Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah Volume 1 No. 1 Tahun 2016 Hal 48-56 Periode Wisuda Agustus 2016 MOTIVASI KERJA GURU BK DI SMA NEGERI ACEH TENGAH Alfandi , Syaiful Bahri, M. Husen Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian berjudul “Motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah” ini bertujuan untuk mengetahui motivasi kerja Guru BK dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja Guru BK. metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Guru BK yang berjumlah 10 orang, kepala sekolah, serta guru dan siswa yang terkait dengan motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancaradanobservasi. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara analisis dekskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja Guru BK belum optimal, hal ini diindikasikan dari tanggung jawab, kemajuan, prestasi, penghargaan, kondisi kerja, hubungan sesama guru yang belum baik.untuk memperoleh motivasi kerja yang optimalmaka hal tersebut perlu ditingkatkan agar mendapat kinerja yang optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru BK terdiri dari faktor intern (dalam diri) seperti; minat guru BK dalam melaksanakan pekerjaan, sikap dalam melaksanaan pekerjaan , kepribadian Guru BK dalam propesi yang dimiliki, latar belakang pendidikan Guru BK, pengalaman Guru BK dalam bekerja, harapan dan cita-cita Guru BK dalam pekerjaannya. Dan faktor ekstern (luar diri) meliputi; hubungan dan keharmonisan sesama guru dalam lingkungan bekerja, kondisi kerja Guru BK melaksanakan tugas dan pekerjaannya, kebijakan pimpinandalam organisasi Guru BK bekerja. Untuk mendapatkan motivasi kerja yang optimal, maka faktorfaktor tersebut perlu dipenuhi dan ditingkatkan oleh Guru BK itu sendiri maupun pimpinan sekolah dengan baik dalam setiap organisasi sekolah masing-masing. Dengan terpenuhinya dengan baik faktor-faktor tersebut akan menimbulkan usaha yang optimal dari setiap Guru BK dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Kata Kunci : Motivasi Kerja, Guru BK
48
Pendahuluan Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di bidang pendidikan. Oleh sebab itu, makna inti dari tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari peserta didik. Tujuan ini pulalah yang ingin dicapai dalam pelayanan kegiatan bimbingan dan konseling. Optimalisasi dalam perkembangan diri siswa sebagai insan yang di didik melalui jalur pendidikan formal menjadi dasar keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah. Posisi tersebut seperti halnya kebutuhan terhadap layanan pengajaran yang diberikan oleh seorang guru mata pelajaran, sebagai komponen yang mempunyai kedudukan yang sejajar dalam pendidikan sebagai suatu sistem. Pelayanan bimbingan dan konseling pada saat ini cukup mendapat apresiasi oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan tersebut, khususnya di sekolah-sekolah. Guna menjamin keberlangsungan pelayanan di masa depan serta menjaga kualitas pelayanan bagi pengguna jasa konseling di lembaga pendidikan khususnya di sekolah-sekolah pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Berdasarkan Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008, tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, dijelaskan bahwa : Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai suatu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling, kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sesuai dengan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang guru BK harus memiliki keempat kompetensi yaitu : kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dalam melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik, sedangkan kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, serta masyarakat sekitar. Sedangkan kompetensi kepribadian yang merupakan sebuah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang meliputi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik, dan yang terakhir kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. Sebagai pejabat fungsional guru pembimbing/konselor dituntut melaksanakan berbagai tugas pokok fungsionalnya secara profesional adapun tugas pokok guru pembimbing menurut SK N. 84/1993 ada 5 yaitu, menyusun program bimbingan, melaksanakanprogram bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan bimbingan, menganalisis hasil pelaksanaan bimbingan, menindak lanjutkan program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, dalam kegiatan bimbingan dan konseling disekolah guru BK harus berkoordinasi dengan semua perangkat sekolah serta pihak-pihak yang terkait dalam proses bimbingan dan konseling tersebut. Diantaranya adalah guru BK membantu kepala sekolah dalam kegiatan sebagai berikut; 1) penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling, 2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapioleh siswa tentang kesulitan belajar, 3) memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar, 4) memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai, 5) mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling, 6) menyusun statistik hasil penilaian bimbingan 49
