PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh HAJARUDIN ALFIKRI NIM. 11509025 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
i
ii
PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh HAJARUDIN ALFIKRI NIM. 11509025 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Hajarudin Alfikri
NIM
: 11509025
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO What I hear, I forget What I hear and see, I remember a little What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master (Mel Silberman: 1996)
PERSEMBAHAN Untuk Bapak dan Ibu’ yang menjadi motivasiku Untuk guru-guruku yang sudah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas Untuk teman-teman PGMI 2009 yang luar biasa
vii
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Penerapan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karanganyar Tahun 2013 bisa diselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terimakasih setulusnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag, Ketua STAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd, Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, Ketua Program Studi PGMI. 4. Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag, Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.
viii
6. Chairul Anwar, M.Pd., Kepala Madrasah MIM Karanganyar dan para Bapak/Ibu guru MIM Karanganyar yang meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada penulis untuk penelitian. 7. Bapak, Ibu, mas Handrat, dek Jati dan dek Moko yang telah memberikan dukungan, moril, materiil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Eryen, Umar, Kamal, Agus, Juki, Fa’i, Zulfa dan Ito’ yang menjadi sahabat baikku dan teman-teman senasib seperjuangan PGMI 2009. 9. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan dorongannya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akandatang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca bagi umumnya. Amin. Salatiga, 2 September 2013 Penulis
ix
ABSTRAK Alfikri, Hajarudin. 2013. Penerapan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karanganyar Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag. Kata Kunci: Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan PAIKEM adalah model pembelajaran yang lahir dari paradigma schooling menjadi learning, instructive menjadi fasilitative, government role menjadi community role, dan centralistic menjadi decentralistic. Menarik untuk diteliti adalah MIM Karanganyar yang sudah menerapkan PAIKEM dalam pembelajarannya. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana motivasi guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM (2) bagaimana penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran di MIM Karanganyar, dan (3) faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tahaptahap penelitian ini meliputi tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Analisa data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) motivasi guru dalam menerapkan PAIKEM yaitu, motivasi intrinsik yang berbeda-beda dan tergantung pada individu masing-masing, sedangkan motivasi ekstrinsiknya untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan mewujudkan long term memories pada siswa. Mereka juga memahami bahwa PAIKEM mempunyai arti penting, sehingga memprioritaskan PAIKEM dalam program pembelajaran, (2) penerapan PAIKEM dalam pembelajaran meliputi (a) metode yang digunakan guru berbeda, sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran, (b) selain menggunakan alat dan media yang sudah tersedia guru MIM Karanganyar juga berkreasi membuat alat dan media menggunakan barang bekas dan barang sederhana, (c) sumber belajar yang digunakan selain dari buku juga berasal dari lingkungan sekitar, (d) pegelolaan kelas yang dilakukan mencakup pengelolaan siswa dan pengelolaan sarana dan prasarana kelas, (e) dalam pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, (3) faktor yang mempengaruhi penerapan PAIKEM meliputi (a) faktor pendukung yaitu komitmen yang kuat, sikap kreatif guru, dan managerial kepala madrasah yang handal, (b) faktor penghambat yaitu persepsi negatif guru terhadap PAIKEM, sarana dan prasarana yang kurang, dan jumlah jam mengajar guru yang banyak, (c) cara mengatasi hambatan adalah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran, melakukan pendampingan yang intensif, dan mencari dukungan dari stakeholder.
x
DAFTAR ISI SAMPUL .....................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................
ii
JUDUL .........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Fokus Penelitian .....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian....................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian ...............................................................
5
E. Penegasan Istilah ....................................................................
6
F. Metode Penelitian ...................................................................
7
G. Sistematika Penulisan .............................................................
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian PAIKEM...............................................................
xi
16
B. Dasar PAIKEM.......................................................................
22
C. Prinsip PAIKEM.....................................................................
24
D. Penerapan PAIKEM ...............................................................
25
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.
Gambaran Umum MIM Karanganyar..................................
35
B.
Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar .........................
43
1. Motivasi Guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM ..........................................................................
43
2. Penerapan PAIKEM dalam Kegiatan Pembelajaran di MIM Karanganyar ...........................................................
46
3. Faktor yang Mempengaruhi Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar ...........................................................
55
BAB IV PEMBAHASAN A. Motivasi Guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM.... .............................................................................
60
B. Penerapan PAIKEM dalam Kegiatan Pembelajaran di MIM Karanganyar............................................................................
63
C. Faktor yang Mempengaruhi Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar............................................................................
66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................
72
B. Saran .......................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Prestasi Siswa ................................................................................
