HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA GURU PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN PIDIE Oleh : Rahmi Agustina & Sulaiman (Dosen Prodi Biologi dan Fisika FKIP Universitas Jabal Ghafur) ABSTRACT The aim of this study is to find a significant relationship between motivation and teacher performance, job satisfaction with the performance of teachers, as well as motivation and job satisfaction together with the performance of teachers in high schools in Pidie. The hypothesis of this study is that there is a significant relationship between work motivation with teacher performance, job satisfaction with the performance of teachers, as well as motivation and job satisfaction together with the performance of teachers in high schools in Pidie. The approach of this study used correlational survey method. This research data collection techniques used questionnaires to variable motivation, job satisfaction and performance of teachers in high schools in Pidie. The population of this study were all teachers at the high schools in Pidie. amounted to 1238 respondents. The number of samples of 120 respondents with a sampling technique stratifiet random sampling. Based on data analysis and discussion of the results of this study can be concluded, there was a significant relationship between 1) motivation with teacher performance, 2) the performance of the teacher job satisfaction 3) motivation and job satisfaction together with the performance of teachers in high schools in Pidie. Keywords : Work motivation, job satisfaction and teacher performance. Latar Belakang Masalah Guru adalah tenaga pendidikan profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah pertama serta menengah atas. Guru merupakan tenaga profesional yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Tinggi rendahnya mutu lulusan sekolah, sangat ditentukan oleh profesional guru. Guru sebagai tenaga profesional, sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 yaitu Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, yang berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Persoalannya yang terjadi dewasa ini adalah, profesional guru menjadi diskusi dan sorotan menyeluruh di level nasional yaitu menyangkut dengan rendahnya mutu guru. Bahkan guru dianggap gagal mendidik anak karena mutu sekolah tidak bisa diterima pasar. Di sisi lain, anak didik secara nasional gagal dalam menempuh Ujian Nasional (UN) yang dianggap sebagai indikator keberhasilan pendidikan di Indonesia. Tolok ukur keberhasilan sekolah adalah pada kinerja guru yang tereflekasi pada cara merencanakan, melaksanakan dan mengevaliasi pembelajaran, intensitasnya dilandasi pada etos kerja dan disiplin profesionalnya. Sejalan dengan pandangan di atas B. Uno (2008:86), mengatakan ”Bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin profesionalnya dalam proses pembelajaran” Kinerja guru, yang terefleksi pada cara merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran, tidak mudah dilakukan, apabila guru tidak memiliki motivasi kerja dan kepuasan kerja yang baik. Karena itu kinerja guru keterkaitan dengan 1
motivasi dan kepuasan kerja. Dengan kata lain, kinerja merupakan fungsi dari kemampuan dan motivasi serta kepuasan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru dalam melaksanakan tugasnya, memerlukan penghargaan dan pujian dari berbagai pihak terutama dari kepala sekolah, agar termotivasi berbuat lebih baik. Dari paparan di atas dapat disimpulkan, bahwa penghargaan dan pujian merupakan salah satu aspek yang dapat meningkatkan motivasi, sehingga kinerja guru baik. Menurut Robbins (2006:241), bahwa ”kinerja adalah produk dari fungsi dari kemampuan dan motivasi, Jika diformulasikan maka kinerja = f (Kemampuan x Motivasi)”. Berdasarkan pendapat Robbins tersebut dapat disimpulkan, bahwa kinerja guru berkaitan dengan kemampuan dan motivasinya dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan guru, tercermin dari kemampuannya melakukan perencanaan pengajaran, keterampilan mengajar, dan kemampuannya mengelola hubungan antar pribadi. Selanjutnya Saroni (2006:8) mengatakan, ”Bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui/aktivitas manajemen kinerja yang baik”, Betolak