Al-LISAN ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 44-57 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
Tinjauan Psikologis Pemerolehan Bahasa dan Kemampuan Bernalar Pada Anak Lamsike Pateda IAIN Sultan Amai Gorontalo
[email protected] ABSTRAK The parents and the family have important role in educating and delivering children to acquire their language. The process of children’ language acquisition is known as golden age phase, it is the important phase of human life. The success of development phase is determined here, because the children’ brain develop faster than the adult and it influences to their stimulus which come from their envronment, either in home or in school. Eventually, the children will have well knowledge according to previous information then connecting to the next information. The acquisition and the using of language (the ability of thinking) shows the children comprehension toward word/language meaning which basically depend on sense rasio and physical data. Orang tua dan keluarga berperan di dalam membina dan mengawal anak dalam pemerolehan bahasa. Proses pemerolehan bahasa anak merupakan masa yang cukup baik. Bahkan, pada masa ini dikenal dengan golden age, merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berhasil tidaknya tahap perkembangan pada masa ini akan berpengaruh pada kehidupan dan pembentukan anak pada masa yang akan datang. Pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat sangat memungkinkan penerimaan stimulus yang optimal berupa daya serap terhadap semua stimulasi yang diberikan lingkungan baik di rumah maupun di sekolah. Pada akhirnya, anak akan memiliki kemampuan menalar secara baik sesuai informasi sebelumnya lalu ia hubungkan dengan informasi berikutnya. Pemerolehan dan penggunaan bahasa secara tepat (kemampuan menalar) menunjukkan pemahaman anak terhadap makna kata/ bahasa yang pada dasarnya bergantung pada rasa/sense dari dalam pikiran (internal), data inderawi dan rasionya. Kata kunci: psikologis, pemerolehan bahasa, bernalar 44
Lamsike Pateda
Pendahuluan Dunia anak merupakan dunia yang penuh dengan keajaiban dalam proses perkembangan mereka. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan proses pemerolehan bahasa, setiap anak memperlihatkan karakteristik yang berbedabeda, bahkan unik. Keunikan tersebut menjadi karakteristik tersendiri bagi anak di dalam perkembangan kemampuan berbahasanya. Perkembangan pemerolehan bahasa dan kemampuan berbahasa anak sangat ditunjang oleh lingkungan keluarga. Bahasa pertama yang diperoleh di rumah dalam situasi yang sangat alami, dikendalikan dan dikontrol oleh orangorang yang dekat dan sayang dengan anak tersebut. Ini menandakan bahwa aspek psikologis anak sangat berperan di dalam pemerolehan bahasa. Untuk itu, seyogianya orang-orang terdekat dengan anak, berperan secara maksimal untuk mendorong dan mendukung proses pemerolehan dan kemampuan berbahasa anak. Secara psikologis, kerpibadian anak telah dibentuk di dalam lingkungan keluarga. Bahkan keberhasilan seorang anak di dalam belajar sangat ditentukan oleh kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil. Tidak sedikit orang tua atau pun pihak keluarga lainnya, yang secara tidak sadar memberikan perlakuan yang sebenarnya berdampak negatif terhadap anak. Misalnya, anak-anak terkadang sering bertanya, entah apapun itu akan selalu timbul pertanyaan darinya, sebagai refleksi atas rasa ingin tahu di dalam dirinya. Menghadapi anak yang demikian, terkadang orang tua membentak dan bahkan memarahinya. Paling tidak, kata ‘diam’ itulah yang selalu terucap sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan anaknya. Bahkan masih banyak lagi perlakuan yang diterima anak, yang secara psikologis berdampak besar ketika ia sudah mulai belajar secara formal. Boleh jadi anak tersebut akan menjadi pendiam di dalam kelas, rasa takut dan perkataan ‘diam’ sudah menyatu di dalam dirinya. Kebiasaan anak dikala ada tamu adalah sering ikut bergabung dengan orang tuanya yang melayani tamu. Ikut mendengarkan pembicaraan yang berlangsung saat itu. Menghadapi hal ini, terkadang muncul dua sikap orang tua, pertama membiarkan saja anak ikut terlibat tanpa memarahinya; kedua memberikan sinyal negatif, mungkin dengan bahasa tubuh, atau bahkan langsung mengusir anaknya. Bila sikap yang kedua selalu dilakukan dan terpelihara, maka proses anak untuk senantiasa mendengarkan dan atau