xiii
42
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1
Kode Penelitian
Lampiran
2
Transkrip Wawancara
Lampiran
3
Catatan Lapangan Pengamatan
Lampiran
4
Reduksi Data
Lampiran
5
Triangulasi Data
Lampiran
6
Foto Kegiatan
Lampiran
7
Profil Madrasah
Lampiran
8
Brosur Sekolah
Lampiran
9
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran
10
Surat Ijin Penelitian
Lampiran
11
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran
12
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran
13
Daftar Nilai SKK
Lampiran
14
Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran
15
Riwayat Hidup Penulis
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas, bab I pasal 1 ayat 1). Dalam definisi tersebut terdapat kalimat yang berbunyi “peserta didik secara aktif” yang berarti bahwa pendidikan seharusnya menekankan pada keaktifan peserta didik. Keaktifan peserta didik dapat terjadi ketika di dalam proses pembelajaran guru memposisikan dirinya sebagai fasilitator bukan sebagai subjek sedangkan siswa memposisikan dirinya sebagai subjek bukan sebagai objek. Guru memfasilitasi siswa sesuai dengan empat pilar pendidikan yaitu learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) (Ramadhan, 2008). Oleh karena itu guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran aktif dengan mengeksplorasi dan mengelaborasi semua kemampuan peserta didik
1
dengan mengintregasikan nilai-nilai karakter dan menggunakan metode yang menyenangkan. Sehingga guru harus mampu memilih dan menggunakan metode dalam pembelajarannya. Penggunaan strategi atau metode yang tepat dalam pembelajaran akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk menyerap dan melaksanakan apa yang telah disampaikan oleh pendidik. Namun setiap metode pembelajaran tertentu tidak selalu tepat dan efisien dalam kondisi kegiatan belajar mengajar. Mengingat hal yang demikian pendidik harus mampu menggunakan strategi atau metode yang tepat, agar tidak membosankan bagi peserta didik. “Metode pembelajaran atau sering digunakan istilah strategi belajar mengajar senantiasa mengalami dinamika dalam praktik pendidikan”(PSG LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo, 2012: 21). Perubahan itu terjadi dikarenakan adanya cara pandang yang berbeda terhadap makna, tujuan, dan subyek pendidikan itu sendiri. Menyoal subyek pendidikan, yakni anak atau siswa, Saminanto (2012: 13) mengungkapkan, Pada dasarnya anak memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Untuk itu, seorang guru dituntut untuk dapat menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengelola pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat dan mengekspresikan segala potensi yang dimilikinya. Salah satu strategi yang diterapkan untuk tujuan ini adalah dengan pembelajaran PAIKEM. PAIKEM merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Pemerintah adalah salahsatu pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan, karena eksistensi sebuah negara selalu
2
tergantung pada pendidikan yang dienyam oleh sebagian besar warganya. Oleh karena itu pemerintah memiliki andil besar dalam hal ini, salah satunya adalah dengan memberikan legitimasi melalui undang-undang yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum pengimplementasian PAIKEM. Dasar hukum pelaksanaan pembelajaran berbasis PAIKEM terdapat dalam beberapa regulasi, yaitu: Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dan pasal 40 ayat 2, Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1, Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 dan Permendiknas Nomor 41 Tahun2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Saminanto, 2012: 9). Pada intinya beberapa regulasi
tersebut
menekankan
pelaksanaan
PAIKEM
dalam
proses
pembelajaran. Beberapa orang memandang bahwa PAIKEM sama dengan kerja kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAIKEM. Tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk berkelompok, walau mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi tidak semua siswa bekerja, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAIKEM. Seharusnya menilai PAIKEM atau tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi
3
harus diperhatikan pula intensitas keterlibatan siswa dalam belajar (Muda, 2012). Berdasarkan surfing internet di blog MI Muhammadiyah Karanganyar pada tanggal 25 Juni 2013, dapat diketahui profil madrasah MIM Karanganyar yang mengindikasikan bahwa madrasah tersebut dalam kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran aktif. Selain itu juga dapat diketahui bahwa siswa-siswi MIM Karanganyar juga berprestasi dalam banyak hal, baik akademis maupun non akademis. Oleh karena itu menarik untuk diteliti Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karanganyar sebagai obyek penelitian, bagaimana PAIKEM diterapkan di madrasah tersebut untuk membangun teori mengenai ”PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN 2013”. B. Fokus Penelitian Kaitannya dengan judul penelitian diatas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu: 1. Bagaimana motivasi guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM? 2. Bagaimanakah penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran di MIM Karanganyar? 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar?
4
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah dirumuskan, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui motivasi guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM? 2. Untuk mengetahui penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran di MIM Karanganyar? 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar? D. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dapat peneliti rangkum kedalam 2 bagian yaitu: 1. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Madrasah Dengan mengetahui penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan proses kegiatan belajar mengajar di madrasah tersebut. b. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang
5
menumbuhkan
kemampuan
dan
keterampilan
meneliti
serta
pengetahuan yang lebih mendalam terhadap bidang kajian. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menguraikan konsep pembelajaran PAIKEM yang diterapkan di MI Muhammadiyah Karanganyar sehingga mampu memberikan kontribusi dalam inovasi penerapan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada tingkat sekolah dasar.
E. Penegasan Istilah Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan adalah setiap kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dengan melibatkan peran siswa untuk aktif membangun makna informasi, menemukan ide baru, mengembangkan kreatifitas, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai optimal dengan proses yang nyaman dan mengesankan (Daryanto, 2009: 208). F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2009: 4). Penelitian ini menekankan analisanya pada proses penyimpulan induktif. Analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati untuk kemudian digeneralisasikan
dengan
menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini bermaksud untuk memahami 6
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan jenis penelitiannya merupakan penelitian lapangan (field research), yang berarti bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau ‘in situ’ sehingga pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan-berperanserta (Moleong, 2009: 26). 2. Kehadiran Peneliti Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian atau dengan kata lain peneliti sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian disini secara spesifik bermakna sebagai alat pengumpul data sebagaimana tes pada penelitian kuantitatif. Untuk mengumpulkan data salah satunya peneliti berperan sebagai pengamat. Sebagai pengamat peneliti melakukan pengamatan tanpa berperanserta dan melakukan pengamatan terbuka. Pengamatan tanpa berperanserta berarti peneliti hanya memiliki satu fungsi yaitu hanya sebagai pengamat tanpa menjadi anggota dari subjek atau informan. Pengamatan terbuka berarti kehadiran peneliti di lapangan diketahui sepenuhnya oleh subjek, subjek memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan pengamatan
7
dan subjek menyadari bahwa ada orang (peneliti) melakukan pengamatan terhadap mereka (Moleong, 2009: 164). 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Peneliti memilih lokasi penelitian di MIM Karanganyar. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu pertengahan bulan Juli tahun 2013 di MI Muhammadiyah
Karanganyar.