dari pendapat Saroni tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas manajemen kinerja guru yang dimaksudkan adalah aktivitas manajemen dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Kinerja guru adalah, prestasi kerja atau hasil kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab profesional yang diemban kepadanya. Kinerja guru tidak mudah dilakukan, apabila guru tidak memiliki motivasi kerja dan kepuasan kerja yang baik, di samping dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor lingkungan, sarana dan prasarana sekolah. Semuanya ini dapat dilaksanakan jika guru mempunyai motivasi dalam menjnalankan tugasnya. Motivasi kerja guru, dapat diartikan sebagai pemenuhan harapan-harapan, menurut Robbins (2009:253) “Kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu, bergantung kepada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
daya tarik hal itu terhadap individu tersebut“. Harapan-harapan itu adalah harapan: berprestasi, mengembangkan diri, mengaktualisasikan diri dan tantangan untuk maju. Karena itu perlu dikembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan guru sesuai dengan bidangnya, di antaranya adalah dengan cara studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi misalnya dari Diploma dua dan Diploma tiga ke jenjang pendidikan S-1 atau S-2, mendapat pelatihan, MGMP, mengikuti kegiatan-kegiatan diskusi, seminar dan sertifikasi. Motivasi kerja guru dan pemenuhan harapan-harapan dalam melaksanakan tugas pembelajaran, dapat menimbulkan suatu kepuasan kerja. Menurut teori harapan atau yang disebut dengan teori ekspektasi (harapan) ini Porter & Lawler III (Sukmadinata,2007:73), mempunyai asumsi: “Bahwa suatu usaha untuk memotivasi seseorang, adalah dengan cara memberikan keyakinan kepada orang tersebut, bahwa yang dikerjakan itu akan memberikan sumbangan bila tujuan yang diharapkannya dapat tercapai“. Berdasarkan teori harapan ini dapat disimpulkan, bahwa ekspektasi dan nilai mempengaruhi kualitas pekerjaan seseorang guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Vroom (B.Uno,2007:51), “mengem bangkan sebuah teori yang didasarkan pada kemampuan bersenyawa (valensi), atau berkombinasi harapan dan alat perantara (instrumentasi)“, dalam bentuk rumus ditulis, Motivasi = valensi x harapan x instrumentasi. Valensi ialah kekuatan preferensi seseorang untuk memperoleh imbalan atau biasa juga disebut dengan kebutuhan bersenyawa. Instrumentasi ialah keyakinan seseorang bahwa ia akan memperoleh imbalan, sehingga merasa kepuasan terhadap pekerjaan yang telah diselesaikannya. Kepuasan kerja guru, merupakan tingkat pemenuhan kebutuhan harapanharapan sehingga akan menimbulkan rasa senang atau tidaknya guru dalam menjalankan tugas dan pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu kepuasan kerja guru, berkaitan dengan psikologis. Rasa puasnya guru dalam melaksanakan tugas, berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain. Jadi kepuasan kerja guru 2
merupakan suatu hal yang relatif, dan sukar untuk mengukur psikologi seseorang. Sejalan dengan pengertian ini Robbins (2009:90) mengatakan bahwa ”Guru dalam menjalankan tugasnya menanggung berbagai beban psikologis, baik yang berhubungan dengan perilaku peserta didik, tingkat kedalaman kurikulum yang tidak seimbang dengan kemampuannya”. Berdasarkan konsep motivasi dan kepuasan kerja guru di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi saling berkaitan dengan kepuasan, motivasi dan kepuasan kerja mempunyai hubungan erat dengan kinerja guru. Hubungan antara motivasi dan kepuasan kerja dengan kinerja guru, tergambar pada tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas, pencapaian tujuan pembelajaran, disiplin, komitmen dan komunikasi antar personal di sekolah. Motivasi dan kepuasan kerja guru, akan tercermin juga pada kemampuan guru dalam penguasaan materi dan penggunaan metode pembelajaran. Bila guru kurang menguasai materi, isi kurikulum dan tidak jelas metode pembelajaran yang digunakan, maka motivasi akan menurun. Akibatnya menjadi malas bertugas yang pada akhirnya kurang merasa puas dalam menjalankan tugas. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi dan kepuasan kerja, dapat mempengaruhi kinerja guru. Mempengaruhi kinerja guru bermakna, semakin tinggi motivasi dan kepuasan kerja, semakin tinggi pula kinerja guru. Bagaimanakah realita di lapangan?, karena itu Hubungan Motivasi dan Kepuasan Kerja Dengan Kinerja guru. menarik dilaksanakan suatu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. Karena itu penelitian ini diberikan judul : Hubungan Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah tahun pertama penelitian ini adalah : 1. Rumusan masalah secara umum Rumusan masalah secara umum penelitian ini pada tahun pertama adalah: Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
