MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit
JKB. Nomor 6 Th. IV Januari 2010
50
MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit
PENGEMBANGAN SISTEM INSENTIF TEKNOLOGI INDUSTRI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT
Oleh : MTH Sri Budiastutik Eddy Triharyanto Susilaningsih ABSTRAK Upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Millennium Development Goals (MDG’s) 2015 dan menyongsong era perdagangan bebas 2020, masih dihadapkan pada tantangan internal terutama dalam menghadapi masalah ketersediaan pangan yang sangat tergantung pada import. Meningkatnya ketergantungan ketahanan pangan pada negara lain tersebut dapat dilihat dari naiknya volume impor pangan dalam bentuk komoditas maupun benih atau bibit. Luasnya pangsa pasar produk hasil pertanian di Indonesia, sangat menarik para investor asing. Salah satu faktor penting dan merupakan inti permasalahan di sektor pertanian adalah benih dan/atau bibit, oleh karena itu peningkatan produksi dalam rangka menunjang ketersediaan benih dan bibit terutama untuk tujuh komoditas utama non beras yang selama ini sangat bergantung pada impor. Kata Kunci : Pangan, Pertanian, benih dan bibit PENDAHULUAN Potensi dalam
dan domba garut juga bisa menjadi negeri
dalam
industri perbenihan/pembibitan cukup
contoh
yang mampu
berkembang
menjadi industri perbenihan/pembibitan swasta nasional yang utuh. Pada tahun 1980-an Indonesia telah berhasil dalam kegiatan pengembangan benih padi varietas unggul. Hasilnya, produktivitas padi (gabah kering giling) meningkat dari dua ton per ha menjadi tiga ton hingga 4,5 ton. Dampak perkembangan teknologi
perbenihan
yang
bisa
bersaing tersebut adalah swasembada beras pada tahun 1984. Dalam bidang peternakan, pengembangan ikan mujair
Indonesia
pernah
berhasil unggul di bidang perbibitan.
besar, mengingat banyak penangkar andalan
bahwa
Setidaknya
terdapat
empat
masalah yang menjadi penyebab tidak berkembangnya nasional
industri
(Asosiasi
perbenihan Perbenihan
Indonesia, 2008): 1. kesulitan
industri
benih
mendapatkan induk dari luar negeri untuk dikembangkan di Indonesia. 2. terkait
dengan
hak
kekayaan
intelektual. 3. belum adanya kebijakan yang jelas terkait dengan pengembangan benih di
dalam
negeri.
Pemerintah
memang telah menetapkan waktu
JKB. Nomor 6 Th. IV Januari 2010
50
MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit
dua tahun setelah benih diimpor
memperlambat temuan-temuan varietas
harus dikembangkan di Indonesia.
unggul baru dan banyak membuang
Namun,
persen
varietas-varietas unggul baru yang
pengembangannya masih belum ada
spesifik wilayah, serta menghambat
kejelasan.
tumbuh
berapa
4. petani
masih
tradisional
dan
berpola sulit
pikir
agribisnis
perbenihan/pembibitan swasta nasional.
menerima
Perkembangan
industri
sebuah gagasan baru. Pengetahuan
benih/bibit untuk produk pangan dalam
mereka tentang teknologi pertanian
negeri,
juga
ketika
kebijakan
benih
nasional. Masuknya produk bibit impor
kurang
melakukan
sehingga
pengembangan
lokal banyak mengalami kegagalan. Dari sisi peraturan perundangan yang
berlaku
tahapan
di
tertentu
Indonesia, ada
dipengaruhi
perdagangan
oleh
di
tingkat
dari Multi National Company (MNC = Korporat
Swasta
berbagai
Asing)
penguasaan
dengan jaringan
perdagangannya yang luas, relatif sulit
tumbuh-berkembangnya
untuk disaingi oleh produsen sejenis di
usaha industri perbenihan/pembibitan
dalam negeri. Dewasa ini sangat marak
swasta nasional. Indonesia adalah salah
industri perbenihan/pembibitan MNC
satu negara dari sedikit negara di dunia
yang
yang
yang
pasar dalam negeri. Demikian pula
mengharuskan varietas unggul baru
halnya dengan keleluasaan masuknya
mengantongi izin menteri sebelum
impor pangan strategis sangat tidak
diedarkan
kondusif bagi perkembangan produksi
menerapkan
di
yang
pada
sangat
justru
menghambat
peraturan
wilayah
Indonesia.
Undang-undang No.12 Tahun 1992
dengan
segala
peraturan
yang
produk-produknya
menguasai
pangan di dalam negeri.
tentang Sistem Budidaya Tanaman
51
kembangnya
Dampak krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika Serikat
mengikutinya termasuk Permentan No.
lebih
menyadarkan
37/Permentan/OT.140/8/2006
tentang
kemandirian dalam benih dan bibit
Pengujian, Penilaian dan Pelepasan
harus segera diwujudkan. Penguatan
Varietas Tanaman, telah mengatur
implementasi
keharusan bahwa varietas unggul baru
teknologi, ekonomi, sosial budaya,
harus diuji multi lokasi terlebih dahulu.
penerapan prinsip kehati-hatian, serta
Peraturan ini, tanpa disadari telah
kajian
berbagai
manfaat
JKB. Nomor 6 Th. IV Januari 2010
dan
kita
aspek
risiko
bahwa
baik
harus
MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit
dilakukan
dalam
pengembangan
Teknologi Industri Produksi Bibit dan
bibit/benih. Pengembangan bibit/benih
Benih adalah :
harus dimulai dari pelestarian dan
1. Mendapatkan gambaran bagaimana
penyediaan
plasma
nutfah
untuk
perusahaan produksi bibit dan benih
perakitannya, sampai pada pemanfaatan
di Indonesia, baik yang berupa
dalam usaha agribisnis.
