MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH NGASINAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam
Disusun Oleh : NAMA : GUNAWAN NIM : 11409013
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2011
Prof. Dr. H. Mansur. M. Ag Dosen STAIN Salatiga Jl. Tentara Pelajar No.02 Telp.(0298)323706, 323433 Kode Pos 50721 Salatiga, 02 Juli 2011 NOTA PEMBIMBING Hal Lam
: Pengajuan Naskah Skripsi Sdr. Gunawan : 4 Eksemplar Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalaamu'alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Gunawan Nim : 11409013 Judul : FENOMENA MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH NGASINAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011. Selanjutnya kami mohon agar skripsi mahasiswa tersebut untuk dapat dimunaqosahkan. Demikian harap menjadi periksa. Wassalaamu'alikum. Wr. Wb.
Salatiga, 27 Juni 2011 Pembimbing :
Prof. Dr. H. Mansur. M. Ag. NIP : 19680613 199403 1 004
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH NGASINAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 DISUSUN OLEH GUNAWAN NIM : 11409013 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji : Ketua Penguji
: Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. NIP : 19670112 199203 1 005
: ……………………..
Sekretaris Penguji
: Drs. Djoko Sutopo. NIP : 150231366
: ………………..........
Penguji I
: Drs. H. A. Mahzumi, M. Ag. NIP : 19500515 198103 1 005
: ……………………..
Penguji II
: Hj. Maslikah, S. Ag., M. Si. NIP : 19700529 200003 2 001
: ……………………..
Penguji III
: Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. NIP : 19680613 199403 1 004
: ……………………..
Salatiga, 07 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag. NIP : 19580827 198303 1 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Gunawan
NIM
: 11409013
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan Bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Wonosegoro, 02 Juli 2011 Yang Menyatakan,
Gunawan NIM : 11409013
iv
MOTTO
الد ويا ملعى وة ملعىن ما عليها اال ذكر ااهلل وعا لما و متعلما ”Dunia itu terkutuk dan terkutuk pulalah apa yang ada di atasnya, kecuali orang yang berdzikir (ingat) kepada Allah, orang alim (berilmu), dan orang yang menuntut ilmu”
و العلم ماء لتلك الىار يطفيها.الجهل وا ر لديه المرء يحر قه “ Kebodohan itu adalah api bagi agama seseorang yang akan membakarnya. Sedangkan ilmu adalah air bagi api yang akan memadamkanya”
v
PERSEMBAHAN
1. Abi Kasiran yang terkasih dan tersayang. 2. Umi Khotijah yang sangat kuhormati dan kucintai. 3. Putraku tercinta dan tersayang Muhammad Dimas Fatahillah yang selalu menjadi motivasi dan harapan hidup serta cita-citaku. 4. Ayah mertua Wagimin dan Ibu Musrifah yang kami sayangi, hormati dan yang telah banyak memberikan bantuan material, moral, dan spiritual. 5. Istriku tercinta Feri Fitriana Fatma yang telah memberikan dukungan serta do'a. Serta saudara-saudariku yang kusayangi yang selalu memberikan semangat kepadaku. 6. Kepala MI Muhammadiyah Ngasinan, seluruh guru dan segenap staf sekolahan yang telah bersedia membantu memberikan data-data untuk penyelesaian skripsiku ini, serta kepada Bapak Anas, Ibu Dewi Mashitoh, dan Mas Kusroni yang telah banyak membantu menyumbangkan pikiran serta nasihatnasihatnya.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Aaamiiin. Dengan terselesaikanya sekripsi ini, penulis bersyukur kehadirat Allah SWT. Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, di antaranya kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Selaku ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Drs. Djoko Sutopo. Selaku ketua program studi PAI ekstensi 3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. Selaku pembimbing penulisan skripsi, yang telah memberikan saran serta kritikan yang baik sehingga dalam penulisan skripsi ini lebih sistematis dan skematis 4. Seluruh dosen dan karyawan, serta staf perpustakaan STAIN Salatiga yang telah memberikan dukungan baik fisik maupun non fisik, serta yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pada penulis, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan skripsi ini. 5. Kepala MI Muhammadiyah Ngasinan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali beserta seluruh staf dan gurunya yang telah banyak memberikan kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian pada Madrasah tersebut.
vii
6. Seluruh karyawan serta staf perpustakaan SLTP NU 01 Wonosegoro yang telah membantu dalam mencarikan buku sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd yang telah membantu memberikan saran dalam pembuatan judul skripsi ini, serta kepada semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis berdo'a semoga amal baik dari semua pihak tersebut diterima oleh Allah SWT sebagai amal yang shaleh, dan mendapat balasan atas kebaikanya tersebut dari Allah SWT dengan balasan yang lebih. Dan tidak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya sebagai hamba yang banyak memiliki keterbatasan ini, penulis senantiasa mengharapkan hidayah, taufik, dan ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Wonosegoro, 28 Juni 2011 Peneliti
Gunawan NIM: 11409013
viii
ABSTRAK Gunawan. NIM: 11409013. 2011. Fenomena Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah
Ngasinan
Wonosegoro
Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. H. Mansur. M. Ag. Kata Kunci : Fenomena motivasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui fenomena tingkat motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Sebagai berikut : (1) Bagaimana motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011?, (2) Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011?, dan (3) Bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan melalui tiga tahap yaitu meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa yang tinggi adalah 63.2% dengan jumlah 31 siswa, dan motivasi belajar siswa yang sedang adalah 24.4% dengan jumlah 12 siswa, dan tingkat motivasi yang rendah adalah 12.2% dengan jumlah 6 siswa. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Ngasinan Garangan kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011 berada pada kategori tinggi, meskipun sekolahan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan tersebut berada di daerah pelosok, lingkungan sekolah yang dekat dengan pasar yang menyebabkan siswa sebagian besar setiap hari Pon tidak masuk sekolah, serta kesibukan orang tua siswa yang sebagian besar sebagai petani tidak membuat siswa patah semangat, artinya mereka tetap mempunyai motivasi belajar yang tinggi.
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING …………………………..………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….….
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………..…
iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………...………...
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………….………….
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
vii
ABSTRAK ………………………………………………………………...
ix
DAFTAR ISI …………………………………….………………………...
x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
xi
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………….……...
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….....
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………...……...
7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………...
7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………...…..
7
E. Penegasan Istilah …………………………………………...….
8
F. Metode Penelitian …………………………………………...…
9
G. Sistematika Penulisan ……………………………………...….
12
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………
15
A. Motivasi ………………………………………...……………
15
B. Belajar ………………………………………………………...
28
C. Motivasi dalam Belajar ………………………………….……
43
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ………….
52
A. Gambaran Umum MI Muhammadiyah Ngasinan ………….
52
B. Temuan Penelitian …………………………………………
58
BAB IV : PEMBAHASAN ………………………………………………
65
BAB V : PENUTUP …………………………………………………….
72
A. Kesimpulan ………………………………………………...
72
xi
B. Saran-saran ………………………………………………... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
73
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar siswa pada sekolah tingkat dasar seperti Madrasah Ibtidaiyah tentunya beraneka ragam, ada yang mempunyai motivasi belajar tinggi, juga ada yang mempunyai motivasi rendah dalam belajar. Keadaan seperti ini merupakan salah satu hal yang mungkin sering terjadi di antara banyak sekolah, hal ini dapat menjadi suatu kendala bagi guru dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak didik, terutama jika para siswa mempunyai motivasi belajar yang rendah, tentunya pada siswa akan menyebabkan mereka kesulitan dalam menerima ataupun memahami pelajaran, karena siswa tidak terdorong untuk belajar . Namun sebagai pendidik, kesulitan atau masalah dalam pendidikan tentunya harus dihadapi dengan sabar, sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nabi Muhammad sendiri mengalami kesulitan dan hambatan dalam melaksanakan pendidikan dan Allah sendiri telah mengingatkannya dalam firman-Nya dalam al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 :
(... ÏpuZ|¡ptø:$# ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È@‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik……” Dengan demikian sebagai seorang pendidik haruslah mempunyai kesabaran dan terus berupaya untuk mendorong semangat siswa dalam belajar dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana hadist Nabi yang berbunyi :
1
2
.اﻛﺮﻣﻮا اوﻻد ﻛﻢ واﺣﺴﻨﻮا اد ﺑ ﻢ Artinya : Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah secara baik. Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa mendidik anak ataupun siswa dengan cara yang baik adalah suatu keharusan yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya, atas dasar itulah seorang guru akan menjadi lebih termotivasi dalam memajukan pendidikan dan dalam memberikan dorongan semangat belajar kepada anak didik. Sebagaimana yang telah diungkapkan Dimyati dan Mudjiono berikut. “Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Siswa belajar karena terdorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati & Mudjiono, 2002 : 80).” Jadi, siswa yang tidak terdorong untuk belajar berarti siswa tersebut tidak termotivasi untuk belajar, sehingga siswa sulit memahami pelajaran, bahkan siswa-tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Kondisi semacam ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya mungkin faktor perkembangan pada anak ataupun usia anak. Kesulitan anak dalam belajar belum tentu disebabkan karena anak memiliki intelegensi yang rendah, namun dikarenakan adanya suatu hambatan atau masalah intrinsik maupun ekstrinsik yang menyebabkan mereka tidak dapat menampilkan
3
kemampuan yang optimal dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Faktor intrinsik yang dialami siswa yaitu meliputi motivasi belajar siswa, citacita siswa, kebiasaan belajar, serta kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik meliputi hal-hal sebagai berikut : guru sebagai pembina belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, dan lingkungan sosial siswa di sekolah (Dimyati & Mudjiono, 2002 : 260). Selain itu hal yang menjadi masalah dalam belajar siswa, yaitu faktor usia. Siswa yang usianya masih rendah, tetapi sudah masuk ke kelas satu dapat menyebabkan sifat manja pada anak tersebut masih melekat , sehingga yang terjadi ketika orang tua mereka tidak bisa mendampinginya belajar di sekolah, para anak didik pun tidak masuk sekolah, misalkan ibu mereka pergi ke pasar di pagi hari, maka anaknya pun lebih memilih ikut ibu mereka ke pasar dari pada pergi ke sekolah untuk belajar. Dari sisi guru sebagai pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah tersebut, diharapkan dapat menemukan serta memecahkan masalah-masalah dalam proses kegiatan belajar mengajar ataupun masalah belajar siswa. Seorang pendidik juga harus menjelaskan kepada siswa akan pentingnya seseorang dalam menuntut ilmu sehingga dalam diri siswa akan tumbuh rasa semangat dalam belajar. Dalam terjemahan Hadits yang dikutip oleh Susapti (2009 : 13) menyatakan : 1. Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkanya kepada orang yang tidak mengetahui
adalah
sodaqoh.
