs) 4. Bunyi akhiran –s diucapkan /z/ setelah semua bunyi huruf vokal. Misalnya: agree (agreez), try (triez), stay (stayz), know (knowz) 5. Bunyi akhiran –s diucapkan /iz/ setelah bunyi-bunyi /s/, /z/, /ʃ/, /ӡ/ dan /dӡ/. 2. Past Tenses Bentuk kalimat Past tense digunakan untuk menyatakan atau menunjukkan suatu peristiwa, kejadian, atau kegiatan yang dilakukan di masa lampau yang disebutkan kejadiannya secara jelas dengan memakai kata keterangan waktu.17 Keterangan waktu yang sering digunakan dalam bentuk tense tersebut adalah: yesterday, last week/month/year, a week ago, a month ago,dan seterusnya. Contoh kalimatnya adalah: 1. They were not here yesterday 2. Did you come to her house last night 3. She died more than 100 years ago 4. Pedro came to this country three years ago 5. He got married in 1990 Seperti halnya bentuk tense present tense, bentuk tense Past Tense pun mempunyai aturan ejaan dan aturan pelafalan kata. Berikut adalah aturan ejaan kata kerja beraturan (Regular Verb) pada tense Past Tense. 1. Bila kata kerja berakhir dengan huruf konsonan, maka kata kerja tersebut ditambahkan akhiran –ed. Misalnya: return 17
Marjorie Fuchs,etc., Focus on Grammar. An Intermediate Course for Reference and Practice. (California: Addison-Wesley Publishing Company, 1994), h. 35
38
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Enni Akhmad
(returned), help (helped). Namum bila berakhir dengan huruf e, maka ditambahkan dengan akhiran –d. Misalnya: live (lived), create (created), die (died) 2. Bila kata kerjanya bersuku kata satu, dan mempunyai kombinasi huruf konsonan-vokal-konsonan (KVK), maka konsonan terakhir ditulis dua kali kemudian ditambahkan akhiran –ed. Misalnya: hop (hopped), rub (rubbed). Namun jika kata kerja yang bersuku kata satu dan berakhir dengan huruf konsonan –w, -x, atau –y, maka tidak ditulis dua kali hanya langsung ditambahkan dengan akhiran –ed. Misalnya: bow (bowed), mix (mixed), play (played). 3. Bila kata kerja bersuku kata dua atau lebih yang berakhir dengan kombinasi konsonan-vokal-konsonan, maka konsonan terakhir harus didobel, tetapi hanya bila suku kata terakhirnya pengucapannya ditekan. Misalnya: prefer=preferred, (suku kata terakhirnya ditekan) visit=visited (suku kata terakhirnya tidak ditekan) 4. Bila kata kerjanya berakhir dengan konsonan + y, maka y diubah menjadi i kemudian ditambahkan –ed. Misalnya: worry=worried, carry=carried. Namun bila kata kerjanya berakhir dengan vocal + y, maka y tidak berubah dan ditambahkan –ed. Misalnya: play=played, annoy=annoyed. Aturan pelafalan kata pada tense past tense sebagai berikut: 1. Huruf d dilafazkan dengan bunyi t, setelah bunyi huruf tak bersuara yaitu /p/, /k/, /t/, khir dari 3. Present Continous Tense Bentuk tense Present Continous Tense atau Present Progressive digunakan untuk menggambarkan sesuatu kegiatan atau peristiwa yang terjadi atau sedang berlangsung pada saat peristiwa atau kegiatan tersebut dibicarakan. Selain itu, bentuk tersebut dapat pula digunakan untuk menyatakan peristiwa atau perbuatan yang terjadi atau dilakukan di masa sekarang, tetapi tidak harus terjadi atau berlangsung pada saat dibicarakan. Oleh karena itu, kata
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
39
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris
keterangan waktu yang biasa digunakan adalah: now, right now, at the moment, at present, nowadays, this month, these days, this year, dan seterusnya. Contoh kalimat bentuk tense Present Continous: 1. I am standing outside Children’s Hospital right now 2. My brothers are watching television now 3. The children are studying their homework at the moment 4. Mary Quincy is studying computer programming in this semester 5. Mr. David is writing a novel nowadays Dalam bentuk Tense Present Continous, terdapat aturan ejaan pada kata kerjanya, yang digunakan jika menambahkan suffiks “ing” pada kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Aturan tersebut digambarkan sebagai berikut: 1. Pada umumnya kata kerja dasar ditambahkan –ing. 2. Bila kata kerjanya berakhir dengan vocal e, maka vocal e dihilangkan, kemudian ditambahkan –ing. Misalnya: leave=leaving, take=taking 3. Bila kata kerjanya bersuku kata satu dan mempunyai kombinasi konsonan-vokal-konsonan, maka konsonan terakhir didobel, kemudian ditambahkan –ing. Misalnya: run=running, sit=sitting. Namun bila kombinasi tersebut berakhir dengan konsonan w, x, atau y, maka langsung ditambahkan –ing. Misalnya: sew=sewing, fix=fixing, enjoy=enjoying. 4. Bila kata kerjanya berakhir dengan huruf –ie, maka –ie diubah menjadi y kemudian ditambahkan –ing. Misalnya: die=dying, tie=tying. 4. Present Perfect Tense Bentuk Present Tense digunakan untuk menyatakan peristiwa yang diawali di masa lampau dan terus berlangsung hingga sekarang. Kata keterangan waktu yang dipakai adalah just, for, since. Selain itu digunakan pula untuk menyatakan peristiwa atau kegiatan yang terus berlangsung ataupun belum selesai dari waktu tertentu di masa lampau hingga sekarang dan kemungkinan masih akan terus berlangsung sampai waktu tertentu di masa yang akan datang.