perusahaan
asing
maupun
perusahaan
dalam
negeri,
Kendala dalam pengembangan bibit/benih tersebut di atas, khususnya
memperoleh
kebijakan, perlu dicari solusinya seraya
teknologi pembibitan;
memanfaatkan teknologi yang telah
dan
2. Menemukenali
memanfaatkan
pendorong
dan
dimiliki. Sudah banyak teknologi yang
penghambat perkembangan industri
telah dikembangakan oleh lembaga
pembibitan.
litbang yang dapat dimanfaatkan untuk
Sedangkan secara khusus, tujuan
mendorong produksi benih dan bibit
kajian dapat diperinci sebagai berikut :
seperti bibit unggul hasil pemuliaan,
1. Mengetahui
teknologi reproduksi IB sexing dan
teknologi
embrio transfer untuk produksi bibit
yang digunakan oleh perusahaan-
sapi. Dalam rangka mengembangkan
perusahaan di Indonesia.
industri perbenihan, harus ada kemauan
perkembangan pembenihan/pembibitan
2. Mengidentifikasi pola-pola transfer
kuat serta kebijakan pemerintah yang
teknologi
memberikan
perusahaan pembenihan/pembibitan
dukungan,
termasuk
pemberian insentif bagi industri dan juga peneliti. Pada tahun anggaran
yang
terjadi
dalam
di Indonesia. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
2009, Kementrian Riset dan Teknologi
mempengaruhi
akan melakukan Kajian Pengembangan
industri pembenihan/pembibitan di
Sistem
Indonesia.
Insentif
Teknologi
Industri
perkembangan
Produksi Bibit dan Benih, sebagai
4. Mengidentifikasi
barrier
upaya untuk mendorong peningkatan
(penghambat)
produksi benih dan bibit di Indonesia.
industri pembenihan/pembibitan di
perkembangan
Indonesia
Tujuan Secara umum tujuan kegiatan
5. Merumuskan sistem insentif yang
Kajian Pengembangan Sistem Insentif
cocok untuk meningkatkan aktivitas
JKB. Nomor 6 Th. IV Januari 2010
52
MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit
perusahaan pembenihan/pembibitan
mampu membuat varietas unggul baru sendiri.
di Indonesia.
Selama ini hampir semua varietas unggul baru (setidaknya sampai dengan tahun 2004) dari
Kondisi Umum Industri Perbenihan
berbagai
komoditi,
Benih dan atau bibit varietas unggul bermutu
kelembagaan
merupakan penentu batas atas produktivitas
Perguruan Tinggi.
penelitian
Peluang
suatu usahatani, baik usahatani kecil maupun
dihasilkan
oleh
Pemerintah
tersebut
sangat
dan
banyak
usahatani besar, dan berlaku bagi semua
dimanfaatkan oleh industri perbenihan luar
komoditi pertanian (termasuk juga peternakan
negeri, seperti memasok benih varietas unggul
dan perikanan). Mungkin pula itu sebabnya
tanaman hortikultura (benih tanaman kentang,
penyusun Panca Usaha Tani menempatkan
benih tanaman hias dan benih tanaman
benih varietas unggul bermutu pada posisi
sayuran lainnya). Selain kondisi tersebut
pertama dari Panca Usaha Tani. Telah disadari
menghabiskan
pula
menghilangkan/mengurangi
bahwa
60%
-
65%
peningkatan
devisa,
juga kesempatan
produktivitas suatu usaha tani ditentukan oleh
memperoleh pendapatan bagi tenaga kerja
faktor penggunaan benih varietas unggul
Indonesia di dalam negeri, serta merupakan
bermutu.
pesaing yang kuat bagi tumbuhnya industri
Dewasa ini kenyataan menunjukkan
perbenihan nasional.
bahwa penggunaan benih varietas unggul
Industri perbenihan nasional seharusnya
bermutu oleh kalangan petani, besar dan kecil,
ditumbuhkan sehingga mampu memanfaatkan
ternyata pada umumnya masih rendah untuk
kekayaan
semua
hayati yang besar dan kekayaan SDM yang
komoditi
pertanian.
Perkecualian
keanekaragaman
kuat,
serta
besar
swasta tanaman hortikultura dan perkebunan
memanfaatkan
besar milik pemerintah. Benih varietas unggul
mampu
bermutu untuk banyak komoditi, bahkan
perbenihan yang dimaksud adalah industri
masih mengimpor, dan menghabiskan devisa
benih yang mampu membuat varietas-varietas
cukup besar. Selain menghabiskan devisa,
unggul bermutu berbagai komoditi pertanian
impor benih hanya akan menguntungkan bagi
yang sesuai dengan kondisi ekosistem tempat
negara pengekspor benih.
tumbuh dan memanfaatkan keanekaragaman
kemajuan
memanfaatkan
ekosistem,
harus
daya
terdapat, antara lain pada usaha pertanian
Rendahnya tingkat penggunaan benih
dan
sumber
mampu
teknologi peluang.
keanekaragaman
dan
Industri
jenis
dan
varietas unggul bermutu untuk segala macam
keanekaragaman plasma nutfah dalam setiap
komoditi pertanian sesungguhnya membuka
jenis, baik yang masih potensi maupun yang
peluang bagi industri perbenihan dalam
nyata.
negeri,
baik
yang
masih
dalam
taraf
penangkar, maupun industri benih yang sudah
53
Tanaman pangan dan Palawija
JKB. Nomor 6 Th. IV Januari 2010