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
45
Tinjauan Psikologis Pemerolehan Bahasa dan Kemampuan Bernalar Pada Anak
menyimak pembicaraan akan terhambat. Secara mental anak tidak mau lagi berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka pada kesempatan ini akan dibahas tentang “tinjauan psikologis pemerolehan bahasa dan kemampuan bernalar pada anak”. Pembahasan ini dilakukan secara teoretis kemudian diberikan contoh pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan dan penggunaan bahasa anak yang teramati, yakni Putry Pilongo dan Nadhira Qatrunnada. Kedua anak ini mencerminkan proses pemerolehan bahasa secara baik yang dibarengi dengan kemampuan menalar secara baik pula. Tinjauan Teori Pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Anak yang baru lahir sepenuhnya belum mempunyai bahasa, tetapi pada saat anak berusia 4 atau 5 tahun, anak-anak telah memperoleh beribu-ribu kosakata, sistem fonologi, dan gramatika yang kompleks. Hal ini sesuai dengan pendapat Linda bahwa: All children are born ready to learn language to communicate with the significant people in their lives. Within the first few years of life, virtually all typically developing children master the basics of one language. Although this is a complex task that requires much effort, it is expected and considered normal.1 Kutipan ini menjelaskan bahwa semua anak terlahir dalam keadaan siap untuk belajar bahasa agar dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Dalam tahun-tahun pertama kehidupannya, sudah menjadi ciri khasnya bahwa dalam awal perkembangannya anak menguasai dasar-dasar dari satu bahasa. Walaupun pengembangan bahasa ini merupakan tugas yang kompleks yang membutuhkan banyak usaha, proses ini diharapkan sesuai yang diharapkan dan normal. Dardjowidjojo mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu
1
Linda M. Espinosa, Second Language Acquisition in Early Childhood, Pdf. (USA: Greenwood Publishing Group, 2005) p. 1.
46
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Lamsike Pateda
dia belajar bahasa ibu (native language).2 Ketika anak belajar mengucapkan kata-kata, mereka hanya bisa mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Secara bertahap anak juga menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang mulai bervariasi dan unik sehingga menggugah pertanyaan apakah anak sedang mengeluarkan bunyi bahasa Indonesia, Perancis, Belanda atau bahasa daerah. Dijelaskan pula bahwa ada keterkaitan yang erat antara perkembangan bahasa seorang anak dengan pertumbuhan neurologi maupun biologinya.3 Sebuah penelitian menggambarkan bahwa pada usia 0-11 tahun, kemampuan anak untuk menyerap (mengucapkan dan memahami makna kata) sangat luar biasa, sedangkan masa sesudah itu, perkembangan kemampuan kembali ke irama dan tempo yang normal (tidak terlalu cepat). Selanjutnya Soendjono menyatakan bahwa pemerolehan bahasa seorang anak berkaitan erat dengan keuniversalan bahasa. Bahkan keterkaitan ini lebih menjurus lagi dalam arti bahwa ada elemen-elemen bahasa yang urutan pemerolehannya bersifat universal absolut, ada yang universal statistikal, dan ada pula yang universal implikasional.4 Teori Pemerolehan Bahasa Kajian tentang pemerolehan bahasa anak telah berkembang sebagai teori pemerolehan bahasa.Teori tersebut semuanya didasarkan pada teori perkembangan anak. Berikut teori-teori pemerolehan bahasa anak yang dikutip dari Zubaidah5 dan sumber lain: 1. Teori behavioral Teori behavior adalah teori yang lebih menekankan pada kebiasaan.Teori yang dikembangkan oleh B.F Skinner ini, berpandangan bahwa pemerolehan bahasa anak dikendalikan oleh lingkungan.Artinya, rangsangan anak untuk berbahasa yang dikendalikan oleh lingkungan itu merupakan wujud dari perilaku manusia (Gleason, 1998:381).
