KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA DAN PELAKSANAAN SUPERVISI TERHADAP KINERJA GURU SMAN DI BUKITTINGGI
TESIS
OLEH YENNY ARIZA NIM 10667
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010
ABSTRACT YENNY ARIZA. 2010. The Contribution of work Motivation and Implemantation of Supervision toward Teachers’ performance of senior higth school in Bukittinggi. Thesis. Graduate Program State University of Padang. On the basis of preliminary observation it was found that teaches’ performance of Senior Higth School in Bukittinggi was relatively low. It was predicated by is many factors, such as work motivation and implemantation of supervision conducted by the headmaster. The purpose of this research was to identify the contribution of work motivation and implemantation of supervision. To ward teachers’ performance of senior higth school in Bukittinggi individually on in groups. This research used quantitative approach. The population of this reseach were all the teachers at senior higth school in Bukittinggi totaling 326 teachers. 83 teachers of them were selected as the sample by using stratified proportional random sampling technique considering the work experiences and gender instrument which was used tocollect data was likert’s scale questionnaire model whose validity and reability had been lested. Collekted data were analyted by using monas service computer program versi 12 @ 2009. The findings of this reseach indicated. The contribution of work motivation is 17,3% to ward teachers’ performance, implemantation of supervisions countributes 6,6% towardteachers’ performance and implemantation countribute collectively 20,7% toward teachers performance. The findings of this research indicated that the three hipothesis were accepted, from the finding of this research it could be concluded that work motivation and implemantation of supervision were two independen variabeles effecty positively to ward dependent variabel reachers variabel teacher performance. To impove teachers’ performance of senior higth school in Bkittinggi, it needed to improved work motivation and implemantation of supervision counduted by the headmaster.
i
ABSTRAK YENNY ARIZA. 2010. Kontribusi Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja Guru SMAN Di Bukittinggi. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Berdasarkan hasil pengamatan dan survei awal bahwa kinerja guru SMAN Bukittinggi terkesan masih kurang baik hal ini diduga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menggungkapkan seberapa besar kontribusi motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi terhadap kinerja guru SMAN Bukittinggi baik secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, populasinya seluruh guru SMAN Bukittinggiyang berjumlah 326 orang, sedangkan sampel berjumlah 83 orang yang ditetapkan dengan teknik Stratified Proportional Random Sampling dan strat masa kerja dan jenis kelamin. Data diperoleh dengan menggunakan angket model skala likert yang telah diuji kesahihan dan keandalannya. Semua analisis dikerjakan dengan bantuan program komputer Monas Versi 12 @ 2009 Hasil analisis data menunjukan bahwa motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru sebesar 17,3%, pelaksanaan supervisi berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru sebesar 6,6% sedangkan motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi secara bersama-sama berkontribusi dengan kinerja guru sebesar 20,7% Anlisis data diatas telah menunjukan bahwa ketiga hipotesis dapat diterima secara empiris. Dari hasil temuan ini dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi merupakan dua variabel bebas yang berdampak positif terhadap variabel terikat kinerjaguru. Untuk meningkatkan kinerja guru SMAN Bukittinggi perlu ditingkatkan motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah. .
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis saya, tesis ini dengan judul Kontribusi Motivasi kerja Dan Pelaksanaan Supervisis Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri Di Kota Bukittinggi adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain kecuali arahan dari dosen pembimbing. 3. dalam karya ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran pernyataan ini, saya bersedia sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karyatulis saya ini.
Padang, MAI 2010 Saya yang Menyatakan
YENNY ARIZA NIM: 10667
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat-Nya tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA dan PELAKSANAAN SUPERVISI TERHADAP KINERJA GURU SMAN BUKITTINGGI”. Penulisan tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi penulis pada Program studi Administrasi Pendidikan pada Pgoram Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian tesis ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesmpatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Nasrullah Aziz dan Prof. Dr. Kasman rukun. M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membantu memberikan arahan dan bimbingan sehingga tesisi ini dapat diselesaikan. 2. Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur M.A Ed.D, Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin.M.Pd, Prof. Dr. Gusril. M. Pd. Sebagai dosen penguji yang telah memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritikan dalam rangka penyempurnaan tesis ini. 3. Direktur Program Pascasarjana beserta Asisten Direktur I, II dan ketua program studi Administrasi Pendidikan, kepala bagian Tata Usaha beserta Staf telah memberikan pelayanan dalam berbagai kemudahan dalam penyelesaian Administrasi perkuliahan. 4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi yang telah memberikan dorongan dan izin belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program studi Pascasarjana Universitas Negeri padang. 5. Kepala sekolah SMAN 1 Bukittinggi, SMAN 2 Bukittinggi, SMAN 3 Bukittinggi, SMAN 4 Bukittinggi, dan SMAN 5 Bukittinggi beserta dewan guru dan kepala tata usaha yang telah memberika kesempatan, izin dan bantuan kepada penulis untuk mengumpulkan data penelitian sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar. 6. Ungkapan terima kasih terhadap ayah dan ibunda tercinta yang telah membesarkan dan mendidik penulis serta memberikan dorongan dan motivasi sehingga bisa seperti sekarang ini. 7. Teristimewa ucapan terima kasih, pemohonan maaf penulis terhadap suami Hadrizon dan anak-anak tersayang Reza Adhitya Hadryan, M. Alfikri Hadryan yang telah memberikan semangat, bantuan dan pengorbanan shingga waktu penulisan ini penulis banyak tersita dalam penyelesaian perkuliah ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Program studi Administrasi Pendidikan terutama kelas Bukittinggi angkatan 2008 yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini. 9. Semua pihak yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRACT ..................................................................................................................
i
ABSTRAK ................................................................................................................... ii Persetujuan Akhir ......................................................................................................... iii Persetujuan Komisi pembimbing ................................................................................... iv Surat Pernyataan ............................................................................................................. v Kata Pengantar ............................................................................................................... vi Daftar Isi ...................................................................................................................... viii Daftar Tabel .................................................................................................................... x Daftar Gambar ............................................................................................................... xi Daftar Lampiran ............................................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah ......................................................................................... Identifikasi Masalah ................................................................................................ Pembatasan Masalah ............................................................................................... Perumusan Masalah ................................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................................... Manfaat Penelitian ..................................................................................................
1 6 12 14 14 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori........................................................................................................ 1. Kinerja Guru SMA ............................................................................................ 2. Motivasi Kerja .................................................................................................. 3. Pelaksanaan Supervisi....................................................................................... B. Kerangka Pemikiran................................................................................................ C. Hipotesia Penelitiaan ..............................................................................................
16 16 25 31 37 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. E. F.
Metode Penelitian ................................................................................................... Populasi dan Sampel ............................................................................................... Definisi Operasional ............................................................................................... Instrumen Penelitian ............................................................................................... Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... Teknik Analisis Data...............................................................................................
viii
43 43 49 50 55 56
BAB IV HASIL PENELITIAN A. B. C. D. E.
Deskripsi Data ......................................................................................................... Pemerikasaan Persyaratan Analisis......................................................................... Pengujian Hipotesis ................................................................................................ Pembahasan............................................................................................................. Keterbatasan Penlitiaan ...........................................................................................
60 65 68 79 81
BAB V KESIMPULAN , IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................................. 83 B. Implikasi ................................................................................................................ 84 C. Saran ...................................................................................................................... 86 DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................ 88 LAMPIRAN
ix
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini
manusia
berusaha menambah ilmu pengetahuan melalui
berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui proses pembelajaran disekolah. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan guru dan tenaga pendidik yang profesional. Guru dan tenaga pendidik perlu dibina karena guru sebagai tenaga pendidik mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendididkan. Guru yang berkualitas
adalah mereka yang mampu mengubah anak yang kurang
mampu menjadi anak yang potensial. Untuk meningkatkan kualitas guru pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam bentuk perangkat Undang-undang RI No 20/2003 yang mengatur standar kualitas pelayanan, proses, tenaga pendidik, fasilitas dan lulusan. Undang-undang ini menegaskan bahwa; “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
2
Diperjelas lebih mendalam pada UU no 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No 25/2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan
propinsi
sebagai
kebijaksanaan pendidikan
daerah
otonomi,
yang semula
berimplikasi
terhadap
bersifat sentralistik menjadi
desentralisasi. Pergeseran kebijakan tersebut berimplikasi pada penyempurnaan pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan merupakan kegiatan institusi pendidikan yang berorientasi kemasa depan. Hal ini berkaitan dengan proses pengembangan potensi guru, maka dibutuhkan guru yang bermutu, program pendidikan yang relevan dengan tuntutan lingkungan, kepala sekolah yang mampu secara efektif mengelola sekolah, sarana dan prasarana sekolah yang memadai, dan kebutuhan lainnya. Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2008 dalam Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi
peserta didik baik pada pendidikan anak usia dini dan Pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Untuk itu guru harus mempunyai motivasi dalam bekerja agar tugas pokok sebagai guru dapat dilaksanakan dengan baik sehingga kinerja gurupun akan baik dan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh institusi
pendidikan. Guru memerlukan perhatian khusus dan
tugas guru bukan sekedar
mentransfer ilmu saja tapi juga mendidik dan memberi bimbingan kepada siswa agar dapat berfikir secara ilmiah dengan mengunakan sarana berfikir yang baik. Menurut Nugroho (1996) tentang peningkatan mutu pendidikan itu dapat tercapai, jika didukung oleh peningkatan kinerja guru. Kinerja guru
artinya
3
kinerja guru dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu standar ukur
kualitas pendidikan. Untuk menciptakan sistem kerja yang cukup optimal ada 3 aspek yang perlu diperhatikan yaitu: 1) Administrasi dan supervisi yang terlaksana dengan baik, 2) Pengajaran yang diselenggarakan secara optimal oleh tenaga pendidik dan 3) kegiatan pembelajaran siswa (Handari Nawawi,2000) Pelaksanaan program pendidikan
dengan
memperhatikan
ketiga
aspek
terebut
diatas
akan
mempermudah pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisisen. Amanat pemerintah dan pendapat para ahli diatas mengisyaratkan dasar pengembangan manusia “unggul dan bermoral” yang perlu diberikan disekolah – sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah. Sekolah dasar memberikan landasan dasar dan embrio pengembangan manusia- manusia “ unggul dan bermoral “. Proses pembelajaran yang baik harus dikelola dengan manajemen yang baik pula. Untuk mendisain manajemen pembelajaran yang baik tentu terlebih dahulu guru harus memahami pengelolaan manajemen pembelajaran serta memilih
penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan
pembelajaran oleh sebab itu persoalan manajemen pembelajaran di kelas sangat tergantung kepada kepribadian guru itu sendiri termasuk model pembelajaran yang diterapkan dalam kelas. Pengalaman menunjukkan sebuah kegiatan belajar mengajar yang diciptakan semenarik mungkin dan memotivasi siswa untuk terus mengikuti pelajaran. Pelajaran yang menyenangkan berarti pelajaran yang cocok dengan
4
diri siswa. Kalau siswa tidak senang maka mereka pasti tidak ada perhatian, akhirnya siswa merasa jenuh dan masa bodoh. Keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh kinerja (perfoprmance) guru sebagai tenaga pendidik. Yang dimaksud dengan kinerja adalah
kemauan,
kemampuan,
seseorang
melakukan
suatu
pekerjaan
(Adnan,1996) Bila guru mempunyai kinerja yang baik maka hasil proses belajar mengajar juga akan baik. Untuk itu kinerja memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal, mengingat perlunya kinerja ini sekolah perlu meningkatkan kinerja guru agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara maksimal. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap guru
SMAN di
Kota
Bukittinggi ditemukan adanya gejala tentang belum optimalnya kinerja guru Hal ini dapat dilihat dari beberapa fenomena antara lain; 1) Belum
lengkapnya
perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru seperti program tahunan, program semester, silabus, dan RPP diawal semester. 2) Dalam kegiatan pembelajaran belum semua guru yang mampu memilih dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kepribadian siswa. dilaksanakan oleh guru baru sebagian yang
3) Evaluasi hasil belajar yang terprogram, dan sebagian guru
membuat soal belum sesuai dengan indikator atau bahkan guru membuat soal dari buku sumber dan masih ada guru yang belum mampu merumuskan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk sebuah indikator. 4) Sebagian dari guru yang menganalisis hasil evaluasi belajar siswa dan program remedial dan pengayaan yang belum terlaksana dengan baik biasanya dilakukan oleh guru dalam kegiatan program remedial dan program pengayaan untuk melengkapi
5
bahan naik pangkat dan untuk bahan portofolio. 5) Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru yang
berdasarkan
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 menyatakan tugas kepala sekolah berkewajiban melakukan pembinaan terhadap kinerja guru melalui supervisi akademik. Karena supervisi merupakan bantuan yang diberikan pada guru agar guru mengalami perubahan secara minimal dan integral baik personal maupun kelompok. Dari data yang diperoleh melalui pengamatan dan prasurvei serta pembicaraan dengan beberapa wakil disetiap sekolah ternyata hanya 70% guru yang betul-betul mempersiapkan diri dari awal semester dan pembuatan perangkat pembelajaran yang akan diterapkan didepan kelas awal semester dan penyerahan perangkat pembelajaran diberi rentang waktu kalau lewat dari waktu yang telah ditentukan guru akan diberi sangsi oleh kepala sekolah. Pelaksanaan supervisi dilaksanakan
bergilir untuk setiap guru karena SMAN di Kota
Bukittinggi merupakan sekolah teladan dan baik dan sering dikunjungi oleh tim pengamat dan setelah itu ditanyai guru yang sudah disupervisi oleh kepala sekolah Bila fenomena tersebut dibiarkan dan tidak dicari solusinya tentu akan berdampak negatif pada proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMAN Bukittinggi. .
di Kota
6
B. Identifikasi Masalah Guru sebagai pelaksanan pendidikan sangat menentukan keberhasilan pndidikan itu sendiri. Semakin baik kinerja guru semakin tercapai tujuan pendidikan disekolah. Ketidak mampuan guru dalam melaksanakan tugasnya akan menjadikan sekolah kurang berhasil dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu perlu diperkirakan hal-hal yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan tangungjawab dengan baik Kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Griffin (1986) kinerja dipengaruhi oleh motivasi (motivation), kemampuan (ability), dan lingkungan (the work enviroment) sehingga kalau dirumuskan P = f ( m, a, e.). Menurut Anoraga (1992) faktor yang memepengaruhi kinerja yaitu daya tarik pekerjaan, upah, perlindungan kerja, pengetahuan, lingkungan dan suasana kerja, pengembangan karir. Steers (1990) mengatakan kinerja akan dipengaruhi oleh kemampuan, motivasi, sikap, minat, dan penerimaan orang terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Mitrani (1995) mengatakan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah tanggungjawab, kebebasan, standar kerja, supervisi, motivasi dan rendah hati. Saydam (2000) faktor yang mempengaruhi motivasi guru adalah supervisi, iklim komunikasi, keinginan dan harapan kebutuhan, tingkat kecerdasan, kecerdasan emosional, tingkat pendidikan, kepuasan kerja, kompensasi, sikap dan penghargaan terhadap prestasi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja akan dipengaruhi oleh: 1) Motivasi, 2) Minat, 3) Lingkungan kerja, 4) Komitmen, 5) Kecerdasan, 6) Supervisi, 7) Sikap, 8) Insentif, 9) Iklim komunikasi.
