PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS DI MTs KIAYI MODJO KECAMATAN LIMBOTO BARAT Rahmin T. Husain Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan sumber data utama kepala sekolah, guru mata pelajaran Qur’an Hadits, guru wali kelas dan 3 orang siswa siswa Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, dengan cara merapikan data, reduksi data, mengadakan kategorisasi, pengujian keabsahan data, dan mengadakan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan langkah-langkah metode discovery learning yang telah diterapkan pada pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkan respon yang positif. Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Mereka tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan metode discovery learning yang memiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal dan diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga menumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya tujuan penggunaan metode discovery learning yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, logis dan kritis. A. Pendahuluan Pelajaran Qur’an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit dan tidak menarik bagi banyak siswa di sekolah, terutama pada materi “Menulis Hadits”. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Adanya bukti dari hasil evaluasi pelajaran Qur’an Hadits tiap semester maupun ujian akhir masih sering di bawah standar mata pelajaran lain. Keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Salah satu cara dalam mengatasi keadaan ini adalah bagaimana agar siswa mampu berperan secara aktif dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk dapat menulis Hadits. Hal itu perlu adanya strategi guru dalam proses belajar mengajarnya yaitu melalui metode atau model yang digunakan dalam proses pembelajarannya yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat, pokok bahasan menulis hadits biasanya masih berada pada tahap hafalan, sehingga jika suatu saat lupa sifat atau cara menulisnya maka akan mengalami kesulitan dalam menulis hadits sesuai dengan kaidah penulisan yang benar. Untuk siswa yang daya ingatnya tinggi, tidaklah terlalu mengalami kesulitan, tetapi bagi siswa yang daya ingatnya rendah, biasanya mengalami kesulitan didalam melakukannya. Selama ini proses pembalajaran Qur’an Hadits yang berlangsung di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat ini masih menggunakan metode sederhana, yaitu seorang guru hanya menjelaskan hadits-hadits pada siswa. Siswa tidak pernah tahu bagaimana cara penulisan hadits yang benar. Hal ini menyebabkan kualitas proses dalam pembelajaran itu sendiri cenderung berlangsung satu arah, siswa kurang aktif dan guru hanya menggunakan metode pembelajaran itu-itu saja tanpa ada pembaharuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
1
Berdasarkan informasi dan pengamatan dari guru mata pelajaran Qur’an Hadits, sebagian besar siswa kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat mengalami kesulitan ketika mempelajari materi menulis hadits, dengan rata-rata tingkat ketuntasan belajar hanya berkisar antara 60% sampai 65% saja. Memang banyak hal yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dimulai dari faktor sekolah, guru, orang tua, terutama siswa itu sendiri. Tapi paling tidak dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang tepat, yang tidak hanya menanamkan siswa untuk menghafal, diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa disamping faktor-faktor yang lain. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits, sebagian besar siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat, banyak kendala yang muncul diantaranya dalam hal pemahaman konsep. Siswa cenderung berfikir dari konkret ke abstrak, karena guru lebih dominan memberikan materi Qur’an Hadits dengan cara ceramah. Kendala lain yang timbul yaitu kurang antusiasme siswa dalam pelajaran. Sulitnya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat peraga dan waktu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut tentunya berdampak terhadap hasil belajar siswa. Seperti yang dinyatakan oleh Winarno untuk memperoleh suatu keterampilan biasanya diperlukan latihan berkali-kali atau secara terus menerus terhadap apa yang telah dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara teratur pengetahuan tesebut dapat disempurnakan. Jadi, jika guru hanya mengajarkan produk ilmu tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengetahui dan melakukan proses memperoleh ilmu, maka tidak dapat diharapkan kelak mereka menjadi ilmuwan. Oleh karena itu, diperlukan suasana belajar yang memungkinkan siswa tidak bosan dan terlibat secara aktif dalam 1 proses belajar. Guru harus dapat menentukan strategi belajar yang tepat. Kesenjangan antara tujuan pembelajaran dengan kenyataan pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat mendorong peneliti agar mencoba menerapkan suatu metode yang tepat pada proses pembelajaran, sebab fungsi metode dalam keseluruhan sistem pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengembangkan iklim belajar, sebaiknya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya. Jadi, tugas guru bukan hanya memberi pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menermukan fakta dan konsep diri. Berdasarkan kenyataan inilah, maka metode discovery learning merupakan pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran Qur’an Hadits. Metode discovery learning merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi-materi