2
Soendjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 225 3 Soednjono, lock.cit., h. 4 4 Soendjono Dardjowidjojo, Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia perkembangan Bahasa Anak, (Jakarta:Gramedia WidiaSarana Indonesia, 2000), h. 21 5 Enny Zubaidah, Draf Buku Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pdf. http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
47
Tinjauan Psikologis Pemerolehan Bahasa dan Kemampuan Bernalar Pada Anak
Menurut kaum Behavioris, anak-anak lahir dengan potensi belajar danperilaku mereka dapat dibentuk dengan memanipulasi lingkungan. Dengan penguatan yang benar, kemampuan intelektual anak dapat dikembangkan. Teori yang dikemukakan oleh B.F Skinner ini lebih menekankan pada kebutuhan “pemeliharaan” perkembangan intelektual dengan memberikan stimulus pada anak dan menguatkan perilaku anak. Hal ini dapat dilakukan dalam kegiatan keseharian dalam keluarga, maupun di sekolah. Suhartono dengan mengutip Brown menambahkan “the extreme behavioristic position would be that the child comes into the world whith a tabularasa or about language, and this child is then shaped by his environment slowly conditioned through various chedule of reinforcement ”.6 Anak yang lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan, lingkungannyalah yang akan membentuknya yang perlahan-lahan dikondisi oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya. Pengalaman dan proses belajar yang akan membentuk akuisisi bahasa. ditegaskan pula bahwa kaum behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu rangsangan yang diberikan melalui lingkungan.Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. 2. Teori maturasional Teori maturasional merupakan teori yang menekankan pada kesiapan biologis individu.Menurut teori ini, anak telah mempunyai jadwal untuk berbahasa/berbicara.Dalam PAUD hal ini dapat dilihat pada kegiatan dalam beberapa sentra yang disesediakan lembaga PAUD. 3. Teori preformasionis Pelopor teori ini adalah Noam Chomsky. Penganut aliran ini percaya sekali adanya teori tentang proses mental yang disebut Language Acquisition Device (LAD). Dengan LAD diyakini bahwa anak belajar bahasa berdasarkan dari apa yang dia dengar dari orang-orang di sekitarnya. Chomsky sendiri menolak adanya istilah “Innate” saat membicarakan teori tentang pemerolehan bahasa. Beliau menambahkan bahwa semua teori belajar memiliki asumsi bahwa kapasitas bawaan lahir itu ada dan bersifat unik. 6
Suhartono, Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional), h. 8
48
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Lamsike Pateda
Menurut Chomsky anak dilahirkan dengan dibekali “alat pemerolehan bahasa”/LAD. Alat ini merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya. 4. Teori perkembangan kognitif Pencetus teori ini adalah Piaget dan Vigotsky. Teori ini berpendapat bahwa cara belajar seseorang merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan. Dalam teori perkembangan kognitif ini diasumsikan bahwa anak mengubah lingkungan dan diubah lingkungan. Diyakini pula bahwa anak-anak melewati serangkaian tahap dalampembelajaran bahasa.Dalam belajar bahasa, teori ini beranggapan bahwa bahasa dibuat dan dikendalikan oleh nalar/pikir.Perkembangan bahasa anak bergantung pada kematangan kognitifnya. Kajian tentang teori kognitif bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk berperan aktif terhadap lingkungannya, dalam memproses suatu informasi, dan dalam menyimpulkan tentang struktur bahasa. Pada dasarnya bahasa itu bukanlah sesuatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Struktur yang kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu yang dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat interaksi yang terus-menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dengan lingkungan kebahasaannya (juga lingkungan lain). Sementara itu berpikir merupakan sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan bahasa bersifat progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan. Perkembangan anak secara umum dan perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan kegiatan anak, objek, dan kejadian yang mereka alami dengan menyentuh, mendengar, melihat, merasa, dan membau.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
49
Tinjauan Psikologis Pemerolehan Bahasa dan Kemampuan Bernalar Pada Anak
5. Teori psikososiolinguistik Teori psikososiolinguistik menekankan pada interaksi aktivitas dasar social dan aktivitas intelektual dalam berbahasa.Masalah interaksi sosial ini memberikan motivasi kepada anak dalam berbahasa.Interaksi ini merupakan kesempatan bagi anak untuk belajar berbicara melalui bahasa dengan berkomunikasi meskipun tidak semua orang dewasa memahami bahasa anak. Menurut Akhadiah, dkk. selama proses pemerolehan bahasa pertama berlangsung, anak menggunakan berbagai strategi sebagai berikut: (1) strategi meniru. Strategi ini mengajarkan anak untuk memegang pedoman “tirulah apa yang dikatakan orang lain”; (2) strategi produktivitas yang berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa. Dalam strategi ini anak diberi pedoman “buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh” (dengan satu kata anak dapat bercerita atau mengatakan sebanyak mungkin hal); (3) strategi yang berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan responsi.Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan dengan pedoman “hasilkanlah ujaran dan lihatlah bagaimana orang lain memberi responsi”; (4) strategi prinsip operasi. Dalam strategi yang terakhir ini anak dikenalkan dengan pedoman “gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa”.7 Hasil dan Pembahasan Pembahasan ini difokuskan pada dua hal, yakni (1) pemerolehan bahasa; dan (2) proses bernalar anak. Pemerolehan bahasa Pemerolehan bahasa yang akan dibahas adalah pemerolehan kosa kata yang dikaitkan dengan proses pengucapan. Jadi, pembahasan ini hanya difokuskan pada satu contoh kasus pengucapan kata “terima kasih papa”, yang memiliki enam kali proses. Gejala ini sangat menari untuk ditelaah dari aspek psikologis anak ketika mengekspresikan kata “terima kasih papa” dengan berbagai bentuk. Orang tuanya memiliki peran yang luar biasa di dalam membentuk kemampuan berbahasa anaknya.