Adapun
alasan
penulis
melakukan
penelitian di MI Muhammadiyah Karanganyar karena madrasah tersebut sudah menerapkan PAIKEM dalam proses kegitan belajar mengajarnya. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif, peneliti menggunakan sumber data yang diambil melalui sumber data utama dan sumber data tambahan a. Sumber data utama adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden atau nara sumber, data yang dihasilkan dari sumber utama dapat berupa kata-kata dan tindakan. Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari kepala madrasah, wakil kepala madrasah urusan kurikulum, guru, dan siswa mengenai penerapan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan di MIM Karanganyar. Sedangkan yang menjadi orang-orang kunci (key person) adalah waka kurikulum dan guru. Key person diketahui melalui keterangan orang yang berwenang atau melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Dari sini peneliti bisa mengembangkan dan menunjuk
8
individual sampel berikutnya sampai terjadi kejenuhan data yang diperlukan, melalui snowball sampling (Kasiram, 2010: 284). b. Sumber data tambahan adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber utama. Sumber data sekunder dari penelitian ini dapat berupa buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, foto, video dan sumber data tambahan lainnya (Moleong, 2009: 159-162). 5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mempeoleh data secara holistik dan integratif, serta memperhatikan relevansi data dengan fokus dan tujuan, maka pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan tiga teknik yaitu pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. a. Teknik Observasi Metode
observasi
adalah
pengamatan
terhadap
pokok
permasalahan yang diselidiki (Hadi, 1980: 136). Peneliti mengamati dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Pencatatan secara sistematis dilakukan dengan membuat catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan merupakan data kongkret untuk menopang teori dan sekaligus berfungsi sebagai penentu derajat kepercayaan dalam rangka keabsahan
9
data. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran di MIM Karanganyar. b. Teknik wawancara Teknik wawancara yaitu percakapan yang dilakukan oleh dua pihak (pewawancara dan terwawancara) dengan maksud tertentu. Adapun maksud itu menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2009: 186) antara lain mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; mengkontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu;
memproyeksikan
kebulatan-kebulatan
sebagai
yang
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Berdasarkan atas perencanaan pertanyaan, wawancara yang digunakan peneliti termasuk pendekatan menggunakan
petunjuk
umum
wawancara
yakni
pewawancara
membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok terlebih dahulu agar pokok pembicaraan wawancara dapat seluruhnya tercakup. Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman subjek penelitian terhadap PAIKEM dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan strategi pembelajaran PAIKEM.
10
c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (1992: 236) adalah metode penelitian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar. 6. Analisis Data Menurut Kasiram (2010: 355) analisis data berarti proses mensistematiskan apa yang sedang diteliti dan mengatur hasil wawancara seperti apa yang dilakukan dan dipahami sebagai upaya peneliti untuk menyajikan apa yang didapatkan pada orang lain. Adapun langkah-langkah analisis yang peneliti lakukan selama di lapangan adalah: a. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2008: 92). Tujuan pokok dari reduksi data selain untuk menyederhanakan data, juga untuk memastikan bahwa data yag diolah itu adalah data yang tercakup dalam scope penelitian (Kasiram, 2010: 368). Dengan demikian data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang cukup jelas.
11
b. Penyajian Data Setelah
data
mendisplaykan
direduksi, data,
maka
data
disusun
langkah
selanjutnya
berdasarkan
kategori
adalah atau
pengelompokan yang diperlukan sehingga data dapat terorganisasikan dan dapat semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2008: 95). c. Kesimpulan Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2008: 99). Karena data diperoleh dari pengamatan dan wawancara teknik yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini berupa analisis Domein, analisis Taksonomi, analisis komponen dan analisis Tema (Moleong, 2009: 305). 7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan
teknik
pemeriksaan
didasarkan
atas
kriteria
derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Untuk meneliti derajat
12
kepercayaan peneliti menggunakan teknik triangulasi data, yaiu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong, 2009: 330). Triangulasi dapat dilakukan dengan mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan,
mengeceknya
dengan
berbagai
sumber
data,
dan
memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. 8. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2009). a. Tahap Pralapangan: dalam tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan
menilai
lapangan,
memilih
dan
memanfaatkan
informan,
menyiapkan perlengkapan penilitian. b. Tahap pekerjaan lapangan: dalam tahap ini peneliti memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan mencari data (melakukan pengamatan, wawancara, studi dokumentasi dan membuat catatan lapangan). c. Analisis data G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika penulisan
13
sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, keabsahan data dan analisis data) dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang penjelasan PAIKEM, dimulai dari pengertian PAIKEM, dasar-dasar penerapan PAIKEM, prinsip-prinsip PAIKEM, dan penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pemaparan hasil penelitian berisi tentang gambaran umum MIM Karanganyar serta hasil observasi lapangan dan wawancara dengan guru yang menjadi responden dalam penelitian. Gambaran umum MIM Karanganyar mencakup profil madrasah, sejarah singkat madrasah, Prestasi Madrasah. Hasil observasi dan wawancara dengan guru mencakup motivasi guru dalam menerapkan PAIKEM, penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar.
14
BAB IV PEMBAHASAN Berisi tentang hasil pembahasan penelitian pada bab III dengan berpedoman pada kajian pustaka pada bab II mengenai motivasi guru dalam nenerapkan PAIKEM, penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar. BAB V PENUTUP Penulisan skripsi ini diakhiri kesimpulan dan saran.