yang berhubungan dengan penulisan hadits, dan strategi ini dapat digunakan guru untuk menjembatani cara penulisan hadits dengan kaidah penulisan yang benar. Sehingga metode discovery learning adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Penerapan metode discovery learning learning ini merupakan suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mencoba menemukan sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri. Dengan menggunakan metode discovery learning ini dalam pembelajaran siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses pembelajaran sendiri bagaimana menulis hadits dengan kaidah penulisan yang benar, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi atau pengarahan. B. Kajian Teori 1. Metode Discovery Learning Jika siswa belajar menemukan sesuatu dikatakan ia belajar melalui penemuan. Bila guru mengajar siswa tidak dengan memberitahu tetapi memberikan kesempatan atau berdialog dengan siswa agar ia menemukan sendiri, cara guru mengajar demikian disebut metode penemuan atau “Discovery learning”. 1
Arifin, Mulyani, Pedoman Pelaksanaan Mengajarkan, (Jakarta: Depdikbud, 2000), h.88
2
Secara sederhana, metode discovery learning dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan 2 informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan terbimbing, para siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap 3 ditemukan sendiri oleh siswa. Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Siswa menemukan sendiri sesuatu yang baru, ini tidak berarti yang ditemukannya benar-benar baru, sebab sudah diketahui oleh orang lain. Metode penemuan merupakan komponen dari suatu bagian praktik pendidikan yang seringkali diterjemahkan sebagai mengajar heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi kepada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Metode penemuan adalah poses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud adalah mengamati, mencerna, menggolong-golongkan, 4 membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan. Metode discovery learning adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery learning adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan 5 memberikan instruksi. Metode discovery learning adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk 6 kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Metode discovery learning diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode discovery learning merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan 7 pendidikannya. Suryosubroto mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery learning adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, 8 menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Pada metode discovery learning, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery learning, maka cara mengajar melibatkan 2
Wahyana, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1992), h.25 Suyitno, Amin, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran, (Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2004), h.5 4 Ibid, h.5 5 Roestiyah, op.cit, h.20 6 Rohani, Penerapan Metode Discovery learning, (Online: http://www.riyantoyosapat. com/ search. 2004. Diakses: 9 Desember 2010), h.24 7 Suryobroto, Macam-Macam Metode Pembelajaran, (Online: http://yastaki56.spaces. live. com/ Blog/cns!669E85C7CBD2F075!946.entry. 2002. Diakses: 9 Desember 2010), h.12 8 Ibid, h.19 3
3
siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Metode discovery learning didefinisikan sebagai metode penemuan, kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajarnya siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru. Untuk membantu siswa menemukan rumus yang diharapkan, maka digunakan alat peraga yang dibuat dan didesain oleh guru 9 itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa metode discovery learning ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Tujuan Penerapan Metode Discovery learning Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik akan ditentukan oleh relevasian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri didalam suatu tujuan. Metode penemuan sebagai metode belajar mengajar digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan sebagai berikut: (a) Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar; (b) Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup; (c) Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber; (d) informasi yang diperlukan oleh para siswa; (e) Melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan 10 lingkungan sebagai sumber informasi yang tidak pernah tuntas digali. Penggunaan metode discovery learning ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery learning memiliki tujuan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa 11 siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa. 3. Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Metode Discovery learning Syarat utama metode discovery learning ada pada potensi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Potensi itu meliputi: kemandirian siswa dalam data, keaktifan dalam memecahkan masalah, kepercayaan pada diri sendiri. Kelebihan metode penemuan, yaitu: siswa dapat mengerti konsep dasar lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan, pengetahuan mudah ditransfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisatif sendiri, memberi kepuasan instrinsik, 12 serta pembelajaran lebih baik. Metode discovery learning memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada 9