7
Sabarti Akhadiah, dkk., Menulis I, (Jakarta: Depdikbud, 1998), h. 1.28
50
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Lamsike Pateda
Kebiasaan-kebiasaan tingkah laku secara fisik maupun psikis yang berkembang pada manusia sangat dominan dipengaruhi oleh proses imitasi (peniruan) dalam bentuk adaptasi dan seleksi terhadap lingkungannya. Setiap invdividu memiliki potensi bawaan yang siap dikembangkan8. Sejalan dengan pandangan ini, serta sesuai dengan beberapa rujukan yang telah dibaca, maka secara umum pemerolehan bahasa lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Seorang anak banyak meniru kata-kata yang didengar dari lingkungan keluarganya. Hal ini dapat diamati pada proses pengucapan kelompok kata berikut. Tati papa Caci papa Antaci papa Ancasi papa Tima caci papa Tima kasih papa (minus ‘r’) Tinggal satu tahap lagi “terima kasih papa” Sejak umur tiga tahun, kelompok kata “tati papa, caci papa” itulah yang terucap pada anak. Kemudian kelompok antaci papa, ancasi papa, tima caci papa, dan tima kasih papa (minus ‘r’) terucap ketika sudah berumur 4 tahun. Hal yang teramati pada diri Putry Pilongo itu menunjukkan adanya tahapan pemerolehan kosa kata anak. Umur putry sekarang sudah 4 tahun, merupakan masa keemasan dalam perkembangan anak pada umumnya. Golden age pada anak usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berhasil tidaknya tahap perkembangan pada masa ini akan berpengaruh pada kehidupan dan pembentukan anak pada masa yang akan datang. Pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat sangat memungkinkan penerimaan stimulus yang optimal berupa daya serap terhadap semua stimulasi yang diberikan lingkungan baik di rumah maupun di sekolah. Pola pengucapan frasa di atas, merupakan proses pembentukan yang dilakukan oleh orang tuanya, untuk memperbaiki pengucapannya sehingga menjadi tepat. Dalam upaya menghindari atau memperkecil kemungkinan konteks bunyi yang salah, pengajaran pengucapan ini menjadi sangat 8
Surya, Hendra. Rahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), p. 4 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
51
Tinjauan Psikologis Pemerolehan Bahasa dan Kemampuan Bernalar Pada Anak
bermanfaat. Pengajaran pengucapan tidak hanya dapat membuat anak lebih memperhatikan perbedaan bunyi, tetapi juga membuat anak dapat memperbaiki cara berbicara.9 Anak melalui pengajaran pengucapan dapat lebih berkonsentrasi pada bunyi-bunyi yang ada Terhadap susunan kata yang dipilih oleh Putry Pilongo di atas, memiliki makna tersendiri bagi dirinya. Mengenai sense (pengertian/arti), Frege10 menjelaskan bahwa arti dari ekspresi menjadi bahan dasar dari makna yang menentukan nilai semantik/referensi. Akan tetapi, ada kemungkinan untuk mengetahui arti dari ekspresi tanpa mengetahui nilai semantik/referensinya. Arti dari sebuah ekspresi adalah apa yang seseorang peroleh dari apa yang dipahaminya. Kemudian, arti dari sebuah ekspresi kompleks ditentukan oleh arti dari unsur-unsur di dalamnya. Jika seseorang memahami arti dari dua ekspresi dan dua ekspresi tersebut bermakna sama, maka dia pasti mengetahui bahwa kedua ekspresi tersebut memang memiliki arti sama. Sebuah ekspresi dapat memiliki sebuah arti yang sama meskipun tidak mencukupi nilai semantik/referensi. Sebuah kalimat yang berisi ekspresi yang tidak memenuhi nilai semantik bisa benar bisa juga salah. Dan dalam konteks keyakinan, referensi (tak langsung) dari sebuah nama diri berasal dari pembiasaan arti. Ketika anak sudah terbiasa dilakukan perbaikan pengucapan kosa kata melalui orang tuanya, maka hal itu sangat membantu dirinya dan guru ketika dia memasuki dunia pendidikan (sekolah). Dalam pengajaran pengucapan terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan pengajar untuk menunjang keberhasilan dalam proses pengajaran pengucapan. Berkaitan dengan hal tersebut, Yates menjelaskan enam teknik pengajaran pengucapan11, sebagai berikut. 