15
BAB II PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM)
A. Pengertian PAIKEM Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Kitapun hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Segenap upaya tersebut secara sederhana dinamakan pembelajaran. Siswa sebagai pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Ia mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju keutuhan dan kemandirian (Soemanto, 1990: 99). Banyak tokoh mengemukakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang dianggapnya baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sehingga melahirkan banyak pendekatan dan metode pula. Pembelajaran aktif adalah salah satunya. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif baik secara mental maupun fisik (Zaini dkk, 2008: xiv). Pembelajaran aktif inilah yang kemudian terus
16
berkembang hingga menjadi Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Sebuah istilah yang hampir sama dengan PAIKEM adalah pembelajaran
PAKEM
(Partisipatif,
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan ) yang dipakai oleh Rusman. PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar siswa termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa menunggu perintah dan agar mereka dapat belajar dengan enjoy. Untuk itu maka aspek learning is fun merupakan aspek yang penting dalam PAKEM, disamping upaya agar anak terus aktif serta mengadakan inovasi. Selain itu PAKEM juga berdasarkan atas perubahan paradigma pendidikan di Indonesia, yakni schooling menjadi learning, instructive menjadi fasilitative, government role menjadi community role, dan centralistic menjadi decentralistic. Karena itu pendidikan seyogyanya sudah menjadi tanggung jawab semua pihak, sesuai dengan konsep tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidikan di lembaga pendidikan, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di keluarga (Rusman, 2011: 321-322). Pembelajaran aktif menghendaki adanya peran guru sebagai fasilitator bukan sebagai instruktur semata. Guru berperan mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran, serta memberikan arahan dan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran aktif siswa diberi keluasaan untuk mengakses informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji di
17
dalam kelas, sehingga mereka memperoleh pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensi dan pemahamannya, sehingga informasi dan pengetahuan yang sudah diperoleh serta dikontruksi oleh siswa sesuai dengan kemampuannya masing-masing dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Rusman, 2011: 324). Menurut Djamarah dan Zain (2006: 33) sebenarnya mengenai keaktifan siswa dalam belajar, kita tidak bisa mengidentikkan siswa menjadi dua tipe semata, yaitu siswa aktif dan siswa tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada dasarnya tidak ada siswa yang dalam pembelajaran memiliki kadar keaktifan nol. Keaktifan siswa menurutnya hanya merupakan indikasi kecenderungan modus belajar siswa, siswa dengan kadar keaktifan rendah cenderung memilili modus ekpositori, sedangkan siswa yang memiliki kadar keaktifan tinggi cenderung bermodus discovery. Pemahaman lain dikemukakan oleh Silberman dalam Daryanto (2009: 162) bahwa belajar aktif menghendaki siswa menggunakan otaknya untuk mempelajari gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Yang paling penting siswa juga harus berusaha memahaminya sendiri, mencari contoh-contoh, mencoba menerapkan keterampilan, dan melaksanakan tugas yang bergantung pada pengetahuan yang sudah maupun yang harus dimiliki. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah tugas guru yang harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa dapat aktif dalam tiga hal, yaitu aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. 18
Siswa dipandang bukan sebagai gelas kosong yang hanya menerima atau diisi dengan ceramah dari sang guru tentang informasi atau pengetahuan. Mereka harus bisa membangun pengetahuan mereka sendiri sesuai dengan kemampuannya (Saminanto, 2012: 10). Pembelajaran inovatif berarti dalam pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang lebih baik (Saminanto, 2012: 10). Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran yang menumbuhkan kreativitas. Kreativitas menurut Mc Fee dalam Daryanto (2009: 206) adalah kemampuan mendapatkan ide dan simbol baru, mengimprovisasi ide dan simbol yang telah mapan, dan menyusunnya kembali sehingga menjadi baru. Pembelajaran yang kreatif memiliki makna bahwa guru harus mampu menggunakan metode dan strategi yang bervariasi untuk memunculkan kreativitas siswa. Tidak hanya kreatif dalam berfikir namun juga dalam hal bertindak. Berfikir dan bertindak kreatif selalu berawal dari berfikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu (Rusman, 2011: 324). Berpikir kritis harus selalu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berpikir kritis menurut Mulyasa dalam Rusman (2011: 325) memiliki empat tahap yaitu: 1. Persiapan, yakni proses pengumpulan informasi untuk diuji. 2. Inkubasi, yakni proses merenungkan hipotesis yang diperoleh bahwa hipotesis itu rasional.
19
3. Iluminasi, yakni kondisi untuk meyakini bahwa hipotesis tersebut benar, tepat, dan rasional. 4. Verifikasi, yakni menguji hipotesis yang sudah diyakini untuk dijadikan sebagai teori, konsep, atau sebuah rekomendasi. Jadi siswa dikatakan kreatif apabila mampu berpikir secara kritis. Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis mereka akan dapat menemukan hasil karya baru. Sedangkan ciri-ciri orang yang memiliki pola pikir kreatif adalah: 1. Mampu menghasilkan ide banyak dalam waktu singkat. 2. Mampu menghubungkan dan menggabungkan hal yang berbeda. 3. Mampu mengembangkan hal yang sederhana. 4. Mampu bekerja secara detail dan kompleks. 5. Memiliki rasa ingin tahu yang besar. 6. Berani mengambil risiko. 7. Cepat tanggap dan mandiri 8. Suka mencari ide-ide yang unik. Efektif berarti bahwa model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai maksimal, dibuktikan dengan pencapaian kompetensi baru yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan (PSG LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo, 2012: 22). Senada dengan pengertian tersebut Saminanto (2012: 10) mengungkapkan bahwa yang dimaksud efektif adalah selama pembelajaran berlangsung mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran, siswa menguasai kompetensi
20
serta keterampilan yang diharapkan. Pembelajaran efektif
dapat dicapai
dengan melibatkan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga tercipta suasana yang kondusif, serta terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa (Rusman, 2009: 325). Menyenangkan maksudnya proses pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Untuk mewujudkan suasana tersebut guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan secara optimal (Rusman, 2011: 327). Mengenai pelibatan ini Mas’ud (2002: 189) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar hendaknya menggunakan prinsip ‘mercy’ atau kasih sayang yang merupakan ekspresi dari ‘bashir’ dan ‘reward’ agar suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan berkesan bagi siswa, sehingga mereka akan terdorong motivasinya untuk semakin aktif dan berprestasi dalam kegiatan belajar berikutnya. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai definisi PAIKEM
secara
menyeluruh.
