MOTIVASI & EMOSI Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA
MOTIVASI Teori-teori Motivasi Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku, berpikir, dan merasa seperti yang mereka lakukan. Perilaku yang termotivasi diberi kekuatan, diarahkan, dan dipertahankan. Para psikolog telah mengajukan serangkaian teori mengenai mengapa organisme termotivasi untuk melakukan apa yang mereka lakukan.
• Pendekatan Evolusi Motivasi memberikan perilaku, pikiran, dan perasaan kita sebuah tujuan. Perilaku yang termotivasi memiliki energi, diarahkan, dan dipertahankan. Para ahli teori evolusi menganggap motivasi memiliki dasar pada insting; sebuah pola perilaku yang diturunkan secara biologis dan diasumsikan bersifat universal dalam sebuah spesies. Gagasan bahwa motivasi kita tidak dipelajari dan melibatkan faktor-faktor fisiologis masih bertahan hingga saat ini. Pandangan evolusi menekankan beragam aspek motivasi yang memberikan kita keunggulan dalam proses evolusi yang diturunkan melaui gen – gen dari generasi ke generasi.
• Teori Pengurangan Dorongan Sebuah dorongan adalah keadaan tergugah yang terjadi karena sebuah kebutuhan fisiologis. Sebuah kebutuhan adalah keadaan kekurangan yang mengarahkan dorongan untuk menghilangkan atau mengurangi keadaan ini. Teori pengurangan dorongan diajukan sebagai sebuah penjelasan motivasi, dengan tujuan pengurangan dorongan adalah keadaan Homeostasis, kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan.
• Teori Penggugahan Optimal Teori ini menekankan pada hukum YerkesDodson, di mana kinerja menjadi paling baik saat berada dalam kondisi rangsangan sedang dan bukan terlalu tinggi atau rendah. Penggugahan sedang sering kali membuat kita mengeluarkan kinerja terbaik untuk menghadapi tugas-tugas kehidupan, namun ada kalanya rangsangan rendah atau tinggi dihubungkan dengan kinerja terbaik.
Pendekatan – pendekatan yang menjelaskan motivasi dalam kehidupan sehari-hari.
Hirarki Kebutuhan Manusia Maslow Menurut hirarki kebutuhan manusia Maslow, kebutuhan utama kita dipenuhi dalam urutan berikut; fisiologis, kebutuhan rasa aman, rasa cinta dan diterima dalam kelompok, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow memberi sebagian besar perhatian pada kebutuhan aktualisasi diri, motivasi untuk mengembangkan potensi seseorang secara menyeluruh.
Teori Determinasi Diri Teori ini menyatakan bahwa motivasi intristik terjadi ketika individu terlibat dalam usaha mencapai kebutuhan - kebutuhan organismik yang bersifat bawaan dan universal. Kebutuhan – kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan kompetensi, keterhubungan, dan onotomi.
Motivasi Intristik dan Ekstrinsik Motivasi intristik berdasarkan pada faktor-faktor internal seperti determinasi diri, rasa ingin tahu, tantangan, dan usaha adalah salah satu aspek dalam motivasi berprestasi yang paling banyak diteliti. Motivasi Ekstrinsik didasarkan pada insentif eksternal, seperti imbalan dan hukuman. Kebanyakan psikolog percaya bahwa motivasi intristik lebih berhubungan dengan prestasi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik.
Regulasi Diri : Keberhasilan Pencapaian Tujuan Regulasi diri melibatkan proses penetapan tujuan, mengawasi kemajuan, dan membuat penyesuaian dalam perilaku kita untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan. Penelitan menunjukkan bahwa membuat tujuan-tujuan lebih kecil untuk mencapai tujuan jangka panjang adalah strategi yang baik.
• Dasar Biologis Emosi Emosi adalah perasaan, atau afeksi yang memiliki tiga komponen; ketergugahan fisiologis, pengalaman yang disadari, dan ekspresi perilaku. Dasar biologi dari emosi terpusat pada ketergugahan fisiologis yang melibatkan sistem saraf otonom dan dua subsistemnya. Teori James-Lange menyatakan bahwa emosi adalah hasil dari keadaan fisiologis yang dipicu oleh rangsangan lingkungan; Emosi mengikuti reaksi fisiologis. Teori Cannon – Bard menyatakan bahwa emosi dan reaksi fisiologis terjadi bersamaan.
• Faktor – faktor kognitif Scahchter dan Singer menyatakan teori dua faktor bahwa emosi adalah hasil dari rangsangan fisiologis dan pemberian label secara kognitif. Lazarus percaya bahwa kognisi selalu mengarahkan emosi, namun Zajonc berpendapat bahwa emosi yang mengarahkan kognisi. Kedua pendapat ini mungkin sama benarnya
• Faktor – faktor Perilaku Penelitian tentang komponen perilaku dari emosi menekankan pada pengekspresian wajah. Hipotesis umpan balik wajah menyatakan bahwa ekspresi wajah dapat memengaruhi emosi, sebagaimana juga dapa mereflesikan emosi tertentu.
• Faktor – faktor Sosio Kultural kebanyakan psikolog percaya bahwa ekspresi wajah dari emosi dasar bersifat sama pada beragam budaya. Namun demikian, aturan penampilan emosi yang melibatkan sinyal – sinyal non verbal dari emosi dengan gerakan tubuh, postur, maupun gestur, bervariasi antarbudaya, Stereotip yang ada menyatakan bahwa wanita lebih emosional dan pria tidak hanya sebuah stereotip belaka. Kendati demikian, banyak pengaruh kontekstual pada ekspresi emosi oleh pria dan wanita.
• Mengklasifikasikan emosi Klasifikasi emosi telah melibatkan model roda dan pendekatan dua dimensi. Model roda yang diajukan oleh Plutchik menggambarkan emosi dalam empat dimensi; positif atau negatif, primer atau campuran, kutub yang bertentangan, dan intensitas. Pendekatan dua dimensi, untuk mengategorikan emosi berpendapat bahwa hanya ada dua dimensi umum dari pengalaman emosi; afeksi positif dan afeksi negatif. Emosi positif mungkin berperan penting dalam kesejahteraan seseorang melalui adaptasi, pertumbuhan, hubungan sosial, dan upaya membangun sumber daya pribadi dan sosial.