1) Drills Drills mengacu pada praktik dalam kelas, seperti pengajar mengucapkan satu kata yang kemudian diulangi oleh para pembelajar. Melalui teknik drills ini diharapkan para pembelajar dapat mengingat bunyi dari kata yang telah diucapkan pengajar. Teknik drills ini terbagi atas choral drills (seluruh pembelajar di dalam suatu kelas mengucapkan ulang kata yang telah 9
Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching: Third Edition Completely Revised and Updated (Essex: Longman, 2001), h. 183. 10 Miller, Alexander. Philosophy of Language: Second Edition. (Oxon: Routledge Taylor & Francis Group, 2007), p. 28 11 Lynda Yates, Teaching Pronunciation: Approaches and Activites-Journal of Adult Migrant English Research Centre (2012), hh. 1—3.
52
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Lamsike Pateda
diucapkan pengajar dan individual drills (pengajar memilih seorang pembelajar untuk mengucapkan ulang kata yang telah diucapkan pengajar). 2) Menandakan tekanan Pengajar dengan teknik ini dapat menggunakan tanda sesuai kebutuhan, seperti bertepuk tangan untuk menandakan suatu tekanan dalam suatu kata. 3) Mengoreksi ucapan Pengajar menggunakan teknik mengoreksi ucapan pembelajar. Dengan teknik tersebut, pembelajar akan merasa mendapatkan timbal balik tentang bagaimana cara pengucapan pembelajar tersebut. 4) Mendemonstrasikan bagaimana bunyi dihasilkan Walaupun pengajaran pengucapan dapat didominasi oleh perihal mengucapkan kata, kalimat secara tepat, tetapi pembelajar juga perlu diajarkan untuk menganalisis bagaimana bunyi dihasilkan sehingga pembelajar dapat membedakan bunyi, contohnya pembelajar dapat membedakan /l/ dan /r/ dalam bahasa Inggris. Setelah pengajar berhasil membantu pembelajar membedakan /l/ dan /r/ tersebut, pembelajar dapat mengetahui bahwa bunyi /r/ tidak menyentuh langit-langit mulut, sebaliknya bunyi /l/ menyentuh langit-langit mulut. 5) Mengatur kelas multilingual Pengajar bahasa asing (contohnya bahasa Inggris) yang mengajar kelas multilingual, dapat menggunakan teknik mengatur kelas multilingual dengan benar-benar menganalisis kondisi seluruh pembelajar. Sebagai contoh, pada pertemuan pertama, pengajar menganalisis lima pembelajar yang kesulitan mengucapkan konsonan. Pengajar memberikan arahan pada para pembelajar tersebut untuk berlatih konsonan, dan agar pembelajar melaporkan hasil latihan tersebut pada pertemuan mendatang. 6) Memberikan pekerjaan rumah terkait pelajaran pengucapan Teknik ini dianggap efektif karena dapat membantu pembelajar untuk lebih serius dan tenang dalam berlatih pengucapan. Pengucapan perlu untuk diajarkan, walaupun pada kenyataannya pengucapan didasarkan atas keterampilan pribadi. Berkaitan dengan usia, pengajaran pengucapan tentu memiliki perbedaan. Untuk anak-anak dan remaja, pengajaran pengucapan dengan cara imitasi lebih menarik dan menyenangkan dibandingkan untuk orang dewasa. Dalam hal tertentu, orang dewasa dapat melakukan aktivitas imitasi, namun di sisi lain, dimungkinkan orang dewasa
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
53
Tinjauan Psikologis Pemerolehan Bahasa dan Kemampuan Bernalar Pada Anak
