Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
KONTRIBUSI SUPERVISI BIMBINGAN KONSELING, IKLIM KERJA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU PEMBIMBING PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN BADUNG
Ardika, I Putu Gede ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di kabupaten Badung secara terpisah maupun simultan. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pembimbing pada SMA Negeri di kabupaten Badung yang berjumlah 37 orang dan 32 orang dijadikan responden penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan pertimbangan, guru pembimbing berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Penelitian ini menggunakan rancangan ex-post facto. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan regresi, korelasi dan analisis determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat kontribusi supervisi bimbingan konseling terhadap kinerja guru pembimbing secara signifikan melalui persamaan garis regresi Y = 130,485 + 0,439X1 dengan kontribusi sebesar 22,23%, (2) terdapat kontribusi iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru pembimbing secara signifikan melalui persamaan garis regresi: Y = 99,358 + 0,591X2 dengan kontribusi sebesar 23,77%, (3) terdapat kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing secara signifikan melalui persamaan garis regresi Y = 82,258 + 0,843X3 dengan kontribusi sebesar 20,40%, dan (4) terdapat kontribusi secara bersama-sama antara supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing secara signifikan melalui persamaan garis regresi Y = 69,254 + 0,211X1 + 0,309X2 + 0,370X3 dengan kontribusi sebesar 66,40% Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa, supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di kabupaten Badung secara terpisah maupun simultan. Dengan demikian, ketiga faktor tersebut dapat dijadikan prediktor tingkat kecenderungan kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di kabupaten Badung.
Kata kunci: supervisi bimbingan konseling, kinerja guru pembimbing
iklim kerja sekolah, motivasi kerja,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1636
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE CONTRIBUTION OF GUIDANCE AND COUNSELING SUPERVISION, SCHOOL WORK CLIMATE, AND WORK MOTIVATION TO PERFORMANCE OF SUPERVISING TEACHERS OF PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOLS IN BADUNG REGENCY
ABSTRACT This study aimed at finding out the extent of the contribution of guidance and counseling supervision, school work climate, and work motivation to the performance of supervising teachers at public senior high schools in Badung regency both separately and simultaneously. The population consisted of all the 37 supervising teachers at public senior high schools in Badung regency and 32 of them were used as the research respondent. The sampling was carried out by using purposive sampling technique by considering the guidance and counseling education background of the teachers. This study used ex post facto design. The data were collected by questionnaires. The data were analyzed by regression, correlation and analysis of determination. The results showed that (1) there was a significant contribution of guidance and counseling supervision to the performance of the supervising teachers through regression linear equation Y = 130.485 + 0.439X1 with 22.23% contribution, (2) there was a significant contribution of school work climate to the performance of the supervising teachers through regression linear equation Y = 99.358 + 0.591X2 with 23.77% contribution, (3) there was a significant contribution of work motivation to performance of supervising teachers through regression linear equation Y = 82.258 + 0.843X3 with 20.40% contribution, and (4) there was a significant simultaneous contribution of guidance and counseling supervision, school work climate, and work motivation to the performance of the supervising teachers through regression linear equation Y = 69.254 + 0.211X1 + 0.309X2 + 0.370X3 with 66.40% contribution. On the basis of the findings it can be concluded that guidance and counseling supervision,school work climate, and work motivation significantly contribute to performance of the supervising teachers at public senior high schools in Badung regency both separately and simultaneously. Hence, these factors can be used as predictors of the level of tendency in performance of supervising teachers at public senior high schools in Badung regency
Key words: guidance and counseling supervision, school work climate, work motivation, performance of supervising teachers
aspek yang menunjang keberhasilan
I. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan ilmu
pembangunan
adalah dengan
pendidikan.
pengetahuan dan tehnologi dewasa ini,
Sehubungan
hal
tersebut,
menuntut
pemerintah
untuk
pendidikan memegang peranan yang
meningkatkan
dan
mengembangkan
sangat penting dalam meningkatkan
seluruh aspek pembangunan. Salah satu
pengetahuan dan keterampilan setiap
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1637
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
manusia.
Oleh
tujuan
serta pengadaan fasilitas pendidikan.
sebagaimana
Namun demikian, berbagai indikator
disebutkan di dalam Undang-Undang
menunjukkan bahwa mutu pendidikan
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
masih
Pendidikan Nasional, pada pasal 3,
signifikan.
adalah untuk berkembangnya potensi
sampai
peserta didik agar menjadi manusia
rendah
yang beriman dan bertaqwa kepada
peningkatan
yang
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,
komperasi
internasional,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
pendidikan di Indonesia juga kurang
dan
yang
mengembirakan. Humen Development
demokratis serta bertanggung jawab
Indek (HDI), Indonesia menduduki
(Departemen
peringkat ke 102 dari 106 negara yang
pendidikan
karena
itu
ISSN 1858 – 4543
nasional
menjadi
warga
negara
Pendidikan
Nasional,
belum
meningkat
Nilai Ebtanas
Sekolah dan
Murni SD
Menengah tidak
secara
relatif
mengalami berarti.
Dari mutu
2008). Tujuan pendidikan tersebut pada
disurvei,
hakekatnya merupakan suatu amanat
Vietnam (Depdiknas, 2006) Selain itu
mulia yang patut kita pikul bersama di
masih banyaknya lulusan pendidikan
dalam mewujudkannya.
formal yang belum memenuhi kriteria
Untuk
tujuan
tuntutan lapangan kerja yang tersedia.
pendidikan sebagaimana tersebut di
Kondisi tersebut merupakan gambaran
atas,
rendahnya kualitas pendidikan
maka
mewujudkan
satu peringkat di bawah
pendidikan
hendaknya
dilaksanakan secara berkesinambungan, baik
di
lingkungan
keluarga
Melihat
kesenjangan
antara
kenyataan
hasil
keinginan
dan
(pendidikan informal), di masyarakat
pendidikan
saat
(pendidikan non formal) dan di sekolah
tudingan miring yang menyudutkan
(pendidikan formal).
keberadaan guru,
Upaya untuk meningkatan mutu
ini,
memunculkan
yakni rendahnya
mutu pendidikan disebabkan oleh faktor
pendidikan di Indonesia telah lama
rendahnya
dilakukan.
dan
pendapat ini tidak sepenuhnya benar,
program pendidikan telah dilaksanakan,
akan tetapi cukup beralasan karena
antara lain penyempurnaan kurikulum,
faktor guru paling banyak bersentuhan
pengadaan bahan, peningkatan mutu
dengan peserta didik. Ada beberapa
guru dan tenaga kependidikan lainnya,
faktor yang mempengaruhi rendahnya
peningkatan
mutu pendidikan selain guru, faktor
Berbagai
manajemen
inovasi
pendidikan,
kinerja
guru.
Walaupun
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1638
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
tersebut antara lain: pemimpin sekolah,
penghargaan material dan sosial yang
sarana dan prasarana pendidikan, serta
diberikan.
waktu belajar. Walaupun guru hanya merupakan
salah
satu
Sementara kedudukan dan peran
penyebab,
guru semakin bermakna strategis dalam
Hal ini
mempersiapkan sumber daya manusia
dibuktikan oleh hasil studi Heyneman
yang berkualitas dalam menghadapi era
dan Loxlei (dalam Widja, 1998) yang
globalisasi.
mengemukakan bahwa prestasi belajar
melaksanakan
siswa di Indonesia ditentukan oleh
yang
beberapa faktor, diantaranya: kontribusi
inovasi dalam proses pembelajaran
guru 34%, sarana dan prasarana 26%,
yang dapat dilakukan melalui berbagai
pengelolaan (manajemen 22%) dan
upaya. Demikian beratnya tugas guru,
waktu belajar 18%. Dalam penelitian
sementara itu peserta didik sebagai
ini sangat jelas bahwa kenerja guru
pembelajar
sangat mempengaruhi mutu pendidikan.
berbagai
Kinerja
akan
kepribadian, lingkungan dan tujuan
memberikan dampak terhadap mutu
yang perlu diperhitungkan dalam proses
pendidikan yang rendah pula.
pembelajaran, maka diperlukan upaya
kontribusinya paling besar,
guru
yang
rendah
Bertolak dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
Oleh
karena
melaksanakan sebagaimana
itu
proses
berkualitas
guru
pembelajaran
melalui
di
sekolah,
persoalan,
harus
berbagai
memiliki
pengalaman,
penanganan khusus oleh petugas khusus yaitu guru pembimbing (konselor).
guru merupakan tugas yang sangat berat.
Untuk
Peranan strategis guru termasuk
itu
untuk
guru pembimbing di sekolah menuntut
tugas-tugas
guru
pembinaan dan pengembangan yang
atas,
terus
disebutkan
di
menerus
dalam
menghadapi
diperlukan adanya sikap profesional
perkembangan tehnologi dan informasi
dari guru. Untuk menjadi profesi guru,
yang mengglobal dewasa ini. Upaya
tidak ubahnya menjadi profesi-profesi
meningkatan kemampuan profesional
yang lain, tetapi dengan perlakuan yang
guru
jauh
memerlukan pembinaan
kurang
penguatan
menguntungkan
dari
harkat dan martabatnya.
termasuk
menerus
melalui
guru
pembimbing, yang terus
supervisi
atau
Keberadaan guru yang tetap sentral
pengawasan. Pelaksanaan pengawasan
dalam keseluruhan proses pendidikan di
yang ditekankan pada proses kegiatan
sekolah,
bimbingan dan konseling lebih dikenal
tidak
sebanding
dengan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1639
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
dengan istilah supervisi bimbingan dan
upaya
konseling.
kesempatan kepada guru-guru untuk
Kontribusi
supervisi
yang
sifatnya
bimbingan dan konseling di sekolah
berkembang
memegang peranan yang sangat penting
sehingga
dalam suatu organisasi pendidikan.
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu
Kegiatan supervisi ini diduga dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses
meningkatkan kinerja guru termasuk
dan hasil pembelajaran. Djam’an Satori
kinerja
(dalam Depdiknas, 2004) mengatakan
guru
pembimbing.
Karena
secara
memberikan
mereka
profesional, lebih
berkaitan dengan pembinaan terhadap
bahwa
personal-personal
memungkinkan guru-guru memperoleh
dalamnya.
yang
Guru
terlibat
di
pembimbing
merupakan personil sekolah
kegiatan
mampu
arah diri
supervisi
dan belajar memecahkan
yang
sendiri masalah-masalah yang dihadapi
selalu berhadapan dengan berbagai hal
dalam pembelajaran dengan imajinatif,
dimana dirinya tidak dapat memecahkan
penuh inisiatif dan kreativitas, bukan
masalahanya secara menyeluruh tanpa
konformitas .
mendapat bantuan dari pihak lainnya
Kenyataan yang ada di lapangan
terutama dari pengawas sekolah bidang
juga menunjukan bahwa supervisi yang
bimbingan konseling. Guru, termasuk
dilakukan oleh pengawas sekolah lebih
guru pembimbing selalu berhadapan
menekankan pada dimensi administrasi.
dengan situasi yang setiap saat berubah,
Dimensi akademis/pembelajaran jarang
seperti kurikulum, tuntutan masyarakat,
sekali
pemenuhan kebutuhan hidupnya, dan
mendapatkan pembinaan akademis yang
lain sebagainya. Hal tersulit
yang
menyangkut strategi maupun metode
menghadapi
pembelajaran dan pelayanan, termasuk
dihadapi
guru
adalah
tersentuh.
juga
tuntutan
yang
Kedatangan pengawas ke sekolah lebih
cukup deras dari masyarakat sehingga
sering menanyakan mana program dari
membutuhkan perubahan kurikulum.
pada bagaimana proses berlangsung.
Dengan situasi itu, adakalanya guru
Supervisi yang hanya menitik beratkan
tidak siap menghadapi seorang diri
pada dimensi administrasi tidak akan
tanpa adanya bantuan dari pihak lain.
banyak berpengaruh pada peningkatan
Supervisi
perubahan
bimbingan
diobservasi
jarang
perubahan terutama masyarakat, yaitu terhadap
jarang
Guru-guru
kelas.
dan
hasil belajar siswa. Hasil belajar lebih
konseling perlu diarahkan pada upaya-
banyak dipengaruhi oleh prilaku guru
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1640
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
dalam mengelola pembelajaran di kelas. Tidak
efektifnya
supervisi
Iklim
kerja
(work
climate)
juga
adalah suasana kerja di tempat mereka
berdampak terhadap rendahnya kinerja
bekerja yang ditandai dengan adanya
guru termasuk guru pembimbing.
rasa aman, tenang,
Dari pengamatan lapangan dan
tenteram dan
nyaman, serta terjadinya interaksi yang
hasil wawancara dengan beberapa guru
baik
pembimbing
sekolah
keterbukaan, terciptanya suasana ceria,
(SMA) pada penelitian awal, ditemukan
tradisi-tradisi, dan pelaksanaan kerja
beberapa
yang
dari personalia tersebut yang dilandasi
rendahnya
ketertiban, rasa tanggung jawab dan
kinerja guru pembimbing antara lain:
kepuasan kerja. Iklim kerja guru juga
(1) pelaksanaan supervisi yang belum
harus diperhatikan sebagai salah satu
efektif, baik yang dilakukan oleh kepala
indikator dalam peningkatan kualitas
sekolah,
guru. Iklim kerja sekolah tempat guru
di
faktor
mengindikasikan
beberapa
penyebab masih
maupun
oleh
pengawas
antara
personil,
adanya
sekolah di bidang bimbingan dan
melaksanakan
konseling, (2) iklim kerja sekolah yang
lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan
kurang kondusif, dan (3) motivasi kerja
nilai-nilai. Kondisi lingkungan ini akan
guru yang sangat rendah.
mempengaruhi prilaku warga sekolah
guru
Beberapa
pembimbing mengaku tidak
dalam
tugas
melaksanakan
meliputi
tugas
pernah disupervisi. Kepala sekolah dan
tanggung
pengawas sekolah khususnya pengawas
(dalam
dibidang bimbingan dan konseling yang
Berdasarkan pendapat tersebut, maka
melakukan
iklim kerja harus diperhatikan dalam
supervisi
juga
belum
jawabnya,
dan
Sumantra
Sukmadinata Yasa,
2004).
memiliki kemampuan yang memadai.
penyelenggaraan pendidikan
Kenyataan ini mengakibatkan guru
menghasilkan kualitas sumber daya
pembimbing tidak mempunyai acuan
manusia yang handal.
yang
jelas,
sehingga
kinerjanya
terkesan masih rendah. Demikian
juga
Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap kinerja
iklim
kerja
untuk
termasuk
guru
pembimbing
guru, dalam
sekolah yang belum menempatkan guru
pelaksanaan tugasnya adalah motivasi
pembimbing secara profesional juga
kerja. Motivasi merupakan salah satu
berdampak terhadap rendahnya kinerja
aspek
guru pembimbing.
menunjang
yang sangat penting dalam keberhasilan
pencapaian
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1641
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
tujuan
organisasi.
(2004)
komitmen pemerintah secara normatif
(motivation)
untuk meningkatkan mutu pendidikan
diartikan sebagai kekuatan, dorongan,
melalui peningkatan kinerja guru, maka
kebutuhan, semangat, tekanan, atau
dipandang perlu untuk mengadakan
mekanisme psikologis yang mendorong
penelitian tentang kontribusi supervisi
individu atau kelompok orang untuk
bimbingan dan konseling, iklim kerja
mencapai hasil tertentu sesuai dengan
sekolah dan motivasi kerja terhadap
apa yang dinginkan.
kinerja guru pembimbing pada SMA
mengatakan
Danim
ISSN 1858 – 4543
motivasi
Dalam
tugas,
Negeri di Kabupaten Badung. Tujuan
motivasi merupakan salah satu aspek
yang ingin dicapai antara lain, untuk
yang sangat penting. Sering terjadi
mengetahui: (1) Kontribusi supervisi
bahwa
yang
bimbingan konseling terhadap kinerja
bukan
guru pembimbing (2) Kontribusi iklim
disebabkan oleh kemampuannya yang
kerja sekolah terhadap kinerja guru
kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya
pembimbing (3) Kontribusi motivasi
motivasi
kerja
tidak
kerja terhadap kinerja guru pembimbing
berusaha
untuk mengerahkan seluruh
dan (4) Kontribusi supervisi bimbingan
potensi dirinya sesuai dengan tuntutan
konseling, iklim kerja sekolah dan
profesinya dan layanan bimbingan dan
motivasi kerja terhadap kinerja guru
konseling.
pembimbing SMA Negeri di Kabupaten
guru
kinerjanya
pelaksanaan
pembimbing kurang baik,
sehingga
ia
Berdasarkan dari uraian-uraian
Badung.
di atas dapat diketahui bahwa ada
Manfaat
yang
ingin dicapai
hubungan-hubungan antara supervisi
dalam penelitian ini adalah
bimbingan dan konseling, iklim kerja
hasilnya dapat dijadikan: (1) sebagai
sekolah dan motivasi kerja terhadap
bahan
kinerja guru pembimbing, baik secara
kembali
sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
memperbaiki
Akan tetapi bagaimana pengaruhnya
melaksanakan
dan seberapa besar kontribusinya perlu
jawabnya sebagai guru pembimbing
dilakukan penelitian lebih jauh. Untuk
yang profesional dengan meningkatkan
itulah penelitian ini penting dilakukan.
motivasi kerjanya. (2) Bagi supervisor
Dan selain itu ada sisi menarik untuk
bimbingan konseling, untuk menambah
dikaji dan dicermati sejalan dengan
wawasan bahwa betapa pentingnya
masukan
untuk
dan
sekaligus kinerjanya tugas
dan
bahwa
mengkaji untuk dalam tanggung
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1642
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
supervisi bimbingan konseling dalam
kegiatannya mencakup tiga hal, yaitu
meningkatkan
(1)
kinerja
guru
mengontrol/mengawasi
pembimbing. (3) Bagi kepala sekolah,
bimbingan
untuk
memberikan
menambah
betapa kerja
wawasan
bahwa
pentingnya penciptaan iklim sekolah
dalam
dan
kegiatan
konseling, pembinaan,
(2) (3)
memotivasi guru pembimbing dalam
meningkatkan
bekerja. Kontrol/pengawasan dilakukan
kinerja guru pembimbing. (4) Bagi
oleh pengawas sekolah/kepala sekolah
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah
melalui monitoring proses bimbingan
Raga
konseling,
Kabupaten
Badung,
dapat
melakukan
dijadikan masukan untuk penetapan
pribadi
kebijakan pembinaan Profesioanlisme
teman sejawatnya dan sebagian siswa.
guru pembimbing pada jenjang SMA di
Pembinaan
Kabupaten Badung. (5) Bagi pihak
pengembangan
terkait dan peneliti lain, hasil penelitian
pembimbing
ini dapat menambah wawasan tentang
pengetahuan guru pembimbing dalam
kontribusi
memberikan
supervisi
bimbingan
dengan
guru
percakapan pembimbing,
dilakukan
untuk
profesional serta
guru
memperluas
pelayanan
bimbingan
konseling, iklim kerja sekolah dan
konseling dan memotivasi dilakukan
motivasi kerja
terhadap kinerja guru
untuk memberikan dorongan agar guru
pembimbing SMA Negeri di Kabupaten
pembimbing mau melaksanakan tugas
Badung.
dan tanggung jawabnya secara oftimal.
Secara
konsep
supervisi
Ikim
kerja
penelitian
pembinaan-pembinaan
yang
menurut Depdiknas (2000) dan teori
merupakan rangkaian usaha pemberian
dari Halpin dan Croft (1971) yang
bantuan kepada guru, terutama bantuan
menyatakan bahwa iklim kerja sekolah
yang
atau
sebagai suasana kerja yang ada di
yang
lingkungan
berwujud
pelayanan
bimbingan
profesional,
dilakukan
oleh
baik
kepala
digunakan
dalam
bimbingan konseling diartikan sebagai guru
ini
sekolah
sekolah
yang
pendapat
meliputi
sekolah,
suasana kerja secara fisik dan suasana
pengawas sekolah, dan Pembina lainnya
kerja secara psikologis. Iklim kerja
untuk
sekolah secara fisik meliputi keadaan
meningkatkan
kinerja
guru
pembimbing
fisik, tertib, rindang, sejuk dan indah.
Bafadal bahwa
(1991),
menyatakan
Sedangkan iklim kerja sekolah secara
pelaksanaan
supervisi
fsikologis diartikan sebagai suasana
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1643
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
kerja yang kondusif, dimana setiap
needs), dan kebutuhan aktualisasi diri
warga sekolah merasakan lingkungan
(self actualization needs)
sekolah yang aman, bersih, indah, tertib,
Menurut Maslow kebutuhan tiap
rindang dan hubungan kekeluargaan
manusia tumbuh secara progresip, yaitu
yang harmonis antara warga sekolah
ketika
serta
terpuaskan,
terjaminnya
kesehatan kerja. sekolah
yang
keselamatan
dan
Dengan iklim kerja kondusif
ini
akan
kebutuhan maka
bersangkutan
terutama
orang
mengaktualisasikan
kebutuhan
tidak
Pada dasarnya tiap akan
puas
dengan
kreativitas,
pemenuhan hanya dengan satu atau
inovasi, kerjasama dan kompetensi yang
beberapa kebutuhan. Dalam konsef ini
sehat dalam mengupayakan pencapaian
kebutuhan yang pertama yang harus
tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
dipenuhi
Iklim kerja dapat tercapai melalui suatu
kebutuhan fisiologis. Setelah kebutuhan
kepemimpinan
pertama terpuaskan, kebutuhan lebih
dukungan
ide,
lebih
yang
berikutnya yang lebih tinggi lagi sampai yang tertinggi.
untuk
rendah
individu
mencari
mempengaruhi setiap warga sekolah guru
tingkat
yang
sarana
pendidikan.
efektif dan
prasarana
berikutnya
akan
adalah
menjadi
kebutuhan utama, yaitu kebutuhan akan
mengacu kepada teori
keamanan dan rasa aman. Kebutuhan
kebutuahn (need theory) dari “Abraham
ketiga akan muncul setelah kebutuhan
H. Maslow” dan teori pengharapan
kedua terpuaskan. Proses ini berjalan
(expectancy
terus sampai terpenuhinya
theory)
kerja
tinggi
dahulu
dalam
penelitian ini
Motivasi
dan
terlebih
dari
“Stoner,
Freeman dan Gilbert”.
Freeman dan Gilbert (dalam Ernie
Maslow (dalam Yudana, 2008), menyatakan
bahwa
Stoner,
orang-orang
Tisnawati Sule, 2005), berpendapat motivasi berprilaku dan bekerja sangat
termotivasi untuk berprilaku dalam
tergantung
pekerjaannya
memenuhi
penghargaan
kebutuhannya yang terdiri dari lima
berdasarkan
tingkatan kebutuhan; yaitu: kebutuhan
pekerjaan yang dilakukan. Terdapat tiga
fisiologis (physical needs), kebutuhan
komponen
keamanan (safety and security needs),
pengharapan yaitu: (1) pengharapan
kebutuhan sosial (social/belongengnss
terhadap hasil yang diperoleh (outcome
needs), kebutuhan penghargaan (esteem
performance expectancy), (2) dorongan
untuk
pada yang
berbagai akan
tingkatan
utama
pilihan diperoleh
prilaku
dari
dan
model
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1644
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
terhadap motivasi (valence) dan (3)
menurut TB Syafri Mangkuprawira
pengharapan akan usaha yang perlu
yang menyatakan bahwa kinerja adalah
dilakukan. Lebih jauh dikatakan bahwa
hasil yang dicapai oleh seseorang dari
setiap orang memiliki harapan terhadap
proses melaksanakan pekerjaan menurut
sesuatu yang akan diperoleh jika ia
ukuran yang berlaku untuk pekerjaan
menunjukkan prilaku tertentu. Seorang
yang bersangkutan. Untuk itu dapat
yang
kerjanya
dikatakan bahwa kinerja guru adalah
mungkin memiliki perkiraan perbaikan
hasil dari proses pekerjaan yang dicapai
terhadap apa yang ia peroleh, seperti
oleh guru dalam melaksanakan tugas-
bonus,
tugas
memperbaiki
pujian,
terhadap
cara
insentif.
Dorongan
motivasi
merupakan
kelanjutan dari pengharapan dimana
guru
berlaku
menurut
untuk
ukuran
pekerjaan
yang profesi
keguruan.
orang akan termotivasi dalam bekerja jika ia memperkirakan bahwa dengan kinerja
yang
baik
berakibat
II. METODE PENELITIAN
pada
Dilihat
dari
pendekatannya,
perolehan yang semakin baik seperti
penelitian ini termasuk penelitian ex-
mendapatkan bonus atau penghargaan
post facto
lainnya. Sedangkan pengharapan akan
(2002) adalah penelitian yang dilakukan
usaha yang perlu dilakukan adalah
untuk meneliti peristiwa yang telah
merupakan lanjutan dari dua komponen
terjadi,
diawal
kebelakang melalui data tersebut untuk
tadi.
Jika
seseorang
telah
yang menurut Sugiyono
yang
kemudian
mengetahui bahwa dari suatu tindakan
menemukan
akan memberikan hasil atau balasan
terjadinya
yang memang memadai dan sesuai
Berdasarkan metodenya, penelitian ini
dengan harapan dan dirinya kemudian
menggunakan
akan termotivasi olehnya, maka orang
dengan rancangan penelitian asosiatif.
tersebut akan menindak lanjuti dengan
Sugiyono (2002) mengatakan penelitian
tindakan
asosiatif
yang
akan
memberikan
faktor-faktor
merunut
peristiwa
yang
metode
adalah
penyebab diteliti.
kuantitatif
penelitian
yang
balasan atau imbalan yang terbaik
bertujuan untuk meneliti kemungkinan
baginya dan ia akan berusaha untuk
hubungan
antar
variabel.
terus meningkatkan kinerjanya.
hubungan
yang
dimaksud
Kinerja guru pembimbing dalam penelitian
ini
digunakan
pendapat
Bentuk yaitu
hubungan kausal, karena penelitian ini berusaha
untuk
mencari
besarnya
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1645
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
kontribusi variabel supervisi bimbingan
kinerja guru pembimbing dikumpulkan
konseling X1 , iklim kerja sekolah X 2
dengan menggunakan kuesioner dengan
, dan motivasi kerja X3 , terhadap
mengacu pada skala Likert dengan
kinerja guru pembimbing (Y) pada
pilihan jawaban terdiri dari lima pilihan berjenjang. Untuk analisis kuantitatif,
SMA Negeri di Kabupaten Badung. Penelitian ini termasuk deskriptif, karena hanya untuk mengukur variabel yang ada dan tidak memanipulasi
maka pilihan jawaban tersebut diberi skor 1 sampai 5 dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Untuk
variabel. Penelitian ini juga termasuk kategori penelitian survey, karena data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan
menggunakan
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung yang berjumlah 37 orang dan 32 orang Responden
penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
sampling
purposive
dengan
pertimbangan guru pembimbing berlatar
pernyataan positif yang menunjukkan indikasi mendukung terhadap indikator dari variabel yang diungkap, diberi skor
Setuju(SS), skor 4 untuk jawaban “Sering” (SR)/”Setuju(S), skor 3 untuk jawaban
konseling. penelitian
ini,
data
dikumpulkan melalui dua cara; yaitu: dokumentasi Dokumentasi
dan
kuesioner.
digunakan
untuk
mengumpulkan data sekolah dan jumlah guru
pembimbing
masing-masing
yang
SMA
ada Negeri
pada di
Kabupaten Badung. Sedangkan data tentang supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, motivasi kerja, dan
“Kadang-Kadang”
(KK)/”Tidak Tentu/Tidak Tahu(TT)”, skor
2
untuk
jawaban
“Jarang”
(JR)/Tidak Setuju(TS)”, dan skor 1 untuk
jawaban
“Tidak
Pernah”
(TP)/Sangat Tidak Setuju(STS)”. (2) Untuk
belakang pendidikan bimbingan dan
Dalam
atau
5 untuk jawaban “Selalu” (SL)/”Sangat
tehnik angket dan observasi.
dijadikan
pertanyaan
pertanyaan-
pertanyaan
negatif
diberikan
skor
sebaliknya.
Untuk
jawaban
yang
menunjukkan
dukungan
terhadap
indikator variabel pada pertanyaan atau pernyataan negatif diberikan skor 1 untuk jawaban “Selalu” (SL)/”Sangat Setuju(SS), skor 2 untuk jawaban “Sering” (SR)/”Setuju(S)” skor 3 untuk jawaban
“Kadang-Kadang”
(KK)/”Tidak Tentu/Tidak Tahu(TT)”, skor
4
untuk
jawaban
“Jarang”
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1646
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
(JR)/”Tidak setuju(TS)”, untuk
jawaban
ISSN 1858 – 4543
dan skor 5
“Tidak
Pernah”
(TP)/”Sangat Tidak Setuju(STS)”.
berikut:
langkah-langkah (1)
deskripsi
sebagai
data,
Kabupaten Badung melalui persamaan
garis regresi
Proses analisis data prosesnya mengikuti
para guru pembimbing SMA Negeri di
Y
= 130,485 + 0,439X1
dengan Freg = 25,857 (p<0,05) dengan kontribusi
sebesar
46,30%.
Dalam
(2)
penelitian ini ditemukan korelasi yang
persyaratan analisis, dan (3) pengujian
signifikan antara supervisi bimbingan
hipotesis.
konseling
Hasil analisis data digunakan
dengan
pembimbing
sebesar
kinerja
guru
0,680
dengan
sebagai acuan untuk mendeskripsikan
p<0,05. Hal ini berarti makin baik
dan
kecenderungan
supervisi bimbingan konseling, makin
setiap variabel penelitian. Norma yang
baik kinerja guru pembimbing. Variabel
digunakan adalah norma absolut skala
supervisi bimbingan konseling dapat
lima seperti di bawah ini.
menjelaskan makin tingginya kinerja
menggambarkan
Kriteria
Klasifikasi Sangat baik/ sangat tinggi Baik/tinggi Sedang Kurang/rendah Sangat kurang/ sangat rendah
Mi + 1,5 SDi
Mi + 0,5 SDi - < Mi + 1,5 SDi Mi – 0,5 SDi - < Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi - < Mi – 0,5 SDi < Mi – 1,5 SDi
Berdasarkan
tujuan
penelitian
yang telah dirumuskan di atas, data yang telah terkumpul dalam penelitian
guru pembimbing sebesar 22,23%. Ini dapat dijadikan suatu indikasi bahwa supervisi bimbingan konseling dapat dipakai sebagai prediktor kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung atau dengan kata lain
bahwa
supervisi
bimbingan
konseling berkontribusi terhadap kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di
ini dianalisis dengan tehnik regresi,
Kabupaten Badung. Sumbangan efektif
korelasi dan analisis determinasi.
(SE)
variabel
konseling
hasil
pengolahan
menunjukkan
bahwa:
Bila
data
dengan statistik program SPSS 16.0, for window
terhadap
bimbingan
kinerja
guru
pembimbing sebesar 22,23%.
III. HASIL PENELITIAN Dari
supervisi
(1)
dikaitkan dengan
hasil
penelitian yang diperoleh, supervisi yang
dilakukan
terhadap
kegiatan
terdapat kontribusi supervisi bimbingan
bimbingan konseling yang dilaksanakan
konseling
guru pembimbing merupakan salah satu
terhadap
kinerja
guru
pembimbing, secara signifikan pada
komponen
dari
sistem
manajemen
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1647
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
persekolahan. Pengawasan (controlling)
untuk memberikan kepuasan semua
sebagai implementasi atau perwujudan
pihak yang membutuhkan. (2) terdapat
dari sistem pengendalian manajemen
kontribusi iklim kerja sekolah terhadap
dan secara teknis operasional dilakukan
kinerja
oleh pejabat fungsional yang disebut
signifikan melalui persamaan
pengawas sekolah. Salah satu tugas
regresi:
pengawas
sekolah
Freg
supervisor
yang
melakukan
supervisi
adalah
sebagai
guru
Y
=
pembimbing,
secara garis
= 99,358 + 0,591X2 dengan 25,010
(p<0,05).
Dalam
berkewajiban
penelitian ini ditemukan korelasi yang
terhadap
signifikan antara iklim kerja sekolah
manajemen sekolah, kegiatan belajar
dengan
dan bimbingan konseling. Supervisi
sebesar 0,674 (p < 0,05) dengan
tersebut
maksud
kontribusi sebesar 45,50%. Ini berarti,
untuk mencari perbandingan antara apa
makin baik iklim kerja sekolah, maka
yang diharapkan dengan apa yang
makin
terjadi (elekto). Hasil penemuannya
pembimbing.
berupa informasi-informasi mengenai
sekolah
apa yang terjadi (detektor), kemudian
tingginya kinerja guru pembimbing
dikomuni-kasikan
sebesar 45,50%, ini dapat dijadikan
dilakukan
dengan
ke
jaringan
kinerja
baik
guru
pula
pembimbing
kinerja
guru
iklim
kerja
Variabel
dapat
menjelaskan
makin
komunikasi (communication network),
suatu
selanjutnya di sampaikan ke kompenen
sekolah berkontribusi terhadap kinerja
lain (komponen pengendalian kepala
guru pembimbing pada SMA Negeri di
sekolah dan komite sekolah, sekolah
Kabupaten Badung. Sumbangan efektif
dan guru). Berdasarkan temuan tersebut,
(SE)
pengawas
terhadap
melakukan
komunikasi
dengan guru sehubungan pelaksanaan
maupun
bahwa
variabel iklim kinerja
iklim
kerja
guru
kerja
sekolah
pembimbing
sebesar 23,77%.
bimbingan konseling, baik menyangkut administrasi
indikasi
Hasil
penelitian
ini
sesuai
pelaksanaan
dengan apa yang dikatakan oleh Hoy
bimbingan dalam bentuk, bimbingan,
dan Miskel (1978) yang menyatakan
pembinaan, dan contoh, sehingga terjadi
bahwa
perubahan perilaku yang sesuai dengan
merupakan produk akhir dari interaksi
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan
antar kelompok pada suatu organisasi
ini
bertahap,
untuk mencapai keseimbangan antara
berkesinambungan
dimensi organisasi dengan dimensi
dilaksanakan
menyeluruh,
dan
secara
iklim
kerja
organisasi
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1648
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
individual. Produk-produk ini meliputi
kepemimpinan
nilai-nilai kepercayaan sosial dan sosial
dukungan
standar.
pendidikan.
Lebih
menyatakan
jauh
dan
dan
prasarana
Bila dicermati ketiga pendapat
organisasi adalah lingkungan manusia
di atas, maka dapatlah dipetik makna
dalam suatu organisasi sebagai tempat
bahwa
mereka melaksanakan tugas. Hal ini
dasarnya menyangkut situasi dalam
juga dipertegas dalam teori dari Halpin
organisasi, baik kondisi fisik maupun
dan Croft (1971) yang menyatakan
kodisi sosial yang berkaitan dengan
bahwa iklim kerja sekolah sebagai
interaksi hubungan antar orang-orang di
suasana kerja yang ada di lingkungan
dalamnya termasuk lingkungan kerja.
sekolah yang meliputi suasana kerja
Iklim kerja organisasi yang kondusif
secara fisik dan suasana kerja secara
mampu memberikan rasa aman, nyaman
psikologis. Iklim kerja sekolah secara
dan
fisik meliputi keadaan fisik, tertib,
organisasi
rindang, sejuk dan indah. Sedangkan
aktivitas
iklim kerja sekolah secara fsikologis
bersama-sama
diartikan sebagai suasana kerja yang
berulang-ulang untuk mencapai tujuan
kondusif, dimana setiap warga sekolah
yang diinginkan. Oleh karena itu suatu
merasakan lingkungan sekolah yang
organisasi akan terdiri dari suatu sistem,
aman, bersih, indah, tertib, rindang dan
proses kerjasama atau interaksi antar
hubungan kekeluargaan yang harmonis
peran dan tujuan. Bila interaksi tersebut
antara warga sekolah serta terjaminnya
berlangsung dengan baik dan didukung
keselamatan
oleh
dan
iklim
iklim
sarana
efektif
kerja
Dengan
bahwa
Davis (1981)
yang
kesehatan
kerja
kerja.
sekolah
yang
iklim
kerja
menyenangkan. di yang
rasa
menyenangkan
sekolah
Dalam
dalamnya
suatu terdapat
dilakukan dengan
aman,
pada
secara
teratur
dan
nyaman
dan
orang
yang
maka
kondusif ini akan mempengaruhi setiap
melakukan aktivitas di dalamnya akan
warga sekolah terutama guru untuk
melaksanakan
lebih
ide,
senang. Begitu pula dalam organisasi
dan
sekolah, bila lingkungan kerja itu
mengaktualisasikan
kreativitas,
inovasi,
kompetensi
yang
kerjasama
tugas
rasa
sehat
dalam
menyenangkan
pencapaian
tujuan
termasuk guru akan melaksankan tugas
sekolah yang lebih ditetapkan. Iklim
dengan rasa senang sehingga secara
kerja dapat tercapai melalui suatu
keseluruhan produktivitas kinerja guru
mengupayakan
maka
dengan
karyawan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1649
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
akan baik. Dengan demikian, sangatlah
menghasilkan merupakan syarat pokok
tepat bila variabel iklim kerja sekolah
yang istimewa bagi manusia yang
dilibatkan dalam penelitian ini dan telah
langsung berpengaruh terhadap tingkat
terbukti bahwa iklim kerja mempunyai
dan mutu kinerja guru pembimbing. (4)
hubungan
terdapat kontribusi secara bersama-
yang
signifikan
dengan
kinerja guru pembimbing pada SMA
sama
Negeri di Kabupaten Badung.
(3)
konseling, iklim kerja sekolah, dan
kerja
motivasi kerja terhadap kinerja guru
pembimbing
pembimbing secara signifikan pada para
secara signifikan melalui persamaan
guru pembimbing SMA Negeri di
terdapat
kontribusi
terhadap
kinerja
garis regresi
Y
motivasi
guru
= 82,258 + 0,843X3
antara
supervisi
bimbingan
Kabupaten Badung melalui persamaan
dengan Freg = 26,061 (p<0,05). Dalam
garis regresi
penelitian ini ditemukan korelasi yang
0,309X2 + 0,370X3 dengan Freg = 18,388
signifikan antara motivasi kerja dengan
(p<0,05). Ini berarti secara bersama-
kinerja guru pembimbing sebesar 0,682
sama
(p < 0,05) dengan kontribusi sebesar
konseling, iklim kerja sekolah, dan
46,50%. Hal ini berarti makin tinggi
motivasi
motivasi kerja, maka makin baik pula
tingkat kecenderungan kinerja guru
kinerja guru pembimbing. Variabel
pembimbing pada SMA Negeri di
motivasi kerja dapat menjelaskan makin
Kabupaten Badung. Dengan kata lain
tingginya kinerja guru pembimbing
bahwa supervisi bimbingan konseling,
sebesar 46,50%, ini dapat dijadikan
iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja
sebagai indikasi bahwa motivasi kerja
berhubungan
berhubungan
guru
pembimbing pada SMA Negeri di
pembimbing pada SMA Negeri di
Kabupaten Badung. Dari hasil analisis
Kabupaten Badung. Sumbangan efektif
juga diperoleh koefisien korelasi ganda
(SE) variabel motivasi kerja terhadap
sebesar
kinerja guru pembimbing
berarti, secara bersama-sama supervisi
dengan
kinerja
sebesar
variabel supervisi bimbingan
kerja
Hasil penelitian yang diperoleh
sekolah,
dapat
dengan
menjelaskan
kinerja
guru
0,814 dengan p<0,05. Ini
bimbingan
20,40%.
= 69,254 + 0,211X1 +
Y
konseling, dan
motivasi
iklim kerja
kerja guru
sesuai dengan apa yang dikemukakan
berkontribusi positif dengan kinerja
oleh Zainun (1989) bahwa
faktor
guru pembimbing pada SMA Negeri di
motivasi
untuk
Kabupaten Badung sebesar 66,40%.
dan
kemampuan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1650
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Makin
baik
supervisi
bimbingan
ISSN 1858 – 4543
IV.
PENUTUP
konseling, makin baik iklim kerja
Berdasarkan hasil analisis dapat
sekolah, dan makin tinggi motivasi
disimpulkan
kerja, makin tinggi pula kinerja guru
bimbingan
pembimbing.
koefisien
secara signifikan dengan kinerja guru
determinasi ketiga variabel tersebut,
pembimbing pada SMA Negeri di
tidak
variabel-
Kabupaten Badung. Upaya-upaya yang
variabel tersebut dapat memprediksikan
dapat dilakukan untuk meningkatkan
kinerja guru pembimbing.
efektivitas
Bila dilihat
sepenuhnya
bahwa
bahwa:
(1)
konseling
supervisi
berkontribusi
supervisi
bimbingan
Kegiatan supervisi merupakan
konseling adalah: (a) supervisi yang
aktivitas pembinaan yang dilakukan
dilakukan harus mampu menciptakan
baik oleh kepala sekolah maupun oleh
hubungan
yang
harmonis
pengawas
supervisor
dan
guru.
sekolah
bimbingan
kualitas dalam
dilakukan
Hubungan
guna
kemanusiaan yang diciptakan harus
guru
bersifat
melaksanakan
kegiatan bimbingan dan Pembinaan
bidang
konseling
meningkatkan pembimbing
dalam
antara
konseling. dengan
terbuka,
kesetiakawanan,
informal, baik antara pengawas dengan guru maupun dengan pihak lain yang terkait.
Oleh
sebab
itu,
dalam
memberikan layanan dan dorongan.
pelaksanaan supervisi, maka supervisor
Layanan dan dorongan yang diberikan
harus menunjukkan sifat-sifat, seperti:
berupa pemenuhan kebutuhan baik
suka membantu, memahami, terbuka,
kebutuhan
jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh
guru
sebagai
pribadi,
maupun kebutuhan guru dalam rangka
humor;
memenuhi tuntutan tugasnya. Dalam
secara
memberikan layanan dan dorongan
berkesinambungan.
harus
tugas bersifat sambilan yang hanya
berdasarkan
pedoman
dan
(b)
supervisi
dilaksanakan
berencana
dan
Supervisi
sewaktu-waktu
bukan
menggunakan teknis serta disesuaikan
dilakukan
dengan kebutuhan yang diinginkan
kesempatan. Perlu dipahami, supervisi
guru, sehingga pelaksanaaan supervisi
merupakan salah satu essential function
dapat efektif. Dengan adanya supervisi
dalam keseluruhan program sekolah.
yang efektif dapat meningkatkan kinerja
Apabila
guru pembimbing.
guru
jika
ada
telah
berhasil
mengembangkan
dirinya,
tidaklah
berarti
tugas
selesai
supervisor,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1651
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
melainkan
harus
tetap
ISSN 1858 – 4543
melakukan
multi
tujuan
supervisi,
berupa;
pembinaan secara berkesinambungan.
pengawasan kualitas, pengembangan
Hal
profesional,
tersebut
sangat
logis,
karena
motivasi
guru,
dan
masalah-masalah yang dihadapi dalam
komitmen guru; (f) supervisi bimbingan
pengelolaan pendidikan selalu muncul
konseling harus konstruktif, artinya
dan berkembang; (c) supervisi yang
supervisi bukanlah untuk mencari-cari
dilakukan harus bersifat demokratis,
kesalahan dan segi negatif daripada
artinya supervisor tidak boleh terlalu
guru. Justru dalam hal ini, supervisi
mendominasi, selalu aktif, kooperatif,
diarahkan
serta melibatkan guru secara partisipatif
pertumbuhan
dalam
dalam hal memahami dan memecahkan
pelaksanaan
karena
itu,
supervisi.
supervisi
direncanakan,
Oleh
sebaiknya
dikembangkan,
dan
untuk
mengembangkan
dan
kreativitas
persoalan-persoalan bimbingan dihadapi;
(g)
supervisi
guru
yang
bimbingan
dilaksanakan bersama oleh supervisor
konseling harus objektif, artinya bahwa
dan guru yang dibinanya, (d) program
penyusunan program supervisi harus
supervisi
didasarkan
bimbingan
konseling
kebutuhan
nyata
dalam
terintegrasi dengan program pendidikan
pengembangan profesional guru. Di
lainnya yang mempunyai tujuan sama,
samping
seperti:
program
keberhasilan
kesiswaan,
dan
administrasi,
sarana
prasarana.
instrumen
itu,
dalam
menentukan
program pengukurannya
supervisi, memiliki
Program supervisi bimbingan konseling
validitas dan reliabilitas tinggi, sehingga
dengan program-programnya itu harus
hasilnya dapat memotivasi guru dalam
tercipta
mengembangkan
hubungan
yang
bersinergis,
dan
supervisi
bimbingan
harmonis,
terintegrasi;
(e)
konseling
profesionalismenya,
dan (h) hasil pelaksanaan supervisi perlu
ditindaklanjuti
dengan
dilakukan secara komperhensif, artinya
memberikan reward kepada guru yang
supervisi mencakup keseluruhan aspek
telah mampu menjalankan tugas dengan
pengembangan
bimbingan
baik, sedangkan bagi guru yang belum
konseling, walaupun terdapat titik berat
menunjukkan kinerja yang baik perlu
pada aspek-aspek tertentu berdasarkan
pembinaan tetapi harus didasarkan atas
analisis
pengembangan
kesepakatan bersama antara guru dan
sebelumnya.
supervisor.(2) iklim kerja berkontribusi
Prinsip ini tiada lain untuk memenuhi
secara signifikan terhadap kinerja guru
bimbingan
program
kebutuhan konseling
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1652
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pembimbing pada SMA Negeri di
informasi yang relevan, mendiagnosis
Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil
masalah-masalah,
ini dapat dinyatakan bahwa iklim kerja
mengindentifikasi
dapat dimantapkan untuk meningkatkan
membantu
kinerja guru pembimbing pada SMA
masalahnya, dan (d) perlu diciptakan
Negeri di Kabupaten Badung. Upaya-
lingkungan
upaya yang dapat dilakukan untuk
nyaman, seperti tempat kerja perlu
meningkatkan iklim kerja adalah: (a)
ditata
meningkatkan
bawahan
dilengkapi, dan kebersihan tempat kerja
dalam proses organisasi. Makin aktif
perlu ditingkatkan. (3) motivasi kerja
bawahan, ikut serta dalam menentukan
berhubungan secara signifikan dengan
kerja organisasi, makin mereka merasa
kinerja guru pembimbing pada SMA
menyatu
Negeri
partisipasi
dengan organisasi,
makin
guru
dan strategi dalam
fisik
mengatasi
pekerjaan
dengan baik,
di
untuk
yang
fasilitas perlu
Kabupaten
Badung.
dirasakan bahwa tujuan organisasi milik
Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan
mereka, (b) hubungan atasan bawahan
bahwa motivasi kerja
tidaklah
meningkatkan kinerja guru pembimbing
harus
hubungan
dipandang
berhierarki
sebagai
yang
ketat,
pada
SMA
Negeri
diperdiksikan
di
Kabupaten
bagaikan hubungan antara majikan dan
Badung. Untuk itu, upaya-upaya yang
buruh kasar, melainkan seyogyanya
dapat dilakukan adalah: (a) menciptakan
berpedoman
budaya kompetitif dikalangan guru,
pada
pemimpin
dan
pengikut yang potensial. Hal yang
agar
mendukung terciptanya
meningkatkan prestasi kerja melalui
iklim
kerja
guru
berlomba-lomba
untuk
organisasi yang kondusif seyogyanya
perlombaan
seorang
dapat
profesionalisme,
sesuai
keharmonisan hubungan antara guru,
dengan bakat, kemampuan dan minat
pegawai dan kepala sekolah melalui
masing-masing
kegiatan-kegiatan
pemimpin
memperlakukan
bawahan
serta
dapat
peningkatan (b)
menjaga
rekreasi
bersama
mengarahkan dan memberi dorongan
sehingga tercipta suasana kekeluargaan
sehingga mereka merasa leluasa untuk
dan
mengemukakan
melaksanakan
keluhan,
pendapat,
pada
akhirnya
guru
senang
tugasnya,
(c)
harapan yang semuanya itu mendukung
memberikan pengakuan kepada guru
lancarnya proses pencapaian tujuan
yang menujukkan kinerja yang baik
kerja
melalui promosi jabatan wakil kepala
guru,
(c)
mengumpulkan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1653
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
sekolah sehingga memicu para guru lain
berkelanjutan,
untuk bersaing meningkatkan kinerja,
merupakan
(d) memberikan tanggung jawab yang
dalam meningkatkan kinerja, dan (e)
penuh kepada guru dalam melaksanakan
turut memberi andil pada penciptaan
tugasnya,
memberikan
iklim kerja sekolah yang kondusif
kesempatan pada guru untuk terus
sehingga dapat dijadikan spirit dalam
mengembangkan
diri melalui studi
menjalankan tugas. Selain itu guru
lanjut maupun kegiatan-kegiatan ilmiah
pembimbing juga harus meningkatkan
lainnya.
wawasan
dan
(e)
Sehubungan dengan temuan dan implikasi
di
atas
perlu
kiranya
(d)
faktor
motivasi yang
perkembangan
diri
terpenting
psikologis
siswa, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam upaya pemahaman
diperhatikan beberapa saran sebagai
individu/siswa
berikut (1) kepada guru pembimbing
pemberian
SMA Negeri di Kabupaten Badung
melakukan tindak lanjut kepada siswa
yang
melalui penelitian tindakan bimbingan.
merupakan
pemberian
layanan
ujung
tombak
bantuan
teknik-teknik kepada
siswa,
dan
(2) kepada supervisor/pengawas sekolah
konseling hendaknya selalu berupaya
dalam bidang bimbingan dan konseling.
mempertahankan kinerjanya yang telah
Secara
sangat baik dengan mengedepankan
variabel supervisi bimbingan konseling,
pelayanan yang profesional kepada
berkontribusi secara signifikan terhadap
siswa
perkembangan
kinerja guru pembimbing pada SMA
kepribadian seutuhnya secara optimal.
Negeri di Kabupaten Badung. Oleh
Oleh karena itu, beberapa hal yang
karena itu, beberapa hal yang perlu
perlu diperhatikan guru pembimbing
dilakukan
pada
sekolah/supervisor
ke
arah
SMA
Negeri
bimbingan
dan
di
Kabupaten
empirik
ditemukan
oleh
bahwa
pengawas dalam
bidang
Badung adalah: (a) berusaha secara
bimbingan konseling dalam rangka
maksimal
peningkatan kinerja guru pembimbing
diri
meningkatkan
melalui
membaca,
kompetensi mengikuti
adalah
dalam
melakukan
pelatihan, seminar, workshop dan studi
bimbingan
lanjut, (b) bersikap positif terhadap
dibekali kemampuan yang lebih dengan
profesi guru, (c) memandang supervisi
kemampuan guru pembimbing dalam
sebagai
dalam
segala aspek, sehingga dari supervisi
profesi
tersebut guru pembimbing merasakan
rangka
kebutuhan
individu
pengembangan
konseling
supervisi hendaknya
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1654
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
mendapat hal-hal yang baru berkaitan
senantiasa
dengan tugas dan fungsinya. Supervisi
informasi yang baru berkaitan dengan
yang dilakukan oleh pengawas sekolah
kemampuan dalam bidang bimbingan
dalam bidang bimbingan konseling
dan konseling. Artinya kepala sekolah
hendaknya lebih banyak memberikan
harus
bantuan, bimbingan arahan dan contoh
arahan dan bimbingan kepada guru
kepada guru dalam upaya meningkatkan
pembimbing tentang strategi-strategi
profesionalnya. Selain itu pengawas
bimbingan yang inovatif dan lebih
sekolah/supervisor
bidang
mengacu pada kebutuhan dan potensi
dalam
menggali
mampu
informasi-
memberikan
contoh,
bimbingan
konseling
hendaknya
yang dimiliki siswa. Selain itu dalam
senantiasa
memberikan
motivasi
upaya menciptakan iklim kerja sekolah
kepadaguru
pembimbing
melaksanakan
agar
kondusif,
kepala
sekolah
secara
hendaknya
senantiasa
profesional. Sesuai temuan penelitian
lingkungan
fisik
ini, pada beberapa aspek dari indikator
nyaman, seperti tempat kerja perlu
supervisi bimbingan konseling perlu
ditata
mendapatkan
(a)
dilengkapi, dan kebersihan tempat kerja
dalam
perlu ditingkatkan. Di samping itu,
konseling,
agar
motivasi kerja dapat ditingkatkan oleh
kepada
guru
kepala sekolah dengan memperhatikan
pembimbing secara terprogram dan
kebutuhan, kemampuan, dan pemberian
melakukan tindak lanjut hasil supervisi
reward berdasarkan kinerja. (4) kepada
tersebut. (b) meningkatkan wawasan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah
tentang lingkup kerja guru pembimbing
Raga Kabupaten Badung, hendaknya
sehingga
dapat
melakukan pembinaan secara rutin dab
dan terkontrol serta
berkelanjutan kepadakepala sekolah dan
pengawas bidang
perhatian
yaitu:
sekolah/supervisor
bimbingan
melakukan
terarah,
tugasnya
yang
supervisi
pelaksanaan jelas
tugas
pekerjaan
dengan baik,
yang
fasilitas perlu
profesional. (3) kepada kepala SMA
guru
Negeri
Badung
Badung. Melakukan penilaian kinerja
meningkatkan
dan melaksanakan tindak lanjut hasil
baik menyangkut
penilaian tersbut. Hal-hal yang dapat
hendaknya
di
Kabupaten selalu
profesionalisme, bidang
adminitratif,
peembimbing
menciptakan
di
Kabupaten
personal
dilakukan, antara lain: (a) memfasilitasi
maupun
edukatif.
Dalam
bidang
pertemuan-pertemuan guru pembimbing
edukatif,
kepala
sekolah
harus
dan MGBK/MGP bimbingan konseling,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1655
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
(b)
in
memprogramkan
ISSN 1858 – 4543
service
trainning (pendidikan dan latihan) bagi
variabel
lain
yang
berkontribusi
terhadap kinerja guru pembimbing.
guru pembimbing, (c) mengadakan workshop, seminar, diskusi panel untuk
DAFTAR PUSTAKA
guru
Arya
pembimbing
memperluas
sehingga
wawasan
pelaksanaan
tugas
pendidikan,
dapat tentang
dan
dunia
khususnya
menyangkut masalah
yang
bimbingan dan
konseling, (d) mengoptimalkan peran dan fungsi pengawas sekolah dalam bidang bimbingan konseling dalam memberikan kepada
pembinaan-pembinaan
guru
melakukan
pembimbing,
penilaian
(e)
kinerja
guru
termasuk kinerja guru pembimbing serta melakukan tindak lanjut,
(f)
meningkatkan dukungan sarana dan prasarana
pendidikan
kesejahteraan
guru
serta
dan
tenaga
kependidikan. (5) kepada peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian dengan populasi yang lebih luas mengingat hasil penelitian ini menemukan bimbingan
kontribusi konseling,
supervisi iklim
kerja
sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung,
dengan korelasi
Putra. Kontribusi Prilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Kerja Sekolah, dan Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 3 Singaraja. Tesis. Program Pasca Sarjana Undiksha Singaraja. 2005.
Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesionalisme Guru. Jakarta: Bumi Aksara. Danin,
Sudarwan. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Davis, K. 1981. Humen Behavior at Work: Organizationanl Behavior. New Delhi: Tat. Mc. Grow-Hill. Publishing Company. Ltd. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Indikator keberhasilan Kepala Sekolah SMK/BLPT. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. ………2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Kurikulum SMA 2004. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum ………2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas
kuat dan tinggi dengan kontribusi sebesar 66,40% serta mengembangkan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1656
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
………2006. Naskah Pengembangan silabus, Materi dan Penilaian Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta: Dirjen PMPTK. PPPG Keguruan Jakarta Bidang Pendidikan Jasmani Dan Bimbingan & Konseling. Erni
Tisnawati Sule, Kurniawan Seffullah. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media.
ISSN 1858 – 4543
Widja, I Ketut 1998. Pengelolaan Sekolah Dasar Sebagai Pondasi Pedidikan. Denpasar: Depdikbud Bali. Yudana, Made. 2004. Supervisi Akademik Teori dan Aplikasinya di Level sekolah. Singaraja: Undiksha, Program Pasca Sarjana. Zainun B. 1989. Manajemen Dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.
Likert. R. 1991. Organisasi Manusia. Terjemahan Oleh P. Suratno. 1986. Jakarta: Erlangga. Prayitno, 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. ………
2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
………2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D). Bandung: Alfabeta Sumantra Yasa Made. Ekspektasi Guru terhadap Kemampuan Kepemimpinan dan Sikap Kerja Kepala Sekolah dalam Hubungannya dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten TB.
Sjafri Mangkuprawira, Aida Vitayala Hubeis, 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1657
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
PENGARUH ASESMEN KINERJA DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS (Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Singaraja)
Arya Sudira, I Gede ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asesmen kinerja dan kreativitas siswa terhadap kemampuan menulis dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Singaraja semester 1 tahun pelajaran 2009/2010, dengan rancangan non-randomized post test only control group design dan faktorial 2 x 2 sebagai desain analisisnya. Sampel dalam penelitian ditentukan dengan teknik random sampling yang terdiri dari 4 kelompok dengan jumlah sebanyak 127 siswa kelas X. Data kreativitas siswa dikumpulkan dengan kuesioner kreativitas dan data mengenai kemampuan menulis dalam bahasa Inggris dikumpulkan dengan menggunakan tes menulis bahasa Inggris. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis varians (ANAVA) dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti asesmen kinerja dan siswa yang mengikuti asesmen konvensional (FA = 14.066; p < 0.05). Kemampuan menulis dalam bahasa Inggris siswa yang mengikuti asesmen kinerja lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti asesmen konvensional ( = 78.85 > = 74.67). (2) Terdapat perbedaan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti asesmen kinerja dan siswa yang mengikuti asesmen konvensional pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi (t = 5.822; p < 0.05). Kemampuan menulis dalam bahasa Inggris siswa yang memiliki kreativitas tinggi, yang mengikuti asesmen kinerja lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti asesmen konvensional ( = 85.76 > = 76.59). (3) Terdapat perbedaan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti asesmen kinerja dan siswa yang mengikuti asesmen konvensional pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah (t = 0.521; p < 0.05). Kemampuan menulis dalam bahasa Inggris siswa yang memiliki kreativitas rendah, yang mengikuti asesmen kinerja lebih rendah daripada siswa yang mengikuti asesmen konvensional ( = 71.94 < = 72.76). (4) Terdapat pengaruh interaksi antara asesmen dan kreativitas terhadap kemampuan menulis dalam bahasa Inggris siswa (FAB hitung = 20.160; p < 0.05). Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa asesmen dan kreativitas mempunyai pengaruh terhadap kemampuan menulis dalam bahasa Inggris siswa. Selanjutnya disarankan bahwa guru bahasa Inggris hendaknya menggunakan asesmen kinerja dalam pembelajaran. Kata kunci: asesmen, kreativitas, kemampuan menulis.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1658
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE EFFECT OF PERFORMANCE ASSESSMENT AND STUDENTS’ CREATIVITY TOWARDS STUDENTS’ WRITING ABILITY IN ENGLISH LESSON (An Experimental Study at SMA Negeri 1 Singaraja). Thesis. The Educational Research and Evaluation Study Program, Post Graduate Studies of Ganesha Educational University ABSTRACT This study aimed at finding out and analyzing the effect of performance assessment, and student creativity towards writing ability in English lesson. This experimental study was conducted at SMA Negeri 1 Singaraja in the academic year 2009/2010, with non-randomized post test only control group design and 2 x 2 factorial design of analysis. The class used as the sample was determined by random sampling technique of 4 groups consisted of 127 tenth grade students. The data on the students’ creativity were collected by questionnaire and those on writing ability were collected by writing test. The collected data were analyzed by two way ANOVA (Analysis of Variance). The results showed the followings: (1) the writing ability of the students who studied through performance assessment was higher than those who studied through conventional assessment, as shown by FA value of 14.066 at p < 0.05 and = 78,85 > = 74,67, (2) in the group of students who had high creativity, the students’ writing ability who studied through performance assessment was higher than those who studied through conventional assessment, as shown by t value of 5.822 at p < 0,05 and = 85,76 > = 76,59, (3) in the group of students who had low creativity, the students’ writing ability who studied through performance assessment was lower than those who studied through conventional assessment, as shown by t value of 0.521 at p < 0,05 and = 71,94 < = 72,76). (4) there was an interaction effect between assessment and creativity on students’ writing ability in English as shown by the FAB value of 20.160 at p < 0.05. Based on the findings, it can be concluded that assessment and creativity have significant effect on students’ writing ability. Furthermore, it is suggested to English teacher to use the performance assessment as an alternative in English learning. Key words : assessment, creativity, writing ability
pembelajaran
I. PENDAHULUAN Keterampilan
menulis
merupakan kemampuan dasar dalam berbahasa yang mutlak untuk dikuasai
menulis
harus
diberi
perhatian khusus, baik dari siswa maupun guru. Kenyataan
lapangan
siswa. Kemampuan menulis yang baik
menunjukkan
akan memberi manfaat baik di sekolah
menulis tidak ditangani sebagaimana
maupun dalam kehidupan sehari-hari
mestinya.
bagi
bahasa lebih difokuskan pada kegiatan
mereka.
Oleh
karena
itu,
Di
bahwa
di
kelas,
pembelajaran
pembelajaran
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1659
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pelajaran materi-materi teoritik dan
Selama
ini
pembelajaran
menghafalkan fakta-fakta dibandingkan
menulis di sekolah-sekolah, termasuk
dengan pembelajaran praktek
SMA
bertujuan agar siswa
yang
berhasil untuk
Negeri
1
menggunakan
Singaraja
pendekatan
telah proses.
mendapatkan nilai Ujian Nasional yang
Pendekatan ini lahir karena ada temuan
tinggi. Hal inilah yang mengakibatkan
penelitian
keterampilan menulis para siswa tidak
menulis yang bergeser dari hasil ke
memadai.
proses menulis dalam menghasilkan
Berkaitan dengan pembelajaran keterampilan
menulis,
mengenai
pembelajaran
tulisan. Peran pengajar dalam hal ini
Kurikulum
tidak hanya memberikan tugas menulis
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan menilai tulisan para pembelajar,
(2006:6) mengisyaratkan pembelajaran
tetapi juga membimbing pembelajar
menulis ditekankan untuk mencapai
dalam
kompetensi menulis secara efektif dan
1990:69). Senada dengan Tompkins,
efesien berbagai jenis karangan dalam
Marhaeni (2005:26) menyatakan bahwa
berbagai konteks dan tujuan. KTSP juga
menulis proses adalah suatu pendekatan
memberikan keleluasaan bagi guru
dalam
untuk
dan
mencoba menstimulasi proses yang
Hal ini
dialami seorang penulis, ketika menulis,
berkaitan dengan kompleksitas kegiatan
ke dalam pembelajaran menulis. Untuk
tulis menulis itu sendiri. Akhadiah
dapat menghasilkan tulisan yang logis
(1997:143)
bahwa
dan sistematik, pendekatan tersebut
bukanlah
dikembangkan melalui suatu proses
kemampuan yang diwariskan secara
menulis dengan penerapan pendekatan
turun-menurun, tetapi merupakan hasil
proses.
mengembangkan
variasi dalam
kemampuan
model
pengajaran.
menyatakan menulis
proses belajar mengajar dan ketekunan berlatih.