PAIKEM
adalah
pembelajaran
yang
memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Daryanto, 2009: 209).
21
B. Dasar PAIKEM 1. Landasan Yuridis Landasan yuridis adalah landasan pelaksanaan PAIKEM berdasarkan hukum positif atau undang-undang yang berlaku di Republik Indonesia. Adapun landasan yuridis penerapan PAIKEM adalah sebagai berikut: a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1) Pasal 1 ayat 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2) Pasal 4 ayat 3 dan 4: a) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. b) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteledanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 3) Pasal 39 ayat 2: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 4) Pasal 40 ayat 2: Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
22
b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1, menyebutkan: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. c. Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 6, menegaskan: Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 2. Landasan Filosofis PAIKEM berlandaskan pada filsafat pendidikan progesivisme, sedangkan progesivisme bersandar pada filsafat naturalisme, realisme, dan pragmatisme. Selain itu PAIKEM juga bersandar pada filsafat pendidikan kontrukstivisme dan humanisme. Peserta didik berada dalam lingkungan yang selalu berproses melakukan perubahan. Mereka juga dibekali kemampuan untuk mengikuti perubahan itu dan ikut berubah meskipun bersifat evolusionis, menggunakan pengetahuannya. Pengetahuan ini didapat dari pengalaman empirik yang diterima oleh indera jasmani dan indera rohani. oleh karena itu indera jasmani dan rohani yang mereka miliki harus diberikan kebebasan dalam menerima informasi melalui pengalaman, dan tuntutan tersebut hanya dapat diperoleh melalui proses pendidikan yang menyenangkan dan mengaktifkan potensi peserta didik.
23
C. Prinsip PAIKEM Saminanto
(2012:
10)
mengungkapkan
prinsip-prinsip
yang
perlu
diperhatikan ketika pendidik atau guru menerapkan PAIKEM. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1. Memahami sifat anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi yang menjadi landasan untuk berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu PAIKEM diharapkan mampu mengembangkan kedua sifat dasar pada anak tersebut. 2. Mengenal siswa secara perorangan. Siswa memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Kegiatan siswa yang diberikan guru harus disesuaikan dengan tingkat kecepatan belajar siswa. Anak yang cepat dalam belajar dapat dijadikan sebagai tutor sebaya. 3. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar. Siswa atau anak memiliki sifat dasar senang berkelompok atau berpasangan. Guru dalam menerapkan PAIKEM dapat memanfaatkan sifat tersebut
dengan
mengorganisasikan
kelas,
dengan
tujuan
untuk
memudahkan mereka berinteraksi atau bertukar pikiran. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. PAIKEM diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak dalam menyelesaikan masalah. Karena pada hakikatnya hidup adalah untuk menyelesaikan masalah.
24
5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Kelas sebagai lingkungan pembelajaran hendaknya didesain sebaik dan senyaman mungkin bagi anak. Hal tersebut dimaksudkan untuk memotivasi anak agar lebih semangat dalam belajar. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media, sumber, dan objek belajar siswa.
PAIKEM
sebaiknya
mampu
mengenalkan
siswa
kepada
lingkungannya (fisik, sosial, dan budaya). Karena informasi yang dibangun oleh siswa nantinya juga akan dibawa ke dalam lingkungan. 7. Memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan. Umpan balik dalam PAIKEM lebih ditekankan sebagai bentuk interaksi antara guru dengan siswa. Guru harus memberikan umpan balik secara santun dan lebih menekankan kelebihan siswa dari pada kelemahan siswa. 8. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental. PAIKEM lebih mengutamakan keaktifan mental siswa dibandingkan fisik. Karena tujuan utamanya adalah agar anak mampu berpikir kritis. Dari kekritisan ini diharapkan akan muncul kreatifitas. D. Penerapan PAIKEM 1. Pengelolaan kelas PAIKEM Pengelolaan kelas adalah pengaturan kelas untuk kepentingan pelajaran, dengan tujuan agar setiap siswa di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien (Djamarah dan Zain, 2006: 176-178). Menurut Sudirman (1991: 311)
25
tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacammacam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Menurut Mulyadi (2009: 5) dalam bukunya Classroom Management setidaknya ada 4 (empat) tujuan pengelolaan kelas, yaitu: a. mewujudkan
situasi
pembelajaran
yang
dan
kondisi
kelas,
memungkinkan
sebagai
peserta
lingkungan
didik
untuk
mengembangkan kemampuan mereka secara maksimal. b. Menghilangkan
berbagai
hambatan
yang
dapat
menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran. c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka di dalam kelas. d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya. Menurut Made Pidarta dalam Djamarah dan Zain (2006: 215) agar pengelolaan kelas dapat efektif, maka harus diperhatikan beberapa hal penting, sebagai berikut: a. Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan. b. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan kerja sama.