Suherman, Erman & Udin S, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h.212 10 Suyitno, Amin, op.cit, h.5-6 11 Roestiyah, op.cit, h.20 12 Arifin, Mulyani, op.cit, h.88
4
siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery learning dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk 13 menemukan kebenaran akhir dan mutlak. Sementara kelemahan metode discovery learning adalah sebagai berikut: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua 14 pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. 4. Mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an-hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi Akidah Akhlak terfokus pada pembahasan penanaman keimanan dan akidah yang benar serta sifat-sifat terpuji yang garus dimiliki oleh anak didik. Fiqih membahas praktik ibadah sehari-hari dan sejarah membahas tentang perjalanan umat Islam dari masa kemasa dari segi politik, budaya dan peradaban (Permenag No.2/2008). Mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an dan hadits dengan benar, serta hapalan terhadap surat-surat pendek dalam Al-Qur'an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk: (a) Pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang menyangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri; (b) Pengembangan kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar, keterampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadan Tuhan Yang Maha Esa; (c) Fondasi bagi pendidikan 15 berikutnya. Secara normatif, Islam telah memberikan landasan kuat bagi pelaksanaan pendidikan. Pertama, Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban 13
Suryosubroto, Metode Discovery learning, (Online: http://nilaieka.blogspot.com/2010 /01/ metode-discovery learning.html, 2010), h.20 14 Ibid, h.21 15 Abdul, Majid Khon, Op.Cit, h.1
5
agama dimana proses pembelajaran dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Kedua, seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah ibadah kepada Allah SWT, sebagai sebuah ibadah, maka pendidikan merupakan kewajiban individual sekaligus kolektif, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-qur’an Surah Al-Hajj ayat 54 “Dan agar orang-orang yang Telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”. Secara substansial mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Materi Al-Qur’an Hadis juga mendorong tumbuhnya 16 kajian pengembangan bahasa Arab. Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di MTs meliputi: (a) Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid; (b) Hapalan surat-surat pendek dalam Al-Qur'an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari; (c) Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih. Materi Qur’an Hadits semula terdiri dari dua bidang mata pelajaran yaitu bidang al-Qur’an dan bidang Hadis, kemudian diintegrasikan menjadi satu bidang mata pelajaran Qur’an Hadits. Sebagai materi pendukung adalah sebagai berikut: (a) Keterampilan baca tulis huruf Hijaiyah dengan benar (makhraj); (b) Kaedah Tajwid, meliputi: Waqaf (berhenti bacaannya) dan washal (berlanjut), Al-Qamariyah dan Al-Syamsiyah, Madd thabi’i, mad wajib muttashil dan mad jaiz munfashil, bacaan nun sukun dan tanwin (Izhar, ikhfa, idgham bighunnah dan idgham bila ghunnah dan iqlâb). Materi pendukung bagi guru untuk memperkaya wawasan adalah: (a) Ilmu al-Qur’an; (b) Ilmu Hadits. Dengan demikian materi Qur’an Hadits di MTs terdiri dari dua materi, yakni: pokok atau esensial dan materi pendukung. Materi pokok adalah materi Al-Qur’an dan Hadits sedang materi pendukung adalah materi pengantar dari segi pengenalan baca tulis huruf Arab atau huruf Qur’an Hadits serta latar belakang masing-masing materi. Tujuan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di MTs bertujuan untuk: (a) Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca al-Qur'an dan hadits; (b) Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an-Hadis melalui keteladanan dan pembiasaan; (c) Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada isi kandungan ayat al-Qur'an dan Hadis (Permenag No.2 /2008). Standar Kompentensi yang ingin dicapai sebagai berikut: (a) Membaca dan menulis huruf al-Qur’an; (b) Membaca surah-surah pendek dan hadits-hadits dengan fashih; (c) Menghapal surah-surah dan hadits-hadits pendek; (d) Menterjemahkan surah-surah dan hadis-hadis pendek; (e) Menjelaskan kandungan surah-surah dan hadits-hadits pendek; (f) Menerapkan kandungan surah-surah dan 17 hadis-hadis pendek dalam kehidupan. 5. Penerapan Metode Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs
16
Ibrahim, T. dan H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 1 untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah, (Solo: Tiga Serangkai, 2009), h.2 17 Ibid, h.2
6
Metode discovery learning merupakan komponen dari suatu bagian praktik pengajaran, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi kepada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Metode penemuan adalah poses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud adalah mengamati, mencerna, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan. Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery learning menurut Rohani yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi 18 kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru. Langkah-langkah pelaksanaan metode discovery learning menurut pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan 19 pendekatannya. Kesepakatan guru mitra dengan peneliti, kelemahan-kelemahan tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan discovery learning dengan tindakan pada masingmasing tahap pembelajaran sebagai berikut: a. Tindakan pada awal Pembelajaran meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyiapkan alat bantu yang sesuai dan menarik materi yang akan disampaikan; 18 19