7
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kinerja guru dapat dilihat pada Gambar1 Insentif/Gaji
Iklim Komunikasi Lingkungan kerja
Komitmen Kinerja guru
Sikap
Kecerdasan
Minat
Supervisi Motivasi
Gambar : 1. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja guru. Motivasi adalah keadaan dalam diri yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Handoko, 1977). Motivasi kerja merupakan dorongan yang kuat dari dalam diri seseorang, yang dapat membangkitkan semangat dan gairah untuk berprestasi lebih baik. Dengan adanya motivasi kerja yang dimiliki guru diharapkan tingkat pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai pengajar dan pendidik dapat lebih ditingkatkan. Motivasi merupakan kekuatan dinamik yang mendorong untuk berpartisipasi dalam pekerjaan. Seperti halnya dari hasil pengamatan penulis bahwa kinerja guru tersebut lemah dapat dilihat dari pengumpulan perangkat mengajar dan pengumpulan nilai selalu tidak tepat waktu dan guru tidak pakai media dalam proses pembelajaran.
8
Minat merupakan suatu keadaan yang terfokus pada suatu hal yang ingin dicapai atau dimiliki. Ridwan (1983) mengatakan bahwa orang yang berminat terhadap suatu pekerjaan akan melakukan pekerjaan itu dengan penuh semangat dan akan lebih baik prestasi kerjanya dibanding orang-orang yang tidak berminat . Guru yang mempunyai minat yang tinggi terhadap tugas yang diembannya akan lebih senang dan bersemangat dalam bekerja Hasil pengamatan penulis guru yang bekerja
tidak bidangnya
mereka akan bekerja asal jadi saja yang penting
tugasnya selesai dan bekerja tidak dengan tanggungjawab dan juga tidak ada kemauaan untuk meningkatkan prestasi kerja. Lingkungan kerja mempunyai peranan penting dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Jika lingkungan itu tidak kondusif sehingga semanggat kerja akan berkurang untuk itu perlu diciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga kinerja guru baik. Lingkungan kerja
yang akan berpengaruh baik hubungan
dengan masyarakat maupun dengan sesama guru Lingkungan kerja yang aman akan
menentukan kenyamanan dalam bekerja. Hasil pengamatan lingkungan
kerja yang aman. damai dan tentram dan tenang jauh dari keributan lalu lintas dan juga jarak tempat tinggal guru dengan sekolah juga menentukan kinerja guru. Piet
Sahertian
(1994)
mengemukakan
komitmen
itu
merupakan
kecendrungan dalam diri seseorang untuk merasa aktif dengan penuh rasa tanggungjawab. Guru yang mempunyai komitmen yang tinggi akan disenangi oleh siswa dan juga akan berakibat kepada motivasi kerjanya tapi sebaliknya jika guru tidak mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas ia menganggap mengajar itu merupakan suatu tugas rutin saja. Seorang yang mempunyai komitmen akan dapat meningkatkan kinerjanya. Semakin tinggi tingkat komitmen
9
seseorang diduga semakin baik kinerjanya. Hasil pengamatan penulis komitmen guru dengan siswa dalam penagihan tugas yang harus dikumpulkan tepat waktu dan dalam penetapan peraturan sekolah bahwa siswa dan guru datang kesekolah dan masuk kelas tepat dan tidak ada yang terlambat berarti setiap siswa dan guru harus ada kedisiplinan diri sehingga peraturan yang telah dibuat itu bisa berjalan sehingga akan menentukan kinerja guru Kecerdasan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam bekerja Zohar (2001) mengatakan bahwa pekerjaan, tugas atau profesi pasti akan lebih efektif jika dikerjakan dengan kecerdasan, termasuk aspek kecerdasan spritual. Kemampuan seseorang untuk menggali dan memperdayakan potensi spritualnya akan berpengaruh terhadap kinerja yang bersangkutan sehingga seorang guru dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan nilai-nilai agama dan dapat memahami dirinya. Seperti halnya dari hasil pengamatan penulis bahwa kecerdasan guru dilihat dari segi profesionalnya dan kemampuan pedagogik akan menentukan kinerja guru yang mempunyai kemampuan profesional lebih akan bekerja dengan baik dan bisa melaksanakan tugas sebagai guru dan guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran pada siswa dan guru harus selalu menguasai materi pelajaran. Kemampuan pedagogik yang dimiliki guru sehingga guru bisa membina siswa dengan baik, dari hasil pengamatan kinerja guru baik karena guru memahami peserta didknya sehingga hubungan baik dengan siswa terjadi dan juga pengelolaan pembelajaran dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran dalam membangun kepribadian yang mantap, arif, stabil, dewasa dan beribawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
10
mulia serta bertanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri serta mempunyai jiwa yang menyenangkan. Supervisi merupakan suatu proses bimbingan dari atasan kepada bawahan (guru) untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Seperti yang dikemukakan oleh Made Pidarta (1992) supervisi adalah suatu aktivitas pengarahan langsung terhadap aktivitas-aktivitas bawahan. Apabila supervisi dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang ada akan dapat meningkatkan kinerja guru
Fenomena yang terjadi disekolah sebagian guru
enggan untuk disupervisi karena pelaksanaan supervisi dianggap sebagai sebuah momen untuk mencari kesalahan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran dan bukan bersifat membina dan juga kepala sekolah enggan untuk mensupervisi guru yang masa dinasnya sudah lama karena dianggap guru itu sudah baik dalam melaksanakan pekerjaannya. Sikap merupakan pola tingkah laku yang dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap orang, objek ( Mouly,1977) Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu pekerjaan tertentu akan memperoleh hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan tersebut. Fenomena yang terjadi disekolah menujukkan sikap guru akan menentukan kierja guru karena guru itu akan menjadi contoh
dan teladan bagi peserta didiknya dan dalam proses
pembelajaran guru tidak hanya menfokuskan diri dengan
materi yang ada
sekarang dengan adanya kebijakan baru yang selalu mengalami perubahan sehingga guru kurang bersemanggat dan banyak yang dihantui oleh perubahan
11
bahan ajar akhirnya mereka tidak bersemangat untuk berbuat terbaik demi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Insentif akan mempengaruhi kinerja guru. Timpe (1993) insentif yang diberikan akan dapat memotivasi seseorang dalam bekerja. Apabila insentif yang diterima seorang pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang diembannya, hal ini akan mendorong untuk bekerja lebih baik. Begitu juga halnya dengan guru disekolah bila gaji yang diterimanya sesuai dengan beban kerja yang dilakukannya dan gaji tersebut dapat memenuhi kebutuhannya, ini merupakan hal yang mendorong untuk bekerja dengan baik sehingga prestasi kerja akan mencapai hasil yang diharapkan. Insentif yang diterima guru bukan saja bersifat materi tapi juga non materi. Menurut Komaruddin (1994) insentif merupakan suatu bentuk penerimaan seseorang baik dalam bentuk uang ataupun barang yang mendorong mereka untuk bertindak sehingga produktifitas menjadi meningkat. Hasibuan (2002) menyatakan bahwa pemberian insentif yang tepat
dapat
memotivasi seseorang untuk meningkatkan motivasi kerja Dan pemberian insentif yang non materi diberikan pada guru yang prestasi kerjanya baik sehingga guru bersemanggat
dalam
melakukan
pekerjaannya.
Fenomena
disekolah
mengesankan bahwa guru yang berprestasi mendapat penghargaan dari kepala sekolah terhadap prestasi kerjanya sehingga guru
bersemangat dalam
melaksanakan tugasnya daan juga guru banyak yang bekerja selain menjadi guru disekolahnya juga bekerja ditempat lain sebagai tambahan hasil insentifnya karena kurangnya gaji yang diterima oleh guru yang tidak mencukupi kebutuhannya.
12
Iklim komunikasi merupakan suasana komunikasi yang ada disekolah baik komunikasi secara horizontal maupun secara vertikal atau komunikasi secara interpersonal. Menurut Arni (1995) bahwa iklim komunikasi penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi secara terbuka, rileks, ramah-tamah dengan anggota yang lainnya.Kondusifnya iklim komunikasi akan menciptakan suasana yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan diduga berpengaruh terhadap tanggungjawab dan loyalitas para guru dalam menuntaskan pekerjaan yang ada pada mereka, tuntasnya pekerjaan akan dapat meningkatkan kinerja guru. Fenomena yang terjadi sekolah mengesankan bahwa komunikasi belum berjalan dengan baik karena masing-masing guru masih menjaga imejnya seperti tingkat senioritasnya dan kelompok mata pelajaran tertentu dianggap sebagai primadona disekolah itu.
C. Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukan, banyak faktor yang diduga
berkontribusi
terhadap
dilibatkan dalam penelitian ini tetapi
kinerja guru. Idealnya semua faktor karena
berbagai urgemsi dan kajian
fenomena diatas, maka penelitian ini difokuskan pada dua faktor yaitu motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi. Alasan penulis mengambil variabel
motivasi kerja dan pelaksanaan
supervisi karena penulis menduga motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap kinerja guru juga faktor ini merupakan yang sangat penting keberadaanya untuk diteliti.
13
Motivasi kerja merupakan dorongan yang dimiliki oleh seorang guru baik dari dalam dirinya maupan dari luar dirinya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan pengajaran, pembuatan program pengajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan yang merupakan tugas seorang guru. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah akan berpengaruh terhadap kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai suatu tujuan sekolah. Supervisi bukan mencari kesalahan dari guru tapi supervisi dilaksanakan suatu usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar. Tujuan supervisi yang di kemukakan oleh Sagala ( 2000:236) secara umum tujuan supervisi adalah untuk “ membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dalam melaksanakan pengajaran.” Dari hasil pengamatan fenomena yang terjadi memperlihatkan masih rendahnya kinerja guru maka penulis berkeinginan untuk meneliti penyebabnya maka ada dua hal yang sangat erat kaitannya dengan kinerja guru yaitu motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi oleh karena itu penulis ingin meneliti dengan judul Kontribusi Motivasi kerja dan Pelaksanaan Supervisi Terhadap Kinerja Guru SMAN di Kota Bukittinggi.
14
D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut; 1. Apakah motivasi kerja berkontribusi terhadap kinerja guru? 2. Apakah pelaksanaan supervisi berkontribusi terhadap kinerja guru? 3. Apakah motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi berkontribusi dengan kinerja guru?
E. Tujuan Penelitian Dalam
penelitian
ini
tujuan
yang
ingin
dicapai
adalah
untuk
mengungkapkan; 1. kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru. 2. kontribusi pelaksanaan supervisi terhadap kinerja guru. 3. kontribusi motivasi kerja dan pelaksnaan supervisi secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini hendaknya dapat memberi manfaat berbagai pihak. Secara teoritis dapat mengembangkan ilmu yang relevan dengan masalah penelitian, serta dapat memperkuat teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yang telah
dikemukakan oleh para ahli dan dapat memperkaya
pengetahuan tentang variabel yang diteliti.
15
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi guru SMAN di Kota Bukittinggi agar lebih meningkatkan motivasi dalam melaksanakan tugas sehingga dapat meningkatkan kinerja guru 2. Bagi kepala sekolah SMAN di Kota Bukittinggi sebagai masukan selaku pimpinan untuk meningkatkan kinerja guru, dengan terlaksananya supervisi dapat memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru sehingga dapat meningkatkan kinerja guru 3. Bagi kantor dinas pendidikan Kota Bukittinggi sebagai masukan yang akan membuat kebijakan untuk meningkatkan kinerja guru SMAN di Kota Bukittinggi, dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan sehingga kinerja guru dapat ditingkatkan 4. Bagi
peneliti
lain
yang
ingin
melanjutkan
penelitiannya
untuk
mendapatkan informasi tentang kinerja guru SMAN di Kota Bukittinggi
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teori Berikut ini akan dikemukakan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan permasalahaan yang akan diteliti. 1. Kinerja Guru SMA a. Pengertian kinerja Dalam kamus Bahasa Indonesia (2002:570) mengatakan kinerja adalah 1) Sesuatu yang dicapai, 2) Prestasi yang diperlihatkan, 3) kemampuan kerja Adnan (1996:53) kinerja biasa juga disebut dengan unjuk kerja atau prestasi kerja, dan Mulyadi (2004:13) kinerja merupakan kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Kinerja adalah istilah yang berasal dari job performance atau actual performence ( prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Menurut Mangkunegara (2005:9) kinerja guru adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai guru persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Wahjosumijo (2001:431) mengatakan kinerja adalah sumbangan yang diberikan oleh kepemimpinan seseorang baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan organisasi.
17
Sahertian (1990:88) mengatakan kinerja seseorang terletak pada kemampuan profesional dan motivasinya dalam melaksanakan suatu pekerjaan Burton (1974:872) dalam Mulyadi (2004:12) mengatakan kinerja sebagai berikut “ kinerja itu merupakan tindakan atau perbuatan yang dituntut dalam perjanjian. Lauler dan Porter (1976) dalam Mulyasa (2005:136) bahwa “performance = Effort x Ability x Role Performance:, effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti; inteligent, keterampilan, sifat sebagai kekuatan pontensial untuk berbuat dan melakukan sesuatu sedangkan Role performence adalah kesesuaian antara yang dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang harus dikerjakan. Komponen yang tergantung dalam pengkajian kinerja melibatkan” ability” dan “ motivasi “ sehingga perkalian antara ability dan motivasi sangat tepat dan populer. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja itu adalah sesuatu yang dicapai dalam prestasi kerja yang diperlihatkan dari hasil yang diperoleh seseorang dari suatu pekerjaan dalam jangka tertentu. b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang seperti yang dikemukakan oleh Timpe (1992:31) dalam Mangkunegara (2005:15)
18
faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal dihubungkan dengan sifat sesorang, kinerja sesorang itu baik apabila mempunyai kemampuan tinggi serta memiliki tipe pekerja keras, sebaliknya seseorang yang mempunyai kinerja yang jelek apabila seseorang tersebut mempunyai kemampuan yang
rendah dan apalagi
tidak memiliki upaya untuk merubahnya Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungannya . Arikunto (1988:56) mengatakan “ faktor yang mempengaruhi kinerja mencakup masalah sikap, minat, intelegensi, motivasi, kepribadian dan saran prasarana dan juga komitmen akan menunjukan suatu kesediaan seseorang untuk terlibat aktif dengan suatu kegiatan dengan tanggung jawab yang tinggi. Sahertian (1990:88) mengatakan kinerja seseorang akan terletak pada kemampuan profesionalnya dan motivasinya dalam melaksanakan suatu pekerjaan . Menurut Mulyasa (2005:138) mengatakan faktor yang menentukan produktiofitas
kerja
seseorang
antara
lain
sikap
kerja,
tingkat
keterampilan, hubungan atasan dan bawahan, manajemen, efisisensi dan kewiraswastaan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hal yang mempengaruhi kinerja adalah perilaku seseorang, sikap, dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, iklim kerja, lingkungan kerja, kemampuan, tingkat keterampilan, komitmen, sikap, intelegensi, motivasi, kepribadian, insentif/gaji.