Sesungguhnya
ilmu
pengetahuan
4
menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlnya di dunia dan di akhirat. (H.R.Ar-Rabii’) 2. Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (H.R. Ibnu Majah) Dari kedua Hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya seseorang dalam mencari ilmu serta orang mengajarkan ilmu adalah termasuk sodaqoh dan seseorang yang mempunyai ilmu akan ditempatkan ditempat yang terhormat dan mulia. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadillah ayat 11 sebagai berikut :
tbqè=yJ÷ès? $yJÎ/ ª!$#ur 4 ;M»y_u‘yŠ zOù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öNä3ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª!$# ìsùö•tƒ . ׎•Î7yz Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah : 11). Seorang pendidik harus berusaha mencari solusi apabila terdapat masalah dalam kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya mencari suatu pemecahan masalah dengan mengadakan sebuah penelitian guna menemukan suatu solusi demi kelancaran dan kemajuan proses pendidikan di sekolah. Berdasarkan survey awal di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan, meskipun rata-rata tingkat usia anak yang masuk kelas satu sebagian besar masih berumur 5-6 tahunan, sehingga ketika naik ke kelas berikutnya
5
sampai kelas enam sifat kekanak-kanakannya itu masih nampak, hal ini menjadikan para siswa sulit dalam memahami pelajaran yang diajarkan guru, walaupun fenomena yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan demikian para siswa tetap mempunyai dorongan dan kemauan belajar yang tinggi. Motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan tersebut terlihat pada survei awal, meskipun sebagian besar siswa pada hari-hari pasaran (Pon) khususnya, mereka tidak masuk sekolah, mereka rata-rata ikut pergi ke pasar bersama ibunya, namun semangat dan motivasi siswa untuk belajar tetap tinggi. Namun, kebiasaan para siswa tersebut itu akan menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar tidak dapat berhasil secara maksimal, karena terdapat beberapa masalah diantaranya kurangnya perhatian dari orang tua siswa, waktu belajar siswa yang kurang , seringnya siswa tertinggal pelajaran pada saat mereka tidak masuk sekolah, serta lingkungan sosial siswa dan sekolahan yang dekat dengan pasar, namun kendati demikian semangat dan motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan tidak berkurang meskipun tidak adanya dorongan atau motivasi belajar yang kuat dari orang tua mereka. Sebagaimana yang diungkapkan Koeswara, (1989) yang dikutip oleh Dimyati & Mudjiono, (2002 : 80) mengatakan, “dalam motivasi terkandungadanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.” Jadi, bagi siswa yang termotivasi hakekatnya suatu kegiatan lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri,
6
mereka belajar lebih banyak, dan mereka mempertahankan bahwa belajar lebih baik. Siswa yang termotivasi untuk belajar pastilah mempunyai perhatian yang lebih ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung di sekolahan. Dengan perhatian seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan dan emosionalnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya. Perhatian siswa berperan penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitasaktivitas berikutnya. Ketika seorang siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, kemungkinan besar di rumah tidak akan melakukan belajar. Selain itu kemungkinan juga terdapat adanya faktor lain, misalnya kurangnya fasilitas belajar di sekolah, kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak memahami apa yang dipelajari oleh anaknya di sekolah, bahkan siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan berasal dari daerah pelosok, namun meskipun kondisi semacam ini akan mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar serta akan menyebabkan berbagai hambatan belajar siswa, tetapi semangat belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan tetap tinggi, meskipun perolehan nilai hasil belajar mereka terkadang rendah. Dari uraian permasalahan dan pemikiran tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul : MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH NGASINAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011.
7
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana motivasi belajar siswa di MIM Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di MIM Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011? 3. Bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di MIM Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011? C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di MIM Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di MIM Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011. 3.
Untuk mengetahui cara meningkatkan motivasi belajar siswa di MIM Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang
fenomena
motivasi
belajar
siswa
di
Madrasah
Ibtidaiyah
Muhammadiyah Ngasinan, dan dari informasi tersebut diharapakan dapat memberikan manfaat secara praktik maupun teoritik, yaitu : 1. Secara Praktik : Apabila ternyata diketahui fenomena motivasi belajar
siswa di
Madrasah Ibtidaiyah rendah, maka para pendidik dapat memperoleh
8
informasi sehingga lebih sungguh-sungguh dalam mendidik siswa, utamanya membangun motivasi yang kuat pada siswa agar lebih giat dalam belajar dan sekolah. Namun, apabila ternyata motivasi siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan tinggi, maka sebagai pendidik harus bisa melestarikan semangat dan motivasi belajar siswa, sehingga semakin lama sekolah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan akan semakin maju mutu pendidikannya. 2. Secara Teoritik : Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan dan dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan yang diperoleh dari penelitian lapangan. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi yang keliru dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan kata kunci yang terkandung dalam judul skripsi ini, yaitu : a. Motivasi Dimyati & Mudjiono, (2002 : 80) berpendapat : “ Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan perilaku manusia, termasuk belajar.” b. Belajar Menurut Gagne, yang dikutip oleh Sutopo, (2008 : 81), menyatakan belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang bertahap dari bentuk yang sederhana sampai bentuk yang kompleks.
9
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis data kualitatif model alir. Menurut Milles dan Huberman, (1984) yang dikutip oleh Sutopo, (2008 : 75), menggambarkan bahwa analisis data kualitatif model alir akan melalui tiga tahap, meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. b. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap informasi yang terkumpul yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap, melalui kesimpulankesimpulan
sementara
menuju
kesimpulan
akhir
yang
memiliki
keterpercayaan yang tinggi. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan difokuskan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Ngasinan kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini diagendakan akan memakan waktu 6 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2011, yang terbagi menjadi beberapa teknis, dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.
10
3. Subyek Penelitian Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi subyek dalam penelitian adalah para siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali provinsi Jawa Tengah.
Di
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan jumlah siswanya ada 147 siswa, namun dalam penelitian ini penulis mengambil data 30% dari jumlah semua siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan, yaitu sebanyak 25 siswa dari kelas empat dan 24 siswa dari kelas lima. 4. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini adalah upaya untuk mempelajari dan untuk menemukan solusi terhadap rendahnya motivasi belajar siswa di tingkatan sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Dalam konteks saat ini para siswa yang ada di sekolah umumnya kurang termotivasi dalam belajar. Untuk keperluan tersebut data akan ditelusuri dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi Menurut Hadi, (1981 : 136), Menyatakan Observasi ialah pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak langsung misalnya menggunakan kuisioner atau test. Jadi, observasi ini dilakukan dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar siswa yang berlangsung di Madrasah tersebut melalui penglihatan dan pencatatan secara
11
langsung, termasuk pada saat pengisian angket. Observasi ini penting dilakukan guna mengenali karakter motivasi siswa yang ada di Madrasah. b. Wawancara Wawancara yaitu metode pengumpulan data dimana peneliti langsung mengajukan
pertanyaan
kepada
responden
dengan
maksud
untuk
mengungkap data secara mendalam tentang aspek-aspek yang diteliti. Wawancara dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa dan motivasi siswa sehingga dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar anak untuk selanjutnya dapat menemukan jalan keluar agar siswa dapat mempunyai motivasi belajar sehingga mereka selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Wawancara akan dilakukan kepada para siswa dan sebagian dari pendidik/guru. Wawancara dengan siswa dilakukan karena mereka memiliki otoritas dalam menjelaskan mengenai motivasi mereka dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Wawancara dengan guru juga penting karena pada umumnya mereka lebih mengenal karakteristik siswa. c. Metode Angket Menurut Arikunto, (1999) yang dikutip oleh Sutopo, (2008 : 32), menyatakan angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket disini digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang sikap siswa yang kurang termotivasi untuk belajar.