Rohani, op.cit, h.39 Suryosubroto, op.cit, h.19
7
2) Memberikan motivasi untuk meningkatkan minat belajar siswa; 3) Memberikan tinjauan yang jelas tentang materi yang akan disampaikan sehingga siswa mempunyai arah yang jelas saat belajar; 4) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar; 5) Mebuka pelajaran sesuai dengan pendekatan untuk meningkatkan rasa takut siswa; b. Tindakan penyampaian dan pengembangan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Penyampaian konsep dasar materi. 2) Penjelasan cara menggunakan alat peraga yang digunakan dalam proses belajar. 3) Penyampaian di sesuaikan dengan gaya bahasa siswa sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah. 4) Belajar kelompok dan pengembangan minat individu dengan mempraktekkan alat peraga yang sudah disiapkan. 5) Pelatihan memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi baik secara individu maupun kelompok. c. Tindakan pada tahap penerapan 1) Mengusahakan umpan balik. 2) Pemberian soal latihan baik kelompok maupun individu kepada siswa dan kesempatan untuk mengerjakannya. 3) Pembahasan soal latihan secara bersama-sama. 4) Refleksi individu tentang capaian materi yang telah di dapat selama proses belajar. 5) Review materi pelajaran yang belum di pahami siswa. d. Tindakan pada akhir Pembelajaran 1) Penarikan kesimpulan bersama 2) Penguatan materi yang telah didapat siswa dengan memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya. 3) Evaluasi kinerja siswa oleh guru dan memberikan motivasi kepada seluruh siswa. 4) Eksplorasi kesulitan belajar siswa, hal-hal yang menarik yang telah didapat siswa dan hal-hal yang tidak di sukai siswa. 5) Pemberian tugas rumah yang menyenangkan sesuai materi yang telah di pelajari. Peneliti bekerjasama dengan guru menyusun rencana pembelajaran yang diperlukan sebelum guru mitra melakukan tindakan pembelajaran. Perencanaan ini diarahkan pada perubahan peran guru menjadi fasilitator, meminimalkan rasa cemas siswa, menanamkan persepsi belajar siswa menjadi kebutuhan bersama Terkait dengan dengan penerapan metodde discovery learning pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs, khususnya pada materi “Menulis Hadits” dapat dilakukan guru melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan 1) Memberikan salam dan mengabsen siswa 2) Memotivasi/memusatkan perhatian siswa terhadap topik yang akan dipelajari. 3) Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran. 4) Apersepsi dalam hal ini guru memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk menemukan seluk beluk yang menarik perhatiannya, mengaitkan dengan pengalaman belajar yang diperoleh di sekolah atau di rumah. b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan hadis tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah; 2) Guru memberi contoh bagaimana menulis hadits kepada siswa, agar siswa mampu menulis hadis tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah dengan baik dan benar; 3) Guru memberikan tugas pada siswa untuk menulis hadits sehingga siswa menemukan atau membedakan bagaimana cara menulis hadits sesuai dengan kaidah penulisan yang benar. 4) Guru memperhatikan tulisan masing-masing siswa, untuk dilakukan penilaian pada bagian mana siswa sulit menulis hadits tersebut; c. Kegiatan Penutup 1) Pada akhir kegiatan, guru memberi kesempatan tanya jaawab tentang teori penulisan hadits yang baik dan benar;
8
Melakukan kegiatan evaluasi akhir. Guru menyampaikan pesan agar kegiatan menulis hadits dibiasakan setipa hari baik di rumah maupun di sekolah. 4) Menutup kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dengan penerapan metode discovery learning memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional pada mata pelajaran Qur’an Hadits. C. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penggunaan jenis dan pendekatan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan data temuan penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat berupa keterangan atau pernyataan-pernyataan dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga penulis menjadi instrumen untuk mendapatkan data penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran Qur’an Hadits, guru wali kelas dan 3 orang siswa siswa Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yaitu proses analisisnya dimulai dengan menelaah dan mengkaji seluruh data yang telah diperoleh dari berbagai sumber yang terkait. D. Hasil Penelitian Mata pelajaran Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran Agama Islam pada Madrasah yang memberikan pemahaman kepada siswa tentang Qur’an Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam. Mata pelajaran Qur’an Hadits sebagai bagian yang integral dari Pendidikan Agama Islam di Madrasah, secara substansial memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk memahami dan mempraktekkan nilainilai keyakinan keagamaan yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam membentuk akhlak al-karimah dalam kehidupan sehari-hari. Maka, implikasinya dalam proses pembelajarannya harus menekankan keutuhan dan keterpadun antara ranah kognitif, ranah afektif (minat, sikap, moral, nilai-nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadits) dan ranah psikomotorik (keterampilan motorik yang dilakukan atas dasar kesadaran rohaniahnya). Fungsi dan tujuan pada mata pelajaran Qur’an Hadits yang tersebut di atas, merupakan bentuk kompetensi yang diharapkan oleh semua pihak, agar terwujud setelah menyelesaikan mata pelajaran Qur’an Hadits, termasuk siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Terkait dengan penerapan metode discovery learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Qur’an Hadits Pada Siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat, peneliti melakukan observasi dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan 1 pada tanggal 25 April 2012 dan pertemuan 2 pada tanggal 2 Mei 2012, yang hasilnya dipaparkan sebagai berikut. 