19
c. Tugas dan Peranan Guru Peraturan Pemerintah No 38 Taun 1992 tentang tenaga kependidikan menjelaskan bahwa guru terdiri atas pendidik, pengelola satuan pendidikan, pengawas, peneliti, pengembangan pustakawan, laboran dan teknisi, sumber belajar, pendidikan meliputi pengajar (guru), pembimbing (konselor/ penyuluh), pelatih ( instruktur, tutor, pamong, dan widyasuara). Guru yang mempunyai kinerja yang baik akan mempunyai rincian kerja yang akan dilakukannya dan melaksanakan rencana kerja tersebut dengan baik. Pelaksanaan kerja guru yang baik akan kelihatan dari hasil belajar anak didiknya juga baik, untuk itu guru penting sekali untuk peningkatan hasil belajar anak didik atau kinerja guru. Guru dalam melaksanakan tugas dituntut memiliki kemampuan dan berbagai keterampilan sehingga ia melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Menurut Syah Muhamad (1997)
guru pada
prinsipnya bertugas sebagai membuat orang lain (anak didik) belajar, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan sehingga menjadi guru yang profesional, guru profesional adalah mereka yang menjalankan tugas keguruan berdasarkan standar pengetahuan dan kompetensi guru dengan tanggungjawab yang tinggi. Tugas guru dapat dikemukakan sebagai berikut; 1. Pelaksana Pembelajaran Tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah menyampaikan
20
materi pelajaran kepada anak didik. Guru sebagai pelaksana pembelajaran berkaitan dengan penyampaian materi atau bahan pembelajaran pada anak didik dengan mengunakan langkahlangkah sebelumnya. Guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada anak didik harus mempunyai kemampuan. Menurut Hamalik (2000:52) ada sepuluh kemampuan dasar guru; 1 Kemampuan menguasai bahan 2. Kemampuan mengelola program belejar mengajar 3. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar. 4. Kemampuan mengunakan media/ sumber belajar 5. Kemampuan menguasai landasan kependidikan 6. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar 7. Kemampuan menilai prestasi siswa 8. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayana bimbingan dan penyuluhan 9.Kemampuan mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah 10.Kemampuan memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. . 2. Penilai Pembelajaran Penilaian pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran, Penilaian harus menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek yang akan dinilai manakah yang harus diperhatikan untuk keperluan penilaian ini. Evaluasi diperlukan untuk melakukan penilaian untuk mengetahui kemajuan anak selama jangka waktu tertentu dan untuk mengetahui tingkat efisisensi
metode
pengajaran
yang
digunakannya.
Evaluasi
pembelajaran melakukan tugas sebagai berikut; 1) menilai kemajuan belajar,
2)
memberikan
skor
mentransformasikan skor menjadi nilai
atas
hasil
belajar
dan
21
3. Sebagai Pendidik Guru sebagai pendidik berkaitan dengan sikap dan prilaku. Guru yang dapat mengantarkan anak kepada tercapainya tujuan pendidikan.
Guru
sebagai pendidik melakukan tugas sebagai
berikut; 1) Sifat-sifat perorangan (prilaku guru) dan 2) prakarsa guru dalam melaksanakan tugasnya 4. Guru sebagai pembimbing Guru sebagai pembimbing dititik beratkan pada pemberian bantuan kepada anak didik dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Wijaya dan Rusyan (1992) mengatakan bahwa tugas guru sebagai pembimbing merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tapi juga menyangkut pengembangan dan pembentukan nilai-nilai para anak didik, Guru sebagai pembimbing lebih menekankan pada hubungan pribadi antar guru dan anak didik dalam proses pembelajaran. Yanti (2005:17) mengatakan tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yaitu; 1) membuat rencana pembelajaran, 2) melaksanakan perencanaan, 3) melaksanakan evaluasi, 4) melaksanakan analisis hasil
evaluasi dan 5)
melaksanakan kegiatan remedial Dari pendapat diatas, jika tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik diduga akan meningkatkan hasil belajar dan sekaligus meningkatkan kinerja guru. Tugas guru:
22
1. Merencanakan pembelajaran Merencanakan pembelajaran merupakan suatu kegiatan menyusun kegiatan pembelajaran selama kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan tujuan, metode, sumber belajar, dan kegiatan belajar mengajar. Sujana (2000:61) mengatakan perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. William (2005:15) mengatakan bahwa perencanaan menentukan apa yang dilaksanakan dan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan pemnjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan
program,
penentuan
metode
dan
penentuan
kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari. 2. Melaksanakan pembelajaran Perencanaan pembelajaran yang telah direncanakan itu kemudian dilaksanakan dalam bentuk interaksi belajar mengajar dan disajikan dalam kelas dengan berbagai keterampilan dan metode. Majid (2005:11) mengatakan keterampilan yang dimiliki guru yaitu; a)
membuka
pelajaran, b) Memberi motivasi dan melibatkan siswa, c) mengajukan pertanyaan, d) menggunakan isyarat non verbal, e) menggunakan waktu, f) melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut. Usman
(1995:129)
mengatakan
keterampilan
guru
dalam
melaksanakan pembelajaran dengan; a) memulai pembelajaran, b) Mengelola pembelajaran, c) Mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas, d)
23
melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar e) mengakhiri
pembelajaran. 3. Melaksanakan evaluasi Evaluasi
adalah
suatu
proses
yang
berkelanjutan
tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Hamalik (2005:210) merumuskan evaluasi sebagai berikut; a) evaluasi sebagai suatu proses yang terus menerus, b) Proses evaluasi senantiasa diarahkan ketujuan tertentu, c) Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Dalam melakukan evaluasi para guru mesti mengedepankan objektifitas dan kontinuitas. Majid (2005:185) mengatakan evaluasi merupakan ketercapaian program pembelajaran, perencanaan suatu program pembelajaran, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru dan pengelolaan pembelajaran, proses evaluasi mencakup pengumpulan sejumlah bukti-bukti yang menunjukan hasil belajar siswa 4. Melaksanakan tindak lanjut hasil belajar Hasil evaluasi memberikan informasi balikan, baik bagi siswa maupun bagi guru. Informasi tersebut memberikan gambaran tentang keberhasilan, kelemahan dan kesulitan siswa. Kelemahan dalam hasil belajar ditafsirkan sebagai kurang tercapainya hasil pembelajaran dengan kata lain kurang tercapainya target yang telah direncanakan dan tidak sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan.
24
Majid (2005:236) mengatakan hal yang sesuai dan berkaitan dengan hasil evaluasi ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru yaitu; a) melaksanakan
program perbaikan, b)
pengajaran
pengayaan, c) Pembinaan sikap dan kebiasaan belajar baik, d) peningkatan motivasi belajar. Hamalik (2005:234) mengatakan bahwa perbaikan pengajaran perlu mendapat perhatian guru karena ; a. Meningkatkan hasil belajar siswa baik kualitas maupun keluasan penguasaan hasil belajar. b. Membantu siswa mengatasi kesulitan dan memecahkan masalah belajar c. Mencerminkan kemampuan guru d. Meningkatkan mutu proses belajar mengajar agar lebih serasi dengan kondisi dan kebutuhan siswa, lebih efisien dalam pengunaan waktu dan biaya. e. Mempertimbangkan dengan seksama kemampuan awal siswa sebagai bahan mentah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan penjelasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas ataupun kuantitas yang dicapai guru persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai indikator kinerja guru adalah; a) merencanakan pembelajaran, b) melaksanakan pembelajaran, c) Melaksanakan evaluasi, dan d) Melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi.
25
2. Motivasi Kerja a. Pengertian motivasi. Pengertian motivasi adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motivasi dikatakan pula sebagai keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri untuk melaksanakan aktivitas. Motivasi sangat berhubungan dengan faktor psikologis seseorang yang mencerminkan interaksi antar sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia. Aktivitas manusia mempunyai suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam diri manusia terdapat kekuatan yang dapat menimbulkan rangsangan untuk berperilaku yaitu motivasi. Handoko (1997) mengatakan banyak instilah yang digunakan untuk motivasi
(motivation) atau Motiv,
kebutuhan (need)
desakan
(urge), keinginan (wish) dan dorongan (drive) dari berbagai istilah itu Handoko mengatakan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Locke (197) mengemukakan bahwa motif adalah keinginan yang mengerakan seseorang untuk bertindak. Steer dan Porter (1980) istilah motivasi berasal dari bahasa laten Movere yang artinya menggerakan. Hasibuan dan Mujiono (1996) menjelaskan bahwa motivasi adalah daya pengerak yang menciptakan
26
semanggat kerja seseorang agar mau bekerja lebih efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan. Washjosamidjo (1992) motivasi adalah dorongan kerja yang timbul dari seseorang untuk berprilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hersey dan Blanchard (1988) mengemukakan bahwa “ Motives are the whys of behavior”. Artinya dengan adanya dorongan tertentu seseorang berprilaku dan bertindak terhadap sesuatu lebih jauh lagi dan manusia mempunyai keinginan untuk berbuat sesuatu sangat tergantung pada kekuatan keinginan yang ada dalam dirinya. Dari pengertian diatas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu keinginan untuk melakukan sesuatu yang timbul dari dirinya sendiri dan adanya
keinginan untuk melakukan
pekerjaan. b. Sumber Motivasi Pada umum sumber motivasi itu berasal dari dalam diri individu (motivasi instrinsik) dan dari luar diri individu yang disebut dengan ekstrinsik. Motivasi instrinsik ini disebabkan karena adanya
keinginan untuk
mencapai yang diharapkan adakalanya disebabkan oleh dorongan atau kekuatan yang ada dalam dirinya sendiri. Semiawan (1996) mengatakan bahwa motivasi instrinsik merupakan kekuatan yang datang dari dalam diri
individu itu sendiri. Dengan kata lain usaha seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya dilakukan atas kesadaran sendiri.
27
Amstrong (1990) mengatakan motivasi instrinsik merupakan keinginan yang datang dari dalam diri seseorang, misalnya seseorang akan merasa senang dalam melakukan suatu pekerjaan apabila perbuatan yang dilakukannya itu menimbulkan dan memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang dipengaruhi oleh rangsangan dari luar diri individu. Semiawan (1997) mengatakan motivasi ekstrinsik sebagai kekuatan yang mendorongnya
untuk memenuhi
kebutuhannya. Sejalan dengan itu Amstrong mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik merupakan rangsangan yang datang dari luar diri individu. Misalnya seseorang akan melaksanakan tugasnya dengan baik apabila adanya imbalan atau gaji yang seimbang dengan pekerjaan yang dilakukannya. Handoko (1997) mengatakan pembagian motivasi secara instrinsik dan ekstrinsik didasarkan pada penyebab suatu tindakan, kekuatan masingmasing motivasi yang dilakukan karena faktor dari dalam diri sendiri atau dari luar sangat sulit dibedakan sebab kedua faktor motivasi tersebut bersamaan dalam diri dan luar diri individu Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bersumber dari dalam diri sendiri dan dari luar diri yang tidak dapat dilihat tapi dapat diketahui dari hasil perbuatan atau pekerjaan. c. Fungsi Motivasi Berdasarkan konsep
motivasi yang dikemukan diatas dapat
dikatakan bahwa motivasi mempunyai fungsi yang esensial dalam diri
28
individu karena motivasi dapat mendorong timbulnya prilaku dan mempengaruhi serta mengubah prilaku seseorang. Rusyan (1989) mengemukakan tiga fungsi motifasi yaitu; 1) mendorong timbulnya prilaku atau perbuatan individu, 2) mengarahkan perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh individu dan 3) menentukan cepat atau lambatnya gerak suatu perilaku. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Faktor yang mempengaruhi motivasi dapat dilakukan dari dua sisi yaitu faktor yang menimbulkan kepuasan dan faktor yang menimbulkan ketidak puasan Bafadal (2003) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi adalah 1) prestasi, 2) pengakuan, 3) pertumbuhan, 4) pekerjaan itu sendiri , 5) tanggungjawab, dan 6) promosi. Willes (1955) mengemukakan faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru adalah; 1) rasa aman dan hidup layak, 2. Kondisi kerja yang menyenangkan, 3) rasa keikut sertaan, 4) rasa mampu, 5) pengakuan dan penghargaan, 6) ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah dan 7) kesempatan mengembangkan diri (self respect). Mc. Clelland (1961) motivasi merupakan suatu keinginan untuk bekerja dengan baik bukan demi penghargaan sosial, atau prestise, tetapi untuk mencapai perasaan keberhasilan diri. Jadi jelas bahwa teori motivasi merupakan teori tentang keinginan atau kebutuhan dari dalam diri sendiri untuk mencapai hasil terbaik. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi adalah adanya pengakuan , pertumbuhan,
29
prestasi dan adanya rasa aman dan hidup layak serta adanya kesempatan untuk pengembangan diri dan keikut sertaan dalam pengambilan keputusan. e. Pentingnya Motivasi Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi karena dengan adanya motivasi kerja yang
tinggi akan
menimbulkan semangat dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Menurut Siagian (1996) Motivasi kerja penting karena dengan motivasi kerja yang tinggi diharapkan setiap individu mau bekerja keras untuk mewujudkan produktifitas guna pencapaian tujuan organisasi. Motivasi kerja penting karena dengan adanya motivasi kerja dalam diri pegawai (guru) maka pegawai (guru) akan tetap melakukan pekerjaan sesuai dengan kecakapannya dan kemampuan yang dimilikinya, dan bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Zainun (1994) mengatakan motivasi kerja dapat dipandang sebagai bagian yang integral dari administrasi kepegawaian dalam rangka proses pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga dalam suatu organisasi karena merupakan suatu kebutuhan yang berlangsung terus menerus dan kebutuhan ini akan kembali kepada titik nol setelah dipenuhi. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja sangat penting karena dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk bekerja
sungguh-sungguh,
bertanggungjawab,
bergairah
dalam
melaksanakan pekerjaan dan mempunyai keinginan yang tinggi untuk kemajuan, bekerja dengan sepenuh hati, tekun dan selalu memiliki
30
antusias dalam pekerjaannya dan motivasi merupakan bagian yang integral administrasi kepegawaian yang ditujukan sebagai proses pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga kerja. f. Ciri-ciri Motivasi kerja. Motivasi kerja yang tinggi akan mengakibatkan semangat kerja yang tinggi pula dalam diri guru. Tinggi rendahnya semangat kerja guru dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan kerja, kerjasama, tanggungjawab dan produktifitas kerjanya. Robert (1992) mengatakan ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi kerja tinggi adalah; 1) dapat memotivasi dirinya sendiri, mengambil inisiatif, dapat memacu diri sendiri dan mempunyai komitmen yang tinggi, 2) tekun bekerja secara produktif walaupun mendapat rintangan, 3) kemauan keras untuk bekerja, 4) bekerja dengan atau tanpa pengawasan, 5) melihat hal-hal yang harus dikerjakan dengan mengambil tindakan yang perlu,
6) suka tantangan, ingin menguji kemampuan,
menyukai pencarian intelektual, 7) selalu memikirkan perbaikan terhadap suatu pekerjaan, 8) berintegrasi pada sasaran/pencapaian hasil, 9) selalu tepat waktu/disiplin, 10)
mempunyai tingkat energi tinggi dan dapat
mengarahkan energi tersebut secara efektif dan 11) Memberikan andil lebih dari yang diharapkan. Susanto (1988) mengatakan seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) suka akan pekerjaan yang menantang, b) mempunyai inisiatif, c) rasa tanggungjawab yang tinggi, d) dalam bergaul mengharapkan umpan balik yang cepat dan
31
kongkrit, e) menyukai pekerjaan dan f) mempunyai semangat yang tinggi dalam bekerja. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa motivasi kerja guru mempunyai peranan penting untuk melaksanakan tugasnya. Bila dikaitkan dengan guru maka guru akan memiliki kemauan yang keras dan kesungguhan
hati
untuk
mengerjakan
tugas-tugasnya
sehingga
produktifitas kerja akan meningkat sebaliknya bila memiliki motivasi kerja yang rendah maka produktifitas kerja akan menurun. Maka indikator motivasi kerja meliputi; a) memiliki kesungguhan dalam bekerja, Memiliki semangat kerja, c)
b)
Disiplin dan bertanggungjawab, d)