26
c. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar. d. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan, ketegangan, dan perasaan tertekan. e. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa. Melvin L. Silberman (2009: 15-18) mengemukakan formasi kelas dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif. Menurutnya terdapat 10 (sepuluh) formasi yang harus diperhatikan guru. Kesepuluh formasi ini adalah alternatif, yang bersifat tentatif, fleksibel, dan realistis sesuai dengan kebutuhan guru dalam proses pembelajaran. Adapun formasi yang dikemukakan Silberman adalah sebagai berikut: a. Formasi huruf U Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik melihat pendidik atau media visualnya dengan mudah dan mereka juga dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena pendidik dapat masuk kedalam huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. b. Formasi Corak Tim Pendidik mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran diruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Pendidik dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja
27
untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau media lainnya. c. Meja Konferensi Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran penting peserta didik. d. Formasi Lingkaran Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa atau dengan meja kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan langsung. e. Kelompok Untuk Kelompok Susunan ini memungkinkan pendidik untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari kreatifitas kelompok. Pendidik dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luarnya. f. Tempat kerja (workstation). Susunan ini tepatnya untuk lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas. g. Pengelompokan Terpisah (breakout groupings). Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, pendidik dapat meletakkan meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Pendidik dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hendaknya
28
dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas, sehingga hubungan diantara peserta didik sulit dijaga. h. Susunan Chevron. Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (30 atau lebih) dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali pendidik perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. i. Kelas Tradisional Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja-kursi, pendidik dapat mencoba mengelompokkan kursi dalam pasangan-pasangan yang memungkinkan menggunakan teman belajar. Pendidik dapat mencoba membuat nomor genap dari barisbaris ruangan yang cukup diantara mereka semua. j. Auditorium/Aula Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruangan kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan pendidik guna mengurangi kebosanan peserta didik yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional atau tradisional.
29
Selain penataan atau pengaturan tempat duduk, sebenarnya masih banyak lagi pembahasan mengenai pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas terkait dengan banyak aspek, setidaknya menurut Reid (2009, 54-58) ada 20 (duapuluh) faktor kunci mengelola kelas sebagai lingkungan pembelajaran, seperti pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, ventilasi dan tata cahaya, warna dan perancangan ruang, prediktabilitas dan rutinitas, memberi siswa rasa kepemilikan dan tanggung jawab, pengaturan siswa, dan sebagainya. Sedangkan Mulyadi (2009) mengungkapkan bahwa pengorganisasian
kelas
meliputi
banyak
aspek,
seperti
pengorganisasian kegiatan pelajaran, siswa, sarana-sarana pelajaran, serta pencatatan dan pelaporan kelas. Semua aspek tersebut hendaknya diperhatikan guru agar proses pembelajaran dapat aktif, efektif dan menyenangkan. 2. Metode-metode berbasis PAIKEM Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007: 61). Selain alat untuk mencapai tujuan metode juga berfungsi sebagai alat motivasi ekstrinsik dan strategi pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2006: 74). Metode berbasis PAIKEM berarti cara-cara yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Setidaknya ada beberapa langkah-langkah metode di dalam penerapan
30
PAIKEM. Adapun metode tersebut dikutip dari PSG LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo (2012: 39-46) adalah sebagai berikut: a. Every one is teacher here (setiap murid menjadi guru) Tujuan dari penerapan model ini adalah membiasakan peserta didik untuk belajar aktif secara individu dan membudayakan sifat berani bertanya, tidak minder, dan tidak takut salah. b. Writing in here and now (menulis pengalaman secara langsung) Menulis
dapat
membantu
peserta
didik
merefleksikan
pengalamanpengalaman yang telah mereka alami. c. Reading aloud (membaca dengan keras) Membaca sesuatu teks dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan pertanyaan dan merangsang diskusi dalam kelas. d. The power of two and four (menggabung dua dan empat kekuatan). Tujuan dari penerapan model ini adalah membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan). e. Information search (mencari informasi) Tujuan dari penerapan model ini adalah memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan suatu ilmu pengetahuan dengan proses mencari sendiri.
f. Point-counterpoint (beradu pandangan sesuai perspektif)
31
Tujuan dari penerapan model ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang aktual di masyarakat sesuai dengan posisi yang diperankan. g. Reading guide (bacaan terbimbing) Tujuan dari penerapan model ini adalah membantu peserta didik lebih mudah dan terfokus dalam memahami sesuatu materi pokok. h. Active debate (debat aktif) Tujuan dari penerapan model ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan sesuatu masalah yang kontroversial serta memiliki sifat demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat. i. Index card match (mencari jodoh kartu tanya jawab) Tujuan dari penerapan model ini adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. j. Jigsaw learning (belajar melalui tukar delegasi antar kelompok) Tujuan penerapan model ini adalah untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya.
32
k. Role play (bermain peran) Tujuan dari penerapan model ini adalah memberikan pengalaman konkrit dari apa yang telah dipelajari. Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari pembelajaran. Menumbuhkan kepekaan terhadap masalahmasalah hubungan sosial. Menyiapkan dan menyediakan dasar-dasar diskusi yang konkrit. Menumbuhkan minat dan motifasi belajar peserta didik. Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang tersembunyi dibalik suatu keinginan. l. Debat berantai Tujuan dari penerapan model ini adalah untuk menggali kemampuan peserta didik agar dapat memberikan argumentasi (reasoning) antara dua pendapat yang kontradiktif supaya tidak berpikir ekstrim dalam menyikapi suatu permasalahan. m. Listening team (kelompok pendengar) Tujuan dari penerapan strategi ini adalah untuk melatih peserta didik agar terbiasa belajar kelompok secara harmonis untuk mencapai hasil belajar yang lebih efektif. n. Team quiz (pertanyaan kelompok) Tujuan dari penerapan model ini adalah dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
33
o. Small group discussion (diskusi kelompok kecil) Tujuan dari penerapan model ini adalah agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi sehari-hari. p. Card sort (menyortir kartu) Tujuan dari penerapan model ini adalah mengaktifkan setiap individu sekaligus kelompok (cooperative learning) dalam belajar. q. Gallery walk (pameran berjalan) Tujuan dari penerapan model ini adalah membangun kerjasama kelompok (cooperative learning) serta saling memberi apresiasi dan koreksi dalam belajar.