12
Pembagian angket kepada responden setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah. Peneliti masuk kelas untuk menjelaskan maksud dan cara pengisian angket. Angket bersifat tertutup (closed form), artinya siswa tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling sesuai dengan pribadinya dan tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat jawaban sendiri. Angket tersebut terdiri dari 10 item soal pilihan ganda, masingmasing soal berbobot dengan nilai sebagai berikut : 1. Untuk jawaban A bernilai 3 2. Untuk jawaban B bernilai 2 3. Untuk jawaban C bernilai 1 d. Metode Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan sekolah dengan mengambil dokumentasi yang tersedia di sekolah. 5. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model alir. Menurut Milles dan Huberman, yang dikutip oleh Sutopo, (2008 : 75), menggambarkan bahwa analisis data kualitatif model alir akan melalui tiga tahap, meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Rangkaian laporan penelitian disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
13
BAB I :
PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II :
KAJIAN PUSTAKA Menjelaskan secara diskriptif motivasi belajar siswa pada Madrasah Ibtidaiyah, termasuk uraian tujuan dan fungsi belajar, serta faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Menguraikan data yang sudah terkumpul yang diperoleh dari siswa, guru, sekolahan serta dari lingkungan siswa untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga dapat ditemukan sebuah cara atau solusi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. BAB IV : PEMBAHASAN Menganalisis dan membahas problem pembelajaran yaitu tingkat motivasi belajar pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah serta memaparkan pentingnya motivasi belajar pada siswa dikaitkan dengan bekal pengetahuan yang harus dimiliki anak didik agar motivasi siswa lebih meningkat.
14
BAB V :
PENUTUP Kesimpulan, saran-saran dan penutup merupakan bagian akhir penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi a. Secara Bahasa Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti “menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini maka makna motivasi menjadi berkembang. b. Secara Istilah 1) Menurut Romiszowski, (1984) yang dikutip oleh Hendy, (2007:44) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (presistence) pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Ames, (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini, motivasi di definisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkunganya. 2) Menurut Cropley, (1985), Motivasi juga dapat diartikan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Dalam pengertian tersebut, siswa akan berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebagai jalan untuk mencapai kesuksesan dalam belajar. Jadi, segala sesuatu pasti ada jalannya, dan ilmu adalah sebagai penerang jalan seseorang, dan
15
16
ilmu dapat direoleh melalui belajar. Sebagaimana hadist yang dikutip oleh Mahsun (1983 :76) berbunyi :
. و ﻃﺮ ﻖ ا ﻟﺠﻨﺔ اﻟﻌﻠﻢ, ﻟﻜﻞ ﺷﻲء ﻃﺮ ﻖ Artinya : Segala sesuatu itu ada jalanya, dan jalannya ke surga adalah ilmu. Sebagi contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor penggerak bagi kemauannya. 3) Menurut Deni Koswara Halimah, (2008 : 137), menjelaskan pengertian motivasi sebagai suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. 4) Menurut Mc. Donald, yang dikutip oleh Sardiman, (1994 : 73), menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald tersebut, maka dapat diuraikan bahwa motivasi mengandung tiga hal penting, yaitu : a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia, walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia tetapi akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
17
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya nerupakan respoon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculanya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Dengan tiga hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bersangkutan dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Dalam proses belajar, motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun di hadang banyak kesulitan. Sebagaimana firman Allah Q.S. Ar-rad : 11, menjelaskan :
3 öNÍkŦàÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉi•tóム4Ó®Lym BQöqs)Î/ $tB çŽÉi•tóムŸw ©!$# žcÎ) Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dari firman Allah tersebut dapat kita ketahui bahwa jika kita menghendaki suatu kebaikan dan kemajuan khususnya dalam kegiatan pendidikan maka pendidk harus berusaha memberikan sedikit demi sedikit
18
motivasi kepada siswa sehingga lama kelamaan suatu perubahan kemajuan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah akan dicapai. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas untuk bekerja dalam melakukan suatu tugas. Hermawan, (2007 : 45), menjelaskan bahwa beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa tidak berbuat sesuatu yang seharusnya ia kerjakan, maka perlu diselidiki sebabsebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Motivasi itu sangat penting karena merupakan syarat mutlak untuk belajar.
Di sekolah
seringkali
terdapat
anak
yang
malas,
menyenangkan, suka membolos dan sebagainya. Menurut
tidak Ngalim
Purwanto, (1988 : 70) menyatakan dalam hal demikian guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran atau malas dalam belajar dan kemudian mendorong seorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar.
19
Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Karena Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2002 : 239) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus, agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat. 2. Kebutuhan dan Teori Motivasi Memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar itu merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Seseorang melakukan aktivitas itu didorong oleh adanya faktorfaktor kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Sardiman, ( 1994 : 78 ) menjelaskan bahwa motivasi akan selalu berkait dengan soal kebutuhan. Jadi, seseorang akan melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Menurut morgan yang dikutip oleh S. Nasution, dikatakan bahwa manusia hidup itu mempunyai berbagai kebutuhan, antara lain : a. Kebutuhan untuk Berbuat sesuatu untuk suatu Aktivitas Hal ini bagi anak sangat penting, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini,
20
maka bagi orang tua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja, adalah bertentangan dengan hakikat anak, hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira. b. Kebutuhan untuk Menyenangkan Orang Lain Banyak orang yang dalam kehidupanya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak itu rela bekerja atau para siswa itu rajin belajar apabila diberikan motivasi untuk melakukan suatu kegiatan belajar untuk orang yang disukainya (misalnya bekerja, belajar demi orang tua, atau seorang suami yang bekerja keras demi istrinya). c. Kebutuhan untuk Mencapai Hasil Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja atau belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar siswa itu tidak dihiraukan orang lain, guru atau orang tua misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. d. Kebutuhan untuk Mengatasi Kesulitan Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dalam usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan
21
sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan. Kebutuhan manusia seperti telah dijelaskan diatas senantiasa akan selalu berubah. Begitu juga motivasi, karena motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tertentu akan berubah-ubah atau bersifat dinamis, sesuai dengan keinginan dan perhatian siswa. Sesuai dengan soal kebutuhan itu maka timbullah teori tentang motivasi. Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada di kalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam suatu motivasi itu ada sebuah hirarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatanya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini menurut Sardiman, (1994 : 80), menjelaskan beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu : 1) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, dan kebutuhan untuk istirahat. 2) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan. 3) Kebutuhan akan cinta dan kasih, seperti rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah dan kelompok).
22
4) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi. Jadi, sesuai dengan teori kebutuhan motivasi tersebut, dapat dijelaskan bahwa bila seorang guru menginginkan siswanya belajar dengan baik, maka harus dipenuhi tingkat motivasi yang terendah sampai yang tinggi, atau dengan kata lain ke empat teori kebutuhan motivasi tersebut harus terpenuhi semuanya. Misalnya anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihi, tidak diterima sebagai anggota masyarakat kelas, maka anak tersebut tidak akan dapat belajar dengan baik. 3. Macam-macam Motivasi Menurut Sardiman, (1994 : 86) menjelaskan macam-macam motivasi sebagai berikut : a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. 1). Motivasi Bawaan Yang dimaksud dengan motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi motivosi itu tanpa dipelajari, sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, minum, bekerja, beristirahat dan dorongan seksual. Motivasi yang seperti ini sering disebut sebagai motivasi biologis atau motivasi individual. 2). Motivasi yang Dipelajari Maksudnya motivasi yang timbul karena dipelajari, sebagai contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,
23
dorongan untuk mengajar sesuatu di masyarakat. Motivasi yang seperti ini disebut motivasi sosial. b. Motivasi dilihat dari sumber rangsangannya 1). Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya. Motivasi intrinsik kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh, seorang siswa itu melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif tidak karena tujuan yang lain-lain. Maka, perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan atau menjadi orang yang ahli dalam suatu bidang tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, dan tidak mungkin pula menjadi orang yang berprestasi. Intinya motivasi ini timbul atau muncul dari kesadarn diri sendiri.