Untuk
keterampilan
menulis
memperoleh tidak
cukup
proses
menulis
pengajaran
Penilaian
(Tompkins,
menulis
merupakan
yang
faktor
penting yang tidak dapat dipisahkan dari
proses
pembelajaran. penggunaan
KTSP
dengan mempelajari tata bahasa dan
menyarankan
asesmen
mempelajari pengetahuan tentang teori
autentik dalam penilaian keterampilan
menulis, tetapi tumbuh melalui proses
menulis siswa. Asesmen autentik adalah
pelatihan.
bentuk penilaian, yang dalam ini, siswa menunjukkan tugas-tugas senyatanya
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1660
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
untuk
mendemonstrasikan (meaningful)
bermakna
ISSN 1858 – 4543
aplikasi tentang
Walaupun sangat
asesmen
dianjurkan
dalam
kinerja penilaian
pengetahuan dan keterampilan yang
kemampuan menulis, namun dalam
esensial
kenyataannya di kelas, sebagian besar
(Muller,
1989
dalam
Mc.Donald, 1992). Salah satu bentuk
guru
asesmen
asesmen
autentik
untuk
menilai
masih
menggunakan
konvensional.
model Penilaian
kemampuan menulis adalah asesmen
konvensional yang dilakukan oleh guru
kinerja.
hanya menilai hasil akhir tulisan siswa
Asesmen kinerja adalah suatu
setelah melalui tahapan menulis. Alasan
prosedur yang menggunakan berbagai
masih
bentuk tugas-tugas untuk memperoleh
konvensional ialah karena jumlah siswa
informasi
dan
yang relatif banyak pada tiap-tiap kelas
jangkauan yang telah dilakukan dalam
sehingga mengoreksi pekerjaan siswa
suatu
tahap demi tahap menghabiskan banyak
tentang
program.
menghendaki
sesuatu
Asesmen
siswa
tugas-tugas
yang
bermakna
dengan
kinerja
menyelesaikan kompleks
tetap
diterapkan
penilaian
waktu dan tenaga.
dan
Dampak
yang
muncul
dari
menggunakan
pembelajaran menulis dengan asesmen
pengetahuan sebelumnya, pengetahuan
konvensional adalah (1) siswa kurang
baru yang dipelajari saat ini, dan
termotivasi
keterampilan
meningkatkan
yang
relevan
untuk
untuk
berusaha
kemampuan
menulis
memecahkan problem realistik dan
siswa dalam bahasa Inggris, (2) siswa
autentik (Herman, Aschbacher, dan
tidak
Winters, 1992). Intinya asesmen kinerja
melakukan penilaian diri, (3) siswa
menginginkan peserta uji (examinee)
tidak mengetahui kriteria tulisan baik
harus menunjukkan keterampilan dan
sehingga
kompetensi
kelebihan dan
spesifiknya,
mengaplikasikan
keterampilan
seperti dan
utama
asesmen
kinerja
pengalaman
mereka
tidak
untuk
mengetahui
kekurangan masing-
masing.
pengetahuan yang mereka kuasai. Tiga komponen
memiliki
Menulis dalam bahasa Inggris adalah suatu proses kognitif dan kreatif.
adalah adanya tugas menulis (writing
Secara
kognitif,
task), kriteria penilaian, dan pedoman
merupakan suatu proses transaksi antara
pengeskoran.
skema penulis yang terdiri atas berbagai informasi baik
proses
informasi
menulis
linguistik
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1661
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
maupun
non-linguistik
dan
tulisan
(1) terbuka terhadap pengalaman baru
representasi
dan luar biasa, (2) luwes dalam berpikir
(simbol-simbol
sebagai
ujaran)
mengandung
yang
ISSN 1858 – 4543
potensi
dan
bertindak,
(3)
bebas
dalam
(4)
dapat
makna. Secara kreatif, proses menulis
mengekspresikan
dicirikan oleh munculnya ide-ide baru
mengapresiasi fantasi, (5) berminat
dan unik yang dirangkai secara unik
pada
pula dalam suatu karya tulis (Marhaeni,
percaya pada gagasan sendiri, dan (7)
2009).
kemandirian. Dalam
bahasa,
proses
pengembangan
pengajaran
diri,
kegiatan-kegiatan
Berdasarkan
kreatif,
paparan
(6)
tentang
dimensi
model asesmen dalam pembelajaran
kreativitas sangatlah penting dan dapat
menulis dan kreativitas siswa di atas;
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan
hal-hal itu perlu diungkap melalui
berbahasa. Kreativitas merupakan hal
penelitian.
yang penting dan menjadi salah satu ciri
selanjutnya diimplementasikan dalam
manusia
Rancangan
penelitian
yang
berkualitas.
suatu studi eksperimen untuk dilihat
(Munandar,1999:47)
menyatakan
perbedaan
pengaruhnya
bahwa kreativitas adalah kemampuan
kemampuan
menulis
seseorang untuk membuat kombinasi
bahasa Inggris.
baru berdasarkan data, informasi, atau
Penelitian
terhadap
siswa
ini
menyelidiki
unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga
pengaruh
didefinisikan sebagai kemampuan untuk
kreativitas
mencipta sesuatu yang baru, sebagai
menulis siswa dalam bahasa Inggris.
kemampuan untuk memberi gagasan-
Permasalahan
gagasan baru yang dapat diterapkan
berikut. (1) Apakah terdapat perbedaan
dalam
kemampuan menulis dalam
pemecahan
masalah,
atau
asesmen
dalam
kinerja
terhadap
dan
kemampuan
dirumuskan
sebagai
bahasa
kemampuan untuk melihat hubungan-
Inggris antara siswa yang mengikuti
hubungan baru antara unsur-unsur yang
pembelajaran dengan model asesmen
sudah ada sebelumnya.
kinerja dan siswa
Ada beberapa ahli menyatakan ciri-ciri
orang
kreatif.
yang mengikuti
pembelajaran dengan model asesmen
Menurut
konvensional? (2) Pada kelompok siswa
Munandar (1977:45), ada tujuh ciri
yang memiliki kreativitas tinggi, apakah
sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang
terdapat perbedaan kemampuan menulis
melekat pada orang-orang kreatif, yaitu
dalam bahasa Inggris antara siswa yang
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1662
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
mengikuti pembelajaran dengan model
kemampuan menulis dalam
asesmen
yang
Inggris pada kelompok siswa memiliki
mengikuti pembelajaran dengan model
kreativitas rendah antara siswa yang
asesmen
mengikuti pembelajaran dengan model
kinerja
dan
siswa
konvensional?
kelompok
siswa
kreativitas
rendah,
(3)
yang
Pada
memiliki
apakah terdapat
asesmen
kinerja
dan
siswa
asesmen
bahasa
mengetahui ada tidaknya
antara
siswa
yang
yang
mengikuti pembelajaran dengan model
perbedaan kemampuan menulis dalam Inggris
bahasa
konvensional,
(4)
untuk
pengaruh
mengikuti pembelajaran dengan model
interaksi antara model asesmen dan
asesmen
kreativitas
kinerja
dan
siswa
yang
terhadap
kemampuan
mengikuti pembelajaran dengan model
menulis dalam bahasa Inggris siswa
asesmen konvensional? (4) Apakah
pada mata pelajaran bahasa Inggris.
terdapat
pengaruh
interaksi
antara
Secara teoritis hasil penelitian
model asesmen dan kreativitas terhadap
ini
kemampuan menulis bahasa Inggris
sumbangan pikiran bagi perkembangan
siswa pada mata pelajaran bahasa
ilmu
Inggris?
bidang
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui
perbedaan
kemampuan menulis dalam
bahasa
diharapkan
dapat
pendidikan, yang
memberikan
khususnya berkaitan
dalam dengan
pembelajaran dan evaluasi pendidikan. Selain
itu,
hasil
diharapkan
penelitian
dapat
ini
memberikan
Inggris antara siswa yang mengikuti
konfirmasi atas teori tentang konsep
pembelajaran dengan model asesmen
penilaian
kinerja dan siswa yang mengikuti
pendidikan
pembelajaran dengan model asesmen
mantap
konvensional, (2) untuk mengetahui
dalam pembelajaran. Secara praktis,
perbedaan kemampuan menulis dalam
yang diharapkan disumbangkan oleh
bahasa Inggris pada kelompok siswa
penelitian ini adalah 1) guru pengampu
yang memiliki kreativitas tinggi antara
mata
siswa yang mengikuti pembelajaran
diharapkan dapat dipergunakan sebagai
dengan model asesmen kinerja dan
salah satu alternatif untuk mengatasi
siswa yang mengikuti pembelajaran
permasalahan yang berkaitan dengan
dengan model asesmen konvensional,
pembelajaran keterampilan menulis, (2)
(3)
praktisi
untuk
mengetahui
perbedaan
kinerja
sehingga
memiliki
untuk
pelajaran
konsep
praktik yang
melaksanakannya
bahasa
pendidikan
di
Inggris
diharapkan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1663
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
penelitian ini menjadi salah satu acuan
Dalam penelitian ini akan dikaji
empiris yang dapat dikembangkan lagi
pengaruh
lewat penelitian lanjutan, (3) Lembaga
kreativitas siswa terhadap kemampuan
Pendidikan
Kependidikan
menulis dalam mata pelajaran bahasa
(LPTK), hasil penelitian ini diharapkan
Inggris. Untuk mengaji pengaruh di
dapat
atas,
Tenaga
memberikan
kinerja
dan
ada
dua
instrumen
yang
pemikiran serta memperkaya khasanah
diperlukan,
yaitu
instrumen
untuk
penelitian, khususnya yang bertalian
memperoleh data tentang kemampuan
dengan
menulis dalam bahasa Inggris berupa
masalah
sumbangan
asesmen
penilaian
dalam
pembelajaran.
tes kemampuan bahasa Inggris dan data kreativitas siswa dengan menggunakan
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode
eksperimen
experiment) rancangan
dengan atau
semu
(quasy
menggunakan
desain
kelompok
kontrol dengan postes saja (the posttestonly control group design) terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja. Sampel
penelitian
diambil
dengan menggunakan teknik random sampling (Kerlinger, 2002:207) dengan cara undian. Dalam pengundian terpilih kelas
X3
dan
X6
sebagai
kelas
eksperimen dan kelas X4 dan X5 sebagai kelas kontrol. Keempat kelas ini setara dilihat dari kemampuan akademik karena kelas ini semuanya termasuk kelas pararel berdasarkan hasil Tes Potensi Akademik (TPA), sehingga homogenitas
kemampuan
bahasa
Inggris sebelum perlakuan dianggap sama.
kuesioner kreativitas. Semua siswa, baik di kelas eksperimen maupun kontrol, dipilah menjadi dua, yaitu kelompok yang beranggotakan siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kelompok yang beranggotakan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Penentuan kreativitas siswa dilakukan dengan memberikan kuesioner kreativitas baik pada kelas eksperimen (X3 dan X6) maupun kelas kontrol (X4 dan X5). Skor yang diperoleh dari kuesioner kreativitas diperingkatkan. kelompok
atas
Sebanyak
27%
dinyatakan
sebagai
kelompok yang memiliki kreativitas tinggi,
sedangkan
27%
kelompok
bawah sebagai kelompok yang memiliki kreativitas rendah. Pengambilan jumlah 27% teratas dan 27% terbawah ini berdasarkan pembagian
perhitungan tersebut
bahwa
memberikan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1664
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
efisiensi tertinggi dalam memperkirakan
pembelajaran dengan asesmen kinerja
daya
dan siswa yang mengikuti pembelajaran
pembeda
tes
(Suryabrata,
2000:138). Berdasarkan perhitungan,
dengan
diperoleh 68 orang siswa sebagai
kemampuan menulis dalam
sampel penelitian ini.
Inggris siswa yang memiliki kreativitas
Teknik analisis yang digunakan
tinggi,
asesmen
dalam
konvensional,
mengikuti
(2)
bahasa
asesmen
dalam penelitian ini adalah analisis
kinerja, lebih tinggi daripada siswa
deskriptif dan analisis anova (analysis
yang mengikuti asesmen konvensional,
of
deskriptif
(3) kemampuan menulis dalam bahasa
digunakan untuk mendeskripsikan nilai
Inggris siswa yang memiliki kreativitas
rata-rata dan simpangan baku variabel-
rendah,
variabel, anova dipakai untuk menguji
kinerja, lebih rendah daripada siswa
hipotesis penelitian.
yang mengikuti asesmen konvensional,
variance).
Analisis
dalam
mengikuti
asesmen
Dalam penelitian ini diuji empat
(4) terdapat pengaruh interaksi antara
hipotesis, yaitu (1) terdapat perbedaan
model asesmen dan kreativitas terhadap
kemampuan menulis dalam
kemampuan menulis dalam
bahasa
Inggris antara siswa yang mengikuti
bahasa
Inggris siswa.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Data Tabel 01 Rekapitulasi Nilai-Nilai Statistik Data Kemampuan Menulis dalam Bahasa Inggris Siswa untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Asesmen dan Kreativitas dalam Menulis Sttk
A1
A2
B1
B2
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
Mean
78,85
74,67
81,18
72,35
85,76
71,94
76,59
72,76
Modus
74,72
74,50
84,28
74,00
83,70
73,70
76,83
71,10
Median
77,50
74,59
82,50
72,75
84,75
72,75
76,50
71,50
SD
8,04
5,49
6,58
4,41
4,19
3,76
5,19
5,06
64,61
30,14
43,29
19,45
17,56
14,14
26,94
25,60
Maksimum
95
85
95
80
95
77
85
80
Minimum
64
62
68
62
80
64
68
62
Rentangan
31
23
27
18
15
13
17
18
Interval
4
4
5
3
3
3
4
4
Banyak Kelas
7
6
6
7
6
5
5
5
s
A B
2
: Asesmen (A1 = Kinerja, A2 = Konvensional) : Kreativitas (B1 = Tinggi, B2 = Rendah)
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1665
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pihak (pihak kanan) untuk menguji
3.2 Pengujian Hipotesis Secara
dalam
hipotesis
penelitian ini, untuk menguji hipotesis
pengaruh
digunakan
varians
dilanjutkan dengan uji antarsel (simple
(anava) dua jalur pada taraf signifikansi
effect) melalui uji t-scheffe. Sebaliknya,
α = 0,05. Kriteria pengujian yang
jika pengaruh tidak signifikan, tidak
digunakan adalah sebagai berikut.
perlu dilanjutkan dengan uji antarsel.
1. Jika untuk antarkolom pada asesmen
Apabila tidak dilanjutkan dengan uji
nilai F hitung lebih besar dari pada F
simple effect, hipotesis kedua akan diuji
tabel (Fh > Ft) pada taraf signifikansi
dengan uji-t satu pihak, yaitu pihak
α
kanan, dan hipotesis ketiga diuji dengan
=
keseluruhan
analisis
0,05,
analisis
dinyatakan
terdapat
perbedaan yang signifikan.
pertama.
Kemudian,
interaksi
jika
signifikan,
uji-t satu pihak kiri.
2. Jika antarbaris pada kreativitas nilai
Bertitik
tolak
dari
kriteria
F hitung lebih besar daripada F tabel
pengujian hipotesis yang telah diuraikan
(Fh > Ft) pada taraf signifikansi α =
di atas, diperoleh hasil uji hipotesis
0,05, dinyatakan terdapat perbedaan
secara
yang signifikan.
menggunakan analisis varians (anava)
keseluruhan
dengan
3. Jika pengaruh interaksi nilai F hitung
dua jalur, seperti yang disajikan dalam
lebih besar daripada F tabel (Fh > Ft),
tabel berikut. Pada tabel tersebut, dapat
dinyatakan
dilihat harga F hitung antarkolom
terdapat
pengaruh
interaksi yang signifikan. Selanjutnya,
uji
kreativitas), dan F hitung pengaruh
hipotesis dengan uji F menyatakan
interaksi antara asesmen dan kreativitas
adanya
terhadap
perbedaan
bila
(asesmen), F hitung antarbaris (tingkat
yang
hasil
signifikan,
dilanjutkan dengan uji t (t-students) satu
kemampuan menulis dalam
bahasa Inggris.
Tabel 02 Rangkuman Analisis Varians Dua Jalur Sumber Varians Antar kolom (A) Asesmen
JK 296,53
db 1
RJK 296,53
Fh 14,066**)
Ftα = 0,05 3,99
Antar Baris (B) Kreativitas
1323,52
1
1323,52
62,783**)
3,99
Inter (A>
< Kreativitas
425,00
1
425,00
20,160**)
3,99
Kekeliruan Dalam Sel Total Direduksi
1349,19 3394,24
64 67
21,081
-
**) signifikan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1666
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Di samping itu, hasil penelitian ini
3.3 Pembahasan Berdasarkan pengujian hipotesis
telah menemukan efek utama (main
telah
sebelumnya,
effect) bahwa model asesmen yang
dilakukan pembahasan hasil penelitian
diterapkan dalam pembelajaran bahasa
secara lebih lengkap.
Inggris (asesmen kinerja dan asesmen
yang
dilakukan
konvensional) 1. Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa yang Mengikuti Asesmen Kinerja dan Asesmen Konvensional Setelah pelaksanaan eksperimen
signifikan
berpengaruh terhadap
SMA
Negeri
keseluruhan,
peningkatan
memperhatikan
menulis
kemampuan
menulis bahasa Inggris siswa kelas X
secara keseluruhan ditemukan adanya kemampuan
secara
1
Singaraja. dengan variabel
Secara tidak
moderator
pada
semua
berupa kreativitas, kemampuan menulis
Siswa
yang
bahasa Inggris siswa yang mengikuti
mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran dengan model asesmen
asesmen
menunjukkan
kinerja lebih tinggi bila dibandingkan
peningkatan hasil belajar yang lebih
dengan kemampuan menulis bahasa
tinggi daripada siswa yang mengikuti
Inggris
pembelajaran dengan model asesmen
pembelajaran dengan model asesmen
konvensional.
konvensional. Temuan ini membuktikan
bahasa
Inggris siswa
kelompok
sampel.
kinerja
Secara
penelitian
ini
kualitatif,
mengungkapkan
siswa
bahwa
asesmen
gambaran kemampuan menulis siswa
terutama
kelas X pada SMA Negeri 1 Singaraja
meningkatkan
pada
materi
descriptive, menjadi Kelompok
(genre)
dan
news
sampel siswa
narrative, item
yang
penelitian
ini.
yang
mengikuti
yang
yang
asesmen
mengikuti
diterapkan
kinerja
kemampuan
dapat menulis
bahasa Inggris siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja. Asesmen performance
kinerja assessment
atau adalah
pembelajaran dengan model asesmen
berbagai macam tugas atau situasi
kinerja
ketika
menampilkan
pencapaian
peserta
tes
diminta
untuk
kemampuan menulis yang lebih tinggi
mendemonstrasikan pemahaman dan
daripada
pengaplikasian
kelompok
siswa
yang
pengetahuan
yang
mengikuti pembelajaran dengan model
mendalam, serta keterampilan di dalam
asesmen konvensional.
berbagai macam konteks.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1667
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Lain halnya dengan asesmen
ISSN 1858 – 4543
konvensional guru hanya menilai hasil
kinerja, pembelajaran menulis dengan
pekerjaan
asesmen konvensional dimulai dengan
pembelajaran
penyampaian materi atau teori-teori
penilaian
dalam
menyebabkan perbedaan hasil menulis
menulis,
kemudian
siswa
siswa
pada
tanpa
proses.
inilah
Tahap berikutnya ialah mendiskusikan
mengikuti asesmen kinerja dan asesmen
bagian-bagian
karangan
konvensional.
Selanjutnya,
guru
kesempatan
kepada
mengajukan
pertanyaan
menyimpulkan materi Akhirnya,
siswa
siswa
yang
Berdasarkan hasil observasi dan
untuk
respons yang diberikan oleh siswa
dan
dalam penerapan asesmen kinerja di
pembelajaran.
disuruh
siswa
yang
bahasa
memberikan
antara
mengadakan
diberikan contoh karangan yang baik.
tersebut.
Inggris
Hal
akhir
kelas
eksperimen
dan
penerapan
menulis
asesmen konvensional di kelas kontrol,
karangan sesuai dengan genre yang
ditemukan bahwa siswa pada kelompok
diajarkan.
eksperimen lebih bersemangat, kreatif,
Dalam asesmen konvensional
memiliki motivasi yang lebih besar
yang mengikuti pembelajaran menulis
dalam mengerjakan atau menyelesaikan
di atas, guru tidak mendiskusikan
tulisan-tulisannya dibandingkan dengan
kriteria penilaian dengan siswa sejak
siswa di kelompok kontrol. Siswa
awal pembelajaran, karena hal itu
dalam kelompok eksperimen selalu
dipandang tak perlu. Hanya guru yang
menjaga dan berusaha menampilkan
tahu
yang
tulisan terbaiknya karena tulisan mereka
dilakukan. Guru juga tidak menyuruh
akan dipajang. Hal ini terjadi karena
siswa untuk mengumpulkan hasil kerja
adanya penyampaian tujuan yang jelas
siswa
tujuan
pembelajaran
ke dalam folder dan hasil
pekerjaan
pembelajaran,
kriteria
penilaian yang disampaikan terbuka
setelah dikoreksi guru. Hal terpenting
kepada para siswa, juga adanya kegiatan
yang membedakan antara penilaian
evaluasi diri dan refleksi diri yang dapat
kinerja dan konvensional adalah bahwa
memberikan feedback pada siswa itu
dalam penilaian konvensional tidak ada
sendiri
evaluasi diri yang dilakukan oleh siswa
tulisannya menjadi lebih baik dari
melainkan hanya penilaian dari guru. Di
sebelumnya.
itu,
segera
awal
dibagikan
samping
siswa
pada
pada
untuk
terus
memperbaiki
penilaian
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1668
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Perbedaan kemampuan menulis
demikian, dapat disimpulkan bahwa
bahasa Inggris siswa yang mengikuti
secara
pembelajaran dengan model asesmen
menulis bahasa Inggris siswa yang
kinerja dan pembelajaran dengan model
mengikuti pembelajaran dengan model
asesmen konvensional diperkuat dengan
asesmen kinerja lebih tinggi daripada
hasil temuan penelitian ini, yaitu bahwa
siswa yang mengikuti pembelajaran
data
dengan model asesmen konvensional.
kemampuan
menulis
bahasa
keseluruhan,
kemampuan
Inggris siswa setelah dianalisis dengan analisis diperoleh
varians FA
(anava) hitung
dua =
jalur
14,066,
sedangkan F tabel pada dbA = 1 dan db dalam = 64
untuk taraf signifikansi
0,05 = 3,99. Ini berarti bahwa F hitung lebih besar daripada F tabel (Fh = 14,066 > Ft
(1:64,0,05)
= 3,99). Dengan
menggunakan uji-t satu pihak (pihak kanan), diperoleh harga t hitung = 2,513; sedangkan harga t tabel untuk uji t satu ekor dengan derajat kebebasan (db = n1 + n2 – 2 = 68 – 2 = 66) dengan probabilitas 0,95 (t1-α) adalah 1,671. Ini berarti bahwa t hitung = 2,513 lebih besar dari t tabel = 1,671. Dengan memperhatikan nilai rerata, kemampuan menulis bahasa Inggris yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model asesmen kinerja sebesar 78,85 lebih tinggi daripada dari rerata kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model asesmen konvensional sebesar Y A1 78,85 Y
74,67. A2
74,67 ).
( Dengan
2. Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa yang Mengikuti Asesmen Kinerja dan Asesmen Konvensional Ditinjau dari Kreativitas Kreativitas merupakan salah satu
faktor
yang
menentukan
kemampuan menulis siswa. Hal ini telah diungkap dalam penelitian ini, yaitu kreativitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris siswa, baik pada kelompok
siswa
yang
memiliki
kreativitas tinggi maupun kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah. Pengaruh kreativitas terhadap
hasil
menulis bahasa Inggris siswa dapat dilihat dari hasil analisis varians dua jalur secara keseluruhan, yakni nilai F hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan 1: 64 (F hitung = 62,78 > F tabel = 3,99). Pengaruh kreativitas terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris siswa tidak dicantumkan secara eksplisit dalam hipotesis penelitian
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1669
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
karena kreativitas berfungsi sebagai
Indikator
individu
yang
variabel moderator dan tidak layak
memiliki kreativitas tinggi memberi
untuk dibandingkan. Jika kemampuan
petunjuk bahwa mereka cenderung
menulis bahasa Inggris siswa yang
memiliki
memiliki
kreativitas
tinggi
menghasilkan sesuatu yang baru dan
dibandingkan
dengan
yang
unik, utamanya dalam menulis. Siswa
memiliki kreativitas rendah tentu akan
yang memiliki kreativitas yang tinggi
berbeda secara signifikan. Hal ini
akan
ditunjukkan secara nyata pada hasil
senantiasa
analisis
gagasan-gagasan
varians
dua
siswa
jalur,
bahwa
kemampuan
mampu
berpikir
mencoba
untuk
kreatif
dan
menemukan
yang
baru
atau
kemampuan menulis bahasa Inggris
mengobinasikan gagasan-gagasan yang
siswa pada kelompok siswa
ada menjadi sesuatu yang baru dan
yang
memiliki kreativitas tinggi lebih baik
bermakna.
daripada
mengungkapkan
kelompok
siswa
yang
memiliki kreativitas rendah.
Mereka ide
akan
mampu
yang
lebih
menarik, kosakata yang lebih luas dan
Berdasarkan hasil temuan dalam
beragam,
selalu
ingin
untuk
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
menghasilkan sebuah karya yang rapi
kreativitas
dengan menggunakan kalimat-kalimat
berpengaruh
terhadap
kemampuan menulis bahasa Inggris siswa.
Individu
yang
yang bervariasi dan tidak monoton.
memiliki
Pembelajaran
yang
kinerja
akan
kreativitas tinggi adalah individu yang
disertai
memiliki
untuk
menguntungkan bagi individu yang
cara
memiliki kreativitas tinggi karena pada
pemecahan masalah yang paling tepat.
prinsipnya akan memberikan peluang
Kreativitas juga merupakan kemampuan
bagi siswa untuk menuangkan ide-
untuk menghasilkan sesuatu yang baru,
idenya secara lebih leluasa karena
yang pada umumnya bersifat original
asesmen
atau unik. Dapat dikatakan bahwa
kesempatan bagi tiap siswa untuk
secara umum siswa yang memiliki
berkembang sesuai dengan kriteria yang
kreativitas
lebih
diberikan secara terbuka kepada seluruh
berhasil dalam menyelesaikan tugasnya
siswa. Selain itu, siswa akan diberikan
dengan lebih baik.
kesempatan untuk melalukan refleksi
memikirkan
kemampuan dan
tinggi
menemukan
cenderung
asesmen
menulis
kinerja
memberikan
diri dalam evaluasi diri ataupun umpan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1670
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
balik yang diterima sehingga siswa
kreativitas tinggi, dari hasil uji t-
yang memiliki kreativitas tinggi akan
Scheffe, nilai t hitung sebesar 5,822.
dapat
pekerjaannya
Harga t tabel untuk uji t satu ekor
sendiri dan memberikan masukan atau
dengan derajat kebebasan (db = n1 + n2
kekurangan temannya serta menemukan
– 2 = 68 – 2 = 66) dengan probabilitas
kelemahan dalam tulisan temannya.
0,95
Hasilnya tentu saja tulisan yang terbaik
demikian, t hitung = 5,822 lebih besar
dari tiap-tiap siswa.
daripada t tabel = 1,671. Dengan
mengevaluasi
Di
pihak
konvensional
lain,
kurang
(t1-α)
adalah
1,671.
Dengan
asesmen
memperhatikan nilai rata-rata kedua
memberikan
kelompok, dapat diketahui bahwa pada
kesempatan bagi siswa untuk mencapai
kelompok
hasil yang terbaik. Hal ini disebabkan
kreativitas tinggi, nilai rata-rata siswa
oleh tidak adanya umpan balik atau
yang mengikuti asesmen kinerja sebesar
refleksi diri yang dapat merangsang
85,76 lebih besar daripada nilai rata-rata
siswa
siswa
untuk
menghasilkan
terbaiknya. Siswa
tulisan
hanya mengikuti
siswa
yang
yang
mengikuti
memiliki
asesmen
konvensional, yakni sebesar 76,59 (
tahapan-tahapan pembelajaran menulis
Y A1B1 85,76 Y
dan pembelajaran itu sendiri berpusat
demikian, dapat disimpulkan bahwa
pada pengajar sehingga siswa tidak tahu
pada kelompok siswa yang memiliki
yang harus dikerjakan atau diperbaiki
kreativitas tinggi, kemampuan menulis
dari karya mereka. Dari pemaparan itu
bahasa Inggris siswa yang mengikuti
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
asesmen kinerja lebih tinggi daripada
menulis dengan asesmen konvensional
siswa
kurang memotivasi siswa untuk tampil
konvensional.
lebih baik.
yang
Pada
A 2 B1
76,59) . Dengan
mengikuti
kelompok
asesmen
siswa
yang
Merujuk pada hasil penelitian
memiliki kreativitas rendah, dari hasil
ini, mengenai perbedaan kemampuan
uji t-Scheffe, diperoleh nilai t hitung
menulis siswa yang mengikuti asesmen
sebesar 0,521. Harga t tabel untuk uji t
kinerja
pada
satu ekor dengan derajat kebebasan (db
memiliki
= n1 + n2 – 2 = 68 – 2 = 66) dengan
kreativitas tinggi dan rendah dapat
probabilitas 0,95 (t1-α) adalah 1,671 .
dan
kelompok
dilihat
dari
kelompok
konvensional
siswa
yang
uji
t-Scheffe.
siswa
yang
Pada
Dengan demikian, t hitung = 0,521
memiliki
lebih kecil daripada t tabel = 1,671.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1671
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Dengan memperhatikan nilai rata-rata
antara asesmen dan kreativitas terhadap
kedua kelompok, dapat diketahui bahwa
kemampuan menulis bahasa Inggris
pada kelompok siswa yang memiliki
siswa signifikan pada taraf signifikansi
kreativitas rendah, nilai rata-rata siswa
= 0,05. Atau dengan kata lain, secara
yang mengikuti asesmen kinerja sebesar
bersama-sama asesmen dan kreativitas
71,94 lebih kecil daripada nilai rata-rata
berpengaruh
siswa
menulis bahasa Inggris siswa.
yang
mengikuti
konvensional
sebesar
Y A1B 2 71,94 Y
A2 B 2
asesmen 72,76.
terhadap
kemampuan
( IV. SIMPULAN DAN SARAN
72,76) .
Dengan demikian, dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil analisis data
bahwa pada kelompok siswa yang
dan pembahasan dalam penelitian ini,
memiliki
dapat
kreativitas
rendah,
disimpulkan
berikut.
siswa yang mengikuti asesmen kinerja
kemampuan menulis dalam
lebih rendah daripada siswa
Inggris
siswa
Terdapat
sebagai
kemampuan menulis bahasa Inggris
yang
(1)
hal-hal
yang
perbedaan bahasa
mengikuti
pembelajaran dengan asesmen kinerja
mengikuti asesmen konvensional.
dan siswa yang mengikuti pembelajaran 3. Pengaruh Interaksi antara Asesmen dan Kreativitas terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa Hasil lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh interaksi asesmen
yang dan
signifikan kreativitas
antara terhadap
kemampuan menulis bahasa Inggris siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja. Hal ini dapat dilihat melalui uji analisis varians dua jalur, diperoleh F hitung sebesar 20,160. Harga F tabel dengan derajat kebebasan (db: 1:64) = 3,99 (Fh = 20,160 lebih besar daripada Ft = 3,99). Ini berarti, pengaruh interaksi
dengan asesmen konvensional. Dengan kata lain, pembelajaran dengan asesmen kinerja
menghasilkan
kemampuan
menulis yang lebih tinggi daripada pembelajaran
dengan
asesmen
konvensional. (2) Siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih cocok mengikuti pembelajaran menulis dengan asesmen kinerja daripada asesmen konvensional. (3) Siswa yang memiliki kreativitas rendah
lebih
cocok
mengikuti
pembelajaran menulis dalam bahasa Inggris dengan asesmen konvensional dibandingkan dengan asesmen kinerja,. (4) Terdapat interaksi antara jenis asesmen yang digunakan dan kreativitas
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1672
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
siswa terhadap kemampuan menulis
sampel
teks dalam bahasa Inggris.
rancangan
eksperimen
kompleks,
waktu
Bertolak dari simpulan yang telah dikemukakan,
dapat diajukan
saran sebagai berikut. (1) Dalam proses
penelitian,
menggunakan yang
lebih
pelaksanaan
eksperimen lebih lama, dan menambah pokok bahasan.
pembelajaran di kelas, khususnya dalam mata pelajaran menulis bahasa Inggris,
DAFTAR PUSTAKA
para guru bahasa Inggris disarankan
Akhadiah, Sabarti,dkk. 1997. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka.
untuk menggunakan model asesmen kinerja
sebagai
asesmen
dengan
pendekatan proses. Model asesmen kinerja telah terbukti dan mampu dalam peningkatan bahasa
kemampuan
Inggris
bila
menulis
dibandingkan
dengan model asesmen konvensional. (2)
Lembaga
pendidikan
yang
mengembangkan misi untuk mendidik calon-calon guru mata pelajaran bahasa Inggris,
hendaknya
secara
terus-
menerus memperkenalkan dan melatih siswa
untuk
menggunakan
model
asesmen kinerja yang berperan untuk meningkatkan bahasa
Inggris
kemampuan siswa.
(3)
menulis Untuk
kesempurnaan penelitian ini, disarankan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel moderator lainnya, seperti IQ, sikap, dan gaya berpikir, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan
menulis
bahasa Inggris siswa. Di samping itu, penelitian
disarankan
untuk
memperbanyak jumlah populasi dan
Aschbacher, P.R. (1991). Performance Assessment: State Activity, Interest, and Concerns. Applied Measurement in Education. 4 (4): 275-288. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan. Candiasa, I Made. 2004. Statistik Multivariat: Disertai Aplikasi dengan SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja. ------------ . 2007. Analisis Varians. Singaraja: Undiksha. Datrini, Ni Nengah. 2007. Pengaruh Asesmen Portofolio dan Konsep Diri Siswa Terhadap Kemampuan Menulis dalam Mata Pelajaran Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Tesis (tidak diterbitkan). PPS Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Herman, J.L Ascbacher, P.R & Winters, L.1992. A Practical Guide to Alternative Assessment. New York: Association for
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1673
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Supervision and Development.
ISSN 1858 – 4543
Curriculum
Kerlinger, Fred N. 2002. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung R Simatupang. Foundation of Behavioral Research. 1964. Cetakan ke-8. New York: Holt Rinehart and Winston. Marhaeni, Anak Agung Istri Ngurah. 2005. Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi dalam Belajar Bahasa Inggris terhadap Kemampuan Menulis dalam Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja, 2004). Disertasi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. ----------- . 2009. Pengembangan Perangkat Asesmen Kinerja Menulis dalam Bahasa Inggris Berorientasi pada Budaya Bali. Proposal Penelitian. Munandar, S.C.U. 1977. Creativity and Education. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. --------------.1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta.Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi Offset. Tompkins, G.F. 1990. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York: Macmillan Publishing Company.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1674
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE EFFECT OF GENERATING INTERACTIONS BETWEEN SCHEMATA AND TEXT AND BELIEFS ABOUT LANGUAGE LEARNING ON READING COMPREHENSION OF ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT STUDENTS OF UNDIKSHA SINGARAJA IN THE ACADEMIC YEAR 2009/2010
Diah Surya Adnyani, Luh ABSTRACT The study was an experimental research which investigated whether or not there was any effect of Generating Interaction between Schemata and Text (GIST) and beliefs about language learning on reading comprehension, and to investigate the relationship between the use of GIST, conventional reading technique and beliefs about language learning. This study was carried out in Ganesha University of Education (Undiksha) Singaraja on 2 nd semester students of English Education Department through a 2x2 factorial, true-experimental research design. A two-way ANOVA test results indicated that the students who were taught using GIST outperformed the students who were taught using conventional reading technique, and there was an interaction between kinds of strategy and students’ beliefs about language learning. In terms of beliefs about language learning, the result of Tukey test showed that for the students who hold positive beliefs, GIST gave better contribution to reading comprehension than the conventional reading technique. While for those who hold negative beliefs, there was no significant difference in reading comprehension between the students who were taught using GIST and conventional reading technique. Key words: GIST, beliefs about language learning, reading comprehension.
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh peningkatan interaksi antara skemata dan teks (Generating Interaction between Schemata and Text atau GIST) dan persepsi (beliefs) pembelajaran bahasa terhadap kemampuan membaca pemahaman, dan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan GIST, teknik membaca konvensional dan persepsi (beliefs) siswa terhadap pembelajaran bahasa. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, pada mahasiswa semester dua jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan menggunakan desain penelitian eksperimental 2x2. Hasil analisis menggunakan ANAVA dua jalur menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa yang diajar dengan GIST menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam membaca pemahaman dibandingkan dengan kelompok yang diajar dengan teknik konvensional, dan terdapat interaksi antara jenis strategi yang digunakan dan persepsi (beliefs) pembelajaran bahasa. Dalam hal persepsi terhadap pembelajaran bahasa, hasil Tuckey test menunjukkan bahwa pada kelompok mahasiswa yang memiliki persepsi positif, GIST memberikan kontribusi yang lebih baik dalam kemampuan membaca
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1675
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pemahaman dibandingkan dengan teknik konvensional. Sementara itu, pada kelompok mahasiswa yang memiliki persepsi negatif, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam prestasi membaca pemahaman antara mahasiswa yang diajar dengan GIST dan dengan teknik konvensional. Kata kunci: GIST, persepsi tentang pembelajaran bahasa, membaca pemahaman. special fields, and then they may put the
I. Introduction Reading is one of four language
newly learnt knowledge into practice.
skills which are taught at school.
Therefore, it is essential for university
According to Purcell (1997) reading is
students to improve the English reading
comprehending from print. Gillet and
ability (Jing, 2003).
Temple
(1994)
that
In the field of cognitive science,
comprehension is the process of making
reading can be viewed as a literacy
sense
and
process inextricably connected with
connected text. The whole point of
cognition (Ruddell, 2005 in Lin, 2008).
reading is to understand what we read,
The internal cognitive operations the
involving prior knowledge, knowledge
reader engages can be labeled variously
of text structure, and an active search of
in terms of different reading task
information. In line with those scholars,
demands
Martin (1991) said that good reading
cognitive behavior. For example, as
means
for
Fagan (1987) in Lin (2008) proposed,
connecting words to thoughts. In other
these processes included attending,
words, the purpose of reading is to
analyzing,
connect the ideas in the text to the
inferring,
background knowledge of the readers.
and monitoring and these processes
of
words,
building
stated
sentence,
frameworks
Connecting the ideas in the text
and
different
associating, synthesizing,
levels
of
predicting, generalizing,
require knowledge.
to the background knowledge is an
Prior knowledge will then be
essential task for students. English
added as a factor influencing the
Education Department students are
operation of theses cognitive processes.
expected to retain more and more of
The background knowledge, which is
what they read. The university students
also known as prior knowledge, world
are expected to use English in a way
knowledge,
that they may obtain more advanced
experiential background, refers to all the
information
knowledge which readers have acquired
concerning
their
own
memory
storage,
or
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1676
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
through their life (Porter, 1994), and
assigned to read the passages and dealt
that knowledge can be helpful when the
with questions related to those passages.
readers deal with new material.
In other words, there had been a
According to schema theorists,
convention that a class was always
all knowledge is packaged into units
started with reading the passage and
which are called schemata. Embedded
continued by answering the questions. It
into these units of knowledge is
was considered to be conventional, as a
information on how this knowledge is
matter of fact; a reading exercise should
used. That knowledge is used in the
become a vehicle for the students to
contextualization step, before reading
expand their knowledge and experience
new material.
with the language in addition to
Schema
is
one
factor
that
comprehension.
Therefore,
it
is
influences EFL reading comprehension
necessary to find other strategy which
(Hong Yun and Ping, 2007). The other
can optimize the factors which can
factors are vocabulary and motivation.
influence
According to their previous studies,
comprehension.
students’
reading
those three factors have a significant
One teaching strategy that is
correlation with reading achievement.
considered useful to improve students’
Besides, Lenz (2005) added other
reading comprehension and involves
factors that can influence reading
students’ prior knowledge, synthesizing
comprehension
and generalizing cognitive operation is
reading
are
text,
the
quality of
decoding
ability,
Generating
Interaction
between
instruction, and the strategy used in
Schemata and Text (GIST) strategy,
teaching reading.
which was proposed by Cunningham in
Based
on
researcher’s
1982 (Cecil and Gipe, 2003). This
experience in teaching Reading 1 course
strategy is said useful to identify or
as well as personal interview or
generate main ideas, connect the main
personal
or central ideas, eliminate redundant
communication
with
the
lecturing team of Reading 1 course in
and
Undiksha,
that the
students remember what they read, and
common strategy used in teaching was
record a summary of the material they
conventional
reading
technique,
just read.
which
students
were
the
it was found
in
unnecessary
information,
help
mainly
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1677
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Cunningham (2001) stated that a
ISSN 1858 – 4543
domain of affective variables, such as
summary is a synthesis of important
attitudes,
ideas on a text. Summarizing requires
Richardson (1996) in Bernat (2006)
students to determine what is important
defined beliefs as psychologically held
in what they are reading, to condense
understandings,
this information, and to put it into their
propositions about the world that are
own words. Students use higher-order
felt to be true.
thinking skills to analyze and synthesize
motivation,
anxiety
premises,
etc.
or
In the classroom context, the
what they have read. The summary is
perceptions,
usually limited to no more than fifteen
metacognitive knowledge that students
or twenty words, therefore, the students
bring with them to the learning situation
need to delete non-essential information
have been recognized as significant
and use their own words to summarize
contributory factors in the learning
the main idea or “the gist” of the
process and ultimate success (Breen,
selection. Thus, the meaning may vary
2001 in Bernat & Gvoedenko, 2005).
from one reader to another. It is
For
believed that by having more choices in
language students may hold strong
reading, students are helped to meet
beliefs about the nature of the language
their own individual needs and therefore
under study, its difficulty, the process of
they are given more chance to actively
its acquisition, the success of certain
construct their own meaning.
learning strategies, the existence of
Bernat and Gvozdenko (2005)
beliefs,
example,
attitudes,
second
or
and
foreign
aptitude, and their own expectations
said that successful learners develop
about
achievement
insights into beliefs about the language
methodologies.
and
teaching
learning processes, their own abilities,
It is believed that students with
and the use of effective learning
positive beliefs about language learning
strategies. Research on the cognitive
tend to have stronger motivation, hold
aspects of language learning indicates
favourable
that
motivational
individual
students
differ
attitude intensity,
and use
higher more
considerably in their use of learning
strategies, are less anxious, and have
strategies (Altan, 2006) and it is
better
because of different perception. Beliefs
(1995) and Oh (1996) in Bernat and
about language learning belong to the
Gvozdanko
language
achievement.
(2005)
stated
Kern
that
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1678
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
supportive and positive beliefs help
comprehension between the students
overcome problems and thus sustain
who were taught by conventional
motivation, while negative or unrealistic
reading technique and GIST, to find out
beliefs can lead to decrease motivation
whether or not there was a significant
and lead frustration and anxiety. Many
difference in reading comprehension
successful learners develop insightful
between the positive beliefs students
beliefs
learning
who were taught by conventional
processes, their own abilities, and the
reading technique and who were taught
use of effective learning strategies,
by GIST, to find out whether or not
which have a facilitative effect on
there was a significant difference in
learning.
have
reading comprehension between the
"mistaken," uninformed, or negative
negative beliefs students who were
beliefs that may lead to a reliance on
taught
less effective strategies, resulting in a
technique and who were taught by
negative attitude towards learning and
GIST, and to find out whether or not
autonomy and classroom anxiety.
there was a significant interaction
about
language
Students
can
also
by
conventional
To sum up, GIST strategy and
between
beliefs about language learning were
language
considered
comprehension.
to
have
a
significant
GIST
and
learning
reading
beliefs in
about reading
influence toward language learning.
This study was expected to be
Therefore, it was important to conduct a
beneficial for the lecturers, students,
study to find out evidence on whether
institution, and for the other researchers.
the implementation of GIST strategy
For the lecturers, the result of this study
and beliefs about language learning
was considered to be important to help
could give a significant contribution on
them choose an appropriate technique
the
for teaching reading to improve the
reading
comprehension.
The
research was conducted in reading 1
student’s
course classes in English Education
comprehension, help them be aware of
Department Undiksha Singaraja in the
students’
academic year 2009/2010.
learning because such awareness can
The aims of this study were to
ability
beliefs
in
about
instructional
planning
significant
implementation,
and
in
reading
language
lead them to have more effective
find out whether or not there was a difference
reading
to
and provide
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1679
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
empirical evidence of the role of beliefs
Jordan (2004), and Rhoder (2002).
on students’ academic achievement.
Theories about conventional reading
For the students, as prospective
technique were proposed by Kohtz
teacher, this study was expected to give
(2006) and Perkins (1993). The last but
knowledge
different
not least, theory about beliefs about
teaching techniques, experience the
language learning was proposed by
process of exploring beliefs can lead
Richardson (1996) in Bernat (2006),
them to the development of more
Agathopoulou
effective language learning behaviors as
Gvozdenko (2005), Horwitz (1983) in
well
Altan (2006).
as
to
to
experience
self-knowledge
and
(2007),
Bernat
&
autonomy. In addition, this study is intended to make students become active participants in teaching and learning process, and become critical
II. RESEARCH METHODS This study was designed in an experimental
design,
involing
an
experimental and a control group.
thinkers and independent readers.
Those groups were assigned through For the institution, the result of
random sampling, and at the end of the
this study was also hoped to give
treatment, a posttest was conducted to
contribution
and
each group and the result was measured
academic staffs, and gave support to the
in order to reveal whether there was
postgraduate program as a reference.
different achievement between the two
Lastly, the result of this study was also
groups. The achievement of each group
expected to be used as a reference by
was regarded as data.
to
the
students
the other researchers in conducting
The 2x2 factorial design for
related studies on learning in general
analysis were applied in this study.
and language learning in particular.
There were three variables to be
This study used reading theory proposed by Gillet and Temple (1994), Martin
(1991),
Pressley
(2001),
Mikulecky & Jeffries (1996). Hong Yun and Ping (2007), and Lenz (2005). The GIST theory by Cunningham 1982 in Cecil and Gipe (2003), Herrell and
studied, two independent variables and one dependent variable.
The
first
independent variable was kinds of strategy in teaching reading, which were classified into groups taught by using Generating Schemata
Interaction and
Text
between
(GIST)
and
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1680
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
conventional reading technique. The
experimental group, the participants did
second
individual
independent
students’
beliefs
variable about
was
language
presentation
about
their
chosen website article and their gist or
learning, which were classified into
summary.
Four
presenters
in one
positive beliefs and negative beliefs.
meeting were considered the most ideal
And the dependent variable was reading
one. The presentations began in the
comprehension.
eighth meeting because the previous
Population of this study was all
meetings were used to discuss and
students who took Reading 1 course in
practise about the skills of reading
English
comprehension.
Education
Department
Undiksha Singaraja. The population
There
were
two
kinds
of
consisted of four classes of second
research instruments used in this study,
semester students of English Education
namely: data collection instruments and
Department Undiksha Singaraja and
treatment instruments. There were two
several seniors who had not passed the
kinds of data collection instruments
course in the previous year. The total
needed in this study, namely: English
number of this population was 131
reading test as dependent variable
students.
instrument, and adapted version of
Random
sampling
technique
Beliefs
About
Language
Learning
was applied to obtain sample of this
Inventory or BALLI as moderator
study. One of the suggestions given by
variable instrument. And there were two
Roscoe (1982) in Sugiyono (2009) was
treatment instruments used in this study,
for simple experimental study which
namely: GIST template and
involved
scenario.
experimental
and
control
teaching
groups, the number of sample per cell
In this study, the researcher
ranged from 10 to 20. Ten was the
looked for the validity; content validity
minimum number of sample.
and item validity, and reliability of
This
10
reading test and adapted version of
20
BALLI questionnaire. The face validity
participants in each group because the
was included in the content validity, in
researcher would like to maximize the
which the expert judges examined face
treatment
the
validity of the instruments at the same
limited time. In the last five meetings in
time they examined the content validity.
participants
study in
involved
each cell and
process
considering
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1681
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
The obtained data were then
ISSN 1858 – 4543
better
achievement
in
reading
analyzed using two forms of statistical
comprehension then the students who
analysis, namely: descriptive statistic
were taught by GIST (A1+B2).
analysis and inferential statistic analysis
After
completing
the
using two-way ANOVA. Descriptive
requirements of homogeneity of the
statistics was used in order to organize
variable and normal distribution, a two
and summarize the data of the sample,
way ANOVA statistical analysis was
while
administered
inferential
administered
to
statistics infer
and
was
at
5%
level
of
draw
significance, and if there was an
conclusion about the population based
interaction, it would be followed by
on the samples data
Tukey test to get data of the effect of interaction.
III. FINDINGS AND DISCUSSION
From the analysis, FA = 4.469
The result of students’ reading
while Fcv (1;36;0,05) = 4,11. Here F A > Fcv
comprehension test showed that the
so H0 was rejected. It meant there was
students who were taught by GIST (A1)
any significant difference in students’
showed better achievement in reading
reading comprehension between the
comprehension than the students who
students who were taught by GIST and
were taught by conventional reading
those who were taught by conventional
technique (A2). While the students who
reading
hold positive beliefs about language
reading comprehension which were
learning
taught by GIST ( X A1 = 75.25) was
(B1)
showed
better
technique.
The
students’
achievement then the students who hold
higher
negative beliefs about language learning
comprehension who were taught using
(B2). For those who hold positive beliefs, the students who were taught by GIST
(A1+B1)
showed
better
achievement than the students who were taught
by
conventional
reading
technique (A2+B1). While for those who hold negative beliefs, the students who were taught by conventional reading technique (A2+B2) showed
than
the
students’
reading
conventional reading technique ( X A2 = 69.80). It could be stated that GIST strategy was effective to
improve
students’ reading comprehension. The implementation of GIST could make the students became active readers; they actively
searched
the
important
information from the text, eliminated
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1682
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
the unimportant information, and used
reading comprehension. The students
their prior knowledge to be able to
with positive beliefs who were taught
propose the summary of the text. The
by GIST showed a better achievement
different summary among the students
than
could enrich their insight, sharpen their
conventional reading technique. It was
critical thinking, challenge them to
proven by the students’ mean score in
actively search the best summary, and
which the students with positive beliefs
some others that could not be facilitated
who were taught by GIST showed
by the conventional reading technique,
higher mean score ( X A1B1 = 82.60) than
which mostly used lecturer centre
those who were taught by conventional
activity.
activate the schemata of the students. It could facilitate the use of students’ prior knowledge
in
various
incoming
ways,
information
like to
already known information, allowing them to predict the continuation of both spoken and written discourse, and as a basis for comparison and a foundation in the students’ brain which helps to predict what is to be expected and looked for in certain situation.
significant influence in the achievement of students’ reading comprehension; however, in this study, the students’ comprehension
was
also
influenced by other factor, it was students’
were
taught
by
beliefs
about
Moreover, the difference was analyzed using Tukey test, and the result of the analysis showed Qob = 5.469. Next, this score was compared to Qcv that at 0,05 level of significance with df1 = 2 dan df2 = 10 was 3.03. It was found that Qob was higher than Qcv, therefore, Ha “the students with positive beliefs who were taught by GIST showed a better achievement than those who were taught by conventional reading technique” was accepted. It
It had been stated that GIST had
reading
who
reading technique ( X A 2B1 = 68.50).
The summarizing activity could
relating
those
language
learning. From the second hypothesis analysis, it was found that beliefs about language learning gave contribution to
meant that there was any significant difference
in
students’
reading
comprehension between the students with positive beliefs who were taught by GIST and those who were taught by conventional reading technique. The result of this analysis supports what had been stated by Banya and Chen (1997) in Bernat (2006) that students’
beliefs
have
significant
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1683
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
influence to their motivation, attitude,
with negative beliefs who were taught
strategy used, anxiety, and English
by GIST and those who were taught by
achievement, and all of them influence
conventional reading technique. The
their success in language learning. They
students with negative beliefs who were
explain that the students with positive
taught
beliefs about language learning tend to
technique
have
higher mean score than those who were
stronger
favorable
motivation,
attitude
motivational
and
intensity,
hold higher
use
more
strategies, are less anxious, and have better language achievement.
beliefs could decrease motivation, lead frustration and anxiety, may lead to a reliance on less effective strategies and resulting a negative attitude toward The
concerned
to
third the
hypothesis
negative
beliefs
students. The analysis showed that Qob
of significance with df1 = 2 dan df2 = 10 was 3.88 It was found that Qcv was higher than Qob, therefore, H0 “there was
no
students’
significant reading
difference
in
comprehension
between the students with negative beliefs who were taught by GIST and those who were taught by conventional reading technique”, was accepted. It meant that there was no significant difference
in
students’
reading
reading
71.10)
showed
taught by GIST ( X A1B 2 = 67.90). In other words, it could be said that there was
no
significant
difference
reading
in
comprehension
between the students with negative beliefs in GIST and conventional groups, although it was found that the students
who
were
taught
by
conventional reading technique showed better
achievement
in
reading
comprehension than the students taught by GIST.
= 1.241, and this score was then compared to Qcv that was at 0,05 level
conventional
( X A2B 2 =
students’
On the other hand, the negative
learning.
by
This
result
supported
the
previous statements. The students with negative beliefs about language learning did not have similar characteristics as students with positive beliefs, such as; they did not have strong motivation, positive
attitude
toward
language
learning, did not have high motivational intensity, did not use more strategies, have anxiety, and did not have better language
achievement.
Whatever
strategy used in teaching, the negative beliefs
students
would
not
show
comprehension between the students
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1684
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
significant
difference
in
ISSN 1858 – 4543
language
learning.
Besides, GIST let the students to be more independent when they arrived
The result of the second and
in the last steps when they should
third hypothesis analysis led to the forth
choose
hypothesis
interaction
summarize it, and prepare for the
happened between GIST and beliefs
presentation. It required them to use an
about language learning. From the
appropriate learning strategy, be aware
analysis, FAB = 11.258 while Fcv (1;36;0,05)
of the motivation, anxiety, and attitude.
= 4.11. Here, FAB > Fcv so Ho was
These
rejected. It meant that there was a
differentiated this study from previous
significant interaction between kind of
studies, in which the previous studies
strategy and beliefs about language
did not include the steps proposed by
learning in improving the students’
Rhoder.
reading comprehension.
study supported the results of other
about
The
the
significant
interaction
one
article
from
website,
independent steps of GIST
studies
However, the result of this
that
without
beliefs
about
considering
among reading comprehension, GIST,
students’
and beliefs about language learning
learning,
meant that the students would have
between Schemata and Text (GIST) was
good comprehension on a reading texts
an effective strategy to get better
if they were taught by GIST and they
achievement in reading comprehension
Generating
language Interaction
hold positive beliefs about language
Based on data analysis, this
learning. It was because GIST could
study had found that kind of strategy
help them synthesize the most important
used had
signifficant influence to
information from the text and eliminate
students’
reading
the unimportant ones, and try to
Overall, without considering moderator
summarize the points of each paragraph
variable,
or stopping point by their own word.
learning, the reading comprehension of
GIST also provided them chance to use
the students who were taught by GIST
higher order thinking skill and to be
was higher than those who were taught
critical in discussing the summary with
by conventional reading technique. For
other group to choose or propose the
the students who hold positive beliefs
best summary.
about language learning, GIST group
beliefs
comprehension.
about
language
showed higher mean score of reading
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1685
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
comprehension than the conventional
4. There was significant interaction
reading technique. On the other hand,
between kind of strategy and beliefs
for those who hold negative beliefs
about
about language learning, there was no
improving the students’ reading
significant
comprehension. Students’ beliefs
difference
between
the
language
students who were taught by GIST and
about
taught
contribution
by
conventional
reading
technique.
IV.
the
had
kind
of
Based on the finding of the
Based on the previous data and result of the analysis, the conclusions of
1. Students who were taught by GIST showed
a
analysis and the implication, it is suggested to the lecturers of Reading 1 course English Education Department
this study are as follows.
better
reading
comprehension than those who were by conventional
reading
Undiksha Singaraja to minimize the usage of conventional reading technique in teaching reading 1, and they are suggested to use GIST since it involves activity that can increase students’
technique. 2. In terms of students’ beliefs about language learning, it was found that for the students who hold positive beliefs,
to
learning
in
strategies.
CONCLUSION
taught
language
learning
GIST
contribution
gave to
better reading
comprehension than conventional reading technique. 3. For the students who hold negative beliefs about language learning, there was no significant difference in reading comprehension at 0.05 significance level between those who were taught by GIST and by conventional reading technique.
critical thinking through summarizing and sharing activity, and activate the schemata which can facilitate the use of students’ prior knowledge in various ways,
like
information
relating to
already
incoming known
information, allowing them to predict the continuation of both spoken and written discourse, and as a basis for comparison and a foundation in the students’ brain which helps to predict what is to be expected and looked for in certain situation. In addition, GIST had been proven in this study that it is an
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1686
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
effective
technique
in
reading
comprehension. Besides, the lecturers of Reading 1 course are also suggested to be aware of beliefs about language learning students bring to the classroom, because
ISSN 1858 – 4543
Altan,
M. 2006. “Beliefs About Language Learning Of Foreign Language-Major University Students.” Australian Journal Of Teacher Education. Vol 31, No 2, 2006. Available at Http://Ajte.Education.Ecu.Edu. Au/Issues/PDF/312/ Altan.Pdf. Accessed on 8 January 2010.
they may have different beliefs based on their background, environment, and expectation. The awareness the lecturers have may lead them to have more effective instructional planning and implementation. For the institution, the result of this study is hoped to give contribution and support the postgraduate program as a reference. Lastly, the result of this study is also expected to be used as a reference by the other researchers in conducting the study related to the teaching
reading
using
different
technique, different moderator variable, and different students with different characteristic to obtain different insight on how to improve students’ reading comprehension. REFERENCES Agathopoulou, L. 2007. “University Students’ Beliefs About Language Learning and the Effect of a Language Acquisition Course.” Available at Http://my.enl.auth.gr/gala/ ppts/Agathopoulou.ppt. Accessed on 15 January 2010.
Bernat, E. 2006. “Assessing EAP learners' beliefs about language learning in the Australian context.” Asian EFL Journal. Vol8 issue2 article9. Available at www.asian-efljournal.com/June_06_eb.php. Accessed on 20 October 2009. Bernat, E. & Gvozdenko, I. 2005. “Beliefs about Language Learning: Current Knowledge, Pedagogical Implications, and New Research Directions.” TESL-EJ.9(1). Available at www.teslej.org/wordpress/volume9/ej33/e j33a1/ Accessed on 30 November 2009 Cecil, N. L., & Gipe, J. P. 2003. “Literacy in the intermediate grades: Best practices for a comprehensive program.” Scottsdale, AZ: Holcomb Hathaway. Aavailable at http://education.uncc.edu/kdwoo d/GIST.pdf. Accessed on 28 November 2009 Cunningham. 2001. “Description, Rationale, Instructional Moves, and References for Generating Interactions between Schemata and Text (GIST)”
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1687
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Fraenkel and Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Lane Akers Inc Gay, L. R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. 3 rd edition. Ohio:Merril Publishing Company Gillet, J. and Temple, C. 1994. Understanding Reading Problem: Assessment and Instruction. America: Harper Colling College Publisher. Herrell, A., Jordan, M. 2004. Fifty Strategies for Teaching English Language Learners. New Jersey: Parson Education, inc. Hong-yun, W & Ping, H. 2007. “Major Factors Influencing Reading comprehension: A factor Analysis Approach” Vol 4:9. Sino-US English teaching Available at www.linguist.org.cn/doc/su20070 9/su20070902.pdf. Accessed on 20 November 2009
ISSN 1858 – 4543
Lenz, K. 2005. “An Introduction to reading comprehension” .Available at http://www.special connections.ku .edu/cgibin/cgiwrap/specconn/main.php? cat= instruction§ion=rc/main. Accessed on 29 November 2009 Lin, Lu-Fang. 2008. “The Study of English Learners’ Synthesizing Process While Reading.” Asian EFL Journal 10(1). Available at http://www.asian-efljournal.com/March_08_lfl.php. Accessed on 30 November 2009 Martin, D. 1991. “How to Improve Reading Comprehension” Available at http://www.marin.cc.ca.us/%7Edo n/Study/7read.html. Accessed on 20 November 2009 Mikulecky, B. and Jeffries, L. 1996. More reading Power. America: Longman.
Jing, C. 2003. ”Grasp reading Skills to Improve Reading Ability.” Available at www.celea.org.cn/pastversion/lw/ pdf/caojing.pdf. Accessed on 20 November 2009
Perkin, D. 1993. “Teaching for Understanding.” Available at http://www.exploratorium.edu/IFI /resources/workshops/teachingfor understanding.html. Accessed on 20 November 2009
Kohtz, C. 2006. “Alternative pedagogies and non-conventional teaching methods in education: Unplanned and limited change.” Available at http://gradworks.umi.com/32/44/3 244013.html. Accessed on 28 November 2009
Porter, K.1994. “Pre-Reading strategies”. Available at http://departments.weber.edu teachall/reading/prereading.html. Accessed on 20 November 2009 Pressley, M. 2001. “Comprehension instruction: What makes sense now, what might make sense soon”. Reading Online, 5(2). http://www.readingonline.org/ articles/art_index.asp?HREF=/arti cles/handbook/pressley/index.htm l. Accessed on 20 November 2009
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1688
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Purcell, V. 1997. “There’s Reading and Then There’s Reading: Process Models and Instruction”. Available at http://www.ncsall.net/fileadmin/re sources/ teach/read_diff_role.pdf. Accessed on 28 November 2009 Rhoder, C. 2002. “Mindful reading: Strategy training that facilitates transfer”. Journal of Adolescent & Adult Literacy, 45, 498–512. Available at www.readwritethink.com/lesson. Accessed on 30 November 2009 Somantri, A. 2006. Aplikasi Statistik dalam
Penelitian.
Bandung:
Pustaka Setia Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wiersma, W. 1986. Research Methods in Education: An Introduction. 4th edition. Massachusetts: Allyn and Bocon, Inc
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1689
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RESOLUSI KONFLIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA
Dunia, I Nyoman ABSTRAK Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar PKn siswa sebagai hasil perlakuan antara penerapan model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain posttest only control group design. Populasi berjumlah 2 kelas (80 orang) kelas XII/IPS 1,2 SMA Negeri 1 Nusa Penida sekaligus sebagai sampel. Data penelitian ini dikumpulkan dengan kuesioner dan tes, yang dianalisis dengan statistik uji anava 1 jalur dan anakova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan prestasi belajar PKn yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (Fhitung = 68,154; ɑ =0,05), (2) setelah dikendalikan oleh pola asuh orang tua, terdapat perbedaan prestasi belajar PKn yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (F* = 12,683; ɑ =0,05), (3) terdapat kontribusi pola asuh orang tua yang signifikan terhadap prestasi belajar PKn para siswa SMA negeri 1 Nusa Penida, baik pada siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik (MRK) maupun pada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, masing-masing sebesar 98,40% dan 98,18%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa (1) prestasi belajar PKn siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; (2) setelah dikendalikan oleh pola asuh orang tua, ternyata prestasi belajar PKn siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; (3) kontribusi pola asuh orang tua pada para siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik lebih tinggi daripada para siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional di SMA Negeri 1 Nusa Penida. Implikasi temuan penelitian ini adalah (1) sebagai tenaga pendidik, guru seharusnya mengetahui prestasi belajar siswanya; (2) model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dalam implemntasinya sangat memerlukan tekad, inovasi dan kesabaran guru dalam merancang pembelajaran; (3) sekolah perlu berbenah untuk lebih memberikan perhatian pada peningkatan kuantitas maupun kualitas sarana belajar. Kata kunci: model pembelajaran resolusi konflik, model pembelajaran konvensional, prestasi belajar PKn, pola asuh orang tua
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1690
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE EFFECT OF CONFLIK RESOLUTION LEARNING MODEL ON CITIZENSHIP EDUCATION LEARNING ACHIEVEMENT VIEWED FROM PARENTAL CARE
ABSTRACT The aims of this research is to know and describe the difference in students’ citizenship education learning achievements between students given conflict resolution learning model (MRK) and conventional learning model. This research is categorized into experimental study by using one way Anakova. Two social studies classes (80 students) of grade XII SMAN 1 Nusa Penida were used as the sample. The data were collected by using questionnaire and test, and analyzed by using one path anava and anakova statistic. The research shows (1) there are significant differences in citizenship education learning achievements between students given conflict resolution learning model (MRK) and conventional learning model (F hitung= 68.154; ɑ<0.05), (2) there are significant differences in citizenship education learning achievements after they are controlled by parental care between students given conflict resolution learning model (MRK) and conventional learning model (F* = 12.683; ɑ < (0.05), (3) there are significant parental care contribution towards citizenship education learning achievements of the students of SMAN 1 Nusa Penida, both to students given conflict resolution learning Model (MRK) and conventional learning model,each 98.40% and 98.18%. From the invention, it can be concluded that: 1) citizenship education learning achievements of the students given conflict resolution learning (MRK) is higher than students given conventional learning model. 2) After being controlled by parental care, it is parent that citizenship education learning achievements of the students given conflict resolution learning (MRK) is higher then students given conventional learning mode. 3) The contribution of parental care for students joining conflict resolution learning model (MRK) is higher than students joining conventional learning model in SMAN 1 Nusa Penida. The implication of the inventions of the research are (1) for the teacher, he/she has to know his/her students achievements, (2) the implementation of conflict resolution learning model (MRK) seriously needs strong willing, innovation, and patience in designing the learning model, (3) The institution has to give more attentions in increasing the quantity and the quality of learning instruments. Key Words: conflict resolution learning model, conventional cearning model, citizenship education learning achievements, parental care.
I.
PENDAHULUAN Kurikulum 2006 (KTSP) yang
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang
standar
nasional
tetap mengacu pada Undang-Undang
pendidikan
Republik Indonesia Nomor 20 tahun
kurikulum tingkat satuan pendidikan
2003
(KTSP) jenjang pendidikan dasar dan
tentang
nasional dan
sistem
pendidikan
Peraturan Pemerintah
menengah
mengamanatkan
disusun
oleh
bahwa
satuan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1691
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pendidikan dengan mengacu kepada
yakni
standar isi (SI) dan standar kompetensi
melaksanakan hak dan kewajibannya
lulusan (SKL) serta berpedoman pada
dalam kehidupan bernegara, dilandasi
panduan yang disusun oleh Badan
oleh
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
hukum, dan kesadaran moral.
Pengembangan
kurikulum
warganegara
kesadaran
yang
politik,
sanggup
kesadaran
tingkat
Selanjutnya, dalam menunjang
satuan pendidikan yang mengacu pada
tercapainya tujuan, PKn harus didukung
standar
pendidikan
oleh iklim pembelajaran yang kondusif.
menjamin
Menurut (Hasan, 1996), keberhasilan
nasional
dimaksudkan
untuk
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam
kerangka
kurikulum
terdapat
pendidikan
dijabarkan
agama
dan
empat
ahlak
dan
kegairahan
belajar
siswa
dasar
dipengaruhi oleh iklim pembelajaran
pilar
yang dikembangkan oleh guru. Di
menjadi
(1)
samping
iklim
mulia;
(2)
dikembangkan
pembelajaran
yang
ternyata kualitas dan
kewarganegaraan; (3) iptek; (4) estetika;
keberhasilan
(5) jasmani olahraga kesehatan. Khusus
dipengaruhi
kewarganegaraan
ketepatan guru dalam memilih dan
menekankan
pada
pembelajaran oleh
peningkatan kesadaran dan wawasan
menggunakan
siswa
(Inten, 2004: 3).
akan
status,
hak
dan
sangat
kemampuan
model
dan
pembelajaran
kewajibannya dalam kehidupannya. Hal
Bila
ini menunjukkan betapa penting dan
konseptual
strategisnya
pembelajaran PKn di SMA saat ini,
pendidikan
kewarganegaraan.
dianalisis
secara
kajian
kondisi
dan
tampak bahwa di lapangan banyak guru
Mata pelajaran PKn memiliki
yang belum memiliki kemampuan dan
visi, misi, tujuan, dan struktur keilmuan
keterampilan
mata pelajaran berikut ini. Visi mata
memilih dan menggunakan berbagai
pelajaran PKn adalah terwujudnya suatu
teknik
mata pelajaran yang berfungsi sebagai
mengembangkan iklim pembelajaran
sarana pembinaan watak bangsa (nation
yang
and
belajar.
character
building)
dan
yang memadai dalam
pembelajaran
kondusif
yang
mampu
bagi siswa untuk
Kenyataan tersebut sejalan
pemberdayaan warganegara; sedangkan
dengan pernyataan (Sumantri, 1999)
misi
adalah
bahwa banyak siswa masih kesulitan
membentuk warganegara yang baik,
mengikuti pelajaran dikarenakan teknik
mata
pelajaran
PKn
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1692
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
pembelajaran
yang
dipilih
dan
ISSN 1858 – 4543
belajar pada siswa. Pada akhirnya,
digunakan oleh guru dirasakan kurang
kondisi
tepat.
belajar
berpengaruh terhadap perolehan dan
mengajar akan berlangsung secara kaku,
prestasi belajar siswa , khususnya pada
dan kurang mendukung pengembangan
upaya pengembangan dan aktualitas
pengetahuan,
nilai diri peserta didik. Selanjutnya,
Akibatnya,
proses
sikap,
moral
dan
keterampilan siswa ( Hasan, 1997).
seperti
di
atas
sangat
Lasmawan (1999) menyatakan bahwa
Seorang guru harus memiliki
pembelajaran PPKn (PKn sekarang)
kemampuan dan keterampilan dasar
belum mampu menumbuhkan iklim
dalam
memilih teknik dan model
yang menantang siswa untuk belajar
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
dan tidak mendukung produktivitas
kurikulum dan potensi siswa (Meyer,
serta pengembangan berpikir peserta
1998).
didik
Adapun
yang
mendasari
untuk
menginternalisasi
pernyataan ini adalah adanya asumsi
mengamalkan
nilai-nilai
bahwa ketepatan guru dalam memilih
dalam kehidupan bermasyarakat.
dan
Pancasila
tehnik dan model pembelajaran akan
Berdasarkan kajian empiris dan
berpengaruh terhadap keberhasilan dan
telaah teoretik tentang pembelajaran
prestasi belajar siswa (Sckunche, 1988).
PKn,
Dalam praktik pembelajaran PKn di
SMA/SMK di atas, masalah yang
lingkungan sekolah dewasa ini masih
muncul dapat diidentifikasi sebagai
ditekankan pada aspek pengetahuan dan
berikut: (1) rendahnya kualitas proses
masih sedikit yang mengacu pada
pembelajaran
pelibatan siswa dalam proses belajar itu
variasi
sendiri
pembelajaran yang dianut oleh guru
(Savage,
1996).