antara motivasi dan kepuasan kerja dengan kinerja guru?. 2. Rumusan masalah secara khusus Rumusan masalah secara khusus penelitian ini pada tahun pertama adalah: 1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie?. 2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie?. 3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie? Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah seperti tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini pada tahun pertama adalah, bahwa : 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini pada tahun pertama adalah : untuk menguji masalahmasalah yang telah dirumuskan secara umun dan secara khusus. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini pada tahun pertama adalah, untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja dengan kinerja guru. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini pada tahun pertama adalah untuk mengetahui : 1. Hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja guru. 2. Hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja guru. 3
3. Hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru. Urgansi (Keutamaan) Penelitian Keutamaan hasil penelitian ini dirumuskan secara teoritis dan praktis sebagai berikut. a. Keutamaan teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengemba ngan teori manajemen pendidikan khususnya teori kinerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja yang selama ini sudah dikembangkan maupun yang akan dikembangkan oleh para ahli. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai masukan bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang kinerja guru, motivasi kerja, dan kepuasan kerja guru. b. Keutamaan Praktis Keutamaan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dan masukan kepada : 1. Pelaku pendidikan, para kepala SMA Negeri di Kabupaten Pidie, Dinas Pendidikan dan guru yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan sekolah. 2. Kepala sekolah, agar dapat membuat program-program yang sifatnya dapat menyentuh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan guru dalam upaya untuk meningkatkan motivasi kerja, kepuasan kerja dan kinerja guru. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Variabel-variabel yang dikorelasikan adalah, dua variabel bebas (independent variable), yaitu motivasi kerja (X1) dan kepuasan kerja (X2) dengan satu variabel terikat (dependent variable), yaitu kinerja guru (Y). Hubungan antara dua variabel bebas dengan satu variabel terikat dapat dilihat seperti pada gambar di samping. Gambar : Hubungan antar variabel
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Motivasi Kerja Guru (X1) Kinerja Guru (Y)
Variabel bebas Variabel Kepuasan Kerja terikat Guru (X2)
Sumber: B. Uno (2008), halaman 91 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada lokasi SMA Negeri di Kabupaten Pidie. Berdasarkan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Program Desentralisasi Penelitian Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2012, maka waktu pelaksanaan penelitian ini mulai 15 Maret s/d 15 Nopember 2012. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah : Seluruh guru pada 22 SMA Negeri di Kabupaten Pidie berjumlah 1238 orang Sampel diambil 10 % dari jumlah populasi, berjumlah 120 orang. Instrumen Penelitian Data penelitian ini berhubungan dengan variabel kinerja guru (Y), motivasi kerja (X1) dan kepuasan kerja (X2). Instrumen untuk mengumpulkan ketiga variabel tersebut tiga kuisioner yaitu : kuisioner kinerja guru, kuisioner motivasi kerja dan kuisioner kepuasan kerja. Kuesioner untuk masing-masing variabel (motivasi, kepuasan dan kinerja), masing-masing diajukan 30 nomor pertanyaan untuk 60 guru. Dalam upaya untuk mempertajam dan melengkapi data yang dimaksud, instrumen penelitian ditambah wawancara dengan 60 guru. 1. Instrumen motivasi kerja guru a. Definisi konseptual Berdasarkan teoretis tersebut dalam bab 2, maka indikator motivasi kerja menurut B. Uno (2008:73) adalah: Secara (instrinsik) adalah: 1) Dimensi tanggung jawab dalam melakukan kerja, dengan indikatornya: kerja keras, tanggung jawab, pencapaian tujuan, menyatu dalam bertugas. 