24
2). Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seorang itu belajar karena tahu besok paginya ada ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan mendapatkan pujian dari teman atau orang tuanya. Jadi seseorang belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu melainkan ingin mendapatkan nilai yang baik atu mendapatkan sebuah pujian. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar, yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Namun perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu berubah-ubah, dan mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2002 : 86), mengatakan motivasi adalah sebagai kekuatan mental individu, dan motivasi berdasarkan pada perilaku belajar seseorang mempunyai dua jenis, yaitu : a). Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motifmotif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi
25
biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh instink atau kebutuhan jasmaninya. Pendapat Mc Dougall yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, (2002 : 86) mengatakan bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan. Instink itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasan. Menurut koeswara, (1989) ; Rakhmat, (1991) yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono menjelaskan tingkah laku instink tersebut dapat diorganisasikan. Di antara instink yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, memepertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin. Dimyati dan Mudjiono juga mengutip dari Ahli lain, Freud (2002 : 87) berpendapat bahwa instink memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam instink, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran instink adalah kepuasan dan kesenangan. Sebagai ilustrasi, keinginan makan berkurang bila seseorang masih kenyang. Objek instink adalah hal-hal yang memuaskan instink. Hal-hal yang bisa memuaskan instink tersebut dapat berasal dari luar individu atau dari dalam diri individu. b). Motivasi Sekunder Motivasi sekunder ialah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai contoh, orang yang lapar akan
26
tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik orang harus belajar bekerja. “ Bekerja dengan baik “ merupakan motivasi sekunder. Menurut beberapa ahli, manusia adalah makhluk sosial. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetapi juga faktor-faktor sosial. Menurut Bangsawan, (2006 : 11) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ada tiga komponen, antara lain yaitu : a. Kognitif Teoti kognitif percaya bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya suatu rangsangan (stimulus), yaitu suatu objek fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak acara. Menurut teori ini, semua perilaku ini tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian menyusunnya ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan jawaban (respons ) individu terhadap sesuatu. Menurut Neisser yang dikutip oleh Bangsawan (2006 : 12), menjelaskan bahwa cognitifion adalah aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai yang dikehendaki, pengaturannya dan penggunaan pengetahuan. Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
27
1). Memberikan pengertian pada kognitif baru, 2). Menghasilkan emosi, 3). Membentuk sikap, dan 4). Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku. Menurut fungsi kognitif tersebut, pengertian terjadi jika suatu kognitif dihubungkan dengan sistem kognitif yang telah ada. Contohnya, seorang murid ketika belajar matematika di dalam kelas dengan seorang guru baru, dengan segera ia akan menghubungkan pelajaran metematika itu dengan yang telah ia pelajari dari gurunya terdahulu. Jika pengalaman tidak bisa dihubungkan dengan sistem kognitifnya ( pelajaran dari guru tersebut ) maka dapat dikatakan tidak memberi arti (meaningless). Menurut Hermawan, (2010 : 33), menjelaskan bahwa teori kognitif dianggap sukar dipraktikan secara murni karena seringkali guru ataupun pendidik tidak mungkin memahami struktur kognitif yang ada dalam benak setiap siswa, apalagi memilah-milah struktur kognitif tersebut menjadi bagian-bagian yang diskrit (jelas batasbatasanya). Pada tahap lanjut (advanced), seringkali guru tidak mudah memahami dan mengindentifikasi pengetahuan yang sudah ada dalam benak siswa. b. Penguatan (reinforcement) Istilah reinforcement atau penguatan secara konsepsional sangat erat hubungannya dengan proses psikologi lainnya yang dikenal
28
dengan motivasi. Ada kecenderungan para ahli untuk menyamakan antara reinforcement dengan motivasi. Motivasi sebagai suatu dasar dari proses psikologi adalah sangat luas dan kompleks dibandingkan dengan reinforcement ini. Kebutuhan yang merupakan pusat perhatian dari motivasi berlandaskan pada kognitif dan kebutuhan merupakan pernyataan di dalam diri setiap orang yang sulit diamati atau dilihat. Sementara itu reinforcement berasal dari luar (eksternal), yaitu berupa peristiwaperistiwa yang ada di lingkungan yang kemudian diikuti dengan adanya respons. Dapat disimpulkan bahwa motivasi dari suatu perilaku adalah berasal dari dalam (internal) dan reinforcement atau penguatan asalnya dari luar. Dengan demikian, perspektif motivasi dengan reinforcement memang sangat berbeda. c. Psikoanalitis Perilaku psikoanalitis menekankan bahwa perilaku manusia itu dikuasai oleh kepribadiannya (personality). Dengan demikian, system kepribadian harus berimbang disesuaikan dengan keadaan lingkungan, logika dan realitasnya. B. Belajar 1. Pengertian Belajar Banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu, ada juga yang mengatakan
29
belajar adalah menyerap pengetahuan. Perbedaan pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam. Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai perbuatan belajar, misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, menghitung dan mengerjakan soal-soal. Tidak semua kegiatan dapat tergolong sebagai kegiatan belajar, misalnya melamun, marah, menjiplak dan menikmati hiburan. Dengan kenyataan di atas, terdapatlah banyak definisi belajar. Menurut James O. Whittaker yang dikutip oleh Soemanto, (1990 : 98) menjelaskan :“Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered trhough training or experience” Artinya, belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk belajar. Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil deri belajar.Kitapun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil.
30
Menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Sardiman, (1994: 22) menyebutkan beberapa definisi tentang belajar, yaitu : 1. Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. 2. Harold Spears memberikan batasan tentang definisi belajar, yaitu : “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction”. 3. Geoch, mengatakan : “Learning is a change performance as a result of practice”. Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan,
misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Disampimg definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun secara makro. Menurut Sardiman, (1994 : 22) dalam arti luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Sedangkan menurut Bangsawan, (2006 : 38) mengatakan belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan
31
lingkunganya. Dalam pembelajaran berpikir, proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri ( self regulated ). Ali, (1992 : 14) menjelaskan bahwa secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkunganya. Perilaku itu mengandung arti yang luas, hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Setiap perilaku yang nampak dapat di amati, ada pula yang tidak bisa di amati. Perilaku yang dapat di amati disebut behavioral performance. Sedangkan perilaku yang tidak dapat di amati disebut kecenderungan perilaku atau behavioral tendency. Tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar. Ada diantaranya terjadi sendiri, karena proses pengembangan. Seperti halnya bayi dapat memegang sesuatu setelah mencapai usia tertentu. Keadaan semacam ini pun bukan merupakan hasil belajar, melainkan kematangan atau maturation. Ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar. Artinya belajar akan memperoleh hasil yang lebih baik bila ia telah matang melakukan hal itu. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut : 1. Kesiapan (readiness), yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
32
2. Motivasi, yang berarti dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. 3. Tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, definisi tentang belajar juga dikemukakan oleh beberapa ahli yang dikutip oleh Purwanto, (1989 : 85), antara lain yaitu : a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya ( kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya )”. b) Gagne, dalam buku The Conditions of learning (1977) menyatakan bahwa: “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa
sedemikian
rupa
sehingga
perbuatanya
(performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. c) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. d) Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
33
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa : 1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah tingkah laku yang lebih buruk. 2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. 3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahuntahun. Ini berarti kita harus menyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara. e) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan
34
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulan bahwa manusia dan makhluk hidup yang lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan melangsungkan hidupnya. Ia mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia selalu berusaha untuk menggunakan dan mengubah dunia luar untuk kebutuhan dirinya. Ia perlu belajar menyesuaikan diri dengan dunia luar. 2. Jenis-jenis Belajar Slameto, (1987 : 5) menyebutkan jenis-jenis belajar antara lain, Belajar Bagian, Belajar dengan Wawasan, Belajar Diskriminatif, Belajar Global, Belajar Insidental, Belajar Instrumental, Belajar Intensional, Belajar Laten, Belajar Mental, Belajar Produktif, dan Belajar Verbal. a. Belajar Bagian (part learning, fractioned learning) Belajar bagian umumnya dilakukan oleh individu bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari gerakan-gerakan motorik seperti bermain piano. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lainnya berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah belajar keseluruhan atau belajar global. b. Belajar dengan Wawasan (learning by insight) Wawasan (insight) merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Namun, wawasan merupakan suatu konsep yang secara prinsipil ditentang oleh penganut aliran neo-
35
behaviorisme. Menurut Gestalt yang dikutip oleh Slameto menyatakan bahwa teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu
persoalan.
Sedangkan
bagi kaum neo-
behaviorisme, salah satunya C. E. Osgood menganggap wawasan sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus respons. Jadi masalah bagi penganut neo-behaviorisme ini justru bagaimana menerangkan reorganisasi pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk tadi menjadi satu tingkah laku yang erat hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. c. Belajar Diskriminatif (discriminatif learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. d. Belajar Global/keseluruhan (global whole learning) Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang-ulang sampai individu menguasainya. e. Belajar Insidental (incidental learning) Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut : Belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.
36
f. Belajar Instrumental (instrumental learning) Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi individu atau murid yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada individu, apakah individu tersebut akan mendapatkan hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan tingkah laku. Disini individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu. g. Belajar Intensional (intentional learning) Belajar Intensional adalah belajar
dengan arah tujuan, belajar
intensional ini merupakan lawan dari belajar insidental. h. Belajar Laten (Latent Learning) Dalam belajar laten perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat dikalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat (reinforcement) dalam belajar. Penguat dianggap oleh penganut behaviorisne ini bukan faktor kondisi yang harus ada dalam belajar.