Kenyataan
khususnya
karena
mengajar
pada
jenjang
kurangnyanya guru,
asumsi
seperti di atas diperparah lagi dengan
salah,
temuan penelitian Suwarna (1992),
selama pembelajaran berlangsung, guru
bahwa
melayani siwa secara individual belum
pembelajaran
PKn
yang
tidak adanya dialog kreatif
dilakukan oleh guru-guru pada jenjang
optimal,
sekolah menengah tidak merangsang
pembelajaran yang diterapkan bersifat
siswa untuk terlibat secara aktif dalam
tradisional;
proses
sehingga
yang rendah sebagai akibat kurangnya
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
kesempatan belajar dan membelajarkan
belum mampu menumbuhkan budaya
diri dari peserta didik, sumber belajar
belajar
mengajar,
kecendrungan
model
dan (2) kualitas produk
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1693
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
yang terbatas konsentrasi pada guru dan
secara proses maupun produknya, dan
buku teks, serta pola evaluasi yang
bermakna bagi peserta didik, seperti
mendewakan tes sebagai instrumennya.
cara merancang program pembelajaran
Salah
satu
alternatif
yang
yang berorientasi pada siswa, cara
dipandang mampu untuk mengatasi
mengelola kelas sehingga PBM menjadi
kondisi
aktif-kreatif, cara memberikan layanan
rendahnya
kualitas
proses
maupun produk pembelajaran PKn yang
belajar,
berimbas pada realisasi pencapain visi,
evaluasi
misi, dan tujuan pembelajaran PKn
sehingga
adalah
iklim
produktivitas proses ataupun hasilnya.
pembelajaran yang dianggap mampu
Pada model resolusi konflik, belajar dan
mengembangkan potensi diri siswa
membelajarkan merupakan dua sisi
secara
melatih
saling melengkapi satu sama lainnya.
keterampilan berpikir dan sosialnya
Model pembelajaran resolusi konflik
selama berlangsungnya pembelajaran.
sebagai
Salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan oleh kalangan pemerhati
dianggap mampu mengakomodasi hal
civic education di kawasan Amerika
itu adalah model resolusi konflik.
dan Eropa Barat, menawarkan suatu
Berangkat dari kajian empirik dan
rancangan instructional planning yang
konseptual
sarat dengan “chance” dan “promise”
melalui
optimal
fasilitasi
serta
tentang
bisa
permasalahan
dan bagaimana
agar
difokuskan
maksimal
pembelajaran mampu
pengujian
PKn
yang
dianggap
menjembatani
ketimpangan tersebut,
model
yang
komprehensif,
mampu
model
pembelajaran PKn di atas, penelitian ini pada
PBM
siswa
melakukan
meningkatkan
pembelajaran,
dapat dan
belajar penuh
yang
dengan makna
(Willingthon, 1999 dalam Inten, 2004).
berbagai
Adapun proses penerapan model
yakni model
resolusi konflik ini adalah melalui
resolusi konflik.
pengajuan
masalah
dalam
bentuk
Alasan penting mengapa model
simulasi dan kesempatan untuk belajar
pembelajaran resolusi konflik dipilih
sambil bermain, siswa akan memiliki
untuk diuji karena model ini dapat
kesempatan belajar yang luas dan
memberikan
jalan
mendalam di bawah arahan dan fasilitas
untuk
guru. Guru tidak lagi menjadi otoritas
keluar/solusi
sejumlah kepada
guru
mengoptimalkan pembelajaran sehingga
tunggal
menjadi
banyak berfungsi sebagai mediator dan
menarik,
berkualitas
baik
pembelajaran
tetapi
lebih
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1694
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
fasilitator pembelajaran bagi siswa. Pola
satunya adalah
pembelajaran
akan
siswa. Pentingnya pola asuh orang tua
menjadikan PBM berlangsung aktif-
dikaji sekaligus dijadikan salah satu
kreatif, sehingga pada akhirnya prestasi
faktor
belajar siswa menjadi lebih baik.
pembelajaran
seperti
ini
Ada keunggulan lain yang perlu
pola asuh orang tua
pengendali
merupakan
dalam
karena tempat
proses keluarga
berlangsungnya
diutarakan dari model pembelajaran
pendidikan informal. Keluarga adalah
resolusi konflik dalam pembelajaran
tempat pertama dan utama bagi anak
PKn, yaitu dengan pola peers tutoring,
untuk
siswa
materi
pembentukan karakter dasar, sosialisasi
pelajaran secara maksimal, dan dapat
nilai dan norma. Di samping itu,
secara
dan
keluarga juga mempunyai beberapa
mengembangkan skill social dan etika
fungsi, di antaranya fungsi biologis,
moral
selama
fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
melalui
pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi
dapat
mempelajari
otomatis
melatih
kemasyarakatan
pembelajaran
berlangsung
tumbuh
dan
permainan yang disepakati bersama.
protektif, fungsi estetik
Penerapan
dan fungsi religius.
pembelajaran
model PKn,
ini, adalah
dalam sebagai
berkembang,
dan rekreasi,
Dasar pertimbangan pola asuh
solusi untuk mengatasi masalah yang
orang tua
selama ini dihadapi dalam PBM. Hal ini
pengendali
dikarenakan guru tidak menjadi central
dikarenakan
of focus, tetapi hanya berfungsi sebagai
berkaitan dengan penanaman nilai-nilai
fasilitator dan mediator, siswa menjadi
dan norma-norma yang berlaku dalam
sentral pembelajaran dalam arti siswa
masyarakat
tidak lagi menjadi objek tetapi siswa
Lewat peran orang tua sebagai media
menjadi subjek pembelajaran, sehingga
sosialisasi diharapkan ana-anak mereka
penerapan model resolusi konflik dalam
tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pembelajaran
nilai-nilai
PKn
membuat
siswa
termotivasi untuk belajar. Penerapan
model
dipilih menjadi variabel dalam pola
asuh
kepada
dan
penelitian orang
ini tua
anak-anaknya.
norma-norma
yang
berlaku di dalam masyarakat sehingga resolusi
akhirnya
mampu
konflik pada pembelajaran PKn tidak
menginternalisasikannya. Hal ini sesuai
bisa dilepaskan dengan dimensi atau
dengan
aspek
mengembangkan pengetahuan,
pembelajaran
lainnya,
salah
tujuan
PKn,
yaitu nilai-
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1695
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
nilai Pancasila yang berguna bagi diri
siswa kelas XII/IPS di SMA Negeri 1
peserta didik dalam kehidupan sehari-
Nusa Penida.
hari, dan sebagai bekal untuk melakoni kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, dimensi pola asuh orang tua dapat
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan
diduga berpengaruh terhadap prestasi
metode eksperimen. Jumlah sampel 80
belajar PKn. Jadi, dalam penelitian ini,
orang siswa kelas XII/IPS 1 dan 2 yang
pola asuh orang tua siswa dijadikan
diperoleh dengan teknik total sampling
sebagai salah satu variabel yang diuji
menggunakan rancangan eksperimen
signifikansinya terhadap prestasi belajar
posttest
siswa
PKn.
Data yang dikumpulkan meliputi pola
dan
asuh orang tua dengan kuesioner yang
konseptual di atas, model pembelajaran
terdiri dari 32 butir soal yang valid dan
resolusi konflik layak untuk dikaji
koefisien reliabilitas 0,64 dan prestasi
secara lebih mendalam dan ilmiah,
belajar PKn dengan tes objektif.
dalam
Berdasarkan
pembelajaran kajian
empiris
only control group design.
Analisis data tentang perbedaan
khusunya berkait dengan pembelajaran
prestasi belajar PKn antara siswa yang
PKn pada jenjang SMA. Tujuan penelitian ini adalah (1)
mengikuti model pembelajaran resolusi
untuk mengetahui perbedaan prestasi
konflik dan siswa yang mengikuti
belajar PKn yang signifikan
antara
model
siswa
model
dianalisis dengan anava 1 jalur. Setelah
pembelajaran resolusi konflik dengan
dikendalikan oleh pola asuh orang tua,
siswa
model
prestasi belajar PKn antara siswa yang
pembelajaran konvensional; (2) untuk
mengikuti model pembelajaran resolusi
mengetahui perbedaan prestasi belajar
konflik dan siswa yang mengikuti
PKn yang signifikan setelah diadakan
model pembelajaran konvensional tetap
pengendalian terhadap pola asuh orang
ada perbedaan dengan uji-anakova.
tua antara siswa yang mengikuti model
Selanjutnya,
pembelajaran resolusi konflik dan siswa
besarnya kontribusi pola asuh orang tua
yang mengikuti model pembelajaran
terhadap prestasi belajar para siswa
konvensional;
SMAN 1 Nusa Penida, dipergunakan
yang
yang
mengikuti
mengikuti
(3) untuk mengetahui
besaran kontribusi pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar PKn
pembelajaran
untuk
konvensional
mengetahui
uji-regresi sederhana.
para
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1696
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Data Tabel 01 Rekapitulasi Nilai-Nilai Statistik Data Pola Asuh Orang Tua dan Prestasi Belajar PKn untuk Kelompok Eksperimen dan Kontrol Variabel A1X
Statistik
A2X
A1Y
A2Y
Mean
121,35
114,975
34,55
26,975
Median
122
115,5
35
27
Modus
123
117
35
26
Standar Deviasi
6,8296
10,1514
4,909
4,714
Variansi
46,6435
103,050
24,10
22,230
Rentangan
27
41
19
16
Skor Maksimum
135
135
43
35
Skor Minimum
108
94
24
19
Dengan demikian, dapat disimpulkan
3.2 Pengujian Hipotesis Sebelum uji hipotesis , terlebih
bahwa prestasi belajar PKn kelompok
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis.
eksperimen
lebih
tinggi
daripada
Prasyarat yang sudah dipenuhi adalah
prestasi belajar kelompok kontrol. Hal
(1) data yang dianalisis berasal dari data
ini berarti bahwa model pembelajaran
berdistribusi menurut kurve normal; (2)
resolusi konflik berpengaruh terhadap
varians kelompok data variabel terikat
peningkatan prestasi belajar PKn.
atas variabel bebas bersifat homogen; (3)
hubungan
antar-variabel
bebas
dengan variabel terikat bersifat linier. Dalam hipotesis
penelitian
ini,
dilakukan
uji
dengan
menggunakan analisis varian satu jalur (anava 1 jalur) untuk hipotesis pertama. Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
nilai F hitung sebesar 68,154 yang lebih besar
daripada
nilai
kritis
3,980,
sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1697
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Tabel 02 Rangkuman hasil Perhitungan Anava Secara Manual Sumber Variasi JKantar
JK (SS)
db
RJK
1147,6125 a-1=21=1 1313,3875 N-a=802=78 77280,487 N-1=801=79
JKdal Total
Selanjutnya,
FTabel α = 0,05 3,980
Fhitung
1147,6124 68,154
Keputusan Signifikan
16,8383
dengan
dikendalikan oleh pola asuh orang tua,
mempergunakan analisis kovarian satu
prestasi
jalur terhadap hipotesis kedua di dapat
eksperimen
F* = 12,683, yang lebih besar daripada
prestasi belajar kelompok kontrol. Hal
nilai kritis 3,980, sehingga Ho ditolak
ini berarti bahwa pola asuh orang tua
dan H1 diterima. Dengan demikian,
berpengaruh terhadap
dapat
prestasi belajar PKn.
disimpulkan
bahwa
setelah
belajar
PKn
lebih
kelompok
tinggi
daripada
peningkatan
Tabel 03 Rangkuman hasil Perhitungan Anakova Satu Jalur Sumber Variasi Antar A Dalam (error) res Total (res)
JK (SS)
db
297,603 5838,07
1 77
107,79
78
RJK
Fhitung
297,603 23,465
12,683
FTabel α = 0,05 3,980
Taraf Sig. Signifikan
Untuk mengetahui besarnya kontribusi
dijelaskan variabel lain yang tidak
pola asuh orang tua terhadap prestasi
diteliti;
sedangkan
belajar
adalah
sebesar
PKn,
dipergunakan
analisis
pada
(A2XY2)
98,18%,
residunya
regresi sederhana. Hasil uji analisis
sebesar 1,82% dijelaskan variabel lain
regresi
yang tidak diteliti.
menunjukkan
bahwa
sumbangan atau kontribusi pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar PKn pada (A1XY1) adalah sebesar 98,40%, sedangkan
residunya
sebesar
1,6%
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1698
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
adanya perbedaan prestasi belajar siswa,
3.3 Pembahasan Hasil Penelitian Ketiga hipotesis yang diajukan
yaitu pada A1XY1 rata-rata prestasi
dalam penelitian ini dapat diterima,
belajarnya mencapai 34,55, sedangkan
setelah dilakukan analisis dengan anava
pada
dan anakova. Pengujian ketiga hipotesis
hanya mencapai 26,975, berarti ada
yang diajukan pada penelitian ini telah
perbedaan prestasi belajar sebesar 23%.
menghasilkan rincian hasil uji hipotesis
A2XY2
rata-rata
prestasinya
Selanjutnya,
dengan
dengan pembahasan bahwa prestasi
pengendalian pola asuh orang tua
belajar PKn siswa yang mengikuti
ternyata perbandingan Fantar : Fres = (
model pembelajaran resolusi konflik
297,603 : 107,79). Ini berarti ada
lebih tinggi daripada prestasi belajar
perbedaan antara koefisien F sebelum
PKn siswa yang mengikuti model
dan sesudahnya. Hal ini disebabkan
pembelajaran konvensional.
oleh pengaruh variabel pola asuh orang
Dari hasil uji hipotesis, didapat prestasi
belajar
PKn
siswa
yang
mengikuti model pembelajaran resolusi
tua. Banyaknya pengaruh tersebut dapat dilihat
melalui
determinasi 2
besarnya
(rxy1)
koefisien
yaitu
sebesar
konflik lebih tinggi daripada prestasi
(0,9909)
belajar PKn siswa yang mengikuti
pola
model
menyumbangkan prestasi belajar PKn
pembelajaran
konvensional
= 98,40%. Jadi, intensitas
asuh
orang
98,40%
pada
tua
siswa
mampu
setelah kovariabel pola asuh orang tua
sebesar
yang
dikendalikan. Kovariabel pola asuh
mengikuti model pembelajaran resolusi
orang tua mempunyai peranan untuk
konflik dan sebesar 98,18% pada siswa
meningkatkan prestasi belajar siswa.
yang mengikuti model pembelajaran
Mengingat data pola asuh dan data
konvensional.
prestasi belajar diperoleh dengan uji
Secara
bersama-sama,
terpakai, dalam penelitian ini hanya bisa
kovariabel intensitas pola asuh orang
dikemukakan F hitung pada proses
tua pada siswa yang mengikuti model
pembelajaran
dikendalikan
pembelajaran resolusi konflik dan siswa
dengan pola asuh orang tua dengan
yang mengikuti model pembelajaran
menggunakan analisa varian (anava) 1
konvensional memiliki peranan untuk
jalur dengan hasil Fhitung = 68,154 dan
meningkatkan prestasi belajar PKn. Hal
untuk taraf signifikansi 5% atau (a =
ini dapat dilihat melalui besarnya
0,05) F Tabel = 3,980 menunjukkan
kontribusi masing-masing kovariabel
sebelum
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1699
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
penerapan model pembelajaran resolusi
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
konflik ataupun pada penerapan model
penelitian
pembelajaran konvensional.
resolusi konflik dipilih karena model ini
Perbedaan hasil penelitian ini
ini
dikontakkan
model
dengan
pembelajaran
prosedur
atau
dipengaruhi oleh model pembelajaran
tahapan-tahapan sebagai berikut: (1)
yang
Model
inisiasi, (2) eksplorasi, (3) eksplanasi,
pembelajaran yang diterapkan guru
(4) negosiasi, (5) resolusi konflik, yang
dalam
dilakukan
diterapkan
guru.
menyampaikan
materi
oleh
guru
dalam
berpengaruh besar terhadap prestasi
pembelajaran PKn. Montgomery (2000)
yang dicapai siswa. Dengan demikian,
menemukan
guru hendaknya mampu memilih model
konflik
sebagai
salah
pembelajaran
rumpun
model
belajar
yang
sesuai
dengan
bahwa
model
resolusi
satu
model
pengolahan
karakteristik materi yang dibelajarkan,
informasi
sehingga
dikedepankan oleh Joice dan Weil
tujuan
pembelajaran
atau
sebagaimana
kompetensi yang sudah ditetapkan bisa
(1986).
tercapai. Dalam penelitian ini ternyata
memberikan ruang batas belajar dan
model pembelajaran resolusi konflik
keleluasaan kepada siswa untuk mencari
lebih baik dalam peningkatan prestasi
dan
belajar
kepentingan
PKn
daripada
model
Model
yang
mengolah
resolusi
konflik
informasi
untuk
belajarnya.
Melalui
pembelajaran konvensional yang biasa
keleluasaan dan ketersediaan informasi
digunakan di SMA Negeri 1 Nusa
yang memadai, siswa dapat belajar
Penida.
dengan penuh makna, yakni secara Berdasarkan hasil penelitian ini,
guru perlu menyadari bahwa tidak semua
pokok
dibelajarkan pembelajaran kaitannya
bahasan dengan
yang dengan
sama
disadari
bahwa
beberapa
kondisi
tersebut
akan
meningkatkan perolehan belajarnya.
cocok
Adapun proses penerapan model
model
resolusi konflik ini melalui pengajuan
dalam
masalah dalam bentuk simulasi dan
meningkatkan
prestasi belajar PKn siswa.
otomatis
Perlu
kesempatan bermain,
untuk siswa
belajar akan
sambil memiliki
model
kesempatan belajar yang luas dan
pembelajaran dapat digunakan oleh
mendalam di bawah arahan dan fasilitas
guru dalam proses pembelajaran untuk
guru. Guru tidak lagi menjadi otoritas
mencapai tujuan pembelajaran yang
tunggal
pembelajaran,
tetapi
lebih
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1700
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
banyak berfungsi sebagai mediator dan
Dari hasil penelitian yang telah
fasilitator pembelajaran bagi siswa. Pola
dipaparkan di atas sangatlah logis
pembelajaran
akan
bahwa model pembelajaran resolusi
menjadikan PBM berlangsung aktif-
konflik memberikan hasil lebih baik
kreatif, sehingga pada akhirnya hasil
dari
belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk
konvensional, sehingga telah terbukti
kasus Indonesia, Inten dan Kertih
secara impiris dalam penelitian ini,
(2003)
model
bahwa prestasi belajar PKn siswa yang
resolusi konflik sangat efektif dalam
mengikuti model pembelajaran resolusi
meningkatkan performansi dan sikap
konflik lebih baik daripada siswa yang
demokratis siswa selama pembelajaran
mengikuti
mata pelajaran IPS di kelas IV.
konvensional.
seperti
menemukan
bahwa
Selanjutnya, menyatakan
ini
bahwa
Inten
(2004)
model
resolusi
preformansi
perolehan
belajar
model
model
pembelajaran
pembelajaran
IV. PENUTUP
konflik memiliki “nilai plus” dalam meningkatkan
pada
Simpulan yang dapat ditarik dari
dan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Di
1) Prestasi belajar PKn siswa yang
samping itu ditegaskan bahwa satu hal
mengikuti model pembelajaran resolusi
yang
konflik
hasil
harus
siswa.
diperhatikan
dalam
lebih
tinggi
dibandingkan
menggunakan model ini adalah guru
dengan siswa yang mengikuti model
harus siap dan mampu memerankan
pembelajaran konvensional. 2) Setelah
dirinya sebagai fasilitator dan mediator
dikendalikan oleh pola asuh orang tua,
pembelajaran yang aktif dan kreatif,
ternyata prestasi belajar PKn siswa yang
bukan sebaliknya memosisikan diri
mengikuti model pembelajaran resolusi
sebagai
konflik lebih
otoritas
tunggal
selama
tinggi
dibandingkan
berlangsungnya pembelajaran. Hal ini
dengan siswa yang mengikuti model
sejalan dengan yang dikemukakan oleh
pembelajaran
Lasmawan
model
Kontribusi pola asuh orang tua terhadap
resolusi konflik dalam aplikasinya harus
prestasi belajar PKn pada para siswa
memperhatikan pengetahuan awal yang
yang mengikuti model pembelajaran
dimiliki oleh siswa terhadap materi ajar
resolusi
yang akan mengikuti pembelajaran
dibandingkan dengan para siswa yang
(2003),
bahwa
konvensional.
konflik
lebih
3)
tinggi
dengan model tersebut.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1701
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
mengikuti
model
pembelajaran
konvensional. Mengacu pada simpulan di atas, dapat
disarankan:
(1)
model
pembelajaran resolusi konflik perlu
ISSN 1858 – 4543
DAFTAR PUSTAKA Arifin. 2007. ”Pengaruh Metode Pembelajaran Preskriptif terhadap hasil belajar statistika mahasiswa STKIP Hamzanwadi Selong”. Tesis (tidak diterbitkan). Undhiksa Singaraja.
diperkenalkan kepada guru bidang studi sebagai
model
alternatife
melalui
kegiatan-kegiatan seminar, pelatihanpelatihan ataupun dalam pertemuan MGMP; (2) kepada teman-teman guru PKn
khususnya
mencoba
disarankan
menggunakan
untuk
model pembelajaran ini telah terbukti menjadikan prestasi belajar PKn siswa tinggi
mengikuti
Dantes, Nyoman. 1986. Analisis Varian. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Udayana.
model
pembelajaran resolusi konflik, karena
lebih
Candiasa. 2007. Statistik Multivariat disertai Petunjuk Analisis dengan SPSS. Singaraja: Undiksha Singaraja.
daripada
siswa
yang
model
pembelajaran
konvensiona; (3) bagi para peminat perlu diadakan penelitian sejenis dengan
Dantes, Nyoman. 2007. ”Beberapa Cara Validasi Butir/Perangkat tes/Instrumen” Materi Ajar (Tidak diterbitkan). Undiksaha Singaraja. Depdiknas. 2005. Silabus Mata Pelajaran SMA Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Ditjen Manajemen Dikdasmen.Direktorat Pembinaan SMA.BSNP.
melibatkan sampel yang lebih banyak, tingkat
kelas
yang
lebih beragam
sehingga diharapkan hasil penelitiannya lebih akurat dan dapat dipergunakan untuk mengambil suatu kebijakan.
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Dirjen pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat PLP. Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Reserch in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill;Inc. Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing: History; Principles; and applications. Boston: Allyn and Bacon.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1702
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Hasan, Hamid. 1995. Inovasi dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PPS IKIP Bandung Hasan, SH. 2003. Membedah Peranan Pendidikan Nasional di Era Global. Bandung: Rosdakarya. Hamalik. 1995. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Aglessindo. Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Angkasa. Inten, I Gede. 2004. “Pengaruh Resolusi Konflik dan Pengetahuan Awal Siswa terhadap Prestasi Belajar PPKn Pada Siswa Kelas II di SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja”. Tesis. Program Pasca Sarjana. IKIP Singaraja. Joyce, Bruce and Marsha Weil. 1986. Models of Teaching. (Third Edition). Englewood Cliffs. New York: Prentice-Hall, Inc. Koyan. 2007. “Statistik Terapan”. (Buku Ajar). Undiksha Singaraja. Kusuma, Darya. 2004. ”Kreativitas Dikalangan Siswa SMA Negeri Se-Bali (Studi Korelasi Pola Asuh Orang Tua, Iklim Sekolah, Interaksi Sosial, dan Klasifikasi Daerah Wisata Terhadap Kreativitas Siswa)”. Tesis (tidak diterbitkan). Undiksha Singaraja. Lasmawan, W. 2003. “Pengembangan Model Jurisprudensi Social dalam Pembelajaran PPKn di SMU Negeri 1 Bangli”. Laporan penelitian (Tidak Diterbitkan. Lemlit IKIP Negeri Singaraja.
ISSN 1858 – 4543
Maba, Wayan. 2002. “Evaluasi Pembelajaran”. Makalah yang Disajikan dalam Penataran PBM Dosen Kopertis Wilayah VIII, Tanggal 27-30 Oktober 2002. Montgomery, R. 2000. “Revolution of Learning”: How We Enhance Students Achievement. Journal of Scientific Education. Vol. 19 (February 2000): 45-51. http:/ / kagan. Olam.asu.edu/epaa Nurmini, 2009. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif terhadap prestasi belajar ekonomi ditinjau dari sikap siswa pada pelajaran ekonomi”. Tesis (tidak diterbitkan). Undiksha Sinagaraja. Pudjiadi, A. 2002. ”Konstruktivisme dan Pendekatan S-T-M: Sebuah Alternatif Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi”. (Makalah). Disampaikan pada Lokakarya Pembelajaran MIPA Berbasis Kompetensi di Bandung tanggal 24 Juli 2002. Bandung: Fakultas Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia. Sukanta, I Ketut. 2007. ”Analisis Determinasi Locus of Control, Pola Asuh Orang Tua dan Nilai Sosio Kultural Terhadap Kreativitas Siswa SMA Negeri di Kabupaten Gianyar”. Tesis (tidak diterbitkan). Undiksha Singaraja. Sudjana. 1992. Metode Bandung: Tarsito.
Statistika.
Sudjana N & Rivai A. 2001. Teklnologi pembelajaran. Cetakan ke-3. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1703
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Umar Tirtaraharja dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Utami Munandar. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1704
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
DEVELOPING ENGLISH WRITING MATERIALS FOR THE SEVENTH YEAR STUDENTS OF SMP NEGERI 2 SINGARAJA, BALI IN THE ACADEMIC YEAR 2009/2010: A DESCRIPTIVE QUALITATIVE RESEARCH AND DEVELOPMENT
Eka Dambayana Suputra, Putu ABSTRACT This research was aimed at developing materials for teaching Writing skill for the seventh grade students of SMP Negeri 2 Singaraja. This research was conducted in a response to the fact and previous empirical studies which found that the available coursebooks neither meet the school-based curriculum nor the criteria of good materials. This is a descriptive qualitative research. The research followed the R&D model proposed by Dick&Carey. The procedure of this research comprises analyzing the students’ needs and instructionals practices, collecting resources for the development, evaluating existing materials based on SBC and criteria of good materials, developing materials based on SBC-based syllabus and criteria of good materials proposed by Tomlinson, experts’ judgment, field testing, revising, and developing the final product. The data were collected through rubrics response by the teacher, interview conducted to the teacher and students, and observation. To assure the validity and reliability of the data, the investigator employed triangulation method. In general, the result of this research shows that the developed materials are compatible to both the school-based curriculum and the criteria of good materials proposed by Tomlinson. The materials are presented in two manuals, teachers and students’ manual. Key Words: Materials, material development, criteria of good materials, school-based syllabus, and Dick and Carey model of R&D.
PENGEMBANGAN MATERI MENULIS DALAM BAHASA INGGRIS UNTUK SISWA-SISWI KELAS VII SMP NEGERI 2 SINGARAJA, BALI PADA TAHUN AJARAN 2009/2010: SEBUAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DESKRIPTF KUALITATIF
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pembelajaran untuk keterampilan menulis dalam Bahasa Inggris bagi siswa kelas VII di SMP Negri 2 Singaraja. Penelitian ini merupakan tindak lanjut terhadap temuan penelitian- penelitian sebelumnya menemukan fakta bahwa buku-buku teks yang digunakan oleh siswa-siswi belum relevan dengan KTSP dan beberapa kriteria yang dipersyaratkan. Studi ini berjenis deskriptif kualitatif. Prosedur pengembangan materi pembelajaran menggunakan model yang direkomendasikan oleh Dick& Carey yang meliputi analisis tujuan dan kebutuhan akan pembelajaran, mengevaluasi materi pembelajaran yang digunakan siswa, mengumpulkan sumber-sumber pengembangan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1705
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
materi, mengembangkan materi, merencanakan dan mengadakan uji lapangan, mengevaluasi materi yang telah diuji, merevisi produk berdasarkan hasil evaluasi uji lapangan, dan mengkonfirmas hasil revisi serta memproduksi hasil jadi. Data diperoleh dengan menggunakan rubrik penilaian, interview, dan observasi. Untuk menjamin validitas hasil penelitian, triangulasi data, metode, dan investigator dilakukan di dalam penelitian ini. Data menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang dikembangkan memenuhi komponen-komponen silabus berdasarkan KTSP dan kriteria materi yang bagus. Materi pembelajaran diproduksi dalam bentuk manual untuk guru dan siswa. Kata Kunci: Materi, pengembangan materi, kriteria materi yang bagus, silabus berdasarkan KTSP, dan model pengembangan materi Dick dan Carey. the process of teaching and learning.
I. INTRODUCTION The
government
Indonesian
regulation
Republic
on
of
The
more
effective
the
materials
National
delivered in the teaching learning
Education System number 20 year 2003
process, the better the quality of the
emphasizes that the system of national
education will be. By having effective
education has to guarantee equality in
materials
education
experience,
opportunity,
improvement,
and
quality
relevance
and
during the
their students
learning will
be
beneficially facilitated to practice on the
efficiency of educational management
four
to equip the citizens to overcome
materials encourage them to use the
challenges
language
locally,
internationally
nationally,
or
language
skills
through
because
the
material-related
(Undang-Undang
activities. Moreover, their real practices
Republik Indonesia No. 20, 2003). In
will aid and prepare them well for real
addition, an educational reform which is
use of language for communication,
well-organized, focus, and sustainable
communicative com- petence.
is needed in terms of educational
Ideally,
material and
material-
system, curricula, learning materials,
related practices or exercises should
teaching learning strategies, as well as
match the requirements of standard
teaching learning approach.
competency as well as basic com-
Regarding the need for educational
petency reflected
in each of the
reform, a good quality of education,
indicators stated in the school syllabus.
especially
is
This should be fulfilled since the
basically determined by adequate and
syllabus as the representation of school-
appropriate materials delivered within
based curriculum is as a blue print of
English
education,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1706
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
what have to be conducted in the
Unfortunately, teaching learning
teaching learning process regarding
materials, especially writing materials
particular levels of education, particular
for the seventh year students of junior
settings, and particular student needs
high school in Buleleng district, which
and characteristics. Thus, the selection
are practical, compatible, useful, and
of teaching learning materials as well as
which meet the school curriculum
their related exercises is supposed to be
(School-based
conducted carefully.
effective teaching and learning has not
The
steps
of
for
selection
been adequately available yet (Sawitri,
comprises: need analysis, collection of
2009). Though there are so many
appropriate sources of materials, need-
sources
based evaluation, material design, try
materials from various media, most of
out, and reflection. All of them have to
the
refer to the standard of competencies,
teaching
basic
exercises, however, are still mainly
competencies,
the
Curricul-um)
and
indicators
presented in the school syllabus.
of
teaching
materials,
and
instructions,
learning
learning
list
activities,
of and
textbook-oriented and promote lack of
As previously mentioned, the need
real practice. Some of the materials do
for effective teaching materials for real
not promote authentic tasks, so that the
use of the language, especially English,
students have little chance to practice
is highly required. The effectiveness of
writing naturally and appropriately.
the materials can be identified by
Most of them offer writing practices
considering
practicality,
written on an exercise book or pieces of
compatibility, and usefulness. Thus, all
paper with full guidance and assistance
materials should be properly designed
from the teachers. This could actually
in order to be highly functional, easy to
be done by asking the students to write
be applied, matched with standard of
on a postcard, design an invitation card
competen-cies, basic competencies, and
by using used materials, send and
indicat-ors stated in the school syllabus
receive short message via short message
and curriculum, and beneficial for the
service, and the like. By doing these,
students’
addition,
the students, in this case, would
materials should promote students to
recognize the real use correspondence
learn and practice the real use of the
as well as use the target language in
target language.
context. It could be said that related
their
future
life.
In
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1707
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
teaching learning activities within the
assignment, given to the students should
existing
really
be revised. The reason is that they tend
encourage students to practice and do
to be cognitive-based by only asking the
not reflect the real use of the written
students to rearrange the existing words
language (e.g. students are supposed to
into sentences or sentences into a short
write all of the written assignments in
paragraph; filling in the blank texts with
their workbook rather than on a
available
postcard, invitation card, notes, etc).
providing or issuing very limited open-
textbooks
do
not
words
or
phrases;
and
Similarly, instructions given are
ended questions (e.g. where, how,
often ambiguous, so that the students do
which, etc). As a consequence, the
not exactly know what and how they
students’ critical thinking and creativity
should fulfill the requirements of the
would not be encouraged. Thus, more
instructions. Thus they find difficulties
challenging materials are needed to be
in understanding the instructions which
developed for effective writing practice
results their failure in doing the
of a real target language use. A research
assignments as follows.
on developing materials for teaching
“Study these sentences.
English Writing for the seventh year
Writing statements and questions
students of junior high school at SMP
that begin with when.
Negeri 2 Singaraja, then, needs to be
1. Yesterday I studied English in my room.
conducted. This research was only conducted until the proposed materials
2. We heard music in our room last night…”
were field tested once, evaluated, revised, and produced. In other words,
It could be seen that there is no
this research and development was
clear requirement of fulfilling the need
conducted until a prototype of materials
for the bold-typed instruction consider-
with a limited field test was produced.
ing that there is another statement following that instruction which seems
II. RESEARCH METHOD
to be another or additional instruction.
This study is a research and
This tends to make the students
development (R&D)1. The findings of
confused about what to do. Moreover,
research are used to design new
the
contents of
assignments,
the
exercises
especially
or
writing
1
Gall, Meredith D, Joyce P. Gall and Walter R. Borg. 2003. Educational Research. U.S.A: Pearson Education Inc.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1708
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
systematically field-tested, evaluated,
The followings are the procedures
and refined products and procedures
of this research derived from Dick&
until they meet specified criteria of
Carey’s model of R&D (Dick& Carey,
effectiveness,
1985; 2001 in Gall et al., 2003).
quality
or
similar
standard (Gall et al., 2003; Gay et al.,
1.
Identifying the requirements of the
2009). The aim of this research is to develop
field
test2-based
output and the outcome of the
writing
teaching
learning
process
materials for the seventh year students
considering
of SMP Negeri 2 Singaraja, Bali. The
Standard, Basic Competencies, and
present study is a descriptive qualitative
Indicators of Writing skill stated in
research because
the syllabus of the school based on
the data obtained
the
by
Competency
from the research instru-ments are
the
described systematically and clearly in
(known as
words based on specified criteria of the
Kurikulum
Tingkat
school-based syllabus and criteria of
Pendidikan
or
good materials proposed by Tomlinson
curriculum).
(1998). This study was conducted at
2.
implemented
KTSP3
stands
for
Satuan
School-based
Identifying the criteria of good
SMP Negeri 2 Singaraja, Buleleng-Bali. The objects of this research were
curriculum
book proposed by Tomlinson. 3.
Identifying the problems and some
teaching learning materials recently
weaknesses
used in writing course.
textbooks and worksheet as a
The parti-
cipants of the present study were thirty
starting
two students, 17 males and 15 females,
materials.
of the seventh year and a female
4.
of
point
recently-used
for
develop-ing
Designing
a
English teacher of SMP Negeri 2
developing
new
Singaraja, Bali in the academic year
considering and combining the
2009/2010. Based on
elements
a random
blue-print
gathered
materials
from
for by
the
sampling conducted to seven classes of
syllabus, theory of good materials
the seventh grade students of SMP
proposed by Tomlin-son, problems
Negeri 2 Singaraja, this research was
stated above, and empirical studies.
conducted in VII.B. 2
Dick, Walter and Lou Carey. 1985. The Systematic Design of Instruction: Second Edition. England: Scott, Foresman and Company.
3
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1709
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
5.
Planning
and
designing
ISSN 1858 – 4543
the
materials. 6.
The
The design of this research could be seen in the following figure.
materials
were
physically
designed into two kinds which were a manual for teacher and a manual for students. 7.
Planning and designing the research instruments. Figure 2.1 Proposed R&D Model
8.
Experts’ judgment.
9.
Sampling the class as the setting of
The above design is, in fact, the
the field test.
modification of Dick and Carey’s R&D
10. Training the teacher on how to use the
manual
containing
model as below.
newly-
developed materials. 11. Field testing and observing the class. 12. Distributing rubrics to the teacher, interviewing teacher and students. 13. Analysing the result of the field test and revising the materials based on
Figure 2.2 Dick and Carey’s R&D
the result of the rubric response,
Model The
interview, and observation.
data
were
obtained
by
consulting the
reviewing findings of some related
result of the analysis with the
empirical studies which analyzed the
teacher,
compatibility of the existing materials
14. Confirming and
students
and
two
supervisors.
toward
school-based
curriculum
in
15. Producing and publishing the end
general and school-based syllabus in
product of the newly-developed
particular as well as their compatibility
materials.
toward
certain
criteria
of
good
materials. The results of the analyses were then used as bases to develop the proposed materials. In addition, an observation to the recent textbook and
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1710
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
students’ worksheet used by the seventh
proposed materials in the real classroom
grade
setting.
students
and
an
informal
interview to the teacher were also
A
classroom
observation
was
conducted in order to find out some
conducted during the implementation of
more potential problems.
the materials and
the result was
The data were collected by using
recorded on field notes for the same
two kinds of rubrics especially designed
purpose. This was needed in order to
based on school-based syllabus and
obtain
based on the criteria of good materials.
regarding the implementation of the
These rubrics were responded by the
proposed materials in the classroom
teachers after the field test and needed
sessions. This was also used to obtain
in order to assess the compatibility,
additional observable data which might
validity and reliability of the newly
not have been obtained by the other two
developed writing materials. Likert
previously
scales with four categories comprising
rubrics and interview guides.
more
comprehensible
mentioned
data
instruments,
Strongly Agree, Agree, Disagree, and
All data from the observation,
Strongly Disagree were applied for this
informal interview, and review of
purpose. These two rubrics were used
related emphirical studies regarding the
and responded by the teacher who had
development
implemented
material-related
the
materials
in
the
classroom.
and
Interview guides for teachers and students were also used in the interview after
the
implementation
of
the
of
teaching
topics,
materials,
exercises,
activities,
techniques
were
qualitatively described. The data obtained from the rubrics and interview guides were descriptive
proposed materials to identify the
qualitatively
compatibility,
percentage of frequencyby using the
practicality
and
the
usefulness of the developed materials
analyzed
by
using
formula as follow.
for both teachers and students. An informal interview to the English
Percentage =
100%
teacher was also conducted before and after each session of the field test in order to identify any potential problems regarding the implement-ation of the
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1711
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
In line with the validity of this research, data, investigator
methodological, and triangulations
were
conducted.
provided as alternative which helped the teacher whenever he or she needed additional topics to be delivered to the students. The topics were also carefully developed to meet the requirements and the indicators, basic competencies, and
III. FINDING AND DISCUSSION Some or most topics presented in certain
coursebook
and
students’
competency standard stated in the syllabus for each semester.
worksheet, based on the emperical
Based on the syllabus, the texts
study and expert’s analysis, still do not
genres to be developed were only two
meet the school-based syllabus of
namely descriptive and procedure texts.
related schools in terms of the order of
The
syllabus-related
topics
the related topics or the systematical
developed in this study are Writing a
order and the content of the materials
Letter and Writing a Short Message for
regarding the competency standard,
the
basic compet-encies, and indicators
introduction; Healthy and Unhealthy
stated in the syllabus. For example, the
Food and New Year Celebration for a
topics of the first semester based on the
short description, a short procedure, and
syllabus were designed to be presented
listing things; My Birthday Party and
in
Sport Competition for greeting card and
the
second
semester
in
the
coursebook or vice versa
topics
of
instruction
and
announcement; The Most Interesting
The problem, in this case, has to do
Place for descriptive text; and How To
with the arrangement of the topics
for procedure text writing. The first four
presented for each of the semesters.
topics are the topics for the first
This happened because the coursebook
semester. The rest are supposed to be
authors and publishers did not carefully
delivered in the second semester.
recognize the content of the currently implemented syllabus.
Beside not appropriate arrangement of the materials, limited sources of
To overcome this problem, several
materials was also the problem faced by
topics proposed based on the school-
both the students and the teacher. It was
based syllabus implemented to the
found out that, recently, the same book
seventh grade students of SMP Negeri 2
or worksheet was used several years by
Singaraja, Bali. These topics were
different freshmen. This means that for
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1712
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
years, the students from generation to
discussion,
quizes,
generations have learned the same
students had limited opportunities to
materials refering the same book or
practice
students’ worksheet they have used.
learning process was still teacher-
The students got less various materials.
centered.
writing
and
and
test.
the
The
teaching
This was getting worse when the book
Regarding the above phenomena,
or worksheet had been filled in partly or
habit formation, by which the students
fully with answers or responses written
learn both in and outside of the
by previous users of the book or
classroom, was promoted in develop-
worksheet.
ing the proposed activities in this
The materials developed are letter writing,
messaging,
things,
be encouraged to learn more from their
invitation,
environment and not merely textbook-
describing and comparing things, and
limited material oriented. In other
expressing procedures.
words, an attempt to make the students
designing
cards
listing
research. The reason is that they should
and
The availability of these proposed
practice and practice all the time and to
materials were to overcome the limited
make every practice meaningful for
sources of teaching learning materials
them is the grand idea of developing the
and exercises. So that, the developed
activities. Thus, they feel learning as a
syllabus-related
materials,
need and make it as a habit to get
activities, exercises, and implemented
meaningful result, be competent in
teaching learning techniques could be
writing.
topics,
used as renewal alternative teaching
Meaningful activities like a simple
learning sources of materials. Thus,
survey or observation, a small project, a
teaching learning process could be
short
enriched and refreshed.
techniques of getting information were
interview,
and
the
other
In line with the activities, the
designed in this study to be assigned to
teacher admitted that most of the
the students before they started writing.
previous teaching learning activities
By doing one or some of these, the
were done in the classroom with a very
students would supposedly be able to
limited time. In addition, the activities
get involved in a real lives of their own
were still mainly in the form of tutoring,
since they deal with closely-related
asking
activities to their lives and gathered
and
answering
questions,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1713
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
with everyone in their surroundings, to
process could be minimized or even
improve their interpersonal skill in
eliminated. The activities related to the
communication, and to minimize their
exercises were designed to be three
boredom due to dynamic settings and
different
activities of learning experience.
average, and difficult. Easy type was
Furthermore,
comprising
easy,
teaching
suppose to be given to low achieving
learning process was also admitted to
students. Average one was designed to
give a limited opportunity for active
be delivered to the middle achieving
enrolment of the students in their
students. And, the difficult one was
learning (e.g. teacher’s dominance and
dedicated to those considered as high
textbook oriented).
achieving students.
The
activities
most
types
offered
in
the
In terms of personel of doing the
manuals are brainstorming, practice,
activities, the students were asked to
sharing, concluding or summarising,
work in group, in pairs, and then
and homework. All the activities were
individually from begining until the end
designed to promote active involvement
of each meeting session of the proposed
of the students. By developing the
materials. This was conducted in order
activities to be student-centered, it is
to give the same opportunity to both
hoped that the students would have
dependent and independent students to
more opportunities to practice writing,
fulfil the task and do the practice. They
socialize, share ideas, express ideas, and
were also supposed to share and
ask related questions if there is any both
exchange ideas, knowledge, experience,
inside and outside of the classroom
and expertise during the process of
settings.
writing by working in pairs or in
The activities and exercises were,
groups. This is also a good chance for
in addition, developed to be gradable, in
the students to get closely to know each
terms of level of difficulties and
other and to socialize.
personel.
This
was
purposefully
In the proposed materials, adequate
proposed to suit the students’ readiness
examples or models for students were
and differences (i.e. characteristics,
provided before doing exercises/ task.
learning styles, levels of achievement)
Some instructions in doing exercises
so that students’ anxiety and feeling
were brief and clear, so that the students
unsecured during the teaching learning
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1714
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
exactly know what and how to fulfill
not find any difficulty in learning and
the requirements of the instructions.
practicing.
Moreover, one way of enriching
The materials were also dedicated
students’ stock of vocabulary and
to offer and promote various exercises
training their sensitivity to develop and
and activities (i.e. done in group; in
construct
or
pairs; and individually, done inside and
paragraphs is by having them write.
outside of the classroom by doing
They should be encouraged to practice
observation; interview; sharing, etc.), so
writing various genres (i.e. descrip-tive,
that the students would learn more to
procedure) with various topics (e.g.
use the target language in relation to
describing
things,
developed topics. Consequently, they
animals, writing the procedure of
would continuously be exposed to the
sending texts via handphone, procedure
use of the target language, in this case
of
mostly written language.
using
cooking
ideas
into
places,
sentences
persons,
electronical various
appliances, etc.)
Various exercises and activities
continuously and intensively which
could also hopefully make the students
encourages them to use various types of
not get bored to the monotonous ones
vocabularies for a habit formation. As a
they had had in their recent coursebook
result, it is hoped that they will be well
or worksheet. The gradable types of the
prepared with this stock of vocabulary,
proposed materials and exercises related
more
in
to the topics could also accomodate
ideas
students’ different learning styles and
whenever they communicate in English
intelegences (i.e. those who are field
in written form or even orally.
dependent could work in group or in
sensitive
developing
culinary,
and
and
capable
constructing
The proposed topics, materials,
pairs, meanwhile the field dependent
activities and exercises, based on the
students have been facilitated through
criteria proposed by Tomlinson (1998),
individual task). At the same time, the
were also developed to be challenging
proposed topics through the materials
and
were
and exercises led students’ autonomy by
designed to be closely related to the
encouraging them to do the exercises
students’
individually,
interesting.
life
The
(e.g.
topics
short
message
during
the
teaching
exchange, birthday and new year party,
learning process or at home, after they
favorite food, etc.) so that they would
had worked in groups and in pairs.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1715
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Concrete and colorful pictures or photographs
for
arranged to encourage the students to
material-related
apply process approach. The focus of
exercises were also added to both
the semantic mapping or mind mapping
manuals by which students could easily
was to make the students relate some
connect their association, imagination,
relevant ideas and vocabulary. This was
thought, and learning focus to topics,
done in order to make their sentences or
activities, exercises, and materials.
paragraphs coherent to a certain topic or
Several icons and titles of the
the main idea they were writing about.
activities for related exercises were also
Finding,
designed. These were created in order to
vocabulary building which were mostly
give particular hints or clues to both the
recommended in the brain-storming and
teacher and students toward kinds of
sharing
activities and exercises they were
several attempts for the purpose of
dealing with.
semantic mapping. In these kinds of
The procedure of using the manuals
developing
activities
ideas,
were
and
considered
exercises and activities, the students
was additionally designed in order to
practiced
to
connect
related
give a brief and clear guidance for the
vocabularies, ideas and meanings of
teacher and students on the way how to
them with the central ideas or topics of
use the manuals.
their writing work. on
POWERS, which stands for Pre-
observation and informal interview, was
writing, Organising, Writing, Editing,
dedicated for tutoring and students had
Revising, and Sharing, is another
really limited action in practicing their
strategy implemented in conducting the
writing competences, teacher-centered,
proposed topics, materials, activities,
by which the students enrolment in
and exercises.
Most
teaching,
based
active learning was ignored. They could
Some features of CLT approach
also have been encouraged to work in
which could also been found in these
groups, in pairs, and individually in
proposed manuals are meaning and
order to accomodate their differences in
contextualization
learning styles, level of achievements,
attempts by learners to communicate
as well as level of readiness.
with the language are encouraged from
The
materials,
activities,
are
emphasized,
and
the beginning of instruction, materials
exercises proposed in this research were
organization is determined by the
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1716
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
content, function, and meaning that will
which the students worked in pairs,
maintain students’ interest, possible use
small
of the native language is acceptable
Modeling which was mostly presented
where feasible and translation maybe
in the forms of written examples and
used when students find it valuable or
some of oral by teacher or prospective
necessary; especially for those of low
students; Reflection which was done at
achieving, activities and strategies for
the end of the meeting by both the
learning
to
teacher and students by summarizing or
the
concluding entitled What Have You
school-based
Learned; and Authentic Assessment by
communicative
which the focus of the assessment was
are
learner’s
varied
needs
requirements
of
according regarding
the
syllabus,
and
competence
compris-ing
sociolinguistic;
linguistic;
and
and
large
group
activities;
on both process and product.
discourse
In terms of learning, the proposed
competences, with an emphasis on
materials
fluency and acceptable language use, is
theory which believes that all behaviors
the goal of instruction. Context-based
are acquired as a result of conditioning.
accuracy is prominent.
accomodated
behaviorists’
Both types of conditioning were
The strategies implemented in these
implemented
in
these
proposed
proposed materials were adapted mostly
materials. Classical Conditioning was
from those of CLT which focused on
implemented by providing students with
Constructivism by making students
three different sets of activities and
doing and practicing something, having
exercises which could be chosen based
them
on their level of understanding and
doing
paragraphs,
exercises,
composing sharing
achievement. They should not be afraid
ideas, etc; Inquiry by which the students
of being unable to deal with the
were asked to observe, interview,
materials, to get involved in learning
collect data, analyze and present or
activities, and to fulfil the requirements
display the results in the form of reports
of the exercises. By proposing this
or pictures; Questioning which was
within the learning materials, their
mostly presented in the pre and post
feelings and emotions were conditioned
activities of the proposed materials in
for
the
form
demonstrating,
of
brainstorming
and
summarising; Learning Community by
easier,
comfortable,
more practical, and
more
useful,
meaningful
learning. They would supposedly not
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1717
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
feel anxious and fear due to the level of
consistency,
difficulty they ough to face.
attraction, and font types and size.
Operant conditioning or instru-
format,
organization,
The result of the rubrics was in line
mental conditioning was also promoted
with the result of the
by suggesting the teacher to give
conducted toward both the teacher and
rewards (i.e. score bonus, candies, or
the students. The data obtained from the
praise) to those who did best or very
teacher
well
performance
positively
during
and
students
interview,
through
the
and
participated
interview had led to the conclusion that
the
classroom
the proposed materials were proven to
sessions.
be
Based on the findings on validity
compatible
in
content
and
superficially.
by using rubrics, interview guides, and
The result of the observation,
observation represented above, there
moreover, proves similar data. The
was no need to revise the materials in
result of the observation conveys that
terms of the content, based on the result
there is no fundamental problem of
of
implementation of the materials in the
evaluation
regarding
the
compatibility of the materials with the school-based
syllabus,
classroom sessions.
and
Data triangulation proves that the
compatibility, practical-ity, usefullness
pro-posed materials meet both the
and physical lay out, regarding the
school-based syllabus and the criteria of
result of the evaluation on the basis of
good materials proposed by Tomlinson.
the criteria of good materials proposed
The three methods including rubric,
by Tomlinson.
interview, and observation lead to the
As previously explained, the result
same
conclusion.
Furthermore,
the
of the rubrics showed that the teacher
validity and reliability of the developed
agreed that the content of the materials
products to be used as alternative
comprising topics, activities, exercises,
materials could be guaranteed because
and teaching learning approach and
the four experts, the teacher, the
strategies,
students, and the researcher approved
met
the
school-based
syllabus. In addition, she also admitted
the
that the materials superficially met the
usefulness of the products.
criteria of good materials in terms of
compatibility,
practicality,
and
Final revision was conducted as a result of the input gathered from the
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1718
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
experts, teacher, and students. The final
REFERENCES
product was, then, confirmed to all
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta
sources of data stated above to obtain final approval. Finally, topics, activities, exercises, materials as well as implementation of the teaching learning techniques were developed in the form of teaching learning manuals.
IV. CONCLUSION The products of this research offered special features and advantages. The
products
promoted
students’
learning (inside and outside of the classroom), encouraged the real use of the
target
students’
language,
diversities
accomodate
(e.g.
learning
Dick, Walter and Lou Carey. 1985. The Systematic Design of Instruction: Second Edition. England: Scott, Foresman and Company. Gall, Meredith D, Joyce P. Gall and Walter R. Borg. 2003. Educational Research. U.S.A: Pearson Education Inc. Gay, L.R., Geoffrey E. Mills, and Peter Airasian. 2009. Educational Research: Competencies for Analysis and Applications. New Jersey: Pearson Education Inc. Sawitri, Retno Ananda. 2009. The Analysis of Coursebook Smart Steps Used by the First Year Students of Junior High School in Buleleng District in the Academic Year 2008/2009. Unpublished Thesis. UNDIKSHA Singaraja.
styles, level of achievement), and combined
learning
and
art
(e.g.
designing cards, drawing and writing). The products were also process and product-oriented, compatible
student-centered,
with the
syllabus
and
criteria of good materials, meaningful,
Tomlinson, Brian. 1998. Materials Development in Language Teaching. U. K: Cambridge University Press Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Depdiknas
contextual or real life (e.g. authentic tasks), materials,
challenging lovely,
with
various
inspiring,
and
attractive with colour and stimulating images and photographs.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1719
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE EFFECT OF TASK-BASED LEARNING TECHNIQUE AND LEARNING STYLES ON THE SPEAKING ACHIEVEMENT OF SEMESTER II ENGLISH DIII STUDENTS OF GANESHA UNIVERSITY OF EDUCATION
Era Marsakawati, Ni Putu ABSTRACT This article is intended to describe the result of a study aimed at investigating the effect of task-based learning technique and learning styles on the speaking achievement of semester II English DIII students of Ganesha University of Education. This experimental research applied the posttest only control group design by using 2 x 2 factorial design. Instruments which were used in this study were speaking test, analytical scoring rubric, learning style instrument, field note, and interview guide. Speaking test, analytical scoring rubric, and learning style instrument were used to gain quantitative data, while field note and interview guide were used to obtain qualitative data. The obtained data were analyzed by administering quantitative and qualitative data analysis. The result of the study showed that task-based learning technique and learning styles did affect the speaking achievement of semester II English DIII students of Universitas Pendidikan Ganesha. Task- based learning technique could affect students’ speaking achievement because it provided sufficient opportunities for students to use the language. It provided more exposure on the target language and increased students’ interest, motivation, and self confidence. Meanwhile, learning styles could affect students’ speaking achievement due to the technique implemented by the teacher, the skill focused in the study, and students’ culture. Key words: learning technique, learning style, and speaking achievement
PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS DAN GAYA BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SEMESTER II JURUSAN BAHASA INGGRIS DIII, UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik pembelajaran berbasis tugas dan gaya belajar terhadap kemampuan berbicara mahasiswa semester II Jurusan Bahasa Inggris DIII, Universitas Pendidikan Ganesha. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design dengan rancangan factorial 2 x 2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berbicara, rubrik penskoran analitik, instrumen gaya belajar, catatan lapangan (field note), dan pedoman wawancara (interview guide). Tes kemampuan berbicara, rubrik penskoran analitik, dan instrumen gaya belajar digunakan untuk memperoleh data kuantitatif, sementara catatan lapangan (field note) dan pedoman wawancara (interview guide) digunakan untuk memperoleh data kualitatif. Data-data yang telah diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pembelajaran berbasis tugas dan gaya
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1720
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
belajar berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa semester II Jurusan Bahasa Inggris DIII. Teknik pembelajaran berbasis tugas dapat mempengaruhi kemampuan berbicara mahasiswa karena teknik ini menyediakan kesempatan yang banyak bagi mahasiswa untuk menggunakan bahasa Inggris mereka. Teknik pembelajaran berbasis kelas mampu mempengaruhi kemampuan berbicara mahasiswa karena teknik ini menyediakan kesempatan yang banyak bagi mahasiswa untuk menggunakan bahasa Inggris mereka, teknik ini banyak menyediakan exposure terhadap bahasa target, dan teknik ini mampu meningkatkan minat, motivasi dan rasa percaya diri mahasiswa, sementara gaya belajar mampu mempengaruhi kemampuan berbicara mahasiswa yang dikarenakan oleh teknik pembelajaran berbasis tugas yang diimplementasi oleh peneliti, jenis keterampilan berbahasa yang diteliti, dan budaya mahasiswa. Kata kunci: teknik pembelajaran, gaya belajar, dan kemampuan berbicara.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1721
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
I.
ISSN 1858 – 4543
caused by the intrinsic factors, such as
INTRODUCTION The aim of language teaching is
their motivation and interest. They were
to enable learners to use the language
not motivated to learn since they were
they have learned in school or college to
strictly thought about the accuracy than
communicate
and
the fluency. They were afraid of
effectively with other users of English
producing sentences to avoid being
in the world outside. However, the fact
humiliated by the teacher and the
showed that many learners are failed to
students if they produced incorrect
achieve the desired goal of learning.
grammar, pronunciation or choice of
They are still unable to use the language
words. They preferred to keep silent to
in real life. It is true that they know the
practicing the target language.
confidently
correct grammar, but cannot confidently
The problem above needs to be
able to take part in a conversation on
solved. In order to help students
everyday topics.
accomplish their learning objective, the
The problem above was caused
teachers need to equip themselves with
by some factors, either from teachers’
an effective teaching technique applied
side or students’ side.
to teach speaking.
From the
The techniques
teachers’ side, the problem was caused
should help the students to practice their
by the technique applied in teaching
English and to employ it in a real
speaking. They gave more emphasis on
situation. One technique which can be
form than on meaning. They taught
implemented by the teachers is task-
speaking
based learning technique. It offers an
but
the
techniques
implemented to teach speaking did not
alternative
provide
sufficient
teachers in language teaching and
opportunity to practice speaking. The
learning to teach speaking (Willis,
activities
were
some
2007). In a task-based lesson the teacher
exercises
on
structure.
does not pre-determine what language
Eventhough there was a practice, that
will be studied, the lesson is based
was not a real practice. The practice was
around the completion of a central task
still controlled by the teachers and did
and the language studied is determined
not resemble a real life communication.
by what happens as the students
It was so unnatural. Meanwhile, from
complete it.
the
students
more
about
language
technique
for
language
the students’ side, the problem was
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1722
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Task-based learning technique is beneficial
to
student’s
that learners have clear preferences for
speaking achievement (Sinatra, 2009).
how they go about learning new
In
material. The term learning style was
task-based
promote
Lightbown & Spada (1999) state
learning
technique,
teachers have a lot of opportunities to
introduced
develop various activities. Teacher can
preferences in learning and studying.
use fun activities with familiar topics to
This is actually an aspect of personality
students. The familiarity of topic and
that
the enjoyment in conducting the task is
achievement. Among many types of
the
low
learning styles, the study was focused
participation in speaking class. Task-
on examining two types of learning
based learning technique gives a greater
styles in English, they were:
chance to speak and communicate in the
dependent
target language.
learning style. These two styles of
solution
of
students’
to
describe
influences
and
students’
the
field
students’
field
independent
Task-based learning technique
learning were selected because the
consists of some elements. One of those
characteristics of field dependent and
elements is setting. Setting refers to the
field independent learners are closely
classroom
related with the characteristics of task-
arrangement
affecting
interaction entailed in the task, such as
based learning technique.
pair work or group (Oura, 2001).
Understanding the way students
Therefore, in implementing task-based
learn is of crucial importance and is the
learning technique, teacher often asks
key to educational improvement. It is
the students to interact with others to
true that students take in and understand
practice English. In this case, teacher
the materials in different ways. Some
mostly assigns students to work either
enjoys learning individually and feel
in pairs or in groups.
reluctant to collaborate with others.
However, in
implementing group work, teachers
Conversely,
cannot just merely put the students into
together with their peers or groups.
certain group randomly without any
Meehan
consideration.
dependent learners are more socially
Instead,
they should
others
(2005)
prefer
says
learning
that
field
consider some factors; one of them is
oriented
than independent learners.
students’ diversity in their preference in
They pay more attention to social cues,
learning.
they like to be with others and they seek
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1723
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
learning and experiences that put them
In order to obtain data, two kinds of
in contact with people.
instruments were administered, namely
This intrinsic factor should be
data collector instruments and treatment
taken into consideration in order to help
instruments. Data collector instruments
students to accomplish their learning
covered speaking test, analytical scoring
objective. Matching or mismatching
rubric, learning style instrument, field
students’ learning styles with teaching
note, and interview guide. Speaking
techniques affects learning significantly.
test, analytical scoring rubric, and
A better understanding of students’
learning style instrument were used to
learning styles preferences can help
collect quantitative data, meanwhile
students to increase their motivation and
field note and interview guide were
interest
used
in
learning.
They
feel
to
collect
qualitative
data.
comfortable to learn. As a result, their
Treatment instruments covered teaching
achievement is also increased.
scenario and teaching handout.
The
Based on the explanation above,
obtained data then were analyzed using
the researcher then would like to
two forms of data analysis; they were
investigate
quantitative
the
effect
of
teaching
technique that is task-based learning
data
analysis
and
qualitative data analysis.
technique implemented by the teacher, and students’ learning styles on the
III. FINDINGS AND DISCUSSION
speaking achievement of semester II English DIII students
of Universitas
Pendidikan Ganesha.
The obtained data were firstly analyzed
quantitatively
using
both
descriptive and inferential statistics. The Two way - ANOVA at the significance
II. RESEARCH METHODS
level of 5 % was used in this study. The
In order to achieve the research
analysis result showed that task-based
objectives, there were 40 out of 68
learning technique and learning styles
students were taken to be the sample of
did
the study. The sample was selected
achievement. The speaking achievement
through
sampling
of students who were taught by task-
technique. The experimental research of
based learning technique was higher
posttest only control group design with
than the speaking achievement of those
2x2 factorial was applied in this study.
who were taught by conventional
simple
random
affect
students’
speaking
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1724
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
technique. This can be proven by the
The
result
of
qualitative
gained mean score, in which the mean
analysis then showed that task-based
score of the speaking achievement of
learning
students who were taught by task-based
students’ speaking achievement because
learning
first,
technique
was
79.18,
technique
task-based
could
influence
learning technique
meanwhile the mean score of the
could provide sufficient opportunity for
speaking achievement of students who
students to use the language. Task-
were taught by conventional technique
based learning technique offered the
was 74.22. The speaking achievement
student an opportunity to use the
of field dependent students who were
language (Skehan, 2003). The primary
taught by task-based learning technique
focus of classroom activity was the task
was
speaking
and language was the instrument which
independent
the students used to complete it. The
students. This can be proven by
task was an activity in which students
comparing the mean score of both
used language to achieve a specific
groups. The mean score of speaking
outcome (Ellis, 2003). The activity
achievement of field dependent learners
reflected real life and learners focused
was 78.33, and the mean score of
on meaning, they were free to use any
speaking
field
language they want. The students talk
independent learners was 75.07. The
time was more than the teacher talk
finding
time in which students talked a lot in all
higher
achievement
than of
the
field
achievement
also
of
indicated
the
implementation of task-based learning
stages
technique and learning sytles interacted
implementation. It was clearly seen at
positively. Meaning that there was an
every stage of the implementation of
interaction between
teaching
task-based learning technique, starting
learning
from pre-task, task-cycle, and language
technique
the
(task-based
of
At
task-based
pre-stage,
the
learning
technique and students’ learning styles
focus.
tecaher
on the students’ speaking achievement.
introduced and created interest in doing
The result of tukey analysis showed that
a task on the chosen topic. In addition,
task-based learning helped could help
she also activated topic-related words,
both field dependent and independent
phrases, and target sentences that would
learners but gave a stronger impact on
be useful in carrying out the task
field dependent learners.
However, teacher did not present it, she
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1725
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
just did brainstorming. At this stage,
their mother tongue. Here, the teacher
speaking activity was begun. Teacher
monitored the students, she came to
posed some questions which were
each
answered by students. Students also
communicated in the target language
raised some questions related to the task
and they performed the expected task.
that they had to accomplish. Task-cycle
In addition, monitoring was also done to
consists of the task plus planning and
avoid the risk of developing fluency at
report phase in which students present
the
spoken or written reports of the work
implementation of jigsaw would allow
done in the task. At this stage, teacher
the learners to practice the target
applied jigsaw technique. Students were
language and each student had the same
asked to work in groups (one group
opportunity to speak.
group
to
expense
ensure
of
that
accuracy.
they
The
consists of four students). Each group
Having performed jigsaw activity,
was given part of today’s subtopic in
the teacher assigned the students to
which each group had different part of
perform a role play in groups/pairs
today’s subtopic. They had to learn and
based on the topic. They had to write
discuss that part of subtopic in their
the script and they had to videotape the
group. After discussing the material in
performance. The writing script was
groups, they were assigned to form
done in the classroom, in which they
expert group. Expert groups discuss the
might
material and brainstorm ways in which
meanwhile the process of videotape was
to present their understandings to the
done at home.
consult
with
the
teacher;
other members of their “home” group;
At language focus stage, some of
the experts return to their “home”
specific features of the language, which
groups to teach their portion of the
occurred naturally during the task, were
materials and to learn from the other
identified and analyzed. At the analysis
members of their “home” group. In
stage, the teacher asked the students to
learning and discussing the materials,
submit their work. She then had the
they used the target language to
students work in group of four. Each
communicate. They might use whatever
group had two video of their friends’
linguistic resources they possess to
performance. They had to analyze their
achieve the goals of the task, however
friends’ performance in which the result
they were strongly not allowed to use
of their discussion had to be presented
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1726
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
in front of the class. This activity again
communicative method and task-based
provided opportunity for students to
learning
practice the language. Having all groups
communicative roots in assuming a
presented the result of analysis, the
similar claim. Task-based learning does
teacher then discussed the topic with all
not seem to be based on new learning
students.
This
forms/structures problems
is
consistent
with
its
included
language
principles. Rather, it offers a novel way
used
students,
of being exposed to and practicing the
they
by
encountered,
and
language,
and
at
the
same
time
mispronunciation. This was at practice
involving and motivating the students.
stage.
This novel way is the task. Practicing The second reason why task-
based learning technique
and using the language by means of a
could
task is supposed to produce more
influence students’ speaking technique
effective teaching. It means that task in
because it provided more exposure on
task-based
the
opportunities for both input and output
target
language.
methodologist
and
Most
researchers
in
Second Language Acquisition (SLA) admit that foreign language learning is favored
when
it
meets
with the
learning
provides
full
requirements which are believed to be the key concept in language teaching. The third reason was because task-based
learning
could
increase
following conditions: a) learners should
students’ interest, motivation, and self
be exposed to the language. There is a
confidence.
direct relationship between exposure to
technique
the language and linguistic acquisition.
interest, motivation and self confidence
Exposure counts as a necessary input
in learning. During the task, the learners
phase before the learners are able to
were allowed to use whatever language
generate any output and refer both to
they want, freeing them to focus
the oral and written language, and b)
entirely on the meaning of their
Learners use the language and practice
message. They were not afraid of
with it especially in a communicative
making mistakes on producing incorrect
context. Learners can use the language
grammar, pronunciation or choice of
in real life situation.
words. Their interest and motivation
Those conditions have been intensively
recidivated
by
the
Task-based could
increase
learning students’
were increased because students felt relax while learning. They did not get
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1727
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
tense to produce a correct sentence. The
field independent students, but helped
learning situation was also fun and
field dependent more. The result of
enjoyable. They could interact not only
interview
with their teacher but also with their
dependent
friends in pair or group work. In
learning
addition, the authentic materials used by
speaking achievement. Based on the
the teacher in implementing task-based
interview, it was found that students felt
learning
increased
so motivated to learn. Field dependent
students’ motivation in learning. The
learners said that they liked learning
materials helped the learners involved
through group work. They could share
in the real language. They felt that they
their knowledge with their friends. They
gained a significant benefit on the
could consult with their peers, and the
materials in which they could use them
most important thing was they could
in real settings. The students’ self
practice their English within their
confidence especially poor students was
groups. They were so happy and
also increased because they could get
enjoyed the grouping work. They really
involve
learning
spoke naturally. Some students said that
process. They had the same portion to
through group work, they could asses
speak in the classroom as the good
their ability by comparing to their
students.
friends. They did such kind of self
technique
in
also
teaching
Learning
style
and
and style
revealed field
that
field
independent
influenced
students’
another
reflection on their speaking ability.
variable which was experimented in the
When they found that their friends’
current study also gave a positive effect
speaking ability were better than their
on students
achievement.
speaking ability, they were challenged
There are three reasons why learning
to learn a lot to increase their ability.
styles
students’
They said that grouping the students in
speaking achievement. Their influence
fulfilling the task were really meant for
was due to first, the teaching technique
them. They said that it was easier for
implemented by the teacher. From the
them to catch and understand the
observation and
it was
material when they worked in group.
proven that the implementation task-
They could discuss and share the
based
could
problems, take and give, practice their
accommodate both field dependent and
English, and increase their motivation.
speaking
could
learning
as
also
influence
interview,
technique
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1728
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Through
group
work,
they
could
ISSN 1858 – 4543
learners. They liked analyzing activity
interact each other, find his strengths
in which they
are able to find the
and weaknesses, and build interpersonal
details from a context or background
skills.
field fairly easily through analysis. Field dependent learners liked
Borich (2007) stated that analytical
learning materials which were closely
learners love the grammar. They prefer
related to real life. They said so because
being given the grammar rule and may
they could have benefit from the
well create their own summary of the
materials. They could use or apply the
grammar system in a separate notebook.
materials to real life. It was so
They probably enjoy being in the
meaningful for them. The six selected
classroom or studying by themselves
topics (greeting friends and strangers,
more than socializing with people
asking and giving information,, asking
outside, hence will progress slower in
and giving opinion, agreeing and
the language used for communicative
disagreeing,
purpose.
asking
and
giving
suggestion, and describing someone)
The second reason was due to
were considered as authentic materials
the skill focused in this study. Actually,
for students. Eventhough, each student
field dependent and field independent
had a different preference on those
learners do not differ in learning ability
topics.
but respond differently to the content/ Field dependent learners like
skill presented as well as the learning
visual aids so much. It means that their
environment (Altun & Cakan, 2006).
learning could be accelerated very well
Borich (2007) also stated that
when the teacher provided some visual
independent learner excels in classroom
aids, like video. They said that besides
learning
making the learning became interesting,
attention to details, and mastering of
exciting, and joyful, the use of video
exercises, drills, and other focused
also helped them in understanding the
activities, meanwhile field dependent
materials. They loved to see what they
learners seems to achieve a higher
were learning. They could remember
degree of success in everyday language
the materials with ease.
situations beyond the constraints of the
However, learners are
field referred
independent to
analytical
which
involves
field
analysis,
classroom, tasks requiring interpersonal communication skills (Borich, 2007).