dan konseling, 7) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar, 8) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling serta 9) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Dari kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari layanan bimbingan dan konseling akan dapat tercapai sesuai dengan tujuannya. Menurut Prayitno dan Amti (2004 : 112)“Tujuan utama dari layanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan. Merumuskan tujuan bimbingan dan konseling dalam tujuan umum dan khusus”. Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang miliknya (seperti: kemampuan dasar dan bakatbakatnya), latar belakang yang ada (seperti: latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial, ekonomi), serta sesuai dengan positif lingkungannya. Berbicara tentang motivasi kerja adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap lini kehidupan. Untuk itu motivasi kerja dapat dimaknai sebagai keinginan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi atau perusahaan. Menurut Malayu (2010 : 141) motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti dorongan dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan “needs” atau “want”. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Motivasi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja guru/pegawai, sesuai yang diungkapkan Gibson dan Stoner dalam Sudarwan (2004 : 15) “bahwa motivasi kerja merupakan alasan-alasan, dorongan-dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu”. Oleh sebab itu, dalam rangka upaya meningkatkan kinerja organisasi maka intervensi terhadap motivasi kerja sanga penting dan dianjurkan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di beberapa sekolah wilayah Kabupaten Aceh Tengah, pelaksanaan layanan bimbingan dan Konseling di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidakjelasan pola yang diterapkan tersebut berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling.Guru BK hanya terjebak dengan tugas-tugas administrasi seperti mencatat siswa yang bolos sekolah, terlambat, siswa yang nakal dan bermasalah, guru BK seringdipandangdenganpropesi yang tidakmemilikipekerjaan di sekolah, initerlihatdaribeberapa guru yang sering dating terlambat, danpulanglebihawaldari guru lainnya. sehingga berbagai kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja guru BK sehingga menimbulkan persepsi negatif. Selain itu dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling guru BK hanya cenderung memberi nasehat dan menganggap selesai permasalahan yang dialami siswa, memberi sanksi kepada siswa yang melanggar tata tertib sekolah, pelayanan konseling berpusat pada keluhan pertama saja, menganganggap hasil pekerjaan guru BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan usaha Bimbingan dan Konseling pada penggunaan instrumentasi Bimbingan dan Konseling (tes, inventori, kuesioner dan lain- lain) dan Bimbingan dan Konseling dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada klien-klien tertentu saja, guru BK hanya melayani “orang sakit” atau „kurang normal”. Hal ini terlihat guru BK seperti terburu-buru dalam bekerja agar pekerjaanya cepat selesai. Dari beberapa gejala-gejala yang ditampilkan guru BK di sekolah tersebut, pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah belum menampakkan perannya sebagaimana yang diharapkan. Hal ini berdampak pada rendahnya kinerja guru BK dalam menjalani pekerjaannya, sehingga motivasi kerja dalam diri guru BK dalam menjalani profesinya disekolah terlihat buruk. Berlatar belakang dari masalah dan studi pendahuluan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam pada SMA di Kabupaten Aceh Tengah dengan Judul “Motivasi Kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah”. Mengacu dari latar belakang masalah di atas maka yang menadi rumusan masalah adalah, bagaimana motivasi kerja Guru 50
BK di SMA Negeri Aceh Tengah dan faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun makna dari pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan penelitian yang mencoba mengungkapkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data atau informasi di lapangan dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk narasi atau uraian kalimat yang disusun secara sistematis oleh peneliti sesuai dengan fakta yang ditemukan selama penelitian. Basrowi dan Suwandi (2008 : 20) menyebutkan bahwa “penelitan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara beragam”. Pendekatan kualitatif dengan menggunakan penelitian deskriptif dianggap tepat untuk kajian penelitian ini, karena fokus masalah ini mengungkapkan bagaimana motivasi kerja guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah. Jadi, penelitian ini akan menjelaskan secara apa adanya tentang motivasi kerja guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada 5 sekolah yang terletak di SMA Negeri Aceh Tengah, yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5 dan SMAN 8. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Guru BK yang berjumlah 10 orang, kepala sekolah, guru dan siswa. Sumber data primer diperoleh dari informasi para informan yang dapat dipercaya dan mengetahui tentang kajian dalam penelitian ini. Informan utama yaitu guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah. sedangkan informan pendukung yang sekiranya dapat melengkapi data dalam penelitian ini adalah pimpinan/ kepala Sekolah, para guru-guru, dan para siswa. Teknik atau cara pengumpulan dan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam melaksanakan kegiatan penelitian data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian dan akan digunakan untuk membuat suatu kesimpulan ataupun rekomendasi. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan observasi. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi secara langsung antara peneliti dengan sumber data atau responden. Tujuannya agar diperoleh informasi yang valid dan benar mengenai mengenai motivasi kerja Guru BK di SMAN Aceh Tengah. Disamping itu peneliti juga menggunakan teknik observasi yang tujuannya untuk dapat memperkuat data-data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa dengan metode kualitatif. Metode analisa kualitatif akan dilakukan bersama dengan pengumpulan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodgan dan Biklen (Moleong, 2007 : 248) menyatakan “analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain”. Adapun langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan ialah berdasarkan pendapat dari Sugiyono (2010 : 92) sebagai berikut : Pertama, mereduksi data yaitu proses atau kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh, melalui dari awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian. Reduksi data dilakukan antara lain dengan cara memilih, menyederhanakan, menggolongkan, sekaligus menyeleksi informasi-informasi yang relevan dengan penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut, sehingga penulis dapat membuat kesimpulan yang benar. Kedua, penyajian data yang dilakukan dengan mengorganisasikan data hasil reduksi dalam bentuk deskripsi sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan berdasarkan 51
kenyataan dilapangan. Data tersebut ditafsirkan dan dievaluasi untuk dapat merencanakan tindakkan lebih lanjut. Ketiga, penarikan kesimpulan adalah proses memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegitan ini mencakup pencarian makna data, serta memberikan penjelasan selanjutnya dilakukan verifikasi yaitu menguji kebenaran, kekuatan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli dan akhirnya membuat kesimpulan yang sistematis, akurat, serta efektif dan efisien. Hasil Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dalam penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa secara umum motivasi kerja guru BK di SMAN Aceh Tengah belum optimal, hal ini dilihat dari motivasi internal dan eksternal guru BK. Belum optimalnya motivasi kerja guru BK dari dimensi internal diindikasikan dari tanggung jawab, kemajuan, prestasi, dan penghargaan yang secara umum belum baik. Adapun motivasi eksternal dilihat dari kondisi kerja dan hubungan sesama guru yang belum baik. Hal tersebut diindikasikan dari kondisi kerja guru BK yang secara umum belum memadai, belum memadainya kondisi kerja tersebut terlihat dari fasilitas yang belum lengkap dalam ruangan kerja guru BK. Dari penjelasan diatas, belum optimalnya motivasi kerja baik internal maupun eksternal pada guru BK di SMAN Aceh Tengah cenderung memperoleh kinerja yang tidak optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. belum optimalnya motivasi kerja guru BK di SMAN Aceh Tengah dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik diindikasikan meliputi sikap dari guru BK, minat guru BK dalam menjalankan propesi yang dijalaninya, kepribadian Guru BK, Tingkat pendidikan, pengalaman dalam bekerja, harapan dan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik dilihat dari hubungan sesama guru, kondisi kerja guru BK melaksanakan pekerjaannya, serta sikap kepemimpinan dalam lingkungan kerja. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja pada Guru BK akan mempengaruhi kinerja yang dihasilkan dalam bekerja. Dengan kata lain,semakin baik motivasi kerja yang dimiliki Guru BK maka akan menghasilkan kinerja yang baik juga dalam menjalani propesi yang dijalaninya. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah, diperoleh kesimpulan bahwa Guru BK dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya belum baik, hal ini ditunjukkan dengan kinerja yang belum optimal. Motivasi kerja tersebut dilihat dari motivasi internal dan eksternal Guru BK, belum baiknya motivasi kerja yang meliputi dari motivasi internal dan eksternal tersebut diindikasikan dari tanggung jawab, kemajuan, prestasi, penghargaan, kondisi kerja, dan hubungan sesama guru. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi sangat penting dalam mencapai kinerja yang optimal dalam suatu lembaga pendidikan, khususnya dalam organisasi sekolah yang mana guru mempunyai peran sentral dan penting dalam keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikannya sebagaimana tujuan pendidikan itu sendiri. Hal ini senada dengan pernyataan Uno (2007:71) yang menyatakan bahwa motivasi kerja guru tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi kerja guru adalah kondisi yang membuat guru mempunyai kemauan/kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas. Motivasi kerja guru akan mensuplai energi untuk bekerja atau mengarahkan aktifitas selama bekerja dan menyebabkan seorang guru mengetahui adanya tujuan yang relevan antara 52