37
i. Belajar Mental (mental learning) Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif dari bahan yang dipelajari. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain. j. Belajar Produktif (productive learning) Menurut R. Bergius (1964) yang dikutip oleh Slameto, (1987 : 8) mengatakan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain. k. Belajar Verbal (verbal learning) Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dari serangkaian uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku yang merupakan akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar itu merupakan proses perubahan melaluyi kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan laboratorium maupun di lingkungan alamiah. Belajar bukan sekedar mngumpulkan pengetahuan, tetapi proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Dalam kegiatan belajar, bagian terpenting adalah proses, bukan hasil atau produk. Ini mengungkapkan bahwa pemahaman hasil belajar harus
38
dengan usaha sendiri, sedangkan orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Wardhana, (2010 : 5) mengatakan “pada hakikatnya, proses belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat disaksikan dengan kasat mata. Kita atau para pendidik mungkin hanya dapat menyaksikan sekedar adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Contohnya, ketika seorang murid secara kasat mata terlihat memperhatikan secara seksama sambil mengangguk-anggukkan kepala sewaktu guru menjelaskan suatu materi pelajaran, belum tentu murid tersebut terlibat di dalam proses belajar. Tingkah lakunya tersebut mungkin bukan karena ia sedang memperhatikan pelajaran serta paham apa yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, karena kagum oleh penampilan dan cara guru berbicara. Saat ia ditanya tentang apa yang telah disampaikan oleh guru, ia tidak mengerti apa-apa. Siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar karena tidak menampakkan gejala-gejala perubahan tingkah laku. Dalam kegiatan belajar siswalah yang memegang peranan penting. Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2002 : 238) menjelaskan bahwa dalam belajar ada tiga tahap penting, yaitu : 1) Sebelum belajar. Hal-hal yang berpengaruh pada belajar menurut Biggs dan Telfer yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono adalah ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar. Hal-hal yang sebelum
39
terjadi belajar tersebut merupakan keadaan awal yang diharapkan dapat mendorong terjadinya belajar. 2) Proses belajar Yaitu suatu kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali dan unjuk prestasi. 3) Sesudah belajar Yaitu merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar. Secara wajar diharapkan agar hasil belajar menjadi lebih baik bila dibandingkan keadaan sebelum belajar. 3. Teori Belajar Hermawan, (2010 : 27) menyebutkan teori-teori belajar antara lain, Behaviorisme, Kognitivisme, Humanistik, dan Sibenertik. a. Teori belajar behaviorisme (tingkah laku) Menurut teori ini, belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respons. b. Teori belajar kognitivisme Teori kognitif adalah kebalikan dari teori tingkah laku (behaviorisme). Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Bagi
40
penganut aliran ini, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori kognitif mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. c. Teori belajar humanistik Menurut teoti ini tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Meskipun teori humanistik sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik kepada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal. d. Teori belajar sibernetik Yaitu teori yang menganggap belajar adalah pengolahan informasi dari apa yang akan dipelajari siswa. Adapun bagaimana proses belajar akan berlangsung, akan sangat dituntukan oleh sistem informasi tersebut. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Telah dijelaskan di atas bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Dalam ajaran islam pentingnya belajar dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
( )رواه اﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺒﺮى.ﻃﻠﺐ ااﻟﻌﻠﻢ ﻓﺮ ﻈﺔ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ و ﻣﺴﻠﻤﺔ
41
Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan setiap muslim perempuan.
( )رواه اﻃﺒﺮاﻧﻰ.اﻃﻠﺒﻮا اﻟﻌﻠﻢ ﻣﻦ اﻟﻤ ﺪ اﻟﻰ اﻟﻠﺤﺪ Artinya : Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai ke liang lahat. Dari kedua hadits itu dapat disimpulkan bahwa mencari ilmu atau belajar itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang islam, dan waktu untuk menuntut ilmu itu tidak hanya terbatas pada bangku sekolah saja, tetapi sampai seseorang itu masuk ke liang lahat atau sampai seseorang itu meninggal dunia. Maka dari itu, seorang pendidik harus menumbuhkembangkan rasa semangat belajar atau motivasi pada siswa agar siswa dalam belajar mengalami perubahan, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu sehingga pada selanjutnya apa yang dipelajari tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan. Namun, sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai, atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Ngalim Purwanto, (1998 : 106), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam, yaitu : a) Faktor yang ada pada diri seseorang itu sendiri yang disebut faktor individual. b) Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor individual antara lain : 1) Kematangan/Pertumbuhan Soemanto, (1990 : 113), menjelaskan bahwa kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi
42
akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut. Sebagai contoh, kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan. 2) Kecerdasan/Intelenjensi Super & Cites, (1962 : 83) yang dikutip oleh Wasty Soemanto, (1990 : 107) mengemukakan definisi intelejensi sebagai berikut : “Intelegence has frequently been defined as the ability to adjust to the enfironment or to learn from experience”. Yang artinya, Intelejensi telah sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman. Sebagai contoh, meskipun anak yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti/eksak. Demikian pula dalam halnya mempelajari mata pelajaran dan kecakapankecakapan lainnya. Tidak semua anak pandai bahasa asing, tidak semua anak pandai memasak, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk faktor sosial adalah : 1) Keadaan keluarga Suasana dan keadaan keluarga yang berbebeda antara satu orang dengan lainnya akan turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak.
43
2) Guru dan cara mengajar Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. 3) Lingkungan dan kesempatan Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya baik, belum tentu anak tersebut dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya, misalnya jarak antara rumah dan sekolah yang jauh, sehingga memerlukan perjalanan yang lama dan melelahkan. C. Motivasi dalam Belajar Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar, motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada di tangan pendidik atau guru dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi sepanjang hayat kepada anak-anaknya agar mempunyai motivasi belajar yang tinggi sehingga mereka dapat menjadi orang-orang yang berilmu. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-zumar ayat 9 :
É=»t7ø9F{$# (#qä9'ré& ã•©.x‹tGtƒ $yJ¯RÎ) 3 tbqßJn=ôètƒ Ÿw tûïÏ%©!$#ur tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$# “ÈqtGó¡o„ ö@yd ö@è%
44
Artinya : Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Ayat di atas mendorong umat islam untuk lebih maju di banding umat lain. Oleh karena, sebagai pendidik juga harus mempunyai wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas sehingga dalam dunia pendidikan, seorang guru dapat mendidik para siswa sesuai dengan kemajuan zaman. 1. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar Guru sering berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan masalah siswa itu sendiri. Siswalah yang bertanggung jawab untuk mengusahakan agar mempunyai motivasi dan menerapkan prinsip-prinsip motivasi dalam proses belajar. Menurut Dimyati, (2002 : 97) menyebutkan beberapa unsur motivasi yaitu Cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan kondisi lingkungan siswa. a) Cita-cita atau aspirasi siswa Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, menyanyi dan lain lain. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan.
45
b) Kemampuan siswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. c) Kondisi siswa Kondisi
siswa
yang
meliputi
kondisi
jasmani
dan
rohani
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Misalnya seorang siswa yang sedang sakit, mengantuk, atau marah akan mengganggu perhatian belajar. d) Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Bencana alam, lingkungan yang kumuh akan mengurangi kesungguhan siswa dalam belajar. 2. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti yang diungkapkan Sardiman, (1994 : 91), yaitu : a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. b. Hadiah Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat bagi siswa, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah.
46
c. Kompetisi Kompetisi atau persaingan baik yang individu maupun kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang lebih baik. d. Ego-involvement Ego-involvement yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah salah satu bentuk motivasi yang sangat penting. e. Memberi ulangan Para siswa akan lebih giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan menjadi rutinitas belaka. f. Mengetahui hasil Mengetahui hasil belajar
bisa dijadikan sebagai alat untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, dengan mengetahui hasil belajarnya siswa akan terdorong belajar lebih giat. Apalagi hasil belajar itu mengalami kemajuan,tentu siswa tersebut mempunyai motivasi belajar yang tinggi dan siswa tersebut pasti akan berusaha mempertahankannya bahkan termotivasi untuk meningkatkannya. Namun, jika hasil belajar siswa masih jelek belum tentu siswa tersebut mempunyai motivasi yang rendah. Maka, seorang pendidik harus memberikan perhatian khusus kepada siswa tersebut dan
47
memberikan dorongan semangat belajar agar nantinya dapat mengejar ketinggalan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa tersebut. g. Pujian Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement
yang
positif dan dapat memberikan motivasi bagi siswa. Alya (2009 : 252) menjelaskan bahwa pujian adalah berupa ucapan atau pengakuan atau suatu penghargaan akan kebaikan atau keunggulan sesuatu. Sedangkan hadiah adalah pemberian suatu barang kepada siswa sebagai kenang-kenangan dan sebagai penghargaan atas kebaikan sesuatu. Namun Pemberian hadiah dan pujian juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana kelas yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar siswa serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. Hermawan, (2010 : 46) menjelaskan, bahwa untuk merangsang, meningkatkan, dan memelihara motivasi siswa dalam belajar, ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh guru dalam usaha menghasilkan belajar mengajar yang menarik, bermakna, dan memberikan tantangan bagi siswa. Keempat kondisi tersebut antara lain yaitu: 1) Perhatian (Attention) Perhatian siswa muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama proses belajar. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui hal-hal
48
yang baru, aneh, dan lain dengan yang sudah ada. Hal-hal tersebut didapat melalui strategi sebagai berikut : a) Gunakan metode penyampaian materi pelajaran yang bervariasi (diskusi, permainan, simulasi). b) Gunakan media (animasi, film, video dan tape recarder). c) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. 2) Relevansi (Relevance) Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang, dengan cara menjelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam sekolah lanjutan nanti sehingga dapat digunakan sebagai bekal kelak dalam bekerja. Selain itu berikan contoh latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa. Strategi untuk menynjukkan relevansi dalam proses belajar dikelas : a) Sampaikan kepada siswa didik apa yang dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi yang diajarkan. b) Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan nanti. c) Berikan contoh latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
49
3) Kepercayaan Diri (Confidence) Merasa diri berkompeten atau mampu, merupakan potensi dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang belaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan ( prestasi ), selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri yaitu dengan cara : a) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman keberhasilan siswa,. misalnya dengan menyusun materi pelajaran agar mudah dipahami, diurutkan dari materi yang mudah ke materi yang sukar. Dengan demikian siswa mengalami keberhasilan sejak awal. b) Susunlah materi pelajaran kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus. c) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan dan menyatakan persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan belajar mengajar dan kriteria tes atau ujian pada
50
awal kelas. Hal tersebut akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan. d) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan “tampaknya anda telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai “hal-hal yang masih perlu dikembangkan”. 4) Kepuasan (Satisfaction) Keberhasilan dalam suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat menggunakan
pemberian penguatan (reinforcement)
berupa pujian,
pemberian kesempatan dan membandingkan prestasi sendiri di masa lalu dengan suatu standar tertentu. Strategi untuk meningkatkan kepuasan yaitu : a) Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya. b) Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari. c) Berilah kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari. d) Mintalah kepada siswa yang telah menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil.