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1729
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Since the skill focused in this study was
in the environment (Gollnik & Chinn,
speaking,
learners
1994) in (Jian, 2009). So the students in
excel more than field independent
the United States prefer to work
learners.
independently, are task oriented, and
field
dependent
The third reason was due to the students’ culture. It is true that culture
prefer rewards based on individual competition.
influence students’ learning, particularly
The same case also happened in
their learning style. It had been proved
Indonesia society. All of students who
by Jian (2009) who stated that learning
were selected as the sample of the study
styles of students were influenced by
were Indonesian students. They inherit
their culture. He conducted a contrastive
Indonesian culture which was more
study between China and the United
dependent than independent. They like
States. His study revealed that students
to socialize with others, work with
from China were more dependent
others, and cooperate with others. There
learners than students from the United
are some values that they believe like
States.
gotong royong, bersatu kita teguh
Chinese culture as a highcollectivistic
bercerai kita runtuh and so forth. Those
society is field-dependent. In such
values are educated to them since they
culture any interaction resulting in
were born and they become students’
discord means one or all lose ‘face’, so
culture which affects their characters
individuals
and their styles in learning. Field
context,
traditional,
have
a
more
global
perspective their surroundings; they are
dependent
more dependent to the social field. That
accustomed with the teaching technique
is why Chinese students prefer to work
which assigned them to work in group
with others, seek guidance from the
compared to field independent learners.
teacher, and receive rewards based on
That is why they could excel better in
group relations. In contrast, the United
learning compared to field independent
States
learners.
as
a
low-context,
highly
learners
are
more
industrialized, individualistic society is predominantly field-independent, the students in it “tend to more analytical and
more
comfortably
focus
on
impersonal, abstract aspects of stimuli
IV. CONCLUSION, SUGGESTION, AND IMPLICATION From the previous explanation, it can be
concluded
that
task-based
learning technique and learning styles
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1730
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
did
affect
achievement.
ISSN 1858 – 4543
students’
speaking
based learning technique effectively. It
Task-based
learning
is so fruitful for students that they can
technique could influence students’ speaking
achievement
provided
sufficient
it
The result of the study also
opportunity for
showed that both field dependent and
students to use the language, provided
field independent learners are better
more exposure on the target language,
facilitated through the implementation
and
of task-based learning technique than
increased
because
obtain the ability to communicate well.
students’
motivation,
and
self
Meanwhile,
learning
influence
students’
achievement
due
interest,
confidence. styles
could
through
the
presentation,
implementation practice,
of
production
speaking
technique. This implies that task-based
teaching
learning technique is suitable to be
technique implemented by the teacher,
implemented for both those styles of
skill focused in the study, and students’
learning. It accommodates the students’
culture.
diverse in the preference of learning.
to
the
The result of the study strongly
This finding also indicates that the use
implied that teachers should reconsider
of task-based learning technique in
the implementation of presentation,
teaching speaking matches with the
practice, production technique since it is
students’
considered
teaching
students’ learning styles are matched
students in
with appropriate teaching techniques,
less
effective
technique in helping
achieving their learning goals.
The
their
learning
motivation,
styles.
When
performance,
and
result of the study proved that task-
achievement will be increased and be
based learning technique can be one of
enhanced. When mismatches exists
alternatives to teach speaking since it
between learning styles of the learners
can maximize the students’ chance to
in a class and the teaching technique of
engage in doing things with language
the teacher, the students may become
and to develop their language ability. At
bored and inattentive in class, and get
last, it can improve the students’ ability
discouraged
in speaking. Even though there are still
course, the students’ achievement is
some challenges to implementing task-
low.
based
learning
technique,
about the
course.
Of
teachers
In order to overcome this, it is
should train on how to implement task-
strongly recommended for teachers that
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1731
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
in teaching the students, they must be
his or her strengths and weaknesses in
aware of individual learning styles and
terms
learner diversity. To achieve a desired
Therefore, future learning may be
learning
enriched if the learners maintain their
outcome,
teachers
should
of
learning
provide teaching activities which are
strengths
compatible with the ways through
weaknesses. Aside from that, this will
which
learn the
increase their motivation because they
language. It is absolutely true that
may feel more comfortable to learn;
students differ consistently from each
therefore they can achieve the desired
other in their preferences for certain
learning goal effectively.
learners
ways
of
like
to
processing
and
experiences.
improve
on
their
information.
Based on the research findings
Matching or mismatching students’
and implications presented previously,
learning
instructional
it is strongly recommended that: first,
techniques affects learning significantly.
teacher should implement the task-
Therefore,
in
teaching
based learning technique in teaching
techniques
and
lesson
speaking since the achievement of
activities, teachers must always take
speaking can be improved by its
into account their students’ preferred
implementation.
way of learning the language. In this
technique can also accommodate the
case, they can teach in a way that is
two learning styles; they are field
appealing to students.
dependent
learners
independent
learners.
styles
with
selecting designing
Besides providing implications
In
addition,
and
this
filed
All language
for teachers, the implication of this
teachers are invited to become familiar
study can also be subjected to students.
with the task-based learning technique
The findings of this study are helpful to
which is a very popular and adaptable
students
framework
in
importance identification.
demonstrating of
learning Students
the style are
in
language
teaching.
Students in this study were quite receptive
to
task-based When
learning
recommended to identify the best
framework.
adopting
this
way(s) through which they can learn the
framework, language teachers should
language more fruitfully. Knowledge of
provide their students with a variety of
his or her learning style is beneficial in
enjoyable tasks. Carrying out a variety
which the learner will now be aware of
of tasks influences students’ progress
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1732
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
and attitudes towards the lesson. A
about the strengths and weaknesses of
willingness
observed
their own learning style. When they
whenever students are given tasks that
recognize their learning styles, they may
involve them completely. Rather than
maximize the strengths and minimize
being passive listeners, learners prefer
the weaknesses to obtain a good
to
achievement in language learning.
be
to
active
learn
is
receivers.
Therefore,
serious consideration should be given to task-based
learning
technique
and
Fourth, for other researchers, it is recommended to conduct a research
language teachers should provide their
on
students with opportunities to make
students’ speaking ability. Since this
progressive
study
use
of
content
learnt
through a variety of tasks.
some
variables
used
which
task-based
affect
learning
technique and students’ learning styles,
Second, teachers should always
it is suggested to think about other
be aware with students’ diversity which
teaching techniques and variables which
includes
in
may affect students’ speaking ability,
learning. This greatly affects students’
such as students’ motivation, attitude,
success in language learning. Teachers
aptitude and so forth. Research on
should keep in mind that every activity
different kinds of learning styles are
or every technique that they implement
also fruitful to be investigated. These
must suit with students’ learning style.
can be conducted on different settings,
It is to obtain the intended learning goal
subjects, and materials as well to obtain
successfully. In this case, it is suggested
a more comprehensive study.
students’
preferences
that teachers employ instruments to
Fifth, for the institution, it is
identify students’ learning styles and
suggested to conduct a survey study
provide instructional alternatives to
concerning on students’ learning styles
address their differences, and they plan
of Universitas Pendidikan Ganesha
lessons to match with students’ learning
students. The result of the study then is
styles.
used as a data-based particularly on the Third, students should be aware
learning styles of the students. This is
of their learning styles. They should
very useful to give a clear picture on
identify their preference in learning,
students’ learning styles of Universitas
finding
and
Pendidikan Ganesha and to provide a
disadvantages. They should also think
suitable policy which suit with the
out
both
advantages
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1733
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
students’ learning styles, for example providing appropriate learning media matching with students’ learning styles. This is one way to facilitate students in learning, and of course, to improve students’ learning achievement. It is a small thing which is often neglectedgiven a very little attention, but actually has a great impact on the students’ success in learning.
ISSN 1858 – 4543
Lightbown, Patsy. M & Nina Spada. 1999. How Languages are Learned. New York: Oxford University Press. Meehan, Paul. 2005. Counting for Style. http://www.tefl.net/esl. Retrieved on November 14, 2009. Oura, Gail. K. 2001. Authentic TaskBased Materials:Bringing the Real World Into the Classroom. www.jrc.sophia.ac.jp. Retrieved on November 12, 2009. Willis,
REFERENCES Altun,
A & Cakan, M. 2006. Undergraduate Students’ Academic Achievement, Field Dependent/Independent Learning Styles, and Attitude toward Computers. http://www.ifets.info. Retrieved on May 9, 2009.
Borich,
Gary. D. 2007. Effective Teaching Methods. ResearchBased Practice. New Jersey: Pearson.
Jane. 2007. Criteria for Identifying Tasks for Task-Based Learning. http://www.teachingenglish.org. uk. Retrieved on May 9, 2009.
Jian, Hong. 2009. A Contrastive Study between Cultural Diversity of Learning Styles between China and the United States. www. Ccsenet.org. Retrieved on August 1, 2010. Sinatra, A. F. 2009. Optimizing TaskBased Activity to Improve Students’ Speaking Ability. Unpublished Thesis, Universitas Sebelas Maret, Solo. Skehan, Peter. 2003. A Cognitive Approach to Language Learning. New York : Oxford University Press.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1734
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PENALARAN OPERASIONAL KONKRET TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SEMARAPURA KANGIN
Kartika, I Komang ABSTRAK Tujuan penelitin ini adalah untuk (1) mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan matematika realistik dengan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional. (2) mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa setelah dilakukan pengendalian penalaran operasional konkret antara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran konvensional (3) mengetahui kontribusi penalaran operasional konkret terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Kangin. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain Posttest only Control Group Design,dengan melibatkan sampel sebanyak 72 orang siwa kelas IV . Data penelitian ini dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda, yang dianalisis dengan statistik uji anava 1 jalur dan anakova.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pendekatan matematika realistik dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 14,669; = 0,05), (2) pendekatan pembelajaran matematika realistik tetap berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika setelah dilakukan pengendalian penalaran operasional konkret (F* = 4,71; = 0,05), (3) terdapat kontribusi penalaran operasional konkret yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SD Negeri 1 Semarapura Kangin, baik pada siswa yang mengikuti pendekatan matematika realistik maupun pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, masing-masing sebesar 95,6% dan 72 25% . Implikasi dari temuan penelitian ini adalah (1) dalam pembelajaran matematika realistik dengan mengadakan pengamatan secara nyata pada bendanya akan menambah ingatan siswa akan objek yang diamati (2) pendekatan matematika realistik, dalam implemntasinya sangat memerlukan tekad, inovasi dan kesabaran guru dalam merancang pembelajaran yang lebih inovatif. (3) guru tidak menjadi pusat perhatian,melainkan berfungsi sebagai fasilitator dan mediator Kata kunci: pendekatan matematika realistik,pembelajaran konvensional, prestasi belajar matematika, penalaran operasional konkret.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1735
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE EFFECT OF MATHEMATICS REALISTIC APPROXIMATION AND CONCRETE OPERATIONAL REASONING TO MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF ELEMENTARY STUDENTS SEMARAPURA KANGIN
ABSTRACT The main purposes of this research are (1) to discover the differences of mathematics achievement of students using realistic mathematics learning approach with students using conventional learning approach. (2) To discover the difference of student’s achievement after the control of concrete operational reasoning is done between students with realistic mathematics learning approach and students with conventional learning and (3) to discover the contribution of concrete operational reasoning toward 4th grade students mathematics achievement in SD Negeri 1 Semarapura Kangin. This research is an experimental study using posttest only control group design.: involving a sample of 72 students. The research data were collected using multiple choice test, and were analyzed using one way ANAVA and ANACOVA. The result shows that (1) there are differences of mathematics achievement, which is significant, between students using math realistic approximation and students using conventional learning model (Fhitung = 14.669; =0.05), (2) math realistic approximation and concrete operational reasoning, which keep positively affecting student’s math achievement after the concrete operational reasoning was controlled (F* = 4.71; =0.05), (3) there is a significant contribution of concrete operational reasoning to students of SD Negeri 1 Semarapura Kangin math achievement, either to students using math realistic approximation or to students using conventional learning model, each is valued 95.6%. and 72.25% The implication of these research findings are (1) direct observations on the object in realistic math learning will significantly increase the memory of students on the observed object. (2) Commitment, innovation and patience of teachers are strongly needed in the implementation of realistic mathematics approximation in creating a more innovative learning (3) Teachers are no longer as the center of their students, but rather as a facilitator and mediator. Key Words: math realistic approximation, conventional learning, mathematics achievement, concrete operational reasoning
pendidikan, workshop pendidikan dan
I. PENDAHULUAN Inovasi di bidang pendidikan telah
banyak
pemerintah,
dari
oleh
pembelajaran
lanjutan, inovasi
dalam
proses
telah
banyak
pendidikan
dilakukan seperti pembelajaran melalui
dasar, menengah sampai pendidikan
simulasi komputer, cara belajar siswa
tinggi
kualitas
aktif, pendekatan keterampilan proses.
pendidikan. Inovasi dilakukan misalnya
Kualitas pendidikan menjadi sangat
melalui
penting
guna
mulai
dilakukan
pendidikan
meningkatkan
penataran
guru,
seminar
digarap
karena
akan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1736
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
menentukan
kualitas
ISSN 1858 – 4543
sumberdaya
abstrak , maka diperlukan pembelajaran
manusia, kualitas sumber daya manusia
yang bersifat lebih mendekatkan pada
yang baik akan mampu bersaing di
kehidupan nyata yaitu pembelajaran
dunia global.
matematika realistik.
Pendidikan
khususnya
Pendekatan matematika realistik
sekolah dasar merupakan fondasi yang
akan dapat mendekatkan pemahaman
sangat menentukan bukan hanya bagi
siswa pada kehidupan nyata
pendidikan pada jenjang selanjutnya,
dialami dalam kehidupan sehari-hari.
tetapi juga pendidikan bagi semua
Bagian matematika yang perlu menjadi
warga negara. Mutu pendidikan bagi
perhatian siswa
warga negara umumnya dan mutu
materi konsep operasi hitung, karena
pendidikan lanjutan khususnya sangat
konsep
operasi
hitung
merupakan
bergantung pada mutu pendidikan di
konsep
dasar
bagi
penerapan
sekolah
pendidikan
matematika selanjutnya, justru hal ini
sebagian besar ditentukan oleh mutu
yang masih sulit dikuasai oleh siswa
pembelajaran
6).
sehingga memerlukan perhatian khusus
Sehubungan dengan pendapat di atas,
dalam pembelajarannya di sekolah,
peningkatan
terutama di sekolah dasar (Soedjadi
dasar.
dasar,
Mutu
(Wraag,
mutu
1996:
pembelajaran
di
sekolah dasar merupakan kebutuhan
yang
adalah penguasaan
et.al, 1996: 26).
yang mutlak dan sangat mendesak
Suradi
(2001
:
digarap dan ditingkatkan termasuk salah
menyimpulkan
satunya
pembelajaran
konsep operasi hitung berpengaruh
matematika
terhadap prestasi belajar matematika
merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang
siswa di sekolah dasar. Kenyataan
lain.
menunjukkan
adalah
matematika,
karena
Karakteristik
yang
mendasar
dasar
yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini
berdampak
menyebabkan
matematika
tingkat
sekolah
khususnya
bahwa
pemahaman
belum
optimal,
pada
sehingga
prestasi
secara
belajar
keseluruhan.
mengalami
Sehubungan dengan itu Suradi dan Japa
kesulitan dalam belajar matematika.
( 2000 : 1) menyatakan, bahwa dari soal
Dengan
yang
sulitnya
dasar
di
pemahaman
konsep operasi hitung siswa sekolah
matematika adalah mempunyai objek
siswa
bahwa
24)
siswa
dalam
memahami konsep matematika yang
disebarkan
penelitian,
terdapat
kepada pola
subjek kesalahan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1737
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
antara
lain:
mengurangkan,
ISSN 1858 – 4543
menjumlahkan, mengalikan
menunjukkan bahwa, secara umum
dan
gaya mengajar yang dilakukan oleh para
membagi. Ini berarti bahwa siswa
guru pada kelas awal adalah : (1)
mengalami berbagai jenis kesalahan
pendahuluan, penjelasan, memberikan
karena adanya miskonsepsi berkaitan
latihan,
dengan konsep operasi hitung .
memberikan tugas, (2) kualitas buku
Kurikulum matematika sekolah maupun
dalam
pembelajaran
memeriksa
lebih
latihan,
mengutamakan
dan
pengertian
prosedural daripada konseptual, dan
matematika di sekolah selama ini ada
kurang
kecendrungan kebiasaan pembelajaran
konteks yang bervariasi, sehingga siswa
dengan
konvensional
kurang dapat melihat manfaat dalam
dengan urutan sebagai berikut : (1)
kehidupan sehari-hari, dan (3) penyajian
diajarkan
teori/definisi/teorema,
(2)
materi dalam buku teks menggunakan
diberikan
contoh-contoh,
(3)
sistem spiral mengacu pada sistem
pendekatan
dan
menyajikan
konsep
diberikan latihan soal (Soedjadi, 2001:
strukturalistik
1). Dalam
itu, pada
disajikan seperti barang yang sudah
umumnya kemudian siswa dihadapkan
jadi, yang siap ditransfer ke kepala
bentuk soal cerita yang terkait dengan
siswa,
terapan matematika atau kehidupan
mempunyai
sehari-hari, justru soal bentuk cerita
Lebih jauh diperoleh bahwa guru
tidak mudah dipahami siswa atau
menggunakan
diselesaikan oleh siswa.
instrumen, artinya guru menggunakan
latihan soal
dan
dalam
materi
akibatnya
siswa
pengertian
buku
yang
kurang
konseptual.
teks
sebagai
Yuwono (2001: 2) menyatakan
buku teks sebagai sumber pelajaran,
bahwa pembelajaran matematika secara
guru mengikuti halaman demi halaman
konvensional
yang ada
mengakibatkan
siswa
hanya bekerja secara prosedural dan
atau bersifat strukturalistik
instrumental.
memahami matematika tanpa penalaran,
Dominasi
metode
serta cenderung menggunakan data
dalam
yang ada tanpa memperhatikan konteks
cenderung berorientasi pada materi
masalahnya.
yang tercantum dalam kurikulum dan
Penelitian
matematika
dilakukan
buku teks, serta jarang mengaitkan
Suharta (2001: 19-20) di beberapa
materi yang dibahas dengan masalah-
sekolah
masalah
dasar
yang
pembelajaran
ceramah
di
kota
Singaraja
nyata
yang
ada
dalam
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1738
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
kehidupan sehari-hari. Pada saat guru
bermakna,
menjelaskan materi, siswa cenderung
pembelajaran di kelas tidak mengaitkan
diam serta mendengarkan apa yang
dengan skema yang telah dimiliki oleh
dijelaskan oleh guru, siswa tidak bisa
siswa dan siswa kurang diberikan
berargumentasi jika ada hal-hal yang
kesempatan untuk menemukan kembali
ingin ditanyakan terkait dengan materi
dan
yang ada di buku.
matematikanya.
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi
belajar
siswa
adalah
artinya
guru
mengkonstruksi
sendiri
ide
Mengaitkan
pengalaman kehidupan nyata dengan
dalam
ide-ide
matematika
anak dalam
kemampuan berfikir (penalaran) baik itu
pembelajaran di kelas penting dilakukan
penalaran konkret maupun penalaran
agar pembelajaran bermakna.
formal.
Penalaran sebagai kegiatan
Menurut Johar (2001: 23 ), bila
berfikir mempunyai ciri tertentu sangat
anak belajar matematika terpisah dari
terkait
karakteristik
pengalaman mereka sehari-hari maka
matematika yakni adanya pola berpikir
anak akan cepat lupa dan tidak dapat
logis dan sifat analitis. Berpikir logis
mengaplikasikan matematika. Ini berarti
berarti berpikir menurut logika tertentu
bahwa pembelajaran matematika di
dan sifat analitik menunjukkan bahwa
kelas ditekankan pada keterkaitan antara
penalaran merupakan kegiatan berpikir
konsep-konsep
yang menyandarkan diri pada suatu
pengalaman anak sehari-hari. Untuk
analisis.
memecahkan
dengan
Dengan
demikian,
untuk
matematika
masalah
tersebut
mempelajarai matematika yang tersusun
digunakan
secara logis dan analisis diperlukan
matematika
penalaran, khusus untuk di Sekolah
pematematisasian pengalaman sehari-
Dasar yang lebih ditekankan adalah
hari dan menerapkan matematika dalam
penalaran operasional konkret.
kehidupan
sehari-hari
adalah
pendekatan
matematika
realistik
Suharta (2002: 642) mengatakan bahwa kebanyakan siswa mengalami kesulitan
dalam
pendekatan
dengan
pembelajaran
yang berorientasi pada
(PMR).
mengaplikasikan
Pendekatan matematika realistik
matematika ke dalam situasi kehidupan
(PMR) pertama kali diperkenalkan dan
nyata. Hal lain yang menyebabkan
dikembangkan di Belanda pada tahun
sulitnya matematika bagi siswa, karena
1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini
pembelajaran
mengacu
matematika
kurang
pada
asumsi
bahwa,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1739
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
matematika harus dikaitkan dengan
masalah.
realitas dan matematika merupakan
menginterpretasikan
aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994:
strategi yang digunakan ke masalah
21). Ini berarti, matematika harus dekat
kontekstual yang lain. Akhirnya siswa
dengan siswa dan relevan dengan situasi
menggunakan pengetahuan matematik
kehidupan
untuk
sehari-hari.
Selain
itu
manusia harus diberikan kesempatan untuk
menemukan
mengkonstruksi dengan
kembali
konsep
bimbingan
Upaya
ini
penjelajahan
orang
dilakukan berbagai
pada
dan
pengetahuan
Berdasarkan pendekatan
uraian
matematika
di
atas,
realistik
memberikan peluang yang cukup besar
melalui
untuk
situasi
dan
mengembangkan
kreativitas
siswa, dengan alasan bahwa siswa akan berminat pada sesuatu bila sesuatu itu
Johar (2001 : 1) mengatakan realistik
pemecahan
dewasa.
persoalan-persoalan realistik.
bahwa
sampai
siswa
matematika formal.
dan
matematika
Selanjutnya
ini
lingkungan siswa, serta siswa diberikan
dimaksudkan tidak hanya mengacu
kebebasan untuk menyampaikan ide-
pada dunia nyata, namun dapat berupa
idenya. Atas dasar ini, pendekatan
masalah informal konkret matematika
pembelajaran matematika realistik perlu
yang dapat dibayangkan melalui media
dicoba dan diteliti efektivitasnya dalam
pembelajaran.
Prinsip
pembelajaran matematika di Sekolah
kembali
diinspirasikan
dapat
dalam
hal
ada manfaatnya dan dekat dengan
penemuan oleh
prosedur-prosedur pemecahan informal. Proses
pembelajaran
Dasar. Tujuan penelitian ini adalah: 1)
dengan
Untuk mengetahui perbedaan prestasi
menggunakan pendekatan matematika
belajar matematika antara siswa yang
realistik
mengikuti
dimulai
kontekstual.
dari
Dengan
masalah
pembelajaran
pendekatan
menggunakan
matematika realistik dengan siswa yang
aktivitas matematisasi horizontal siswa
mengikuti pembelajaran konvensional.
mencapai model matematika informal
2) Untuk mengetahui perbedaan prestasi
atau
belajar matematika setelah
formal.
Dengan
implementasi
vertikal seperti pemecahan masalah
pengendalian
secara
konkret antara siswa yang mengikuti
individu
membandingkan diskusi,
atau
kelompok,
pemecahan
penalaran
diadakan operasional
dan
pembelajaran pendekatan matematika
akan diperoleh pemecahan
realistik dengan siswa yang mengikuti
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1740
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pembelajaran konvensional. 3) Untuk
perlakuan. Gambar dari rancangan ini
mengetahui seberapa besar kontribusi
disajikan dalam gambar berikut.
penalaran operasional konkret terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas
E
X1
O1
C
IV SD Negeri 1 Semarapura Kangin.
O2
Gambar Rancangan Penelitian Keterangan :
II. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
penelitian eksperimen semu (quasy experiment) terhadap siswa-siswa dalam suatu kelas. Hal ini dilakukan karena proses randomisasi terhadap siswasiswa
yang
telah
dikelompokkan
E = Kelompok eksperimen C = Kelompok Kontrol X1 = Perlakuan Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik O1,2 = Pengamatan akhir post test berupa prestasi belajar Matematika
kedalam kelas tertentu tidak mungkin dilakukan tanpa merusak tatanan kelas yang sudah ada. Rancangan eksperimen yang
digunakan
adalah
rancangan
kelompok kontrol hanya post tes saja (The
posttest-Only
Control
Group
Design). Dalam menetapkan kelompok eksperimen
dan
kelompok
kontrol
dilakukan secara acak terhadap kelaskelas yang ada. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pendekatan pembelajaran
matematika
sedangkan
kelompok
menggunakan konvensional,
realistik kontrol pendekatan
dalam
jangka
waktu
tertentu, kemudian kedua kelompok dikenai Perbedaan timbul
pengukuran hasil
yang
pengukuran
merupakan
akibat
sama. yang dari
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Kangin tahun pelajaran 2010/2011, sebanyak 3 kelas, yaitu kelas IVa, IVb, dan IVc, dengan jumlah keseluruhan siswa adalah 109 orang. Sampel
dalam
penelitian
dapat
ditetapkan 2 kelas yaitu kelas IVc berjumlah 36 orang sebagai kelompok eksperimen
dan
sebagai
kelompok
kontrol kelas IVa yang berjumlah 36 orang. Untuk lebih meyakinkan bahwa kedua
kelompok,
eksperimen
dan
yaitu
kelompok
kelompok
kontrol
setara, peneliti melakukan uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan skor
rata-rata
prestasi
belajar
matematika di kedua kelas tersebut.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1741
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Berkaitan dengan permasalahan
ISSN 1858 – 4543
dengan
siswa
yang
mengikuti
yang dikaji dalam penelitian ini, data
pembelajaran konvensional , dilakukan
yang diperoleh dengan menggunakan
dengan analisis kovarian (ANAKOVA)
metode tes yaitu data prestasi belajar
. Uji hipotesis ketiga
matematika
dan data hasil penalaran
untuk mengetahui kontribusi penalaran
operasional
konkret
yang
operasional konkret terhadap prestasi
dimaksud adalah tes objektif pilihan
belajar matematika , dilakukan analisis
ganda, yang telah diujicobakan dan
regresi
dikonsultasikan kepada ahli (expert
formula a bx
.
Tes
sederhana
yang bertujuan
dengan
bentuk
judgement), dan dianalisis validitas tes, reliabilitas tes, daya pembeda dan
III. HASIL PENELITIAN DAN
tingkat kesukaran tes . Pengujian
PEMBAHASAN
prasyarat
analisis
Berdasarkan hasil olah data
dilakukan sebelum menguji hipotesis
dapat
diantaranya 1) uji normalitas sebaran
berikut. 1) Prestasi belajar Matematika
data, 2) uji homogenitas varians dan 3)
antara
uji liniearitas. Untuk melakukan uji
pendekatan
terhadap
realistik termasuk katagori baik (
hipotesis
pertama,
yang
ditemukan
bertujuan untuk mengetahui apakah
24,58),
terdapat perbedaan
mengikuti
matematika
siswa
prestasi belajar yang
mengikuti
pembelajaran matematika realistik dan siswa yang mengikuti pemebelajaran konvensional, dilakukan dengan uji analisis varians (uji F/Fisher) yaitu Analisis varians satu jalur (ANAVA A). Uji terhadap hipotesi kedua yang bertujuan unuk mengetahui setelah kovariabel
penalaran
operasional
konkret dikendalikan, apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa
pembelajaran
yang
mengikuti
matematika realistik
siswa
hal-hal
sebagai
yang
mengikuti
pembelajar
matematika
sedangkan pendekatan
siswa
=
yang
pembelajaran
konvensional termasuk kategori sedang (
= 20,69). Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa prestasi belajar Matematika
siswa yang mengikuti
pendekatan pembelajaran matematika realistik yang
lebih tinggi daripada siswa mengikuti
pendekatan
pembelajaran konvensional. Hasil dari perhitungan uji anava satu jalur di dapat Fhitung = 14,669 dan FTabel untuk db = 1 : 70 (pembilang = 1, dan penyebut = 70 ) untuk taraf signifikansi 5% = 4,00. Hal ini berarti F
hitung
> F
Tabel,
dengan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1742
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan
penalaran operasional konkret, terdapat
(Ha) diterima sehingga dapat dikatakan
perbedaan hasil belajar yang signifikan
bahwa terdapat perbedaan pengaruh
antara
yang
pembelajaran
signifikan
prestasi
matematika
antara
mengikuti
pendekatan
belajar
siswa
yang
pembelajaran
siswa
dengan
yang
mengikuti
matematika realistik
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional.
Dengan
matematika realistik dengan siswa yang
kata lain dapat dikatakan bahwa prestasi
mengikuti
belajar
pendekatan
konvensional.
2)
pengendalian
penalaran
konkret siswa
pembelajaran
Setelah
diadakan operasional
prestasi belajar Matematika yang
mengikuti
pembelajaran
pendekatan
matematika
realistik
matematika
mengikuti
siswa
pendekatan
yang
pembelajaran
matematika realistik lebih tinggi dari siswa
yang
pembelajaran kovariabel
mengikuti
pendekatan
konvensional penalaran
setelah
operasional
termasuk katagori baik (
= 12,17),
konkret dikendalikan. 3) Kontribusi
Sedangkan
mengikuti
penalaran operasional konkret terhadap
siswa
yang
pembelajaran konvensional berada pada
prestasi
katagori sedang (
masing-masing 95,60 % pada prestasi
= 8,94 ). Hasil uji
belajar
Matematika
hipotesis menunjukkan bahwa setelah
belajar
dikendalikan oleh penalaran operasional
mengikuti
konkret menunjukkan bahwa prestasi
matematika realistik dan 72,75 % pada
belajar
pembelajaran konvensional.
matematika
siswa
mengikuti
pendekatan
matematika
realistik
yang
Matematik pendekatan
siswa
siswa
yang
pembelajaran
Ketiga hipotesis yang diajukan
pembelajaran tinggi
dalam penelitian ini dapat diterima,
mengikuti
setelah dilakukan analisis dengan anava
pendekatan pembelajaran konvensional.
dan anakova. Pengujian ketiga hipotesis
Hasil dari perhitungan uji anakova di
yang diajukan pada penelitian ini telah
dapat Fhitung = 4,71 dan FTabel untuk db =
menghasilkan rincian hasil uji hipotesis
1 : 69 (pembilang = 1, dan penyebut =
dengan pembahasan bahwa prestasi
69) untuk taraf signifikansi 5% = 3,980.
belajar
Hal ini berarti Fhitung > FTabel. Dengan
mengikuti
demikin, Ho ditolak dan H1 diterima,
matematika realistik lebih tinggi dari
sehingga dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar matematika siswa yang
daripada
siswa
lebih
yang
matematika pendekatan
siswa
yang
pembelajaran
setelah dikendalikan oleh kovariabel JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1743
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
mengikuti
pendekatan
pembelajaran
konvensional.
ISSN 1858 – 4543
Penerapan
pembelajaran
realistik
memberikan
matematika suasana
baru
dalam
proses
pembelajaran itu sendiri. Kondisi itu
IV. PENUTUP Berdasarkan analisis data dan temuan
pendekatan
penelitian
di
atas
dapat
terjadi karena ada beberapa hal yang memberikan
implikasi
langsung
disimpulkan bahwa: 1) Prestasi belajar
sehingga tercipta suasana pembelajaran
Matematika
yang dinamis dan bermakna. Hal-hal
siswa yang mengikuti
pendekatan pembelajaran matematika
yang
realistik
lebih
pembelajaran
dengan
siswa
tinggi
dibandingkan
yang
mengikuti
dimaksud
adalah
1)
matematika
dalam realistik
dengan pengamatan secara nyata pada
pendekatan pembelajaran konvensional.
bendanya
2) Setelah dikendalikan oleh penalaran
siswa akan objek yang dipelajari, 2)
operasional konkret ternyata prestasi
guru tidak menjadi pusat perhatian ,
belajar
melainkan hanya berfungsi sebagai
Matematika
siswa
mengikuti
pendekatan
matematika
realistik
yang
akan
fasilitator
lebih
tinggi
menjadi subjek pembelajaran dalam arti
yang
siswa tidak lagi menjadi objek tetapi
pembelajaran
siswa menjadi subjek pembelajaran,
konvensional. 3) Kontribusi penalaran
sehingga proses pembelajaran menjadi
operasional konkret
terhadap prestasi
aktif-kreatif, menyenangkan dan tidak
belajar Matematika
pada para siswa
kaku serta bersifat demokratis.
mengikuti
yang
dengan
pendekatan
siswa
mengikuti
pendekatan
mediator,
Beberapa
3)
ingatan
pembelajaran
dibandingkan
dan
menambah
saran
dikemukakan
tinggi dibandingkan dengan para siswa
penelitian ini adalah sebagai berikut. 1).
yang
Pendekatan pembelajaran matematika
pendekatan
pembelajaran konvensional. Penelitian
ini
dengan
yang
pembelajaran matematika realistik lebih
mengikuti
terkait
siswa
hasil
realistik perlu diperkenalkan kepada
menunjukkan
guru bidang studi sebagai pendekatan
bahwa
prestasi belajar
Matematika
alternatif
siswa
yang
pendekatan
seminar, pelatihan-pelatihan maupun
pembelajaran matematika realistik lebih
dalam pertemuan MGMP 2).Kepada
tinggi daripada siswa yang mengikuti
teman-teman
pendekatan pembelajaran konvensional.
khususnya, disarankan untuk mencoba
mengikuti
melalui
kegiatan-kegiatan
guru
matematika
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1744
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik, karena pendekatan pembelajaran
ini
telah
terbukti
menjadikan prestasi belajar matematika siswa lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti
pendekatan
pembelajaran
ISSN 1858 – 4543
Soedjadi, R. et.al. 1996. “Diagnosis Kesulitan Siswa Sekolah Dasar dalam Belajar Matematika”. dalam Proceeding Hasil Deseminasi Penelitian PMIPA LPTK Tahun Anggaran 1995/1996 Bidang Kependidikan. Jakarta: Tim Basic Scienses
konvensional. 3). Bagi para peminat perlu diadakan penelitian sejenis dengan melibatkan sampel yang lebih banyak, tingkat kelas yang lebih beragam, diharapkan hasil penelitiannya lebih akurat sehingga dapat dipergunakan untuk mengambil suatu kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrech : Freudenthal Institute. Japa,
Wayan dan Arcana. 2000. “Pemgembangan Konsepsi Pecahan melalui Model Belajar Perubahan Konseptual Berpandu pada Teori Belajar Bruner bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Laporan Penelitian. Singaraja : STKIP
Johar, Rahmah. 2001. “Konstruktivis atau Realistik”. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME), di Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Februari 2001.
-------------------. 2001. “Pemanfaatan Realistas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika”. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education(RME), di Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Februari 2001. Suharta,I Gusti Putu. 2001. “Profil Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar”. Laporan Penelitian. Singaraja : IKIP ----------------------------.2002. “ Matematika Realistik : Apa dan Bagaimana”. dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 038 Tahun ke-8 (hlm. 641652) Suradi. 2001. “Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar”. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education(RME), di Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Februari 2001. Wragg, E.C. 1996. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Gramedia Widiasarana. Yuwono, Ipung. 2001. “ RME dan Hasil Studi Awal Implementasinya di SLTP”. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education(RME), di Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Pebruari 2001.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1745
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
ANALISIS KESENJANGAN PELAKSANAAN STANDAR PROSES PADA KELOMPOK MATA PELAJARAN IPTEK SMP DI KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Karyawan, I Nyoman ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesenjangan pelaksanaan standar proses pada kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan kabupaten Klungkung pada tahun pelajaran 2010/2011 ditinjau dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengawasan pembelajaran. Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif dengan menggunakan model kesenjangan ( Descrepancy Model). Pengukuran efektivitas program dilakukan dengan membandingkan dua hal yang terletak pada ujung program, yaitu permulaan dan akhir pelaksanaan program, yaitu membandingkan kondisi ideal dengan kondisi real tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Semua variabel diukur dengan instrumen berupa kuesioner. Sampel penelitian berjumlah 91 orang berasal dari guru – guru kelompok mata pelajaran IPTEK pada SMP yang terdapat di kecamatan Banjarangkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan standar proses pada kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan kabupaten Klungkung pada variabel perencanaan pembelajaran tidak terjadi kesenjangan; (2) variabel pelaksanaan pembelajaran terjadi kesenjangan dengan kategori sangat kecil; (3) variabel penilaian hasil pembelajaran tidak terjadi kesenjangan; (4) variabel pengawasan pembelajaran terjadi kesenjangan dengan kategori sangat kecil. Pelaksanaan standar proses pada kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan kabupaten Klungkung tahun pelajaran 2010/2011 belum mencapai standar atau kondisi ideal atau belum mencapai tujuan terminal. Terdapat kesenjangan antara kondisi real dengan kondisi ideal dengan kategori sangat kecil. Kata Kunci: kesenjangan, standar proses, mata pelajaran IPTEK.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1746
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
DESCREPANCY ANALYSIS IMPLEMENTATION OF STANDARD PROCESS IN SCIENCE & TECHNOLOGY SUBJECT GROUP OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANJARANGKAN DISTRICT, KLUNGKUNG REGENCY ACADEMIC YEAR 2010/2011.
ABSTRACT This study aims to determine the extent of the gap standard implementation process of science and technology subjects in the group of junior high school in the Banjarangkan District Klungkung Regency in the school academic year 2010/2011 in terms of lesson planning, implementation, learning, assessment of learning outcomes, and supervision of learning. This study belongs to evaluative research using the descrepancy model. Measuring the effectiveness of programs conducted by comparing two things that lie at the end of the program, namely the beginning and end of program implementation. This research compares the ideal conditions with the real conditions of the standard process for units of primary and secondary education. All variables measured by the instrument like questionaire. The number of sample was 91 comprised teachers of high science and technology subjects in junior high schouls in Banjarangkan district. The results showed that (1) there was no gap in the implementation of the standards process science and technology subjects in Banjarangkan District,Klungkung Regency on learning plan variable; (2) there was a very small gap in the variable implementation of the learning; (3) there was no gap found in learning outcomes assessment variable; (4) there was a small gap in then control variable learning. Implementation of the standards process in junior high science and technology subjects in Banjarangkan District Klungkung Regency academic year 2010/2011 school year has not reached the standard or ideal conditions or not reach the terminate objective. There is a gap between the real conditions with ideal conditions with very small category. Key words: descrepancy, standard of process, IPTEK subject matter.
Rendahnya kualitas pendidikan di
I. PENDAHULUAN Dilihat dari misinya, pendidikan
Indonesia disebabkan oleh kesalahan
nasional semakin mengemuka sebagai
implementasi manajemen dari sistem
nama
pendidikan dan kondisi masyarakat
tanpa
makna.
Sejak
awal
kemerdekaan, bidang pendidikan yang
pendukung
diberi
terhadap keunggulan.
kehormatan
sebagai
tulang
sistem
yang
ambigu
Penyelenggara
punggung pembangunan dan kunci
pendidikan dituntut untuk arif dan
kemajuan, terbukti hanya tulang yang
bijaksana di dalam menyikapi berbagai
keropos, dan kunci yang tidak mampu
perubahan dan inovasi yang terjadi,
membuka
sehingga tidak timbul kesan kaget
pintu
kemajuan
.
(Surakhmad,2009) JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1747
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
bahkan asing terhadap perubahan –
selamat di tujuan, gelombang dan
perubahan itu.(Dantes, 2010)
ombak sebesar apa pun dapat dilaluinya
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah
dengan tenang dan tanggung jawab. (Depdiknas, 2009)
masalah lemahnya proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang tidak
Dalam proses pembelajaran, peserta
sesuai dengan harapan merupakan salah
didik
untuk
satu faktor yang berkontribusi terhadap
mengembangkan kemampuan berpikir.
rendahnya mutu pendidikan. Berbagai
Proses pembelajaran di dalam kelas
masukan lain di antaranya kondisi
diarahkan kepada kemampuan peserta
peserta didik (kesehatan, kebugaran,
didik untuk menghafal informasi; otak
dan
peserta didik dipaksa untuk mengingat
kurikulum,
dan menimbun berbagai informasi tanpa
terbatasnya sarana, dan sebagainya,
dituntut untuk memahami informasi
merupakan faktor yang tekait erat
yang diingatnya itu untuk kehidupan
dengan
sehari- hari. Ketika tamat, peserta didik
memerlukan dukungan legalitas sebagai
pintar secara teoretis, tetapi miskin
pedoman standar.
kurang
didorong
aplikasi.
lain-lain),
kualitas
terbatasnya
mutu.
pendidik, anggaran,
Kesemuanya
itu
Undang- Undang No 20 tahun
Aktivitas
proses
pembelajaran
2003
tentang
sistem
merupakan inti dari proses pendidikan,
nasional
dan
satu
standar nasional pendidikan. Standar
dalam
nasional pendidikan berfungsi sebagai
dan
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
perkembangan dunia pendidikan. Tugas
dan pengawasan pendidikan dalam
utama
rangka
mewujudkan
membimbing,
nasional
yang
melatih. Oleh sebab itulah tanggung
nasional
jawab keberhasilan pendidikan berada
menjamin mutu pendidikan nasional
di pundak pendidik. Pendidik adalah
dalam rangka mencerdaskan kehidupan
juru mudi dari sebuah kapal,mau ke
bangsa dan membentuk watak serta
mana
kapal
peradaban bangsa yang bermartabat.
dihadapkan, bila juru mudinya pandai
Standar nasional pendidikan meliputi
dan terampil, maka kapal akan berlayar
standar isi, standar kompetensi lulusan,
pendidik
pemegang
adalah utama
menggerakkan
di
kemajuan
seseorang
mendidik,
pendidik
mengajar,
arah
salah
dan
haluan
ialah
mengamanatkan
pendidikan
bermutu.
pendidikan
perlunya
pendidikan Standar bertujuan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1748
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
standar
penilaian,
standar
pendidik
kependidikan,
ISSN 1858 – 4543
standar
proses,
standar proses pembelajaran meliputi
dan
tenaga
perencanaan
proses
pembelajaran,
pengelolaan,
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
standar
standar sarana prasarana, dan standar
penilaian
pembiayaan.
pengawasan proses pembelajaran untuk
Dalam rangka menjamin mutu proses
pembelajaran
pada
satuan
hasil
pembelajaran,
dan
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
pendidikan dasar dan menengah telah
Menurut
Majid
ditetapkan standar proses untuk satuan
perencanaan
pendidikan
didasarkan pada prinsip sistematis dan
dasar
dan
menengah.
Standar proses adalah standar nasional
sistemik.
pendidikan
runtut,
yang
berkaitan
dengan
proses
(2008),
Sistematis
pembelajaran
berarti
secara
terarah dan terukur,
mulai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan
jenjang kemampuan rendah hingga
pendidikan untuk mencapai kompetensi
tinggi
lulusan.
Sistemik
Standar
proses
meliputi
secara
berkesinambungan.
berarti
mempertimbangan
perencanaan
proses
pembelajaran,
berbagai faktor yang berkaitan, yaitu
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
tujuan yang mencakup semua aspek
penilaian
pembelajaran,
dan
perkembangan
peserta
didik
pengawasan proses pembelajaran untuk
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan),
terlaksananya proses pembelajaran yang
karakteristik peserta didik, karakteristik
efektif dan efisien. ( Depdiknas, 2007)
materi ajar yang meliputi fakta, konsep,
Secara umum tujuan penyusunan
prinsip
dan
prosedur,
kondisi
standar proses untuk satuan pendidikan
lingkungan serta hal-hal lain yang
dasar dan menengah adalah dalam
menghambat
rangka
menjamin
pembelajaran
pada
atau
mutu
proses
terlaksananya
setiap
satuan
Perencanaan
menunjang pembelajaran.
proses
pendidikan dasar dan menengah, agar
meliputi
terlaksana proses pembelajaran yang
pelaksanaan pembelajaran yang memuat
efektif dan efisien untuk mencapai
sekurang-kurangnya
standar kompetensi lulusan. (Daryanto,
pembelajaran,
2009)
pengajaran, Berdasarkan
Peraturan
silabus
pembelajaran
materi sumber
dan
rencana
tujuan ajar,
metode
belajar,
dan
penilaian hasil belajar.
Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1749
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Menurut permendiknas nomor 41
membaca dan menulis juga dapat
tahun 2007, standar pelaksanaan proses
menumbuhkan masyarakat yang gemar
pembelajaran didasarkan pada prinsip
membaca,
terjadinya
optimal
mengekspresikan pikiran dalam bentuk
antara peserta didik dengan pendidik,
tulisan. Pelaksanan proses pembelajaran
antarpeserta didik sendiri, serta peserta
perlu mempertimbangkan kemampuan
didik dengan aneka sumber belajar
pengelolaan kegiatan belajar. Pendidik
termasuk lingkungan. Untuk itu perlu
pada setiap satuan pendidikan juga
diperhatikan jumlah maksimal peserta
perlu mengenal masing-masing pribadi
didik dalam setiap kelas agar dapat
peserta didik sehingga jumlah peserta
berlangsung interaksi yang efektif. Di
didik per kelas perlu dibatasi.
interaksi
secara
dan
mampu
samping itu, perlu diperhatikan beban
Berdasarkan permendiknas nomor
pembelajaran maksimal per pendidik
20 tahun 2007, standar penilaian hasil
dalam
pembelajaran
satuan
pendidikan
dan
ditentukan
dengan
ketersediaan buku teks pelajaran bagi
menggunakan berbagai teknik penilaian
setiap peserta didik.
sesuai dengan kompetensi dasar yang
Namun bila
kondisi real belum memungkinkan,
harus dikuasai
perlu ditentukan rasio maksimal yang
Teknik penilaian tersebut dapat berupa
dapat digunakan bersama oleh peserta
tes tertulis, observasi, tes praktik, dan
didik.
penugasan perseorangan atau kelompok.
Mengingat
bahwa
proses
pembelajaran bukan hanya
sekadar
oleh peserta didik.
Penilaian secara
individual melalui
menyampaikan ajaran, melainkan juga
observasi
pembentukan
didik
kurangnya sekali dalam satu semester.
yang memerlukan perhatian penuh dari
Untuk memantau proses dan kemajuan
pendidik, maka diperlukan ketentuan
belajar serta memperbaiki hasil belajar
tentang rasio maksimal jumlah peserta
peserta didik dapat juga digunakan
didik setiap pendidik. Hal ini akan
teknik
menjamin
yang
kolokium.
Secara
tinggi. Pengembangan daya nalar, etika,
dilakukan
atas
dan
perkembangan
pribadi
intensitas
estetika
peserta
peserta
interaksi
didik
dapat
dilakukan
penilaian
portofolio umum
peserta
mencakup pengetahuan,
membaca dan menulis dalam proses
keterampilan.
Selain
itu
dan
penilaian
segala
dilakukan antara lain melalui budaya
pembelajaran.
sekurang-
didik sikap,
aspek yang dan
budaya
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1750
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Standar
pengawasan
proses
pendidikan
pembelajaran
merupakan
upaya
khusus pada jenjang pendidikan dasar
penjaminan mutu pembelajaran bagi
dan menengah terdiri atas: kelompok
terwujudnya proses pembelajaran yang
mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
efektif dan efisien ke arah tercapainya
kelompok
kompetensi
kewarganegaraan
dan kepribadian;
kelompok
pelajaran
yang
Pengawasan perlu
ditetapkan.
didasarkan pada
umum,
kejuruan,
mata
mata
dan
pelajaran
ilmu
prinsip-prinsip tanggung jawab dan
pengetahuan dan teknologi; kelompok
kewenangan,
mata pelajaran estetika; kelompok mata
periodik,
terbuka, Pengawasan supervisi,
demokratis,
dan
keberlanjutan.
meliputi
pemantauan,
evaluasi,
pelaporan,
pelajaran
jasmani,
olahraga
dan
kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada
dan
mata pelajaran kelompok IPTEK SMP
pengambilan langkah tindak lanjut yang
karena guru- guru pada kelompok mata
diperlukan. Upaya pengawasan pada
pelajaran
hakikatnya merupakan tanggung jawab
pelatihan terkait dengan standar proses.
tersebut
telah
mendapat
bersama semua pihak yang terkait,
Penelitian ini bertujuan untuk
sesuai dengan ketentuan tentang hak,
mengetahui sejauh mana kesenjangan
kewajiban
pelaksanaan
warga
masyarakat,
negara,
dan
orangtua,
pemerintah.
(
Depdiknas, 2007) Dalam
standar
proses
pada
kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan, kabupaten
upaya
meningkatkan
Klungkung Tahun Pelajaran 2010/2011.
kualitas pendidikan,
standar proses
Untuk mengetahui tingkat kesenjangan
memiliki peran yang sangat penting.
pelaksanaan standar proses evaluasi ini
Oleh sebab itu, bagaimanapun idealnya
menggunakan model kesenjangan
standar isi dan standar kompetensi
descrepancy
lulusan, serta standar- standar yang lain
efektivitas program dapat dilakukan
tanpa didukung standar proses yang
dengan cara membandingkan dua hal
memadai tidak akan berarti apa- apa.(
yang terletak pada ujung program,
Sanjaya, 2006)
yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 19
pada
model).
permulaan
(
Pengukuran
dan
akhir
pelaksanaan program, atau sebelum dan
Tahun 2005 tentang Standar Nasional
sesudah
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan
Penilaian tentang kesenjangan dapat
bahwa
kurikulum
untuk
program
dilaksanakan.
jenis
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1751
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
dilakukan terhadap berbagai elemen
adalah Permendiknas nomor 41
program.
tahun 2007 tentang standar proses
Pada penelitian ini, kategori yang
untuk satuan pendidikan dasar dan
digunakan adalah kesenjangan antara
menengah.
rencana dan pelaksanaan program, yaitu
standar proses adalah perencanaan
standar proses dengan pelaksanaannya
pembelajaran,
pada satuan pendidikan SMP. Elemen
pembelajaran, pengelolaan kelas,
program
pelaksanaan
yang
kesenjangannya antara
adalah
perencanaan
pelaksanaan hasil
dianalisis kesenjangan pembelajaran,
pembelajaran,
pembelajaran,
penilaian
pengawasan
penilaian
Komponen
utama
persyaratan
pembelajaran, pembelajaran,
dan
pengawasan pembelajaran. b. Membandingkan standar proses dengan
perencanaan
pembelajaran yang diharapkan dengan
pembelajaran,
perencanaan pembelajaran yang disusun
pembelajaran, pengelolaan kelas,
oleh
pelaksanaan
guru
pada
kelompok
mata
persyaratan
pembelajaran,
pelajaran IPTEK SMP se-kecamatan
penilaian
Banjarangkan pada tahun pelajaran
pengawasan pembelajaran yang
2009/2010.
dilakukan oleh pendidik pada
Evaluasi terhadap
pembelajaran,
dan
kesenjangan
kelompok mata pelajaran IPTEK,
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kepala sekolah, dan pengawas
kesesuaian antara standar yang sudah
satuan pendidikan. ( comparison
ditentukan
of
dalam
program
dengan
penampilan aktual dari program tersebut (Marhaeni, 2007). Untuk
standar
with
programme
performance) c. Dari informasi yang dihasilkan
mengetahui
efektivitas
pada tahap 2, yaitu kesenjangan
pelaksanaan standar proses pendidikan
antara
pada kelompok mata pelajaran IPTEK
perencanaan
pembelajaran,
dipilih model evaluasi kesenjangan atau
persyaratan
pembelajaran,
descrepancy model sebagai berikut.
pengelolaan kelas, pelaksanaan
a. Menentukan acuan dan program (standard performance).
and
programme Acuan
standar
pembelajaran,
proses
dengan
penilaian
pembelajaran, dan pengawasan
yang
pembelajaran yang dilakukan oleh
digunakan dalam penelitian ini
pendidik pada kelompok mata
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1752
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pelajaran IPTEK, kepala sekolah,
Kesenjangan)
dan pengawas satuan pendidikan.
dengan target sasaran yang merupakan
information
(discrepancy
resulting from comparison )
atau
perencanaan
pembelajaran,
acuan ( standar)
dikonfirmasikan
suatu program.
Apabila tidak terjadi kesenjangan antara
d. Memilih antara standar proses ( acuan)
yang
persyaratan
kondisi nyata dengan target ( acuan), maka program tersebut dikatakan sangat efektif,
sebaliknya
bila
terjadi
pembelajaran, pengelolaan kelas,
kesenjangan yang tinggi antara kondisi
pelaksanaan
nyata dengan kondisi target ( acuan),
penilaian
pembelajaran, pembelajaran,
dan
maka program tersebut tidak efektif.
pengawasan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik pada kelompok mata pelajaran IPTEK, kepala sekolah, dan pengawas satuan pendidikan. (alteration of programme
performance
or
standard)
Penelitian ini dilakukan pada SMP
Analysis)
kecamatan
Banjarangkan,
kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran 2010/2011. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pendidik
pada
kelompok mata pelajaran IPTEK SMP se-
e. Analisis keuntungan (Cost Benefit
di
Kecamatan
Banjarangkan
yang
berjumlah sebanyak 92 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu semua
II.
populasi dijadikan sampel.
METODE PENELITIAN Secara metodologis, penelitian
ini termasuk penelitian evaluatif karena berorientasi pada analisis berdasarkan pendekatan
evaluasi program
yang
berorientasi pada pengelolaan suatu program yaitu suatu gambaran yang menunjukkan
prosedur
dan
proses
pelaksanaan program, selain itu juga menganalisis
kesenjangan
program
dengan variabel-variabel dalam acuan dengan Discrepancy Model
(Model
Penelitian ini melibatkan empat variabel, yaitu variabel perencanaan pembelajaran, pembelajaran,
variabel
pelaksanaan
variabel
penilaian
pembelajaran,
variabel
pengawasan
pembelajaran.
Variabel
perencanaan
pembelajaran
meliputi
silabus
rencana Variabel
dan
pelaksanaan
pembelajaran.
pelaksanaan
pembelajaran
meliputi persyaratan pembelajaran dan pelaksanaan penilaian
pembelajaran. pembelajaran
Variabel meliputi
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1753
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
perencanaan
penilaian
ISSN 1858 – 4543
hasil
wawancara,
dokumentasi,
pembelajaran, pelaksanaan penilaian,
observasi.
analisis
menggunakan
penilaian,
tindak
lanjut
Data
dianalisis
prosedur
uji
dan dengan tanda
penilaian, dan pelaporan penilaian hasil
berjenjang Wilcoxom untuk mengetahui
belajar.
pengawasan
arah beda dan besar beda dengan acuan
pemantauan
yang
Variabel
pembelajaran
meliputi
telah
ditetapkan.
Untuk
pembelajaran, evaluasi pembelajaran,
mengetahui tingkat kesenjangan besar
supervisi, pelaporan, dan tindak lanjut.
beda ditransformasikan dengan kategori
Data dikumpulkan
dalam
penelitian
dengan
ini
kuesioner,
STANDAR PROSES (S)
yang telah ditetapkan. Adapun kerangka berpikirnya seperti gambar berikut. (T))
(C)
CBS
(D)
PELAKSANAAN STANDAR PROSES (P)
(A)
Gambar 1. Kerangka Berpikir Efektifitas Pelaksanaan Standar Proses dengan Discrepancy Model Keterangan : S : Standard (Acuan), yaitu standar proses P : Program Performance (pelaksanaan program), C : Comparison of S with P (perbandingan antara acuan dan pelaksanaan program), D : Discrepancy information resulting from C (kesenjangan yang diperoleh dari membandingkan pelaksanaan dan acuan), T : Terminate (Penghentian Program), A : Alternation of P or S (alternatif antara melanjutkan program atau berpatokan pada acuan), CBA : Cost Benefit Analysis (analisis pembiayaan). (Fernandes dalam Popham1984)
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan,
standar proses
memiliki peran yang sangat penting.
standar isi dan standar kompetensi lulusan, serta standar- standar yang lain tanpa didukung standar proses yang memadai tidak akan berarti apa- apa.
Oleh sebab itu, bagaimanapun idealnya
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1754
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Penelitian ini dilakukan pada SMP yang
terdapat
kecamatan
mata pelajaran IPTEK belum mencapai
Banjarangkan , kabupaten Klungkung.
terminal. Kesenjangan juga terjadi pada
SMP
pengawasan
di
di
dilakukan oleh guru pada kelompok
kecamatan
Banjarangkan
pembelajaran
dengan
mempunyai kategori yang sama, yaitu
kategori sangat kecil, yaitu 8,36%.
kategori
Pengawasan
standar
(belum
SSN/
RSBI/RSBI) sehingga kondisi ideal
mencapai
pelaksanaan
perencanaan
standar
pendidikan (SNP)
nasional
pembelajaran
belum
terminal.
Sedangkan
dan
penilaian
yang diharapkan
pembelajaran tidak terjadi kesenjangan.
sama. (55% s.d 75%). Data pada
Kondisi real telah mencapai kondisi
penelitian ini dianalisis menggunakan
ideal. Hambatan yang dialami dalam
prosedur
berjenjang
pelaksanaan standar proses terjadi pada
variabel
komponen pelaksanaan pembelajaran
dikomparasikan dengan standar yang
dan pengawasan pembelajaran, yaitu
telah ditetapkan, yaitu 75. Kemudian
satuan pendidikan mengalami kesulitan
dihitung besar bedanya , tanda bedanya
dalam
(+/-)
pembelajaran
uji
Wilcoxom.
Skor
dan
Persentase
tanda setiap
dicari
persentasenya.
bertanda
negatif
dimasukkan
ke
dalam
kesenjangan
yang
telah
menggunakan
(-)
kategori
acuan
patokan (PAP). Berdasarkan hasil analisis data dapat
diketahui
bahwa
terjadi
dan
Implikasi
dari
adalah
bagaimana
kualitas
pembelajaran
hendaknya dilanjutkan.
proses
ini
meningkatkan berorientasi
penelitian ini, maka pelaksanaan standar
kecil
standar
penelitian
standar proses. Berdasarkan atas temuan
proses
Pelaksanaan
komponen
pengawasan pembelajaran.
kesenjangan dengan kategori sangat (SK), yaitu sebesar 1,0%.
persyaratan
mengimplementasikan
ditetapkan
pendekatan
memenuhi
pada
pada
satuan
pendidikan
Guru- guru pada kelompok mata
kelompok mata pelajaran IPTEK SMP
pelajaran
di kecamatan Banjarangkan, kabupaten
Kecamatan
Klungkung belum mencapai terminal.
melaksanakan standar proses dengan
Kesenjangan
baik
terjadi
pada
variabel
IPTEK
pada
SMP
Banjarangkan
terutama
pada dan
setelah
komponen
pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebesar
perencanaan
penilaian
0,8%. Pelaksanaan pembelajaran yang
pembelajaran sehingga pada komponen
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1755
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
ini standar proses tetap menjadi acuan.
Setelah
dibandingkan
Guru dapat menjadikan standar proses
kondisi
sebagai pedoman dalam penyusunan
pengawasan pembelajaran pembelajaran
silabus dan perencanaan pembelajaran.
terjadi kesenjangan dengan kategori
Pada
komponen
ideal,
pada
dengan
komponen
pelaksanaan
sangat kecil. Kepala satuan pendidikan
pembelajaran terjadi kesenjangan pada
dan pengawas satuan pendidikan belum
persyaratan pembelajaran. Komponen
melaksanakan
persyaratan pembelajaran pada standar
dengan standar proses. Kepala satuan
proses belum dapat dipenuhi seperti
pendidikan
pemenuhan beban mengajar guru 24
pendidikan
belum
jam tatap muka yang sulit dipenuhi oleh
melaksanakan
pemantauan
guru- guru. Persyaratan lain seperti
perencanaan,
pemenuhan rasio buku teks dengan
penilaian hasil pembelajaran. Kepala
peserta didik, pemenuhan ruang kelas
satuan pendidikan dan pengawas satuan
belajar
pendidikan
juga
perhatian
harus
mendapatkan
agar
pelaksanaan
pengawasan
sesuai
dan pengawas satuan sepenuhnya terhadap
pelaksanaan,
belum
melaksanakan
dan
sepenuhnya
supervisi
dan
pembelajaran dapat mencapai kondisi
memberikan bimbingan kepada guru
ideal.
dalam
menyusun
perencanaan
Penilaian hasil pembelajaran pada
pembelajaran,
standar proses dan standar penilaian
pembelajaran,
dan
yang meliputi komponen perencanaan,
pembelajaran.
Belum
pelaksanaan, analisis, tindak lanjut, dan
penghargaan kepada guru yang telah
pelaporan
pada
mata
memenuhi standar yang berimplikasi
pelajaran
IPTEK
se-
pada rendahnya motivasi guru. Standar
Banjarangkan
proses pada komponen pengawasan
pelaksanaannya telah mencapai kondisi
pembelajaran agar dijabarkan secara
ideal. Standar penilaian pelaksanaannya
rinci sehingga kepala satuan pendidikan
pada satuan pendidikan dasar dan
dan pengawas satuan pendidikan dapat
menengah perlu dilanjutkan. Pendidik,
mengimplementasikan
satuan pendidikan , dan pemerintah
pendidikan.
kecamatan
tidak
mengalami
kelompok pada
SMP
hambatan
pelaksanaan penilaian
hasil
diberikannya
pada
satuan
dalam
melaksanakan standar penilaian.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1756
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
satuan pendidikan yang pelaksanaan
IV. PENUTUP Berdasarkan temuan dalam
rangka
ISSN 1858 – 4543
di atas
pelaksanaan
standar
pembelajarannya sesuai dengan standar proses
dan
yang
belum.
proses untuk satuan pendidikan dasar
Pengangkatan
dan menengah pada kelompok mata
mempertimbangkan
pelajaran IPTEK
kompetensi calon guru dan melalui
pada SMP se-
kecamatan Banjarangkan, Klungkung
pada
kabupaten
tahun
pelajaran
guru
(4)
hendaknya kualitas
dan
seleksi yang ketat karena guru adalah sebuah
profesi.
(5)
Pengangkatan
2010/2011, terjadi kesenjangan dengan
pengawas satuan pendidikan hendaknya
kategori sangat
Kesenjangan
memperhatikan senioritas, komitmen,
terjadi pada pelaksanaan pembelajaran
dan kesesuaian dengan bidang studi,
dan
sehingga
kecil.
pengawasan
Selanjutnya
pembelajaran.
setiap
mata
pelajaran
direkomendasikan hal –
mempunyai pengawas dengan latar
hal sebagai berikut. (1) Penyusunan
belakang yang sesuai dengan mata
standar nasional pendidikan hendaknya
pelajaran yang diawasi. (6) Kepala
melibatkan para akademisi pendidikan
satuan
dan guru- guru selaku praktisi di bidang
mendiskusikan
pendidikan
memudahkan
pelaksanaan pengawasan pembelajaran
pada
satuan
melalui diskusi terbuka melalui rapat
pendidikan. (2) Pemerintah hendaknya
dewan pendidik untuk meminimalkan
terus mensosialisasikan standar proses
gap psikologis; (7) Kepala satuan
melalui kegiatan bimbingan teknis,
pendidikan
workshop, lokakarya, seminar, lomba-
pengawasan
lomba desain pembelajaran berorientasi
intensif dan melakukan tindak lanjut
standar proses, atau kegiatan lain secara
yang tepat terhadap hasil pengawasan,
berkelanjutan,
dengan
memberikan kesempatan bagi guru-
melibatkan semua pihak baik pendidik,
guru yang belum memenuhi standar
kepala satuan pendidikan, pengawas,
untuk mengikuti pelatihan . (8) Satuan
dan instansi terkait. (3) Pemerintah
pendidikan
hendaknya selalu melakukan analisis
berusaha
pelaksanaan
standar
untuk
pembelajaran sesuai dengan tuntutan
mengetahui
kesenjangannya
antara
standar proses untuk meningkatkan
untuk
pengimplementasiannya
merata,
proses
harapan dan kenyataan dan memetakan
efektifitas
pendidikan
hendaknya
perencanaan
harus
melakukan
pembelajaran
dan
dan
pendidik
memenuhi
pembelajaran.
secara
harus
persyaratan
(9)
Guru
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1757
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
sebagai agen pembelajaran dituntut
DAFTAR PUSTAKA
kesiapannya secara profesional untuk
Dantes,
mengimplementasikan standar proses. Oleh karenanya pendidik
disarankan kepada
untuk
kompetensinya
meningkatkan
melalui
kegiatan
kegiatan ilmiah melalui wadah MGMP. (10) Guru diharapkan selalu berinovasi dan berkreasi di dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran
dan
melaksanakan pembelajaran sehingga terjadi
proses
interaktif,
pembelajaran
inspiratif,
yang
menyenangkan,
menantang,
menggairahkan,
memotivasi.
(11)
Guru
dan sebagai
evaluator diharapkan untuk meningkat kemampuan merencanakan penilaian seperti penyusunan kisi- kisi, teknik penyusunan
soal
melalui
kegiatan
MGMP dan kegiatan lain penilaian
pembelajaran
sehingga
petunjuk dalam
standar
proses
sebagai
untuk ikut berperan serta perencanaan,
evaluasi,
dan
pelaksanaan,
pengawasan
proses
pembelajaran di SMP. (13) Peneliti lain disarankan penelitian
untuk lanjutan
Daryanto, 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif: Teori dan Praktik dalam Pengembangan Profesionalisme bagi Guru. Jakarta : AV Publisher. ............. 2007. Permendiknas Nomor 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta : Depdiknas. ............. 2007. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Jakarta: Depdiknas. ............ 2007. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Jakarta : Depdiknas.
memenuhi
syarat penilaian; (12) masyarakat agar menjadikan
Nyoman. 2010. “Menakar Kualitas Pendidikan, Suatu Tinjauan Diskrepansi Kualitatif. Makalah, Disampaikan dalam Forum Seminar tentang Kajian Persekolahan di Undiksha Singaraja.
mengadakan dengan
jumlah
sampel yang lebih banyak, pada satuan pendidikan dengan kategori lain seperti
............. 2009. Panduan Implementasi Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas. Majid,
Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Marhaeni, AAIN. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Singaraja. Undiksha.
SSN atau RSBI atau penelitian yang lebih representatif.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1758
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005.Jakarta: Depdiknas. Popham, W. James. 1975. Educational Evaluation ( Library of Conggres in Publication) by Prentice Inc, Englewood Clifss, New Jersey. Sanjaya,
Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenanda Media Group.
Surakmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional: Strategi dan Tragedi. Jakarta : Kompas. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2003.Jakarta: Depdiknas.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1759
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
EVALUASI PELAKSANAAN RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SKM) PADA SMA NEGERI 1 TEJAKULA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Sarjana, Putu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan memperoleh (1) gambaran dan deskripsi tentang kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah kategori mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula ditinjau dari latar, (2) gambaran atau deskripsi tentang kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah kategori mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula ditinjau dari masukan, (3) gambaran dan dekripsi tentang kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah kategori mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula ditinjau dari proses, dan (4) gambaran atau diskripsi tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Rintisan Sekolah Kategori Mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula. Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluatif dengan mengadopsi model evaluasi CIPP (latar, masukan, proses, dan produk/hasil). Variabel latar diukur dengan instrumen berupa kuesioner latar, variabel masukan diukur dengan instrumen berupa kuesioner masukan, dan variabel proses diukur dengan instrument berupa kuesioner proses. Sampel penelitian berjumlah 51 guru, 1 kepala sekolah, 9 pegawai tata usaha, 10 komite sekolah, dan 46 siswa pada SMA Negeri 1 Tejakula yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Untuk mengetahui kesiapan pelaksanaan RSKM, data yang berupa skor variabel latar, skor varibael masukan, dan skor varibael proses selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kreterium ideal teoretik serta dengan menstransformasikan skor-Z ke dalam rumus skor-T. Setelah diinterprestasikan dalam kreteria kesiapan kuadran glickman, kesiapan SMA Negeri 1 Tejakula termasuk dalam kuadran glickman sangat siap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 1 Tejakula sangat siap menjadi rintisan sekolah kategori mandiri (SKM) ditinjau dari segi latar, masukan, dan proses. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mempersiapkan SMA Negeri 1 Tejakula sebagai rintisan sekolah kategori mandiri adalah bahwa pengembangan sekolah yang telah ada menjadi Rintisan SKM perlu dimaksimalkan lagi dengan beragam strategi, terutama sekali kesiapan pada aspek masukan dan aspek proses. Kata kunci: evaluasi, rintisan sekolah kategori mandiri, latar, masukan, dan proses
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1760
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
AN EVALUATION ON CONDUCTING SCHOOL PREPARATION OF INDEPENDENCE IN SMA NEGERI 1 TEJAKULA THE ACADEMIC YEAR 2009/2010
ABSTRACT This study aimed at finding out (1) description of conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1 Tejakula from context point of view, (2) description of conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1 Tejakul from input point of view, (3) description of conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1 Tejakul from Process point of view, (4) description of obstacles encountered in conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1 Tejakula. This study belonged to an evaluative research that adopted the CIPP evaluation model. The context variable was measure by an instrument in the from of context variable questionnaire, the input variable by an instrument in the from of of input variable questionnaire, and the Process variable by Process variable questionnaire. The sample consisted of 51 teachers, 1 headmaster, 6 administration officers, 10 school committees, and 46 students in SMA Negeri 1 Tejakula derived purposive sampling technique. The finding out in conducting School Preparation of Independence,data in the from of score related to the context,input and process variables were analyzed by using theoretic ideal criterion and with converting them into t-scores. Having been interpreted into Glickman’s Quadrant readiness level criteria, It found that readiness level of SMA Negeri 1 Tejakula l to be School Preparation of Independence was in very ready quandrant. Thus, it could be conclude that SMA Negeri 1 Tejakula was very ready to be School Preparation of Independence from the context,input and process points of view.The main obstacle encountered in preparing of SMA Negeri 1 Tejakula to be School Preparation of Independence is that the existed school development system to be School Preparation of Independence has not maximized by implementation of various strategies as inputs and Process strategies yet. Key words : evaluation, school preparation of independence, context,input and process. potensi peserta didik
I. PENDAHULUAN Berbagai usaha dapat dilakukan
secara optimal
menjadi kemampuan untuk hidup di
untuk meningkatkan mutu sumber daya
masyarakat
dan
manusia (SDM) dan mutu pendidikan
masyarakat.
Setiap
(formal,
memiliki potensi dan sekolah harus
nonformal
serta
informal)
potensi
menyejahterakan peserta
didik
adalah merupakan usaha yang paling
mengetahui
dominan dilakukan. Pendidikan formal
peserta
menempati posisi yang sangat strategis
merancang pengalaman belajar yang
untuk hal tersebut, karena sekolah
harus
memiliki tugas untuk mengembangkan
memiliki kemampuan yang diperlukan
didik.
diikuti
yang
dimiliki
Selanjutnya,
sekolah
peserta
didik
agar
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1761
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
masyarakat. Dengan demikian, potensi
mencerdaskan
peserta didik akan berkembang secara
bertujuan untuk berkembangnya potensi
optimal.
peserta didik agar menjadi manusia
Pada
dasarnya
kualitas
pendidikan
sekolah.
Sekolah
peningkatan
kehidupan
bangsa,
yang beriman dan bertakwa kepada
berbasis
pada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
merupakan
basis
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
peningkatan kualitas karena sekolah
mandiri, dan menjadi warganegara yang
lebih
demokratis serta bertanggung jawab.
mengetahui
masalah
yang
dihadapi dalam meningkatkan kualitas
Tujuan pendidikan tidak hanya
pendidikan. Sekolah berfungsi sebagai
mengembangkan potensi peserta didik
unit yang mengembangkan kurikulum,
menjadi manusia berilmu, cakap, dan
silabus,
pelaksanaan
kreatif, tetapi juga sehat, mandiri,
strategi
demokratis, bertanggung jawab, serta
pembelajaran, dan sistem penilaian.
berakhlak mulia. Untuk mewujudkan
Dengan demikian manajemen sekolah
tujuan ini,
merupakan basis peningkatan kualitas
standar
pendidikan. Oleh karena itu, penerapan
tertuang dalam Peraturan Pemerintah
manajemen berbasis sekolah merupakan
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
usaha untuk memberdayakan potensi
Nasional Pendidikan. Dalam peraturan
yang ada di sekolah dalam usaha
pemerintah ini
meningkatkan kualitas pendidikan.
standar nasional pendidikan meliputi (1)
rencana
pembelajaran
(RPP),
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah kualitas
dalam
pendidikan
Indonesia
adalah
pemerintah
nasional
menetapkan
pendidikan
yang
dijelaskan bahwa
standar isi, (2) standar kompetensi
meningkatkan
lulusan, (3) standar proses (4) standar
bagi
pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
bangsa
diterbitkannya
standar
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
standar
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
pembiayaan, dan (8) standar penilaian
Dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor
pendidikan.(Depdiknas,2008)
20 Tahun 2003 itu dijelaskan bahwa pendidikan
nasional
mengembangkan membentuk
watak
berfungsi
kemampuan serta
dan
peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
sarana
dan
pengelolaan,
prasarana, (7)
(6)
standar
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal
11
ayat
3
menjelaskan bahwa beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,
SMK/MAK
atau
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1762
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
bentuk lain yang sederajat pada jalur
BSNP,
pendidikan formal kategori mandiri
Pembinaan
dinyatakan dalam satuan kredit semester
mengembangkan
(sks).
menetapkan SKM
Beban belajar
minimal dan
untuk sementara Direktorat SMA
berinisiatif
kriteria
untuk
dalam
rangka
maksimal bagi satuan pendidikan yang
pelaksanaan program rintisan SKM
menerapkan Sistem kredit semester
dalam lima level. Pelevelan tersebut
(SKS)
didasarkan pada tingkat pemenuhan
ditetapkan
oleh
peraturan
menteri berdasarkan usul Badan Standar
standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Pada ayat
tersebut dilakukan untuk memudahkan
ini
pelaksanaan pembinaan baik oleh pusat
dijelaskan
khususnya
bahwa
sekolah,
SMA/MA/
SMLB,
nasional
maupun
daerah,
pendidikan.
dan
Hal
penyusunan
SMK/MAK atau bentuk lain yang
program kerja oleh sekolah. Pelevelan
sederajat dikelompokkan menjadi dua
tersebut adalah sebagai berikut :
kategori, yaitu sekolah kategori standar
1) SMA kategori standar I
dan
sekolah
Pengategorian
kategori ini
mandiri.
didasarkan
pada
tingkat terpenuhinya standar nasional pendidikan. pemerintah
Oleh dan
karenanya,
pemerintah
daerah
berupaya agar sekolah/madrasah yang berada
dalam
kategori
standar
= x
≤
30,00% 2) SMA kategori standar II = 30,00% < x ≤ 50,00% 3) SMA kategori standar III = 50,00% < x ≤ 75,00% 4) SMA kategori mandiri I
= 75,00%
< x ≤ 100,00%
meningkat menjadi sekolah/madrasah
(hampir memenuhi standar nasional
kategori mandiri.
pendidikan)
Landasan pelaksanaan rintisan SKM
5) SMA kategori mandiri II ≥
adalah kebijakan SKM yang
ditetapkan Manajemen
oleh
BSNP,
Dikdasmen,
100,00%
Ditjen
(memenuhi/melampaui
Ditjen
nasional pendidikan)
standar
PMPTK, Renstra Depdiknas, kebijakan
x = standar nasional pendidikan (8
Direktorat Pembinaan SMA, dan usulan
standar)
penetapan
sekolah
dari
Pendidikan
Provinsi
Kabupaten/Kota.
Sambil
Dinas
Secara terus menerus kriteria
dan
tersebut akan disempurnakan sejalan
menunggu
diterbitkannya kebijakan SKM
dengan
perkembangan
penyelesaian
dari
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1763
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
penyusunan delapan standar nasional
Tejakula ditinjau dari segi latar? (2)
pendidikan secara lengkap.
Seberapakah
Sebagai acuan pengembangan RSKM,
Departemen
Pendidikan
mandiri (SKM) pada SMA Negeri 1 Tejakula
Manajemen
Pendidikan
Seberapakah
Menengah,
Direktorat
dan
kesiapan
pelaksanaan rintisan sekolah kategori
Nasional melalui Direktorat Jenderal Dasar
tingkat
dari
segi
masukan?
tingkat
(3)
kesiapan
Pembinaan
pelaksanaan rintisan sekolah kategori
Sekolah Menengah Atas (SMA) telah
mandiri (SKM) pada SMA Negeri 1
mengeluarkan pedoman dan perangkat
Tejakula dari segi proses? (4) Apakah
rintisan SKM/SSN (sekolah kategori
kendala-kendala yang dihadapi dalam
mandiri/
pelaksanaan rintisan sekolah kategori
sekolah
standar
nasional)
tahun 2008.
mandiri (SKM) pada
Sampai
saat
ini
belum
ada
Tejakula?
(5)
SMA Negeri 1
Apakah
penelitian yang bersifat ilmiah untuk
pemecahan
melihat
digunakan dalam upaya peningkatan
tingkat kesiapan menjadi
rintisan
sekolah
kategori
masalah
alternatif yang
bisa
kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah
mandiri/RSKM di SMA Negeri 1
kategori mandiri (SKM) pada
Tejakula. Untuk itu perlu dilakukan
Negeri 1 Tejakula? Manfaat yang
studi
diperoleh dari penelitian ini antara lain
evaluasi
program
untuk
mengetahui kesiapan program rintisan
(a)
sekolah kategori mandiri di SMA
pengetahuan
Negeri 1 Tejakula ditinjau dari segi
sekolah sebagai lembaga pendidikan
context, input dan
yang
didalamnya terhadap
process (yang
termasuk
delapan
pemenuhan
standar
menambah
khususnya
menerapkan
kategori
khasanah
SMA
mandiri
ilmu
pengelolaan
rintisan
sekolah
(SKM)
dalam
nasional
meningkatkan mutu lulusannya melalui
pendidikan) serta kendala-kendala yang
pemenuhan delapan Standar nasional
terjadi dalam pelaksanaan program
pendidikan, terutama pada lembaga
tersebut.
pendidikan
Berdasarkan latar belakang di
Menengah
setingkat Atas.
(b)
Sekolah memberikan
atas, fokus penelitian ini adalah (1)
gambaran kepada pelanggan internal,
seberapakah
kesiapan
yaitu para guru dan staf pegawai
pelaksanaan rintisan sekolah kategori
administrasi, serta pelanggan eksternal
mandiri (SKM) pada SMA Negeri 1
yang meliputi siswa, orang tua siswa,
tingkat
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1764
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
dan masyarakat mengenai pelaksanaan
digunakan adalah metode evaluatif,
rintisan sekolah
yaitu
kategori mandiri
analisis
yang
dilakukan
(SKM) pada sekolah dalam usaha
berdasarkan evaluasi terhadap program
meningkatkan mutu pendidikan yang
atau konsep yang berorientasi pada
tercermin dari mutu kegiatan proses
sasaran, yakni suatu gambaran yang
pembelajaran
menunjukkan
didukung
di
oleh
sekolah suasana
dengan
lingkungan
sekolah serta mutu tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan
bermutu/memadai,
(SDM) sampai
rintisan
sekolah
pelaksanaan
kategori
mandiri
(SKM) pada SMA Negeri 1 Tejakula.
yang pada
kesiapan
Adapun subjek penelitiannya adalah
semua
guru
dan
pegawai
peningkatan mutu lulusan dan dapat
administrasi di SMA Negeri 1 Tejakula
melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang menduduki jabatan sebagai kepala
yang lebih tinggi (jenjang perguruan
sekolah, wakil kepala sekolah, wali
tinggi/akademi), (c) Dapat dijadikan
kelas,
bahan evaluasi diri oleh
komite dan pengurusnya serta guru
sekolah-
pembina osis,
siswa,
sekolah lain yang akan melaksanakan
yang
program yang sama pada hari-hari
jawab program (PJP) dalam program
mendatang
kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah
(d)
Dapat
dijadikan
bertugas sebagai
ketua
mandiri
penanggung
pedoman dan sampel empiris bagi
kategori
(SKM)
peneliti lain yang ingin melaksanakan
semuanya berjumlah 112 orang. Sampel
studi evaluasi terhadap program yang
penelitian ini adalah di Sekolah SMA
sejenis pada kemudian hari di tempat
Negeri 1 Tejakula, Desa Tejakula,
yang sama ataupun di tempat yang lain.
Kecamatan
Tejakula,
yang
Kabupaten
Buleleng, Provinsi Bali. Teknik
II. METODE PENELITIAN Penelitian mengevaluasi rintisan
ini
bertujuan
kesiapan
pelaksanaan
adalah
purposive
sampling. Menurut Husaini Usman (2000:137) dan Sugiyono (2007:124),
(SKM) pada SMA Negeri 1 Tejakula
teknik sampling bertujuan (purposive
dengan menggunakan pendekatan mix
sampling) digunakan apabila anggota
method yang merupakan bauran antara
sampel yang dipilih secara khusus
metode kuantitatif
berdasarkan
metode
kategori
digunakan
sampel
mandiri
sedangkan
sekolah
yang
pengambilan
dan kualitatif, penelitian
yang
Menurut
tujuan Kerlinger
penelitiannya. (2002:135),
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1765
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
sampling bertujuan tergolong sampling
yang telah dirumuskan, serta dijadikan
nonprobalitas yang mempunyai ciri
landasan dalam mengambil kesimpulan.
penilaian dan upaya cermat untuk
Menghitung rata-rata skor yang
memperoleh sampel yang representatif
diperoleh pada tiap komponen dan
dengan cara meliputi wilayah-wilayah
mengonversikannya
atau kelompok-kelompok yang diduga
kategori/klasifikasi pada skala lima
sebagai anggota sampel.
yang dibuat berdasarkan mean ideal dan
Instrumen pengumpulan
standar
data
deviasi
dengan
ideal.
yang digunakan dalam penelitian ini
menentukan
adalah
pelaksanaan Rintisan SKM baik dari
berupa
pedoman
kuesioner/angket,
wawancara,
dan
lembar
tingkat
Untuk kesiapan
variabel latar, masukan, dan proses,
observasi, serta studi dokumen. Data
digunakan
kreteria
ideal
teoritik
yang dikumpulkan dalam penelitian ini
(Koyan,2007:73), sehingga diperoleh
digunakan untuk menjawab pertanyaan
kategori sebagai berikut.
Tabel 1. Klasifikasi/Predikat dengan rujukan Kurva Normal Rentang Skor
Klasifikasi/ Predikat
Mi + 1,5SDi
Mi + 3,0 SDi
sangat siap
Mi + 0,5SDi
Mi + 1,5 SDi
siap
Mi - 0,5SDi
Mi + 0,5 SDi
cukup siap
Mi - 1,5SDi
Mi - 0,5 SDi
kurang siap
Mi – 3 SDi
Mi - 1,5 SDi
sangat kurang siap
Mi
= rata-rata ideal = ½ ( skor maks ideal + skor min ideal ). 1 SDi = standar deviasi ideal = (skor maks ideal - skor min ideal ). 6 dideskripsikan, dianalisis, dan dibahas
III. HASIL PENELITIAN DAN
lebih lanjut agar diperoleh simpulan-
PEMBAHASAN Ada beberapa
yang
simpulan. Secara umum, dari segi latar,
kesiapan
tingkat kesiapan pelaksanaan rintisan
pelaksanaan rintisan sekolah kategori
sekolah mandiri di SMAN 1 Tejakula
mandiri (RSKM) pada SMA Negeri 1
termasuk dalam kategori sangat siap.
diperoleh
Tejakula.
dari
temuan
Evaluasi
Temuan-temuan
itu
Sangat siapnya aspek landasan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1766
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
hukum/kebijakan pendidikan, akreditasi
siap, sebagai implikasi langsung dari
sekolah, visi/misi sekolah, tujuan dan
penunjukan langsung oleh pemerintah
sasaran
daerah
/program
sekolah
karena
melalui
dinas
Pendidikan
pemerintah sangat serius menjalankan
Kabupaten kepada sekolah yang telah
amanat pasal 11 ayat 2 dan 3 Peraturan
ada menjadi sekolah rintisan sekolah
Pemerintah /PP 19 Tahun 2005 tentang
kategori mandiri. Banyak tantangan
Standar Nasional Pendidikan (SNP)
yang dialami, mulai dari etos kerja,
yang menyatakan bahwa pemerintah
kultur yang sudah melekat, komitmen
mengategorikan sekolah/madrasah yang
dan tingkat kompetensi pendidik serta
telah atau memenuhi standar nasional
kependidikan.
ke dalam kategori mandiri.
kependidikan
kondisi
geografis,
Aspek
Seluruh belum
tenaga memenuhi
sosial-ekonomi,
kualifikasi yang sesuai dengan profil
permintaan dan dukungan masyarakat
RSKM. Semua tenaga kependidikan
dan stakeholder
termasuk kategori
mempunyai latar belakang pendidikan
sangat siap, yaitu kondisi lahan yang
SMA dan yang sederajat, sehingga
luasnya 1,5 hektar dengan bidang datar
ketika dihadapkan dengan tuntutan ICT
dan
yang terintegrasi dalam manajemen
asri
dilatarbelakangi
oleh
pemandangan pegunungan dan kondisi
sekolah
masyarakat sekitar yang kondusif untuk
berkembang. Begitu pula dengan tenaga
mendukung program RSKM di sekolah
pendidik
ini. Aspek kultur dan regulasi sekolah
pendidik berlatar belakang pendidikan
dalam pelaksanaan program RSKM di
S1 saja. Dengan alasan usia yang sudah
SMAN 1 Tejakula termasuk kategori
tua,
sangat siap, yaitu suasana budaya
mempelajari
kebersamaan dan aturan tata tertib yang
inggris,
bisa
memenuhi
difahami
oleh
semua
warga
sangat
(guru).
para
guru
lambat
Sebagian
enggan
komputer
sehingga
untuk
besar
untuk
dan
bahasa
usaha
untuk
penjaminan
mutu
yang
sekolah, termasuk aturan penerimaan
sesuai dengan profil RSKM dari aspek
peserta
pendidik
didik
baru
serta
tingkat
kelulusan /output siswa. Secara
umum,
dan
tenaga
kependidikan
sangat lambat. Aspek sarana dan prasarana
variabel
masukan termasuk kategori sangat
kategori
sangat siap. Hal ini juga
siap. Kesiapan pendidik dan tenaga
sebagai
implikasi
kependidikan yang termasuk kategori
penunjukan lansung menjadi RSKM,
langsung
dari
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1767
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
sehingga terjadi kebimbangan dalam
program RSKM di SMAN 1 Tejakula
merenovasi sarana dan prasarana yang
termasuk kategori
telah ada untuk dikembangkan menjadi
yang perlu mendapat perhatian dalam
sarana yang memenuhi penjaminan
komponen
mutu RSKM. Sekolah telah berusaha
kemampuan guru mengajar berbasis
untuk
melengkapi
media ICT dan menggunakan berbagai
sarana dan prasarana agar sesuai dengan
model pembelajaran. Untuk mengatasi
penjaminan mutu RSKM melalui kerja
hal ini, pihak sekolah telah membuat
sama
inovasi dengan mengadakan kerja sama
secara
bertahap
dengan
instansi
terkait
dan
stakeholders.
dengan
Komponen
pembiayaan
termasuk kategori sangat siap, karena
sangat siap. Hal
pembelajaran
pengawas
adalah
akademik
dari
pengawas yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng.
penggunaan dana secara efektif dan
Sampai saat ini sekolah juga
efesien dalam batasan pembiayaan mutu
belum melaksanakan Sistem Kredit
saja, serta pelaporan dana sudah tertata
Semester
dengan baik. Sumber pendanaan berasal
pelaksanaan
dari komite sekolah, dana Block grant
belum jelasnya aturan yang dikeluarkan
RSKM, dana bantuan dari pemerintah
oleh Dinas Pendidikan Nasional untuk
kabupaten dan provinsi.
memfasilitasi siswa dan sekolah belum
Sampai saat ini dana bantuan dari pemerintah kabupaten dan provinsi
(SKS). SKS
Keterlambatan disebabkan
oleh
mampu melaksanakan moving class. Aspek
pengelolaan
sekolah
hanya dalam bentuk fisik dan terbatas.
dalam pelaksanaan program RSKM di
Sekolah sangat mengharapkan agar
SMAN 1 Tejakula termasuk Kategori
dana bantuan dari pemerintah kabupaten
sangat siap Hal ini dapat dilihat dari
dan provinsi dapat dipergunakan untuk
visi,misi dan tujuan sekolah
peningkatan
dirumuskan berdasarkan masukan dari
kualitas
pendidik
dan
tenaga kependidikan khususnya, dalam
berbagai
peningkatan
stakeholders serta mendapat dukungan
sehingga
kualifikasi
penjaminan
akademik,
mutu
RSKM
segera dapat dipenuhi.
warga
sekolah
yang
dan
dari semua warga sekolah, komite sekolah,
dan
masyarakat
sekitar.
Variabel proses secara umum
Sekolah memiliki rencana kegiatan
termasuk kategori sangat siap. Aspek
anggaran sekolah (RKAS) satu tahun
proses pembelajaran dalam pelaksanaan
dan rencana kegiatan sekolah /RKS
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1768
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
jangka waktu empat tahun, memliki
sekolah
pedoman penyelenggaraan RSKM, dan
SMAN 1 Tejakula adalah sangat siap.
progran pembiayaan oprasional sekolah,
Dari hasil wawancara mendalam
kategori
mandiri
serta termasuk pelaporan yang tertata
yang
baik.
kepentingan yang berbeda, yaitu siswa, Aspek
kategori
penilaiaan
pendidikan
sangat siap. Penilaian yang
diadakan
terhadap
pada
empat
komite sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan
terungkap
beberapa
dilakukan sebagian besar para guru
kendala-kendala yang muncul dalam
hanya dari aspek kognitif. Aspek afektif
pelaksanaan program rintisan sekolah
dan psikomotor sering tidak teramati,
kategori mandiri di SMA N 1 Tejakula.
karena kurang cermatnya pengamatan
Adapun kendala-kendala itu antara lain
yang diakibatkan oleh jumlah siswa
sebagai berikut. (1) Bahasa Inggris
dalam satu kelas berkisar 32 -- 40
merupakan kendala yang dialami semua
orang. Secara bertahap, sekolah juga
komponen,
berusaha untuk mengurangi jumlah
kependidikan, maupun siswa. Sarana
siswa dalam satu kelas serta selalu
penunjang
team
mengefektifkan
teaching,
tidak
untuk melaksanakan penilaian.
terhadap
pada
seperti
tenaga
lab.
bahasa,
ada,
sehingga
standar
sarana
pemenuhan prasarana
semua
menjadi terhambat. (2) Sebagian besar
variabel dirubah kedalam T- skor, dan
guru-guru merasa kekurangan waktu
dilanjutkan
menentukan
dalam menerapkan pembelajaran remidi
arahnya, ternyata didapatkan bahwa
dan pengayaan, apalagi bagi guru-guru
untuk variabel latar, T- skor > 50, yang
yang telah tersertifikasi diwajibkan
berarti
Variabel
memiliki beban kerja sebanyak 24 jam
masukan T- skor > 50, yang berarti
tatap muka per minggu. Para guru tidak
arahnya positif., sedangkan variabel
punya lagi waktu untuk melaksanakan
proses T- skor > 50, yang berarti
kegiatan ke-MGMP-an. Guru
arahnya
demikian,
punya cukup waktu untuk berdiskusi di
tingkat kesiapan latar = +, kesiapan
dalam kegiatan MGMP ataupun lintas
masukan = +, kesiapan proses = +,
MGMP
artinya,
tingkat
perkembangan
rintisan
siswa.
kesiapan
skor
pendidik,
komputer, lab fisika sampai saat ini
sehingga lebih memudahkan para guru
Setelah
baik
dengan
arahnya
positif.
secara
positif.
Dengan
umum
pelaksanaan
untuk
membahas
kemajuan
Demikian
tidak
juga
akademis dengan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1769
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
perencanaan strategi pembelajaran dan penggunaan
proses
pembelajaran
berbasis ICT/multi media. (3) ICT merupakan masalah yang sangat besar dihadapi oleh sebagian besar tenaga pendidik dan tenaga Tenaga
kependidikan.
kependidikan
mengalami
kesulitan dalam menerapkan ICT untuk manajemen sekolah. Sebagian besar manajemen dikerjakan
administrasi masih
bersifat
sekolah
oleh
pihak-pihak
berkepentingan.Sebagian besar
IV. PENUTUP Berdasarkan analisis data dan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan pelaksanaan rintisan
yang guru
MIPA telah menguasai ICT meskipun baru dalam tataran penggunaan power point dan multi media pembelajaran yang sudah jadi dalam melaksanakan
sekolah
kategori
mandiri
(RSKM) pada SMA Negeri 1 Tejakula berdasarkan
analisis
model
CIPP
termasuk kategori sangat siap, baik dari segi latar, masukan, maupun dari segi proses. Untuk
manual.
Sehingga tidak bisa diakses dengan cepat
ISSN 1858 – 4543
memantapkan
meningkatkan
pelaksanaan
dan rintisan
sekolah kategori mandiri (RSKM) pada SMA negeri 1 Tejakula dan berdasarkan kendala-kendala yang ditemukan baik dari segi latar, segi masukan maupun dari
segi
proses,
dapat
di
rekomendasikan hal-hal sebagai berikut.
proses pembelajaran di kelas. Pihak sekolah belum
secara
rutin/berkala
melaksanakan pelatihan komputer dan internet untuk pendidik dan tenaga kependidikan.
(4)
Kultur
sekolah,
situasi, dan kondisi di lingkungan sekitar sekolah serta masyarakat sekitar belum begitu besar menaruh perhatian atas kemampuan dan sikap/perilaku belajar siswa yang dapat mengarah /berorientasi kepada pendidikan yang bermutu.
Rekomendasi
kebijakan
untuk
komponen latar. 1) Untuk pihak Sekolah a. Sekolah hendaknya secara terusmenerus
menyosialisasikan
visi,
misi, dan tujuan/program sekolah sehingga membumi dengan seluruh warga sekolah, serta semua berusaha untuk mencapainya. b. Sekolah perlu meningkatkan kerja sama dengan masyarakat sekitar dan stakeholders, tidak hanya dalam hal pendanaa/finansial, tetapi juga dalam
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1770
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
sumbangan pemikiran/ide-ide yang
dan
remidi
kreatif dan inovatif.
berkesinambungan. c. Sekolah
2) Untuk pihak Pemerintah
secara
hendaknya
secara
Pemerintah hendaknya menyiapkan
berkelanjutan
anggaran
meningkatkan profesionalisme guru,
yang
memadai
bagi
berusaha
untuk
sekolah RSKM untuk dipersiapkan
terutama
dalam
menjadi sekolah kategori mandiri,
komputer,
bahasa
Inggris
tidak
berbagai
model
pembelajaran.
Sekolah
hendaknya
hanya
MUTU
dalam
tetapi
pembiayaan
juga
dalam
penguasaan dan
membuat
pembiayaan bidang fisik, seperti
pelatihan dalam pembelajaran yang
pengadaan
berbasis ICT. Sekolah juga secara
laboratorium
beserta
fasilitas pendukungnya.
berkesinambungan
meningkatkan
keterampilan tenaga kependidikan Rekomendasi
kebijakan
untuk
dalam
penguasaan
ICT
dalam
komponen masukan
menjalankan
1) Untuk pihak Sekolah
administrasi sekolah sehingga dapat
a. Kepala Sekolah secara bersama-sama
memenuhi target yang sesuai dengan
dengan pengurus komite sekolah
manajemen
profil RSKM.
secara rutin mengajukan proposal bantuan dalam bentuk block-grant kepada pemerintah daerah provinsi dalam hal ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali, baik bantuan sarana prasarana ICT maupun
bantuan
pendidikan
dan
dalam pelatihan
bentuk kerja
hendaknya
a. Pemerintah daerah dalam hal ini SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng agar meninjau / mereview kembali tentang beban kerja guru bagi guru (tenaga pendidik) yang telah tersertifikasi, sehingga para guru
(diklat) teknis. b. Sekolah
2) Untuk pihak Pemerintah
selalu
mempersiapkan anak didiknya untuk bisa mencapai kelulusan di atas 90% melalui pemberian jam tambahan belajar dengan program pengayaan
dapat
melaksanakan
dengan
leluasa
tugas
secara
proporsional dan profesional. b. Pemerintah hendaknya menyediakan bantuan biaya untuk pengembangan sekolah
RSKM
sesuai
dengan
kewenangannya, dan mengurangi isu
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1771
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
pendidikan gratis selama keuangan negara
belum
mencukupi
untuk
membiayai pendidikan.
ISSN 1858 – 4543
b. Sekolah hendaknya memiliki rencana kegiatan anggaran sekolah (RKAS) satu tahun dan rencana kegiatan jangka menengah (RKJM) jangka
3) Untuk pihak LPTK
waktu
a. LPTK hendaknya segera membuka kelas Magister Sains (Matematika, Fisika,
Kimia,
Biologi)
bertaraf
Internasional untuk menyiapkan guru yang mampu mengajar berbasis bahasa Inggris dan berbasis ICT serta mampu menggunakan
berbagai
model
pembelajaran yang inovatif.
empat
tahun
berdasarkan
pedoman penyelenggaraan RSKM dan progran pembiayaan oprasional sekolah serta termasuk pelaporan yang
berdasarkan
berbagai
warga
stakeholders
masukan
dari
sekolah
dan
serta
mendapat
dukungan dari semua warga sekolah dan komite sekolah.
b. PPL yang ditempatkan pada sekolah RSKM hendaknya yang mempunyai
2) Untuk pihak Pemerintah
kemampuan dalam bahasa Inggris,
a. Pemerintah daerah, dalam hal ini
mampu
menggunakan
menguasai
berbagai
ICT
dan
SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten
model-model
Buleleng, hendaknya secara berkala
pembelajaran.
melengkapi
kebutuhan
sekolah,
terutama pada sarana dan prasarana Rekomendasi kebijakan untuk komponen proses 1) Untuk pihak Sekolah : a. Kepala Sekolah secara bersama-sama dengan pengurus komite sekolah secara rutin mengajukan proposal bantuan dalam bentuk block-grant kepada Pemerintah Daerah Provinsi
yang mendukung target tercapainya profil RSKM. b. Pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat hendaknya melakukan
koordinasi
dan
sinkronisasi
kebijakan
dan
kewenangan
operasional
dalam
pengembangan sekolah RSKM.
dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali, baik itu bantuan sarana penunjang seperti lab. bahasa, lab. komputer, lab fisika maupun bantuan dalam bentuk Bimbingan Teknis. JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1772
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharmini. 2004, Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2001, DasarDasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara. Atmadi, A. dan Y. Setyaningsih. 2000. Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta:Kanisius . Dantes, Nyoman. 2007. Metodologi Penelitian. Singaraja:FIP Undiksha Depdikbud.1991. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Lanjutan Atas. Dirjen Dikdasmen. Jakarta:Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Menengah. Depdiknas, 2008. Perangkat Rintisan SKM/SSN. Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA). Marhaeni ,A.A.I.N. (2007), Evaluasi Program Pendidikan, Singaraja: PPs Undiksha Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
ISSN 1858 – 4543
Permendiknas Nomor 22 dan Nomor 23. Popham,W.J. 1985. Educational Evaluation. New Jersey, PrenticeHall, Inc. Siskandar. 2003. “Penyelenggaraan Sistem SKS di SMU”. Makalah Seminar Nasional Penerapan Sistem SKS pada SMU di Provinsi NTB tanggal 23 Pebruari 2003. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi Aksara. Stott, Lousie, Fink Dean. & Earl. Lorna. (2003). It’s about learning. London: RoutledgeFarlmer. Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:Depdiknas. Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wildan. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Didaktika. Jurnal Pendidikan Dasar dan TK. I (1)2002. Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta:Bayu Indra Grafika.
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1773
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
DETERMINASI POTENSI AKADEMIK, BAKAT KINESTETIK, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR KARAWITAN PADA MAHASISWA JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
Sarwa, I Nengah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya (1) determinasi potensi akademik terhadap prestasi belajar; (2) determinasi bakat kinestetik terhadap prestasi belajar; (3) determinasi motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar; dan (4) determinasi secara bersama-sama antara potensi akademik, bakat kinestetik, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post fakto pada mahasiswa semester 4 Jurusan Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar, yang berjumlah 35 orang. Data dikumpulkan dengan (1) kuesioner motivasi berprestasi; (2) tes potensi akademik; (3) tes bakat kinestetik, dan (4) tes prestasi belajar. Analisis data menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis data ditemukan (1) terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara potensi akadiemik dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi sebesar 0,720 dan determinasi sebesar 51,84%; (2) terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara bakat kinestetik dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi sebesar 0,731 dan determinasi sebesar 53,44%; (3) terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi 0,719 dan determinasi sebesar 51,69%; (4) terdapat korelasi yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara potensi akademik, bakat kinestetik, serta motivasi berprestasi dan prestasi belajar, dengan koefisien regresi sebesar 0,9330 dan determinasi sebesar 87,05% terdiri atas (a) sumbangan efektif potensi akademik 28,35% (b) sumbangan efektif bakat kinestetik 31,72% dan (c) sumbangan efektif motivasi berprestasi 26,99%. Kata kunci: potensi akademik, bakat kinestetik, motivasi berprestasi, dan prestasi belajar.
THE DETERMINATION OF ACADEMIC POTENTIAL, KINESTHETIC APTITUDE, AND ACHIEVEMENT MOTIVATION TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT OF THE STUDENTS OF THE KARAWITAN ART DEPARTEMEN AT THE PERFORMANCE ART FACULTY OF INDONESIAN ART INSTITUTE DENPASAR
ABSTRACT This study aimed at finding out the extent of: (1) determination of Academic Potential toward Learning Achievement; (2) determination of Kinesthetic Aptitude toward Learning Achievement; (3) determination of Achievement Motivation toward Learning Achievement; and (4) the simultaneous determination of Academic Potential, Kinesthetic Aptitude, and Achievement Motivation toward Learning Achievement.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1774
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
This study was an ex-post facto research, for the 35 fourth semester students of the Karawitan Art Departement of Indonesian Art Institute Denpasar. The data were collected with: (1) a questionnare of Achievement Motivation, (2) Academic Potential Test, (3) Kinesthetic Aptitude Test, and (4) Learning Achievement Test. The data were analyzed by Linear Regression Analysis. From the analysis it was found that: (1) there was a positive and significant correlation between Academic Potential and Learning Achievement as shown by the coefficient of correlation of 0.720 and determination of 51.84%; (2) there was a positive and significant correlation between Kinesthetic Aptitude and Learning Achievement as shown by the coefficient of correlation of 0.731 and the determination of53.44%; (3) there was a positive and significant correlation between Achievement Motivation and Learning Achievement as shown by the coefficient of correlation of 0.719 and the determination of 51.69%; (4) there was a positive and significant simultaneous correlation between Academic Potentiality, Kinesthetic Aptitude, and Achievement Motivation and Learning Achievement as shown by the regression coefficient 0.9330 and the determination 87.05%, which are formed by: the contribution of Academic Potential 28.35%, the contribution of Kinesthetic Aptitude 31.72%, and the contribution Achievement Motivation 26.99%. Key words: academic potentiality, kinesthetic aptitude, achievement motivation and learning achievement.
menyatakan bahwa semua manusia
I. PENDAHULUAN Pada era globalisasi dewasa ini,
memiliki kecerdasan jamak (multiple
IQ (Intellegence Quotient) bukanlah
intelligences)
segala-galanya.
kecerdasan matematika, (2) kecerdasan
IQ
yang
meliputi
yang
meliputi
(1)
kecerdasan matematika dan bahasa
bahasa,
bukanlah satu-satunya kecerdasan yang
kecerdasan
dimiliki manusia. Dewasa ini telah
gerak,
berkembang
konsep
kecerdasan sosial, (8) kecerdasan alam,
kecerdasan, sebagai reaksi terhadap
dan (9) kecerdasan spiritual. Goleman
anggapan
yang
dalam Turmudhi (2008) menambahkan
adalah
satu lagi kecerdasan yaitu kecerdasan
Ternyata,
emosional (emotional intelligence). Ia
tingginya IQ seseorang juga tidak
menyatakan bahwa ada kecerdasan
menjamin
yang jauh lebih besar peranannya
berbagai
bahwa
memiliki
IQ
manusia
yang
individu
yang
tinggi
cerdas.
kesusksesan
dalam
kehidupan. Di
(3) kecerdasan bentuk, (4) musik,
(6)
(5)
kecerdasan
kecerdasan diri,
(7)
dalam kehidupan, dibandingkan dengan luar
IQ
banyak
kecerdasan
intelektual
kecerdasan lain yang dimiliki manusia.
mengantar
orang
Gardner
hidup
dalam
masih
Afriani
(2008)
yang
pada
sering
(IQ)
dalam
kesuksesan disebut
EQ
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1775
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
(emotional qoutient). Kemudian Danah
dimiliki
Zohar
(2008)
menghasilkan manusia-manusia yang
tentang
memiliki keterampilan hidup (life skill),
dalam
memandang
Nggermanto lebih
jauh
anak
didik,
agar
dapat
kecerdasan yang dimiliki manusia yang
mempunyai
disebutnya kecerdasan spiritual (SpQ),
bidangnya,
yang
temuan-
menjalani kehidupan di masyarakat.
neurologis
Dengan demikian, tugas pendidikan
berlandaskan
temuan
ilmiah
pada
tentang
kompetensi sehingga
dapat
sebaiknya
kearifan
psikologi
mengidentifikasi tipe-tipe kecerdasan
Ia banyak mengulas
anak didik, kemudian baru menyusun
transpersonal. peranan
SpQ
akhlak
manusia
manusia
plus
dalam
itu
pembentukan
sebagai sendiri.
jati Ia
diri juga
terlebih
sukses
diramu dengan ilmu fisika quantum dan oriental
adalah
pada
dahulu
rencana pendidikan yang sesuai. Tidak tepat lagi memperlakukan semua anak didik
dengan
cara
sama.
mengungkapkan kesimpulannya bahwa
Pendidikan
IQ menentukan sukses seseorang hanya
seluruh dimensi kecerdasan manusia ini
sebesar 20%, sedangkan kecerdasan
sampai batas–batas tertentu. Penekanan
yang lain memberi kontribusi sebesar
pengembangan
80%. Dari uraian di atas ternyata
kecerdasan
kecerdasan intelektual dan kecerdasan
kesulitan belajar. Pengembangan secara
emosional
memadai seluruh dimensi kecerdasan
kesuksesan, spiritual
membawa sedangkan membawa
kebajikan.
orang
Lalu,
pada
kecerdasan orang
yang
ini
perlu
yang
mengembangkan
pada
bakal
diharapkan
dapat
satu
aspek
mengakibatkan
menciptakan
pada
belajar anak didik menjadi lebih mudah
diinginkan
dan menyenangkan. Untuk itu, menurut
adalah menjadi orang sukses yang baik.
Nggermanto
Hal ini sesuai dengan ungkapan "It's
paradigma pembelajaran baru
nice to be important, but it's more
diperbaharui dengan tiga aspek, yaitu
important to be nice", yang artinya baik
otak tak hingga, informasi cepat, dan
kalau bisa menjadi orang penting, tetapi
kurikulum seutuhnya.
lebih penting menjadi orang baik
(a) Otak tak hingga; hasil penelitian
(Turmudhi, 2008).
tentang otak manusia menunjukkan
Hal inilah yang menyebabkan dunia
pendidikan
mengembangkan
(2008),
diperlukan atau
bahwa otak manusia paling sedikit
ditantang
untuk
terdiri atas 100 milyar sel otak aktif
kecerdasan
yang
atau neutron. Dalam setiap menit sel-
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1776
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
sel aktif itu mampu menciptakan
cerdas kalau menerima dan mengolah
sambungan baru tidak kurang dari 100
informasi sesuai dengan tipenya. Orang
ribu jalur. Dengan demikian karena
akan menjadi tampak bodoh bila sistem
besarnya potensi otak manusia, tidak
pendidikan
ada alasan bagi manusia untuk tidak
mengakomodasi
cerdas. Contoh otak seorang Albert
Seharusnya, dengan demikian, tugas
Einstein berkembang 10% lebih baik
pendidikan
dari otak orang biasa. Perkembangan
tipe-tipe
ini hanya terjadi pada bagian otak kiri
menyusun rencana pendidikan yang
yang
sesuai.
matematis
dan
verbal
yang
yang
diterapkan tipe
adalah anak
Tidak
tidak
tersebut.
mengidentifikasi didik
kemudian
tepat
dan
bukan
merupakan indikator IQ. Sedangkan
zamannya lagi memperlakukan semua
Bagian otak matematis dan verbal tadi
anak didik dengan cara yang sama.
adalah sekitar 20% dari otak manusia
Selanjutnya, anggapan bahwa
keseluruhan. Otak Einstein berkembang
kecerdasan manusia diukur dari IQ
lebih baik dari otak orang biasa hanya
belaka sudah tidak lagi memadai.
kira-kira
Howard Gardner telah menemukan
sebesar
2%,
dan
itu
memiliki
multiple
(kecerdasan
jamak)
perkembangan yang sangat kecil. Lalu,
bahwa
muncul pertanyaan mengapa banyak
intelligences
orang
tepatnya
meliputi kecerdasan matematis, verbal,
mengapa banyak orang otaknya tidak
intrapersonal, interpersonal, gerakan,
berkembang?
ruang, musik, dan intuisi. Pendidikan
bodoh
Dalam
atau
lebih
Quantum
manusia
Learning
perlu mengembangkan seluruh dimensi
dijelaskan bahwa manusia memiliki
kecerdasan manusia ini sampai batas–
tipe tertentu dalam menyerap dan
batas
mengolah
pengembangan
informasi.
Manusia
digolongkan menjadi tiga tipe dalam
tertentu.
kecerdasan
Penekanan
pada
bakal
satu
aspek
mengakibatkan
visual,
kesulitan
(VAK).
diupayakan belajar yang mudah dan
Sementara dalam mengolah informasi
menyenangkan, dengan memperhatikan
ada
pengembangan secara memadai dari
menyerap auditif,
informasi, dan
empat
kongkret,
yaitu
kinestetik
tipe
yaitu
sekuensial
sekuensial abstrak,
acak
kongkret, dan acak abstrak. Semua tipe
dimensi
belajar.
kecerdasan
Sudah
yang
masanya
dimiliki
masing-masing anak didik.
adalah baik, sebab semua orang akan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1777
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
(b) Informasi cepat; pada tahun 1926
pembelajaran tentang objek. Termasuk
ditemukan televisi, 1948 teknologi
dalam level ini adalah matematika,
transistor. Teknologi fiber-optic tahun
fisika, biologi dan lain-lain. Level
1988 mampu mengirim 3000 pesan
kedua adalah pembelajaran tentang cara
sekali kirim, tahun 1996 mampu 1,5
belajar. Termasuk dalam level ini
juta pesan, dan tahun 2000 diprediksi
adalah
mampu mengirim 10 juta pesan. Pada
menghafal cepat, berpikir kreatif, dan
tahun 1999 tidak kurang dari 250 juta
sebagainya. Level ketiga adalah belajar
komputer telah digunakan, dan tidak
mengubah
kurang dari 150 juta orang telah
paradigma.
terhubung langsung ke internet. Pada
belajar
tahun 2000-2005 diramalkan sekitar
terhadap alam semesta ini. Pendidikan
500 juta sampai satu milyar orang
di Indonesia terlampau menekankan
terhubung
Ini
level pertama, sehingga anak didik
manusia
tidak begitu paham cara belajar yang
menginginkan informasi yang cepat
efektif. Hal ini mengakibatkan belajar
pada segala bidang. Dengan demikian
justru berubah menjadi beban, tidak
tidaklah bijak jika sistem pendidikan
lagi
tidak
kebutuhan.
melalui
menunjukkan
internet.
bahwa
memanfaatkan
kemajuan
teknologi informasi (IT = information technology). dilaksanakan
Hal
tersebut
apabila
dapat manusia
menggunakan alat bantu
teknologi
belajar
membaca
atau
membangun
suatu
keempat
adalah
pandangan
dunia
Level
tentang
dipandang
Dalam
efektif,
sebagai
upaya
suatu
peningkatan
kualitas pendidikan nasional, sangat perlu
adanya
pendidikan
perencanaan
yang
relevan,
proses demi
tersebut seperti komputer. Yang tidak
tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
kalah pentingnya adalah pengalaman
Perencanaan
menunjukkan
didik
termasuk di antaranya adalah adanya
sekarang sangat terbantu motivasinya
tujuan pendidikan yang jelas, meliputi
bila belajar dengan menggunakan alat
tujuan nasional, tujuan institusional,
bantu seperti komputer, dan apalagi
tujuan
internet.
instruksional
bahwa
anak
pendidikan
kurikuler, yang
tersebut
dan
tujuan
ditindak
lanjuti
Learning;
dengan kurikulum pendidikan serta
meliputi
dengan segala perangkat sekolah, yang
empat level, yaitu level pertama adalah
di dalamnya terdapat standar-standar
(c)
Comprehensive
seharusnya
pembelajaran
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1778
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
pembelajaran
serta
ISSN 1858 – 4543
pengembangan
output,
dalam
rangka
mencapai
intelektualitas dan mentalitas manusia
outcome yang laku atau dapat diterima
yang mengelolanya.
di pasar kerja (stakeholder).
Pada tahun 2004 dimulailah
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar
kurikulum baru yang biasa disebut
sebagai lembaga pendidikan tinggi
dengan kurikulum berbasis kompetensi
wajib
(KBK).
Pendidikan
Kurikulum
berbasis
menyelenggarakan Tridharma Tinggi,
kompetensi sendiri adalah seperangkat
menyelenggarakan
rencana
pengajaran,
dan
pengaturan
tentang
yaitu
pendidikan
dan
menyelenggarakan
kompetensi dan hasil belajar yang
penelitian
harus dicapai peserta didik. Dengan
pengabdian
kurikulum ini diharapkan para peserta
Sehubungan
didik dapat menyesuaikan diri pada
Denpasar yang mempunyai pola ilmiah
suatu konteks nyata yang terjadi di
pokok “kesenian” telah mencanangkan
masyarakat.
visi
pendidikan kepada
Dengan
demikian,
merupakan
pembekalan
subjek
didik
agar
dan
dan
menyelenggarakan pada
dengan
misi
masyarakat. hal
itu
sebagai
ISI
tujuan
institusional pendidikannya.
dapat
Visi
ISI
Denpasar
adalah
menyesuaikan pada kehidupan nyata.
menjadi pusat penciptaan, pengajian,
Lebih dari pada itu ialah meningkatkan
penyaji, dan pembinaan seni yang
moral, perkembangan mental yang
unggul, berwawasan kebangsaan demi
penuh, termasuk akal budi dengan
memperkaya nilai-nilai kemanusiaan
kecerdasannya.
sesuai dengan perkembangan zaman.
pendidikan
Dalam
hal
pada
Misi ISI Denpasar dirumuskan
didik
sebagai berikut (1) menyelenggarakan
merupakan subjek didik, bukan objek
pendidikan tinggi yang berkualitas
didik.
Pada
kemudian,
dalam
proses
pembelajaran
perguruan
manusianya;
dipusatkan
ini
artinya,
peserta
prinsipnya
memunculkan
dan
mengembangkan
pluralitas
dan
tinggi, dengan kurikulum berbasiskan
multikulturalitas
budaya
kompetensi,
nusantara agar memiliki daya saing
di
menginginkan
agar
rangka
lokal
mahasiswa sebagai input. mencapai
dalam
hasil belajar yang tinggi yang meliputi
menghasilkan lulusan bermoral, kreatif,
ketiga ranah pendidikan, yaitu kognitif,
tangguh,
psikomotorik,
kewirausahaan;
dan
afektif
sebagai
percaturan
unggul (3)
global;
dan
(2)
berjiwa
meningkatkan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1779
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
penelitian
dan
pengabdian
masyarakat
yang
ISSN 1858 – 4543
kepada
dan
mendukung
dan
teknologi;
(4)
(Tim
Penyusun,
2006: 3-4)
pendidikan dan kemajuan seni, ilmu pengetahuan,
budaya
Selanjutnya, menyelenggarakan
dalam pendidikan
memantapkan organisasi institut dalam
pengajaran
mencapai kinerja yang optimal untuk
kurikulum berbasis kompetensi (KBK),
mengantisipasi
untuk meningkatkan prestasi belajar
perkembangan
lingkungan.
telah
dan
dilaksanakan
mahasiswa secara kualitas maupun
Tujuan
pendidikan
program
kuantitas. Implementasi KBK telah
pendidikan sarjana seni adalah untuk
banyak memberikan tantangan bagi
menghasilkan tenaga akademis dan
insan
profesional dalam bidang seni tari, seni
melakukan pembenahan yang dimulai
karawitan, seni pedalangan, seni rupa
dari koreksi total (berupa total evaluasi
murni,
desain
diri), termasuk di dalamnya adalah
komunikasi visual, kriya seni, dan
proses pembelajaran yang sebenarnya
fotografi; yang mampu menangani
memang
masalah-masalah seni yang sifatnya
pencapaian tujuan. Dalam evaluasi diri
umum secara mandiri dan secara rinci
ditemukan kenyataan bahwa prestasi
sehingga lulusan program studi ini
belajar
mampu sebagai berikut
ditingkatkan, oleh karena indek prestasi
desain
interior,
(1) menciptakan
pendidikan,
menjadi
mahasiswa
sehingga
ujung
harus
tombak
masih
perlu
dan
kumulatif (IPK) mahasiswa pada akhir
mempresentasikan
beragam
semester lebih banyak di bawah 3,
gagasan
ke
berbagai
demikian pula hasil ujian tugas akhir
bentuk
karya
dalam
mahasiswa
belum
mempertanggungjawabkan secara
cumlaude
(sangat
etik, moral, dan akademik;
Kenyataan ini diketahui dari hasil
(2) mengaji beragam
dan
seni
dan
menganalisis
fenomena
seni
dan
budaya; (3) menyajikan karya seni secara kreatif, inovatif, dan profesional;
banyak
yang
memuaskan).
evaluasi diri terhadap program studi, dalam rangka program hibah dan akreditasi program
studi.
Hal
ini
sebenarnya telah dirasakan, seperti adanya
keluhan
para
pengelola
(4) mengembangkan kewirausahaan
pembelajaran (dosen) tentang belum
dalam mengelola kegiatan seni
maksimalnya pencapaian atau daya
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1780
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
serap mahasiswa dalam kompetensi
mahasiswa baru di ISI Denpasar masih
dasar mata kuliah, baik kuliah praktik
konvensional, yaitu melalui tes secara
maupun kuliah teori.
intern
Kemudian
Terfokus
dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar mahasiswa
ISI
Denpasar
yang
meliputi
tes
tulis,
wawancara dan praktik seni (Tim Penyusun, 2006: 15).
dengan
Semua itu dilakukan sesuai
demikian
dengan kondisi yang ada bahwa calon
pembelajaran
mahasiswa tidak terlalu banyak dan
yang berpengaruh terhadap prestasi
bidang kajian ilmu di ISI Denpasar
belajar,
topik
sangat spesifik yaitu bidang kesenian,
kondisi
dan tidak bertentangan dengan Surat
individu mahasiswa itu sendiri sebagai
Keputusan Mendiknas No. 173/U/2001,
subjek
satu
yang menyatakan bahwa penerimaan
yang
mahasiswa baru merupakan tanggung
mempertimbangkan banyaknya
komponen
maka
permasalahannya
sebagai adalah
pembelajaran,
komponen
salah
pembelajaran
sekaligus menjadi input institusi.
jawab masing-masing perguruan tinggi.
Komponen mahasiswa dijadikan topik
(http://www.suaramerdeka.com/harian/
permasalahan oleh karena ada beberapa
0507/07/opi05.htm).
kenyataan di ISI Denpasar, terutama
Tes seleksi ke perguruan tinggi sampai
yang berkaitan dengan mahasiswa,
saat ini sering menghadapi kritik. Salah
yang memang belum sesuai dengan
satu kritik yang sering muncul adalah
harapan, antara lain seperti berikut ini.
keterkaitan
materi
tes
dengan
(1) Penerimaan mahasiswa baru
kurikulum sekolah. Keterkaitan ini
dilakukan melalui seleksi ujian masuk
menimbulkan masalah ketidakadilan
yang diselenggarakan secara mandiri
(unfairness), karena calon mahasiswa
oleh
dengan
yang memiliki potensi untuk belajar di
dan
perguruaan tinggi, kebetulan berasal
calon
dari sekolah atau daerah yang fasilitas
mahasiswa. Materi tes terdiri atas (a)
belajarnya kurang, akhirnya memiliki
tes umum meliputi bahasa Indonesia,
peluang yang lebih kecil untuk diterima
Pancasila, dan UUD 1945, wawasan
dibandingkan dengan calon mahasiswa
seni, bahasa Inggris; (b) tes khusus
yang
berupa wawancara bakat seni, praktik
fasilitasnya lebih baik.
ISI
mengutamakan pengetahuan
Denpasar, bakat umum
seni para
berasal
dari
sekolah
yang
seni dan lain-lain. Sistem penerimaan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1781
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Dari hal tersebut di atas, yang
ISSN 1858 – 4543
seyogianya
pilihan
pengajian,
menjadikan masalah dalam hal ini
diperuntukkan bagi mahasiswa yang
adalah tes penerimaan mahasiswa baru
mempunyai olah pikir atau potensi
belum
akademik yang lebih baik, sedangkan
mendapat
perhatian
yang
maksimal, terutama yang berkaitan
untuk
dengan jenis tes, materi tes, bentuk tes,
mempunyai kewajiban tugas akhir (TA)
asesmen,
dan
berupa karya seni, sehingga dalam hal
implikasi hasil tes. Hal ini perlu dikaji
ini lebih banyak melibatkan ranah
karena sangat berhubungan dengan
psikomotorik mahasiswa dalam praktik
hasil
seni. Dalam hal ini, seyogianya pilihan
kajian
akhir
analisis
tes
pembelajaran
berupa
pilihan
penciptaan
kualitas prestasi belajar sebagai tujuan
penciptaan
pembelajaran.
mahasiswa yang mempunyai olah gerak
(2)
Masing-masing program
Masalah yang muncul dalam hal
menyediakan “pilihan minat” yang
ini
disesuaikan
mahasiswa
masing-masing
kemampuan
adalah
kenyataan yang
minimnya
mau
mengambil
yaitu
pilihan pengajian, dibandingkan dengan
“pilihan pengajian” seni dan “pilihan
yang mengambil pilihan penciptaan.
penciptan” seni. Pilihan pengajian seni
Dengan
merupakan pendalaman bidang seni
pengetahuan yang lebih komprehensif
pokok, yang arah pendalamannya pada
mengenai
pengajian teori seni secara ilmiah.
mahasiswa, baik potensi akademik
Pilihan
mahasiswa,
bagi
atau bakat kinestetik yang lebih tinggi.
studi di ISI Denpasar sejak smester 4,
dengan
diperuntukkan
seni,
penciptaan
demikian
perlu
kemampuan
ada
awal
seni
maupun bakat kinestetik mahasiswa
merupakan pendalaman bidang seni
yang ada hubungan dengan pilihan
pokok, yang arih pendalamannya pada
minat
penciptaan praktek seni secara ilmiah.
bersangkutan.
Jikalau diperhatikan lebih jauh bahwa pilihan
pengajian,
pada
(3)
program
Adanya
studi
yang
keluhan
para
mempunyai
pengelola pembelajaran (dosen) ISI
kewajiban tugas akhir (TA) adalah
Denpasar, tentang belum maksimalnya
berbentuk skripsi, sehingga dalam hal
daya
ini
melibatkan
perkuliahan, baik mata kuliah praktik
kemampuan akademik (ranah kognitif)
maupun mata kuliah teori, pada hal
mahasiswa dalam teori seni. Untuk itu,
mereka
lebih
banyak
serap
masih
mahasiswa
sangat
dalam
ingin
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1782
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
meningkatkan IPK ataupun nilai TA
potensi akademik dan prestasi
mahasiswa. Hal ini sangat penting
belajar karawitan?
untuk
diperhatikan
karena
yang
(2) Apakah ada korelasi linear yang
menjadi pengelola pembelajaran di
positif dan signifikan antara bakat
perguruan tinggi adalah dosen, yang
kinestetik dan prestasi belajar
mempunyai kompetensi profesionalis
karawitan?
di bidang pembelajaran dan yang bertanggungjawab pembelajaran.
terhadap
proses
Keberadaan
IPK
(3) Apakah ada korelasi linear yang positif
ukur
Kenyataan
keberhasilan ini
jelas
dosen.
juga
signifikan antara
motivasi berprestasi dan prestasi
mahasiswa sebenarnya juga merupakan tolok
dan
belajar karawitan? (4) Apakah ada korelasi linear yang
sangat
positif
mengganggu akreditasi lembaga.
dan
bersama-sama
signifikan
secara
antara
potensi
Dengan demikian, yang menjadi
akademik, bakat kinestetik, serta
masalah dalam hal ini adalah suasana
motivasi berprestasi dan prestasi
akademik
(atmosphere
academic)
belajar karawitan?
secara umum serta situasi edukatif
Hasil
penelitian
ini
dapat
secara khusus belum kondusif sehingga
dijadikan acuan kebijakan lembaga.
belum mampu dibangkitkan motivasi
Skor potensi akademik merupakan
yang
salah
dapat
mahasiswa
mendorong untuk
kemauan
belajar
secara
satu
kriteria
penerimaan
mahasiswa baru di ISI Denpasar. Bakat
maksimal. Oleh karena itu sangat perlu
kinestetik
membangkitkan motivasi berprestasi
tentang keterampilan mahasiswa dalam
mahasiswa dalam belajar, sehingga
praktek
kemungkinan
berprestasi dapat digunakan sebagai
prestasi
belajar
mahasiswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan
latar
sebagai
seni,
arahan/prediksi
sedangkan
motivasi
pedoman pembinaan kemahasiswaan
belakang
dalam
pengembangan
masalah seperti telah diuraikan di atas,
mahasiswa,
permasalahan
digunakan sebagai pengetahuan dosen
dalam
penelitian
ini
dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah ada korelasi linear yang positif
dan
signifikan
antara
dan
kompetensi
akhirnya
dapat
dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah masingmasing.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1783
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
II.
METODE PENELITIAN
ISSN 1858 – 4543
III. HASIL PENELITIAN DAN
Penelitian ini termasuk dalam
PEMBAHASAN.
kategori ex-post facto (sesudah fakta),
Prestasi belajar dalam penelitian
karena gejala yang diamati sudah ada
ini dapat diartikan sebagai gambaran
secara wajar, dan tidak diperlakukan
tentang hasil belajar mahasiswa dan
melalui
seperti
hasil kerja dosen dalam kemampuan
dalam penelitian eksperimen. Tujuan
mengelola dan melaksanakan tugas
penelitian ini adalah ingin mengetahui
pendidikan
hubungan kemampuan yang dimiliki
diembannya,
mahasiswa, yaitu potensi akademik,
tanggungjawab profesionalisme yang
bakat
motivasi
dimiliki, sesuai dengan ukuran yang
berprestasi dengan
prestasi belajar
berlaku bagi pekerjaannya. Dari hasil
karawitan
Fakultas
Seni
analisis terlihat bahwa secara normatif
Pertunjukan Institut Seni Indonesia
prestasi belajar berada pada kategori
Denpasar. Dengan demikian, populasi
sangat tinggi dengan rata-rata sebesar
penelitian
mahasiswa
79,23 dan simpangan baku sebesar
Jurusan Karawitan tahun akademik
8,264. Sangat tingginya hasil belajar
2009/2010 yang mendapat mata kuliah
mahasiswa
Praktek Karawitan yaitu mahasiswa
penelitian ini juga dibuktikan melalui
semester 4 yaitu sebanyak 35 orang.
data
proses
manipulasi,
kinestetik,
pada
ini
adalah
Pengumpulan dengan
dan
metode
data
dilakukan
pengajaran didasarkan
sesuai
empirik
dengan
bahwa
yang rasa
hasil
mahasiswa
memang lebih semangat khususnya
untuk
dalam mata kuliah praktik karawitan.
variabel motivasi berprestasi; metode
Di samping itu keuletan para pengajar
tes untuk variabel potensi akademik;
dalam
bakat kinestetik, dan prestasi belajar.
fasilitas yang memadai, komunikasi
Data
sesama
yang
kuesioner
dan
terkumpul
dianalisis
mengelola
tricivitas
pembelajaran,
akademika
yang
menggunakan statistik analisis regresi
memberikan atmosfer akademik yang
linear.
baik
sehingga
prestasi
belajar
mahasiswa sangat tinggi. Kemudian,
skor
potensi
akademik yang secara normatif berada pada kategori sedang, dengan rata-rata 91,54 dan standar deviasi
15,365.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1784
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Potensi akademik dalam penelitian ini
prestasi belajar karawitan dinyatakan
dapat diartikan sebagai kemampuan
oleh koefisien korelasi 0,731 dan
awal yang dimiliki mahasiswa dalam
sumbangan efektif sebesar 31,72%.
mengikuti perkuliahan, yang meliputi kemampuan
logika
matematika,
Hal
ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan regresi linear yang
kemampuan
bahasa
verbal,
serta
positif antara bakat kinestetik dan
kemampuan
spasial
ruang.
Kuat
prestasi
belajar
karawitan;
artinya
hubungan antara potensi akademik
makin tinggi skor bakat kinestetik
dengan
mahasiswa, makin tinggi pula prestasi
prestasi
dinyatakan
oleh
belajar
karawitan
koefisien
korelasi
belajar
karawitan
yang
akan
0,720 dan sumbangan efektif sebesar
dicapainya. Ini menunjukkan bahwa
28,35 %.
bakat kinestetik dapat memberikan
Dengan adanya korelasi yang
sumbangan yang sangat tinggi dalam
signifikan dan linear dengan prestasi
meningkatkan prestasi belajar. Hal ini
belajar
memberikan bukti bahwa seseorang
mahasiswa,
berarti
bahwa
makin tinggi skor potensi akademik
yang
mahasiswa, makin tinggi pula prestasi
mempunyai bekal bakat kinestetik, di
belajar
samping bakat yang lain yang berkaitan
karawitan
yang
akan
dicapainya. Dengan demikian potensi akademik
belajar
seni
memang
perlu
dengan seni.
mahasiswa
perlu
Temuan lain yang diperoleh
dalam
seleksi
dalam penelitian ini adalah motivasi
penerimaan calon mahasiswa, sebagai
berprestasi mahasiswa secara normatif
bahan pertimbangan dalam penyusunan
berada pada kategori tinggi, dengan
tes seleksi calon mahasiswa.
rata-rata sebesar
136,09 dan standar
Selanjutnya, juga ditemukan bahwa
deviasi sebesar
7,979. Motivasi
bakat kinestetik atau kemampuan gerak
berprestasi
dalam mengemukakan baik pikiran,
diartikan
dorongan
untuk
keterampilan, maupun sikap mahasiswa
berprestasi, khususnya belajar
yang
dalam
rata-rata
dimiliki mahasiswa sebagai semangat
sebesar 83,54 dan standar deviasi
untuk berusaha dalam mencapai hasil
sebesar 14,242 yang secara normatif
yang lebih baik dalam belajar. Kuat
berada pada kategori tinggi. Kuat
hubungan motivasi berprestasi dengan
hubungan
prestasi belajar karawitan dinyatakan
diperhitungkan
berkarya
bakat
memiliki
kinestetik
dengan
dalam sebagai
penelitian
ini
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1785
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
oleh koefisien korelasi 0,719 dan
dengan kategori sedang dalam hal ini
sumbangan efektif sebesar 26,99%. Ini
potensi
menyatakan hubungan regresi linear
kinestetik dengan kategori tinggi, dan
yang positif antara motivasi berprestasi
variabel motivasi berprestasi dengan
dan prestasi belajar karawitan. Artinya
kategori tinggi secara bersama-sama
makin tinggi skor motivasi berprestasi
justru dapat memberikan sumbangan
mahasiswa, makin tinggi pula prestasi
untuk variabel terikat prestasi belajar
belajar
akan
dengan kategori yang sangat tinggi.
dicapainya. Mahasiswa yang memiliki
Kuat hubungan secara bersama-sama
motivasi berprestasi yang tinggi tidak
antara
semata-mata belajar karena ada tes,
kinestetik, dan motivasi berprestasi
tetapi lebih pada rasa tanggung jawab
dengan
atas tugas sebagai mahasiswa untuk
dinyatakan oleh koefisien regresi 0,933
belajar demi harapan hidup yang lebih
atau determinasi sebesar 87,05 %.
karawitan
yang
baik pada masa yang akan datang.
akademik,
potensi
prestasi
variabel
bakat
akademik,
belajar
bakat
karawitan
Di samping sumbangan atau
Pembahasan lebih jauh adalah
kontribusi variabel bebas tersebut, ada
mengenai hubungan secara bersama-
hal
sama antara potensi akademik dan
sumbangan
kategori
belajar yang sangat tinggi. Hal lain
sedang,
bakat
kinestetik
lain
yang agar
memberikan
tercapai
tersebut
berprestasi
tinggi
proses pembelajaran, seperti dosen
dengan
pengajar, mahasiswa, metode mengajar,
kategori yang sangat tinggi. Hal ini
situasi edukatif, dan evaluasi ikut
sepertinya tidak wajar karena kajian
secara signifikan memberikan andil
pustaka yang ada memberikan acuan
untuk tercapainya prestasi belajar yang
bahwa
sangat tinggi tersebut.
terhadap
prestasi
variabel
memberikan terhadap
kategori belajar
bebas
korelasi
variabel
yang yang
terikat.
ada
memberikan
komponen
positif Artinya,
variabel bebas dengan kategori tinggi akan
semua
prestasi
dengan kategori tinggi, dan motivasi dengan
adalah
ikut
Berdasarkan pengujian hipotesis
untuk
dapat disimpulkan sebagai berikut (1)
yang
Terdapat korelasi yang positif dan
memiliki kategori tinggi pula. Namun,
signifikan antara potensi akademik dan
dalam penelitian ini, variabel bebas
prestasi belajar karawitan mahasiswa
memperoleh
pengaruh
IV. PENUTUP
variabel
terikat
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1786
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Seni Pertunjukan ISI Denpasar (F =
mempunyai bekal potensi akademik,
35,530; p < 0,05 ). Ini berarti bahwa
bakat
mahasiswa yang mempunyai bekal
berprestasi yang lebih tinggi dalam
potensi akademik lebih tinggi dalam
pembelajaran dengan kondisi yang
pembelajaran, dengan kondisi yang
sama, akan memberikan prestasi belajar
sama akan memberikan prestasi belajar
yang lebih tinggi pula.
kinestetik,
dan
motivasi
yang lebih tinggi pula. (2) Terdapat
Implikasi hasil penelitian adalah
korelasi yang positif dan signifikan
dalam proses pembelajaran. Walaupun
antara bakat kinestetik dan prestasi
dalam penelitian ini diperoleh bahwa
belajar
tingkat
karawitan
mahasiswa
seni
prestasi
belajar
pertunjukan ISI Denpasar ( F = 37,941;
mahasiswa
p < 0,05 ). Ini berarti bahwa mahasiswa
tergolong sangat baik, upaya-upaya
yang mempunyai bekal bakat kinestetik
untuk meningkatkan menjadi lebih baik
lebih tinggi, maka dalam pembelajaran
lagi sangat perlu dilakukan secara
dengan
terus-menerus.
kondisi
yang
sama,
akan
Jurusan
karawitan Karawitan
Dengan
adanya
memberikan prestasi belajar yang lebih
kontribusi atau determinasi yang cukup
tinggi pula; (3) Terdapat korelasi yang
besar dari potensi akademik, bakat
positif dan signifikan antara motivasi
kinestetik, dan motivasi berprestasi
berprestasi dengan
terhadap prestasi belajar karawitan,
prestasi belajar
karawitan mahasiswa Seni Pertunjukan
sebagai
implikasinya
adalah
ISI Denpasar (F = 35,341; p < 0,05 ).
adanya perhatian yang lebih baik
Ini berarti bahwa mahasiswa yang
terhadap bermacam-macam kecerdasan
mempunyai motivasi berprestasi lebih
(multiple
tinggi dalam pembelajaran, dengan
potensi akademik,
kondisi yang sama, akan memberikan
untuk diketahui, dikembangkan karena
prestasi belajar yang lebih tinggi pula.
terbukti
(4) Terdapat korelasi yang positif serta
peningkatan
signifikan secara bersama-sama antara
mahasiswa. Demikian juga terhadap
potensi akademik, bakat kinestetik, dan
semua komponen pembelajaran sangat
motivasi berprestasi dan prestasi belajar
perlu diketahui, dikembangkan serta
karawitan mahasiswa seni pertunjukan
diaplikasikan
ISI Denpasar ( F = 69,481; p < 0,05 ).
maksimal,
Ini berarti bahwa mahasiswa yang
memberikan hasil pembelajaran yang
intelligences)
perlu
termasuk
bakat kinestetik
berpengaruh
terhadap
prestasi
belajar
secara karena
benar sudah
dan pasti
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1787
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
diinginkan,
sehingga
tujuan
pembelajaran dalam misi dan visi institusional ataupun tujuan pendidikan nasional akan tercapai. Akhirnya, kepada lembaga institusi diharapkan agar hasil penelitian ini dijadikan pertimbangan dalam seleksi mahasiswa untuk mendapatkan input yang
sesuai,
pembelajaran,
sehingga output
lulusan
proses serta
outcome yang didambakan oleh pasar kerja dapat terwujud dengan baik, yang pada
akhirnya
bermuara
pada
tercapainya misi dan visi ISI Denpasar.