2) Dimensi prestasi yang dicapainya, dengan indikatornya: dorongan untuk sukses, umpan balik, unggul 3) Dimensi pengembangan diri, dengan indikatornya 4
adalah: peningkatan keterampi-lan, dorongan untuk maju, dan 4) Dimensi kemandirian dalam bertugas, dengan indikatornya adalah: mandiri dalam bekerja, suka pada tantangan. Selanjutnya ragam motivasi kerja dari luar (ekstrinsik) menurut B. Uno (2008:73) adalah : Berupa kondisi kerja, hubungan interpersonal, gaji (bayaran), keamanan, supervisi, dan kebijakan sekolah. Jadi motivasi kerja guru dapat disimpulkan, sesuatu dorongan yang menggerakkan sehingga guru bekerja dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang tergambar dalam visi dan misi pada suatu lembaga pendidikan. b. Definisi oprasional Motivasi kerja guru adalah, total skor yang diperoleh guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie, setelah menjawab kuisioner kepuasan kerja yang berbentuk skala dengan rentangan angka satu hingga lima atau wawncara. 2. Instrumen kepuasan kerja guru a. Definisi konseptual Kepuasaan kerja guru adalah terpenuhinya seluruh kebutuhan guru oleh sekolah. Kebutuhan itu berupa: gaji, tunjangan pensiun, teman di kelompok (unit kerja), jabatan, dan pekerjaan yang menantang, prestasi, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pertumbuhan dan perkembangan, supervisi, kondisi kerja, hubungan interpersonal, bayaran dan keamanan, serta kebijakan sekolah. b. Definisi operasional Kepuasan kerja guru adalah, total skor yang diperoleh guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie, setelah menjawab kuisioner kepuasan kerja yang berbentuk skala dengan rentangan angka satu hingga lima, atau wawancara. 3. Instrumen kinerja guru a. Definisi konseptual Kinerja guru merupakan gambaran hasil kerja yang dilakukan guru, dengan tugas-tugas yang diemban kepadanya dan merupakan tanggung jawabnya. Dalam hal ini tugas-tugas rutin seorang guru adalah mengadakan perencanaan, pengelolaan, pengadministrasian, tugastugas pembelajaran, serta melaksanakan pembelajaran. Kinerja dalam penelitian ini merupakan variabel mayor, beberapa
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
demensi yang berkaitan dengan variabel kinerja guru meliputi 1) kualitas kerja, 2) kecepatan/ketepatan, 3) isinisatif, 4) kemampuan dan 5) komunikasi. Selanjutnya dimensi kinerja guru tersebut melahirkan indikator kinerja guru adalah 1) menguasai materi, 2) mengelola proses pembelajaran, 3) mengelola kelas, 4) menggunakan media dan sumber belajar, 5) menguasai landasan pendidikan, 6) merencanakan program pembelajaran, 7) memimpin kelas, 8) mengelola interaksi pembelajaran, 9) melakukan penilaian hasil pembelajaran siswa, 10) menggunakan berbagai metode, 11) memahami dan melaksanakan fungsi dan layanan bimbingan, 12) memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan 13) memahami dan dapat menafsirkan hasilhasil penelitian yang dilakukan guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran. b. Definisi operasional Kinerja guru adalah total skor yang diperoleh guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie, setelah menjawab kuisioner kinerja guru yang berbentuk skala dengan rentangan angka satu hingga lima, atau wawancara. F. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan tujuan penelitian, maka teknik untuk mengumpul data dalam penelitian ini menggunakan metode survei korelasional. G. Teknik Analisis Data Berhubung penelitian ini didasarkan pada data sampel yang diambil dari populasi, hipotesis penelitian assosiatif/hubungan kausal antar variabel, data yang dikumpulkan adalah data interval/ratio yang diperoleh dari data nominal (data sifat) atau katagori parameter kuisioner, dan nilai ordinal yaitu nilai kuantitatif yang ditranspormasikan dari data nominal/parameter kuisioner dalam bentuk skala liket dengan interval satu sampai dengan lima, maka untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Berdasarkan data penelitian (interval/ ratio), hipotesis assosiatif penelitian, yaitu terdapat dua variabel independen (X1,X2) dan satu variabel dependen (Y), maka dapat digunakan dua rumusan uji hipotesis 1) korelasi product moment dan 2) korelasi ganda, seperti gambar di bawah ini. 5