51
Jadi, dari dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa motivasi siswa perlu dihidupkan terus menerus karena dalam pepatah islam menyatakan bahwa اﻟﻌﻠﻢ ﻧﻮر, yang artinya ilmu itu adalah cahaya, cahaya adalah sebagai penerang, seseorang yang berilmu pastinya akan lebih mudah dalam mengarungi kehidupan, maka dari itu motivasi siswa untuk belajar harus ditingkatkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring dalam segala hal dalam kehidupan, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan 1. Letak Geografis Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan terletak di sebuah pedesaan tepatnya di sebelah timur Jl. Repaking-Wonosegoro, tepatnya di dusun Sukokerep, desa Garangan, kecamatan Wonosegoro, kabupaten Boyolali. Batas wilayah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan (MIM) adalah seperti dalam table di bawah ini : TABEL 1 BATAS WILAYAH MIM NGASINAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 No.
Batas Wilayah
Bertepatan/Bersebelahan
1.
Sebelah Utara
Desa Getaskrikil
2.
Sebelah Selatan
Desa Garangan
3.
Sebelah Barat
Desa Sokokerep
4.
Sebelah Timur
Desa Ngasinan
Meskipun Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Ngasinan terletak di daerah pelosok, namun semakin berkembangnya zaman para guru serta warga sekitar akan semakin lebih sungguh dalam mengemban amanat dari masyarakat, terutama mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak mulia
52
53
sehingga Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan semakin lama akan semakin berkembang dan menjadi sekolahan yang maju dan bermutu. 2. Identitas Madrasah TABEL 2 IDENTITAS MIM NGASINAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI 1.
Nama Madrasah
MIM Ngasinan Dusun Sokokerep Desa Garangan
2.
Alamat
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Kode Pos 57382
3.
Nama Yayasan
Muhammadiyah
4.
NSS dan NDS
112330918183 dan 008172820501118
5.
Jenjang Akreditasi
B+
6.
Tahun Pendirian
01 Januari 1962
7.
Status Bangunan
Hibah/Waqaf
8.
Nama Kepala Madrasah
Muslih. S.PdI
9.
Waktu KBM
Pagi (07.00-12.30 WIB)
10. Status Gedung
Milik Sendiri
3. Visi dan Misi Madrasah Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan pada tanggal 06 Juni 2011, menyatakan
54
bahwa Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011 adalah sebagai berikut : a. Visi 1) Berakhlak Mulia 2) Berwawasan Luas 3) Berfikir Realistis b. Misi 1) Mengembangkan kemampuan dasar siswa 2) Mengembangkan kemampuan berfikir dalam menghadapi perkembangan agama Islam 3) Mengembangkan budaya Madrasah sebagai ciri khas agama Islam c. Tujuan Madrasah 1) Pencapaian prestasi akademik 2) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada program pembelajaran berbasis kompetemsi 3) Tertanam budi pekerti yang baik pada warga sekolah sebagai landasan dalam pergaulan dengan teman, guru dan masyarakat 4) Menjalin kerjasama dengan lembaga/instansi terkait dan masyarakat dalam rangka pengembangan program pendidikan yang berakar pada budaya bangsa dan mengikuti perkembangan ilmu pnegetahuan dan teknologi.
55
4. Kondisi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan Tahun Pelajaran 2010 / 2011 a. Data Siswa dalam Empat Tahun Terakhir TABEL 3.1 DATA SISWA EMPAT TAHUN TERAKHIR ( 2007/2008 – 2010/2011)
Tahun Ajaran
Jumlah
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
Jml
25
25
24
22
24
19
22
136
25
25
25
24
22
24
19
139
25
25
25
25
24
22
24
145
25
26
25
25
25
24
22
147
Pendaftar Tahun 2007 / 2008 Tahun 2008 / 2009 Tahun 2009 / 2010 Tahun 2010 / 2011
b. Keadaan Sarana Prasarana Tahun Pelajaran 2010 / 2011 TABEL 3.2 SARANA PRASARANA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 No
Ruang
Jumlah
Luas 2
1
Kepala Sekolah
1
21 cm
2
Tata Usaha
1
21 cm
3
Guru
1
28 cm
4
Perpustakaan
1
21 cm
5
Kelas
6
294 cm
6
UKS
1
21 cm
7
WC Guru
1
4
cm
8
WC Siswa
2
8
cm
2 2 2 2 2 2
2
56
c. Keadaan Barang Inventaris Tahun Pelajaran 2010 / 2011 TABEL3.3 KEADAAN BARANG INVENTARIS TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 No. Nama Barang
Ruang Kelas
Ruang Guru
Ruang TU
Ruang Kepsek
Keterangan
1.
Meja
82
2
2
1
Baik
2.
Kursi
153
12
4
2
Baik
3.
Papan Tulis
6
-
-
1
Baik
4.
Almari
6
-
3
4
Baik
d. Daftar Guru MI Muhammadiyah Ngasinan Tahun Pelajaran 2010 / 2011 TABEL 3.4 DAFTAR GURU MIM NGASINAN TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
No.
Nama Guru
Pendidikan / Ijazah
Alamat Rumah
1 Muslih, S. PdI
S1 PAI
Ngasinan, Garangan
2 Kasiran
MAN
Ngasinan, Garangan
3 Ali Musyafak, S. PdI
S1 PAI
Ngasinan, Garangan
4 Muh. Yahya, S. Pd
S1 Olah Raga Getaskrikil, Garangan
5 Sanggrok, S. PdI
S1 PAI
Sukokerep, Garangan
6 Dewi Masithoh, S. PdI
S1 PAI
Ngasinan, Garangan
7 Gunawan, A. Ma
D2 PAI
Ngasinan, Garangan
8 Muhammad Kusroni, S. PdI S1 PBA
Ngasinan, Garangan
9 Handogo, S. PdI
S1 PAI
Sukokerep, Garangan
10 Dairotut Tazqiyah
MAN
Sukokerep, Garangan
11 Wahid Nur Arifin
MAN
Ngasinan, Garangan
57
e. Daftar jumlah siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan Tahun Pelajaran 2010 / 2011 TABEL 3.5 DAFTAR JUMLAH SISWA DI MI MUHAMMADIYAH NGASINAN TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 No
Kelas
1
Jenis Kelamin
Jumlah
I
Laki-laki 11
Perempuan 7
2
II
14
10
24
3
III
15
14
29
4
IV
12
13
25
5
V
11
13
24
6
VI
14
13
27
77
70
147
Jumlah
18
f. Struktur Organisasi MI Muhammadiyah Ngasinan Tahun Pelajaran 2010 / 2011 BAGAN 3.1 STRUKTUR ORGANISASI MIM NGASINAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Kepala Sekolah MUSLIH, S.PdI Sekretaris YAHYA, S.PdI
m
Bendahara DEWI MASYITHOH, Wali Kelas
Kelas 1 KASIRAN
Kelas 3 ALI. M. S.PdI
Kelas 2 DAIROTUT
Kelas 4 RONI, S.PdI
Kelas 5 SANGGROK
Kelas 6 GUNAWAN
58
Dari gambaran madrasah di atas Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan termasuk Sekolah yang benar-benar ingin mencetak generasi islami yang berilmu pengetahuan, dengan didukung para guru yang jenjang pendidikannya
rata-rata
sudah
Strata1.