ISSN 1858 – 4543
Drost. J. 2005. Dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah); Esai-esai Pendidikan . Jakarta: Kompas. Fitria, Nita, “ Motivasi Berprestasi ala Prof. Dr. David C. McClelland”, http://nitafitria.wordpress.com/20 08/12/04/motivasi-berprestasiala-prof-dr-david-c-mcclelland/ Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing: History, Principles, and Aplications. Boston: Allyn & Bacon Inc. Gunawan, Adi W., “Peran Orangtua Menunjang Keberhasilan Hidup Anak”, http://www.adiwgunawan.com/aw g.php?co=p5&mode=detil&ID=9
DAFTAR PUSTAKA Afriani, Anita, “Teori Multiple Intelligences dalam Pendidikan Anak”, http://gemasastrin.wordpress.com /2008/08/26/teori-multipleintelligences-dalam-pendidikananak/ Candiasa, I Made. 2007. Statistik Multivariat Disertai Petunjuk Analisis dengan SPSS. Singaraja: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. McClelland, D. 1987. Human Motivation. New York: Cambridge University Press. Cronbach, J. Lee. 1970. Essentials of Psychological Testing. New York: Harper & Row Publisher. Dantes, N. 2007. Metodologi Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Hadi, Sutrisno. 2004. Analisis Regresi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Hamalik, Oemar. 2000. Metoda Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. Hariwijaya, M. 2007. Kupas Tuntas Tes Potensi Akademik (TPA). Bandung: Permata Press. Hasman, Inda D., “Gagal Dalam Tes Potensi Akademik”, http://www.pkesinteraktif.com Powered by Joomla! Generated: Hinson, Marilyn M. 1977. Kinesiology. Dubuque Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers. Holil, Anwar, “Kecerdasan Kinestetik”, http://anwarholil.blogspot.com/20 08/04 /kecerdasan kinestetik 3534 html Jayaschool, “ Gaya Belajar Anak Anda Visual, Auditori, atau Kinestetik ?
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1788
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
“ http://www.jayaschool.org/news_ detail.php?id=173 Kerlinger, Fred N. 1986. Foundation of Behavioral Research (third edition). Holth, Rinehart and Winston inc. diterjemahkan oleh Landung R. Simatupang. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral (edisi ketiga). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Koyan, I Wayan. 2007. Statistik Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif) Buku Ajar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Marhaeni, Anak Agung Istri Ngurah. 2008. Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris. Makalah pada Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan Balitbang Depdiknas 2008. Maslow, Abraham. 1970. Motivation and Personality. New York: Harper and Row Publisher Inc. Maulida, Dina, “Pengaruh Gaya Belajar (Visual, Auditorial,& Kinestetik) Terhadap Prestasi Belajar”, http://www.infoskripsi.com/Abstra k/Pengaruh-Gaya-Belajar-VisualAuditorial-Kinestetik TerhadapPrestasi-Belajar.html Mini AP., Rose, “Memahami Metode Belajar Aktif”, http://azzam18.multiply.com /journal/item/56/memahami belajar aktif Narang, 1998, http://patriotproklamasi.blogspot. com/2006/03/motivasiberprestasi. html
ISSN 1858 – 4543
Nasrum, 1998, http://patriotproklamasi.blogspot. com/2006/03/motivasiberprestasi. html Nggermanto, Agus. 2008. Quantum Quotient: Kecerdasan Quantum. Bandung: Nuansa. Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional. Putranti, Nurita, “Gaya belajar anda visual auditori atau kinestetik”, http://nuritaputranti.wordpress.co m/2007/12/28/gaya-belajar-andavisual-auditori-atau-kinestetik/ Rahmat, Aziz, “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri dan Kecenderungan Berperilaku Delinkuen pada Remaja”, http://azirahma.blogspot.com/200 8/11/kecerdasan-emosional.html Remmer, H.H. at.all. 1977. A Practical Introduction to Measurement and Evaluation. New York: ApletonCentury Crafts Inc. Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soegiyoharto, Rinny, “Tidak Ada Orang yang Tak Berbakat”, http://www.blueFrame.com/lofive rsion/index.php/t25548.html Suarni, Ni Ketut. 2004. Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Sekolah Menengah Umum di Bali dengan Strategi Pengelolaan Diri Model Yates (studi Kuasi
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1789
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Ekperimen pada siswa kelas I SMU di Bali). Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito. Sudrajat, Akhmad, ”Penilaian Hasil Belajar”, http://akhmadsudrajat.wordpress .com/2008/05/01/penilaian-hasilbelajar Sugiyono. 2006. Penelitian. Alfabeta.
Statistik Bandung:
ISSN 1858 – 4543
Turmudhi, Audith M., 2008, “Membalik Paradigma Pendidikan”, http://dosen. amikom.ac.id/downloads/artikel/ MEMBALIK%20PARADIGMA% 20 PENDIDIKAN.doc Widayati, Sri dan Utami Widijati. 2008. Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak. Jogjakarta: Luna Publisher.
untuk CV
Sunaryo, H. Teguh, “Pro Kontra Fingerprint Test”, http://dmiprimagama.com /detail.artikel php?id=12 Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sutrisno Hadi. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Suworo, 2008, “Instruktur Brilliant”, http://smartinstitut.blogspot.com/ 2008/07 /brillian.html Tarsidi, Didi, 2008, “Gifted: AnakAnak Berbakat dalam Pendidikan”, http://dtarsidi.blogspot.com/
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1790
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE EFFECT OF LITERATURE-BASED INSTRUCTION ON STUDENT’S ENGLISH ACHIEVEMENT WITH DIFFERING ACHIEVEMENT MOTIVATION AN EXPERIMENTAL STUDY ON THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMPN 1 SINGARAJA IN ACADEMIC YEAR 2009-2010
Sonia Piscayanti, Kadek ABSTRACT This study was aimed at investigating the effect of teaching instruction and achievement motivation on English achievement. The research design was Posttest Only Control Group Design with 2x2 factorial arrangement. The findings of the study were: a) there was a significant effect on student’s English achievement between the students treated by literature-based instruction and conventional instruction, b) there was a significant interactional effect between teaching instruction and student’s achievement motivation towards the student’s English achievement, c) there was a significant difference on English achievement of the students with high achievement motivation treated by literature-based instruction and the students with high achievement motivation treated by conventional instruction, d) there was a significant difference on English achievement of the students with low achievement motivation treated by literature-based instruction and conventional instruction, e) there was a significant difference on the student’s English achievement between the students with high achievement motivation treated by literature-based instruction and the students with low achievement motivation treated by literature-based instruction, f) there was a significant difference on the English achievement between the students with high achievement motivation and students with low achievement motivation treated by conventional instruction. Keywords: literature-based instruction, achievement motivation, english achievement.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh metode pengajaran terhadap prestasi belajar bahasa Inggris dengan pembedaan motivasi berprestasi. Desain penelitian adalah posttest only control group design dengan faktorial 2x2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi adalah kuesioner motivasi berprestasi, sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar bahasa Inggris adalah tes prestasi membaca dan menulis. Analisis data menggunakan anava dua jalur dan pengujian tindak lanjut (post hoc testing). Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (a) terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar bahasa Inggris antara siswa yang diajar dengan literature-based instruction dan siswa yang diajar dengan metode konvensional, (b) terdapat interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris, (c) terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar Bahasa Inggris antara siswa
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1791
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yang mengikuti pembelajaran literaturebased instruction dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yang mengikuti pembelajaran konvensional, (d) terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar bahasa Inggris antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yang mengikuti pembelajaran literature-based instruction dan yang mengikuti pembelajaran konvensional, (e) terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi berpretasi tinggi yang mengikuti pembelajaran literature-based instruction dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yang mengikuti pembelajaran literature-based instruction, (f) terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Bahasa Inggris antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kata kunci: literature-based instruction, motivasi berprestasi, prestasi belajar bahasa inggris
take the main role in life, literacy
I. INTRODUCTION Reading and writing are skills that
competence is an absolute need. People
need to be developed in early ages. The
need
reading and writing skills are parts of
information with others to survive. The
literacy skills that become the urgent
global competition requires people to be
need in the perspective of the global
more
world. In this era of globalization where
communicative.
technology
and
‘literate’ will be left behind. Therefore,
communication are growing in a great
language skill must be developed from
speed, people of the world need to be
the early age to face the challenge in
‘literate’. Literate, literally means to be
this era.
of
information
to
interact
open,
and
exchange
competitive
and
Those who are not
able to read and write, but nowadays, it
Literacy is crucial to children
is widened and deepened, becomes
because literacy is the first key to open
literate in terms of being aware of the
their mind. By having a competency in
global change. Competence in literacy
literacy and language skills, every
is essential if an individual is to
access to information is open. By
participate fully in society—able to take
knowing the information, people know
part in the workforce, engage in
what to do, what to face, and what
democratic processes, and contribute to
should be done in the future. In the very
society (Winch, et al., 2006). In the very
tight competition of global change,
tight competition of global world,
those who can survive are people who
where communication and information
are able to cooperate with others, think
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1792
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
critically, skillful, creative, understand
children to be literate is the most
cultures, communicate well, and are
fundamental thing at school. It should
able to learn independently (Trilling and
involve teaching them about how to
Hood, 1999 in Wardana, 2009).
participate in, understand and gain
The literacy learning should be
control of the social practices of their
introduced as early as possible to
society and the literacy practices that
familiarize children with meaning and
are embedded in them (Winch et al.,
context. James Gee (in Winch et al.,
2006).
2006) says:
“Literacy-related social
Literacy learning involved two
practices almost always involve a good
basic skills, namely reading and writing.
many other things besides written
English literacy should be taught from
language. They almost always include
the early age. In Indonesia, English is a
and
subject
integrate,
along
with
written
taught
at
school
from
language, specific and characteristics
elementary education until university
ways of talking, acting, interacting,
level. Formally, students who took an
thinking, feeling, valuing, and using
education from elementary school up to
various sorts of symbols and tools.” It
university level, at least have learned
means that learning English is not only
English for almost ten years. But the
about learning for speaking, but also
fact shows that the English ability of
about thinking, valuing, and giving
students
meanings. Literacy is the fundamental
university level is not really good. It
right of human being that will lead them
means that the years of studying
to a better life. According to Denise
English does not guarantee people to be
Lievesley and Albert Motivans (in
able
Winch, et al. 2006), literacy plays an
effectively. Those students who have
essential role in improving the lives of
studied English for ten years or more,
individual
economic
still cannot communicate in English.
security and good health and enriches
They are not ready to speak English.
societies by building human capital,
They are not prepared to apply English
fostering cultural identity and tolerance,
in their daily life. English that are
and
taught in schools is theoretical English
by
promoting
UNESCO
sees
enabling
civic
participation.
literacy
as
a
at
to
higher
education
communicate
or
English
that leads the students to theoretical
‘fundamental human right’. Teaching
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1793
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
knowledge only, not the practical use of
which fosters student’s enjoyment and
English.
excitement during the language learning
The teaching of literacy at
process.
school used basal reading instruction for
Reading and writing are both
many years. Basal reading instruction is
constructive process that are mutually
a
supportive
reading
instruction
which
used
(Pearson&Tierney,
1984;
textbooks that combined previously
Tierney&Shanahan, 1991 as cited in
published short stories, excerpts of
Cooper, 2000). Reading is a perceptive
longer narratives and original works.
skill that needs a complex process.
The core material of this instruction
According to The Commission on
involves a student reader, a teacher’s
Reading of The National Council of
manual,
Teachers
student
workbook,
ditto
of
English
(2005
in
masters, and tests (Lynch-Brown &
Piscayanti, 2006), reading is a complex
Tomlinson, 2005 in Oktaviani, 2007:1).
and purposeful socio cultural, cognitive
The
reading
and linguistic process in which readers
instruction like reading basal series, fill-
simultaneously use their knowledge of
in the blank tasks, and comprehension
spoken and written language, their
questions about the text are applied. The
knowledge of the topic of the text, and
criticism on basal reading instruction
their knowledge of their culture to
has increased in the early of 21 st
construct meaning with text. It means
century. The critics argued that the
that the background knowledge of the
activities in basal reading instruction
reader
have isolated the reading enjoyment and
comprehension.
excitement since the students work
comprehension means a process that
more on the exercise rather than reading
depends on the reader’s cognitive
authentic texts. The natural language
intellectual
learning does not happen since the
experience, and also language skills
students are busy working on their
(Devine, 1984 in Utami, 2005:9). So,
workbook instead of using language to
the activity in reading class must also
communicate the ideas they have gained
help the students to comprehend the
from the reading. The failure of basal
material better. Students from any level
reading technique indicated that there
must
must be a new reading instruction
atmosphere of learning. For beginner
activities
in
basal
will
be
lead
to
the
reader’s Reading
skills,
conditioned
background
in
a
good
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1794
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
readers, fun activity in reading class is a
with reading activity, since reading
must
activity will help the students to get
to
lead
the
students
to
comprehension.
more ideas to explore and to develop
Meanwhile
writing
is
a
the
student’s
critical
thinking.
systematic series of actions leading to
Moreover, reading and writing are two
the composition of a text (Donald
interrelated skills. Writing can not be
Graves, 1983 in Winch et al., 2006). In
done without reading skills. On the
relation to that idea, Hairston and
other
Ruszkiewicz (1993) state that writing
comprehension will be better if the
must be viewed as a process. Writing is
students could write their own ideas and
a process that moves through stages
develop their own way of thinking.
almost anyone can manage. Writing
Therefore, the teaching of reading and
source is around, of many kinds, that we
writing should be done together.
way
around,
students’
just need to pick it up and write it.
Aside from the effect of reading
Everything about life can be learned
and writing instruction on the English
through writing. Writing is a social
achievement,
activity, a way of interacting with other
motivation is also an important factor in
people; thus every time you write, you
determining the student’s achievement.
try to say something, to somebody, for
Students
some
and
motivation have several characteristics,
Ruzkiewicz, 1993). It is very important
such as, enjoy life and feel in control,
skill that will help us to be sensitive
set a high but obtainable goal, work for
about
to
personal achievement rather than the
communicate it to other as to share the
reward for success, and prefer to work
knowledge we have. As it is very
on problems and challenging tasks
important
remember,
(Romando, 2007). Students with those
understand and think critically about a
characteristics will enjoy doing their
problem, therefore, writing skills should
tasks because they work for their own
be taught from early of age. Through
personal achievement. In relation to
writing, the learner can record what
reading and writing, the students with
they see, hear, share their experience to
high achievement motivation enjoy the
the reader. Therefore, the writing
whole challenging process of reading
activity could be better done together
and writing and finally will get the
purpose
our
social
to
help
(Hairston
life
us
and
student’s
with
high
achievement
achievement
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1795
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
maximum result. On the other hand, the
wide range of materials: picture books,
students
achievement
big books, predictable books, folk tales,
motivation do not work for personal
fables, myths, fantasy, science fiction,
achievement. They prefer to work on an
poetry, contemporary realistic fiction,
ordinary task. They are more concerned
historical
on the rewards of success rather than
informational books and biographies
personal satisfaction. Their orientation
(Routman, 1988 in Oktaviani, 2007:2).
is more on the product rather than
Literature-based instruction provides
process. In fact, in the principle of
authentic
language learning, process is the most
activities by using literature to teach
important thing. Without having a good
and foster literacy (Scharer, 1992 in
process in learning, the product will not
Gambrell, et.al., 2002). Literature-based
be good. So it is assumed that the
instruction for second language learner
students
has been practiced by teachers and has
with
with
motivation will
low
high
achievement
perform better
fiction,
learning
nonfiction
experiences
and
in
resulted in a good literacy achievement.
English achievement than the students
One of the research done regarding to
with low achievement motivation.
the effect of literature-based instruction
Therefore,
the
teaching
of
in the second language learner was a
reading and writing should foster
research by Roser, Hoffman and Farest
enjoyment and stimulate the student’s
(1990 in Gambrell, et al, 2000). The
achievement
result showed that the literature-based
motivation.
Here,
the
literature-based instruction is worth
instruction
considered. Literature-based instruction
successfully in the elementary school
is the type of instruction in which
that serves primarily limited English
author’s
and
speaking children. Another research
expository works are used as the core
done by Kim (2009) showed that
for experiences to support children in
literature-based instruction worked well
developing
in an adult ESL classroom. Kim stated
original
literacy
narrative
(Sorensen
and
can
be
implemented
Lehman, 1995). This kind of instruction
that the
power of literature-based
relies on literature (text written to be
instruction was found in the power of
read) instead of basals (text written to
stories.
teach reading). Literary works used in
literature-based
teaching and learning contexts include a
provide the ‘whole world’ to the
As
the
core
material
instruction,
of
stories
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1796
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
students. Stories talk about life in a
independent
universal language. Stories also provide
principle
imagination that not many of writing
perspective
stated
that
types can have. The findings revealed
acquisition
occurs in
a
that
the
context where there is an abundance of
interactive teaching media that support
purposeful communication and meaning
student’s collaborative works. Kim also
is socially constructed (Cullinan, 1987
found that the instruction help the
in Cooper, 2000). Through reading a
students
meaningful
story, the students could reflect the
language learning that lead them to be
experience in the story with their own
better language users.
life so that it will be meaningful for
literature
was
used
experience
as
reading. of
the
A
guiding
literature-based literacy book-rich
Definitions of literature-based
them in the sense that they can
instruction emphasize the use of high-
conceptualize and contextualize the
quality literary works as the core
ideas presented in the story. A research
instructional materials used to support
has shown that children who are
literacy development. There are many
exposed at a young age tend to develop
different strategies that research has
sophisticated
shown are effective in literature-based
including
instruction
(Chomsky, 1972 in Morrow, 1992).
include
(Cooper,
scaffolding
1993). of
These
instruction,
language
vocabulary
Several
structures and
experimental
syntax
have
modeling, cooperative learning, student
investigated the effects of storybook
choices,
and
reading as a regular classroom practice
using different modes of
on children’s achievement in various
reading, activation of prior knowledge
aspects of literacy development. In
and student’s responses to literature.
these investigations, the children in the
This study focused on the use of
experimental classrooms who were read
different modes of reading and student’s
to daily over long periods of time
responses to literature to improve
scored significantly better on measures
student’s English achievement (reading
of vocabulary, comprehension, and
and writing achievement).
decoding ability than did children in the
writing,
self-iniated
reading
The five modes of reading are reading aloud, shared reading, guided reading,
cooperative
reading
control groups who were not read to by an adult (Morrow & Gambrell, 2000).
and
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1797
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
long
ISSN 1858 – 4543
Reading aloud to children has
group and discuss about the text, while
been
in independent reading, the students
advocated
as
a
vital
experience in literacy development both at home and
in
Clearly,
Writing strategy used in this
storybook reading to young children
research was response to literature.
plays an important role in literature-
Response to literature was used to
based instruction. Empirical research by
create such a creative thinking to write a
Morrow
and
response to the literature being read.
Weinstein (1982, 1986 in Morrow &
The students must be active in reading
Gambrell,
2000)
activities
in
(1992)
school.
read the text independently.
and
Morrow
suggests
specific
activity, so that they will be able to get
recreational
reading
the ideas to be written in the response to
programs in preschool through third-
literature. Response to literature was
grade
increase
also an activity that can be linked into
children’s interest in literature. Story
the writing. Response to literature can
reading by teachers, parents, or adults,
be oral, written, art drama, creative
all was found to be valuable in creating
music etc. But in this study, the focus of
interest in books. Discussions that focus
the response to literature is in the form
on interpretive and critical issues within
of writing. Writing in response to
the stories also serve to heighten
literature gives an open chance for the
interest in books.
students
classrooms
that
to
actively
respond
the
Other modes of reading used in
literature. Their understanding will be
this study were shared reading, guided
better. From the facts above, it is clear
reading,
and
that the
independent reading. Structurally, the
promotes
modes of reading have the same
participation which leads them to a
procedures, such as beginning, middle
higher English achievement especially
and end. At the beginning, the students
reading and writing.
cooperative
reading
literature-based the
instruction
student’s
active
were introduced with the knowledge of
This research concerned on the
the topic in the book, followed by
effect of literature-based instruction and
reading session (middle), and follow-up
students’ achievement motivation on
session (end). The difference is only on
students’
the activities. In cooperative reading for
Generally, there were two positive
example, the students read in small
contributions gained from this research.
English
achievement.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1798
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
First, the positive contributions for the
variables
students, the teacher and the writer.
independent
Second, the positive contribution for
variable, and dependent variable. The
other researchers. This study gave a
independent
great contribution to the teaching and
instruction (A) with two levels, namely
learning process as well as to improve
literature-based
the student’s motivation in learning
conventional instruction. The moderator
English. The result of the study was
variable was achievement motivation
significant
(B) with two levels, namely high
to
the
development of
to
be
studied,
variable,
variable
namely moderator
was
teaching
instruction
motivation
and
and
learning theories especially the new
achievement
low
paradigm of learning that is students-
achievement motivation. The dependent
centered learning. This study could be
variable was English achievement (Y).
used as a reference for further research
The population was students of the
in the future, especially research in the
eighth grade of SMPN 1 Singaraja.
same area.
There were eight classes in the eighth grade. The sample was recruited using
II. RESEARCH METHODS
multi-stages random sampling.
The research design used in this
There were two kinds of data in
study was Post-test Only Control Group
this research, namely quantitative data
Design (Best, 1981). This design was
and qualitative data. The quantitative
used because the objective of the study
data
was to find out the difference between
hypothesis testing, while the qualitative
the students’ English achievement of
data obtained during the process of
the experimental and control group and
treatment was the secondary data which
not to find out the improvement of
was used to support the interpretation of
students’ English achievement between
the hypothesis testing results. The
the two groups, so this study did not use
quantitative data was gained from the
pre-test. The experimental group was
result of reading achievement test, the
treated by literature-based instruction
result of writing achievement test, and
and control group with no treatment. At
the
the end of the study the students were
questionnaire. While the qualitative data
given a post-test. This study used 2x2
was
factorial arrangement. There were three
analysis of quantitative data was done
was
data
the
of
gained
primary
student’s
from
data
for
motivation
interview.
The
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1799
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
by using two-way Anova continued
student’s interview showed that the
with post hoc testing by Tukey test.
students
loved
the
literature-based
instruction better than conventional III. FINDINGS AND DISCUSSION
instruction.
First, the value of FA was
Second, the value of FAB on
43.762 while Fcv(1;76;0,01) was 6.981.
interactional effect was 7.86 while Fcv
Since F A was higher than Fcv, then H0
(1;76;0.01)
(1) which stated “there is no significant
than Fcv,
effect on student’s English achievement
hypothesis H0 (2) which stated ”there is
between
no
the
students
literature-based
treated
instruction
by and
was 6.981. Since FA was higher it means that the null
significant
interactional
effect
between teaching instruction (literature-
conventional instruction”, was rejected.
based
It means that H1 (1) was accepted,
instruction) and student’s achievement
which means “there is a significant
motivation
effect in student’s English achievement
English achievement”, was rejected. It
between
by
means that the alternative hypothesis H1
and
(2) was accepted which means “there is
the
students
literature-based
treated
instruction
instruction
and
towards
the
student’s
conventional instruction” where the
a
mean score score of students treated by
between teaching instruction (literature-
literature-based instruction 83.98 was
based
higher than the mean score score of
instruction) and student’s achievement
student’s
English
achievement
motivation
students
treated
by
for
significant
conventional
interactional
instruction
and
towards
effect
conventional
the
student’s
conventional
English achievement”. The interaction
instruction (78.38). This is because the
between literature-based instruction and
power of literature-based instruction
student’s high achievement motivation
gives the students a good atmosphere of
has resulted in the highest achievement.
learning that the students can enjoy the
It is because the students with high
process of learning and make their own
achievement
meaning. Compared to conventional
challenged to use their fullest potential
instruction, literature-based instruction
in literature-based instruction. This will
was superior since it gives the students
significantly affect their achievement.
motivation
will
be
the real opportunity to use the language
Third, the Qob found was 9.42
in real and meaningful situation. The
while the Qcv on df = 76 at significance
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1800
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
value 0.01 was 4.50. It means that Qob >
Fourth, the Qob found was 3.809,
Qcv so the H0 was rejected. It means
while the value of Qcv in df= 76 at
”there is a significant difference on
significance level 0,05 was 3.68. It
English
the
means that Qob was higher than dari Qcv
achievement
so the H0 was rejected. It means that
motivation treated by literature-based
there is a significant difference on
instruction and the students with high
English
achievement
students
achievement
students
with
between
high
motivation
treated
by
achievement with
between
low
the
achievement
conventional instruction”. The mean
motivation treated by literature-based
score of the group of students with high
instruction and conventional instruction.
achievement
by
The mean score of English achievement
literature-based instruction (88.45) was
of the students with low achievement
higher than the mean score of students
motivation treated by literature-based
with
high
treated
motivation
treated
achievement
motivation
instruction (79.51) was higher than the
by conventional
instruction
students
with
low
achievement
(80.47). It indicated that the students
motivation treated
with high achievement motivation is
instruction (76.29). Students with low
best
achievement
treated
by
literature-based
by conventional
motivation
should
be
instruction since it helps the students to
encouraged more and stimulated to be
be a better reader, writer, and thinker.
actively
The students with high achievement
process. The power of literature-based
motivation
are
be
instruction gives the wide chance for
innovative,
creative
dynamic,
the students to interact with their peers.
especially in their writing because
Students will not be hesitated to work
writing needs a creativity and critical
with their peers and find togetherness
thinking. On the other hand, the
during the learning process, so the
students
students
with
challenged and
high
motivation treated
to
achievement
involved
with
in
low
the
learning
achievement
by conventional
motivation can feel that they are not left
instruction will not be developed since
behind. The literature-based instruction
the conventional instruction does not
also gives the students a wide chance to
give them much chance to use their
be the creator of their own ideas, such
fullest potential. This will affect their
as in writing a story, or sharing the past
English achievement.
experience. This can be done not only
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1801
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
by the students with high achievement
processed in a more comprehensive
motivation but also the students with
understanding. Here, the writing is a
low
Even
challenging activity that could stimulate
better, this strategy could improve the
the students with high achievement
student’s self confidence and self-
motivation to keep on expressing their
motivation.
ideas.
achievement
motivation.
Fifth, the Qob found was 10.533
Sixth, the Qob found was 4.942
while the value of Qcv on df = 76 at
while the value of Qtabel on df = 76 at
significance level 0,01 was 4.50. It
significance level 0,01 was 4.50. It can
means that the Qob was higher than Qcv
be seen that the value of Qob was higher
so the H0 was rejected. It means ”there
than Qcv so the H0 was rejected. It
is a significant difference on the
means ”there is a significant difference
student’s English achievement between
on the English achievement between the
the students with high achievement
students
motivation treated by literature-based
motivation and students with low
instruction and the students with low
achievement
achievement
conventional instruction.” The mean
motivation
treated
by
with
literature-based instruction”. The mean
score
score
achievement
of
the
achievement
students
motivation
with treated
high
of
high
motivation
the
students
motivation
achievement
treated
with treated
by
high by
by
conventional instruction (80.47) was
literature-based instruction (88.45) was
higher than the mean score of students
higher than the group of students with
with
low achievement motivation treated by
treated
literature-based
(79.51).
(76.29). The characteristics of students
The students with high achievement
with low achievement motivation are
motivation really love an activity that
the opposite of the students with high
challenge them to express their fullest
achievement motivation. They think
potential.
In
the
that the process is not important, but the
students
with
achievement
product is more important. It means that
motivation already got information
the students with low achievement
from the stories (narrative) and recount
motivation will never try the best effort
(experience) being read. The ideas they
to make the best achievement. The
gained from the reading text will be
teacher-centered style made the students
instruction
reading high
session,
low
achievement
motivation
by conventional
instruction
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1802
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
unmotivated. They do not have time to
literature-based
share their ideas with their friends. They
students
also do not have chance to use their
motivation treated
own creativity to build their own
instruction. Fourth, there is a significant
meaning. This will make the students
difference
with low achievement motivation even
between
more unmotivated to learn. They do not
achievement
enjoy the process, they do not get the
literature-based
meaning of the learning process, and at
conventional instruction. Fifth, there is
the end, they do not find that the
a significant difference on the student’s
learning is useful and meaningful.
English
Therefore,
students
the
literature
based
instruction and
with
high
the
achievement
by conventional
on English achievement the
students motivation
with
low
treated
by
instruction
achievement with
and
between
high
the
achievement
instruction benefit more to the students
motivation treated by literature-based
with low achievement motivation rather
instruction and the students with low
than those
achievement
who
were
treated
by
motivation
treated
by
literature-based instruction. Sixth, there
conventional instruction.
is a significant difference on the English achievement between the students with
IV. CONCLUSION Some conclusions gained for the
high
achievement
research were as follows. First, there is
students
a significant effect on student’s English
motivation treated
achievement
instruction.
between
the
students
with
motivation low
and
achievement
by conventional
treated by literature-based instruction
Based on the findings which have
and conventional instruction. Second,
been described above, this study has
there is a significant interactional effect
implications as follows. First, literature-
between teaching instruction (literature-
based
based
instruction
instruction and
conventional
instruction to
be
is
an
effective
implemented
in
instruction) and student’s achievement
English class, especially to improve the
motivation
student’s
towards
the
student’s
reading
and
writing
English achievement. Third, there is a
achievement.
significant
English
literature-based instruction, the teacher
achievement between the students with
could stimulate student’s creative and
high achievement motivation treated by
critical thinking. Second, literature-
difference
on
By
implementing
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1803
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
based instruction is proven to be an
further research, the other skills
effective way to be used in teaching
must be involved, such as listening
English
School.
and speaking. This brings the
Actually, this instruction even better
consequence to enrich the teaching
implemented in the lower level, for
material.
for
Junior
High
example in kindergarten or elementary school. The earlier the literature-based instruction was introduced, the better. Third,
books
of
literature
and
expository works are the core material of
literature-based
instruction.
The
books of literature and expository works will be the source of how language is learned. By having a story read or written, the students will directly learn the language because the language learning must is real, useful and meaningful. In relation to the conclusion above, some suggestions proposed in this study are: 1. The earlier the teacher starts with literature-based
instruction,
the
better the result will be for the student’s language development. 2. Further research is valuable to be conducted
in
especially
to
effectiveness
the find of
same out
field the
literature-based
instruction in broader perspective of literacy. 3. The focus of this study was on reading and writing skills, so for
REFERENCES Cooper, J.D. 2000. Literacy:Helping Children Construct Meaning. 4th ed. Boston:Houghton Mifflin Company. Cooper, D. J. and Kiger, N.D. 2003. Literacy: Helping Children Construct Mean scoring. Boston : Houghton Mifflin Company Gabriel et.al. 1999. Using Cooperative Learning to Intergrate Thinking and Information Technology in a Content-Based Writing Lesson. The internet TESL Journal, Vol.V, No.8 (Retrieved on August 1, 2009) Gambrell, L.B, Morrow, L.M and Pennington, Christina. 2000. Early Childhood and Elementary Literature-Based Instruction, Current Perspective and Special Issues. Handbook of Reading Research Vol.III. http://www.readingonline.org/artic les/handbook/gambrell/index.html -lit.based1 (Retrieved on September 10, 2009) Hairston, M. And Ruszkiewicz. 1993. The Scott, Foresman Handbook for Writers. Third edition. New York: Harper Collins College publishers. Kim, Won. 2009. Language Through Literature. Real Language Experiences in an ESL Adult Classroom. The University of
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1804
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Columbia. https://circle.ubc.ca/bitstream/242 9/.../ubc_2009_spring_kim_won.p df-(Retrieved on October 10, 2009)
ISSN 1858 – 4543
Sorensen, M and Lehman, B. 1995. Teaching with Children’s Books. USA: National Council of Teachers of English.
Morrow, L.M. 1992. The Impact of a literature-based program on literacy achievement, use of literature, and attitudes of children from minority backgrounds. Reading Research Quarterly. Vol. 27, No. 3 July/August/September 1992. ©1992 International Reading Association (pp. 250– 275). http://www.readingonline.org/past /past_index.asp?HREF=/research/ biondo/biondo.html- (Retrieved on September 20, 2009) Oktaviani, E. 2007. A Study on The Implementation of LiteratureBased Instruction on Class 4 Dyatmika Primary school in Academic Year of 2006-2007. Thesis (Unpublished). Undiksha Singaraja Piscayanti, K.S. 2006. The Experimental Study on the Effect of Literature-Based Instruction Upon the Reading Achievement of the Third Semester Students of English Education Department Academic Year 2005-2006. Thesis (Unpublished). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Rabideu, S.T. 2005. Effects of Achievement Motivation on Behavior. Rochester Institute of Technology. Romando, R. 2007. Achievement Motivation. http://ezinearticles.com/?Achieve ment-Motivation&id=429438 Retrieved March 10, 2009
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1805
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERPENDEKATAN MULTIKULTUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KONSEP DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DAWAN KLUNGKUNG
Sudasma, I Ketut ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur terhadap prestasi belajar IPS ditinjau dari konsep diri pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Dawan. Penelitian ini menggunakan rancangan post test only control group design. Sampel penelitian berjumlah 80 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis varians (anava) dua jalur melalui uji F dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitiannya adalah (1) secara keseluruhan, prestasi belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (F A = 4,926 dengan = 0,05), (2) untuk siswa yang memiliki konsep diri positif, prestasi belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (Q = 3,138 dengan = 0,05), (3) untuk siswa yang memiliki konsep diri negatif, prestasi belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur (Q = 3,203 dengan = 0,05), dan (4) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan konsep diri terhadap prestasi belajar IPS siswa (FAB = 29,402 dengan =0,05). Dari hasil temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS ditinjau dari konsep diri pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Dawan. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, multikultur, prestasi belajar IPS
THE EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL ASSISTED WITH MULTICULTURE APPROACH ON THE INCREASE OF SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT AS VIEWED FROM SELF CONCEPT OF CLASS VIII STUDENTS SMP NEGERI 1 DAWAN KLUNGKUNG ABSTRACT This study aimed at finding out and analyzing the effect of Cooperative Learning model assisted with multiculture Approach on the increase of social science learning achievement as viewed from Self Councept. This study was conducted at SMP Negeri 1 Dawan with Post Test Only Control Group Design. The sample of this study consisted of 80 students that were selected by using Random Sampling. The data obtained were analyzed by two-way ANOVA (Analysis of Varians) with F test, which was followed by Tukey test.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1806
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
The result of the study show the followings : (1) on the whole, the social science learning achievement of the students who learned with Cooperative Learning assisted with multiculture approach was higher than those who learned with conventional strategy (FA value of 4,926 at = 0,05, (2) the student who had positive Self Concept and learned by Cooperative Learning assisted with multiculture approach had higher social science learning achievement than those who had positive self concept and learned with conventional strategy (Q value of 3,138 at = 0,05), (3) the student who had negative self concept and learned with conventional strategy had higher social science learning achievement than those who had negative self concept and learned with Cooperative Learning assisted with multiculture approach (Q value of 3,203 at = 0,05), and (4) there are was an interaction effect between the use of teaching learning model and self concept (FAB value 29,402 at = 0,05). From the result of the study, it can be concluded that the Cooperative Learning assisted with multiculture approach effected the increase of learning achievement as viewed from self concept social science teaching and learning at class VIII students of SMP Negeri 1 Dawan. Key Words : cooperative learning, multiculture, social science learning achievement
Hisyam, 2000).
I. PENDAHULUAN Masyarakat
dan
bangsa
Kondisi ini semakin
diperkuat oleh menggejalanya warna
Indonesia kini memasuki milenium
kehidupan
ketiga. Kehidupan umat manusia dalam
manusia dan bangsa harus selalu siap
milenium
untuk melakoni kehidupan global yang
yang
baru
mempunyai
dimensi bukan saja dimensi domestik
global,
sehingga
setiap
tanpa batas.
tetapi global (Tilaar, 2004). Kita hidup
Tidak
saja
di
Indonesia,
di dunia yang terbuka, dunia tanpa
globalisasi juga telah menghadirkan
batas. Oleh sebab itu, kehidupan global
jiwa dan semangat nasionalisme baru di
bukan
kalangan
hanya
merupakan tantangan
bangsa-bangsa
dunia.
tetapi membuka peluang-peluang baru
Kemajuan dalam bidang informasi dan
dalam usaha untuk meningkatkan taraf
komunikasi sebagai dampak langsung
hidup masyarakat dan bangsa Indonesia.
dari
Kehidupan
ketiga
pengetahuan, teknologi dan seni) telah
pada
milenium
kemajuan
IPTEKS
(ilmu
benar-benar
berada
pada
tingkat
menghilangkan batasan-batasan region
persaingan
global
yang
sangat
atau kewilayahan, sehingga bertemunya
yang
orang-orang dari berbagai belahan dunia
memenuhi persyaratan kualitas
semakin besar. Pertemuan yang tidak
global, akan tersingkir secara alami
lagi secara real fisik melainkan melalui
dengan
media trasnmisioner seperti televisi,
ketat. tidak
Artinya,
siapa
sendirinya
saja
(Suyanto &
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1807
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
radio dan internet. Pertemuan bukan
menimbulkan dampak negatif seperti
hanya
semata,
konflik yang melanda negeri ini. Salah
pertemuan
satunya disebabkan oleh keberagaman
antarbudaya. Akibatnya adalah benturan
atau deferensiasi sosial dari masyarakat.
antarbudaya
Misalnya, konflik antarsuku Madura
orang
melainkan
perorang
sesungguhnya
semakin
mengemuka
(Dayakisni, 2008).
dan Dayak di Sambas Kalimantan
Keberagaman budaya, agama,
Tengah, konflik dengan isu agama di
etnis, suku bangsa, dan bahasa yang
Poso dan Maluku, gerakan separatis
dimiliki oleh bangsa
Indonesia dapat
Aceh yang salah satunya dipicu oleh
menjadi
dasar
dalam
pengetahuan yang kurang adil (Fadjar,
membangun jiwa nasionalisme dan
2004). Untuk itu, diperlukan upaya
patriotisme sebagai bangsa yang besar
yang berkelanjutan untuk meningkatkan
dan kokoh. Namun bila pemahaman
pemahaman
terhadap keragaman tersebut hanya
multikulturisme, pemahaman itu dapat
bersifat
dilakukan melalui jalur pendidikan.
modal
formalitas,
tersebut
akan
maka
menjadi
kondisi pemicu
dan
Sekolah
kesadaran
sebagai
akan
lembaga
timbulnya konflik, yang akhirnya akan
pendidikan formal memiliki peranan
memecah belah kesatuan dan persatuan
dan fungsi yang sangat strategis untuk
bangsa,
pembekalan dan pelatihan sikap dan
mengendurkan
ikatan-ikatan
sosial dalam masyarakat. Moto
Bhineka
perilaku
mencerminkan
Ika
pemahaman dan kesadaran (literasi)
sebenarnya mengakomodasi keragaman
multikultur (Dantes, 2008). Di sisi lain,
masyarakat bangsa Indonesia dalam
melalui
suku, ras, bahasa, adat istiadat, dan
dikembangkan di sekolah, siswa dapat
agama. Ironisnnya keragaman dalam
belajar memahami diri, dan lingkungan
kesatuan
hidupnya dengan segala dinamikanya,
budaya
Tunggal
yang
bangsa
dalam
pembelajaran
perjalanan kemerdekaan negara/bangsa
termasuk
lebih ditekankan pada aspek kesamaan
terhadap
keberagaman
untuk membentuk solidaritas bangsa.
budaya,
serta
Oleh karena itu kita antisipasi dan
nasionalisme. Bangsa yang multikultur
respon
keberagaman
seperti Indonesia memerlukan strategi
kebudayaan dengan sikap arif dan bijak.
dan model pendidikan multikultur yang
Perbedaan yang ada disatu sisi telah
terintegrasi secara holistik ke dalam
fenomena
masalah
yang
keberterimaan etnis
peneguhan
dan jiwa
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1808
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
beberapa
mata
pelajaran.
ISSN 1858 – 4543
Melalui
Persoalan yang kini muncul
pendidikan multikultur yang terintegrasi
adalah
secara
mengajar
holistik
meningkatkan pelatihan
bagaimana
dapat
pemahaman
dan
tujuan pembelajaran dan peningkatan
dalam
prestasi belajar. Karena disadari bahwa
hidup
keberagaman pada peserta didik.
salah
Salah satu media yang bermakna
dilaksanakan
belajar
diharapkan
ketrampilan
satu
adalah
multikultur adalah pendidikan
mengelola
IPS
merupakan
IPS. sarana
faktor
agar
sesuai
yang
dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa
bagi pengembangan kesadaran akan
Pendidikan
proses
kemampuan kelas,
menggunakan
guru
dalam
model
dalam hal
ini
pembelajaran
efektif untuk menanamkan kesadaran
yang sesuai dengan kebutuhan belajar
multikultural, karena salah satu misi
siswa. Dengan usaha dan kemampuan
pendidikan IPS pada jenjang pendidikan
ini
dasar dan menengah adalah membekali
digali
peserta
seperangkat
optimal. Wahab (1986) menyebutkan
pengetahuan, sikap, nilai dan moral
“tidak sedikit siswa kesulitan dalam
serta keterampilan hidup yang berguna
mengikuti
dalam memahami diri dan lingkungan
metode
bangsa serta negaranya (Hasan, 2005).
guru dirasakan kurang tepat”. Jarolimek
Lingkungan
dalam
(1967) menyatakan “ketepatan guru
konteks ini adalah keberagaman suku,
dalam memilih model dan metode
agama, ras, etnis dan bahasa yang ada di
pembelajaran
Indonesia. Bangsa yang multikultur
terhadap
seperti Indonesia memerlukan strategi
belajar siswa”. Lebih lanjut
dan model pendidikan multikultur yang
(1992)
terintegrasi secara holistik ke dalam
“pemilihan
beberapa
pembelajaran
didik
dengan
yang
mata
dimaksud
pelajaran.
Melalui
diharapkan potensi siswa dapat dan
dikembangkan
pelajaran
secara
dikarenakan
yang dipilih dan digunakan
akan
berpengaruh
keberhasilan dalam
mempunyai
usaha Kosasih
pandangan
model
dan
metode
yang
sesuai
dengan
pendidikan multikultur yang terintegrasi
tujuan kurikulum dan potensi siswa
secara
merupakan
holistik
diharapkan
dapat
pemahaman
dan
keterampilan dasar yang harus dimiliki
pelatihan keterampilan hidup dalam
oleh seorang guru”. Pemilihan model
keberagaman pada peserta didik.
pembelajaran oleh guru mempunyai
meningkatkan
kemampuan
dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1809
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
dampak yang sangat esensial bagi
keberagaman budaya dan masyarakat.
perolehan belajar siswa.
Proses
Salah diharapkan
satu
alternatif
mampu
persoalan
tersebut
belajar
dalam
model
yang
pembelajaran kooperatif berpendekatan
menjembatani
multikultur, siswa bukan hanya belajar
adalah
dengan
dan menerima apa yang disajikan oleh
pada
model
guru, melainkan siswa di bentuk untuk
model
menjadi paham dan sadar (literasi)
pembelajaran, dan perangkat penilaian
tentang keberagaman budaya dengan
IPS, agar pembelajaran yang dilakukan
segala aspeknya
dan dikembangkan oleh guru dapat
memiliki
memfasilitasi
perkembangan potensi
fenomena yang terjadi di sekitarnya dan
siswa
optimal dan mampu
mereka mampu mengantisipasi sedini
melatih ketertanggapan sosial siswa
mungkin dampak dinamika kultural
terhadap masalah keberagaman yang
bagi diri dan masyarakatnya.
melakukan
inovasi
pengorganisasian
secara
materi,
tumbuh dan berkembang di masyarakat. Hal
ini
diharapkan
mampu
sehingga mereka
keterampilan
Salah
satu
memahami
variabel
yang
menentukan keberhasilan suatu proses
menghasilkan peserta didik yang bisa
pembelajaran
hidup di tengah-tengah masyarakat
Konsep diri adalah organisasi dari
yang sangat beragam pada semua sisi
persepsi-persepsi diri, bagaimana kita
kehidupannya.
pembelajaran
mengenal, menerima, dan menilai diri
yang dianggap sesuai untuk misi dan
kita sendiri. Suatu deskripsi mengenai
tujuan Pendidikan IPS tersebut adalah
siapa kita, mulai dari identitas fisik,
model
sifat, hingga prinsip (Burn, 1979).
Model
pembelajaran
kooperatif
berpendekatan multikultur.
sebuah
diri.
multikultur
konsep diri mempengaruhi perilaku
sebagai
seseorang, terutama dalam menanggapi
pada
dunia dan pengalaman (Markus, 1977).
merupakan suatu gerakan
Banyak psikolog yang mengatakan
model
dasarnya
konsep
Konsep diri sangat penting karena
Model pembelajaran kooperatif berpendekatan
adalah
pembelajaran
revolutif yang interdisipliner dalam
mengenai
pembelajaran IPS, yang dikembangkan
pandangan positif mengenai konsep
untuk
diri.
menstimulasi
dan
eksplorasi
pentingnya
Pandangan diri
positif
akan
memiliki
mengenai
hubungan antara masa lalu, sekarang,
konsep
membangkitkan
dan masa yang akan datang di antara
keyakinan diri, kepercayaan diri, dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1810
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
motivasi diri untuk lebih bersosialisasi
dengan siswa yang mengikuti model
dan mencapai prestasi yang lebih tinggi
pembelajaran konvensional, bagi siswa
(Dayakisni, 2008)
yang memiliki konsep diri negatif?.
Berdasarkan rasional di atas,
Adapun tujuan penelitian ini
maka penelitian ini akan diarahkan pada
adalah sebagai berikut. (1) Untuk
upaya penerapan model pembelajaran
mengetahui perbedaan prestasi belajar
kooperatif berpendekatan multikultur
antara siswa yang mengikuti model
dalam
pembelajaran kooperatif berpendekatan
pembelajaaran
IPS
untuk
meningkatkan prestasi belajar ditinjau
multikultur
dengan
dari konsep diri siswa kelas VIII SMP
mengikuti
model
Negeri 1 Dawan Klungkung.
konvensional, (2) Untuk mengetahui
Bertitik tolak dari paparan di atas,
permasalahan
yang
akan
pengaruh
interaksi
siswa
yang
pembelajaran
antara
model
pembelajaran dan konsep diri terhadap
dipecahkan dapat dirumuskan sebagai
prestasi
berikut. (1) Apakah terdapat perbedaan
mengetahui perbedaan prestasi belajar
prestasi belajar antara siswa yang
antara siswa yang mengikuti model
mengikuti
pembelajaran kooperatif berpendekatan
model
pembelajaran
belajar
IPS,
(3)
kooperatif berpendekatan multikultur
multikultur
dengan
dengan siswa yang mengikuti model
mengikuti
model
pembelajaran konvensional? (2) Apakah
konvensional pada siswa yang memiliki
terdapat
konsep
pengaruh
interaksi
antara
diri
positif,
siswa
Untuk
yang
pembelajaran
(4)
Untuk
model pembelajaran dan konsep diri
mengetahui perbedaan prestasi belajar
terhadap prestasi belajar IPS? (3)
antara siswa yang mengikuti model
Apakah terdapat perbedaan prestasi
pembelajaran kooperatif berpendekatan
belajar antara siswa yang mengikuti
multikultur
dengan
model
mengikuti
model
pembelajaran
kooperatif
siswa
yang
pembelajaran
berpendekatan multikultur dengan siswa
konvensional pada siswa yang memiliki
yang mengikuti model pembelajaran
konsep diri negatif.
konvensional, bagi siswa yang memiliki konsep diri positif? (4) Apakah terdapat
II. METODE PENELITIAN
perbedaan prestasi belajar antara siswa
Penelitian ini dilakukan di SMP
yang mengikuti model pembelajaran
Negeri
1
Dawan
Klungkung,
kooperatif berpendekatan multikultur
merupakan penelitian eksperimen dalam
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1811
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
bentuk post-test only control group
memperhatikan
design, dengan rancangan faktorial 2 X
diperoleh 80 orang sebagai sampel.
2.
Data penelitian dikumpulkan dengan
Penelitian ini melibatkan tiga variabel
menggunakan dua instrumen,
yang terdiri dari satu variabel bebas,
kuesioner konsep diri dan tes prestasi
satu
belajar IPS. Data yang diperoleh diolah
variabel moderator, dan satu
variabel terikat.
kesetaraan
kelas
yaitu
Variabel bebasnya
dengan menggunakan analisis varians
adalah model pembelajaran kooperatif
(ANAVA) dua jalur melalui uji F dan
berpendekatan
dilanjutkan dengan uji Tukey.
variabel kedua
multikultur
perlakuan;
sebagai
variabel
adalah konsep
bebas
diri sebagai
variabel moderator, sedangkan variabel
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
terikatnya adalah prestasi belajar IPS. Selama
penelitian,
peneliti
Uji
hipotesis
data
yang
diperoleh dalam penelitian, menemukan
yang
adanya efek utama (main effect) yang
pembelajaran
menunjukkan bahwa jenis model yang
dengan model pembelajaran kooperatif
digunakan memberikan pengaruh yang
berpendekatan
serta
signifikan terhadap prestasi belajar IPS.
kelompok
Efek utama ini dapat dilihat dari besaran
pembelajaran
koefisien ANAVA (F) yaitu 4,926 yang
konvensional yang diberlakukan pada
signifikan. Selanjutnya, terbukti bahwa
kelompok
akhir
besaran skor rata-rata prestasi belajar
melakukan
IPS kelompok siswa yang mengikuti
penilaian terhadap prestasi belajar IPS
pembelajaran dengan model kooperatif
siswa pada kelompok eksperimen dan
berpendekatan multikultur yaitu 28,050
kelompok kontrol untuk mengetahui
yang lebih besar daripada skor rata-rata
ada tidaknya efek manipulasi yang telah
prestasi belajar IPS kelompok siswa
dilakukan.
yang mengikuti pembelajaran dengan
memanipulasi berupa
variabel
manajemen
multikultur
memberlakukannya eksperimen,
eksperimen,
bebas
pada
dan
kontrol. peneliti
Pada
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Dawan yang masih aktif pada tahun pelajaran 2010/2011,
berjumlah
112
model
konvensional
yaitu
sebesar
26,075. Hasil
di
atas
menunjukkan
orang.
bahwa secara keseluruhan, dengan tidak
Dengan teknik random sampling dan
mempertimbangkan variabel moderator
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1812
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
konsep
diri,
IPS
dibelajarkan. Pada model pembelajaran
mengikuti
kooperatif berpendekatan multikultur,
pembelajaran dengan model kooperatif
tampak pembelajaran terpusat pada
berpendekatan multikultur lebih tinggi
siswa, dimana guru hanya memerankan
dibandingkan dengan prestasi belajar
dirinya sebagai fasilitator dan mediator
kelompok
pembelajaran. Akses informasi yang
kelompok
prestasi
siswa
belajar
ISSN 1858 – 4543
yang
siswa
pembelajaran
yang
mengikuti
dengan
model
dibutuhkan
konvensional. Temuan ini membuktikan
pembelajaran,
bahwa penerapan model kooperatif
bersumber
berpendekatan
diperluas
multikultur
dalam
oleh
siswa
tidak dari
selama
lagi
guru,
dengan
hanya
melainkan menjadikan
pembelajaran IPS dapat meningkatkan
lingkungan masyarakat dan sekolah
prestasi belajar siswa kelas VIII SMP
sebagai
Negeri
samping dengan mengekplorasi kedirian
1
Dawan.
mendasari
Alasan
model
berpendekatan
yang
kooperatif
multikultur
sumber
siswa
pembelajaran,
dari
di
perspektif
sangat
multikulturalismenya. Kondisi inilah
efektif karena dalam model ini bersifat
yang dapat diakomodasi oleh model
komprehensip dan open ended, dapat
kooperatif berpendekatan multikultur.
berfungsi sebagai alat
model dan
Bersandar
pada
hasil
uji
sekaligus sebagai umpan balik. Sifat
hipotesis yang kedua yang menguji ada-
model
tidaknya pengaruh interaksi antara jenis
kooperatif
multikultur
yang
berpendekatan open
ended
ini
model yang digunakan konsep diri
menyediakan peluang yang luas bagi
siswa menghasilkan nilai Fhitung
siswa untuk kreatif terutama dalam
29,402
mencari contoh-contoh terkini yang
menunjukkan adanya pengaruh interaksi
berhubungan dengan materi IPS serta
antara jenis model yang digunakan dan
mengaitkannya dengan keberagaman
konsep diri terhadap prestasi belajar
masyarakat yang dihadapi. Oleh karena
IPS. Hasil uji hipotesis yang kedua ini
itu,
pada dasarnya merupakan penentuan
bagi
siswa
kemampuan,
yang
kreativitas
memiliki dan
target
untuk
yang
signifikan.
melangkah
pada
Hasil
= ini
pengujian
belajar yang tinggi akan senantiasa terus
hipotesis ketiga dan ke-empat. Siswa
berupaya
yang memiliki konsep diri positif akan
untuk
memperluas
wawasannya terutama yang berkaitan
mempunyai
dengan
melakukan kegiatan belajar. Sebaliknya,
materi
yang
sedang
banyak
energi
untuk
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1813
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
siswa yang memiliki konsep diri negatif
multikultur
tidak bergairah untuk belajar kecuali
prestasi belajar siswa yang mengikuti
karena
pembelajaran
paksaan
atau
sekadar
lebih
tinggi
IPS
daripada
dengan
model
seremonial. Jadi dapat dikatakan bahwa
konvensional. Hasil tersebut di atas
hasil belajar akan optimal apabila siswa
membuktikan bahwa, prestasi belajar
memiliki konsep diri yang positif.
IPS tidak hanya dipengaruhi oleh jenis
Hasil uji hipotesis yang menguji
model
yang
digunakan
ada-tidaknya perbedaan prestasi belajar
pembelajaran,
IPS pada siswa yang memiliki konsep
dipengaruhi oleh faktor lain seperti
diri positif, antara kelompok siswa yang
konsep diri.
mengikuti pembelajaran dengan model
akan
dalam
tetapi
juga
Berdasarkan temuan-temuan di
kooperatif berpendekatan multikultur
atas,
dan kelompok siswa yang mengikuti
berpendekatan multikultur merupakan
pembelajaran
model
model yang sangat cocok bagi para
konvensional menunjukkan hasil yang
siswa yang memiliki konsep diri positif.
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat
Dengan mengintegrasikan model dalam
pada skor rata-rata prestasi belajar IPS
pembelajaran,
yang sebesar 30,600 untuk kelompok
memiliki konsep diri positif dapat
siswa yang mengikuti pembelajaran
secara
dengan model kooperatif berpendekatan
meningkatkan
multikultur, serta rata-rata skor prestasi
berdasarkan
belajar
terima.
IPS
kelompok
dengan
sebesar siswa
pembelajaran
23,800
untuk
maka
model
maka
kooperatif
mereka
terus-menerus
Pada
berupaya
kualitas balikan konteks
yang
karyanya
yang
mereka
instruksional
yang
mengikuti
dengan model konvensional, siswa yang
dengan
model
memiliki konsep diri positif kurang
konvensional. Lebih lanjut, hasil uji
mendapat
kesempatan
untuk
Tukey menghasilkan nilai Qhitung
memperoleh
balikan
yang
3,138 yang lebih besar daripada nilai
dibutuhkannya
sebagai
bahan
Qtabel = 2,95 pada taraf signifikansi 5 %
pertimbangan
dan db = 80. Hasil ini menunjukkan
prestasi belajarnya.
=
untuk
meningkatkan
bahwa, untuk siswa yang memiliki
Siswa yang memiliki konsep diri
konsep diri positif, prestasi belajar
negatif, rata-rata skor prestasi belajar
siswa yang mengikuti pembelajar IPS
IPS
dengan model kooperatif berpendekatan
dengan model Konvensional adalah
yang
mengikuti
pembelajaran
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1814
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
sebesar 28,350 yang berarti lebih tinggi
percaya diri. Maka dapat dipahami
daripada rata-rata skor prestasi belajar
bahwa mereka yang memiliki konsep
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran
diri negatif cenderung kemampuannya
dengan model kooperatif berpendekatan
lebih tinggi bila diberikan pembelajaran
multikultur,
dengan
yaitu
sebesar
25,500.
model
konvensional
Setelah melalui uji Tukey diperoleh
dibandingkan dengan mereka
nilai Qhitung sebesar 4,681 yang berarti
mengikuti pembelajaran dengan model
signifikan jika dibandingkan dengan
kooperatif berpendekatan multikultur.
nilai Qtabel pada taraf signifikansi 5 %
Hal itu disebabkan karena mereka
yaitu sebesar 3,203 dengan db = 40.
menganggap
Angka-angka
berpendekatan
tersebut
menunjukkan
model
yang
kooperatif
multikultur
dianggap
bahwa untuk siswa yang memiliki
masih baru dan dianggap memiliki
konsep diri negatif, terdapat perbedaan
tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga
prestasi belajar IPS secara signifikan
mereka
antara
mengikuti
memahami dan mempelajarinya lagi,
model
sedangkan model konvensional telah
siswa
yang
pembelajaran
dengan
merasa
konvensional dan siswa yang mengikuti
dikenalinya
pembelajaran dengan model kooperatif
dipergunakan.
berpendekatan multikultur. Dalam hal
Secara
dan
dipaksa
sudah
empiris,
untuk
terbiasa
siswa
yang
ini, prestasi belajar IPS yang mengikuti
memiliki konsep diri negatif lebih
pembelajaran
model
menyukai keadaan yang biasa dan stabil
daripada
di mana mereka telah merasa aman dan
prestasi belajar siswa yang mengikuti
nyaman. Mereka kurang siap untuk
pembelajaran dengan model kooperatif
menerima kritik atau masukan karena
berpendekatan
menganggap bahwa umpan balik yang
konvensional
Hurlock
dengan lebih
tinggi
multikultur.
(1994)
seseorang
Menurut dengan
diberikan
menunjukkan
konsep diri yang positif akan terlihat
kelemahan/kekurangan
mereka,
dan
optimis, penuh percaya diri dan selalu
pada akhirnya menurunkan semangat
bersikap positif terhadap segala sesuatu.
mereka untuk belajar.
Sebaliknya, konsep diri yang negatif akan
muncul
jika
seseorang
mengembangkan perasaan rendah diri, merasa ragu, kurang pasti, serta kurang
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1815
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
IV.
ISSN 1858 – 4543
dipertimbangkan sebagai salah satu
PENUTUP Berdasarkan
temuan-temuan
model alternatif pada pembelajaran IPS.
penelitian yang telah dipaparkan pada
Kedua, Apabila model pembelajaran
bagian-bagian sebelumnya, maka dapat
kooperatif berpendekatan multikultur
disimpulkan
(1)
ingin diterapkan dalam pembelajaran
Prestasi belajar IPS pada kelompok
IPS, maka konsep diri siswa harus
siswa yang mengikuti pembelajaran
diketahui terlebih dahulu. Hal ini dapat
dengan model pembelajaran kooperatif
dilakukan dengan cara
berpendekatan multikultur lebih tinggi
respons siswa terhadap balikan-balikan
dibandingkan dengan prestasi belajar
yang diberikan terkait dengan tugas
kelompok
akademik
sebagai
siswa
pembelajaran konvensional.
berikut.
yang
mengikuti
dengan
model
(2)
Ada
pengaruh
Ketiga,
yang
mereka
Kemungkinan
hasil-hasil
mencermati
kerjakan.
menggunakan
penelitian
ini
dalam
interaksi antara penggunaan jenis model
mengembangkan
dan konsep diri terhadap prestasi belajar
model pada mata pelajaran lain, seperti
IPS. (3) Untuk siswa yang memiliki
pada mata pelajaran IPA terpadu dan
konsep diri tinggi, model pembelajaran
ilmu sosial lainnya. Untuk itu, terlebih
kooperatif berpendekatan multikultur
dahulu
ternyata berdampak lebih baik terhadap
terhadap
prestasi belajar siswa dibandingkan
tersebut, khususnya kompetensi dasar
dengan
yang
menggunakan
model
perlu
pembelajaran
dilakukan
hakikat
sesuai
mata
dan
pengkajian pelajaran
dengan
model
konvensional. (4) Untuk siswa yang
pembelajaran kooperatif berpendekatan
memiliki konsep diri rendah, model
multikultur.
konvensional berdampak lebih baik terhadap
prestasi
dibandingkan
belajar dengan
Berdasarkan
temuan
yang
siswa
diperoleh dari penelitian ini, dan dengan
model
mempertimbangkan
pula
implikasi
pembelajaran kooperatif berpendekatan
penelitian seperti yang telah diuraikan
multikultur.
di atas, maka ada beberapa saran yang
Berpegang pada temuan-temuan
dapat dikemukakan di sini sebagai
di atas, ada beberapa implikasi yang
berikut.
dapat dikemukakan. Pertama, betapa
pengampu
pentingnya
khususnya
model
pembelajaran
kooperatif berpendekatan multikultur
(1)
Kepada mata
guru
para
guru
pelajaran
IPS
kelas
VIII
SMP
disarankan agar menggunakan model
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1816
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
alternatif untuk meningkatkan prestasi
Hasan, Hamid. 2005. Pendidikan Ilmuilmu Sosial (buku II) Bandung: Jurusan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.
belajar siswa. (2) Bagi para peneliti
Hurlock.
pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur sebagai salah satu model
yang
berminat
untuk
melakukan
verifikasi terhadap hasil penelitian ini, atau
berminat
untuk
melakukan
penelitian lanjutan dalam pembelajaran IPS atau pada mata pelajaran lain, maka disarankan agar melakukan penelitian dengan melibatkan
atribut psikologis
lain selain konsep diri.
DAFTAR PUSTAKA Burn, R. B. 1979. Konsep Diri : Teori, Pengukuran, dan Perilaku. London : Longman Group Uk Ltd. Dantes
N. 2008. Pendidikan Teknohumanistik (Suatu Rangkian Persspektif dan Kebijakan Pendidikan Mengahadapi Tantangan Global). Makalah Disampaikan Pada Seminar Pendidikan Diselenggarakan oleh S2 Pendas PPs Undiksha 22 Juli 2008
Dayakisni, Tri dan Salis Yuniardi. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UPT Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Fadjar,
E.B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Jarolimek, John. 1967. Social Studies in Elementary Education. 5th. edition.NY: McMillan Co.Inc Kosasih J. 1992. Buku Pedoman Guru Pengajaran IPS. Jakarta: Departemen P dan K. Markus, H. 1977. “Self-Shemata and Processing Informations About the Self” Journal of Personality and Social Psychology. Suyanto & Hisyam D. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Tilaar, H. A. R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Wahab, A.A. 1986. Metode dan ModelModel Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabetta.
A. M. (2004). Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1817
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
ANALISIS BIAYA PENDIDIKAN DALAM PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 BANJAR
Sugiartha, Gede ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) satuan biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran 2008/2009, (2) komposisi biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan orang tua siswa di SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran 2008/2009, (3) pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa (biaya langsung dan biaya tidak langsung) terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini melibatkan 285 siswa dari 1029 siswa. Dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi product moment, dan analisis regresi ganda dapat diketahui bahwa satuan biaya per siswa per tahun adalah sebesar Rp 2.225.620 perbandingan besar dana pemerintah dengan orang tua siswa adalah 66,09% : 33,91%, perbandingan besar dana pemerintah di luar gaji, insentif, dan investasi dengan orang tua siswa adalah 24,75% : 75,25%, ada hubungan yang signifikan antara biaya langsung dan tidak langsung dan prestasi belajar siswa, dan ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara biaya langsung dan tidak langsung dan prestasi belajar siswa. Kata kunci: satuan biaya, biaya langsung dan tidak langsung, prestasi belajar.
EDUCATIONAL FEES ANALYSIS IN THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT IN SMP NEGERI 1 BANJAR ABSTRACT This research was aimed to know:1) educational fee units in SMP Negeri 1 Banjar in academic year of 2008/2009, 2) educational fee compositions which were spent by the government and students’ parents in SMP Negeri 1 Banjar in academic year of 2008/2009, 3) the influence of fees which were spent by the students’ parents (direct fees and indirect fees) toward students’ learning achievement in SMP Negeri 1 Banjar in academic year of 2008/2009. This research involved 285 students from total of 1029 students. By using descriptive analysis, product moment correlation analysis, and multiple regression analysis, it could be known that fee units per student per year was Rp. 2.225.620, the comparison of the fees amount which were spent by the government and the students’ parents were 66.09% : 33.91%, the comparison of the fees amount excluding salary, incentive with students’ parents fees were 24.75%:75.25%, there were significant correlations between direct fees and indirect fees with students’ learning achievement and there were simultaneous significant correlations between direct fees and indirect fees with students’ learning achievement. Key words: fee unit, direct fees, indirect fees and learning achievement.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1818
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
I.