tujuan organisasi dengan tujuan pribadinya. (Mangkunegara, 2005) menyatakan bahwa Motivasi kerja sebagai “kondisi yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”. Oleh karena itu, motivasi kerja sangatlah penting karena motivasi kerja adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia dalam melakukan pekerjaannya sehingga mencapai hasil yang baik. Motivasi kerja Guru BK sangat erat kaitannya dengan sifat dan kemauan Guru BK tersebut untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Guru BK akan memiliki sifat untuk bekerja keras apabila didorong oleh faktor-faktor yang dapat memenuhi cita-citanya. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini jelas bahwa motivasi kerja Guru BK sangat mempengaruhi kinerja yang ditampilkan Guru BK dalam pekerjaannya. Karena motivasi merupakan dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam lingkup organisasi sekolah khususnya sekolah SMA Negeri Aceh Tengah maka pimpinan dari masing-masing sekolah perlu memperhatikan kebutuhan para pegawainya baik secara fisik dan non fisik serta pimpinan perlu menjembatani dorongan yang berasal dari dalam diri Guru BK (motif) dan luar diri Guru BK untuk menghasilkan sesuatu, baik yang bersifat positif konstruktif maupun yang bersifat negatif tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menyangkut kebijakan pimpinan yang seharusnya memperhatikan kebutuhan dasar para bawahannya dengan cara mengetahui motif melalui gejala-gejala yang ditampilkan pegawainya seperti (kebutuhan, tingkah laku), harapan, dan insentif (imbalan). Dan selain itu juga pemimpin harus dapat melakukan kegiatan untuk meningkatkan kegairahan, disiplin, kesejahteraan, prestasi, moral kerja, tanggung jawab terhadap tugas- tugas dan efesiensi pegawai. Daya dorong yang berasal dari dalam dapat pula digerakkan oleh sesuatu rangsangan dari luar yang disebut motivasi. Motivasi sebagai salah satu jalan fungsi manajemen merupakan fungsi yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap jalannya kegiatan organisasi karena menyangkut langsung pada unsur di dalam organisasi. Jika kebutuhan fisik telah dipenuhi, maka dapat diharapkan Guru BK akan melakukan tugas atau bekerja secara baik dan sungguh-sungguh. Pemenuhan kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan non fisik seperti kebutuhan penghargaan, adanya kesempatan untuk berkembang, dan sebagainya akan memberikan ketenangan seorang Guru BK dalam bekerja. Jika kebutuhan non fisik tidak terpenuhi, maka ada kecenderungan timbulnya sikap negatif dalam bekerja baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar, yang akan merugikan semua pihak, bahkan akan menghambat tujuan lembaga/organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, motif yang timbul dari dalam guru BK dalam melaksanakan pekerjaannya harus senantiasa ditunjang dan didukung oleh pimpinan setiap organisasi sekolah agar motif tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan oleh Guru BK itu sendiri secara berkesinambungan agar menjadi semakin baik untuk menghasilkan kinerja yang baik pula. Perilaku seorang tenaga kerja dapat berubah karena perubahan yang dialaminya secara pribadi. Jalannya perubahan tersebut dapat cepat atau lambat, tergantung pada sifat individu yang bersangkutan. Kebutuhan non fisik yang terpenting adalah pembinaan rohani atau menambah keyakinan atau wawasan keagamaan, karena dengan motif yang dilandasi dengan unsur keimanan, seseorang akan berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dengan ikhlas dan sungguh-sungguh semata-mata karena dorongan rohani yang didapatkan dari peningkatan keyakinan beragama atau bekerja itu sebagai ibadah yang mengharapkan ridha Allah SWT. Apabila dihubungkan dengan kinerja, maka pembinaan rohani juga akan mempengaruhi kinerja seseorang pegawai dalam tanggung jawab pekerjaannya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja seorang guru, baik motivasi internal yang dapat berasal dari pekerjaan yang menantang, adanya tanggung jawab yang harus diemban, prestasi , adanya pengakuan dari atasan serta adanya harapan bagi kemajuan karir seseorang, maupun motivasi yang ada di luar diri seseorang 53
yang menyebakan orang tersebut dapat melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan organisasi seperti adanya rangsangan dari luar baik material maupun non material akan sangat mempengaruhi kinerja yang akan ditampilkan oleh Guru BK dalam pekerjaannya. Selanjutnya dari hasil analisi data menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja Guru BK di SMAN Aceh Tengah dibagi menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi sikap Guru BK dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya, minat Guru BK dalam propesi pekerjaan yang dimilikinya, kepribadian Guru BK, latar belakang pendidikan Guru BK, pengalaman kerja Guru BK, harapan dan cita Guru BK dalam pekerjaannya, sedangkan faktor ekstern terdiri dari hubungan dsan keharmonisan sesama guru, kondisi kerja Guru BK dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, kebijakan pimpinan dalam organisasi Guru BK bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja menurut Maslow (Mulyasa, 2007 : 76) adalah Dapat ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, seperti: (1) sikap; (2) kepribadian; (3) pendidikan; (4) pengalaman; (5) cita-cita; (6) perasaan; sedangkan faktor eksternal adalah yang berasal dari luar diri manusia, seperti: (1) sikap kepemimpinan seseorang; (2) keharmonisan sesama guru. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja timbul karena adanya dorongan, guru akan melakukan pekerjaan dengan gigih kalau dia mempunyai motivasi kerja yang kuat. Terpenuhi atau tidaknya faktor-faktor tersebut, baik faktor internal dan eksternal akan mempengaruhi hasil kerja seseorang, dimana seseorang akan meninggalkan tugas atau tidak berpengaruh dan tidak semangat melakukan suatu pekerjaan jika ia tidak mempunyai motivasi kerja yang baik dalam melakukannya. Kesimpulan dan Saran Motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh tengah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya belum optimal. Hal tersebut ditampilkan oleh Guru BK dengan sikap dan usaha yang belum maksimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bekerja sehingga cenderung memperoleh kinerja yang tidak optimal. Hal ini diindikasikan dari tanggung jawab, kemajuan, prestasi, penghargaan, kondisi kerja, hubunga sesama guru yang belum baik. Untuk memperoleh motivasi kerja yang optimal dalam organisasi sekolah dimana Guru BK bekerja, maka hal tersebut perlu ditingkatkan oleh Guru BK itu sendiri, pimpinan sekolah maupun pihak lain yang bersangkutan dalam lembaga/organisasi Guru BK menjalankan propesi pekerjaannya. Dengan semakin baiknya motivasi kerja pada Guru BK, maka akan memungkinkan kinerja Guru BK yang semakin baik juga dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya di SMA Negeri Aceh Tengah. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja Guru BK di SMA Negeri Aceh Tengah dipengaruhi oleh dua faktor antara lain adalah faktor intern yaitu sikap Guru BK dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pekerjaanya, minat Guru BK dalam propesi pekerjaan yang dimilikinya, kepribadian Guru BK, latar belakang pendidikan Guru BK, pengalaman kerja, harapan dan cita-cita Guru BK dalam pekerjaannya. Sedangkan faktor ekstern dilihat
54
dari hubungan dan keharmonisan sesama guru dalam lingkungan kerja, kondisi kerja Guru BK melaksanakan tugas dan pekerjaannya, kebijakan pimpinan dalam organisasi Guru BK bekerja. Untuk meningkatkan motivasi kerja Guru BK, Kedua faktor tersebut hendaknya dapat dipenuhi dan diaktualisasikan dengan baik dengan upaya-upaya yang nyata oleh Guru BK itu sendiri maupun oleh pihak-pihak dalam lingkungan organisasi, khusunya pimpinan sekolah. Motivasi kerja harus menjadi perhatian pimpinan sekolah pada organisasinya masing-masing karna akan menentukan optimal atau tidaknya hasil yang akan dicapai dalam organisasi tempat Guru BK menjalankan tugasnya. Terpenuhinya dengan baik faktor- faktor yang mendorong motivasi kerja pada Guru BK,akan menciptakan motivasi kerja yang semakin baik sehingga memungkinkan adanya usaha yang maksimal dari Guru BK untuk mencapai kinerja yang optimal. Daftar Pustaka Amirullah, dan Hanafi, Rindyah. 2002. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu. Anoraga, Pandji. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka cipta. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta. Gunarso, D. Singgih. 2008. Psikologi Olahraga Prestasi. Cetakkan Kedua. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru/ Hidayat, Asmarol. 2011. Hubungan Komitmen dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru SMAN 1 Jantho Makmur Aceh Besar. Tesis Magister Pada Unsyiah Banda Aceh. Tidak diterbitkan. ---------------------.2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : ANDI Malayu Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta : Sinar Grafika Ofset. Meleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mangkunegara. 2005. Manajemen SDM Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Prayitno, Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta. Prayitno. 2009. Wawasan Profesional konseling UNP. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Rivai, Veithzal dan Murni, Silviana. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Jakarta : PT raja Grafindo. Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Soetjipto, 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta. Soekidjo, Notoatmojo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarwan Danim. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
55
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : alfabeta. Uno, Hamjah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis di bidang Pendidikan). Jakarta : PT. Bumi Aksara. Usman, Nasir. 2007. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung : Mutiara. Usman, Husaini. 2009. Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Winardi. 2002. Motivasi dan Permotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Yamin, Martinis, dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: GP Press. Purwanto, Ngalim.2002. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sutaryadi. 1993. Admistrasi pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional J. Winardi.2002 Motivasi dan permotivasian dalam manajemen: Jakarta Raja Grafindo. Martoyo, Susilo. 1998. Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: BPFE Lestari, Puji. 2009. Analisis motivasi interaksi karyawan. Skripsi: FPSI UI
56