1. Pertemuan I Pada pertemuan I guru menerapkan metode discovery learning. Standar kompetensi pertemuan I adalah “Menghindari Perilaku Tercela”, dan kompetensi dasarnya adalah menjelaskan pengertian dosa besar, menyebutkan contoh perbuatan dosa besar dan menghindari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mempermudah langkah-langkah pembelajaran penerapan metode discovery learning guru membagi siswa-siswi ke dalam 4 kelompok. Pada pertemuan ini, skenario pembelajaran dibagi menjadi tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Adapun langkah-langkah 20 pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan dalam rencana penelitian. a. Kegiatan awal Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam, membaca do’a dan absen, setelah itu guru memberikan apersepsi terkait pada materi yang akan dipelajari dan menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran. b. Kegiatan inti 2) 3)
20
Hasil Observasi, Di Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat, 25 April 2012
9
Sesuai dengan pendekatan penerapan metode discovery learning yang mana guru menjadi seorang fasilitator dalam kelas. Guru menjelaskan materi secara rinci kemudian membagi siswa ke dalam 4 kelompok yang mana dalam setiap kelompok akan membahas materi yang telah ditentukan oleh guru. Agar pembelajaran lebih efektif maka setiap siswa diberi masing-masing 1 pertanyaan pada setiap kelompok, hal ini dimaksudkan untuk menghindari ketergantungan siswa kepada teman lainnya untuk memberikan jawaban. Oleh karena itu masingmasing siswa harus menjawab setiap pertanyaan yang akan dijadikan jalannya diskusi kelompok. Ketika masing-masing kelompok melakukan diskusi guru memberikan bantuan secara bergiliran. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketidakpahaman kelompok untuk memecahkan masalah dan menemukan solusinya. Setelah masing-masing kelompok selesai menjawab setiap pertanyaan dan telah menemukan permasalahan beserta solusinya selanjutnya perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya untuk dipresentasikan di depan kelas sementara kelompok lain mendengarkan dan menanggapi hasil diskusi masing-masing kelompok. Pada saat masing-masing kelompok melakukan presentasi mulai terlihat beberapa siswa berani menanggapi hasil diskusi kelompok lain, bahkan siswasiswi yang biasanya jarang memperhatikan guru sewaktu menjelaskan materi terlihat mulai antusias, dan berani mengemukakan pendapat. c. Kegiatan Akhir/Penutup Pada kegiatan penutup ini guru menanyakan tentang bagaimana pendekatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari jawaban beberapa siswa kebanyakan merasa asing dengan penerapan pembelajaran yang telah dilaksanakan, namun siswa-siswi tidak memungkiri jika jauh lebih dapat memahami materi dengan penerapan metode discovery learning secara berkelompok dari pada pembelajaran konvensional yang seolah-olah tidak pernah berubah di kelas dengan metode ceramah dan Tanya jawabnya. Setelah guru menanyakan pendapat beberapa siswa-siswi guru melakukan penjelasan ulang terkait dengan materi. Guru juga mengingatkan siswa-siswi untuk senantiasa mengingat ajaran-ajaran Islam yang memberikan petunjuk kepada umat manusia jalan yang benar. Selain itu guru memberikan pengumuman untuk pertemuan berikutnya dilakukan test/ulangan harian. Dan terakhir guru dan siswa membaca do‟a sebelum pelajaran ditutup. 2. Pertemuan II Pertemuan kedua ini adalah lanjutan dari pertemuan I. Pertemuan ke-II ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2012, sebagai lanjutan pertemuan I, pada pertemuan II ini guru melakukan test secara individu dengan memberikan beberapa soal pada siswa-siswi untuk dikerjakan dan dikumpulkan. Langkah-langkah dalam 21 pembelajaran pada pertemuan II ini adalah: a. Kegiatan awal Guru memasuki kelas selanjutnya mengucapkan salam, do’a dan absen. Kemudian guru mengulas materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan ini. b. Kegiatan inti Sebelum siswa-siswi mengerjakan soal, guru memberikan waktu 15 menit untuk membaca buku dan mempelajari materi. Setelah siswa-siswi selesai membaca, selanjutnya guru memberikan soal kepada siswa-siswi dan mengingatkan supaya dikerjakan secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, secara bersama-sama guru dan siswa-siswi melakukan koreksi lembar jawaban. c. Kegiatan akhir/penutup
21
Hasil Observasi, Di Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat, 2 Mei 2011
10