34
BAB III Paparan Data Dan Temuan Penelitian
A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Karanganyar 1. Sejarah Berdirinya MI Muhammadiyah Karanganyar MI Muhammadiyah Karanganyar berdiri sejak tahun 1974, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1974 dengan Piagam Pendirian dari Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah dengan nama MADRASAH IBTIDAIYAH LATIHAN PGA 6 TAHUN dengan piagam Nomer.
Lk/3.c/1223/Pgm.MI/1978.
Kemudian
berubah
menjadi
MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR dengan Piagam No. I.K/3.a/427/PGM/MI/1981, tertanggal 1 Juni 1981 yang ditanda tangani oleh Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Depag Prov Jateng Drs. H. Moh Rifa'i hingga sampai sekarang. Banyak hal yang dilakukan oleh persyarikatan untuk memaksimalkan program pengembangan Madrasah ini. Pasang dan surut telah dialaminya, banyak usaha yang telah dilakukan, berbagai hambatan dan tantangan telah dilaluinya, semua ini telah dilaluinya dengan baik sehingga dapat menghantarkannya pada kondisi sebagaimana yang sekarang ini. Keberadaan MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah disamping amal usaha-amal usaha yang lain, bukanlah merupakan produk warisan yang sudah matang dan tinggal menikmati, namun merupakan hasil perjuangan yang gigih, dan hasil kerja 35
yang dilakukan persyarikatan dengan tenaga pendidiknya dilandasi dengan ikhlas, penuh dedikasi, tanggung jawab dan selalu menjunjung tinggi citacita persyarikatan. (D/SM) 2. Visi dan Misi Visi MIM Karanganyar: Berakhlaq Mulia, Tekun beribadah, Terdepan dalam Prestasi, Menuju Mardhatillah Sejati. Misi MIM Karanganyar: a. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan yang mengacu pada Al Qur'an dan Sunah Rasul. b. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik. c. Meningkatkan profesionalitas dan kwalitas tenaga kependidikan yang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. d. Terselenggaranya pengelolaan sekolah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. e. Mewujudkan Madrasah menjadi kebanggaan serta bagian yang takterpisahkan dari masyarakat. (D/VM) 3. Tujuan dan Target Pendidikan Tujuan pendidikan MIM Karanganyar adalah sebagai berikut: a. Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dengan motto Cerdas, Kreatif dan Sholeh.
36
b. Mengembangkan “Multiple Intelegences” seluruh aspek kecerdasan alamiah manusia (kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi, kecerdasan logika matematis, kecerdasan spatia, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal). c. Membentuk siswa-siswi untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dasar yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. d. Mendidik siswa-siswi untuk memiliki Akhlaq dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam serta sikap mandiri sebagai bekal hidup bersama ditengah keluarga dan masyarakat. e. Membangun kehidupan sosial yang beradab dan berakhlaq atas dasar persaudaraan dan persahabatan agar menjadi rahmat seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Target yang akan dicapai antara lain: a. Anak mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan benar pada dua tahun pertama. b. Anak mampu menghafal Al Qur’an juz 30 (Juz ’amma) dan memahami beberapa kutipan surat yang relevan dengan kurikulum. c. Anak mampu menghafal 20 sampai 30 hadist dan do'a serta dapat mengamalkan sesuai dengan perkembangannya. d. Mengerti dan memahami ajaran serta nilai-nilai Islam, selanjutnya belajar mengamalkannya.
37
e. Menguasai dasar-dasar Matematika, IPA, PKPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan mata pelajaran yang lain serta memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat. Keberhasilan poin ini ditandai dengan nilai UAS/UANAS murni yang tinggi dan lulusan yang berkualitas.(D/TTP) 4. Staf Pengelola dan Pengajar MIM Karanganyar di dukung oleh staf pendidik S1 dan S2. Setidaknya saat ini ada enam guru yang sedang dalam proses menyelesaikan tesis untuk memperoleh gelar pada tingkat S2. Jumlah seluruh staf pengelola dan pengajar di MIM Karanganyar adalah 60 orang, yang terdiri dari 53 tenaga pengajar dan 7 tenaga karyawan. Dari 53 guru tersebut saat ini yang berstatus sebagai PNS sejumlah 12 orang sedangkan lainnya masih berstatus wiyata bakti. Dilihat dari jumlah guru wiyata bakti yang cukup banyak, maka MIM Karanganyar menerapkan kebijakan untuk mendisiplinkan dan mensejahterakan mereka. Diantaranya adalah menerapkan Manajemen Berbasis Kinerja, yaitu adanya reward dan punishment bagi guru yang berkinerja baik dan bagi guru yang berkinerja kurang.