ISSN 1858 – 4543
permasalahan-permasalahan yang masih
PENDAHULUAN Hampir dapat dipastikan bahwa
terkait dengan pembiayaan pendidikan,
proses pendidikan tidak dapat berjalan
sehingga diperlukan studi khusus untuk
tanpa dukungan biaya yang memadai.
lebih spesifik mengenal pembiayaan
Implikasi diberlakukannya kebijakan
pendidikan ini.
desentralisasi
pendidikan,
membuat
Gelombang
demokratisasi
para pengambil keputusan sering kali
mempunyai konsekuensi lebih lanjut
mengalami
kesulitan
dalam
dalam desentralisasi penyelenggaraan
mendapatkan
referensi
tentang
pendidikan. Desentralisasi pendidikan
pendidikan.
bukanlah merupakan suatu yang mudah
Kebutuhan tersebut dirasakan semakin
dilaksanakan, namun demikian sejalan
mendesak sejak dimulainya pelaksanaan
dengan arus demokratisasi di dalam
otonomi daerah yang juga meliputi
kehidupan manusia, maka desentralisasi
bidang
pendidikan akan memberi efek terhadap
komponen
biaya
pendidikan.
Masalah
pembiayaan ini sangat menentukan
kurikulum,
kesuksesan
pendapatan dan biaya pendidikan, serta
program
manajemen
efisiensi
berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum
pemerataan.
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
desentralisasi memang sangat perlu di
saat ini diberlakukan.
dalam menumbuhkan sikap demokrasi.
Secara
umum
Meskipun
administrasi,
demikian,
pembiayaan
Akan tetapi, desentralisasi pendidikan
pendidikan adalah sebuah kompleksitas,
belumlah segala-galanya kalau tidak
yang di dalamnya akan terdapat saling
diikuti dengan usaha-usaha perbaikan di
keterkaitan pada setiap komponennya,
berbagai
yang memiliki rentang yang bersifat
Decentralization is necessary but not
mikro ( satuan pendidikan ) hingga
sufficient to improve the quality of
yang makro ( nasional ), yang meliputi
education. ( Tilaar H.A.R, 2000:88 ).
sumber-sumber pendidikan,
pembiayaan
sistem dan mekanisme
pengalokasiannya,
efektivitas
efisiensi
pengguanaannya,
dalam
dan
bidang
yang
Undang-Undang
berkaitan.
Dasar
kita
mengatakan bahwa tiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Ujung
tombak
pelaksanaan
UUD
akuntabilitas hasilnya yang diukur dari
tersebut ialah di daerah. Seperti juga
perubahan-perubahan yang terjadi pada
bunyi Undang-Undang otonomi Daerah
semua tataran, khususnya sekolah, dan
No 32 Tahun 2003, pendidikan dasar
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1819
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
dan menengah telah diserahkan ke
biaya satuan, memungkinkan kita untuk
daerah. Pelaksanaan pendidikan dasar
mengetahui
yang
orang
menggunakan sumber-sumber sekolah,
merupakan perwujudan dari deklarasi
keuntungan dari investasi pendidikan,
hak-hak asasi manusia (PBB tahun
pemerataan pengeluaran masyarakat,
1948). Hak asasi untuk memperoleh
dan
pendidikan
ini kemudian diperkuat
pendidikan. Disamping itu, juga dapat
dengan keputusan konferensi UNESCO
menjadi penilaian bagaimana alternatif
di Yom Tjen (Thailand) pada tahun
kebijakan dalam upaya perbaikan atau
1990 dan konferensi Dakkar (Tilaar,
peningkatan sistem pendidikan.
2006:164).
( Fattah, 2000:23)
bebas
untuk
Dalam
semua
konsep
dasar
pembiayaan pendidikan, ada dua hal penting
yang
perlu
dikaji
atau
efisiensi
pengeluaran
dalam
pemerintah
untuk
Di dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu :
dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara
pendekatan
keseluruhan (total cost) dan biaya
mikro. Pada pendekatan makro, faktor
satuan per siswa (unit cost). Biaya
utama yang menentukan perhitungan
satuan di tingkat sekolah merupakan
biaya satuan dalam sistem pendidikan
aggregate biaya pendidikan tingkat
adalah kebijakan dalam pengalokasian
sekolah baik yang bersumber dari
anggaran pendidikan di setiap negara.
pemerintah, orang tua, dan masyarakat,
Pada pendekatan mikro, menganalisis
yang
biaya
dikeluarkan
untuk
makro
dan
pendidikan
pendekatan
berdasarkan
menyelenggarakan pendidikan dalam
pengeluaran total (total cost) dan
satu tahun pelajaran. Biaya satuan per
jumlah biaya satuan (unit cost) menurut
murid
yang
jenis dan tingkat pendidikan. Biaya total
menggambarkan seberapa besar uang
merupakan gabungan-gabungan biaya
yang dialokasikan sekolah secara efektif
per komponen input pendidikan di tiap
untuk
sekolah.
merupakan
ukuran
kepentingan
menempuh
murid
pendidikan.
dalam
Satuan
biaya
Analisis
merupakan
mengenai biaya satuan dalam kaitannya
dikeluarkan
dengan
pendidikan di sekolah per murid per
faktor-faktor
mempengaruhinya
dapat
lain
yang
dilakukan
dengan menggunakan sekolah sebagai unit
analisis.
Dengan
tahun
biaya
pendidikan
untuk
anggaran.
merupakan
rata-rata
melaksanakan
Satuan
fungsi
yang
dari
biaya
ini
besarnya
menganalisis
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1820
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah. (Fattah, 2000:27) Dalam
Dana merupakan salah
satu
sumber daya yang secara langsung
penyelenggaraan
menunjang efektivitas dan efisiensi
pendidikan, biaya memiliki peranan
pengelolaan pendidikan. Hal tersebut
yang
Biaya
lebih terasa lagi dalam implementasi
merupakan suatu keharusan, karena
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
tanpa biaya proses pendidikan tidak
yang menuntut kemampuan sekolah
akan
pendidikan
untuk merencanakan, melaksanakan dan
komponen
mengevaluasi, serta mempertanggung
sangat
berjalan.
merupakan masukan input)
menentukan.
Biaya
salah
satu
instrumental
(instrumental
yang sangat penting dalam
jawabkan
pengelolaan
transparan.
Dalam
dana
secara
penyelenggaraan
penyelenggaraan
pendidikan.
Dalam
pendidikan, sumber dana merupakan
setiap
pencapaian
tujuan
potensi yang sangat menentukan dan
pendidikan, baik tujuan yang bersifat
merupakan bagian yang tak terpisahkan
kuantitatif maupun kualitatif, biaya
dalam kajian pengelolaan pendidikan.
upaya
pendidikan
memiliki peranan
yang
Fungsi dana dalam MBS pada
sangat menentukan (Suriadi, 2004:3).
dasarnya untuk menunjang penyediaan
Lebih
mengatakan,
sarana dan prasarana, seperti tanah,
hampir tidak ada upaya pendidikan
bangunan, laboratorium, perpustakaan,
yang dapat mengabaikan peranan biaya,
media
sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa
pelayanan administratif dan sebagainya.
biaya proses pendidikan terutama di
Dana
sekolah tidak akan berjalan. Biaya
selalu identik dengan uang (real cost),
(cost)
dan
tetapi segala sesuatu pengorbanan yang
menengah memiliki cakupan yang luas,
diberikan untuk setiap aktivitas dalam
yakni semua jenis pengeluaran yang
rangka
berkenaan
penyelenggaraan pendidikan.(Mulyasa,
lanjut
pada
Suriadi
pendidikan dasar
dengan
penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang
belajar,
operasi
pendidikan
pengajaran,
sebenarnya
mencapai
tidak
tujuan
2005:168)
maupun barang dan tenaga (yang dapat
MBS
sebagai
bentuk
dihargakan dengan uang), misalnya,
desentralisasi di bidang pendidikan
iuran siswa jelas merupakan biaya, dan
akan mewarnai perbedaan pembiayaan
sarana fisik, buku dan guru juga
antara satu sekolah dengan sekolah
merupakan biaya.
yang
lain.
Setiap
sekolah
dengan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1821
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
otonominya merencanakan target-target
sekolah ada di sebelah kiri dan kanan
mutu pencapaian program yang tertuang
jalan raya. Jumlah siswanya pada tahun
dalam Rencana Pengembangan Sekolah
pelajaran 2008/2009 adalah 1029 orang
(RPS), yang disusun sesuai dengan
yang terbagi menjadi 24 rombongan
potensi sekolah masing-masing.
belajar, yang masing-masing tingkat
Sesuai dengan UUSPN No 20,
terdiri
atas
8
rombongan
belajar.
tahun 2003, dan PP No. 19, tahun 2005,
Dengan terbatasnya ruang kelas, maka
tentang Standar Nasional Pendidikan
proses belajar siswa dibagi menjadi
(SNP), dinyatakan bahwa pemerintah
doubleshift (rombongan belajar pagi
berkewajiban menetapkan SNP yang
dan sore).
meliputi 8 standar, salah satu standar
Sejak berdiri pada tahun 1963
tersebut adalah standar pembiayaan
tidak pernah diadakan penelitian tentang
pendidikan. Di antara delapan Standar
pembiayaan pendidikan.
Nasional Pendidikan, rupanya standar
biaya pendidikan di SMP Negeri 1
pembiayaan
terakhir
Banjar sangat penting dan mendesak
mendapat perhatian oleh pemerintah
untuk diketahui oleh semua pihak yang
pusat. Hal itu bisa dimaklumi, karena
berkepentingan,
seperti
kompleksnya permasalahan di bidang
komite
orang
pembiayaan, sehingga sampai saat ini
masyarakat, dan warga sekolah. Tidak
pemerintah baru bisa menghasilkan PP
kalah pentingnya pengelola sekolah
No 48, tahun 2008 yang mengatur
perlu mengetahui besarnya pembiayaan
tentang Pendanaan Pendidikan.
pendidikan sehingga ada dasar yang
yang
paling
SMP Negeri 1 Banjar berdiri
dipakai
sekolah,
pedoman
Variabilitas
misalnya tua
dalam
pada tanggal, 1 Agustus 1963, pada
menentukan
usianya yang sudah tergolong cukup tua
menyangkut pembiayaan.
belum mampu menyediakan fasilitas
Jenis-jenis
siswa,
rangka
kebijakan-kebijakan
biaya
pendidikan
belajar yang memadai. fasilitas belajar
yang ditanggung oleh orang tua siswa
terutama pada bangunan fisik sangat
baik yang langsung dibayarkan kepada
kurang. Dari 24 rombongan belajar
sekolah maupun yang dibelanjakan
yang ada, hanya tersedia 12 ruang kelas.
sendiri oleh siswa sangat perlu untuk
Di lain pihak, luas tanah yang dimiliki
diketahui oleh pengelola sekolah. Hal
seluas 24,17 are dan lokasi dibelah oleh
ini penting untuk diketahui dalam
jalan raya, sehingga posisi gedung
rangka menentukan kebijakan yang
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1822
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
lebih operasional tentang pembiayaan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pendidikan pada tingkat sekolah. Bila
pengetahuan, terutama pada bidang
jumlah
untuk
pembiayaan pendidikan, (2) Sebagai
tersebut
bahan referensi bagi peneliti yang lain,
rangka
dalam rangka melaksanakan penelitian
mengurangi beban keluarga miskin,
mengenai pembiayaan pendidikan di
pemerintah dapat menetapkan manakah
masa mendatang, (3) Bermanfaat untuk
di antara komponen-komponen tersebut
dijadikan
yang dapat disubsidi dan untuk berapa
satuan pendidikan SMP Negeri 1 Banjar
banyak
dalam
pengeluaran
masing-masing diketahui,
siswa
komponen
maka
subsidi
dalam
tersebut
diberikan.
pedoman
rangka
oleh
pengelola
penyusunan
rencana
(Supriadi, 2003:125). Manfaat yang lain
pengembangan sekolah (RPS) ke depan.
dengan diadakan penelitian ini adalah
Dalam penerapan Manajemen Berbasis
sekolah dapat mengetahui pengaruh
Sekolah (MBS), penelitian ini dapat
biaya yang dikeluarkan oleh orang tua
dijadikan pedoman untuk pengelolaan
siswa baik yang langsung maupun yang
dana yang efektif dan efisien serta
tidak
akuntabel,
langsung
dibayarkan
kepada
sekolah terhadap prestasi belajar siswa.
(4)
Bagi
masyarakat,
penelitian ini bermanfaat sebagai dasar
Berdasarkan latar belakang di
dalam melakukan partisipasi di dunia
atas tujuan penelitian ini adalah (1)
pendidikan. Hal ini penting untuk
untuk
biaya
diketahui, karena masih ada anggapan
keseluruhan yang diperlukan oleh SMP
di masyarakat bahwa pendidikan hanya
Negeri 1 Banjar, (2) untuk mengetahui
menghabis-habiskan uang tanpa ada
besarnya
jaminan peningkatan hidup yang jelas di
menemukan
biaya
satuan
pendidikan
yang
ditanggung oleh pemerintah dan orang
masa mendatang.
tua siswa pada SMP Negeri 1Banjar, (3) untuk mengetahui besarnya pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua
II. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
siswa (biaya langsung dan biaya tidak
penelitian ex post fakto, artinya bahwa
langsung)
kejadian atau fakta ini sudah terjadi.
terhadap prestasi belajar
siswa pada SMP Negeri 1 Banjar.
Dapat juga dikatakan penelitian survey,
Manfaat penelitian ini baik secara
karena data dari penelitian ini diperoleh
teoritis maupun secara praktis adalah:
dari kuesioner yang disebarkan ke
(1) Penelitian ini diharapkan dapat
sejumlah responden.
Adapun alur
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1823
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
rancangannya adalah sebagai berikut:
pada
(1) Satuan biaya pendidikan dapat
anggota sampelnya sebesar 285 orang.
diketahui dari penjumlahan RAPBS ditambah
beasiswa
ditambah
tabel
Krecjie,
maka
jumlah
Pengumpulan data pada penelitian ini
adalah
melalui
metode
pengeluaran orang tua siswa dibagi
dokumentasi, dan metode tes. Data yang
jumlah seluruh siswa, (2) Komposisi
dibutuhkan
biaya pendidikan yang di tanggung oleh
penelitian ini adalah RAPBS, gaji guru
pemerintah dan nonpemerintah dapat
dan pegawai, beasiswa, laporan bantuan
diketahui dari total biaya yang di
ruang kelas baru, prestasi belajar siswa,
keluarkan oleh pemerintah dan total
dan jawaban dari responden.
biaya yang dikeluarkan oleh orang tua
sehubungan
dengan
Untuk mendapatkan satuan biaya
yang
pendidikan (unit cost) di SMP Negeri 1
dikeluarkan oleh orang tua siswa (biaya
Banjar pada tahun pelajaran 2008/2009
langsung dan biaya tidak langsung)
dilakukan analisis RAPBS dan daftar
terhadap
isian yang dijawab oleh orang tua siswa.
siswa,
(3)
Pengaruh
prestasi
biaya
belajar
siswa.
Rancangannya adalah sebagai berikut: Konstelasi Variabel
Komposisi
biaya
pendidikan
yang
ditanggung
oleh
pemerintah
dan
nonpemerintah di SMP Negeri 1 Banjar pada
X1
dijaring Y
X2
tahun
pelajaran
melalui
2008/2009,
analisis
RAPBS,
dokumen gaji guru/pegawai, dokumen beasiswa, dokumen bantuan ruang kelas baru,
dokumen
berhubungan
Keterangan:
yang
dengan
lain
yang
kesejahteraan
Y
: Prestasi Belajar Siswa
guru/pegawai, dan mencari rata-rata
X1
: Biaya langsung
pengeluaran
X2
: Biaya tidak langsung
menganalisis daftar isian yang telah disi
orang
tua
dengan
oleh orang tua siswa. Biaya langsung Populasi penelitian adalah seluruh
diidentifikasi dari 8 jenis pengeluaran
siswa SMP Negeri 1 Banjar yang
orang tua siswa, dan biaya tidak
jumlahnya 1029 orang pada tahun
langsung diidentifikasi dari 10 jenis
pelajaran 2008/2009, dengan merujuk
pengeluaran orang tua siswa. Pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1824
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
siswa
(biaya
tidak
disebut sebagai biaya minimum yang
prestasi belajar
ideal. Bertitik tolak dari pendapat
siswa di SMP Negeri 1 Banjar pada
tersebut, maka biaya minimum ideal di
tahun pelajaran 2008/2009, dilakukan
SMP Negeri 1 Banjar adalah Rp
uji hipotesis. Untuk menguji hipotesis
2.225.620 per siswa per tahun.
langsung)
langsung
terhadap
dan
ISSN 1858 – 4543
digunakan teknik korelasi sederhana
Biaya
yang
ditanggung
oleh
(korelasi product moment) (r) pada taraf
pemerintah, baik oleh pemerintah pusat
signifikansi 5%, dan regresi ganda.
maupun pemerintah daerah tediri dari:
Seluruh
diolah
1) gaji guru dan pegawai, 2) insentif
dengan bantuan program SPSS 13.0 for
guru dan pegawai, 3) dana Bantuan
windows
Operasional Sekolah, 4) Bantuan Siswa
keperluan
analisis
Miskin,
5)
dana
imbal
swadaya
pembangunan Ruang Kelas Baru. Dari
III. HASIL PENELITIAN DAN
hasil
PEMBAHASAN
analisis
dokumentasi
tahun
Temuan pertama didapat bahwa,
pelajaran 2008/2009 mendapat angka
biaya total satuan pendidikan pada
sebagai berikut Gaji guru dan pegawai
tahun pelajaran 2008/2009 adalah Rp
Rp 2.439.994.400,- (dua miliar empat
2.225.620,-
tahun.
ratus tiga puluh sembilan ribu sembilan
Rinciannya adalah dana yang bersumber
ratus sembilan puluh empat ribu empat
dari orang tua siswa sebesar Rp
ratus rupiah). Insentif guru dan pegawai
1.674.685, bantuan dari pemerintah
Rp 123.150.000,-
provinsi dalam bentuk beasiswa miskin
tiga juta seratus lima puluh ribu rupiah).
Rp 34.832, dana BOS yang bersumber
Dana Bantuan Operasional Sekolah
dari pemerintah pusat sebesar Rp
(BOS) Rp 531.070.000,- (lima ratus tiga
516.103. Menurut Supriadi (2003:233),
puluh satu juta tujuh puluh ribu rupiah).
biaya minimum ideal suatu sekolah
Bantuan Siswa Miskin (BSM) Rp
adalah rata-rata jumlah seluruh biaya
35.842.500,- (tiga puluh lima juta
per siswa
di tingkat sekolah yang
delapan ratus empat puluh dua ribu lima
meliputi
kontribusi
ratus rupiah), dan dana pembangunan
per
siswa
per
pemerintah,
Kelas
(seratus dua puluh
keluarga, dan masyarakat. Asumsinya
Ruang
adalah biaya sejumlah itulah yang telah
228.000.000,-(dua
secara nyata memungkinkan pendidikan
delapan juta ribu rupiah). Jadi total
berjalan saat ini, dan itulah yang dapat
biaya
yang
Baru ratus
(RKB) dua
dikeluarkan
Rp puluh
oleh
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1825
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
pemerintah, maupun
baik
ISSN 1858 – 4543
pemerintah
pusat
adalah
Rp
daerah
pelajaran 2008/2009 adalah sebesar Rp 1.723.250.865 (satu miliar tujuh ratus
3.358.056.900 (tiga miliar tiga ratus lima puluh delapan juta lima puluh enam ribu sembilan ratus rupiah. Berdasarkan
analisis
ribu delapan ratus enam puluh lima
kuesioner
yang disebarkan kepada orang tua siswa didapat ratarata pengeluaran orang tua siswa per tahun sebesar Rp 1.674.685, (satu juta enam ratus tujuh puluh empat ribu enam ratus delapan puluh lima rupiah). Jumlah siswa SMP Negeri 1 Banjar pada tahun pelajaran 2008/2009 adalah
1029
orang,
maka
dua puluh tiga juta dua ratus lima puluh
total
rupiah).
Jadi
komposisi
pendidikan
yang
ditanggang
pemerintah
(termasuk
biaya
biaya oleh gaji,
insentif, BSM,dan investasi) dengan non pemerintah selama satu tahun adalah
sebesar
Rp
3.358.056.900,
berbanding Rp 1.723.250.865, atau 66,09 %:33,91 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
pengeluaran orang tua siswa pada tahun Tabel. 01 Komposisi Biaya Pemerintah (termasuk biaya gaji, insentif,BSM dan investasi) dan Orang Tua Siswa di SMP Negeri 1 Banjar pada Tahun Pelajaran 2008/2009 NO 1 2
SUMBER DANA Biaya pemerintah Biaya orang tua siswa Jumlah
Dari tabel 01 dapat dilihat
JUMLAH ( Rp ) 3.358.056.900 1.723.250.865 5.081.307.765
Biaya
PERSENTASE (%) 66.09 33.91 100
pendidikan
yang
bahwa total biaya pendidikan di SMP
ditanggung oleh pemerintah diluar gaji,
Negeri 1 Banjar pada tahun 2008/2009
insentif, dan investasi selama satu tahun
adalah sebesar Rp 5.081.307.765,- (lima
adalah sebesar Rp 566.912.500, atau
miliar delapan puluh satu juta tiga ratus
rata-rata per siswa sebesar Rp 550.935.
tujuh ribu tujuh ratus enam puluh lima
Komposisinya adalah seperti tabel 02.
rupiah)
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1826
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Tabel. 02 Komposisi Biaya Pemerintah (di luar gaji, insentif, investasi) dan Orang Tua Siswa di SMP Negeri 1 Banjar pada Tahun Pelajaran 2008/2009 NO
SUMBER DANA
JUMLAH
PERSENTASE
(Rp)
(%)
566.912.500
24.75
1
Biaya Pemerintah
2
Biaya Orang Tua Siswa
1.723.250.865
75.25
Jumlah
2.290.163.365
100
Dari tabel 02
terlihat bahwa,
koefisien korelasi rx1 y = 0,285. Hasil
biaya yang dikeluarkan oleh orang tua
tersebut
siswa selama satu tahun sebesar 75,25
signifikansi = 0,05. Berdasarkan uji
%, dan biaya yang dikeluarkan oleh
signifikansi koefisien korelasi dapat
pemerintah sebesar 24,75 %. Artinya
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
sumbangan orang tua siswa dalam
positif
rangka menunjang pendidikan anaknya
prestasi
masih
kalau
persamaan Y = 65,605 + 0,099 X1.
yang
Dengan koefisien determinasi (rx1 y)2 =
dikeluarkan oleh pemerintah. Hasil
(0,285)2 = 0,081 atau 8,1%. Berarti
penelitian ini masih relevan dengan
kontribusinya 8,1%
jauh
dibandingkan
lebih
besar
dengan
biaya
signifikan
pada
taraf
antara biaya langsung dengan belajar
siswa
melalui
penelitian Supriadi (2003:137) yang
Biaya yang dibelanjakan sendiri
menyatakan bahwa untuk sekolah di
oleh siswa (biaya tidak langsung)
desa kontribusi pemerintah sebesar
adalah
26,87%, kontribusi keluarga 73,13%.
diidentifikasi
Biaya yang langsung dibayarkan
sebesar
Rp
1.330.425
menurut
10
pengeluaran. Kekuatan
jenis
hubungan
kepada pihak sekolah (biaya langsung)
antara biaya tidak langsung (X2) dengan
adalah
prestasi belajar siswa (Y) dihitung
sebesar
diidentifikasi
Rp
menurut
344.260, 8
jenis
dengan
Product
Moment.
perhitungan
dengan
korelasi
pengeluaran. Kekuatan hubungan antara
Berdasarkan
biaya langsung (X1) dengan prestasi
bantuan
belajar siswa (Y) dihitung dengan
diperoleh besarnya koefisien korelasi
korelasi Product Moment. Berdasarkan
rx1 y = 0,151. Hasil tersebut signifikan
perhitungan dengan bantuan SPSS 13.0
pada taraf signifikansi = 0,05.
for
Berdasarkan uji signifikansi koefisien
windows,
diperoleh
besarnya
SPSS
13.0
for
windows
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1827
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
korelasi
dapat
disimpulkan
bahwa
ISSN 1858 – 4543
dibayarkan kepada
sekolah,
seperti
terdapat hubungan positif antara biaya
misalnya,
uang jajan dan transportasi
tidak langsung dengan prestasi belajar
berapapun besarnya, tidak menjamin
siswa melalui persamaan Y = 67,943 +
akan
0,052 X2. Dengan koefisien determinasi
dibandingkan dengan biaya
(rx2 y)2 = (0,151)2 = 0,022 atau 2,2%.
yang
Berarti kontribusinya 2,2%.
Seperti
berpengaruh
lebih
kuat
langsung
dibayarkan
kepada
sekolah.
yang
didapatkan
dalam
Pengaruh hubungan antara biaya
penelitian ini, bahwa uang jajan siswa
langsung (X1) dan biaya tidak langsung
merupakan pengeluaran yang paling
(X2) dengan prestasi belajar siswa (Y),
besar
berdasarkan
pengeluaran
perhitungan
komputer
di
antara
18
orang
komponen tua
siswa,
dengan bantuan SPSS 13.0 for windows
selanjutnya disusul oleh pengeluaran
diperoleh besarnya koefisien korelasi
transportasi.
Ry12 = 0,296, Fhitung = 13,573. Hasil
transportasi karena banyak siswa yang
tersebut
menempuh jarak dari rumah ke sekolah
signifikan
pada
taraf
signifikansi = 0,05. Dengan demikian
Besarnya
pengeluaran
antara 3 – 10 km.
dapat disimpulkan terdapat korelasi
Biaya yang dikeluarkan oleh
antara biaya langsung (X1) dan biaya
orang tua dalam rangka menunjang
tidak langsung (X2) secara bersama-
pendidikan anaknya, baik langsung
sama dengan prestasi belajar siswa (Y)
maupun tidak langsung dibayarkan
melalui persamaan regresi Y = 64,507 +
kepada sekolah,
0,092 X1 + 0,029 X2. Dengan koefisien
dalam
determinasi (R)2 = (0,296)2 = 0,088
pendidikan di SMP Negeri 1 Banjar.
atau
Seperti
8,8%.
Berarti
kontribusinya
rangka
sangat bermanfaat meningkatkan
mutu
kita ketahui bahwa proses
pendidikan tidak dapat berjalan tanpa
sebesar 8,8% Menarik untuk dicermati, bahwa
dukungan biaya yang memadai.
pengeluaran orang tua siswa untuk pendidikan anaknya
yang langsung
dibayarkan kepada sekolah lebih besar
IV. PENUTUP Berdasarkan
temuan
dan
dengan
pembahasan seperti yang dipaparkan di
pengeluaran tidak langsung terhadap
atas, dapat disimpulkan bahwa, (1)
prestasi belajar. Artinya pengeluaran
Satuan biaya pendidikan (unit cost)
orang tua siswa yang tidak langsung
SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran
kontribusinya
dibandingkan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1828
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
2008/2009 yang bersumber dari biaya
meningkatkan
yang dikeluarkan oleh orang tua siswa,
Disamping itu, biaya yang dikeluarkan
biaya dari pemerintah yang dicatatkan
oleh orang tua siswa baik langsung
pada RAPBS, serta biaya bantuan siswa
maupun tidak langsung dibayarkan ke
miskin (BSM)
Rp
sekolah, mempunyai kontribusi yang
2.225.620,- per siswa per tahun (2)
signifikan terhadap prestasi belajar
Komposisi biaya yang ditanggung oleh
siswa. Penting untuk diperhatikan oleh
pemerintah dan orang tua siswa pada
pihak pengelola sekolah, yaitu mencari
tahun pelajaran 2008/2009 adalah Rp
sumber dana di luar dana Bantuan
3.358.056.900 : Rp 1.723.250865, total
Operasional Sekolah (BOS), hal itu
biaya
dilakukan
adalah
pendidikan
sebesar
sebesar
Rp
mutu
karena
pendidikan.
keterbatasan
5.081.307.765, atau 66,09% : 33,91%.
penggunaan dari dana BOS. Apabila
Komposisi biaya yang ditanggung oleh
sumber
pemerintah (di luar gaji dan biaya
diupayakan, maka akan bisa dipakai
investasi)
untuk
dengan
biaya
yang
dikeluarkan oleh orang tua siswa adalah
dana
di
membiayai
luar
BOS
bisa
kegiatan-kegiatan
sekolah di luar ketentuan BOS.
24,75% : 75,25%. (3) Ada hubungan yang signifikan antara biaya langsung yang dikeluarkan oleh orang tua siswa terhadap sekolah dengan prestasi belajar siswa. Ada hubungan yang signifikan antara
biaya
tidak langsung
dikeluarkan oleh
orang
tua
yang siswa
dengan prestasi belajar siswa. Ada hubungan
yang
signifikan
secara
bersama-sama antara biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan oleh orang tua siswa dengan prestasi belajar siswa. Dari
simpulan
yang
dikemukakan di atas dapat diketahui biaya minimum ideal yang diperlukan oleh
sekolah
dalam
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOS Buku. Jakarta: Depdiknas, Departemen Agama -----------. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas. -----------. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Fatah, Nanang. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
rangka
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1829
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. 2008. Jakarta: Depdiknas Supriadi, Dedi. 2003. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta ----------------. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1830
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBANTUAN CERITA DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR CALISTUNG PESERTA DIDIK KELAS III A SDN 1 SEMARAPURA TENGAH
Werti, Ni Nengah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) aktivitas belajar calistung, (2) prestasi belajar membaca, (3) prestasi belajar menulis, dan (4) prestasi belajar berhitung peserta didik kelas III SDN 1 Semarapura Tengah. Subjek penelitian tindakan kelas ini peserta didik kelas III A SDN 1 Semarapura Tengah yang berjumlah 49 orang. Penelitian dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran tematik berbantuan cerita dalam pembelajaran calistung. Untuk mengukur aktivitas belajar peserta didik digunakan lembar pengamatan aktivitas belajar, sedangkan untuk mengukur prestasi belajar digunakan tes prestasi belajar. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I sebesar 59,83 dengan kategori sedang, pada siklus II meningkat menjadi 73,84 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata nilai prestasi belajar peserta didik pada siklus I untuk kemampuan membaca, dari 72,41, berkategori sedang pada siklus II meningkat menjadi 78,45, dengan kategori tinggi, kemampuan menulis peningkatannya dari 70,39 berkategori sedang menjadi 78,02 berkategori tinggi pada siklus II, sedangkan kemampuan berhitung siklus I rata-ratanya 63,61 berkategori sedang, pada siklus II meningkat menjadi 72,99 berkategori tinggi. Hasil wawancara dengan peserta didik menunjukkan bahwa rata-rata peserta didik menyatakan sangat senang dengan penerapan pembelajaran tematik berbantuan cerita. Pendidik dapat mengembangkan model pembelajaran ini pada pokok bahasan lain, bahkan dapat mengolaborasikan dengan seting inkuiry terbimbing sehingga dapat memberikan suasana baru dan menyenangkan dalam belajar yang akhirnya dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Kata kunci: model pembelajaran tematik, aktivitas, dan prestasi belajar calistung.
THE IMPLEMENTATION OF THEMATIC LEARNING ASSISTED BY STORIES TO IMPROVE STUDENTS’ ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT IN READING, WRITING AND MATH OF CLASS IIIA SD N 1 SEMARAPURA TENGAH.
ABSTRACT This study aimed at: 1) enhancing learning activities in reading, writing and math, 2) improving students’ achievement in reading, 3) improving students’ achievement in writing; and 4) improving students’ achievement in math of grade III at SDN 1 Semarapura Tengah. The number of the subject was 49 students. This research was carried out in three cycles. The learning model which was implemented through this research was thematic learning model assisted by stories to improve students’
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1831
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
activities and achievement in reading, writing and math. Observation sheet was used to measure students’ activities in learning. Meanwhile, students’ achievement test was used to measure students’ achievement and it was given at the end of every cycle. In this research, the obtained data were analyzed descriptively. The result of the study shows that: 1) the implementation of thematic learning model assisted by stories can improve students’ activities of IIIA class at SDN 1 Semarapura Tengah. This can be seen from the students’ average score of learning activities on the first cycle the mean score was 59.83 which could be categorized into medium category improve become 73.84 which was categorized into high category, on the second cycle. 2) the implementation of thematic learning model assisted by picture can improve the students’ achievement of class IIIA of SDN 1 Semarapura Tengah. This can be seen from students’ average score in reading On the first cycle, from 72.41 (medium category). On the second cycle it improved become 78.45, and it can be categorized into high category. The improvement of students’ average score in writing from 70.39 which can be categorized into medium category on the first cycle. On the second cycle it improved become 70.82 which can be categorized into high category. The students’ achievement in math on the first cycle can be seen from the average score that is 63.61 which can be categorized into medium category. On the second cycle, it improved become 72.99 which can be categorized into high category. 3) The result of the interview about the implementation of thematic learning model assisted by Stories shows that most of the students have positive appreciation toward the implementation of the learning model. The teacher are able to develop this learning model in various theme and also able to collaborate this model with discovery inquiry model in order to give a new and fun learning environment that can motivate the students to learn. Key words : thematic learning model, activities and students’ achievement
Depdiknas, (2007) dalam Naskah
I. PENDAHULUAN Undang-Undang
Sistem
Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum
Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab
SD pada butir c menyatakan bahwa:
III, Pasal 4 ayat 2 tentang Sistem
Pembelajaran
pada
Pendidikan
dilaksanakan
melalui
Nasional
(Sisdiknas),
kelas
III
pendekatan
mengamanatkan bahwa prinsip-prinsip
tematik, sedangkan pada kelas IV s.d.
penyelenggaraan
pendidikan
VI dilaksanakan melalui pendekatan
diselenggarakan
dengan
mata pelajaran. Kelas III merupakan
membaca,
awal untuk pelaksanaan pendekatan
menulis, dan berhitung bagi segenap
mata pelajaran di kelas IV, maka
warga masyarakat. Tindak lanjut dari
pelaksanaan pembelajaran tematik di
undang-undang
kelas III lebih diorientasikan kepada
mengembangkan
budaya
tersebut
berupa
pengembangan pembelajaran tematik.
penguatan dasar-dasar mata pelajaran yaitu, baca, tulis, dan hitung sebagai
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1832
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
persiapan
untuk
pendekatan
mata
pelajaran secara utuh di kelas IV.
ISSN 1858 – 4543
Berdasarkan hasil pengamatan awal (prapenelitian) terhadap peserta didik
Pembelajaran tematik di sekolah
kelas III A, yang menjadi subjek
dasar (SD) akan mempengaruhi mutu
penelitian,
pendidikan pada tingkat pendidikan
wawancara dengan Kepala SD N.1
dasar, khususnya Sekolah Dasar (SD).
Semarapura Tengah, dan pendidik yang
Sebagai pilar pembelajaran tematik,
mengajar di Kelas III pada sekolah
maka kemampuan membaca, menulis,
tersebut,
dan berhitung harus diyakini mampu
sebagai penyebab rendahnya aktivitas
menumbuhkan
dan prestasi belajar calistung peserta
kemampuan
berpikir
diperjelas
dengan
terungkap
permasalahan
Pembelajaran
logis, dan sistematis peserta didik, serta
didik
mampu
meningkatkan
tematik yang rohnya adalah membaca,
peserta
didik
dalam
keterampilan merefleksikan
yaitu
hasil
menulis,
dan
pikiran dan idenya. Peserta didik yang
dipergunakan
mampu
dan
sampai saat
berhitung dengan baik, cenderung lebih
dilaksanakan
mudah mengikuti pelajaran lainnya di
(terintegrasi).
membaca,
sekolah.
menulis,
Selanjutnya,
bahwa
berhitung dalam
yang
pembelajaran
ini belum
sepenunya
secara
terpadu
dengan
Berdasar pada fenomena yang
kemampuan membaca, menulis, dan
bertolak belakang di atas maka pendidik
berhitung (matematika), peserta didik
mesti
akan
kognitif
mampu
memahami
ilmu
mengembangkan kemampuan peserta
didik
dalam
pengetahuan dan teknologi dengan baik.
pembelajaran membaca, menulis, dan
Sebaliknya, peserta didik yang lemah
berhitung yang diistilahkan dengan
pada ketiga bidang tersebut cenderung
calistung melalui inovasi pembelajaran
mengalami
yang sesuai dengan kebutuhan dan
kesulitan
mengembangkan
dalam
kemampuannya
terutama kemampuan kognitif. Sayangnya di beberapa sekolah
tuntutan peserta didik.
Salah satu
bentuk pengembangan pembelajaran yang
dipilih
adalah
implementasi
dasar, ketiga bidang tersebut belum
pembelajaran tematik dengan bantuan
sepenuhnya menjadi perhatian pendidik
cerita.
dan pihak sekolah lainnya walaupun pemerintah
telah
Penggunaan bantuan cerita yang
mengeluarkan
dimaksud bisa berupa cerita rekaman,
kebijakan untuk ketiga bidang tersebut.
cerita bergambar, cerita berseri, dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1833
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
cerita rekaan. Pendidik memilih cerita
tematik di kelas III A SD N.1
yang dianggap cocok dengan materi
Semarapura Tengah pada semester I,
pelajaran, kemudian disesuaikan dengan
maka penulis mengadakan penelitian
lingkungan dan kondisi peserta didik.
tindakan
Pengimplementasian
kelas
dengan
judul:
“Implementasi Pembelajaran Tematik
pembelajaran tematik berbantuan cerita
Berbantuan Cerita dalam Meningkatkan
dapat diterapkan dengan berbagai cara,
Aktivitas
dan
misalnya saat peserta didik belajar
Membaca,
Menulis
matematika atau menulis, peserta didik
(Calistung ) Peserta Didik kelas III SD
diberikan
N.1 Semarapura Tengah.” Penelitian ini
pancingan
menarik sehingga pelajaran
yang
cerita-cerita
tertarik sedang
terhadap diajarkan.
bertujuan
Prestasi dan
Berhitung
untuk
peningkatan:
1)
Belajar
mengetahui
aktivitas
belajar
Selanjutnya pendidik bisa merespons
calistung, 2) prestasi belajar membaca,
peserta didik untuk melengkapi cerita
3) prestasi belajar menulis peserta didik
yang belum lengkap, atau pendidik
dan, 4) prestasi belajar berhitung kelas
membagikan buku cerita, peserta didik
III SD N.1 Semarapura Tengah.
diberi tugas membaca buku cerita tersebut, kemudian disuruh menjawab pertanyaan secara lisan atau tertulis.
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian tindakan
diberikan
dengan
research) karena memiliki karakteristik
diajarkan.
yaitu: 1) problem yang dipecahkan
hitungan
kompetensi Briggs
dasar
(dalam
menyatakan
sesuai yang
Lasmawan
bahwa
dengan
kelas
(classroom
action
Bersumber dari cerita peserta didik
2007)
merupakan
persoalan
praktis
teknik
dihadapi pendidik dan peneliti dalam
penyajian lintas materi secara otomatis
kehidupan
sudah terjadi jaringan materi antar-
memberikan treatment berupa tindakan
kompetensi dasar membaca, menulis
yang terencana untuk memecahkan
dan
permasalahan sekaligus meningkatkan
berhitung,
sekaligus
terjadi
sehari-hari;
kualitas
secara
implikasinya oleh subyek yang diteliti;
efektif
dan
menyenangkan. Terkait pengimplementasian
dapat
peneliti
pengintegrasian pembelajaran tematik sederhana,
yang
2)
yang
dirasakan
3) langkah-langkah penelitian yang dengan pembelajaran
direncanakan siklus,
selalu
tingkatan
dalam
atau
daur
bentuk yang
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1834
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
memungkinkan
kerja
tematik belum sepenuhnya terpadu.
kelompok maupun kerja mandiri secara
Objek penelitian tindakan kelas ini
intensif; dan 4) adanya langkah berpikir
adalah 1) aktivitas belajar peserta didik
reflektif oleh peneliti baik sesudah
yang
maupun sebelum tindakan.
mengajukan
Berlatar
terjadinya
ISSN 1858 – 4543
dari
meliputi
aktivitas
pertanyaan,
dalam menjawab
karakteristik
pertanyaan, kerjasama, menyumbang
masalah yang dikaji, langkah pertama
saran, mengambil simpulan, dan 2)
yang dilakukan oleh peneliti untuk
prestasi belajar calistung.
mengembangkan metode ini, diawali dengan
kegiatan
observasi
awal.
Secara
rinci,
langkah-langkah
konsep
dasar
penelitian
yang
Temuan-temuan dalam observasi awal
dikembangkan sesuai dengan desain
itu dijadikan sebagai dasar dalam
PTK. Desain PTK berbentuk siklus-
menyusun rancangan tindakan kelas
siklus. Satu siklus terdiri atas empat
yang
fase. Dalam penelitian jumlah siklus
akan
dilakukan
pada
tahap
selanjutnya.
yang dilakukan ditentukan oleh hasil
Subjek penelitian tindakan kelas
atau
tingkat
keberhasilan
siklus
ini adalah peserta didik kelas III A SD
sebelumnya. Jika pada siklus tertentu
N.1 Semarapura Tengah, semester 1
sudah
tahun pelajaran 2010/2011, dengan
diharapkan, maka penelitian ini tidak
jumlah 49 orang. Dipilihnya kelas III A
akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
sebagai subjek penelitian karena pada
Desain penelitian ini dapat digambarkan
kelas tersebut ditemukan permasalahan,
sebagai berikut:
didapatkan
hasil
yang
yaitu pengimplementasian pembelajaran
Fase Pelaksanaan Fase Perencanaan
Fase Pemantauan Fase Evaluasi dan
Gambar 1. Fase Siklus Pembelajaran (diadaptasi dari Marhaeni, 2005;8)
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1835
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Data dan metode yang diperlukan
nilai terendahnya adalah 0. Nilai yang
dalam penelitian ini meliputi : 1) data
diperoleh peserta didik pada akhir siklus
dalam perencanaan tindakan, 2) data
dirata-ratakan, kemudian nilai aktivitas
pelaksanaan proses pembelajaran, yang
peserta didik tersebut dikategorikan
meliputi data aktivitas belajar peserta
dalam lima skala.
didik, dan 3) data prestasi belajar yang meliputi:
belajar
digunakan pada tiap akhir pertemuan
membaca, data prestasi belajar menulis
dan pada akhir siklus berbentuk LKS,
dan data prestasi belajar berhitung
dengan model tes pilihan ganda, uraian,
(calistung). Data penelitian dianalisis
asesmen
dengan menggunakan analisis deskriptif
assesmen),
kualitatif.
data
diskusi, dan wawancara. Setiap tes
deskriftif kualitatif adalah (1) tabulasi
dibantu dengan cerita dengan judul
data,
berbeda.Validitas tes diuji oleh dosen
(2)
data
prestasi
Jenis tes prestasi belajar yang
Prosedur
analisis
reduksi
data
pengelompokan
kategori,
interpretasi,
(4)
dan
melalui (3)
pengambilan
kinerja
(Performance
observasi,
pembimbing
dengan
pertanyaan,
menggunakan
expert judgsement terhadap validitas isi
simpulan. Hasil analisis data tersebut
sebelum
selanjutnya digunakan untuk melakukan
Validitas tes diukur dengan pendekatan
refleksi terhadap kinerja siklus.
rasional dengan membandingkan antara
Aktivitas belajar peserta didik yang
telah
diamati,
dicatat,
dan
diberikan penilaian sesuai dengan skala
tes
tersebut
digunakan.
kisi-kisi soal dengan butir-butir soal, di mana kisi-kisi soal disesuaikan dengan materi pada kurikulum.
penilaian aktivitas belajar peserta didik.
Data prestasi belajar peserta
Aktivitas peserta didik yang diobservasi
didik dianalisis secara deskriptif, yaitu
selama pembelajaran terdiri dari 4 poin,
dengan mencari angka rata-rata (M),
di mana setiap poin masing-masing
median (Md), dan Modus (Mo), yang
terdiri dari 5 karakteristik sehingga
dilanjutkan dengan menggambar grafik
dapat ditentukan skor tertinggi ideal
histogram. Median adalah nilai tengah
adalah 20 dan skor terendah ideal
dari distribusi
adalah 0. Nilai peserta didik diperoleh
sedangkan Modus adalah nilai yang
dari skor
memiliki frekuensi
total aktivitas dikali 5
sehingga nilai ideal tertinggi aktivitas
frekuensi
kumulatif,
tertinggi dalam
distribusi (Dantes 2007).
belajar peserta didik menjadi 100 dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1836
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Indikator keberhasilan aktivitas
pertemuan; d) Menyusun jaringan tema;
belajar dan prestasi belajar adalah
e)
adanya
dan
pembelajaran tematik berbantuan cerita
didik.
untuk kelas 3 semester I, mata pelajaran
peningkatan
prestasi
belajar
aktivitas peserta
Menyusun
silabus
RPP
Keberhasilan tindakan kelas mengacu
bahasa
pada
Kriteria Ketuntasan Minimal
menulis) dan matematika (berhitung)
(KKM) yang telah ditetapkan di SD N.1
lengkap dengan skenario pembelajaran,
Semarapura
dan
Tengah,
yaitu
Bahasa
Indonesia
dan
materi
(membaca
dan
pembelajarannya;
f)
Indonesia = 73 dan matematika = 65,
menyusun LKS
(KTSP 2010 SD N.1
Semarapura
kemampuan calistung peserta didik di
Tengah). Aktivitas belajar dan prestasi
akhir proses pembelajaran untuk setiap
belajar
dikatakan
pertemuan; g) menyusun instrumen
meningkat apabila nilai yang diperoleh
penelitian; h) Menyiapkan bahan dan
peserta didik minimal sama atau lebih
alat peraga pembelajaran, tape recorder,
tinggi dari KKM.
kaset rekaman cerita, laptop dan LCD,
peserta
didik
sebagai alat ukur
gambar uang, uang saku, dan hadiah ( reward);
III. HASIL PENELITIAN
i)
membentuk
kelompok
Pelaksanaan tindakan siklus I
diskusi ; dan j) menyiapkan catatan
dilakukan melalui empat tahapan /fase
harian untuk mencatat hal-hal yang
tindakan.
tidak
Pada
tahap
perencanaan
terangkum
disusun rencana pelaksanaan tindakan
penelitian
kelas siklus I
berlangsung.
dengan menggunakan
model pembelajaran tematik berbantuan cerita.
Tahapan
perencanaan
dalam
selama
instrumen
pembelajaran
Berdasarkan data nilai awal peserta
didik
pada
pelaksanaan tindakan siklus I antara lain
membaca,
: a) mendata hasil nilai ulangan umum
diketahui
kelas III pada semester II prakenaikan
ketuntasannya
kelas, untuk selanjutnya data tersebut
sedangkan
dianalisis
mencapai 42, 86 %. Hasil yang dicapai
sebagai
perencanaan
upaya
persiapan
penelitian;
b)
masih
menulis
kemampuan
bahwa
dan
berhitung
bahasa
Indonesia
mencapai 36, 73 %,
matematika ketuntasannya
tergolong
belum
KKM
Secara
mensosialisasikan pembelajaran tematik
memenuhi
berbantuan cerita; c) mempersiapkan
individu peserta didik yang belum
bahan
tuntas untuk mata pelajaran bahasa
bacaan
cerita
untuk
setiap
standar
rendah,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1837
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Indonesia berjumlah 31 orang (63,27
pertemuan II yaitu mencermati gambar
%),
pelajaran
uang, menuliskan lambang bilangan
matematika peserta didik yang belum
dalam bentuk panjang terdiri dari
tuntas berjumlah 28 orang ( 57,14 %).
ribuan, ratusan, puluhan dan satuan, dan
sedangkan
untuk
Berpijak dari hasil pengamatan
menghitung uang saku. Berikutnya
awal dan diperkuat dengan prestasi
mengerjakan
belajar
membahas
peserta
didik
pada
tahap
postes LKS,
pada tanya
LKS, jawab,
observasi awal, peneliti memutuskan
melengkapi catatan, dan penyampaian
menerapkan
kriteria
tematik
model
cerita.
penilaian
aktivitas
belajar,
Sebagai
kemampuan membaca, menulis dan
langkah inovasi untuk menampilkan
berhitung. Pada pertemuan III, peserta
salah satu model alternative dalam
didik diajak menyimak tayangan cerita,
pembelajaran tematik.
dari tayangan cerita itu peserta didik
tiga
berbantuan
pembelajaran
Pelaksanaan siklus I terdiri dari
berdiskusi
kelompok,
pertemuan,
pertanyaan
bacaan
pertemuan
di
mana
disiapkan
setiap
menjawab pada
LKS,
skenario
melengkapi paragraf rumpang. Bersama
pembelajarannya. Selanjutnya peneliti,
kelompok mendeskripsikan tentang isi
bersama
cerita
pendidik
yang
mengimplementasikan berkolaborasi menerapkan
di
materi
menghitung
untuk
diterima,
tematik
membaca
kelas
pembelajaran
dalam
bentuk
jumlah menulis
tulisan,
hadiah jumlah
lambang
hadiah, bilangan,
berbantuan cerita. Pertemuan I pada
mengoreksi
pelaksanaan
I
Sedangkan pertemuan IV akhir dari
materi menyimak cerita,
penelitian siklus I, khusus digunakan
menjawab pertanyaan tentang isi cerita,
untuk menjawab soal-soal tes prestasi
menyebutkan
selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).
tindakan
membahas
siklus
tokoh-tokoh
cerita,
menulis kalimat tanya, mengomentari tokoh-tokoh
cerita,
membaca
teks
kebenaran
yang
tulisan.
Rata-rata nilai aktivitas belajar peserta didik pada tiap pertemuan
cerita, menjawab pertanyaan teks pada
mengalami
LKS sebagai postes, menceritakan isi
pertemuan ke-2 peningkatan aktivitas
teks dalam bentuk tulisan, dan mencatat
belajar sebesar 0,61, sedangkan pada
materi
Materi
pertemuan ke-3 meningkat sebesar 1,33,
pada
namun melalui pengamatan peneliti
pembelajaran.
pembelajaran
yang
diberikan
peningkatan,
pada
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1838
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
aktivitas peserta didik masih perlu
ISSN 1858 – 4543
Data
perkembangan
nilai
ditingkatkan karena pencapainnya baru
prestasi belajar membaca, menulis dan
mencapai kategori sedang. Terjadinya
berhitung
peningkatan nilai aktivitas peserta didik
mengalami
sudah cukup mengindikasikan bahwa
pertemuan ke- 2, kemampuan membaca
aktivitas belajar peserta didik melalui
meningkat
model pembelajaran tematik berbantuan
sebesar: 3,63, dan berhitung mengalami
cerita untuk setiap pertemuan semakin
peningkatan sebesar: 2,86, sedangkan
meningkat,
bahwa
pada pertemuan ke-3 masing-masing
penerapan model pembelajaran tematik
kemampuan mengalami peningkatan
berbantuan cerita mendapat tanggapan
yaitu : membaca, 2,24; menulis sebesar
positif dari peserta didik.
1,90 dan berhitung sebesar 2,45. Rata-
dan
mencirikan
untuk
setiap
pertemuan
peningkatan,
sebesar:
5,0,
pada
menulis
Prestasi belajar peserta didik
rata nilai peserta didik pada siklus I
untuk masing-masing kemampuan yaitu
dapat dirinci sebagai berikut: membaca
membaca, menulis dan berhitung mulai
= 72,41; menulis = 70,39 dan berhitung
dari nilai prestasi belajar pada akhir
= 63,61, sedangkan ketuntasan klasikal
pertemuan
untuk kemampuan membaca mencapai
dengan
pertama,
sampai dan
47 %, untuk kemampuan menulis 22 %,
dijumlahkan dengan nilai tes prestasi
dan ketuntasan klasikal berhitung 55 %.
belajar
ketiga
kedua
akhir
dirata-ratakan
siklus
sehingga
Penelitian dikatakan berhasil
diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar
jika rata-rata nilai peserta didik lebih
peserta
besar atau sama dengan standar KKM
didik
I,
untuk
kemampuan
membaca, menulis dan berhitung siklus
(Kriteria
I. Setelah diperoleh rata-rata nilai
ketuntasan klasikal peserta didik lebih
prestasi belajar peserta didik untuk
besar atau sama dengan 85 %. Jadi
masing-masing kemampuan, rata-rata
berdasarkan hasil prestasi belajar yang
nilai
membaca,
diperoleh peserta didik pada penelitian
menulis dan berhitung itu digabungkan
siklus I dapat disimpulkan bahwa
atau direkap sehingga mendapatkan
penelitian
rekap
dilanjutkan ke siklus II.
untuk
nilai
kemampuan
kemampuan
membaca,
Ketuntasan
belum
Minimal)
berhasil,
dan
perlu
Dari hasil
menulis dan berhitung (calistung) untuk
wawancara terhadap 8 (delapan) orang
siklus I.
perwakilan masing-masing kelompok diketahui bahwa mereka senang belajar
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1839
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
tematik dengan menggunakan cerita
menjawab tes postes pada LKS, karena
sebagai bantuannya.
Kendala
yang
postes yang mereka jawab meliputi tiga
dihadapi
didik
ketika
pokok bahasan yaitu membaca, menulis
pembelajaran
tematik
peserta
mempelajari
dan berhitung (calistung).
berbantuan cerita adalah terbatasnya
berdiskusi
waktu
belum
yang
dialokasikan
untuk
kelompok
bisa
5)
peserta
berkolaborasi
saat didik
dengan
menjawab postes. Jumlah cerita yang
anggota kelompoknya, sebagian besar
dibagikan juga terbatas, yaitu 2 bacaan
masih
untuk
membahas materi diskusi. 6) peserta
setiap
kelompok,
sehingga
terkesan
peserta didik sulit memahami isi bacaan
didik
secara maksimal.
menyumbang
Berlatar
mengalami
dalam
kesulitan
saran,
ide
saat yang
pelaksanaan
dikemukakan belum jelas, selanjutnya
tindakan siklus I yang diperkuat melalui
pada saat mengambil simpulan hampir
hasil observasi dapat dipaparkan bahwa
seluruh
1) proses pembelajaran pada siklus I
mencapai nilai aktivitas maksimal. Jadi
secara umum belum dapat berjalan
aktivitas belajar peserta didik baru
optimal. Hal ini nampak dari sebagian
mencapai (57%) dari 49 peserta didik,
peserta didik yang belum mampu untuk
berada pada kategori sedang. 7) rata-
mengikuti model pembelajaran tematik
rata prestasi belajar peserta didik pada
berbantuan cerita, karena peserta didik
postes
terbiasa mengikuti proses pembelajaran
menunjukkan bahwa sebagian besar
terpisah
2)
nilai peserta didik belum memenuhi
kesiapan peserta didik juga tampak
kriteria ketuntasan yang ditetapkan,
belum maksimal, peserta didik lebih
untuk kemampuan membaca peserta
terpaku pada pendidik yang hadir ke
didik yang masuk kategori tuntas baru =
kelasnya lebih dari satu orang. 3)
.21 orang (= 47 %), kemampuan
peserta didik merasakan kekurangan
menulis 11 orang tuntas (22%), dan
waktu untuk memahami isi bacan,
kemampuan berhitung baru bisa tuntas
karena bacaan dibagikan langsung saat
sebanyak 27 orang (55%).
antar
dari
individual
matapelajaran.
peserta
dan
tes
didik
akhir
belum
siklus
bisa
I
proses pembelajaran, dan jumlah bacaan
Berpedoman dari temuan pada
belum sesuai dengan jumlah peserta
pembelajaran siklus I seperti diuraikan
didik. 4) pengalokasian waktu 20 menit
di atas, selanjutnya dilakukan beberapa
sangat singkat untuk mereka berpikir
langkah perbaikan untuk mengatasi
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1840
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
kendala tersebut yaitu: 1) peserta didik
Langkah-langkah
diberikan penekanan mengenai model
pengimplementasiannya pada intinya
pembelajaran
proses
sama dengan pelaksanaan pembelajaran
pengimplementasiannya di kelas, 2)
tematik berbantuan cerita pada siklus I.
peserta didik diberikan penjelasan yang
Dimulai
lebih rinci mengenai sistem penilaian
calistung,
yang dilakukan, baik dari segi prestasi
menugaskan peserta didik untuk duduk
belajarnya, maupun sistem penilaian
berkelompok, tiap anggota kelompok
untuk aktivitas belajar yang ditetapkan,
membaca cerita yang sudah dibagikan
3) menggunakan bantuan cerita yang
sebelumnya
berbeda-beda untuk setiap pertemuan
berdiskusi kelompok tentang isi bacaan.
sebagai upaya agar peserta didik tidak
Sebelum
bosan pada satu cerita, cerita dibagikan
menginformasikan
satu hari sebelum pelaksanaan tindakan
sistem penilaian yang dilakukan pada
dilaksanankan, jumlah naskah cerita
saat proses pembelajaran sampai pada
sesuai dengan jumlah peserta didik. 4)
proses mengerjakan postes pada LKS.
menambah waktu pengerjaan postes
LKS dimanfaatkan oleh peserta didik
melalui LKS dari 20 menit menjadi 35
sebagai penuntun peserta mereka dalam
menit. 5) mengitensifkan bimbingan
belajar.
tematik
dan
untuk masing-masing kelompok belajar.
dengan
pemberian
selanjutnya
secara
LKS
materi pendidik
bergilir,
dibagikan
dan
pendidik
kembali
tentang
Sistem penilaian yang dilakukan
Hasil refleksi yang ditemukan pada
pada
pelaksanaan tindakan siklus I, dijadikan
mencakup penilaian prestasi belajar dan
acuan
hasil aktivitas peserta didik dalam
dalam pelaksanaan tindakan
siklus II.
tahap
pelaksanaan
tindakan
pembelajaran. Aspek prestasi belajar
Pelaksanaan tindakan siklus II,
ditunjukkan
melalui
postes
yang
mulai dari perencanaan, sampai pada
dilaksanankan setiap akhir pertemuan
refleksi pada dasarnya sama dengan
dan tes akhir siklus II.
pelaksanaan tindakan siklus I. Pada
Rata-rata nilai aktivitas belajar
tahap pelaksanaan tindakan siklus II
peserta didik pada siklus II untuk tiap
peneliti dan pendidik yang bertugas
pertemuan
menyajikan
pembelajaran
pada pertemuan ke-1, 2, dan 3, kategori
skenario
yang dicapai tinggi, sedangkan di akhir
pembelajaran tematik berbantuan cerita.
siklus rata-rata nilai peserta didik
kembali
materi menerapkan
mengalami
peningkatan,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1841
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
mencapai 73, 84 tinggi.
dengan kategori
Berdasarkan
keberhasilan,
kategori
penelitian
ISSN 1858 – 4543
model
pembelajaran
tematik
yang
dimodifikasi dengan cerita.
dikatakan
Beberapa
temuan
selama
berhasil jika aktivitas belajar peserta
pelaksanaan tindakan siklus II antara
didik minimal berada pada kategori
lain:
tinggi, karena rata-rata nilai aktivitas
pembelajaran telah berlangsung sesuai
belajar peserta didik yang berhasil
dengan skenario pembelajaran yang
dicapai pada akhir siklus II sebesar 73,
direncanakan, sehingga prestasi belajar
84
dengan
tinggi,
kategori
1)
secara
umum
proses
maka
yang diharapkan dapat tercapai. Kondisi
penelitian ini jika dilihat dari segi
pembelajaran pada siklus II berlangsung
aktivitas belajar peserta didik dapat
lebih kondusif, di mana peserta didik
dikatakan berhasil.
sudah lebih antusias berdiskusi, selain
Mengacu pada perbaikan proses
itu
mereka
pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
beradaptasi
siklus
dengan
I,
tindakan
maka
pada
pelaksanaan
siklus II tampak adanya
juga
sudah
dengan
model
mampu
kelompoknya
pembelajaran
yang
diterapkan, 2) nilai aktivitas belajar
peningkatan proses pembelajaran yang
peserta
diperlihatkan
peningkatan
peningkatan kualitas yaitu dari kategori
prestasi belajar dan aktivitas belajar
sedang menjadi kategori tinggi pada
peserta didik. Prestasi belajar peserta
siklus II, 3) keaktifan peserta didik saat
didik untuk masing-masing kemampuan
berdiskusi
yaitu membaca, menulis dan berhitung
menunjukkan usaha untuk memajukan
untuk setiap
kelompoknya, 4) peserta didik paling
melalui
pertemuan meningkat,
didik
menunjukkan
kelompok
aktif
dan berhitung 72,99, sedangkan untuk
pertanyaan, 5) keaktifan bekerjasama
ketuntasan
masing-masing
dengan kelompok, menyumbang saran
sebesar: membaca = 98 %, menulis = 98
dan menyimpulkan hasil diskusi juga
%, dan berhitung = 96 %, dengan
sudah menunjukkan aktivitas tinggi. Hal
kategori
tuntas.
Hasil
wawancara
dan
sudah
yaitu: membaca 78,45, menulis 78,02
klasikal
bertanya
adanya
menjawab
ini menandakan bahwa peserta didik
dengan peserta didik juga menunjukkan
memberi
respons
positif
terhadap
bahwa model pembelajaran tematik
penerapan
pembelajaran
tematik
berbantuan cerita ternyata membuat
berbantuan cerita, 6) pemberian materi
para siswa sangat senang belajar dengan
cerita lebih awal
ternyata dapat
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1842
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
merespons peserta didik untuk lebih
IV. PENUTUP
awal melatih dirinya membaca di
Pembelajaran
tematik
rumah, berpengaruh juga pada diri
berbantuan cerita dapat meningkatkan
peserta didik lebih aktif memberikan
aktivitas
saran dan membuat simpulan, karena
membaca, prestasi belajar menulis, dan
mereka lebih awal mengetahui isi
prestasi belajar berhitung peserta didik.
bacaan yang akan dibahas. 7) pemberian
Rata-rata nilai aktivitas belajar peserta
LKS secara individu sangat membantu
didik meningkat dari 59,83 dengan
mereka untuk lebih saksama dapat
kategori sedang pada siklus I menjadi
memahami pertanyan dan membantu
73,84 dengan kategori tinggi pada
peserta
leluasa
siklus II. Rata-rata nilai prestasi belajar
jawaban
peserta didik meningkat untuk setiap
didik
mengemukaakan dan
lebih kebenaran
kebenaran
tulisannya.
8)
belajar,
kemampuan,
prestasi
yaitu
belajar
kemampuan
penanmbahan waktu pengerjaan LKS
membaca dari 72,41 dengan kategori
dari 20 menit menjadi 35 menit sangat
sedang pada siklus I menjadi
berpengaruh juga pada hasil belajar
dengan kategori tinggi pada siklus II,
peserta
dapat
dan ketuntasan klasikal mengalami
menunjukkan hasil membaca melalui
peningkatan dari 47 % pada siklus I
jawaban
pertanyaan
menjadi 98 % pada siklus II.
menulis
dari
didik,
pertanyaan penjumlahan,
dan
mereka
bacaan,
hasil
78,45
menulis
jawaban
Perubahan yang terjadi pada diri
hasil
berhitung
peserta didik dalam proses membaca,
pengurangan
dan
peserta
didik
dapat
dengan
tepat
menghitung jumlah uang bernilai tiga
mengeja huruf, memenggal kata/kalimat
angka melalui soal hitungan dengan
sesuai intonasi yang dimaksud pada
hasil yang lebih optimal. 9) pemberian
wacana,
reward dan pujian tentang kemajuan
ekspresinya saat membaca juga baik.
masing-masing kelompok untuk setiap
Perubahan yang dirasakan peserta didik
pertemuan sangat berpengaruh terhadap
pada kemampuan menulis peserta didik
peningkatan
dapat dengan cepat dan tepat menulis
aktivitas
dan
prestasi
lancar
membaca
dan
belajar peserta didik. Hasil refleksi
kata,
menulis kalimat dan paragrap
selama pelaksanaan siklus II nantinya
serta
dapat
dijadikan dasar untuk
penulisan sesuai kaidah yang telah
tindakan siklus berikutnya.
pelaksanaan
menerapkan
sistem
ditetapkan, menggunakan huruf besar,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1843
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
tanda baca yang sesuai pada penulisan
Terpadunya beberapa kompetensi dasar
kata
dari
atau beberapa matapelajaran dalam satu
dalam
payung tema dan materi pelajaran tidak
pembelajaran berhitung, peserta didik
dibatasi oleh jam pelajaran merupakan
dapat menjumlahkan, mengurangkan,
ciri
bilangan tiga angka serta menghitung
2008).
atau
keberhasilan
kalimat.
Wujud
peserta
didik
jumlah uang. Pembelajaran tematik
pembelajaran
tematik,
(Sukadi
Pengimplementasian
berbantuan cerita secara umum dapat
pembelajaran tematik sangat dianjurkan
meningkatkan aktivitas dan prestasi
agar
belajar
ilustrasi
membaca,
menulis
dan
menggunakan materinya,
sebagai
melalui
cerita
berfikir
akan
berhitung peserta didik. Pendidik lebih
ketegangan
diharapkan untuk memotivasi peserta
berkurang, melalui cerita yang dibaca
didik dengan penghargaan, pujian atau
peserta didik dapat merasakan adanya
reward sehinnga peserta didik merasa
penyegaran
diperhatikan dalam kelas.
adanya rasa nyaman dalam belajar, dan
Pemberian
dalam
pembelajaran,
yang
melalui cerita ada sentuhan pesan-pesan
hendaknya
moral yang dapat mereka tafsirkan,
dibiasakan, karena dalam penerapan
sehingga peserta didik tumbuh dan
pembelajaran tematik banyak submateri
berkembang menjadi insan-insan kamil,
yang
yang berkarakter dan berbudaya.
berlatarkan
LKS
akibat
cerita
cerita
perlu
dibahas.
pengimplementasian tematik
Jika
pembelajaran
sudah dibantu dengan LKS
DAFTAR PUSTAKA
secara otomatis peserta didik akan melakukan kegiatan membaca untuk memahami materi soal, dari hasil membaca
mereka
menghitung
soal
hitungan, selanjutnya hasil hitungan itu mereka tulis dalam bentuk lambang bilangan
maupun
kata/kalimat.
dalam
Penerapan
bentuk materi
pembelajaran membaca, menulis dan berhitung
seperti
ini
menjalin
Dantes, N. 2007. Metodelogi Penelitian, untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaiora.Singaraja : Undiksha Depdiknas.2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas. Depdiknas. 2006.Peraturan Menteri Pendidikan nasional No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Satuan Pendidikan dan Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas.
keterpaduan antar materi pembelajaran.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1844
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Depdiknas, 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SD. Jakarta : Depdiknas Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Lasmawan. I Wayan. 2007.Pembelajaran Tematik dalam Konsep KTSP di Sekolah Dasar.Makalah. (disampaikan dalam Diklat Gugus Kabupaten Klungkung.(tidak diterbitkan). Marhaeni, A.A.I.N.(2005). Penelitian Tindakan Kelas dan Asesmen Pembelajaran Tematik di SD Kelas Awal. Makalah (tidak diterbitkan). Disampaikan pada pelatihan guru SD di Karangasesm (DBEP) Tanggal 10 – 12 Desember 2008. Sarjana,Wayan. 2010. KTSP SD N.1 Semara Pura Tengah. Bab II:22.Klungkung:Depdiknas. Sukadi. 2008. Pembelajaran Tematik. Makalah. (Disampaikan dalam Workshop Fakultas Ilmu Sosial dengan Tema Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik dan IPS Terpadu bagi Guru- guru SD/SMP se- kota Singaraja). Fakultas Ilmu sosial. Universitas pendidikan Ganesha. Singaraja. 19 April 2008.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1845
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KREATIVITAS SISWA (Studi Eksperimen terhadap Para Siswa SMA Dwijendra Denpasar)
Wiryadi, Ni Ketut ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe GI dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar kimia sebelum dan sesudah diadakan pengendalian kovariabel kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan post-test only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Dwijendra Denpasar tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah lima kelas. Dengan memperhatikan kesetaraan kemampuan kelas, diambil secara random sepasang kelas setara sebagai sampel. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan dua instrumen, yaitu kuesioner dan tes. Data kreativitas siswa dikumpulkan dengan kuesioner kreativitas siswa dan data hasil belajar kimia dikumpulkan dengan tes hasil belajar kimia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis varians satu jalur, analisis kovarian satu jalur, dan analisis regresi satu prediktor. Melalui analisis varian satu jalur diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (FA = 6,441; p < 0,05). Selanjutnya, setelah diadakan pengendalian pengaruh kovariabel kreativitas siswa, melalui analisis kovarian satu jalur diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (Fres = 9,322; p < 0,05). Dengan analisis regresi satu prediktor diperoleh hubungan fungsional antara variabel kreativitas siswa dan hasil belajar kimia (R = 0,8995; Freg = 330,500; p < 0,05), dan koefisien determinasi atau kontribusi kreativitas siswa terhadap hasil belajar kimia sebesar 80,91%. Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap hasil belajar kimia, baik sebelum dan sesudah dikendalikan kovariabel kreativitas siswa. Dengan demikian, dapat dianjurkan agar para guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan mempertimbangkan kreativitas siswa dalam merancang dan mengimplementasikan program-program pembelajaran kimia di kelas untuk membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), model pembelajaran konvensional, kreativitas siswa dan hasil belajar.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1846
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
THE EFFECT OF GROUP INVESTIGATION (GI) TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL UPON LEARNING ACHIEVEMENT IN CHEMISTRY BY CONSIDERING STUDENT’S CREATIVITY (An Experimental Study of the Students of SMA Dwijendra Denpasar)
ABSTRACT This study aimed at comparing the effect of two instructional models, i.e., group investigation (GI) cooperative learning model and conventional instructional model upon learning achievement in chemistry before and after controlling the of student’s creativity. This study was an experimental research using Post-Test Only Control Group Design. This population consisted of all Class XI of Science students at SMA Dwijendra Denpasar in the school year 2009/2010. By considering equality of class ability, a couple of equal ability classes were taken at random as the sample. The data were collected with two instruments, i.e., questionnaire and test. The data on student’s creativity were collected by a creativity questionaire, and the data of learning achievement were collected by a chemistry learning achievement test. The hypotheses was tested by using one-way ANOVA, one-way ANACOVA, and one-predictor regression analysis. The results of the analysis show that there was a difference in learning achievement in chemistry between the students who were taught with GI type of cooperative learning model and those who were taught with conventional instructional model (FA = 6,441; p < 0,05). After controlling the effect of student’s creativity, it was found that there was a difference in learning achievement in chemistry between the students who were taught with GI type of cooperative learning model and those who were taught with conventional instructional model (Fres = 9,322; p < 0,05). Trough one-predictor regression analysis it was found that there was a functional relation between student’s creativity and learning achievement in chemistry (R = 0,8995; Freg = 330,500; p < 0,05), and determination coefficient or contribution of student’s creativity on learning achievement in chemistry was 80,91 %. In relation to the findings in this study, it can be concluded that GI type of cooperative learning model affected to the learning achievement in chemistry before and after controlling student’s creativity. Hence, it can be recommended that the teachers implement GI type of cooperative learning model and consider student’s creativity in designing and implementing chemistry instructional programs in the classroom to help the students to improve their learning achievement. Key words:
I.