Apalagi
Madrasah
Ibtidaiyah
Muhammadiyah Ngasinan berada di wilayah yang dekat dengan Sekolah Dasar Negeri 1 Garangan, hal itu tentunya akan menambah semangat guru dalam meningkatkan kompetensi mutu pembelajaran. B. Temuan Penelitian Motivasi belajar siswa di MI Muhammadiyah Ngasinan sangat bervariasi jika dilihat dari data yang penulis peroleh melalui wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan orang tua. Menurut pandangan kepala sekolah para siswa di MIM Ngasinan tetap tinggi motivasinya dalam belajar, meskipun faktor dari orang tua yang kurang memperhatikan terhadap perkembangan belajar anak, hal ini dapat diketahui melalui wawancara yang kami lakukan pada hari senin tanggal 06 Juni 2011, Penulis
:
“Bagaimana
motivasi
belajar
siswa
di
MI
Muhammadiyah Ngasinan ini?” Kepala Sekolah
: “Menurutku siswa di sekolahan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan ini mempunyai keberagaman motivasi dalam belajar, ada yang mempunyai motivasi belajar tinggi, juga ada yang rendah, namun sebagian besar siswa mempunyai motivasi belajar yang tetap tinggi meskipun kurangnya perhatian dari orang tua
59
mereka ketika dirumah, serta walaupun sebagian besar mata pencaharian orang tua siswa di sekolah ini adalah sebagai petani, hal itu tidak menjadikan motivasi belajar siswa berkurang. Jadi meskipun mereka sangat sibuk bekerja ke kebun, sawah dan sebagainya, sehingga ketika di rumah merasa capek. Hal itu tidak menjadikan orang tua tidak ada waktu luang untuk mengontrol belajar anak ketika di rumah. Sehingga bagi siswa tetap mempunyai motivasi belajar yang tinggi” Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan tetap tinggi meskipun perhatian dari orang tua kurang. Sedangkan menurut salah satu orang tua murid yang bernama Sutimah, yang penulis wawancarai pada tanggal 04 Juni 2011, mereka mengungkapkan bahwa ketika seorang siswa tidak masuk sekolah pada hari-hari Pon, karena disuruh menjaga atau “momong” adiknya ketika ditinggal ibu kepasar. Namun sebenarnya anaknya tersebut pengen sekali masuk sekolah. Adapun data yang peneliti peroleh dari guru kelas 4 (M. Kusroni), yang kami wawancarai pada tanggal 06 Juni 2011, menyatakan bahwa siswa yang tidak masuk sekolah, terkadang karena merasa takut ketika ada pekerjaan rumah (PR) yang tidak bisa mereka kerjakan dirumah. Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan jumlah siswanya ada 147 siswa, namun dalam penelitian ini penulis mengambil data 30% dari
60
semua data, yaitu dua dari enam kelas yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan, yaitu sebanyak 25 siswa dari kelas 4 dan 24 siswa dari kelas 5 yang akan menjadi subjek penelitian.Wali Kelas atau sekaligus guru kelas empat yaitu Muhammad Kusroni,S.PdI yang jumlah siswanya ada 25 anak, sedangkan wali kelas lima sekaligus guru kelas nya yaitu Muhammad Sanggrok.S.PdI dengan jumlah siswa 24 anak. Adapun data yang akan menjadi subjek penelitian antara lain sebagai berikut : TABEL 4 DATA RESPONDEN YANG MENJADI SUBJEK PENELITIAN No
Nama Siswa
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Kelas
1
Agung Nur Lidiajati
Ѵ
5
2
Danang Wahyu Saputra
Ѵ
5
3
Indah Susanti
Ѵ
5
4
Kiki Gita Safitri
Ѵ
5
5
Mislan
Ѵ
5
6
M. Agus Santoso
Ѵ
5
7
M. Amin Taufiq
Ѵ
5
8
Muh. Bambang. S
Ѵ
5
9
M. Fathoni
Ѵ
5
10
Muh. In'am Fauzan
Ѵ
5
11
M. Tri Shodiq
Ѵ
5
12
M. Tugimin
Ѵ
5
13 14
Nur Fadlilah Risnawati
Ѵ Ѵ
5 5
15
Rita Sari Ulfa
Ѵ
5
16
Sari Lailatul. U
Ѵ
5
17
S. Khotimah
Ѵ
5
61
Ѵ
18
S. Rizka Ulfitasari
19
Sri Joko
20
Sulis Muryanti
Ѵ
5
21
Umi Asri
Ѵ
5
22
Umi Latifah
Ѵ
5
23
Wulan Aidah
Ѵ
5
24
Yuyun Fitrianingsih
Ѵ
5
25
Veri Irawan
26
Tiyas Larasati
27
Wahyu Saputra
Ѵ
4
28
Syifaul
Ѵ
4
29
Nurul Fatayati
Ѵ
4
30
Isti Zuhriyah
Ѵ
4
31
S. Istiqomah
Ѵ
4
32
Siti Aminah
Ѵ
4
33
Rhomadhon
Ѵ
4
34
Rotama
Ѵ
4
35
M. Syukron
Ѵ
4
36
Anggraini
37
Wisnu
38
Nita Ratnasari
39
Heni Rahmawati
40
Sumiyati
Ѵ
4
41
Dian Nuraini
Ѵ
4
42
Andi
43
Lilis Suharti
Ѵ
4
44
Munawaroh
Ѵ
4
45
M. Riyadi
46
Sinta Sari
Ѵ
5 5
Ѵ
4 Ѵ
Ѵ Ѵ
4
4 4
Ѵ Ѵ
4 4
Ѵ
4
Ѵ
4 Ѵ
4
62
47
Heri Imawan
Ѵ
4
48
Ahmadi
Ѵ
4
49
S. Mukaromah
Ѵ
4
TABEL 5 DATA NILAI HASIL ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA MIM NGASINAN TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 No
No. Responden
Jumlah A
B
C
Jumlah Nilai
1
Agung
9
1
-
29
2
Danang
4
5
1
23
3
Indah. S
5
5
-
25
4
Kiki Gita.S
5
5
-
25
5
Mislan
3
6
1
22
6
M. Agus. S
9
1
-
29
7
M. Amin.T
5
5
-
25
8
M.Bambang
3
7
-
23
9
M. Fathoni
7
2
1
26
10
M.In'am. F
7
2
1
26
11
Tri Shodiq
9
1
-
29
12
Tugimin
4
6
-
24
13
Nur Fadilah
5
5
-
25
14
Risnawati
3
3
4
19
15
Rita Sari.U
8
1
1
27
63
16
Sari Lailatul
7
3
-
27
17
Khotimah
9
1
-
29
18
Rizka. U
4
6
-
26
19
Sri Joko
8
1
1
27
20
Sulis. M
9
1
-
29
21
Umi Asri
6
4
-
26
22
Umi Latifah
7
3
-
27
23
Wulan. A
6
3
1
25
24
Yuyun.F
9
1
-
29
25
Veri. I
4
6
-
24
26
Tiyas. L
9
1
-
29
27
Wahyu. S
3
7
-
23
28
Syifaul
3
7
-
23
29
Nurul .F
2
8
-
22
30
Isti. Z
8
1
1
27
31
S.Istiqomah
9
-
1
28
32
S.Aminah
9
-
1
28
33
Romadhon
5
5
-
25
34
Rotama
9
-
1
28
35
Sukron
3
4
3
20
36
Anggreini
3
3
4
19
37
Wisnu
9
1
-
29
64
38
Nita
8
2
-
28
39
Heni
9
1
-
29
40
Sumiyati
1
-
9
12
41
Diyan
-
2
8
12
42
Andi
-
6
4
16
43
Lilis
4
4
2
22
44
Munawaroh
1
1
8
13
45
Riyadi
-
5
5
15
46
Sintasari
6
2
2
24
47
Heri
1
2
7
14
48
Ahmadi
5
2
3
22
49
Mukaromah
6
-
4
22
BAB IV PEMBAHASAN A. Motivasi Motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan dapat dijelaskan sesuai dari hasil angket yang telah digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa, dari hasil tersebut dapat dijelaskan dengan tabel hasil angket sebagai berikut : TABEL 6.1 JUMLAH JAWABAN HASIL ANGKET SISWA MIM NGASINAN
Jumlah Jawaban
No Soal
a
b
c
1
26
18
5
2
29
13
7
3
31
8
10
4
21
21
7
5
29
12
8
6
24
16
9
7
32
12
5
8
25
17
7
9
32
13
4
10
21
16
12
Setelah data tersebut terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah membuktikan tingkat motivasi siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan melalui analisis data. Dalam analisis ini didiskripsikan tentang tingkat motivasi siswa MIM Ngasinan yang diperoleh dari responden, yaitu data yang diperoleh dari hasil
65
66
angket yang terdiri dari 10 soal, masing-masing soal berbobot dengan nilai sebagai berikut : a. Untuk jawaban A bernilai 3 b. Untuk jawaban B bernilai 2 c. Untuk jawaban C bernilai 1 Dari data tersebut dapat diperoleh nilai sebagai berikut : TABEL 6.2 DATA NILAI HASIL ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA MIM NGASINAN TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 No
Jumlah
No. Responden
Jumlah
A
B
C
Nilai
1
Agung
9
1
-
29
2
Danang
4
5
1
23
3
Indah. S
5
5
-
25
4
Kiki Gita.S
5
5
-
25
5
Mislan
3
6
1
22
6
M. Agus. S
9
1
-
29
7
M. Amin.T
5
5
-
25
8
M.Bambang
3
7
-
23
9
M. Fathoni
7
2
1
26
10
M.In'am. F
7
2
1
26
11
Tri Shodiq
9
1
-
29
12
Tugimin
4
6
-
24
67
13
Nur Fadilah
5
5
-
25
14
Risnawati
3
3
4
19
15
Rita Sari.U
8
1
1
27
16
Sari Lailatul
7
3
-
27
17
Khotimah
9
1
-
29
18
Rizka. U
4
6
-
26
19
Sri Joko
8
1
1
27
20
Sulis. M
9
1
-
29
21
Umi Asri
6
4
-
26
22
Umi Latifah
7
3
-
27
23
Wulan. A
6
3
1
25
24
Yuyun.F
9
1
-
29
25
Veri. I
4
6
-
24
26
Tiyas. L
9
1
-
29
27
Wahyu. S
3
7
-
23
28
Syifaul
3
7
-
23
29
Nurul .F
2
8
-
22
30
Isti. Z
8
1
1
27
31
S.Istiqomah
9
-
1
28
32
S.Aminah
9
-
1
28
33
Romadhon
5
5
-
25
34
Rotama
9
-
1
28
68
35
Sukron
3
4
3
20
36
Anggreini
3
3
4
19
37
Wisnu
9
1
-
29
38
Nita
8
2
-
28
39
Heni
9
1
-
29
40
Sumiyati
1
-
9
12
41
Diyan
-
2
8
12
42
Andi
-
6
4
16
43
Lilis
4
4
2
22
44
Munawaroh
1
1
8
13
45
Riyadi
-
5
5
15
46
Sintasari
6
2
2
24
47
Heri
1
2
7
14
48
Ahmadi
5
2
3
22
49
Mukaromah
6
-
4
22
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut : Nilai tertinggi adalah 29 dan Nilai terendah adalah 12, maka berdasarkan rumus interval yang terdapat dalam buku Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran, (Ngalim Purwanto 1984 : 90) adalah sebagai berikut :
Li =
(
)
69
Keterangan : Li : Lebar Interval Ba : Batas Atas Bb : Batas Bawah Ji : Jumlah Interval Sehingga :
Li = Li =
(
)
=6 Kemudian dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui berapa
banyak siswa yang bermotivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah. TABEL 6.3 INTERVAL TINGKAT MOTIVASI SISWA MIM NGASINAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Lebar Interval
Jumlah Siswa
Nilai Nominasi
24 – 29
31
A
18 – 23
12
B
12 – 17
6
C
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendahnya, kemudian di prosentasikan sebagai berikut : P
=
100 %
70
a. Untuk tingkat motivasi yang tinggi mendapat nilai A sebanyak 31 siswa. P
=
100 %
P
=
100 %
= 63.2 % b. Untuk tingkat motivasi yang sedang mendapat nilai B sebanyak 12 siswa. P P
=
=
100 % 100 %
= 24.4 % c. Untuk tingkat motivasi yang rendah mendapat nuilai C sebanyak 6 siswa, P
=
100 %
P
=
100 %
= 12.2 % TABEL 6.4 PROSENTASI MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MIM NGASINAN TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 No.