Guru kembali menjelaskan tentang materi, dan memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk bertanya materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru menutup pelajaran dengan berdo’a secara bersama-sama. Berdasarkan hasil observasi di Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat terkait dengan penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits dapat dilihat bahwa aktivitas siswa masih rendah. Aspek kurangnya aktivitas siswa ini terutama terlihat dari aspek keberanian siswa untuk maju ke depan atau tunjuk jari serta keberanian dalam mengungkapkan pendapat atau menanggapi pekerjaan temannya, termasuk berani bertanya pada guru. Siswa cenderung menyimpan masalahnya tanpa mau mengungkapkan, atau hanya sekedar bertanya pada teman sebangkunya. Kelemahan guru sendiri pada pertemuan 1 ini terutama dalam aspek bagaimana dia dapat berbahasa yang baik dan benar, serta dalam menulis di papan tulis. Dalam penerapan metode discovery learning juga masih belum sesuai target, hal ini dimungkinkan karena masih canggung dan belum terbiasa dalam mengajar dan berkomunikasi dengan siswa, sehingga pembelajaran belum berlangsung secara efektif. Dari hasil observasi di atas, dapat direfleksi pada pertemuan I ini rata-rata aktivitas siswa masih cukup rendah, hanya beberapa siswa saja yang secara umum memahami materi dengan baik serta berani tampil ke depan. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena kebiasaan siswa itu sendiri, yaitu malu. Oleh karena itu guru harus lebih atraktif, sehingga siswa tertarik dan mau ikut aktif dalam pembelajaran. Tapi dengan penerapan metode discovery learning dengan menggunakan alat peraga akan membantu dan mendorong aktivitas siswa dalam, siswa berani mengungkapkan pendapatnya, dan dengan keaktifan ini diharapkan pemahaman materi oleh siswa akan lebih baik pula. Berkaitan dengan keaktifan guru dalam proses pembelajaran ini masih di bawah target keberhasilan. Hal ini dimungkinkan karena sang guru belum siap atau belum terbiasa menerapkan metode discovery learning, sehingga pembelajaran belum berlangsung efektif, masih terjadi kekurangan terutama dalam mengelola kelas dan keterampilan berbahasa dan menulis di papan tulis. Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan kedua dapat dilihat bahwa aktivitas siswa sudah mengalami peningkatan, perlahan tapi pasti keberanian siswa sudah meningkat dan diikuti pula peningkatan aktivitas siswa di aspek yang lain. Siswa sudah mulai berani mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Sementara aktivitas guru dalam proses pembelajaran juga sudah meningkat. Guru mempelajari kelemahan dan kekurangan pada pertemuan I dan memperbaiki serta meningkatkannya pada pertemuan II terutama di dalam aspek berbahasa dan menulis di papan tulis yang diikuti pula oleh aspek-aspek yang lain. Menurut penilaian peneliti penerapan model pembelajaran discovery learning oleh guru sudah bagus, guru sudah tidak canggung dan bisa berkomunikasi dengan siswa. Mencermati hasil observasi pada pertemuan II, peneliti dapat merefleksi bahwa pada pertemuan II ini rata-rata aktivias siswa sudah meningkat karena siswa terlibat langsung untuk mempraktekan bersama teman sebangkunya, maka keaktifan/aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Berkaitan dengan keaktifan guru dalam proses pembelajaran ini sudah lebih baik dari pertemuan I, dikarenakan guru sudah mengetahui sisi kelemahannya dalam proses pembelajaran, yang tentunya telah diperbaiki pada pertemuan II ini. Dengan meningkatnya aktivitas siswa, maka tentunya pemahaman materi oleh siswa tentunya akan lebih baik pula. Sehingga tingkat ketuntasan belajar pun meningkat. Berdasar analisa hasil wawancara yang dikemukakan beberapa orang informan di atas, maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat sudah diterapkan sesuai dengan langkahlangkahnya seperti: klarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah siswa bersama kelompok, menganalisa masalah, menata gagasan, memformulasikan tujuan pembelajaran dan mencari informasi tambahan dari sumber lain (di luar diskusi kelompok). Melalui metode ini hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari: a) Menjadikan siswa-siswi untuk belajar bertanggung jawab atas apa yang ditugaskan, dan menjadikan siswa-siswi lebih memiliki rasa kebersamaan antar kelompok; b) Siswa-siswi
11
sudah dapat mengandalkan kemampuan masing-masing dalam menyelesaikan masalah dan menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari; c) Siswa-siswi sudah mulai mengkonstruksi ide dan pengetahuan yang didapatkannya, dan tidak hanya didominasi oleh siswa-siswi yang aktif di kelas saja. Berdasarkan pemaparan tersebut, secara garis dapat dikatakan bahwa: faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat diantaranya adalah: sebagian siswa mengalami kesulitan dalam membaca al-qur’an dan memahami isi kandungan di dalamnya, sebagian siswa sulit dalam menulis atau menyalin ayat-ayat al-qur’an maupun hadits, dimana ditemukan ada siswa yang dengan mudah menulis dalam bahasa Arab ada yang tidak bisa dan ada pula yang bisa menulis, tetapi belum begitu rapi tulisannya, minimnya kemampuan berbahasa yang dimilikinya, dimana sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata-kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis, sehingga mereka merasa sulit untuk mempraktekkannya misalnya dalam melaksanakan kegiatan ceramah agama, tidak semua siswa dapat melaksanakannya dengan baik, serta masih ada sebagian siswa yang tidak memiliki kesiapan dalam belajar, sehingga dalam belajar mereka tidak dapat mengkonsentrasikan perhatiannya pada pelajaran. Sesuai dengan hasil observasi peneliti bahwa faktor yang mempengaruhi guru Qur’an Hadits dalam meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas VII MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat melalui penerapan metode discovery learning dapat berupa faktor intern dan ekstern. Faktor intern seperti: salah satu sikap siswa pada saat belajar mengajar masih rendah karena disebabkan para siswa itu sendiri, terutama kemampuan mereka dalam berfikir dan memahami materi yang telah disampaikan guru. Selain itu kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi yang masih kurang juga menyebabkan pemahaman siswa sangat minim terutama sekali dalam pemahaman mereka tentang baca tulis al-Qur’an. Sedangkan faktor ekstern seperti lingkungan sekolah yang meliputi para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selain lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Permasalahan keluarga yang dirasa berat dan sangat mempengaruhi kegiatan belajar seperti kondisi perekonomian keluarga yang masih kurang. Begitu juga dengan faktor masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak seperti salah satunya teman bergaul, kondisi lingkungan yang kurang kondusif. Terkait dengan faktor yang mempengaruhi penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern, yang terdiri dari faktor fisiologi dan faktor rohaniah (psikologi). Pertama, faktor fisiologi adalah kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Sedangkan hal lain seperti pada saat berlangsung kegiatan belajar mengajar, kesehatannya sering terganggu karena kebetulan tempat duduknya berada di sebelah timur kelas sehingga sering terkena sengatan sinar matahari, terlebih-lebih pada waktu siang hari. Di samping itu pada saat belajar, suasana sering ribut yang menyebabkan pikirannya menjadi tidak tenang. Bahkan ada yang mengalami gangguan kesehatan pada waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar terkadang terganggu karena setiap berangkat ke sekolah mereka terburu-buru dan takut telat sehingga kadang membuatnya lupa untuk sarapan. Kedua, faktor rohaniah (psikologi) di sini adalah seperti: 1) Intelegensi dan perhatian Untuk mengetahui tingkat intelegensi siswa-siswi dapat dilihat dari hasil nilai setiap mata pelajaran, apakah memuaskan atau tidak. Selain itu, untuk perhatian dapat dilihat dari keseharian siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat intelegensi dan perhatian siswa kelas VII MTs
12
Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat adalah masih pada tingkat rata-rata. Walaupun demikian masih perlu upaya-upaya peningkatan terutama pada tingkat mental atau keberanian siswa untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan dari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga dapat tercapai tujuan dalam membentuk cara belajar siswa aktif. Ketiga, minat, bakat, sikap dan motivasi merupakan 4 faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Minat (rasa senang) siswa terhadap suatu mata pelajaran yang akan disampaikan guru, sangat mampu untuk menumbuhkan bakat (kemampuan), kesiapan belajar, dan menghilangkan rasa bosan pada diri siswa karena secara otomatis rasa senang (minat) tersebut akan dapat memacu siswa untuk berusaha secara terus menerus agar dapat mengerti dan memahami materi pelajaran, baik itu belajar dengan tekun, bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang masih dirasakan sulit dan lain sebagainya. Akan tetapi sebaliknya, jika bakat (kemampuan) ada tetapi tidak disertai dengan rasa senang (minat) terhadap mata pelajaran yang dirasakan sulit, maka mustahil akan mampu meningakatkan hasil belajar siswa tersebut. Untuk mengetahui minat dan bakat siswa terhadap mata pelajaran yang akan disampaikan oleh guru maka perlu secara langsung mewawancarai siswa yang bersangkutan. Adapun terkait dengan minat, bakat, sikap dan motivasi, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa untuk mengetahui alasan-alasan mereka terkait dengan faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya sehingga menyebabkan kesulitan belajar, yaitu cara penyampaian yang susah dimengerti dan kurang humoris, apalagi ketika bertanya terkadang guru tidak bisa mengerti pertanyaan yang diajukan sehingga membuat perhatian tidak fokus pada pelajaran yang disampaikan dan minat belajarpun tiba-tiba menjadi pudar. Selanjutnya faktor ekstern sebagai faktor yang datangnya dari luar diri anak didik tidak mungkin bisa diabaikan apalagi dari hasil wawancara yang dominan menyebabkan kesulitan belajar siswa khususnya di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat sebagai berikut: faktor keluarga, faktor sekolah dan lingkungan masyarakat. Pertama, faktor keluarga hal pertama yang diingat adalah orang tua yang meliputi: cara pendidikan orang tua pada anak hubungan orang tua dengan anak dan contoh teladan atau bimbingan yang dilakukan orang tua. Di samping itu, hal lain dari faktor keluarga yang juga menyebabkan kesulitan ekonomi keluarga baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin) maupun kelebihan (kaya). Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang selalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. Kondisi-kondisi yang dipaparkan di atas memang bukanlah hal yang lazim untuk didengarkan ataupun dilihat. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah akibat yang ditimbulkan pada diri anak didik terhadap keadaan atau kondisi keluarga tersebut. Oleh karena itu dikatakan bahwa kesempatan utama dan pertama mendapatkan pendidikan adalah pada lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang dirasakan mengganggu kegiatan belajarnya adalah sikap orang tua yang sering marah dan bahkan kadang mengakibatkan perkelahian sehingga sering menambah beban fikiran, maka otomatis kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah sering terganggu.Pekerjaan rumah yang dibebankan oleh orang tuanya terlalu banyak sehingga sering merasa capek dan letih. Hal ini berakibat pada ketidakmampuannya untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Berdasarkan hal di atas pada kenyataanya memang riil terjadi, bahwa tingkat perekonomian siswa di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat rata-rata untuk tingkat perekonomian masih cukup untuk membiayai sekolah, tetapi kadang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya. Kedua, faktor sekolah merupakan tempat yang tetap digolongkan sebagai tempat kedua anak setelah keluarga dalam melaksanakan proses belajar mengajar, walaupun secara formal, sekolah adalah tempat pertama dalam proses melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang
13
baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Dengan demikian, sebagai seorang guru yang baik, bertanggung jawab dan profesional, maka hal tersebut adalah tantangan kewajibannya sebagai seorang guru untuk dapat menciptakan dan membentuk penerus bangsa yang cerdas dan terampil sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan. Ketiga, faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari seperti pengaruh kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan corak kehidupan dalam masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya pengaruh-pengaruh dalam masyarakat cukup baik untuk kehidupan sosialisasi anak. Akan tetapi, bagaimanapun positifnya kegiatankegiatan dalam masyarakat, baik itu dalam hal organisasi kemasyarakatan, kegiatankegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain. Maka akan dapat mengganggu kegiatan belajarnya di sekolah jika kegiatan-kegiatan yang diikuti terlalu banyak. Faktor masyarakat yang kadang-kadang mempengaruhi kegiatan belajarnya adalah berbagai macam bentuk kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat baik itu kegiatankegiatan sosial, perlombaan olah raga, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mampu menjadi hiburan tersendiri. Di samping itu, kegiatan-kegiatan dalam masyarakat menurut mereka dapat menumbuhkan rasa saling tolong menolong dan kebersamaan. Akan tetapi, kesenangan tersebut terkadang membuat lalai dalam memanfaatkan waktu belajar sehingga walaupun dalam masyarakat tercatat sebagai anak baik dan pintar, tetapi di sekolah sering mengalami kesulitan dalam belajar bukan hanya pelajaran Qur’an Hadits, tetapi pelajaran yang lain juga ada, salah satunya pelajaran eksak (berhitung). Berdasarkan hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat meliptui faktor intern seperti minat, bakat, sikap, dan motivasi yang masing-masing berperan penting dalam proses belajar siswa. Sedangkan faktor ekstern seperti faktor sekolah, keluarga dan masyaraka. Semua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatkan hasil belajar belajar di sekolah ataupun kesempatan belajar di rumah. Oleh karena itu, seorang siswa haruslah senantiasa dapat membagi waktu untuk kepentingan sekolah, keluarga dan masyarakat. Sehingga dapat mencapai keseimbangan dalam berbagai segi kehidupan. E. Penutup Penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan langkah-langkah metode discovery learning yang telah diterapkan pada pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkan respon yang positif. Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Mereka tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan metode discovery learning yang memiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal dan diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga menumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya tujuan penggunaan metode discovery learning yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, logis dan kritis. Kerja sama yang baik antara guru, siswa dan sekolah akan dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran Qur’an Hadits. DAFTAR PUSTAKA Abdul, Majid Khon. 2010. Analisis Material Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah,http://didaktika.fitk-uinjkt.ac.id/2010/02/analisis-materi-al-quran-hadismadrasah.html). Arifin, Mulyani. 2000. Pedoman Pelaksanaan Mengajarkan. Jakarta: Depdikbud
14
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur). Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Ibrahim, T. dan H. Darsono, 2009. Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 1 untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah, Solo: Tiga Serangkai Mansyur, dkk. 2009. Assesmen Pembelajaran Di Sekolah. Jogyakarta: Multi Pressindo Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Rohani. 2004. Penerapan Metode Discovery. Online: http://www.riyantoyosapat. com/ search. Sardiman A.N. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana. 1999. CBSA dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Suherman, Erman & Udin S, 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Suryobroto, 2000. Macam-Macam Metode Pembelajaran. Online: http:// yastaki 56.spaces. live. com/ Blog/cns!669E85C7CBD2F075!946.entry. 2002. . 2010. Metode Discovery, Online: http://nilaieka.blogspot.com/ 2010/01/ metode-discovery.html, 2010 Suyitno, Amin, 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran, Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Macam-Macam Metode Pembelajaran. (http://researchengines. com/art05-65.html). Wahyana, 1992. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.
15