kegigihan dalam bekerja
3. Pelaksanaan Supervisi .
a. Pengertian dan fungsi supervisi Supervisi merupakan istilah pengawasan pada suatu pekerjaan tapi sifat pelaksanaannya bukan mencari kesalahan atau kekurangan tapi lebih banyak kepada unsur pembinaan agar pekerjaan yang disupervisi diketahui kekurangan untuk dapat diberitahu bagaimana cara meningkatkannya. Dalam pengembangannya akhir-akhir ini supervisi mengarah pada suatu pengertian yang lebih baik lagi, yaitu yang disebut dengan “ Supervisi Klinis.” Arikunto (1993:154) mengatakan yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah “ suatu bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan kualitas mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematik untuk langkah-langkah
32
perencanaan, pelaksanaan pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan untuk mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Weyne K, Hoy dan Patrick B. Forsyth dalam Arikunto (1993:155) mengatakan bahwa “ pekerjaan supervisi bukan bertujuan untuk memberikan vonis tentang kemampuan seseorang atau mengontrol pekerjaannya, tetapi lebih mengarah kepada bentuk kerja sama antara atasan dengan bawahan”. Meskipun pengukuran terhadap efektifitas mengajar itu penting, menurut kedua ahli tersebut supervisi lebih menekankan pada tujuannya yaitu meningkatkan mutu mengajar guru yang bersangkutan. Kamars (2005:72) menyatakan, “ kegiatan-kegiatan supervisi yang dilakukan terutama dilembaga pendidikan lebih dititik beratkan pada bimbingan, arahan dan bantuan kepada guru-guru agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik”. Artinya dengan melakukan supervisi terhadap guru maka hasil belajar siswa akan baik dan meningkat. Lazaruth (1984) dalam Kamars (2005:73) mengatakan “ supervisi merupakan suatu usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan dan membimbing
pertumbuhan
guru-guru
sehingga
lebih
mampu
memahami dan lebih efektif penampilannya dalam proses belajar mengajar”. Sejalan dengan pendapat diatas Rifai (1987:37)
mereduksi
rumusan supervisi dari sejumlah para ahli antara lain dikemukakan sebagai berikut:
33
1. Supervisi merupakan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. 2. Supervisi merupakan kegiatan untuk membantu dan melayani guru-guru agar mereka dapat melaksanakan tugas mengajarnya lebih baik. 3. Supervisi adalah proses peningkatan pengajaran, dengan jalan bekerja sama dengan orang-orang yang bekerja sama dengan murid. 4. Supervisi berusaha meningkatkan hasil belajar murid melalui gurunya. 5. Supervisi merupakan bagian atau aspek dari administrasi, khususnya mengenai usaha meningkatkan guru sampai pada hasil tertentu dan 6. Supervisi adalah fase atau tahapan dalam administrasi sekolah terutama mengenai harapan dan tujuan tertentu dalam pengajaran. Dari rumusan diatas nampak bahwa fungsi supervisi sangat staegis untuk efektifitas dan kualitas pengajaran oleh guru
b. Teknik Supervisi Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses belajar mengajar, ia akan melakuka refleksi dari pengalaman mengajarnya dan dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku mengajarnya, dengan demikian teknik supervisi yang dipakai untuk mebantu guru harus didasarkan pada teori dan prinsip belajar. Pendekatan dan teknik supervisi yang akan dipakai diuraikan dibawah ini satu persatu yang didasarkan
atas aliran
psikologis tentang proses belajar. 1. Pendekatan humanistik Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Dalam proses pembinaan
34
guru mengalami perkembangan yang terus menerus dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti perkembangan itu Tugas supervisor adalah membimbing, sehingga makin lama guru makin dapat berkembang . dalam jabatannya dengan usaha sendiri. Guru merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus berkembang dan mengalami perubahan dan ia bersedia mengambil tanggung jawab terjadinya perubahan itu. Teknik ini tidak menggunakan farmat standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru, Mungkin hanya observasi tanpa melakukan analisis dan interprestasi mungkin juga supervisor hanya mendengar tanpa membuat observasi. Soetjipto (1999:244) mengatakan pendekatan humanistik ini terdiri dari ; a) pembicaraan awal, b) observasi, c) analisi dan interprestasi, d) pembicaraan akhir, dan e) laporan. 2. Pendekatan Kompetensi Pendekatan ini bermakna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya, pendekatan kompetensiini didasarkan atas asumsi, bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehinga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situiasi yang terstruktur terdiri dari; a) definisi tujuan pelaksanaan supervisi, b) penilaian
35
kemampuan awal guru, c) program yang terencana, d). Monitoring dan evaluasi. Soetjipto (1999:245) mengatakan teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut; a) menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikehendaki, b) menetapkan target unjuk kerja, c) menentukan aktifitas unjuk kerja, d) monitoring kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja, e) melakukan penilaian terhadap hasil monitoring, f) pembicaraan akhir.
3. Pendekatan Klinis Asumsi akhir dari pendekatan klinis ini adalah bahwa proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatanya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru, belajar bersifat individual, oleh karena itu proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru melalui tatap muka secara individual Sasaran supervisi klinis adalah memperbaiki pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru.
Untuk itu supervisor
diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru. Soetjipto (1992:228) mengatakan berbagai keterampilan antara lain; a) Keterampilan mengamati dan memahami
proses
pengajaran secara analitis, b) keterampilan menganalitis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat, c) keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaannya dan d) keterampilan
36
dalam mengajar. Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran dikelas . 4. Pendekatan Profesional Kata profesional menunjuk pada fungsi
utama guru yang
melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar tugas utama profesi guru adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal yang menyangkut tugas mengajar dan bukan tugas yang bersifat administratif. Supervisi profesional tidak jauh berbeda dengan bentuk supervisi lain, jika dalam supervisi yang lain guru mendapat pembinaan dari atasan, maka dalam pendekatan ini guru mendapat bimbingan dari rekan sejawat, meskipun guru tidak mendapat bantuan dari kepala sekolah dan pengawas, tetapi sifat bantuan itu adalah kolegial. Jabatan profesional harus terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Fakta menunjukan perkembangan profesional itu memerlukan bantuan dari luar. Orang yang bertanggung jawab pertumbuhan profesional guru adalah supervisor (Soetjipto,1999:258). Dalam menjalankan tugasnya supervisor dapat menggunakan satu atau lebih pendekatan yang dirasa cocok untuk memberi layanan kepada guru. Pendekatan ini antara lain pendekatan humanistik, pendekatan kompetensi, pendekatan klinis,dan pendekatan profesional.
37
Dari teori yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi yang menjadi indikatornya adalah: a). memberikan bimbingan,
b). arahan dan c). bantuan kepada guru-guru agar PBM
berjalan dengan baik, bukan untuk mencari kesalahan, kekurangan atau menvonis kemampuan seseorang tetapi lebih kearah pembinaan d) memberikan dorongan pada guru agar bisa meningkatkan kinerjanya. . B. Kerangka Pemikiran Kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut; 1. Kontribusi Motivasi kerja terhadap Kinerja Guru. Dalam mengajar guru memiliki program pembelajaran merupakan perencanaan kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentangapa yang akan diajarkan atau dilakukan secara bersama dengan anak didiknya dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media, langkah, serta penilaian autentik. Strategi belajar/prosesnya untuk materi yang diinginkan bukan hanya dangkal tapi sedikit mendalam. Guru
penentu
jalannya
proses
pembelajaran,
target
merupakan
penguasaan terhadap materi pembelajaran, anak didik mendengarkan dan menulis serta mencatat, membaca dan menghafal materio yang diberikan guru, metode yang diberikan guru dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, yang dimulai dari guru menerangkan materi yang akan disajikan dan murid mengerjakan tugas seperti yang dicantumkanoleh gurunya.
38
Untuk melaksanakan tugas dengan baik guru dituntut agar mempunyai motivasi
yang tinggi dalam bekerja. Hasibuan dan Mujiono
(1996)
mengemukakan bahwa untuk dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik diperlukan adanya keinginan atau semangat yang kuat yang berasal deri dalam diri seseorang. Guru yang memiliki motivasi kerja yang tinggi diduga akan mampu mencapai tingkat kinerja yang tinggi, dapat dikatakan bahwa motivasi berkontribusi dengan kinerja guru. Penelitian yang relevan dengan permasalahan penelitian ini dikemukakan oleh Lailatul Azwar (2009) dalam laporan penelitian yang berjudul “Kontribusi Motivasi Kerja dan Iklim Kerjasama terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Padang”. Dari temuan penelitian menunjukan bahwa motivasi kerja berkontribusis terhadap kinerja guru sebesar 18,539%. Apabila motivasi kerja berkembang dengan baik dengan sendirinya kinerja guru akan baik karena dengan adanya motivasi yang dimiliki oleh guru maka diyakini motivasi kerja dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja guru.
2. Kontribusi Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja Guru Kegiatan utama pendidikan disekolah dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan adalah kegiatan pembelajaran sehingga
seluruh
aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran, oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah supervisor,
39
yaitu
mensupervisi
pekarjaan
yang
dilakukan
oleh
guru
(tenaga
kependidikan). Supervisi merupakan pelayanan yang diberikan supervisor dalam rangka membantu guru-guru dalam meningkatkan kinerjanya, selain itu supervisi merupakan kegiatan untuk merangsang, mengkoordinasikan dan membimbing pertumbuhan guru sehingga lebih mampu memahami dan lebih efektif penampilannya dalam proses belajar mengajar, pelaksanaan supervisi yang baik harus mampu memudahkan, membimbing dan memotivasi guru agar lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya dan akan menjadi pendorong untuk bekerja lebih giat lagi. Suwarji (1994) mengemukakan bahwa supervisi itu merupakan kegiatan atau usaha untuk merangsang, mengkoordinasikan dan membimbing pertumbuhan guru-guru sehingga lebih mampu memahami dan lebih efektif penampilannya dalam proses belajar mengajar. Sahertian (2000) mengungkapkan pelaksanaan supervisi yang baik akan memiliki ciri-ciri; 1) Bantuan yang diberikan bersifat perintah tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru memiliki rasa aman, 2) apa yang disupervisi timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan, 3) satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi, 4) suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehanggatan, kedekatan, dan keterbukaan, 5) supervisi yang diberikan tidak hanya keterampilan mengajar tetapi juga mengenai aspek kepribadian guru, 6) instrumen yang digunakan atas dasar
40
kesepakatan antara supervisoar dengan guru, 7) balikan diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif, 8) dalam percakapan balikan sebaiknya datang dari pihak guru lebih dahulu bukan dari supervisor. Jika pelaksanaan supervisi dilakukan oleh kepala sekolah dengan hubungan manusiawi, demokratis maka guru akan merasa termotivasi dalam bekerja sehingga guru mau bekerja dengan sungguh-sungguh dan giat serta bertanggungjawab dalam bekerja dan sebaliknya jika supervisi tidak dilakukan dengan baik maka guru kurang bersemangat dalam bekerja sehingga tujuan pendidikan sulit untuk dicapai. Dengan demikian supervisi berkontribusi terhadap kinerja guru. Penelitian yang relevan dengan permasalahan peneliti ini dikemukakan oleh Yonishar (2008) dalam laporn penelitiannya yang berjududl “Kontribusi Kompetensi Profesional dan Peleksanaan Supervisis Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri I Padang“. Dari temuan peneliti membuktikan bahwa pelaksanaan supervisi memberikan kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 27,2%. Apabila proses pelaksanaan supervisis berjalan dengan lancar maka dengan sendirinya kinerja guru juga akan baik. Dengan adanya supervisi guru merasa diperhatikan, dibimbing, dan diarahkan dan sebaliknya tanpa supervisis yang baik dan tidak ssuai dengan kebutuhan dan keinginana guru akan mengakibatkan kinerja guru rendah deangan demikian diyakini bahwa supervisi dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja guru.
41
3. Kontribusi Motivasi kerja dan Pelaksanaan Supervisi secara bersama-sama terhadap kinerja Guru. Guru dalam melaksanakan tugasnya akan termotivasi jika kepala sekolah akan menjalin hubungan baik dan pelaksanaan supervisi yang baik dengan para guru, pelaksanaan supervisi yang baik dapat meningkatkan kinerja guru. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah merupakan bimbingan dalam pelaksanaan tugas guru. Hasibuan menyatakan bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik maka ada keinginan atau semanggat yang kuat yang berasal dari dalam diri sendiri dan mempunyai sikap yang positif terhadap perubahan yang ada, sesuai dengan peranannya guru sebagai pendidik sedangkan kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan maka kepala sekolah sebagai supervisor dalam pendidikan berusaha dengan baik memberi bimbingan, arahan dan dorongan kepada para guru dalam menyalankan tugasnya yang dilakukan secara manusiawi dan secara demokratis seperti yang dinyatakan Suharsimi (2004:4) bahwa supervisi itu melihat dari atas yang berarti sebagai kegiatan yang dilakukan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan diatas yang lebih tinggi untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru, sedangkan tugas pokok dari kepala sekolah melakukan pembinaan pada guru agar kualitas pembelajaran meningkat maka tugas pokok kepala sekolah sebagai supervisor sebagai
pemberi
bimbingan,
arahan,dan
bantuan
pada
guru
dalam
melaksanakan tugas. Dari uraian diatas diyakini bahwa motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi secara bersama-sama dapat berkontribusi dengan kinerja guru
42
Berdasarkan uraian diatas dan perumusan kerangka konseptual, bagaimana sumbangan dua variabel yaitu motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi terhadap kinerja guru yang dapat digambarkan secara skematis berikut ini.
rx1y Motivasi Kerja X1 Rx1x2y
Kinerja Guru Y
rx2y
Pelaksanaan Supervisi X2
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
C. . Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan kajian teoritis yang telah dikemukakan terdahulu dapat dituliskan hipotesis penelitian sebagai berikut 1. Motivasi kerja berkontribusi terhadap kinerja guru 2. Pelaksanaan supervisi berkontribusi terhadap kinerja guru 3. Motivasi
kerja
dan
pelaksanaan
berkontribusi terhadap kinerja guru.
supervisi
secara
bersama-sama
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan yang ingin kita ketahui. Jenis penelitian “ expost facto” dengan pendekatan korelasional untuk mengungkapkan kontribusis motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi terhadap kinerja guru. Menurut Sugiono (1993:3) penelitian “ expost facto “ adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian dirumuskan kedalam melalui data, untuk menetukan faktor-faktor yang mendahului dan menentukan sebab-sebab yang terjadi atas peristiwa yang diteliti Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat penelitian ini adalah kinerja guru sedang variabel bebasnya adalah motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan kontribusi motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi terhadap kinerja guru SMA Negeri Kota Bukittinggi. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini dilaksanakan semua guru SMA N di Kota Bukittinggi yang berjumlah
326 orang yang terdiri dari SMA N I
44
Bukittinggi 82 orang, SMAN II Bukittinggi
66 orang, SMAN III
Bukittinggi 62 orang, SMAN IV Bukittinggi
54 orang. SMAN V
Bukittinggi 62 orang, Untuk itu perlu identifikasi dan pengelompokan populasi berdasarkan strata atau tingkatan yang ada. Sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel I ; Penyebaran populasi berdasarkan jenis kelamin dan masa kerja No
Nama Sekolah SMAN I Bukittinggi
1
Masa Kerja < 15 ≥ 15
2
SMAN II Bukittinggi
< 15 ≥ 15
3
SMAN III Bukittinggi
< 15 ≥ 15
4
SMAN I V Bukittinggi
< 15 ≥ 15
5
SMAN V Bukittinggi
< 15 ≥ 15
Jenis Kelamin L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Populasi 5 28 14 35 4 11 7 44 4 16 12 30 5 21 7 21 5 37 6 14
Jumlah
Sumber data : 1. 2. 3. 4. 5.