akan merasa bosan dengan aktivitas tersebut. Orang dewasa lebih memerlukan aplikasi nyata terkait pengajaran pengucapan. Menurut Lozanov, tugas di dalam membantu kemampuan berbahasa anak adalah “to liberate and encourage the student” dengan cara mengsugesti perasaan pembelajar dengan sikap yang lembut untuk menggali potensi pembelajar. Menurutnya, terdapat tiga prinsip untuk mengsugesti pembelajar, yaitu (1) joy and psychorelaxation (memberikan rasa kegembiraan dan kesantaian secara psikologis); (2) memanfaatkan “reserve powers” (memanfaatkan otak yang biasanya tidak dapat dimanfaatkan oleh pembelajar); dan (3) menjalin kerja sama secara harmonis antara “kesadaran” dengan “keambangsadaran”. Dengan cara seperti, guru dapat menggali potensi pembelajar yang selama ini terpendam.12 Kemampuan Bernalar Anak Lain halnyan dengan putry Pilongo di atas, bagian ini menyajikan tentang pemeroleh bahasa seorang anak yang berkaitan dengan kemampuannya bernalar. Kemampuan menalar terkait penggunaan bahasa dalam tulisan ini, diartikan sebagai kemampuan anak menghubungkan informasi sebelumnya dengan informasi ketika dia berkomunikasi. Kemampuan menalar ini terjadi pada seorang anak yang bernama Nadhira ketika berumur 4-5 tahun. Sang anak bertanya perihal kegiatan ayahnya di kampus. Anak : “Bunda, ayah kerja apa di kampus?” Bunda: “Cari uang Nak,” Percakapan itu terlihat seperti percakapan biasa. Artinya, kita yang mendengar menganggap sebagai pertanyaan biasa. Namun, hal yang tidak disangka muncul ketika percakapan itu telah berlalu sekitar tiga minggu. Orang tua (ibu) tidak menyangka bahwa percakapan itu akan berhubungan dengan percakapan selanjutnya. Hal ini terjadi ketika berlalu dari percakapan anaknya meminta uang. Anak : “Bunda, minta uang” Bunda : “Tidak ada Nak” Anak : “Masa tidak ada, Ayah hari-hari di kampus.”
12
Pranowo. Teori Belajar Bahasa. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 41
54
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Lamsike Pateda
Mendengar penuturan anak yang demikian, ibunya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia langsung memeluk dan mencium anaknya. Sang ibu heran, kok anak ini bisa menjawab seperti itu. Hal ini jelas bahwa sudah terjadi perkembangan kemampuan bernalar si Nadhira secara baik. Terkadang orang tua tidak habis pikir, anak ini dapat menghubungkan suatu pembicaraan dengan pembicaraan yang telah lama berlalu. Kemampuan menalar dan menghubungkan informasi sebelumnya dengan informasi yang sekarang dimiliki oleh anak tersebut. Tentu saja kemampuan yang demikian tidak semua anak memilikinya. Kecerdasan merupakan faktor pembeda ketika anak memperoleh bahasa. Apa yang terjadi pada diri anak (Nadhira), sudah menunjukkan kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini senada dengan pendapat Thomai dalam Nikolov mengungkapkan “Aptitude should be viewed as a set of general cognitive skills that influence (language) acquisition. The cognitive approach ... is also largely affected by Skehan’s perceptions on the threecomponent view of aptitude, namely memory, analytic and phonetic abilities.”13 Artinya bahwa kecerdasan harus dipandang sebagai seperangkat kemampuan kognitif umum yang mempengaruhi pemerolehan (bahasa). Pendekatan kognitif sebagian besar, menurut Skehan, dipengaruhi oleh tiga komponen kecerdasan, yaitu memori, analitis dan kemampuan fonetik. Pernyataan ini menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya. Kecerdasan anak menyebabkan ia mampu menalar dengan baik. Kemampuan bernalar dalam diri Nadhira tercermin ketika sebelumnya dia memiliki kosa kata ATM. Kosa kata itu diperoleh melalui ayahnya ketika dia mengajak ke ATM. Anak: “Ayah, apa ini?” Ayah: “ini namanya ATM”. Anak: “Ayah, ATM itu apa?” Ayah: “ATM tempat mengambil uang”. Atas informasi ini, Nadhira mampu menghubungkan pernyataan ibunya yang mengatakan tidak ada uang dengan mengatakan bahwa di ATM itu banyak uang. Tentu saja dalam benaknya tidak pernah terlintas cara mengambil uang
13