40
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Enni Akhmad
Kata keterangan waktu yang digunakan adalah all this year, all day, recently, all the time, dan sebagainya. Bentuk tense ini mempunyai pola kalimat sebagai berikut: Untuk kalimat verbal Subjek + have/has + kata kerja participle (bentuk III) + objek pelengkap. Untuk kalimat nominal Subjek + have/has + been + objek pelengkap Contoh kalimat: I have just called him Mr Edward has lived in California since 1987 They have lived in property all this year We have just had dinner. Miss Susan has been a teacher since 2005. D. Pendidikan Karakter Dalam Model-Model Kalimat Bahasa Inggris Berdasarkan uraian dari bentuk-bentuk kalimat yang terdapat pada bentuk tenses dan kalimat perintah dalam bahasa Inggris, penulis memberikan kajian secara terapan mengenai karakter-karakter yang terdapat didalamnya, yang dapat dikenalkan dan dikembangkan oleh guru dan para peserta didik. Pada model kalimat dalam bentuk tenses, terlihat bahwa penutur bahasa Inggris konsisten, jujur, dan disiplin dalam mengungkapkan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukannya. Mereka dengan tekun memilah-milah ungkapan untuk menunjukkan bahwa mereka melakukan kegiatan dengan waktu-waktu yang ditentukan. Misalnya, pada pola tense present tense, antara pembicara dan pendengar akan sangat mudah mencapai saling pengertian, karena pembicara menggunakan kata keterangan frekwensi dan kata keterangan waktu yang digunakan untuk mengungkapkan kegiatan yang dilakukan setiap saat, setiap hari atau kegiatan yang dilakukan secara rutin. Komunikasi antara ke dua belah pihak akan terbangun dengan harmonis, karena tidak ada lagi penafsiran ganda terhadap kalimat yang diucapkan atau disampaikan sang pembicara. Demikian pula dalam kalimat past tense, mereka menyampaikan kegiatan yang telah mereka lakukan dengan memberi penegasan pada kata keterangan waktunya, yaitu yesterday (kemarin), Last week (minggu lalu), last month (bulan lalu), last years (tahun lalu), atau two years ago ( dua tahun yang
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
41
Muatan Pendidikan Karakter Pada Kalimat Bahasa Inggris
lalu. Sementara pada kalimat Present Continous Tense, kita dapat memahami bahwa pembicara mengungkapkan kalimat-kalimat yang bermakna sekarang melalui kata kerja, to be, dan kata keterangan waktunya. Misalnya, I am reading a book now. Pada kalimat Present Perfect Tense, makna kalimat yang disampaikan pembicara terungkap melalui kata kerja, kata kerja bantu, dan kata keterangan waktu yaitu since dan for. Demikian pula pada kalimat Future Tense yang bermakna kegiatan yang akan dilakukan, terungkapkan dengan kalimat yang menggunakan modals sebagai kata kerja bantu dan kata keterangan waktu, misalnya tomorrow, next week, dan sebagainya. Sementara pada model kalimat perintah atau command sentence, dapat diambil karakter penuturnya yang memegang teguh kesopanan dalam berbahasa, meskipun dia memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Bentuk kesopanan yang dimaksudkan adalah menambahkan kata please di depan kalimat atau di belakang kalimat. Meskipun dia dengan makna yang keras atau marah menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu. Contoh “Don’t be noisy, please! Please, go out!, dan sebagainya. Kesimpulan Dari uraian pada bagian-bagian tulisan di atas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1. Meskipun bahasa Inggris notabene digunakan oleh Negara-negara yang berpaham sekularisme, tetapi tetap mempunyai nilai karakter positif yang dapat ditanamkan kepada peserta didik. 2. Model-model kalimat bahasa Inggris yang menunjukkan nilai-nilai kedisiplinan, konsistensi, dan kejujuran dari penuturnya adalah kalimat pada model tenses dan kalimat perintah 3. Pengajar bahasa Inggris seharusnya tidak melupakan penanaman nilai karakter kepada anak didik meskipun mata pelajaran yang dibawakan adalah mata pelajaran umum.
42
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Enni Akhmad
Daftar Pustaka Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. Research-based character education.The Annals of the American Academy of Political and Social Science, 2004 Echols.John F, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 20003),1 A S Hornby., Oxford Advanced Learner’s Dictionary. (Great Britain: Oxford University Press, 1990) Fuchs.Marjorie,etc., Focus on Grammar. An Intermediate Course for Reference and Practice. (California: Addison-Wesley Publishing Company, 1994) Juwita.Anne, Langsung bisa mahir berbahasa Inggris (Jakartta: Gudang Ilmu, 2011) Kertajaya.Hermawan, Grow with Character: The Model Marketing (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010) Koesoema.Doni A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. (Jakarta: Grasindo. Cet. I. 2007) Mark.Rutland, Karakter itu Penting. Terjemahan Ly Yen (Jakarta: Light Publishing, 2009) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I. 2008)
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
43