Kantor tata usaha SMAN I Bukittinggi Kantor tata usaha SMAN II Bukittinggi Kantor tata usaha SMAN III Bukittinggi Kantor tata usaha SMAN IV Bukittinggi Kantor tata usaha SMAN V Bukittinggi
Jumlah 33 82 49 15 66 51 20 62 42 26 54 28 42 62 20 326
45
2. Sampel Sampel merupakan bahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Data yang didapat dari sampel dapat diberlakukan untuk populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan secara stratified proportional random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata proposional. Misalnya sebuah organisasi yang memiliki pegawai yang berasal dari strata jenis kelamin
yang berbeda dan masa kerja yang
berbeda. Sugiyono (2008:64) menyatakan tekhnik stratified proportional random sampling dapat digunakan apabila populasi mempunyai unsur yang tidak homogen dan berstrata proposional. Kelebihan dari tekhnik ini adalah sifat dan karakteristik sampel dapat lebih mendekati karakteristik populasinya sehingga hasil penelitian lebih objektif. Sudjana (2007:27) menyatakan berdasarkan
strata
ditujukan
untuk
bahwa pemilihan sampel populasi
berkelompok
dan
dimaksudkan agar anggota populasi terpilih secara acak dan setiap kelompok yang ada pada populasi dapat terwakili. Pemilihan tekhnik ini dimaksudkan untuk menjamin representatif terhadap populasi yang ada. Cholid ( 2004:107) menyatakan bahwa sampel yang representatif artinya yang mencerminkan populasi secara maksimal, tetapi sampel bukan duplikat dari populasi. Sugiyono (2008:62) menyatakan bahwa diperlukan sampel yang representatif agar apa yang dipelajari pada sampel dapat diberlakukan sama dengan populasi Alasan memilih teknik ini
46
karena dapat memberi peluang yang sama pada anggota karena pemilihan teknih dapat memberikan peluang yang sama pada anggota Penetapan sampel dilakukan dengan menempuh empat
tahap
yaitu; 1) identifikasi dan mengelompokan populasi berdasarkan strata, 2) menghitung proporsi masing-masing strata,
3) menentukan ukuran
sampel, 4) menentukan subjek yang akan dijadikan responden. Berikut ini akan diuraikan satu – persatu 1. Identifikasi populasi berdasarkan strata Strata yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel adalah 1) Jenis kelamin laki-laki dan perempuan 2) masa kerja dari yang kecil dari 15 tahun dan besar atau sama dari 15 tahun.. Pertimbangan penetapan jenis kelamin dan masa kerja sebagai strata populasi adalah atas pertimbangan bahwa keduanya diasumsikan berpengaruh terhadap
kinerja dan diprediksi mempengaruhi aspek
ukur dari kedua variabel
penelitian. Pengelompokan strata jenis
kelamin dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jenis kelamin bukan merupakan strata tapi merupakan klasifikasi populasi dan peneliti tidak ingin melihat perbedaan bahwa kinerja laki-laki berbeda dengan perempuan tujuannya agar keterwakilannya terpenuhi begitu
juga
dengan masa kerja diasumsikan bahwa semakin lama kerja semakin berpengalaman dan kompeten sehingga akan mempengaruhi kinerja guru dan juga penetapan masa kerja ini yang 15 tahun diperkirakan masa kerja yang menengah karena masa kerja seseorang menjelang
47
purna bakti lebih kurang 30 tahun karena kinerja itu menunjukan hasil kerja yang dituntut. 2. Proporsi Data Berdasarkan
proporsi
masing-masing strata kelompok
populasi, maka hasil perhitungan diperoleh proporsi untuk masingmasing strata sebagai berikut: a. Strata jenis kelamin Laki-laki =69 Perempuan = 257
p = 69/ 326 = 0,21 q = 257 / 326 = 0,79
p = 0,21 q = 0,79
b. Strata Masa Kerja < 15 Tahun = 136
p = 136/ 326 = 0,42
p = 0,42
≥ 15 tahun = 190
q = 190 / 326= 0, 58
q = 0,58
3. Menentukan besarnya sampel Untuk menentukan besarnya ukuran sampel dalam penelitian ini digunakan rumus yang dikemukakan oleh Cochran (1997:75), sebagai berikut; no =
t 2 .p.q d2
Jika jumlah sampel lebih besar dari pada 5% maka nilai no dikorelasikan dengan rumus Cochran (1997:75) n=
no no 1+ N
48
Keterangan; no = besarnya sampel tahap 1 (sebelum dikorelasikan) N = jumlah populasi penelitian n = besarnya sampel tahap II t = keterwakilan populasi oleh sampel yang ditetapkan pada taraf kepercayaan 95% ( a = 0,05 dengan z = 1096) d = besar kekeliruan pengambilan sampel 10% p = bsarnya populasi kelompok pertama dalam strat q = besarnya proporsi kelompok kedua dalam strata Hasil perhitungan diatas dapat dinyatakan dalam tabel sebagai berikut; Tabel 2: Besaran Proporsi kelompok strata No 1. 2.
Klasifikasi guru Jenis Kelamin Masa Kerja
p 0,21 0,42
q 0,79 0,58
no 63,73 93,58
n 53 73
Jumlah sampel yang diambil ditetapkan dengan angka 73 (angka maksimal) . Maka perhitungan jumlah responden yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah; 73/ 326 x 100% = 0,2239 X 100% = 22,39%
4. Penentuan Subjek Penelitian Besarnya sampel ditetapkan dengan angka 73 orang guru 22,39%
atau
dari populasi. Porsentasi tersebut digunakan untuk menetapkan
besarnya sampel pada masing-masing strata, sebaran strata dapat dilihat pada tabel berikut ini
49
Tabel 3. Penyebaran Sampel dan Populasi Penelitian berdasarkan jenis kelamin dan masa kerja No 1
Nama Sekolah SMAN I Bukittinggi
Masa Kerja < 15 ≥15
2
SMAN II Bukittinggi
< 15 ≥15
3
SMAN III Bukittinggi
< 15 ≥15
4
SMAN I V Bukittinggi
< 15 ≥15
5
SMAN V Bukittinggi
< 15 ≥15
Jenis Kelamin L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Jumlah
Populasi
0,2239
5 28 14 35 4 11 7 44 4 16 12 30 5 21 7 21 5 37 6 14 326
1,11 6,27 3,13 7,84 0,89 2,46 1,57 9,85 0,89 3,58 2,67 6,72 1,12 4,72 1,57 4,72 1,11 8,28 1,34 3,13
Jumlah sampel 2 9 7 4 12 8 1 4 3 2 12 10 1 5 4 3 10 7 2 7 5 2 7 5 2 11 9 2 6 4
21
16
15
14
17
83
C. Definisi Operasional 1. Kinerja Kinerja yang dimaksud dari penelitian ini adalah proses hasil kerja yang ditunjukkan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar (pendidik), yang mencerminkan kemampuan, kecakapan dan
kesungguhan
dalam
melaksanakan
tugas
serta
dapat
mempertanggungjawabkannya. Dalam penelitian ini kinerja merupakan penampilan guru yang dapat diamati melalui tekhnik dan proses pelaksanaan tugas yang dilakukan dan
hasil yang dicapainya. Indikator kinerja
adalah; 1)
50
Merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan evaluasi,
2)
melaksanakan
pembelajaran,
3)
4) melaksanakan tindak lanjut hasil belajar.
Kinerja guru merupakan variabel terikat (y)
2. Motivasi kerja Motivasi merupakan dorongan kerja yang timbul dari dalam diri untuk mengerjakan tugasnya sebagai guru SMA yang diukur melalui indikator, 1). Memiliki kesungguhan dalam bekerja, 2) semangat kerja yang tinggi, 3) disiplin dan tanggungjawab,4) kegigihan dalam bekerja. Motivasi kerja disebut sebagai variabel bebas (X1). 3. Pelaksanaan Supervisi Pelaksanaan supervisi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan
tugas guru dan untuk meningkatkan kinerja guru. Yang
menjadi indikator dalam pelaksanaan supervisi adalah; 1) Memberikan bimbingan, 2) memberikan arahan, 3) memberikan bantuan, 4) memberikan dorongan. Pelaksanaan supervisi disebut variabel bebas (X2) yang diukur melalui tanggapan guru tentang pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah.
D. Instrumen Penelitian 1. Jenis Insttrumen Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ketiga variabel ini dalam bentuk angket skala Likert, digunakan untuk menggukur kontribusi motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi terhadap
51
kinerja guru. Kategori jawaban terdiri atas lima tingkatan yaitu; untuk pernyataan yang positif diberi skor: Selalu (SL=5), Sering (SR=4), Kadang-kadang (KD=3), Jarang (JR=2), dan Tidak Pernah (TP=1). Untuk pernyataan yang negatif diberi skor SL=1, SR=2, KD=3, JR=4, TP=5
2. Proses Penyusunan Instrument Penyusunan
instrumen
penelitian
masing-masing
variabel
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, b) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator, c) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator dengan variabelnya tentang aspek yang diukur. Tabel 4: Kisi-kisi Instrument Penelitian No
Variabel
1.
KinerjaGuru (Y)
2.
3
Motivasi Kerja (X1)
Pelaksanaan Supervisi (X2)
Indikator 1.Tersedianya perencanaan program pembelajaran 2. Terlaksananya pembelajaran 3. Terlaksananya evaluasi program pembeljaran 4.Terlaksanakan tindak lanjut 1. Memiliki kesungguhan dalam bekerja 2. Memiliki semanggat kerja 3. Kegigihan dalam bekerja 4. Bertanggungjawab terhadap pekerjaan 5. Disiplin 1. 2. 3. 4. 5.
Pemberian bimbingan Pemberian arahan Pemberian bantuan Pemberian dorongan Pemanfaatan supervisi
Banyak butir 14 15 11
Jumlah
50
10 15 15 10 10 9 15 14 9 9 10
50
57
52
3. Uji Coba Instrumen Instrumen yang telah disusun terlebih dahulu diuji cobakan untuk mendapatkan instrumen yang sahih dan reliabel. Butir pernyataan yang telah divalidasi digunakan sebagai instrumen sesungguhnya. Prosedur pelaksanaan uji coba instrumen dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a) penentuan responden uji coba, b) pelaksanaan uji coba, dan c) menganalisis hasil uji coba untuk menguji validitas dan reabilitasnya.
a. Penentuan Responden Uji coba Responden yang menjadi subjek dalam uji coba instrumen diambil dari anggota populasi yang memiliki karakteristik sama diluar sampel penelitian yang telah dipilih menjadi responden. Pengambilan responden dilakukan secara acak dengan mempertimbangkan proporsi masingmasing strata yang terdapat dalam populasi. Jumlah responden untuk uji coba instrumen adalah sebanyak 30 orang. Jumlah ini dianggap cukup dan sudah memenuhi persyaratan uji coba instrumen.
b. Pelaksanaan Uji Coba Uji coba instrumen akan dilakukan setelah instrumen selesai disusun kepada 30 orang responden uji coba diluar sampel penelitian yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Jumlah responden untuk uji coba ditetapkan berdasarkan porsentase masing-masing sekolah. Pelaksanaan uji coba akan dilakukan dengan memberikan angket kepada responden. Setelah responden memberikan jawaban terhadap seluruh butir pertanyaan, angket dikumpulkan.
53
c. Analisis Hasil Uji Coba Untuk mengetahui sumbangan butir pernyataan ataupun pertanyaan pada angket uji coba dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment, sedangkan untuk menganalisis kehandalan angket dilakukan dengan teknik alpha Cronbach. Hasil data analisis digunakan untuk mengetahui kehandalan dan kesahihan instrumen dengan menggunakan program Monas versi 12.0 @ 2009.
1. Uji Validitas Uji kesahihan instrumen dilakukan dengan analisis butir dengan menggunakan program Monas versi 12.0 @ 2009. Jika ditemukan analisis butir menunjukan p ≥ 0,05, maka suatu butir instrumen gugur. Butir tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Apabila terjadi hal yang demikian, jika butir yang gugur tidak mempengaruhi keterwakilan butir untuk setiap indikator pada masingmasing variabel, maka butir yang
gugur tersebut dikeluarkan dari
instrumen, karena butir yang sahih sudah cukup memadai untuk menjaring data yang dibutuhkan. Hasil analisis butir-butir pertanyan dari masing-masing variabel dan untuk mengetahui butir-butir yang gugur dapat dilihat pada Tabel 5
54
Tabel 5 : Rangkuman hasil analisis butir – butir instrument No
Variabel
Indikator
1
Kinerja Guru (Y)
1. Tersediannya perencanaan program pembelajaran 2.Terlaksanaan pembelajaran 3.Terlaksanaan evaluasi program pembelajaran 4. Terlaksanakan tindak lanjut
2.
3.
Motivasi Kerja (X1)
Pelaksanaan Supervisi (X2)
1. Memiliki kesungguhan dalam bekerja semanggat 2. Memiliki kerja 3. Kegigihan dalam bekerja 4. Bertanggungjawab terhadap pekerjaan 5. Disiplin 1. Pemberian bimbingan 2. Pemberian arahan 3. Pemberian bantuan 4. Pemberian dorongan supervisi 5. Pemanfaatan bagi guru
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah butir gugur sahih 14 2 12 15 11
1 2
14 9
10
3
7
15
4
11
15
1
14
10 10
3 1
7 9
9 15 14 9 9 10
2 2 2 2 2 2
7 13 12 7 7 8
166
29
137
2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan terhadap instrumen yang butir-butirnya telah sahih dengan menggunakan teknik Alpha Cronbah. Jika hasil uji reliabilitas terhadap instrumen menunjukkan koefisien
keandalan (rtt)
dengan probabilitas keliru (p)<α(0,005) maka instrumen penelitian dinyatakan andal dan sebaliknya bila rtt dengan p >α(0,005) maka instrumen penelitian dinyatakan tidak andal. Berdasarkan perhitungan instrumen didapatkan:
55
1). Koefisien terhadap motivasi kerja adalah (rtt) sebesar 0,972 dengan p<0,001 2) Koefisien terhadap pelaksanaan supervisi (rtt) sebesar 0,958 dengan p<0,001 3). Koefisien terhadap kinerja guru adalah (rtt) 0,954 dengan P<0,001 Tabel 6 : Rangkuman hasil analisis (Keandalan) instrument No 1 2. 3.