Thomai Alexiou dalam Marianne Nikolov, Early Learning of Modern Foreign Languages (UK: Short Run Press Ltd, 2009), h.58 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
55
Tinjauan Psikologis Pemerolehan Bahasa dan Kemampuan Bernalar Pada Anak
atau persyaratan apa yang harus disiapkan. Baginya, yang terpenting uang ada di ATM. Apa yang terjadi dalam proses berbahasa di atas menunjukkan adanya proses berpikir dalam diri anak. Berfikir dalam bahasa dapat berbentuk keyakinan, keinginan, niat dan berbagai bentuk pemikiran lainnya. Ungkapan bahasa melahirkan proposisi yang berisi fakta-fakta tentang hakikat realitas dunia. Proposisi tersebut dapat memiliki nilai kebenaran dapat pula tidak. Ada kalanya makna dari ungkapan bahasa bergantung pada rasa/sense dari dunia pemakai bahasa. Makna dari ungkapan bahasa dapat berasal dari dalam pikiran (internal); data inderawi dan rasio menuntun pada makna. Akan tetapi, makna dapat pula terhimpun dari pengalaman empirik pemakai bahasa. Secara fungsi, bahasa sebagai suatu yang memiliki fungsi komunikatif, kognitif dan afektif bagi manusia. Penutup Proses pemerolehan bahasa anak merupakan masa yang cukup baik. Bahkan, pada masa ini dikenal dengan golden age, merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berhasil tidaknya tahap perkembangan pada masa ini akan berpengaruh pada kehidupan dan pembentukan anak pada masa yang akan datang. Pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat sangat memungkinkan penerimaan stimulus yang optimal berupa daya serap terhadap semua stimulasi yang diberikan lingkungan baik di rumah maupun di sekolah. Kemampuan menalar terkait penggunaan bahasa dalam tulisan ini, diartikan sebagai kemampuan anak menghubungkan informasi sebelumnya dengan informasi ketika dia berkomunikasi. Kemampuan menalar ini terjadi pada seorang anak yang bernama Nadhira ketika berumur 4-5 tahun sebagaimana dalam contoh-contoh kalimat di atas. Makna dari ungkapan bahasa bergantung pada rasa/sense dari dunia pemakai bahasa. Makna dari ungkapan bahasa dapat berasal dari dalam pikiran (internal); data inderawi dan rasio menuntun pada makna. Akan tetapi, makna dapat pula terhimpun dari pengalaman empirik pemakai bahasa. Secara fungsi, bahasa sebagai suatu yang memiliki fungsi komunikatif, kognitif dan afektif bagi manusia.
56
Jurnal Al-Lisan Volume 1 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 2442-8965 E ISSN 2442-8973
Lamsike Pateda
Daftar Pustaka Enny Zubaidah. Draf Buku Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pdf. Jeremy Harmer. (2001). The Practice of English Language Teaching: Third Edition Completely Revised and Updated. Essex: Longman Linda M. Espinosa. (2005). Second Language Acquisition in Early Childhood, Pdf. USA: Greenwood Publishing Group, 2005) Lynda, Yates. (2012). Teaching Pronunciation: Approaches and ActivitesJournal of Adult Migrant English Research Centre Miller, Alexander. (2007). Philosophy of Language: Second Edition. Oxon: Routledge Taylor & Francis Group Pranowo. (2014) Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sabarti Akhadiah, dkk. (1998). Menulis I. Jakarta: Depdikbud Soendjono Dardjowidjojo. (2000). Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia Perkembangan Bahasa Anak. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia Soendjono Dardjowidjojo. (2003). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Suhartono. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Surya, Hendra. (2010). Rahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Thomai Alexiou dalam Marianne Nikolov. (2009). Early Learning of Modern Foreign Languages. UK: Short Run Press Ltd
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al
57