Group Investigation (GI), cooperative learning model, student’s creativity, learning achievement.
yang beriman dan bertaqwa terhadap
PENDAHULUAN Tujuan
pendidikan
nasional
Tuhan Yang Mahaesa dan berbudi
adalah untuk mencerdaskan kehidupan
pekerti luhur, memiliki pengetahuan
bangsa dan mengembangkan manusia
dan keterampilan, kesehatan jasmani
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
dan rohani, kepribadian yang mantap
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1847
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
dan
mandiri
serta
tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk dilakukan
tujuan
tersebut,
upaya-upaya
ISSN 1858 – 4543
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta telah
peningkatan
psikologis peserta didik. Pendidikan
Ilmu
Pengetahuan
mutu pendidikan secara terus-menerus.
Alam (IPA) khususnya di bidang Kimia
Salah
sebagai
satu
tersebut
di
antara
adalah
upaya-upaya
dikeluarkannya
bagian
seharusnya
pendidikan
mampu
formal
memberikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
kontribusi bagi pembangunan sumber
2005
Nasional
daya manusia yang berkualitas. Untuk
Pendidikan, yang meliputi standar isi,
tujuan itu, pemerintah terus melakukan
standar
kompetensi
berbagai upaya untuk meningkatkan
lulusan, standar pendidik dan tenaga
mutu pendidikan IPA. Beberapa upaya
kependidikan, dan standar penilaian
yang telah dilakukan di antaranya
pendidikan.
Nasional
adalah dengan meningkatkan sarana dan
Pendidikan ini berfungsi sebagai dasar
prasarana pendidikan seperti bantuan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan
operasional, peningkatan kualitas tenaga
pengawasan pendidikkan dalam rangka
pengajar melalui pelatihan, seminar,
mewujudkan pendidikan nasional yang
program
bermutu serta bertujuan
kemitraan antarsekolah dan lembaga
tentang
proses,
Standar
standar
Standar
menjamin
MGMP
dan
program
mutu pendidikan nasional dalam rangka
kependidikan,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
pengembangan kurikulum
membentuk
satunya adalah perubahan Kurikulum
watak
serta
peradaban
bangsa yang bermartabat.
perbaikan
dan
yang salah
Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi
Standar proses pendidikan sesuai dengan yang telah ditetapkan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
Meskipun telah dilakukan upaya
2005 adalah bahwa proses pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan
pada satuan pendidikan diselenggarakan
seperti yang diuraikan di atas, hasil
secara
inspiratif,
yang dicapai belum memenuhi harapan.
menyenangkan, menantang, memotivasi
Artinya, terjadi kesenjangan antara yang
peserta didik untuk berpartisipasi aktif
diharapkan dengan apa yang terjadi di
serta memberikan ruang yang cukup
lapangan. Hal ini tampak dari berbagai
bagi
indikator yang menunjukkan bahwa
interaktif,
prakarsa,
kreativitas,
dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1848
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
kualitas proses dan kualitas produk
berpikirnya. Oleh karena terkait dengan
pembelajaran IPA masih jauh dari
standar proses yang telah ditetapkan dan
harapan (Wartawan dalam Widiana,
permasalahan yang ada, salah satu jalan
2008). Kualitas proses dapat dilihat dari
keluarnya
pelaksanaan pembelajaran yang lebih
menggunakan model pembelajaran yang
banyak menitikberatkan pada target
berbeda dengan model pembelajaran
pencapaian materi dalam kurikulum,
yang biasa digunakan oleh guru. Model
sedangkan kualitas produk dapat dilihat
pembelajaran kooperatif tipe Group
dari nilai ulangan harian dan ulangan
Investigation (GI) adalah salah satu
umum yang belum sesuai dengan
model pembelajaran yang mendekati
harapan.
standar proses yang diamanatkan dalam
Purwanto
(1999) menyebutkan
adalah
dengan
mencoba
peraturan pemerintah dan sesuai dengan
bahwa terdapat dua golongan faktor
paham
yang berpengaruh pada hasil belajar,
memandang bahwa mengajar bukanlah
yaitu faktor individual dan faktor sosial.
memindahkan pengetahuan dari guru ke
Faktor individual adalah faktor yang
siswa, melainkan suatu kegiatan yang
ada pada diri organisme, antara lain
memungkinkan
faktor
membangun sendiri pengetahuannya.
kematangan,
pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
Kimia
konstruktivisme
yang
siswa
merupakan
untuk
ilmu
yang
pribadi; sedangkan faktor sosial antara
termasuk rumpun IPA. Oleh karena itu,
lain faktor keluarga, keadaan rumah
kimia mempunyai karakteristik sama
tangga, guru dan cara mengajarnya,
dengan IPA, meliputi objek ilmu kimia,
alat-alat
dalam
cara memperoleh, serta kegunaannya.
dan
Kimia merupakan ilmu yang pada
kesempatan yang tersedia, dan motivasi
awalnya diperoleh dan dikembangkan
sosial. Jadi, selain model pembelajaran
berdasarkan
yang digunakan, faktor individual siswa
namun pada perkembangan selanjutnya
juga harus mendapat perhatian.
kimia juga diperoleh dan dikembangkan
belajar
yang
dipergunakan
mengajar,
Menurut
lingkungan
(induktif),
(2006),
berdasarkan teori (deduktif). Kimia
lemahnya pendidikan dewasa ini adalah
adalah ilmu yang mencari jawaban atas
lemahnya proses pembelajaran, yakni
pertanyaan
siswa
untuk
bagaimana gejala-gejala alam yang
kemampuan
berkaitan dengan komposisi, struktur
kurang
mengembangkan
Sanjaya
percobaan
didorong
apa,
mengapa,
dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1849
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
dan sifat, perubahan, dinamika, dan
kematangan, pertumbuhan, kecerdasan,
energetika zat. Ada dua hal yang
latihan, motivasi dan faktor pribadi juga
berkaitan dengan ilmu kimia yang tak
perlu mendapat perhatian. Kreativitas
dapat dipisahkan yaitu kimia sebagai
termasuk faktor dalam diri siswa.
produk (pengetahuan kimia yang berupa
Kreativitas dalam diri seseorang bukan
fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori)
semata-mata hal yang dibawa sejak
temuan ilmuwan, dan kimia sebagai
lahir. Menurut Munandar (2004: 12),
proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu,
kreativitas merupakan hasil interaksi
pembelajaran
antara individu dan lingkungannya.
kimia
harus
memperhatikan karakteristik ilmu kimia
Seseorang
sebagai
produk.
dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia
Pembelajaran kimia menekankan pada
berada. Dalam pembelajaran diperlukan
pemberian pengalaman belajar secara
kreativitas,
langsung
dan
berkembang karena pembinaan dan
pengembangan keterampilan proses dan
penerapan model model pembelajaran
sikap ilmiah. Jika dihubungkan dengan
yang inovatif. Secara universal, siswa
model pembelajaran kooperatif tipe GI
mempunyai tingkat kreativitas yang
model pembelajaran kooperatif tipe GI
berbeda-beda. Siswa golongan kreatif
yang
lebih mampu menemukan masalah-
proses
dan
melalui
dilandasi
konstruktivisme
penggunaan
oleh
sangat
paham
sesuai
jika
memengaruhi
masalah
dan
dan
dan
kreativitas
mampu
bisa
memecahkan
diterapkan dalam pembelajaran kimia di
masalah dalam kegiatan belajarnya.
SMA karena dalam tahapan-tahapannya
Perbedaan
model pembelajaran kooperatif tipe GI
siswa menyebabkan kemampuan siswa
memberikan pengalaman belajar secara
untuk
langsung
dalam
melalui
pengembangan
penggunaan
dan
keterampilan proses
dan sikap ilmiah. Model
dapat
yang
kreativitas
memecahkan
pembelajaran
pada
masalah
kimia
juga
berbeda. Oleh karena itu diperkirakan bahwa
pembelajaran
tingkat
kreativitas
akan
mampu
memengaruhi hasil belajar kimia siswa.
diterapkan oleh guru merupakan salah
Agar terjadi peningkatan hasil
satu faktor sosial yang berpengaruh
belajar kimia, di samping diperlukan
pada hasil belajar. Selain faktor sosial
kreativitas
seperti
yang
memikirkan strategi pembelajaran yang
dipilih, faktor individual siswa seperti
sesuai dengan kondisi dan potensi
model
pembelajaran
siswa, guru juga perlu
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1850
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
siswa, serta sesuai dengan karakteristik
kontribusi kreativitas siswa terhadap
materi
hasil belajar kimia?
pembelajaran.
Strategi
pembelajaran yang dipilih oleh guru
Tujuan yang ingin dicapai dalam
terkait dengan model pembelajaran
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
yang digunakan agar siswa dapat lebih
untuk
mudah mencapai tujuan belajarnya
perbedaan hasil belajar kimia antara
sesuai
siswa
dengan
harapan.
Model
mengetahui
yang
apakah
terdapat
mengikuti
model
pembelajaran yang digunakan guru
pembelajaran kooperatif tipe GI dan
dalam
siswa
proses
pembelajaran
amat
yang
mengikuti
model
mencerminkan kualitas pembelajaran di
pembelajaran konvensional, 2) untuk
kelas.
mengetahui apakah terdapat perbedaan Berdasarkan
perlu
dilakukan
pengaruh
uraian
tersebut,
penelitian
tentang
model
pembelajaran
hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti
model
pembelajaran
kooperatif tipe GI dan siswa
yang
kooperatif tipe Group Investigation (GI)
mengikuti
terhadap hasil belajar kimia siswa
konvensional
dengan mempertimbangkan kreativitas
pengendalian kreativitas siswa, dan (3)
siswa.
untuk mengetahui besarnya kontribusi
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1)
model
pembelajaran
setelah
diadakan
kreativitas siswa terhadap hasil belajar kimia.
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
Manfaat teoretis
yang ingin
kimia antara siswa yang mengikuti
dicapai
dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran kooperatif tipe GI
sebagai
berikut:
dan
sumbangan
siswa
yang mengikuti model
(1)
ilmu
pengetahuan
pembelajaran konvensional? (2) Setelah
khususnya
diadakan
kreativitas
memperkaya
siswa, apakah terdapat perbedaan hasil
pembelajaran
belajar
yang
meningkatkan hasil belajar kimia, (2)
pembelajaran
sebagai pijakan atau bahan kajian lebih
siswa yang
lanjut bagi peneliti untuk melakukan
pembelajaran
penelitian dengan ruang lingkup yang
konvensional? (3) Seberapa besarkah
lebih luas sehingga mendapatkan hasil
pengendalian
kimia
mengikuti
antara model
kooperatif tipe GI dan mengikuti
model
siswa
ilmu
memberikan
studi
pendidikan
untuk
tentang
model
dalam
usaha
yang lebih akurat, (3) bagi lembaga
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1851
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pendidikan tenaga kependidikan, hasil penelitian
ini
diharapkan
Model pembelajaran kooperatif
dapat
tipe GI adalah pembelajaran yang
memberikan sumbangan pemikiran dan
dilaksanakan dalam bentuk kelompok
memperkaya bahan bacaan mengenai
kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang
model-model pembelajaran khususnya
siswa. Setiap kelompok bebas memilih
bagi mahasiswa calon-calon guru kimia.
subtopik dari keseluruhan unit materi
Manfaat praktis penelitian ini adalah
yang akan diajarkan dan kemudian
sebagai berikut: (1) dapat dijadikan
menghasilkan laporan kelompok, yang
acuan bagi guru-guru yang mengajar
memiliki enam tahapan pembelajaran,
mata
yaitu (1) tahap pembentukan kelompok,
pelajaran
kimia
untuk
pengembangan metode alternatif dalam
(2)
pembelajaran kimia dan dapat memberi
penyelidikan,
motivasi tersendiri
pengorganisasian, (5) tahap presentasi,
melakukan
bagi guru untuk
modifikasi
mengajar
dari
kebiasaan
yang
tahap
perencanaan,
(3)
(4)
tahap tahap
(6) tahap evaluasi.
mulanya
Model pembelajaran konvensional
berorientasi pada pencapaian target
merupakan model pembelajaran yang
materi semata menuju prilaku pendidik
sudah
yang memperhatikan kepentingan siswa
pembelajaran siswa di SMA Dwijendra
dari aspek psikologisnya, (2) bagi
Denpasar
siswa,
pembelajaran
adalah menjelaskan konsep-konsep lalu
kooperatif tipe GI dapat memberikan
disertai dengan pembahasan contoh-
pengalaman
contoh
penerapan
langsung
sehubungan
dengan kreativitas yang dimilikinya
biasa
dilakukan
yang
soal
urutan
dan
dalam
kegiatannya
diakhiri
dengan
pemberian soal.
dalam menemukan konsep-konsep dan
Kreativitas
adalah kemampuan
mengintegrasikan konsep-konsep yang
seseorang untuk menciptakan sesuatu
mereka
yang
miliki
penelitian
ini
sebelumnya.
baru
bagi
pemecahan
suatu
mampu
masalah yang merupakan kombinasi
menumbuhkan tanggung jawab peserta
baru berdasarkan beberapa data dan
didik,
informasi yang diperoleh sebelumnya.
baik
diharapkan
Hasil
secara
sendiri-sendiri
maupun berkelompok dalam upaya
Konstruk
mencapai hasil belajar yang lebih baik.
digunakan dalam penelitian ini adalah kreativitas
teori
yang
kreativitas
yang
berlandaskan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1852
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
nonaptitude dengan ciri-ciri sebagai
asam basa, titrasi asam basa, larutan
berikut:
penyangga,
1) berani dalam berpendirian, yaitu
hidrolisis garam, sifat larutan garam
berani mengemukakan pendapat,
yang terhidrolisis, pH larutan garam
tidak
yang terhidrolisis.
takut dikritik, tidak
menerima
pendapat
orang
pH
larutan
penyangga,
lain
begitu saja;
II. METODE PENELITIAN
2) tidak bosan, yaitu tidak mudah
Penelitian ini dilakukan di SMA
putus asa dan selalu mencoba lagi
Dwijendra
sampai
menggunakan rancangan post-test only
mendapat
pemecahan
control
masalah, penuh semangat; 3) mempunyai
Denpasar
group
dengan
design.
Populasi
inisiatif,
yaitu
diri
dalam
menghadapi persoalan,
tidak
pelajaran 1009/2010 yang berjumlah 5
menjadi
kelas. Dengan teknik random sampling
memecahkan
dan dengan memperhatikan kesetaraan
menampilkan
ragu
memulai sesuatu,
pencetus
dalam
masalah;
penelitian adalah seluruh kelas XI IPA SMA
Dwijendra
Denpasar
tahun
kelas, diperoleh dua kelas sebagai
4) menyukai pengalaman baru, yaitu
sampel. Satu kelas terpilih sebagai kelas
suka
eksperimen
mencari
pengalaman
untuk
menambah
yang
pembelajaran
akan
diberikan
dengan
model
wawasan,memiliki rasa ingin tahu,
pembelajaran kooperatif tipe group
menyukai tantangan.
investigation (GI) dan satu kelas kontrol
Hasil
belajar
kimia
pada
yang
akan
diberikan
pembelajaran
model
konvensional.
penelitian ini adalah kemampuan ranah
menggunakan
kognitif
Model pembelajaran konvensional yang
yang dicapai
siswa setelah
mengadakan suatu kegiatan belajar pada pelajaran kimia
dimaksud adalah model ekspositori.
yang ditunjukkan
Penelitian ini melibatkan satu
dalam bentuk suatu nilai hasil belajar
variabel bebas yang terdiri atas model
yang diberikan. Pokok-pokok materi
pembelajaran kooperatif tipe GI dan
yang diukur sebagai hasil belajar kimia
model pembelajaran konvensional, satu
adalah teori asam basa, sifat larutan
variabel terikat berupa hasil belajar
asam dan basa, derajat keasaman,
kimia, dan satu kovariabel berupa
derajat ionisasi dan tetapan ionisasi
kreativitas siswa.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1853
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Data
penelitian
dikumpulkan
dengan menggunakan dua instrumen,
ISSN 1858 – 4543
serta memiliki daya beda dan tingkat kesukaran yang memenuhi syarat.
yaitu instrumen kuesioner kreativitas
Penelitian dilakukan sebanyak
siswa dan tes hasil belajar kimia.
dua belas kali pertemuan pada kelas
Kuesioner
siswa
eksperimen dan kelas kontrol. Materi
menggunakan skala Lickert dan tes
pelajaran yang dieksperimenkan adalah
hasil belajar kimia berbentuk tes pilihan
materi yang berkaitan dengan standar
ganda.
kompetensi
kreativitas
Sebelum
instrumen
digunakan,
tersebut
terlebih
kedua
memahami
sifat-sifat
dahulu
larutan asam-basa, metode pengukuran
dikonsultasikan dengan pakar untuk
dan terapannya. Data kreativitas siswa
menentukan validitas isi instrumen yang
diambil
dihitung menggunakan rumus Gregory.
sedangkan data hasil belajar kimia
Kemudian,
diambil pada akhir eksperimen.
dilakukan
uji
empiris
terhadap kedua instrumen. Uji empiris
pada
Data
awal
eksperimen,
yang diperoleh
kuesioner kreativitas siswa dilakukan
dengan
untuk
butir
menggunakan analisis varian (anava)
moment
satu jalur untuk hipotesis pertama,
instrumen
analisis kovarian (anakova) satu jalur
(dengan perhitungan alpha Cronbach).
untuk hipotesis kedua dan analisis
Terhadap instrumen tes hasil belajar
regresi satu prediktor untuk hipotesis
dilakukan uji empiris untuk mengetahui
ketiga.
validitas butir (menggunakan rumus
dilakukan pengujian prasyarat analisis,
koefisien point biserial), reliabilitas
yaitu
instrumen (menggunakan rumus KR-
(analisis chi-square), uji homogenitas
20), daya beda instrumen, dan tingkat
(uji
kesukaran
hubungan antara kreativitas dan hasil
mengetahui
validitas product
(dengan
korelasi
pearson)
dan reliabilitas
instrumen.
Dari
proses
tersebut, instrumen yang dipakai dalam penelitian
ini
adalah
hipotesis
terkait
Sebelum
uji
diuji
pengujian hiptesis
normalitas
Bartlett),
yang
serta
sebaran
uji
data
linieritas
belajar kimia.
kuesioner
kreativitas siswa sebanyak 55 butir yang
III. HASIL PENELITIAN
valid dengan reliabilitas sebesar 0,923
Berdasarkan hasil analisis data,
(sangat tinggi), dan tes hasil belajar
ditemukan hasil-hasil penelitian sebagai
kimia sebanyak 36 butir yang valid,
berikut. Pertama, terdapat perbedaan
dengan reliabilitas 0,933 (sangat tinggi),
yang signifikan hasil belajar kimia
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1854
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe GI dan
pembelajaran kooperatif tipe GI dan
yang mengikuti model pembelajaran
siswa
konvensional.
yang
mengikuti
model
Kedua,
pembelajaran konvensional (FA = 6,441;
setelah
diadakan
p < 0,05). Nilai rata-rata hasil belajar
pengendalian kreativitas siswa, terdapat
kimia siswa yang mengikuti
perbedaan hasil belajar kimia antara
pembelajaran (25,875)
lebih
kooperatif
model
tipe
GI
siswa
yang
mengikuti
model
tinggi dibandingkan
pembelajaran kooperatif tipe GI dan
dengan rata-rata hasil belajar kimia
yang mengikuti model pembelajaran
siswa
model
konvensional (Fres = 9,322; p < 0,05).
pembelajaran konvensional (23,875).
Setelah pengendalian kreativitas siswa,
Pada
rata-rata hasil belajar kimia siswa yang
yang
mengikuti
pembelajaran
kimia
melalui
model pembelajaran kooperatif tipe GI,
mengikuti
siswa didorong untuk belajar lebih aktif,
kooperatif tipe GI (25,40) lebih tinggi
yaitu
dibandingkan dengan
rata-rata skor
menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
hasil
siswa
Dengan
mengikuti
selalu
berpikir
demikian,
untuk
pembelajaran
belajar
model
kimia model
pembelajaran
yang
pembelajaran
menjadi sesuatu yang bermakna dan
konvensional (24,35).
mereka terlatih untuk menggunakan
penelitian dapat dilihat bahwa setelah
keterampilan
kreativitas siswa dikendalikan, model
sehingga
dan
pengetahuannya
pengalaman
belajar
dan
pembelajaran
pengetahuan yang didapatkan tertanam
berpengaruh
untuk jangka waktu yang lebih panjang.
kimia.
Hal
ini
sesuai
dengan
prinsip
Selain
Dari temuan
kooperatif terhadap
model
hasil
tetap belajar
pembelajaran,
pembelajaran kimia yang menekankan
kreativitas siswa juga berperan dalam
pada
secara
pencapaian hasil belajar. Siswa yang
dan
kreatif berani dalam berpendirian, tidak
pengembangan keterampilan proses dan
pernah putus asa, mempunyai inisiatif,
sikap ilmiah.
menyukai
pengalaman
langsung
melalui
belajar penggunaan
pengalaman
baru,
Dalam penelitian ini, diduga
mempunyai daya cipta, mempunyai
bahwa hal itulah yang menyebabkan
minat yang luas, serta memiliki rasa
terjadinya perbedaan hasil belajar kimia
percaya diri.
antara siswa yang mengikuti model
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1855
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
Dengan demikian, siswa yang kreatif
lebih
mampu
masalah-masalah
menemukan
dan
ISSN 1858 – 4543
kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
mampu
2) Model pembelajaran kooperatif tipe
memecahkan masalah dalam kegiatan
GI tetap berpengaruh signifikan
belajarnya,
yang
terhadap hasil belajar kimia setelah
memiliki tingkat kreativitas yang lebih
dilakukan pengendalian kreativitas
tinggi mampu mencapai hasil belajar
siswa.
sehingga
siswa
yang lebih baik. Ketiga,
3) Kreativitas terdapat
hubungan
fungsional antara variabel kreativitas
memberikan
kontribusi terhadap hasil belajar kimia.
siswa dan hasil belajar kimia (F = 330,49978; p < 0,05), serta
siswa
Implikasi penelitian ini adalah
terdapat
model pembelajaran kooperatif tipe GI
korelasi positif antara kreativitas siswa
merupakan model pembelajaran yang
dan hasil belajar kimia (r = 0,8995; p <
baik dalam pembelajaran kimia di
0,05),yakni kontribusi kreativitas siswa
SMA. Hal-hal yang perlu mendapat
2
terhadap hasil belajar kimia (r ) sebesar
perhatian dalam penggunaan model ini
80,91%.
bahwa
adalah penciptaan situasi agar siswa
kontribusi kreativitas siswa terhadap
dalam kelompok terlibat lebih aktif
hasil belajar kimia adalah sebesar
meningkatkan interaksi dalam mencapai
80,91% sedangkan residunya sebesar
tujuan pembelajaran, seperti berbagi
19,09% dijelaskan oleh variabel lain
tanggung jawab dan isi-mengisi dalam
yang tidak diteliti
usaha pemecahan masalah.
Hal
ini
berarti
Dalam IV. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dapat
penerapan
pembelajaran
kooperatif
model tipe
GI
dibutuhkan kreativitas dan kerjasama
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
siswa
untuk
1) Model pembelajaran kooperatif tipe
mengembangkan ide atau gagasannya
GI berpengaruh signifikan terhadap
sehingga
hasil belajar kimia siswa, dan hasil
mencapai keberhasilannya.
belajar kimia siswa yang mengikuti
siswa
saling
membantu
sama-sama
akan
Penerapan model pembelajaran
model pembelajaran kooperatif tipe
kooperatif
tipe
GI
memberikan
GI lebih baik daripada hasil belajar
kenyataan bahwa belajar bukan hanya mengetahui tentang sesuatu, tetapi juga
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1856
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
proses
mendapatkan
pengetahuan
ISSN 1858 – 4543
melainkan siswa
yang membangun
tersebut. Para siswa diberdayakan untuk
pengetahuan sesuai dengan potensi
mau dan mampu beraktivitas dalam
yang dimilikinya.
memperkaya
pengetahuan
dan
Untuk
mewujudkan
kondisi
pengalaman belajarnya (learning to
belajar
know), dengan makin meningkatnya
pembelajaran guru bertindak sebagai
interaksi dengan lingkungan fisik, baik
fasilitator, mediator, dan motivator. Hal
sosial maupun budaya, sehingga mampu
ini memiliki arti penting karena guru
membangun
akan
pemahaman
dan
yang
kondusif
memberikan
kebebasan
dalam
dan
pengetahuan terhadap dunia sekitarnya
menciptakan situasi yang demokratis
(learning to do). Interaksi siswa dengan
bagi siswa untuk mengemukakan ide
lingkungan fisik, sosial, dan budaya
dan gagasannya demi bersama-sama
akan membangun pengetahuan dan
mencapai hasil belajar yang maksimal
kepercayaan dirinya sebagai
manusia
Berdasarkan
simpulan
hidup dan berkembang (learning to be).
implikasi
yang
Melalui interaksi antarindividu dalam
penelitian
ini,
sebuah
beberapa saran sebagai berikut.
kelompok,
pemahaman-
diperoleh dapat
dan dalam
dikemukakan
pemahaman dan pengalaman seseorang
1) Para guru kimia hendaknya agar
untuk hidup dengan orang lain (learning
mau dan berani mencoba model
to life together) dapat dipahami dan
pembelajaran kooperatif tipe GI
dipelajari.
dalam
Kesempatan
untuk
mengajarkan
topik-topik
berinteraksi dengan berbagai individu
tertentu, khususnya topik
akan membentuk kepribadian
yang
terkait dengan sifat-sifat larutan
dan
asam dan basa, metode pengukuran
melahirkan sikap-sikap positif serta
dan terapannya. Tidak ada model
toleransi terhadap keanekaragaman dan
pembelajaran
perbedaan.
digunakan
memahami
kemajemukan
Model pembelajaran kooperatif
yang untuk
yang
cocok
mengajarkan
semua topik dalam ilmu kimia.
tipe GI menghargai ide atau gagasan
Model
serta kreativitas siswa. Guru hendaknya
digunakan selama ini bukannya
memandang bahwa pengetahuan yang
tidak baik, melainkan jelas tidak
mesti
cocok dengan semua topik yang
diperoleh
bukan
merupakan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa,
ada.
konvensional
Selain
memilih
yang
dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1857
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
menggunakan model pembelajaran
penelitian
yang tepat atau sesuai dengan topik
melibatkan lebih banyak sampel,
pembelajaran,
harus
wilayah yang lebih luas, tingkat
mempertimbangkan faktor dalam
kelas yang lebih beragam, serta
diri
topik atau materi
siswa
guru
juga
yang
berhubungan
sejenis
diharapkan
kimia
yang
dengan hasil belajar siswa, yang
berbeda. Di samping itu, faktor
salah satunya adalah kreativitas.
dalam diri seperti inteligensi, minat,
2) Dinas Pendidikan Pemuda dan
bakat, dan motivasi perlu dikaji
Olah
Raga
(Disdikpora)
perlu
memperkenalkan lebih jauh modelmodel
pembelajaran
pengaruhnya terhadap hasil belajar kimia.
kooperatif,
khususnya tipe GI kepada guru-
DAFTAR PUSTAKA
guru
Candiasa, I Made. 2004. Analisis Butir Disertai Aplikasi dengan Iteman, Bigsteps dan SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja.
melalui
kegiatan-kegiatan
seminar, pelatihan, atau pertemuan rutin
Musyawarah
Guru
Mata
Pelajaran (MGMP) Kimia. 3) Lembaga pedidikan yang mendidik calon-calon guru hendaknya terusmenerus
memperkenalkan
melatih
dan
mahasiswanya
menggunakan pembelajaran
model-model kooperatif.
Jika
mereka memiliki pemahaman dan penguasaan yang baik terhadap model-model
pembelajaran
kooperatif, kelak, ketika mereka menjadi guru, tidak akan canggung lagi
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif. 4) Para
peneliti
diharapkan
untuk
selanjutnya meningkatkan
keakuratan hasil penelitian ini. Mereka yang berminat melakukan
-------.
2007. Statistik Multivariat Disertai Petunjuk dan Analisis dengan SPSS. Program Pasca Sarjana Undiksha.
Dantes, Nyoman. 2001. Cara Pengujian Alat Ukur. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, S. B.. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Prasindo.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1858
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
Munandar, S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo. Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Slavin,
R.E.. 1995. Cooperative Learning, second edition, Boston: Allyn and Bacon.
Syah,
Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1859
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
STUDI EVALUASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) MATA DIKLAT PROGRAM PRODUKTIF DI SMK NEGERI 1 PETANG
Yudana, I Wayan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar, masukan, proses, hasil, dan hambatan pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG) di SMK Negeri 1 Petang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan evaluasi model CIPP. Data penelitian dikumpulkan dengan angket, studi dokumen, observasi, dan wawancara terstruktur. Data penelitian dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria PSG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel latar terkategori sangat siap dengan adanya dukungan pemerintah, masyarakat, dan institusi pasangan. Variabel masukan terkategori sangat siap dengan tersedianya kalender pendidikan, kurikulum, tenaga guru dan administrasi, teknisi/laboran, tenaga layanan khusus, pembiayaan, organisasi, dan administrasi. Variabel proses terkategori sangat siap dengan adanya perencanaan, pembelajaran, pelaksanaan PSG, monitoring dan evaluasi PSG. Variabel hasil terkategori sangat siap dengan adanya nilai rapor, nilai PSG, nilai uji kompetensi, dan nilai UN. Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PSG di SMK Negeri 1 Petang terkategori sangat siap. Hambatan PSG tampak pada terlambatnya biaya, sarana, disiplin siswa, kurangnya DU/DI yang relevan, dan kurangnya koordinasi pengelolaan PSG. Kata kunci: studi evaluasi, pendidikan sistem ganda, program produktif.
AN EVALUATIVE STUDY OF PRODUCTIVE PROGRAM OF DUAL SYSTEM EDUCATION (DSE) IMPLEMENTATION AT SMK NEGERI 1 PETANG
ABSTRACT This study aimed at describing the context, input, process and product and the constraint in the Dual System Education (DSE) implementation at SMK Negeri 1 Petang. This study was conducted at SMK Negeri 1 Petang in the school year 2009/2010 by using the CIPP evaluation model. The data were collected by questionnaire, document study, observation, and structured interview. The data of the study were analyzed descriptively based on the DSE criteria. The results showed that the context variable fell into category completely ready due to the support from the government, society, and competent institution. The input variable fell into category completely ready with the availability of calendar of education, curriculum, teachers, administration staff, technicians/laboratory technicians, special service staff, funding, and organization.The process variable fell into category completely ready with the availibiliy of planning, learning process, implementing
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1860
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
DSE, monitoring and evaluating of DSE. The product variable fell into category completely ready with the availibilty of school report, DSE scores, competency test scores, and national evaluation scores. From the analysis, it can be concluded, the implementation of the DSE at SMK Negeri 1 Petang fell into category completely ready. The constraints in the DSE implementation can be seen at the cancelation in funding, limitation of facilities, lack of discipline on the part of the students, lack of relevant businesses/ industries and coordination in the DSE implementation. Key words: evaluation study, dual system education, productive program
I.
Dengan
PENDAHULUAN
berlakunya
otonomi
Dalam rangka peningkatan SDM,
daerah, maka peran, wewenang, dan
ternyata banyak permasalahan yang
tanggung jawab pemerintah provinsi,
muncul
kabupaten/kota maupun sekolah dalam
dalam
nasional.
sistem
pendidikan
Permasalahan
tersebut
perencanaan
dan
pengelolaan
meliputi (1) rendahnya kualitas atau
pendidikan menjadi sangat besar. Hal
mutu pendidikan, yang ditandai oleh
ini menandakan bahwa telah terjadi
banyaknya lulusan sekolah yang tidak
pembaharuan
bisa diterima di dunia kerja, (2) belum
nasional, yang di dalamnya memuat
meratanya pemerolehan akses bidang
adanya landasan pelaksanaan reformasi
pendidikan, yang dibuktikan dengan
pendidikan (Uno, 2007:137).
banyaknya anak yang tidak sekolah atau
Dalam
sistem
pendidikan
implementasi
kerangka
putus sekolah, (3) tidak adanya efisiensi
landasan reformasi pendidikan, pihak
dalam penyelenggaraan
pendidikan,
sekolah dapat lebih mandiri dalam
yang ditandai oleh penyelenggaraan
penyusunan strategi penyelenggaraan
pendidikan yang tidak fokus pada suatu
program sekolah, agar sesuai dengan
tujuan, (4) belum adanya demokratisasi
tuntutan
pendidikan karena kebijakan pendidikan
pemerintah telah menetapkan Undang-
masih diatur pihak atasan, dan (5) masih
undang Nomor 2, tahun 1989 yang
terbatasnya
masyarakat
diperbaharui dengan Undang-undang
dalam dunia pendidikan, yang ditandai
Nomor 20, tahun 2003, tentang Sistem
oleh kurangnya dukungan dana dari
Pendidikan
masyarakat (Nurhardjadmo, 2008:215).
dengan hal tersebut, maka seluruh jalur,
Hal
jenjang,
ini
perencanaan
peranserta
menunjukkan pendidikan
sangat diperlukan.
yang
bahwa baik
masyarakat.
dan
Nasional.
jenis
Untuk
itu,
Sehubungan
pendidikan
di
Indonesia harus mengarah pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian,
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1861
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
seluruh jalur dan jenjang pendidikan
mempersiapkan
diharapkan
mengembangkan
melanjutkan ke jenjang yang lebih
sumberdaya manusia secara terarah,
tinggi dan/atau meluaskan pendidikan
terpadu,
dasar, 2) meningkatkan kemampuan
dapat
dan
menyeluruh
melalui
untuk
siswa
sesuai dengan potensinya.
dalam mengadakan hubungan timbal
pendidikan lulusan
diharapkan
menyiapkan
yang berkualitas pula. Untuk
anggota
dapat
berbagai upaya proaktif dan kreatif
SMK sebagai salah satu jenjang
sebagai
siswa
masyarakat
balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, 3) meningkatkan kemampuan
siswa
untuk
dapat
itu, dalam pendidikannya, siswa SMK
mengembangkan diri sejalan dengan
dibekali
perkembangan
pengetahuan,
sikap,
dan
ilmu
pengetahuan,
keterampilan kecakapan hidup (life
teknologi, dan kesenian, dan 4) SMK
skill) yang bermanfaat untuk dirinya
juga bertujuan menyiapkan siswa untuk
dan
memasuki
masyarakat.
pemberian
Dalam
keterampilan
rangka kecakapan
hidup (life skill), SMK bekerja sama dengan
dunia
usaha/dunia
lapangan
kerja
dan
mengembangkan sikap profesional. Di balik harapan tersebut di atas,
industri
kenyataan menunjukkan bahwa mutu
(DU/DI) sebagai institusi pasangan
lulusan SMK di Indonesia belum sesuai
(Anwar, 2004:50-51).
dengan harapan masyarakat. Hal itu
Setelah mengikuti pendidikan di
disebabkan oleh kualitas lulusan SMK
SMK, dengan berbekal pengetahuan,
yang masih jauh dari kehendak pasar,
sikap,
lebih-lebih
dan
keterampilan
dalam
dengan
terjadinya
diharapkan
ketidaksesuaian antara ”supply” lulusan
dapat memilih berbagai jalur kehidupan.
dengan kecilnya “demand” sehingga
Menyadari hal tersebut, peran SMK
terjadi
betul-betul
antarlulusan SMK di dunia kerja.
bidangnya, lulusan SMK
merupakan
pendidikan
persaingan
yang
ketat
terminal yang menghubungkan berbagai
Untuk mengatasi rendahnya mutu
dimensi kepentingan, baik pemerintah,
lulusan SMK, sejak th 1994/1995
DU/DI, masyarakat, dan lulusan itu
Depdiknas
sendiri. Hal tersebut sejalan dengan
kebijakan yang dikenal dengan program
Peraturan
Pendidikan
Pemerintah
(PP)
Nomor
telah
Sistem
mencanangkan
Ganda
(PSG).
0490/U/1992, bahwa tujuan Sekolah
Dalam PSG, siswa belajar sambil
Menegah Kejuruan (SMK) adalah 1)
bekerja atau bekerja sambil belajar
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1862
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
langsung dari sumber belajar (guru,
Di satu sisi, pemerintah dan masyarakat
pamong, fasilitator, empu, tukang, atau
menginginkan
nama lain) melalui proses meniru, dan
mutu
hasil belajar/bekerja merupakan ukuran
beberapa faktor penting dalam kegiatan
keberhasilannya. Dalam PSG terdapat
pendidikan di SMK Negeri 1 Petang
tanggung
masih terbatas, baik dari segi latar
jawab
bersama
(dual
adanya
lulusan SMK,
peningkatan di sisi lain,
responsibilities) antara pemerintah dan
(context),
masyarakat
(process), dan hasil (product) dengan
pemakai
tenaga
kerja,
masukan
(input),
proses
khususnya DU/DI, termasuk pemakaian
berbagai aspeknya.
jasa lainnya (Depdikbud, 1997:2).
kajian dalam penelitian ini adalah
Secara umum, pelaksanaan dan
menganalisis
dan
Untuk itu, fokus
mendeskripsikan
pemasyarakatan PSG memang telah
pelaksanaan PSG di SMK Negeri 1
berhasil mengubah persepsi dan pola
Petang ditinjau dari segi latar (context),
pikir para pelaku pendidikan menengah
masukan (input), proses (process), dan
kejuruan. Hal ini sejalan dengan arah
hasil
reformasi
hambatan
sehingga
pendidikan terjadi
mengarah
kejuruan,
hubungan
kepada
yang
(product) yang
serta
hambatan-
terjadi
dalam
pelaksanaannya.
terjadinya
transformasi dan integrasi (Depdikbud, 1997:i). Dengan demikian, PSG terbukti
II. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
bermanfaat atau memberi nilai tambah
penelitian evaluatif. Orientasi penelitian
bagi DU/DI, sekolah, dan peserta didik.
evaluatif
SMK Negeri 1 Petang yang didirikan
sebagai
pelaksanaan
ini adalah asesmen
atau
apraisal dari kualitas dan kuantitas kegiatan
serta
penelitian
terhadap
desentralisasi dalam kerangka otonomi
faktor-faktor yang membuat kegiatan
daerah, telah berupaya meningkatkan
tersebut berhasil. Dalam penelitian ini,
mutu pendidikan melalui pelaksanaan
analisisnya menggunakan pendekatan
PSG.
tingkat
evaluasi program. Evaluasinya sendiri
dapat
ditinjau dari empat variabel dalam
Dengan
pengangguran
demikian, diharapkan
dikurangi (Dinas Pendidikan, 2006:3). Walaupun demikian, pelaksanaan PSG
di
SMK
Negeri
1
Petang
berpotensi menimbulkan problematika.
model CIPP, yaitu latar, masukan, proses, dan hasil (Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield, 1986:169). Variabel
latar
meliputi
kebijakan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1863
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
sekolah,
dukungan
pemerintah
ISSN 1858 – 4543
Selanjutnya
dianalisis
dengan
masyarakat, dan visi, misi, tujuan, dan
melakukan
sasaran sekolah.
mengubah skor masing-masing variabel
meliputi
Variabel masukan
kurikulum,
analisis
Univariat,
kalender
(CIPP) menjadi T-Skor, menentukan
pendidikan, ketenagaan, peserta didik,
arah T-Skor variabel, dan menentukan
sarana
pembiayaan
arah T-Skor ke kwadran Glickman.
pendidikan, organisasi sekolah, dan
Analisis kualitatif dilakukan terhadap
administrasi sekolah. Variabel proses
data hasil berbagai dokumen, hasil
meliputi aspek proses pembelajaran,
observasi
sosialisasi PSG,
perencanaan PSG,
wawancara atas hambatan pelaksanaan
pelaksanaan PSG, dan pelaksanaan
PSG. Reduksi hasil tersebut disajikan
monitoring dan evaluasi PSG. Variabel
secara deskriptif dan disimpulkan untuk
hasil meliputi hasil siswa PSG.
memperoleh
hasil
selanjutnya
diakomodasikan
pembelajaran,
Untuk
memperoleh
data,
digunakan
metode
kuantitatif
dan
kualitatif.
Metode
utama
yang
pembelajaran,
dan
hasil
penelitian,
serta dan
dikemukakan alternatif solusinya yang bersifat strategis dan praktis.
digunakan dalam pengumpulan data secara kuantitatif adalah menggunakan angket
(kuisioner).
Item-item
pada
angket tersebut didalami lagi dalam metode pelengkap untuk memperoleh data
secara
kualitatif
dengan
menggunakan metode observasi dan studi dokumen. Penggabungan metode tersebut antara lain untuk memberikan gambaran hasil penelitian yang lebih komprehensif karena keduanya saling mengisi kelemahan masing-masing. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh
dari
hasil
triangulasi data antara hasil angket,
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, seluruh jalur dan jenjang pendidikan diharapkan dapat mengembangkan sumberdaya manusia secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan kreatif
sesuai
dengan
potensinya
(Lestari, 2006:4). SMK sebagai salah satu
instrumen
diharapkan
mampu
pembangunan, mengantisipasi
perubahan yang terjadi pada dunia kerja yang penuh SMK
juga
persaingan (kompetisi). diharapkan
mampu
studi dokumentasi, dan pengamatan.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1864
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
menyiapkan calon tenaga kerja siap
hasil serta hambatan-hambatan yang
pakai.
terjadi dalam pelaksanaan PSG tersebut.
Untuk mengatasi rendahnya mutu
Pada variabel latar, hasil analisis
lulusan, SMK Negeri 1 Petang telah
menunjukkan bahwa pelaksanaan PSG
menerapkan kebijakan penyelenggaraan
mata diklat program produktif di SMK
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). PSG
Negeri 1 Petang termasuk kategori
diterapkan berdasarkan (1) PP No.
sangat
29/1990 tentang Pendidikan Menengah,
variabel latar memberikan dukungan
Bab XI pasal 29 ayat 1, “Penyelenggara
terhadap pelaksanaan PSG. Sekolah
sekolah menengah dapat bekerja sama
telah
dengan
dalam
masyarakat
terutama
dunia
siap.
memiliki rangka
Ketiga
aspek dalam
beberapa
kebijakan
pelaksanaan
PSG.
usaha”; dan (2) PP No. 39, Bab VI pasal
Dukungan pemerintah melalui berbagai
8 ayat 1, “Peran serta masyarakat dapat
aspek telah terbukti. Peran masyarakat
berbentuk pemberian kesempatan untuk
baik komite dan institusi pasangan
magang dan atau latihan kerja”.
dalam PSG juga telah ditunjukkan
Dalam
pelaksanaannya,
PSG
dengan beberapa jenis dukungan. Selain
dilakukan dengan cara mendekatkan
itu, sekolah juga telah melandaskan
peserta didik ke dunia kerja sehingga
programnya dengan rumusan visi, misi,
dapat
tujuan, dan sasaran yang jelas dan
diintegrasikannya
kepentingan
dunia pendidikan dengan dunia industri. Para
siswa
terarah.
diharapkan
dapat
pengetahuan
dan
pelaksanaan PSG mata diklat program
di
produktif di SMK Negeri 1 Petang
sekolah dan sekaligus mempelajari
termasuk kategori sangat siap. Hal ini
dunia
demikian,
mengingat dalam pelaksanaan PSG,
diharapkan adanya peningkatan mutu
sekolah didukung oleh ketersediaan
lulusan sehingga tingkat pengangguran
kalender
yang merupakan beban sosial
pembiayaan, organisasi sekolah, dan
menerapkan keterampilan
yang
industri.
didapatkan
Dengan
dapat
dikurangi (Dinas Pendidikan, 2006:3). Untuk itu, perlu dilakukan studi
Pada
variabel
pendidikan,
masukan,
ketenagaan,
administrasi sekolah yang lengkap. Sekolah juga telah memiliki kurikulum
evaluasi tentang pelaksanaan PSG di
yang
disusun
dengan
melibatkan
SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari
pemerintah, komite, DU/DI, dan LPMP.
variabel latar, masukan, proses, dan
Namun demikian, kurikulum tersebut
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1865
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
belum disahkan oleh Dinas Pendidikan
tempat olahraga dengan luas sesuai
Kabupaten dan Provinsi. Pada hal,
standar. Sekolah juga memiliki Ruang
dalam
Pembelajaran
kerangka
otonomi
daerah,
Khusus
(RPK)
yang
pemerintah provinsi dan kabupaten
dilengkapi dengan sarana,
merupakan bagian dari sistem kontrol,
ruang
evaluasi pelaksanaan kurikulum, dan
pengolahan
monitoring untuk mendapatkan kualitas
house, laboratorium pengolahan basah,
yang dipersyaratkan (Sagala, 2007:124).
laboratorium pengolahan kering, dan
Untuk
pembelajaran,
rumah kompos. Persayaratan lain untuk
sekolah telah memilikinya walaupun
pelaksanaan PSG adalah kepemilikan
belum tersedia sarana secara lengkap.
lahan praktik yang memenuhi ketentuan
Untuk pembimbing PSG, pihak sekolah
luas minimal. Sekolah juga memiliki
masih melibatkan tenaga di luar guru
lahan praktik baru mencapai 1 ha untuk
program produktif. Dalam penerimaan
259 siswa. Untuk pelayanan lulusan,
siswa baru (PSB), pihak sekolah tidak
pihak sekolah telah memiliki BKK yang
melibatkan DU/DI melainkan masih
telah melakukan seleksi dan penyaluran
dilaksanakan
sekolah
lulusannya ke dunia kerja yang relevan
berdasarkan arahan Dinas Pendidikan.
namun belum mampu memasarkan
Selain itu, luas lahan sekolah telah
lulusannya secara langsung.
aspek
sarana
oleh
pihak
pembibitan, hasil
meliputi
laboratorium
pertanian,
green
tersedia 1,2 hektar. Sekolah memiliki
Pada variabel proses, pelaksanaan
kelengkapan ruang pembelajaran umum
PSG di SMK Negeri 1 Petang termasuk
(RPU) untuk moving
class sesuai
kategori sangat siap. Hal ini terlihat
dengan standar sarana-prasarana SMK,
dari adanya kesiapan dalam sosialisasi,
meliputi ruang kelas, perpustakaan,
perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
laboratorium fisika, kimia, biologi, dan
dan evaluasi PSG. Walaupun demikian,
laboratorium komputer. Sekolah juga
untuk proses pembelajaran, dari 16
memiliki
(RP)
orang guru program produktif, baru 5
meliputi ruang ibadah, ruang UKS,
orang (31,25%) yang memiliki RPP
gudang, rumah jaga, ruang sirkulasi dan
yang
kantin dengan luas sesuai standar serta
Seharusnya
sarana yang lengkap. Selebihnya, ruang
program produktif memiliki RPP secara
pimpinan, ruang guru, ruang TU, ruang
lengkap dan sistematis pula.
organisasi
administrasi pembelajaran ini sangat
Ruang
Penunjang
kesiswaan,
jamban,
dan
lengkap setiap
dan mata
sistematis. pelajaran
Peranan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1866
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
penting, terlebih lagi jika dikaitkan
tingkat
dengan mutu pendidikan secara utuh.
98,67%. Walaupun demikian, pihak
Salah satu tugas guru adalah menyusun
sekolah
administrasi pembelajaran sebagai salah
kinerjanya. Hal ini perlu dilakukan
satu bagian dari supervisi pendidikan
mengingat
dalam rangka mencapai pendidikan
sebagai
yang bermutu (Sagala, 2007:125).
membimbing siswanya sebagai bagian
Hasil
observasi
pelaksanaan
guru
produktif
pembelajaran
kelulusan
siswa
seyogyanya
fungsi pelaksana
mencapai
meningkatkan
sekolah
adalah
tugas
untuk
dari masyarakat, pencipta realitas sosial, meneruskan,
mempertahankan,
dan
menunjukkan, guru telah melaksanakan
mengembangkan kemampuan melalui
pembelajaran dengan langkah-langkah
ilmu dan penanaman nilai (Sagala,
dari kegiatan pendahuluan, inti, dan
2007:75).
penutup
pembelajaran.
Dalam
Berdasarkan
analisis
CIPP,
mengakhiri pembelajaran, guru telah
pelaksanaan PSG mata diklat program
menyampaikan relevansi materi yang
produktif di SMK Negeri 1 Petang
dipelajari siswa dengan kehidupan masa
didapatkan untuk variabel latar (context)
depan dalam rangka PSG.
arahnya
variabel
positif,
masukan
Pada variabel hasil, pelaksanaan
(input) arahnya positif, variabel proses
PSG mata diklat program produktif di
(process) arahnya positif dan variabel
SMK Negeri 1 Petang termasuk dalam
hasil (product) positif. Variasi CIPP-
ketegori
Dalam
nya menjadi (+ + + +). Berdasarkan
pelaksanaan PSG, prestasi belajar siswa
kuadran Glickman, hasilnya termasuk
dalam
produktif
dalam kategori sangat siap. Walaupun
memenuhi pencapaian rata-rata 8,15
demikian, dalam variabel latar (context)
dari
masih
sangat
mata
siap.
pelajaran
ketuntasan
minimal
yang
terdapat
kekurangan
dalam
dipersyaratkan 7,00. Prestasi nilai PSG
kebijakan
sekolah
yang
mata diklat program produktif, baik.
dilengkapi
peraturan
provinsi
Pencapaian nilai rata-rata UN mata
kabupaten. Sebagai dasar pelaksanaan
pelajaran produktif mencapai 0,3 di atas
program, sekolah sebaiknya melengkapi
nilai rata-rata nasional. Data nilai uji
kebijakannya dengan berbagai peraturan
kompetensi dan nilai UN kelompok
dari lembaga yang menaunginya, yaitu
mata pelajaran produktif yang diperoleh
Dinas
8,25 dan 7,00. Selain itu, persentase
Provinsi.
Pendidikan Di
Kabupaten
samping
itu,
belum dan
dan Dinas
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1867
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
pendidikan Kabupaten dan Provinsi
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten
bertugas
untuk mendapatkan pedoman kebijakan
membangun
sistem
persekolahan, menata, meredesain atau memodifikasi
struktur
tertulis tentang pelaksanaan PSG.
organisasi
Hambatan-hambatan yang terjadi
sekolah serta memenuhi kebutuhan
dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem
sekolah (Sagala, 2007:76). Dengan
Ganda (PSG) mata diklat program
demikian, diharapkan tidak terjadinya
produktif di SMK Negeri 1 Petang
pelaksanaan
adalah
program
yang
(1)
Keterlambatan
berseberangan dengan sumber hukum
pelaksanaan
yang lebih tinggi dari lembaga yang
merupakan kendala yang dialami oleh
berwenang. Selain itu, perlu dilakukan
kepala
pemanfaatan
tenaga kependidikan yang sepenuhnya
hasil
penilaian
guru,
program
dana
sekolah,
sekolah,
pendidik,
peningkatan peran komite dan DU/DI,
menggunakan
peningkatan kerjasama dengan DU/DI,
Badung.
peningkatan sosialisasi visi, misi, dan
pelaksanaan anggaran yang sering tidak
tujuan
sekolah.
masukan
(input)
APBD
maupun
Kabupaten
Hal tersebut berakibat pada
Dalam
variabel
bisa tepat waktu
masih
terdapat
sekolah.
(2)
dengan kegiatan
Keterbatasan
sarana-
kekurangan terutama kurikulum yang
prasarana pembelajaran praktik, seperti
belum disahkan oleh Dinas Provinsi dan
lahan praktik yang masih menyewa,
Kabupaten, dan kekurangan sarana-
peralatan ruang pembelajaran umum
prasarana
teori
(RPU), ruang pembelajaran khusus
maupun praktik. Dalam variabel proses
(RPK), dan ruang penunjang (RP) yang
(process), belum semua guru program
belum lengkap, termasuk kekurangan
produktif
program
air bersih merupakan kendala yang
pembelajaran yang lengkap. Walaupun
dihadapi oleh seluruh warga sekolah.
semua itu tidak berpengaruh besar
(3) Terbatasnya kompetensi keahlian
terhadap pelaksanaan PSG, sebagai
siswa dalam bidang pertanian modern
penanggung jawab seluruh kegiatan
untuk merawat tanaman ekslusif dan
sekolah, kepala sekolah seharusnya
bernilai ekonomi tinggi, merupakan
menindaklanjuti temuan ini dengan
masalah yang dihadapi oleh pihak
langkah-langkah praktis dalam menjalin
DU/DI. Untuk membina keterampilan
kerja sama dengan komite dan DU/DI,
siswa
dan
memerlukan waktu dan proses cukup
pembelajaran
baik
memiliki
pendekatan
dengan
Dinas
ke
arah
pertanian
modern
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1868
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
lama. (4) Kurangnya kedisiplinan siswa
proses bimbingan seolah-olah berjalan
selama
sendiri-sendiri. (8) Kegiatan PSG di
praktik
kerja
industri,
merupakan masalah yang dihadapi oleh
DU/DI
guru pembimbing PSG dan instruktur
pelajaran
pendamping di DU/DI. Hal itu dinilai
merupakan kendala yang dialami oleh
dari segi kekurangtepatan siswa dalam
semua tenaga pendidik. Selama PSG
memanfaatkan jam kerja, kurangnya
berlangsung, siswa kelas XII automatis
perhatian untuk melaksanakan praktik
tidak dapat belajar di sekolah. (9) Siswa
yang tepat secara sungguh-sungguh, dan
kesulitan
sering terlambatnya kehadiran siswa di
pemondokan selama PSG berlangsung
DU/DI. (5) Pihak sekolah kesulitan
di DU/DI yang dikemukakan oleh
mendapatkan DU/DI yang dekat dan
sebagian
relevan
mengingat
dengan
program
keahlian.
Pembimbing PSG sering mengalami
dirasakan
menggangu
normatif
dan
adaptif,
mendapatkan
besar
guru
DU/DI
jam
tempat
pembimbing
sebagian
besar
berlokasi di pedesaan.
benturan waktu bertugas di sekolah dan tugas membimbing siswa di DU/DI yang
berakibat
IV. PENUTUP
pada
Berdasarkan analisis data dan
kekurangmaksimalan proses bimbingan
temuan penelitian, dapat disimpulkan
gangguan terhadap pembelajaran di
hal-hal sebagai berikut. (1) Pelaksanaan
sekolah. (6) Belum terpenuhinya jumlah
PSG mata diklat program produktif di
guru
dalam
SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari segi
pelaksanaan PSG, merupakan kendala
latar termasuk kategori sangat siap.
yang dialami oleh pihak sekolah karena
Dalam pelaksanaan PSG, pihak sekolah
guru-guru yang bertugas di sekolah
telah
tersebut rata-rata belum berpengalaman
dukungan pemerintah dan masyarakat,
dalam
serta visi, misi, tujuan, dan sasaran
yang
berpengalaman
melaksanakan
Kurangnya
PSG.
(7)
koordinasi
antarpembimbing
PSG
dan
antara
PSG. sekolah
memiliki
kebijakan
sekolah,
Pada aspek kebijakan, pihak telah
memiliki
beberapa
pembimbing dengan instruktor DU/DI,
kebijakan sesuai dengan kriteria PSG
merupakan kendala yang dialami oleh
yang meliputi peraturan pemerintah
pembimbing PSG. Akibatnya adalah,
pusat dan beberapa kebijakan yang
tidak
dibuat di sekolah. Walaupun kebijakan
semua
bimbingan
siswa
secara
mendapatkan
menyeluruh
dan
tertulis dari pemerintah provinsi dan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1869
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
kabupaten belum ada, hal tersebut tidak
pendidikan, ketenagaan, pembiayaan,
mempengaruhi pelaksanaan PSG. Pada
organisasi sekolah, dan administrasi
aspek
sekolah yang lengkap. Sehubungan
dukungan
masyarakat,
pemerintah
terbukti
dan
pemerintah
dengan
kurikulum,
sekolah
memberikan dukungan administratif,
memiliki
pembiayaan,
dengan melibatkan pemerintah, komite,
pembinaan
pengawasan,
serta
dan
sarana-prasarana.
DU/DI,
kurikulum
yang
telah disusun
dan LPMP namun belum
Untuk dukungan komite, peran komite
disahkan
sekolah terbatas pada peran kontrol dan
Kabupaten dan Provinsi. Untuk aspek
tidak berperan dalam perencanaan,
sarana pembelajaran, belum tersedia
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
sarana secara lengkap sesuai dengan
program
dukungan
persyaratan. Untuk pembimbing PSG,
institusi pasangan (IP), tampak dalam
pihak sekolah masih melibatkan tenaga
penyusunan
di luar guru program produktif. Dalam
tempat
sekolah.
Untuk
kurikulum,
magang,
penyediaan
penerimaan
siswa
oleh
Dinas
Pendidikan
penerimaan siswa baru (PSB), pihak
magang, penyediaan fasilitas magang,
sekolah
dan penyediaan instruktur. Untuk upaya
melainkan masih dilaksanakan oleh
kerjasama sekolah dengan lembaga lain
pihak sekolah berdasarkan arahan Dinas
dalam melaksanakan magang guru, baru
Pendidikan. Selain itu, luas lahan
dilakukan kerja sama dengan satu
sekolah baru tersedia
lembaga
Sekolah memiliki kelengkapan ruang
saja.
Untuk
dokumen
tidak
melibatkan
1,2 hektar.
kemitraan PSG, telah dimilikinya 4
pembelajaran
dokumen kerjasama/kemitraan.
Di
moving class sesuai dengan standar
samping itu, pihak sekolah terbukti
sarana-prasarana SMK, meliputi ruang
telah memiliki visi, misi, tujuan, dan
kelas,
sasaran PSG yang jelas dan rinci namun
fisika, kimia, biologi, dan laboratorium
belum
komputer.
banyak
disosialisasikan.
(2)
umum
DU/DI
(RPU)
perpustakaan,
Sekolah
untuk
laboratorium
juga
memiliki
Pelaksanaan PSG mata diklat program
Ruang Penunjang (RP) dengan sarana
produktif di SMK Negeri 1 Petang
sesuai
ditinjau dari
mencapai
kategori
segi masukan termasuk
dengan 54,55%
persyaratan
baru
meliputi
ruang
Dalam
ibadah, ruang UKS, gudang, rumah
pelaksanaan PSG, sekolah didukung
jaga, ruang sirkulasi dan kantin dengan
oleh aspek ketersediaan
luas sesuai standar serta sarana yang
sangat
siap.
kalender
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1870
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
lengkap. Selebihnya, ruang pimpinan,
menunjukkan, guru telah melaksanakan
ruang guru, ruang TU, ruang organisasi
pembelajaran dengan langkah-langkah
kesiswaan, jamban, dan tempat olah
dari kegiatan pendahuluan, inti, dan
raga dengan luas sesuai standar namun
penutup
belum lengkap. Sekolah juga memiliki
mengakhiri pembelajaran, guru telah
Ruang Pembelajaran Khusus (RPK)
menyampaikan relevansi materi yang
yang dilengkapi dengan sarana yang
dipelajari siswa dengan kehidupan masa
meliputi
depan
ruang
laboratorium
pembibitan,
pengolahan
pembelajaran.
dalam
rangka
Dalam
PSG.
(4)
hasil
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
pertanian, green house, laboratorium
(PSG) mata diklat program produktif di
pengolahan
laboratorium
SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari segi
pengolahan kering, dan rumah kompos.
hasil termasuk dalam ketegori sangat
Persayaratan lain untuk pelaksanaan
siap. Dalam pelaksanaan PSG, aspek
PSG adalah sekolah juga memiliki
prestasi
lahan praktik baru mencapai 1 ha untuk
dengan adanya dokumen perolehan nilai
259 siswa. Untuk pelayanan terhadap
rapor
lulusan, pihak sekolah telah memiliki
produktif memenuhi pencapaian rata-
BKK yang telah melakukan seleksi dan
rata 8,15 dari ketuntasan minimal yang
penyaluran lulusannya ke dunia kerja
dipersyaratkan 7,00. Prestasi nilai PSG
yang relevan. (3) Pelaksanaan PSG di
mata diklat program produktif sesuai
SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari
dengan peryaratan, baik. Nilai rata-rata
variabel
kategori
UN mata pelajaran produktif mencapai
sangat siap. Dalam pelaksanaan PSG,
0,3 di atas nilai rata-rata nasional. Nilai
pihak sekolah telah memiliki kesiapan
uji kompetensi dan nilai UN kelompok
dalam
mata pelajaran produktif yang diperoleh
basah,
proses
termasuk
sosialisasi,
perencanaan,
belajar
kelompok
ditunjukkan
mata
pelajaran
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi
8,25
PSG. Untuk proses pembelajaran yang
kelulusan siswa mencapai 98,67%. (5)
menunjang program produktif, dari 16
Berdasarkan analisis CIPP, pelaksanaan
orang guru program produktif, baru 5
PSG mata diklat program produktif di
orang (31,25%) yang memiliki RPP
SMK Negeri 1 Petang didapatkan untuk
yang lengkap dan sistematis. Hasil
variabel latar arahnya positif, variabel
observasi
pelaksanaan
masukan,
terhadap
3
orang
pembelajaran
guru
produktif
dan 7,00.
siswa
arahnya
Persentase tingkat
positif,
variabel
proses arahnya positif dan variabel hasil
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1871
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
ISSN 1858 – 4543
positif. Dengan demikian, variasi CIPP-
mendapatkan DU/DI yang dekat dan
nya menjadi (+ + + +). Berdasarkan
relevan dengan program keahlian yang
kuadran Glickman, hasilnya termasuk
berakibat
dalam
proses bimbingan di DU/DI dan sering
kategori
sangat
siap.
(6)
pada
tidak
maksimalnya
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
terjadinya
PSG mata diklat program produktif di
pembelajaran di sekolah; (f). Belum
SMK Negeri 1 Petang adalah (a).
terpenuhinya
keterlambatan
berpengalaman
dana
pelaksanaan
gangguan
jumlah
terhadap
guru
dalam
yang
pelaksanaan
program sekolah, merupakan kendala
PSG, merupakan kendala yang dialami
yang dialami oleh kepala sekolah,
oleh pihak sekolah; (g). Kurangnya
pendidik, maupun tenaga kependidikan
koordinasi antarpembimbing PSG dan
yang sepenuhnya menggunakan APBD
instruktor DU/DI, merupakan kendala
Kabupaten Badung; (b). Keterbatasan
yang dialami oleh pembimbing PSG
sarana-prasarana pembelajaran praktik,
sehingga
termasuk
bimbingan
kekurangan
air
bersih
siswa
tidak
mendapatkan
menyeluruh
merupakan kendala yang dihadapi oleh
pelaksanaan
seluruh warga sekolah; (c). Terbatasnya
Kegiatan PSG di DU/DI dirasakan
kompetensi bidang
keahlian
pertanian
PSG
di
dalam
DU/DI;
(h).
siswa
dalam
menggangu jam pelajaran normatif dan
modern
untuk
adaptif,
merupakan
kendala
yang
merawat tanaman eksplosif dan bernilai
dialami oleh semua tenaga pendidik
ekonomi tinggi, merupakan masalah
karena selama PSG, siswa kelas XII
yang dihadapi oleh pihak DU/DI; (d).
tidak dapat belajar di sekolah; (i). Siswa
Kurangnya kedisiplinan siswa selama
kesulitan
praktik
kerja
pemondokan
masalah
yang dihadapi oleh guru
pembimbing
industri,
PSG
dan
merupakan
instruktor
mendapatkan selama
PSG
tempat karena
DU/DI sebagian besar berlokasi di pedesaan.
pendamping di DU/DI yang dinilai dari segi
kekurangtepatan
siswa
dalam
memanfaatkan jam kerja, kurangnya perhatian untuk melaksanakan praktik yang tepat secara sungguh-sungguh, dan sering terlambatnya kehadiran siswa di DU/DI; (e). Pihak sekolah kesulitan
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1872
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan Ganesha
DAFTAR PUSTAKA Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: CV Alfabeta. Depdikbud. 1997. Administrasi Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Ditmenjur. ------. 1997. Pengelolaan Fasilitas dan Bahan Praktik Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Ditmenjur. ------. 1997. Pengelolaan KBM dalam Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Ditmenjur.
ISSN 1858 – 4543
Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Stufflebeam, Daniel L. & Antohony J.Shinkfield. 1986. Systematic Evaluation: A Self-Instructional Guide to Theory and Practice. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing. Uno,
Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
------. 1997. Penyusunan Kurikulum Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Ditmenjur. ------. 1997. Sistem Penerimaan Siswa Baru Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Ditmenjur. ------.
1997. Sistem Pembimbingan Siswa Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Ditmenjur.
Disdik Kabupaten Badung. 2006. Profil SMK Negeri 1 Petang. Badung: SMKN 1 Petang. Lestari, Tita. 2006. Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Nurhardjadmo, Wahyu. 2008. ”Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan (Laporan Penelitian)” dalam Spirit Publik Volume 4, Nomor 2 Halaman: 215 – 228, ISSN. 1907 – 0489, Oktober 2008.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1873