Variabel Motivasi kerja (X1) Pelaksanaan supervisi (X2) Kinerja guru (Y)
Rtt 0,972 0,958 0,954
P < 0,001 < 0,001 < 0,001
Keterangan Andal Andal Andal
Berdasarkan hasil analisis diatasdapat diambil kesimpulan bahwa ketiga variabel penelitian adalah andal serta dapat dijadikan instrumen penelitian. Butir item dikatakan valid jika butir mempunyai hubungan yang signifikan dengan instrumen, kriteria yang digunakan untuk menguji instrumen adalah: jika koefisien korelasi (rxy) memiliki nilai probalitas keliru p<α(0,005) dinyatakan valid dan sahih dan sebaliknya jika p>α(0,005) dinyatakan tidak valid atau tidak sahih.
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data akan dilaksanakan dengan jalan menemui responden secara langsung dan memberikan angket untuk diisi. Sebelum angket diberikan kepada responden, peneliti memberikan penjelasan tentang kegunaan data serta meminta responden untuk mengisi sesuai keadaan yang sebenarnya.
56
F. Teknik Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik regresi dan korelasi. Data ini dianalisis dengan bantuan program Monas versi 12.0 @ 2009. Langkah-langkah analisis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analiss Deskriptif Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecendrungan distrbusi frekwensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian responden pada masing-masing variabel. Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden pada masing-masing variabel dengan rumus: Tingkat Ketercapaian Responden =
X 100%
Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden digunakan klasifikasi menurut sujana (1982) sebagai berikut; Tabel 7 : Klasifikasi Tingkat Pencapaian Responden No
Klasifikasi
Kategori
1. 2. 3. 4. 5.
90 – 100 % 80 – 89 % 65 – 79 % 55 – 64 % 0 – 54 %
Sanggat Baik Baik Cukup Kurang Baik Tidak Baik
2. Pengujian Persyaratan Analisis Teknik yang dilakukan dalam pengujian persyaratan analisis adalah sebagai berikut: a. Pengujian Normalitas sebaran ini dilakukan dengan mengunakan teknik Chi Kuadrat. b. Uji homogenitas varian kelompok-kelompok populasi dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat Barlett.
57
c. Pemeriksaan kemandirian variabel digunakan untuk memeriksa jika terdapat pembauran antar variabel bebas dan variabel terikat. Teknik yang digunakan adalah korelasi product moment. d. Pemeriksaan lineritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linearitas antara variabel bebas dan variabel terikat. Teknik yang digunakan dengan regresi sederhana.
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik. Untuk itu dilakukan tiga macam pengujian hipotesis dan pemeriksaan besarnya kontribusi setiap variabel sebagai berikut; a. Pengujian
hipotesis
pertama
bahwa
motivasi
kerja
(X1)
berkontribusi terhadap kinerja guru (Y) yang dilakukan dengan teknik analisis korelasi dan regresi sederhana. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung persamaan regresi dan selanjutnya diuji keberartian dan linearitasnya dengan uji “F” kemudian diperiksa korelasi variabel (X1) dengan Y, dengan memperoleh koefisien korelasi dan koefisien determinasi. b. Pengujian hipotesis kedua adalah Pelaksanaan
Supervisi (X2)
berkontribusi terhadap kinerja guru (Y) dilakukan dengan teknik analisis korelasi dan regresi sederhana. Pengujian dilakukan dengan menghitung persamaan regresi dan selanjutnya diuji keberartian dan linearitasnya dengan uji “F” kemudian dikorelasi
58
variabel X2 denganY memperoleh koefisien korelasi dan koefisien determinasi.
c. Pengujian hipotesis ketiga bahwa motivasi kerja (X1) dan pelaksanaan supervisi (X2) secara bersama-sama berkontribusi terhadap kinerja guru(Y) dilakukan dengan teknik analisis korelasi dan regresi ganda
Pengujian dilakukan dengan menghitung
persamaan regresi dan selanjutnya diuji keberartiannya dengan uji “F” kemudian diperiksa korelasi bersama
antara dua variabel
bebas dan variabel terikat dengan memperoleh koefisisen determinasi.
4. Korelasi parsial Untuk melihat kondisi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara sendiri-sendiri dilakukan dengan mengontrol salah satu diantara keduanya digunakan analisis korelasi parsial. Untuk itu dilakukan perhitungan bobot kontribusi relatif dan kontribusi efektif dan pemeriksaan kontaminasinya dengan mengontrol satu variabel bebas pada saat variabel yang lainnya berintegrasi dengan variabel terikat. Hubungan yang dimaksudkan; a. Apakah terdapat hubungan antara variabel motivasi kerja (X1) dengan variabel kinerja guru (Y) apabila variabel pelaksanaan supervisi dalam keadaan konstan.
59
b. Apakah terdapat hubungan antara variabel pelaksanaan supervisi (X2) dengan variabel kinerja guru (Y) apabila motivasikerja (X1) dalam keadaan konstan. Keseluruhan
analisis
dilakukan
komputer Monas Versi 12.0 @ 2009.
dengan
mengunakan
program
60
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Uraian berikut menyajikan deskripsi data
variabel-variabel ukur untuk
menjelaskan kecenderungan distribusi data hasil pengukuran dan tingkat ketercapaian responden masing-masing variabel, yaitu Kinerja Guru (Y), Motivasi Kerja (X1), dan Pelaksanaan Supervisi (X2).
1. Kinerja Guru (Y) Berdasarkan butir-butir instrumen
Kinerja guru yang berjumlah 42
butir, maka secara ideal skor minimal yang dapat dicapai adalah 42 dan skor maksimal 210. Dari jawaban responden diperoleh skor terendah 125 dan skor tertinggi 189, skor rata-rata 169,229,
median 171,19, modus 174,9, dan
simpangan baku 13,217 (lampiran 5). Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa selisih skor rata-rata, median dan modus tidak melebihi satu simpangan baku. Ini berarti bahwa distribusi frekuensi data Kinerja guru cenderung normal. Distribusi frekuensi data dan histogram Kinerja Guru tersaji pada Tabel 8 dan Gambar 3 .
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru (Y) ══════════════════════════════════ Klas Interval fo %fo fk %fk ────────────────────────────────── 188-196 2 2,41 2 2,41 179-187 20 24,10 22 26,51 170-178 24 28,92 46 55,42 161-169 18 21,69 64 77,11 152-160 10 12,05 74 89,16 143-151 6 7,23 80 96,39 134-142 2 2,41 82 98,80 125-133 1 1,20 83 100,00 ────────────────────────────────── Total 83 100,00
61
2 24 24 F r 20 e k 16 u e 12 n s 8 i 4
18
20
10 6 1
2
2
0 129
138
147 156 1 165 174 4 183 val Skor Tenngah Kelas Interv
192
Gambar 3. Histogram G m Kinerja Guru G (Y) Tabel 8 menunjuukan bahwaa skor Kineerja guru yaang berada pada kelas r adaalah 21,69%, di atas kellas interval rata– r rata 55 5,42%, dan interval rata–rata di bawah h skor rata– –rata 22,89% %. Karena selisih s skor rata-rata, median m dan modus teersebut tidakk melebihi satu simpaangan baku, maka distrribusi data Kinerja guru g cenderrung normaal.
Tingkatt pencapaiann skor
Kinerja guru
termasukk kategori baaik (80% skoor ideal). Haasil ini menuunjukan bahw wa Kinerja guru-guruu SMA Negeeri Kota Bukkittinggi term masuk kategori baik. 2. Motivassi Kerja (X1) Beerdasarkan butir b pernyattaan instrum men Motivasii Kerja yangg berjumlah 48 butir, maka skorr ideal minim mum yang dapat dicapai adalah 488 dan skor maksimuum 240. Darri jawaban reesponden dipperoleh skorr terendah 16 64 dan skor tertinggii 229. Skorr rata-rata 200,386, 2 m median 200,663, modus 202,5 dan simpang gan baku 14,8899 (lihat lam mpiran 5). Hassil perhitunggan tersebuut menunjukkan bahwa selisih skorr rata-rata, median dan modus tidak melebbihi satu sim mpangan baaku. Ini berarti bahwa
62
distribussi frekuensi data Pelaksanaan Supervisi kepalla sekolah cenderung c normal. Untuk men ngetahui sebbaran frekueensi data daan histogram m Motivasi Kerja daapat dilihat pada p Tabel 9 dan Gambaar 4. Tabeel 9. Distrib busi Frekuen nsi Motivasi Kerja( X1) ═══ ════════ ════════ ═══════ ════════ ═════ f %fo fk %fk Klass Interval fo ─── ──────── ──────── ─────── ──────── ───── 227--235 4 4,82 4 4,82 218--226 6 7,23 10 12,05 209--217 144 16,87 24 28,92 200--208 20 24,10 44 53,01 191-199 17 20,48 61 73,49 15 182--190 18,07 76 91,57 173--181 5 6,02 81 97,59 164--172 2 2,41 1 83 100,00 ─── ──────── ──────── ─────── ──────── ───── Tottal 83 100,00 ─── ──────── ──────── ─────── ──────── ───── 20
20 F r 16 e k 12 u e n 8 s i 4
17 15
5
14
6 4
2
0 168
177
186 195 1 204 213 3 222 Skor Tenngah Kelas Interv val
231
G Gambar 4. Histogram H D Distribusi M Motivasi Kerrja
Tab bel 9 men nunjukan baahwa skor Motivasi M Keerja yang beerada pada kelas intterval rata–raata adalah 224,1%, di attas kelas inteerval rata–raata 28,92%, dan
di bawah kellas interval rata–rata 46,99%. 4 Tinngkat pencappaian skor
63
Motivasi Kerja
termasuk kategori baik (83% dari skor ideal). Hasil ini
menunjukan bahwa Motivasi Kerja Guru-guru SMA Negeri Kota Bukittinggi sudah baik
3. Pelaksanaan Supervisi (X2) Berdasarkan butir-butir pernyataan instrumen Pelaksanaan Supervisi yang berjumlah 47 butir, maka skor ideal yang mungkin dapat dicapai adalah minimal 47 dan maksimal 235. Dari jawaban responden, diperoleh skor terendah 164 dan skor tertinggi 188. Skor rata-rata adalah 138,867; median 142,7, modus 145,41, dan simpangan baku 27,919. (lihat lampiran 5 ) Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa selisih skor rata-rata, median dan modus tersebut tidak melebihi satu simpangan baku, maka distribusi frekuensi data Pelaksanaan Supervisi cenderung normal. Untuk mengetahui distribusi frekuensi data dan histogram Pelaksanaan Supervisi, dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 5 .
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Data Pelaksanaan Supervisi (X2) ══════════════════════════════════ Klas Interval fo %fo fk %fk ────────────────────────────────── 183-199 1 1,20 1 1,20 166-182 13 15,66 14 16,87 149-165 20 24,10 34 40,96 132-148 22 26,51 56 67,47 115-131 13 15,66 69 83,13 98-114 8 9,64 77 92,77 81- 97 1 1,20 78 93,98 64- 80 5 6,02 83 100,00 ────────────────────────────────── Total 83 100,00 ──────────────────────────────────
64
24 F r 20 e k 16 u e 12 n s 8 i 4
22 2 20
13
13
8 5 1
1 0 72
89
106 123 1 140 157 7 174 val Skor Tenngah Kelas Interv
191
naan Superv visi (X2) Gambar 5 : Histograam Pelaksan
Tab bel 10 meenunjukan bahwa skor Pelaksanaan P Supervisi yang berada pada keelas intervall rata–rata adalah a 26,51 1% di atas kkelas intervaal rata–rata 40,96%, dan di baw wah kelas innterval rata– –rata 32,53% %. Tingkat pencapaian p Pelaksan naan Superviisi termasukk kategori ku urang (59% skor ideal). Ini berarti bahwa Pelaksanaan P Supervisi
di SMA Negeri N kota Bukittinggii termasuk
masih ku urang intensiif. Inforrmasi mengeenai hasil annalisis deskkripsi ketiga variable ukkur di atas, kemudian n dirangkum m pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Deskrip ptif Variabell
Rata-rata
Kinerja Guru G 169,2229 (Y) 200,3386 Motivasi 1) Kerja (X1 Pelaksanaaan 138,8867 Supervisii (X2)
Med dian
Mod dus
Sd
TP
Kategori K
171,190
174,9900
13,217
80
Baik B
200,630
202,5500
14,8999
83
Baik B
142,700
145,4410
27,919
59
Kurang K
65
B. Pemeriksaan Persyaratan Analisis Sudjana (1996) menyatakan bahwa persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk penggunaan teknik analisis korelasi dan regresi adalah (1) data bersumber dari sampel yang ditetapkan secara acak, (2) data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, (3) kelompok populasi mempunyai varians yang homogen, (4) antar variabel bebas tidak berkorelasi secara signifikan (independen), dan (5) garis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat membentuk garis linear.
1. Data Bersumber dari Sampel yang Dipilih Secara Acak Prosedur pengambilan sampel secara acak telah dilakukan sewaktu pemilihan anggota sampel dengan menggunakan teknik
stratified
proportional random sampling. 2. Uji Normalitas Data Pengujian normalitas dilakukan dengan analisis Chi Kuadrat (χ2) terhadap data
Kinerja guru, Motivasi Kerja, dan Pelaksanaan Supervisi.
Hasil pengujian normalitas terhadap ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 12, sedangkan perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Motivasi Kerja, Pelaksanaan Supervisi
Kinerja Guru,
Variabel
χ2 hitung
P
Keterangan
Kinerja Guru (Y) Motivasi Kerja (X1) Pelaksanaan Supervisi(X2)
7,729 4,484 17,782
0,728 0,942 0,093
Normal Normal Normal
66
Tabel 12 di atas memperlihatkan bahwa probabilitas keliru ketiga χ2 pengujian normalitas tersebut lebih besar dari taraf signifikansi (α=0,05). Jadi p>α. Ini berarti bahwa ketiga variabel ukur di atas memiliki data yang berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data untuk analisis korelasi dan regresi sudah terpenuhi.
3. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas ditujukan pada kelompok populasi yang tersebar pada 5 sekolah atau Unit Kerja, serta Strata yang mempertimbangkan strata latar masa kerja, klasifikasi jenis kelamin. Analisis homogenitas variansi kelompok-kelompok ini dilakukan dengan menggunakan teknik Chi kuadrat (χ2) Bartlett. Lihat Tabel 13 dan Lampiran 7.
Tabel 12. Rangkuman Analisis Homogenitas Variansi Kelompok Kelompok populasi
Banyak Kelompok
(χ2)
p
Keterangan
Unit Kerja
5
7,331
0,119
Homogen
Strata
4
8,009
0,396
Homogen
Tabel 13 memperlihatkan dua tahap analisis yang menghasilkan χ2 dengan p>α (0,05), maka dapat dinyatakan bahwa variansi data antar kelompok-kelompok populasi adalah homogen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen.
67
Maka salah satu persyaratan untuk analisis pengujian hipotesis telah pula terpenuhi.
4. Uji Independensi Antar Variabel Bebas (X1 dan X2) Uji persyaratan lain yang perlu dipenuhi untuk analisis korelasi dan regresi ganda adalah uji independensi antar variabel bebas yang gunanya untuk memastikan tidak terjadi pembauran (kontaminasi) dalam kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari analisis korelasi antar variabel (lihat Lampiran 9) diperoleh angka koefisien korelasi seperti terangkum pada Tabel 14.
Tabel 14.