Gambar: Korelasi ganda dua variabel independen dan satu variabel dependen
X1 Y r3 r2
X2
Sumber : Sugiyono (2008), halaman 232. Paradigma ganda dengan dua variabel independen (X1,X2) dan satu variabel dependen (Y). Untuk mencari hubungan x 1 dengan y dan x 2 dengan y menggunakan teknik korelasi sederhana. Formula yang digunakan untuk menghitung korelasi ganda, menurut Sugiyono (2009:233) adalah : R yx
1
x2
(ryx1 ) 2 (ryx2 ) 2 2 ryx1 .ryx2 .rx1x2 1 (rx1x2 ) 2
Dimana : = Korelasi antara X1 dan X2 secara R yx1 x2
ryx1
bersama-sama dengan variabel Y = Korelasi product moment antara X1
ryx2
dengan Y = Korekasi product moment antara X2
rx1x2
dengan Y = Korelasi antara X1 dengan X2
Sedangkan untuk menghitung korelasi product moment antar variabel masing-masing ( ryx1 , ryx2 , rx1 x2 ) menurut Sugiyono (2009:228) dapat digunakaan persamaan : ryx
N X 1Y ( X 1 ) ( Y ) N X 12 ( X 1 ) 2
N Y 2 ( Y ) 2
Tabel Nilai Interpretasi : Nilai r Interpretasi 0
Tidak berkorelasi
0,01 - 0,20
Korelasi sangat rendah
0,21 - 0,40
Korelasi Rendah
0,41 - 0,60
Korelasi Agak rendah
0,61 - 0,80
Cukup
0,81 - 0,99
Tinggi
1
Sangat tinggi
Sumber: Bungin (2010), halaman 184 Hasil Penelitian Validitas instrumen Hasil uji validitas instrument yang dilakukan, menunjukkan bahwa semua kuisioner/butir soal yang dijadikan instrumen pengumpul data dalam penelitian Ujian reliabilitas instrumen Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai-nilai rgg adalah : 1) Instrumen motivasi kerja guru : rgg = 0,84, 2) Instrumen kepuasan kerja guru rgg = 0,5 dan 3) Instrumen kinerja guru rgg = 0,92 Tabel Reliabilitas Instrumen rkri No Instrumen Uji-r
Keputusan
tis
1 2 3
Motivasi kerja Kepuasan kerja Kinerja guru
0,3
rgg> (0,3)
Reliabel
0,3
rgg> (0,3)
Reliabel
0,3
rgg> (0,3)
Reliabel
Pengujian hipotesis a. Hipotesis pertama : Ho : ryx1 = 0 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie Ha : ryx1 > 0 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie b. Hipotesis kedua : Ho : ryx2 = 0 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie Ha : ryx2 > 0 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie c. Hipotesis ketiga : Ho : R = 0 : Tidak ada hubungan yang yx1 x2
positif dan signifikan antara
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
6
Ha :
R yx
motivasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie > 0 : Ada hubungan yang positif
1 x2
dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie Hasil uji hipotesis diperoleh : a. Hipotesis pertama : ryx1 ≥ rtabel (1/2.0,05,58) atau (0,49 > 0,250), maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Hipotesis kedua : ryx2 ≥ rtabel(1/2.0,05,58) atau (2,54 > 2,50), maka Ho ditolak dan Ha diterima. c. Hipotesis ketiga atau (0,49 > 0,250). R yx x > rtabel(1/2.0,05) 1
2
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pembahasan Adapun hasil uji hipótesis antar variabel, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. Konstribusi hubungan (0,49)2 x 100 % = 24 %, yang belum memberikan konstribusi 76 %. Hal ini berarti rata-rata guru kurang motivasi terkait dengan gaji, intersif maupun kebijakan kepala sekolah. 2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja Guru pada SMA di Kabupaten Pidie rhitung > rtabel/ ryx2 = 0,54 > 0,250). Nilai ryx2 = 0,254. Besarnya sumbangan kontribusi variabel kepuasan kerja terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie, adalah 0,2542 x 100% = 6,45 %. Sedangkan yang belum memberikan konstribusi sebesar 93,55 %.. Hal ini terkait dengan rasa tidak puasnya guru dalam menjalankan tuga, dapat disebabkan karena masalah gaji, karakteristik guru itu sendiri, maupun faktor eksternal yang bermacam-macam kebutuhan, dihargai serta kebijakankebijakan kepala sekolah.