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentasi
1.
Tinggi
24 – 29
31
63.2 %
2.
Sedang
18 – 23
12
24.4 %
3.
Rendah
12 - 17
6
12.2 %
71
Hasil tersebut diketahui bahwa tingkat motivasi belajar siswa yang tinggi adalah 63.2 % dengan jumlah 31 siswa, tingkat motivasi yang sedang adalah 24.4 % dengan jumlah 12 siswa, dan tingkat motivasi rendah adalah 12.2 % dengan jumlah 6 siswa. Dengan demikian, tingkat motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah
Ngasinan
Garangan
kecamatan
Wonosegoro
Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2010 / 2011 adalah tinggi. Meskipun dari pengamatan penulis setiap hari Pon sebagian besar tidak masuk sekolah, namun ternyata motivasi siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan tetap tinggi. Meskipun juga sebagian besar siswa kurang mendapatkan perhatian orang tua dalam belajar, tetapi mereka tetap semangat belajar dan mempunyai motivasi belajar yang tinggi.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari beberapa uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa motivasi belajar siswa yang tinggi adalah 63.2% dengan jumlah 31 siswa, dan motivasi belajar siswa yang sedang adalah 24.4% dengan jumlah 12 siswa, dan tingkat motivasi yang rendah adalah 12.2% dengan jumlah 6 siswa. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Ngasinan Garangan kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011 berada pada
kategori
tinggi,
meskipun
sekolahan
Madrasah
Ibtidaiyah
Muhammadiyah Ngasinan tersebut berada di daerah pelosok, lingkungan sekolah yang dekat dengan pasar yang menyebabkan siswa sebagian besar setiap hari Pon tidak masuk sekolah, serta kesibukan orang tua siswa yang sebagian besar sebagai petani tidak membuat siswa patah semangat, artinya mereka tetap mempunyai motivasi belajar yang tinggi. 2. Latar belakang keluarga, lingkungan, pendidik merupakan faktor yang bisa mempengaruhi tingkat motivasi belajar siswa, namun yang terjadi di sekolahan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan justru sebaliknya, para siswa tidak terpengaruh faktor-faktor tersebut, mereka tetap semangat belajar dan mempunyai motivasi yang tinggi. Hal ini disebabkan lingkungan para siswa yang sekolah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan jauh dari keramaian kota, masih jarangnya media elektronika seperti televisi, 72
73
sehingga sikap siswa masih benar-benar alami belum terpengaruh budaya kenakalan. 3. Meskipun dari hasil penelitian diketahui bahwa motivasi siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan Wonosegoro tinggi, namun tidak ada salahnya jika para guru serta orang tua terus memberikan hal-hal yang bersifat membangun motivasi siswa, misalnya dengan memberikan pujian, memberikan angka dan hadiah. Selain itu dari guru hendaknya selalu menumbuhkan sikap rasa percaya diri pada siswa sehingga siswa akan lebih bersemangat dalam belajar di sekolah. Sedangkan perhatian orang tua juga sangat berperan bagi kemajuan belajar siswa. B. SARAN-SARAN Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasinan dalam kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba memberikan sumbangan pikiran yang mungkin dapat lebih meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga pendidik dan siswa dapat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar secara optimal. Sumbangan pikiran yang berupa saran-saran ini akan penulis tujukan kepada : 1. Peserta Didik a. Peserta didik hendaknya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan jangan terpengaruh dengan budaya-budaya asing yang menyebabkan kenakalan remaja, di harapkan juga siswa mengubah kebiasaan seperti tidak masuk sekolah setiap hari Pon, namun harus lebih
74
disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah, ini semua dalam rangka untuk menciptakan masa depan siswa yang lebih baik dari yang telah dijalani sekoarang. b. Hendaknya siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi dan mampu menjaga motivasi tersebut, demi keberhasilannya dalam belajar. 2. Pendidik/Guru a. Hendakanya guru senantiasa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan siswa, agar anak dapat belajar dengan lebih baik sehingga dapat bersaing seiring semakin majunya zaman. b. Guru sebaiknya dapat bekerja sama dengan baik dengan orang tua siswa, karena dengan adanya kerjasama yang terpadu dapat saling memberikan informasi yang berguna untuk mendorong semangat siswa sehingga siswa dapat belajar lebih baik dan dapat mencapai prestasi yang dapat membanggkan diri siswa, guru, dan orang tua. 3. Orang tua a. Hendaknya orang tua mempunyai perhatian yang lebih besar terhadap kelangsungan belajar anak-anaknya di sekolahan, maupun di rumah, karena tanpa tanpa adanya perhatian maka belajar anak kurang maksimal. b. Orang tua hendakanya dapat menciptak suasana yang harmonis dirumah yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar, serta menyediakan fasilitas belajar yang memadai bagi belajar anak.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, As-Sayyid. (2000). Rahasia dan Keutamaan Taqwa. Bandung : CV Pustaka Setia. Ali, Muhammad. (1992). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Alya, Qonita. (2009). Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. Bandung : PT Indah Jaya Adipratama. A. M, Sardiman. (1994). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Bangsawan, L. T. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : CV Citra Praya. Dimyati. dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Hadi, Sutrisno. (1981). Metodologi Research 2. Yogyakarta : Fak. Psikologi UGM. Halimah, Deni Koswara. (2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung : PT Pribumi Mekar. Hasyim, Majid. dkk (1994). Pendidikan Anak Menurut Islam. Bandung :Sinar Baru Algensindo. Hermawan, Hendry. (2007). Teori Belajar dan Motivasi. Bandung : CV Citra Praya. Mahsun, Thoha. (1983). Tarikh Nabi Muhammad SAW. Surabaya : Salim Nabhan. Mansur., dkk. (2007). KTSP Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Yogjakarta : Nuansa Aksara. Peni Susapti, Maslikhah. (2009). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta : Mitra Cendekia. Prihatin, Eka. (2008). Konsep Pendidikan. Bandung : PT. Karsa Mandiri Persada. Purwanto, Ngalim. (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remadja Karya CV. Purwanto, Ngalim. (1984). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remadja Karya CV.
Rohman, Fadhil. (2004). Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung : Al-Jumanatul ‘Ali. Saridjo, Marwan. (1998). Pendidikan Agama Islam untuk SLTP. Jakarta : Departemen Agama. Slameto. (1987). Belajar dan Fakto-faktor Yang mempengaruhinya. Salatiga : Rineka cipta. Soemanto, Wasty. (1983). Psikologi Pendidikan. Malang : PT. Rineka Cipta. Sutopo, Djoko. (2008). Pedoman Penyusunan Laporan Penelitian. Salatiga : STAIN Salatiga. Wardana, Yana. (2010). Teori Belajar dan Mengajar. Bandung : PT Pribumi Mekar.