Rangkuman Hasil Uji Independensi Antar variabel , Motivasi Kerja(X1) dan Pelaksanaan Supervisi (X2) Hubungan Koefisien p Keterangan Antarvariabel Korelasi
X1 dengan X2
0,185
0,090
Independen
Pada Tabel 13 dapat terlihat bahwa koefisien korelasi X1 dan X2 dengan p>α (0,05). Ini berarti bahwa variabel Motivasi Kerja tidak berkorelasi secara signifikan dengan variabel Pelaksanaan Supervisi atau independen.
5. Uji Linearitas Garis Regresi. Bila kedua variabel bebas hendak digabungkan dalam analisis regresi ganda, maka garis hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat harus merupakan garis linear. Pengujian linearitas garis regresi yang
68
dimaksud dilaporkan sekaligus sewaktu pengujian hipotesis pertama dan kedua dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.
C. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Motivasi Kerja berkontribusi terhadap Kinerja guru”. Untuk menguji hipotesis ini dilakukan analisis korelasi dan regresi sederhana. Rangkuman hasil analisis korelasi dapat dilihat pada Tabel 15 dan penghitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8 .
Tabel 15. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru Hubungan
Koefisien Korelasi (r)
Motivasi Kerja (X1) dengan 0,416 Kinerja Guru (Y)
Koefisien Determinasi (r2)
P
0,173
<0,001
Hasil perhitungan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Motivasi Kerja dengan Kinerja guru adalah sebesar = 0,416 dengan p<α (0,01). Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat dijelaskan bahwa Motivasi Kerja berkorelasi sangat signifikan dengan Kinerja guru, dan bentuk hubungannya positif dengan koefisien determinasi = 0,173.
69
Selanjutnya, untuk mengetahui bentuk hubungan Motivasi Kerja (X1) dengan Kinerja guru (Y), apakah hubungan itu besifat prediktif atau tidak, maka dilakukan analisis regresi sederhana. Dari hasil analisis pada lampiran 8, diperoleh persamaan regresi Ŷ=95,207+0,369X1. Kemudian persamaan ini diuji keberartian dan kelinierannya dengan uji F melalui Anova Regresi. Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 16 .
Tabel 16. Rangkuman Analisis Regresi Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru ═════════════════════════════════════════ Sumber JK dk RJK F p ───────────────────────────────────────── Regr.Linear 2483,778 1 2483,778 16,991 <0.001 Res. Linear 11840,919 81 146,184 ───────────────────────────────────────── Tuna Cocok 199,884 1 199,884 1,374 0,243 Kekeliruan 11641,035 80 145,513 ───────────────────────────────────────── Total 14324,697 82 ═════════════════════════════════════════ Hasil penghitungan pada Tabel 16
menunjukkan bahwa FHitung =
16,991 dengan p=0,001. Jadi p<α(0,01). Ini berarti bahwa model persamaan garis regresi Ŷ=95,207+0,369X1 sangat signifikan. Kemudian uji linearitas menunjukkan Fhitung = 1,374 dengan p=0,243. Jadi p>α(0.05). Hal ini menunjukkan garis regresi yang linear. Ternyata persamaan regresi tersebut adalah sangat signifikan dan linear untuk memprediksi Kinerja guru berdasarkan Motivasi Kerja. Daya prediksi model regresi yang ditemukan di atas ditentukan oleh koefisien arah sebesar 0,369. Ini berarti bahwa setiap peningkatan motivasi
70
guru sebbesar 1 skala akan berkkontribusi terhadap peniingkatan Kin nerja guiru sebesar 0,369 0 skala.. Sementara nilai Kinerjja guru sudaah ada sebessar 95,207 skala tannpa Supervissi Kepala Seekolah. Sebaagai contoh, misalkan seorang guru menilai Motivasi Kerja K sebesaar 100 skalaa, maka Kinnerja guru selanjutnya s dapat diiprediksi sebbesar 100 x 0,369 + 95 5,207 = 1322,11. Contoh h ini dapat dijelaskaan secara graafis melalui gambar g 6.
14 40 120 kinerja guru ( y )
10 00 80 60 4 40 20 0 0
20 2
40 60 80 Motivvasi Kerja Guru u (X1)
100
12 20
Gam mbar 6. Regrresi Linear Motivasi Kerja K (X1) dan Kinerja Guru (Y).
Seetelah menellaah hasil annalisis di ataas, dapat diyyakini bahw wa hipotesis penelitiaan yang mennyatakan “M Motivasi Kerrja berkontriibusi terhad dap Kinerja guru” daapat diterimaa dan telah teeruji pada tarraf kepercayyaan 99%. Seelanjutnya,
dapat diinnterpretasikaan bahwa ffaktor Motivvasi Kerja
memiliki daya prediksi yang sangat sign nifikan terhhadap
Kinnerja guru.
71
Kontribusi Motivasi Kerja terhadap Kinerja guru-guru SMA Negeri Kota Bukittinggi sebesar 0,173 atau 17,3%.
2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua yang diajukan
melalui penelitian ini adalah
“Pelaksanaan Supervisi berkontribusi terhadap Kinerja guru”. Untuk menguji hipotesis ini, dilakukan analisis korelasi dan regresi sederhana. Rangkuman hasil analisis korelasi Pelaksanaa dapat dilihat pada Tabel 17
Supervisi
dengan
Kinerja
guru
dan penghitungan secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 8.
Tabel 17. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Guru Hubungan
Koefisien Korelasi (r)
Pelaksanaan Supervisi(X2) 0,256 dengan Kinerja Guru (Y) Hasil perhitungan pada Tabel 17
Koefisien Determinasi (r2)
P
0,066
0,018
menunjukkan, bahwa koefisien
korelasi antara variabel Pelaksanaan Supervisi dengan variabel Kinerja guru adalah 0,256 dengan
p<α(0,05). Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat
dijelaskan bahwa Pelaksanaan Supervisi berkorelasi positif dan signifikan dengan Kinerja guru, dengan koefisien determinasi 0,066. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk hubungan tersebut, apakah bersifat prediktif atau tidak, maka dilakukan analisis regresi sederhana. Dari
72
hasil analisis diperoleh model persamaan regresi Ŷ=152,377+0,121X2. Kemudian persamaan ini diuji keberartian dan kelinearannya dengan uji F melalui Anova Regresi. Rangkuman hasil perhitungan pada Tabel 18.
Tabel 18.
Rangkuman Analisis Regresi Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja Guru ════════════════════════════════════════ Sumber JK dk RJK F p ──────────────────────────────────────── Regr.Linear 941,285 1 941,285 5,697 0,018 Res. Linear 13383,412 81 165,227 ──────────────────────────────────────── Tuna Cocok 180,986 1 180,986 1,097 0,298 Kekeliruan 13202,426 80 165,030 ──────────────────────────────────────── Total 14324,697 82 ════════════════════════════════════════
Hasil penghitungan pada Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa nilai FHitung = 5,697 dengan p<α(0,05). Ini berarti bahwa model persamaan regresi Ŷ=152,377+0,121X2 signifikan. Kemudian uji linearitas menghasilkan F
hitung
= 1,097 dengan p=0,298. Jadi p>α(0,05). Maka persamaan regresi
tersebut adalah linear. Ternyata persamaan regresi yang ditemukan signifikan dan garis regresinya linear. Daya prediksi model regresi yang ditemukan di atas ditentukan oleh koefisien arah sebesar 0,121. Ini berarti bahwa setiap peningkatan Pelaksanaan Supervisi sebesar 1 skala akan berkontribusi terhadap peningkatan Kinerja guru sebesar 0,121 skala. Sementara nilai Kinerja guru sudah ada sebesar
152,377 skala tanpa Pelaksanaan Supervisi. Sebagai
contoh, misalkan seorang guru menilai Pelaksanaan Supervisi senilai 100 skala, maka Kinerja guru selanjutnya dapat dapat diprediksi sebesar 100 x 0,121 + 152,377 = 164,48. Contoh ini dapat dijelaskan secara grafis melalui gambar 7.
73
180 160
Kinerja Guru (Y)
140 120 100 80 60 40 20 0
0
20
40
60
80
100
120
Pelaksanaan Supervisi (X2)
Gambar 7. Regresi Linear Pelaksanaan Supervisi (X2) dan Kinerja Guru (Y). Dengan demikian hipotesis yang duajukan “Pelaksanaan Supervisi berkontribusi terhadap Kinerja guru” dapat diterima dan telah teruji secara empiris pada taraf kepercayaan 95%. Selanjutnya diinterpretasikan bahwa faktor Pelaksanaan Supervisi dapat digunakan untuk memprediksi Kinerja guru. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa semakin baik Pelaksanaan Supervisi seperti yang dirasakan oleh guru maka semakin tinggi pula Kinerja guru tersebut. Daya prediksi Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja guru-guru SMA Negeri Kota Bukittinggi adalah sebesar 0,066 atau 6,6%.
74
3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga yang diuji dalam penelitian ini adalah “Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi secara bersama-sama berkontribusi terhadap Kinerja guru” Analisis untuk pengujian hipotesis ini menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda. Pertama-tama dilakukan analisis korelasi ganda variabel Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja guru. Rangkuman hasil analisis korelasi dan uji signifikansinya dapat dilihat pada Tabel 19 dan penghitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9 .
Tabel 19 . Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Ganda variabel Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Guru Hubungan
Koefisien Korelasi (R)
Motivasi Kerja dan 0,455 Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Guru
Koefisien Determinasi (R2)
P
0,207
<0,001
Hasil perhitungan pada Tabel 19 memperlihatkan bahwa koefisien korelasi ganda sebesar 0,455, dan koefisien determinasi sebesar 0,207 dengan p<α(0,01). Hal ini menunjukan terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi secara bersamasama dengan Kinerja guru. Untuk mengetahui bentuk hubungan Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi secara bersama–sama dengan Kinerja guru, selanjutnya dilakukan analisis regresi ganda. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi secara bersama-sama terhadap
75
Kinerja guru model regresinya Ŷ=89,116+0,339X1+0,088X2. Model persamaan ini selanjutnya diuji dengan uji F melalui Anova Regresi. Hasil perhitungannya terangkum pada Tabel 20 (lihat Lampiran 9).
Tabel
20. Rangkuman Analisis Regresi Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja Guru ═══════════════════════════════════════ Sumber JK dk RJK F p ─────────────────────────────────────── Regresi 2960,278 2 1480,139 10,419 0,000 Residu 11364,419 80 142,055 ─────────────────────────────────────── Total 14324,697 82 ═══════════════════════════════════════ Hasil penghitungan pada Tabel 20 menunjukkan nilai FHitung sebesar 10,419 dengan
p<α(0,01). Ini berarti bahwa
persamaan regresi ganda
Ŷ=89,116+0,339X1+0,088X2. adalah sangat signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa “Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi secara bersama-sama berkontribusi terhadap Kinerja guru” telah teruji secara empiris pada taraf kepercayaan 99%. Ini berarti bahwa model regresi ganda yang ditemukan dapat digunakan untuk meramalkan Kinerja guru-guru SMA Negeri Kota Bukittinggi, bila skor Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi diketahui. Besarnya kontribusinya adalah 0,207 atau 20,7%. Daya prediksi model regresi yang ditemukan di atas ditentukan oleh koefisien arah X1 sebesar 0,339, dan koefisien arah X2 sebesar 0,088. Ini berarti bahwa setiap peningkatan Motivasi Kerja (X1) sebesar 1 skala akan
76
berkontribusi terhadap penambahan nilai Kinerja guru (Y) sebesar 0,339 skala, dan peningkatan Pelaksanaan Supervisi (X2) sebesar 1 skala akan berkontribusi terhadap penambahan nilai Kinerja guru (Y) sebesar 0,088 skala. Sebelumnya, nilai Kinerja guru sudah ada sebesar konstanta yaitu 89,119 skala tanpa pengaruh dari kedua prediktor tersebut. Sebagai contoh, misalkan seorang guru diketahui skor penilaian untuk Motivasi Kerja, dan skor Pelaksanaan Supervisi, masing-masing sebesar 100 skala, maka nilai Kinerja guru itu dapat diprediksi sebesar 100x0,339 + 100x0,088 + 89,119 = 131,82. Contoh ini dapat dijelaskan seperti Gambar 8.
140
Kinerja Guru (Y)
120 100 80 60 40 20 0 0
20
40
60
80
100
120
Prediktor X1, dan X2
Gambar 8.
Regresi Ganda Motivasi Kerja (X1), dan Pelaksanaan Supervisi (X2) terhadap Kinerja Guru (Y).
Kontribusi efektif kedua variabel terhadap
Kinerja guru sebesar
15,2% itu bersumber dari Motivasi Kerja sebesar 9,2% dan dari Pelaksanaan Supervisi sebesar 6%. Jelasnya lihat Tabel 21.
77
Tabel 21. Kontribusi Motivasi Kerja (X1) dan Pelaksanaan Supervisi (X2) terhadap Kinerja Guru (Y) ══════════════════════════════ Variabel Kontr. Relatif Kontr. Efektif X KR% KE% ────────────────────────────── 1 76,978 15,908 2 23,022 4,758 ────────────────────────────── Total 100,000 20,666 ══════════════════════════════
Selanjutnya untuk memeriksa besarnya kontribusi murni masingmasing Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja guru, dapat digunakan analisis korelasi parsial. Hasil korelasi parsial dapat dilihat pada Tabel 22 dan Lampiran 9 .
Tabel 22. Rangkuman Analisis Korelasi Parsial ══════════════════════════════ Korelasi r r 1,y-2 0,388
r2 0,151
p 0,001
r 2,y-1 0,201 0,040 0,067 ══════════════════════════════ Tabel 22 di atas memperlihatkan bahwa terdapat hubungan sangat signifikan antara variabel Motivasi Kerja dengan Kinerja guru pada saat variabel Pelaksanaan Supervisi konstan, dengan koefisien korelasi sebesar 0,388 dan koefisien determinasi 0,151 dengan p<∝0,01. Hal ini bermakna bahwa peranan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja guru sangat signifikan,
78
walaupun Pelaksanaan Supervisi dalam keadaan konstan, dengan kontribusi murni sebesar 15,1%. Selanjutnya, koefisien korelasi parsial Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja guru apabila variabel Motivasi Kerja dalam keadaan konstan adalah 0,201 dan koefisien determinasi 0,040 dengan p>∝(0,05) atau tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan Supervisi tidak berperan secara tepat terhadap Kinerja guru apabila Motivasi Kerja guru konstan atau pasif, namun masih ada kontribusi murninya sebesar 4%. Seterusnya untuk mengetahui besaran kontaminasi yang terjadi antar prediktor pada kontribusi bersama Motivasi Kerja, Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja guru dilakukan proses perhitungan selisih antara kontribusi efektif masing-masing prediktor dengan kontribusi secara parsial. Besarnya kontribusi efektif Motivasi Kerja terhadap Kinerja guru sebesar 15,9% sedangkan kontribusinya secara parsial sebesar 15,1%. Dengan demikian terjadi perbedaan 0,8%. Hal ini menunjukkan bahwa kontaminasi Pelaksanaan Supervisi kepada prediktor Motivasi Kerja sebesar 0,8%. Kontaminasi ini relatif kecil dan dapat diabaikan. Selanjutnya kontribusi efektif Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja guru sebesar 4,8% dan kontribusinya secara parsial sebesar 4%. Dengan demikian terjadi perbedaan sebesar 0,8%. Hal ini menunjukkan adanya kontaminasi Motivasi Kerja kepada prediktor Pelaksanaan Supervisi sebesar 0,8%, relatif kecil dan dapat diabaikan.