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dan kepuasan kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie ( R yx x > rtabel/ 1
ryx1 = 0,49 > 0,250). Nilai
R yx
1
2
= 0,49 x2
bermakna besarnya sumbangan atau kontribusi variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru adalah 0,492 x 100% = 24 %. Sedangkan sisanya sebesar 66% belum memberikan konstribusi dalam penelitian ini. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh kurang motivasi dan kepuasan guru dalam bekerja seperti tersebut di atas. Karena berdasarkan teori, motivasi dan kepuasan kerja akan memperngaruhi kinerja guru.pula prestasi kerja (kinerja) yang diperolehnya. Kepuasan kerja itu dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: a) imbalan jasa b) rasa aman c) pengaruh antar pribadi d) kondisi lingkungan kerja, dan e) kesempatan untuk pengembangan dan aktualisasi diri. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini secara teoritis antara lain adalah tentang teori yang digunakan. Teori Maslow memiliki kelemahan yaitu kebutuhan bertingkattingkat. Setelah kebutuhan di bawahnya terpenuhi barulah timbul tuntutan baru yaitu untuk memenuhi tuntutan kebutuhan berikut di atasnya. Namun, dalam kenyataannya, tuntutan kebutuhan itu tidak bertingkattingkat bahkan ada yang bersamaan. Teori motivasi dengan teori kepuasan sering membingungkan dan terjadi tumpang tindih bahkan bertentangan. Sebagai contoh, kebutuhan akan gaji yang wajar. Gaji biasanya memotivasi orang untuk bekerja atau orang bekerja karena motifnya ingin mendapatkan gaji. Dalam teori kepuasan, gaji yang wajar dapat memuaskan orang. Tetapi tidak semua kepuasan dapat dinilai dengan uang. Jadi, uang dapat memotivasi dan dapat pula memuaskan orang. Dalam beberapa buku, teori kepuasan berisi teori motivasi Maslow dan Herzberg. Motivasi dan kepuasan kerja, sulit diukur karena manusia cenderung tidak pernah puaspuasnya. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini hanya efektif diterapkan apabila
7
karakteristik motivasi dan kepuasan kerja sama dengan saat penelitian ini berlangsung. Secara metodologi, pengisian angket sangat tergantung hati nurani yang mengisinya. Kebenaran angket tergantung kejujuran pengisinya. Ada kalanya angket diisi asal-asalan bahkan diisi orang lain, tetapi kelemahan ini diatasi peneliti dengan mengadakan pertemuan khusus. Kelemahan metodologi lainnya adalah angket untuk menilai guru diisi oleh guru sendiri (self evaluation). Hal ini dapat menimbulkan bias atau sangat subjektif. Seharusnya angket diisi oleh kepala sekolah dan atau pengawas sekolah, dan atau siswa. Tetapi, karena angket menanyakan motivasi instrinsik dan kepuasan kerja guru, maka yang paling tahu adalah guru itu sendiri. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pembahasan, maka hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie ( ryx1 > rtabel(1/2.0,05) atau ryx1 = 0,49 > 0,250), tergambar pada indikator motivasi guru dari segi: tanggung jawabnya, pencapaian tujuan, menyatu dalam bertugas, doorongan untuk sukses, dorongan untuk tantangan, mandiri dalam bertugas dan kerja keras. Indikator-indikator motivasi tersebut tercermin pada peningkatan kinerja guru dalam indikator: perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian dan penilaian mengajar. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie ( ryx2 > rtabel/ ryx2 = 0,54 > 0,250), tergambar dalam indikator kepuasan kerja guru dalam bentuk: bayaran gaji, jabatan, penghargaan, pelayanan kesehatan, pekerjaan yang menantang, pekerjaan itu sendiri, keamanan, prestasi dan kebijakan kepala sekolah. Indikator-indikator motivasi tersebut tercermin pada peningkatan kinerja guru dalam indikator: perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian dan penilaian mengajar.
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie ( Ryx x > rtabel/ ryx1 = 0,49 > 0,250), 1 2
tergambar pada indikator motivasi guru dan indikator kepuasan kerja guru seperti tersebut di atas, yang tercermin pada peningkatan kinerja guru dalam indikator: perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian dan penilaian mengajar. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan penelitian ini, maka inplikasi/dampak atau bahan masukan kepada pelaku pendidikan yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan sekolah, para kepala sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie, Dinas Pendidikan dan guru. 1. Untuk Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah, menyangkut dengan : 1). Gaji dan intensif guru, 2). Peningkatan karier dan prestasi, 2). Penghargaan atas prestasi, 3). Pengahargaan atas prestasi yang dikerjakan guru, 4). Pengurusan pangkat, 5). Kesejahteraan, 6). Komunikasi dan tingkat perhatian kepala sekolah terhadap guru, 7). Fasilitas pembelajaran, 8). Wadah pelatihan guru di sekolah, Sertifikasi guru. 2. Untuk guru, guru harus memahami bahwa tugas merupakan amanah yang diemban kepadanya. Jika guru tidak ada motivasi dan kepuasan setiap kegiatan yang dikerjakan, maka kinerja guru akan lemah, menyebabkan lulusan sekolah tidak berkualitas. . Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, implikasi, dan kegunaan hasil penelitian ini, maka diakhiri uraian ini diajukan saran-saran sebagi berikut. Untuk kepala sekolah Membuat program-program yang sifatnya menyentuh dengan pemenuhan kebutuhankebutuhan guru. Untuk guru Agar guru sebaiknya mendukung semua kebijakan kepala sekolah dan Dinas, dalam upaya untuk mencapai target lulusan sekolah 8
yang berkualitas, hendaknya secara sadar menyadari bahwa nasibnya tidak akan berubah jika tidak ada motivasi dari dirinya sendiri untuk berubah, hendaknya menunjukkan sikap keprofesionalannya, kesejahteraan akan datang dengan sendirinya, jika guru sudah diakui keprofesionalannya. Untuk peneliti berikutnya Untuk mewujutkan berbagai teori motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru, sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ini, sebaiknya diadakan penelitian yang sama dengan mengembangkan sampel yang lebih besar dan wilayah yang lebih luas serta subyek penelitian pada pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.. DAFTAR PUSTAKA B.Uno,Hamzah (2006), Teori Motivasi & Pengukuran, Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara. Bungin,Burhan (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, Fajar Interpratama. Conny R, Seniawan (2006), Memantapkan Peran LPTK Dalam Peningkatan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Yogyakarta, Pidato Dies Natalis ke 42 Universitas Negeri Yogyakarta. Dharma, Surya (2005), Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Emzir (2009), Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta, PT Raja Grafindo. Karyono (2008), Hubungan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Karyawan di Dinas Pendidikan Umum Kota Surakarta, Surakarta, Universitas Muhammadyah, Fakultas Ekonomi Manajemen, Tesis Pascasarjana. Lubis, Elfaiz (2009), Pengaruh Gaya Pimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Medan, Medan, Universitas Sumatera Utara, Tesis Pascasarjana. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun (2008) Tentang Guru, BAB I Ketentuan Umum Pasal 1, Jakarta, Sekretariat Negara RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Pendidikan (SNP), Jakarta, CV. Eka Jaya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 Tentang guru, Jakarta, Pemerintah RI. Robbins, Stephen (2006), Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks, Adt. Kualitas Guru Untuk Mutu Pendidikan, Jakarta,, Kompas. Robbins, Stephen (2009), Perilaku Organisasi, Jakarta, Salemba Empat. Rukmana, Nana (2007), Kepemimpinan yang Berlandaskan Adversitas Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual, Bandung, SDM, Artikel. Rivai, Veithrizal (2009), Education Management, Analisis Teori dan Praktik, Edisi 3, Jakarta, Rajawali Pers. Sugiyono (2008), Statistik Untuk Penelitian, Cetakan ketigabelas (revisi terbaru), Bandung CV. Alfabeta. Sugiyono (2007), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta. Saroni, Muhammad (2006). Manajemen Sekolah. Yogyakarta: AR-Ruzz. Sukmadinata (2009), Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya. Sudjana (2005), Metode Statika, Bandung, Tarsito. Sudjana, Nana (2010), Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Baru Algansindu. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Sinar Grafika. Undang-Undang Nomor : 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Jakarta, Eko Jaya. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Jakarta, Sekretariat Negara, Sinar Grafika. Usman Nasir (2007). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung. Mutiara Ilmu. Usman, Husaini (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito (2004), Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Oppset. 9
Wayan, Astawa (2009), Hubungan Antara Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Dan Iklim Sekolah Dengan Kinerja Guru Pembimbing SMP Negeri Di Kabupaten Jembrana, Semarang, Universitas Negeri Semarang, Tesis Pascasarjana Administrasi Pendidikan. Yudianto, Ronni (2008) Hubungan Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru Di SMK Pangudi Luhur Tarcisius Semarang,
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Semarang, Universitas Negeri Semarang, Tesis Pascasarjana. Zulham, Muhammad (2008), Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan, Fakultas Ekonomi, Tesis Pascasarjana.
10