79
D. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis deskripsi data dan tingkat pencapaian respon guru-guru SMA Negeri di Kota Bukittinggi setiap variabel yang diukur, maka dapat dijelaskan bahwa tingkat pencapaian responden tentang Kinerja guru ternyata baik, Motivasi Kerja baik, dan Pelaksanaan Supervisi termasuk kategori kurang. Temuan ini ternyata agak berbeda dari dugaan awal yang berdasarkan pengamatan pra-survei yang menyatakan bahwa
Kinerja guru masih rendah,
Motivasi Kerja kurang dan Pelaksanaan Supervisi masih kurang, ternyata aspek ukur tersebut melebihi dugaan semula. Temuan penelitian ini sedikit berbeda dari pengamatan awal pada pra survei, karena peneliti menyimpulkan awalnya dari data yang hanya berdasar pada pengamatan kasat mata. Setelah dilakukan pengamatan yang sistematis dan prosedural melalui penelitian dengan menggunakan metode ilmiah dimana pengukuran menggunakan instrumen yang sahih ternyata hasilnya lebih baik. Temuan yang berkaitan dengan pengujian hipotesis bahwa kontribusi
Motivasi Kerja terhadap
menunjukkan
Kinerja guru sebesar 17,3%,
kontribusi Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja guru sebesar 6,6%, sedangkan kontribusi bersama keduanya adalah 20,7%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi mempunyai daya prediktif sekitar 20,7% terhadap Kinerja guru. Sedangkan 79,3% lainnya berasal dari berbagai faktor yang tidak dikaji melalui penelitian ini. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis telah teruji secara empiris. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Motivasi Kerja dan Pelaksanaan Supervisi baik secara sendiri-sendiri maupun
80
secara bersama-sama memiliki peranan yang berarti guna peningkatan Kinerja guru. Temuan ini mendukung kerangka berfikir yang menyatakan bahwa melalui Motivasi Kerja pimpinan dapat memberikan semangat dan dorongan yang potensial dalam proses pelaksanaan tugas-tugas guru, dan tentu sesuai pula dengan tingkat kemampuan guru, sehingga mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang lebih tinggi. Namun demikian, peranan Supervisi oleh Kepala Sekolah menjadi ujung tombak bagi peningkatan Kinerja guru, yang pada gilirannya dapat meningkatkan unjuk kerja guru. Pelaksanaan Supervisi bagi guru-guru amat penting untuk membina dan meningkatkan kompetensi professional guru. Bila kedua faktor ini disinergikan, maka akan dapat menghasilkan Kinerja guru yang optimal. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Timpe (1992;31) dalam Mangkunegara (2005;15) faktor yang mempengaruhi kinerja guru terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal berhubungan dengan sifat seseorang. Kinerja seseorang itu baik apabila mempunyai kemampuan tinggi serta tipe kerja keras sebaliknya seseorang mempunyai kinerja kurang apabila seseorang tersebut mempunyai kemampuan yang rendah apalagi tidak memiliki upaya untuk merubah faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungannya. Gisela Hagemann (1993;3) menyatakan bahwa semakin besar motivasi dalam diri seseorang semakin besar perhatiannya
terhadap suatu pekerjaan.
Seorang guru yang mempunyai motivasi yang tinggi mempunyai suatu ; 1). Sikap positif terhadap perubahan baik dalam perubahan kurikulum maupun perubahan dalam pembuatan perangkat pembelajaran, 2). Sasaran yang jelas,guru tahu siapa
81
yang dihadapinya dan apa sasaran yang akan dihadapi dimasa yang akan datang, 3). Strategi ,guru mengetahui strategi dalam mengajar dan dalam pemilihan serta pemakaian media yang sesuai dengan kepribadian anak
didk, 4) Fokus dan
keluwesan dalam menghadapi anak didik, 5). Tekad yang kuat bahwa hasil kerja guru itu akan dapat tercermin dari jumlah kelulusan siswanya dan berkualitas. Made pirdata (1992) menyatakan supervise merupakan kegitan membina para pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran termasuk segala penunjangnya, dan supervise mempunyai fungsi dan tujuan.
Fungsi
supervisi dapat membantu sekolah menciptakan lulusan yang baik dalam kualitas dan kuantitas sedangkan tujuan dari supervisi membantu guru mengembangkan profesinya, pribadinya dan sosialnya. Jika kepala sekolah menjalankan supervisi dengan baik maka kinerja guru juga akan menjadi baik.
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dengan cermat berdasarkan metode dan prosedur yang sesuai dengan jenis penelitian ini. Namun kesempurnaan hasil merupakan hal yang tidak mudah untuk diwujudkan. Inilah hasil terbaik saat ini, walaupun dengan keterbatasan dan kelemahan yang ditemui selama proses penelitian. Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kelemahan yang tidak bisa dihindari walaupun instrumen telah dirancang dan telah diuji validitas dan realibiltasnya. Namun kesungguhan dan kebenaran respon yang diberikan oleh
82
responden sulit dikontrol oleh peneliti, terutama dalam aspek kejujuran dan keseriusan mengisinya. Dapat saja terjadi respon terhadap butir-butir kuesioner yang diajukan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan kemungkinan juga ada unsur subjektif dalam memberikan respon yang tidak dapat dipantau oleh peneliti. Karena itu, peneliti perlu menempatkan asumsi bahwa respon yang diberikan terhadap pernyataan instrumen umumnya sudah dapat memberikan gambaran yang sebenarnya sesuai dengan apa yang hendak diungkapkan melalui instrumen penelitian.
83
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang meliputi tiga variabel yaitu motivasi kerj (X1), pelaksanaan supervisi (X2) dan kinerja guru (Y) di SMAN Bukittinggi bahwa distribusi frekwensi data cendrung normal dan tingkat ketercapaian responden pada umumnya dalam kategori cukup. Dari ketiga hipotesis pnelitian ini dapat diterima kebenarannya secara empiris sebagai berikut; 1. Motivasi kerja secara empiris berkontribusi sebesar 17,3% terhadap kinerja guru SMAN di Kota Bukittinggi. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi motivasi kerja guru SMAN di Kota Bukittinggi, maka akan semakin baik kinerja guru SMAN Bukittinggi, dengan kata lain untuk meningkatkan motivasi kerja guru perlu adanya memiliki kesungguhan dalam bekerja, memiliki semangat dalam bekerja, kegigihan dalam bekerja, bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan disiplin dalam melakukan pekerjaan. Tingkat ketercapaian motivasi kerja guru SMAN di Kota Bukittinggi termasuk kategori baik (80%). 2.
Pelaksanaan supervisi secara empiris berkontribusi sebesar 6,6% terhadap kinerja guru SMAN di Kota Buitttinggi. Hal ini berarti perlu peningkatan pelaksanaan supervisi agar kinerja guru SMAN Bukittinggi lebih baik lagi, dengan kata lain
kepala sekolah dalam meningkatkan pelasanaan
supervisi perlu memberikan bimbingan, memberikan arahan, memberikan bantuan ,memberikan dorongan serta guru merasakan manfaat dari supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Tingkat ketercapaian
84
pelaksanaan supervisi SMAN di Kota Bukittinggi termasuk kategori kurang baik (59%). 3. Motivasi
kerja
dan
pelaksanaan
supervisi
secara
bersama–sama
berkontribusi terhadap kinerja guru SMA Negeri Di Kota Bukittinggi yaitu sebesar 20,7% ini berarti bahwa peningkatan kinerja guru yang dalam kategori baik (83%) dapat dilakukan melalui peningkatan motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi secara bersamaan. Dengan kata lain peningkatan kinerja guru didasari oleh motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi untuk mencapai keberhasilan kolegtif dan bersinergi, Dengan adanya bimbingan dan dorongan
serta arahan otomatis akan
meningkatkan motivasi kerja guru yang berasal dari luar diri yaitu berupa motivasi ekstrinsik
B.Implikasi Hasil Penelitian Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukan bahwa motivas kerja dan pelaksanaan supervisi secara bersama-sama maupun secara parsial ternyata memberikan kontribusi yang berati dan signifikan terhadap kinerja guru. dapat dikatakan bahwa tampilan guru maksimal dalam menyusun program, melaksanakan program, melaksnakan evaluasi, melaksanakan analisis hasil evaluasi, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan peningkatan dan menyusun laporan antara lain dipengaruhi oleh motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi oleh karena itu kedua faktor tersebut perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Sebagai salah satu unsur yang ada disekolah guru berada dibawah pengawasan kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi. Kepala sekolah harus
85
terus berupaya meningkatkan kinerja guru supaya lebih baik dan mermotivasi kerja guru, antara lain dengan memberikan penghargaan pada guru terhadap sekecil apapun prestasi yang dibuat oleh guru. Penghargaan itu bisa dalam bentuk materi maupun non materi dan juga bisa dengan pembagian tugas dengan merata, dan meratakan tanggungjawab atas pekerjaan. Sebagai seorang pendidik guru harus menyadari tugas pokok dan fungsi yang diembannya dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah. Perlu disadari bahwa sesuai dengan profesinya guru mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pembelajaran, mendidik, melatih dan membimbing siswa serta fungsi guru sebagai fasilisator, motivator, inovator. Dengan menyadari tugas pokok dan fungsinya ini diharapkan guru dapat memotivasi dan memupuk kreativitas untuk bisa melaksankan profesi belajar mengajar dengan baik. Hal ini menjadi semua tanggungjawab serta menjadi komitmen yang tinggi agar tugas yang diembanya bisa dilaksanakan dengan lebih baik lagi Motivasi kerja guru merupakan kegigihan bekerja, semanggat kerja yang tinggi, disiplin diri dan kesungguhan dalam bekerja. Bila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi maka kinerja guru cendrung akan baik . apabila kinerja guru sudah baik maka tujuan pembelajaran akan baik dan tujuan sekolah akan tercapai dengan baik. Pelaksanaan supervisi harus sejalan dengan upaya peningkatan
motivasi
kerja karena dengan adanya bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan dari kepala sekolah maka akan meningkat kinerja guru. Dengan pelaksanaan supervisi yang baik akan baik pula kinerja guru.
86
Kepala Dinas Pendidikan sebagai pimpinan lembaga pendidikan di kota Bukittinggi perlu melaksanakan berbagai kegiatan yang mampu mendorong guru untuk melaksankan tugasnya dengan baik. Upaya ini antara lain dengan melakukan kegiatan yang bisa membuka dan meningkatkan wawasan guru terhadap pendidikan, ilmu pengetahuan dan perkembangan tekhnologi, seperti pelatihan dan memberi beasiswa melanjutkan pendidikan dan memberikan kesempatan mengikuti seminar sehingga mereka berusaha meningkatkan kinerja guru dan selain itu kontrol pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan
C.Saran-saran. Berdasarkan hasil penelitian seperti yang dikemukakan diatas, maka dapat disarankan kepada berbagai pihak: 1.
Guru-guru SMAN di Kota Bukittinggi disarankan agar lebih baik dalam meningkatkan motivasi kerja dalam usaha meningkatkan kinerja guru. Motivasi kerja ditingkatkan melalui peningkatan kesungguhan dalam bekerja,
memiliki
semangat
kerja,
kegigihan
dalam
bekerja,
bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan disiplin dalam bekerja. Dalam perbaikan ini diperioritas pada peningkatan motivasi kerja dengan melalui kegiatan MGMP, dan mengadakan pelatihan guru dengan mengadakan Worshop guru mata pelajaran serta dengan mengikuti seminar- seminar yang khusus untuk masing- masing mata pelajaran. 2. Kepala
sekolah
sebagai
unsur
pimpinan
disekolah
agar
dapat
meningkatkan pelaksanaan supervisi sehingga kinerja guru dapat meningkat, upaya peningkatan supervisi
terhadap kinerja guru dapat
dilakukan dengan memberikan bimbingan, arahan dan dorongan serta
87
bantuan pada guru sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dan guru merasakan manfaat dari supervisi 3. Para pengambil kebijakan, Kepala Dinas Pendidikan, agar dapat bekerja sesuai dengan hakikat tugasnya, sehingga dapat mengukur dan menilai proses pembelajaran sesuai dengan rencana, metode dan standar proses pembelajaran yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Apabila terdapat kesenjangan dan penyimpangan dari standar yang ditetapkan, diharapkan segera tindakan sesuai prosedur kerja yang ada. Kepala Dinas Pendidikan agar memberi kesempatan pada guru untuk bisa melakukan studi banding kedaerah lain dengan memberikan tambahan bantuan dana dan juga mengadakan latihan atau seminar dibidang pendidikan sehingga guru bisa mendapatkan perubahan yang baru dalam kegiatan pembelajaran dan juga kepala Dinas Pendidikan agar mengadakan program binaan dengan adanya tim pendamping kelompok mata pelajaran yang akan membimbing dan membina guru dalam kegiatan pembelajaran dan adanya tim monitoring dalam kegiatan ini. 4. peneliti selanjutnya agar lebih meneliti faktor-faktor lain yang diduga juga ikut berpengaruh terhadap kinerja guru, selain motivasi kerja dan pelaksanaan supervisi ikut berpengaruh terhadap kinerja guru, dengan demikian akan dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang berbagai faktor yang diduga mempengaruhi terwujudnya kinerja guru yang optimal.
DAFTAR RUJUKAN
Abdulah Majid. (2005) Perencanaan Pembelajaran . Bandung: remaja Rosdakarya.
Arni Muhammad. (2008). Komunikasi Organisasi . Jakarta: Bumi Aksara
Bambang Prasetyo. (2005) Metodologi Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cushway, Barry.(1993) Perilaku Dan Desain Organisasi Jakarta: Gramedia.
Griffin, W.Ricky And Moerhead (1986). Organisation Behavior, Boston: hougtor mifflin. Gunawan (1984). Fungsi Supervisor terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Hagemann Gisela (1993) Motivasi untuk Pembinaan Organisasi. Jakarta : Pustaka Binaan Pressindo.
H. A. R. Tilaar (1994) Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: remaja Rosda Karya
Ibrahim Bafadal (1992). Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasidalam membina Profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Kamaruddin. (1994). Pendidikan Guru Bandung : Mandar Jaya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007). Jakarta: Balai pustaka
Lailatul Azwar. (2009).” Kontribusi Motivasi Kerja dan Iklim Kerja sama terhadap kinerja guru sekolah menengah kejuruan negeri 5 Padang.” Universitas Negeri Padang. Tesis. Tidak diterbitkan. Padang: UNP
Made Pirdata. (2009). Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.
Melayu. S.P. Hasibuan (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta : Bumi Aksara
Nana Sudjana. (2007). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan Bandung: Sinar baru Algensindo.
Nasrullah Aziz. (2007) Program Monas Versi 11 @ 2007
Panji. Anoraga (19970 Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
Pereturan Pemerintah No 74 tahun 2008 tentang guru. Jakarta: Depdiknas.
Pereturan Pemerintah No 12 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Supervisi . Jakarta; Depdiknas
Sudjana . (2005) Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Timpe.A.Dale (1993) Kinerja Seri Ilmu Dan Seni Managemen Bisnis Jakarta: Gramedia
Terry.R.George. (2000) Prinsip-Prinsip Manajemen Jakarta: Bumi Aksara
Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen. Jakarta: Depdiknas.
Yonishar, (2008). “ Kontribusi Kompetensi Profesional dan pelaksanaan Supervisi Terhadap kinerja guru SMK Negeri 1 Padang.” Tesis tidak diterbitkan . Padang: UNP.