Semisal
MIM
Karanganyar
menerapkan
absensi
guru
menggunakan finger print agar guru datang tepat waktu, dengan konsekuensi bagi guru yang tidak datang tepat waktu maka akan dikenakan sanksi pemotongan gaji. Sehingga staf pengelola dan pengajar di MIM Karanganyar dapat bekerja lebih profesional dibandingkan sebelumnya.(D/SPP)
38
5. Sarana Prasarana dan Fasilitas a. Tanah dan Bangunan MI Muhammadiyah Karanganyar berdiri pada lahan yang cukup luas yaitu 4.710 m2, tanah tersebut dibagi menjadi tiga kategori antara lain bangunan, halaman, dan kebun. Luas bangunan madrasah ini adalah 1.893 m2, sedangkan luas halaman dan kebun berturut-turut adalah 1.517 m2 dan 1.300m2. Halaman madrasah ini terdiri dari dua halaman, atas dan bawah. Keseluruhan tanah MI Muhammadiyah Karanganyar adalah hak milik persyarikatan. Dalam penerapan PAIKEM halaman dan kebun sering dijadikan sebagai tempat untuk belajar. Untuk menunjang proses pembelajaran, MIM Karanganyar melakukan pengembangan dan pemanfaatan tanah. Pemanfaatan tanah dilakukan dengan optimalisasi tata ruang bangunan. Untuk saat ini MIM Karanganyar sudah memiliki beberapa bagian gedung dengan tiga lantai. Bangunan MIM Karanganyar meliputi ruang kelas, masjid, kantor, katering, laboratorium komputer dan IPA, joglo serbaguna, ruang UKS, ruang kesenian, dan ruang perpustakaan. b. Alat Peraga dan Perabot Sebagai sebuah madrasah yang menerapkan pembelajaran aktif (PAIKEM) maka sudah menjadi sebuah keharusan memiliki alat peraga. Karena alat peraga merupakan salah satu hal kunci dalam
39
mewujudkan pembelajaran aktif. Adapun alat peraga yang terdapat di MIM Karanaganyar antara lain Alat Peraga Olahraga, Kesenian, IPA, IPS, Matematika, Agama, dan Peralatan Pramuka. Selain itu masih ada alat peraga lainnya yang merupakan hasil dari inovasi dari guru-guru di madrasah ini. MIM Karanganyar juga menyediakan beberapa fasilitas penunjang lainnya yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. Adapun fasilitas itu antara lain: a. Katering Maksud pengadaan katering oleh MIM Karanganyar adalah ingin mengajarkan pola hidup tidak konsmtif bagi para siswa dan sekaligus pola hidup sehat dengan tidak jajan sembarangan. Jajan sembarangan menyebabkan mudah terserang penyakit, sedangkan pembelajaran efektif dapat tercapai hanya dalam keadaan kondisi siswa tidak
sakit-sakitan.
Untuk
mengondisikan
siswa
tidak
jajan
sembarangan maka dibuatlah KTS (Kartu Tertib Siswa). Selain itu, dengan adanya katering dapat membantu pendanaan madrasah dalam mengelola pembelajaran. Karena hampir dana yang dapat dirotasikan melalui katering setiap tahun mencapai 1,2 milyar. b. Fasilitas Internet Fasilitas ini masih terbatas hanya untuk kalangan guru. Adanya fasilitas ini sangat membantu guru untuk mempersiapkan
40
bahan untuk mengajar. Dengan demikian, guru diharapkan mampu menciptakan suasana kelas yang senantiasa bersemangat dan penuh antusias. c. Fasilitas Antarjemput Fasilitas ini siswa
yang
bertujuan untuk mengantar dan menjemput
rumahnya
jauh
dari
sekolah
dan
siswa
yang
menginginkannya. (D/SPF) 6. Kegiatan Ekstrakurikuler Selain kegiatan belajar mengajar di kelas, MI Muhammadiyah Karanganyar juga mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya. Siswa bebas memilih kegiatan sesuai dengan keinginannya. Antusias siswa begitu tinggi untuk mengikuti berbagai kegiatan tambahan ini. Selain itu tujuan dari pengadaan kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan diri adalah untuk menyiapkan siswa yang memiliki potensi agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba. Pengampu kegiatan ekstrakurikuler adalah guru yang berkompeten atau tenaga dari luar yang mempunyai keahlian dalam bidang tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan diri yang pengampunya dari luar adalah karawitan dan seni tari, sedangkan kegiatan pengembangan diri lainnya masih diampu oleh guru madrasah sendiri. Setidaknya ada 19 (sembilan belas) kegiatan ekstrakurikuler yang diperuntukkan bagi siswa yaitu: Seni bela diri, Tapak Suci, Kepanduan Hizbul Wathan, Seni lukis,
41
Futsal, Bola voly, Tilawah, Rebana, Karawitan, Seni tari, Dokter kecil, Komputer, Club sains, Club matematika, Club Inggris, Al Islam, Bahasa Arab, Kemuhammadiyahan, dan Pramuka. (D/PE) 7. Prestasi Siswa MI Muhammadiyah Karanganyar merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang mempunyai catatan prestasi menggembirakan. Prestasi inilah yang nantinya dapat menjadi daya tawar bagi masyarakat akan kualitas pendidikan yang bermutu. Siswa-siswi MIM Karanganyar banyak memenangkan lomba berbagai bidang dalam banyak tingkatan, baik kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional. Berbagai raihan prestasi tersebut dapat dilihat dalam pada tabel 3.1. (D/PRS) Tabel 3.1 Daftar Prestasi siswa MIM Karanganyar tahun 2009-2011 NO
1
JENIS LOMBA Olimpiade MIPA, B. Inggris dan Ismuba (Keislaman & Bhs. Arab)
2
Porseni Kan. Depag
3
Olimpiade MIPA
4
Lomba Mapel UASBN
5
UNDIP MATC Competition
6
Olimpiade MTK & IPA
7
POPDA
PRESTASI
TAHUN
TINGKAT
1. Juara I dan II Matematika 2. Juara I dan III IPA
2009
Karisidenan
2009
Jawa Tengah
2009
Jawa-Bali
2010
Kabupaten
2010
Jawa Tengah
2010
Kecamatan
2010
Kecamatan
1. Juara II Pidato Bahasa Jawa 2. Juara III Pidato Bahasa Inggris 1. Juara Harapan I Matematika 2. Juara III IPA Juara I, II, III Matematika, IPA, Bhs. Indonesia Juara I 1. Juara I Matematika 2. Juara II IPA 1. Juara I Bulu Tangkis 2. Juara I Pencak
42
8
POPDA
9 10 11 12 13 14 15
Lomba lukis Olimpiade Matematika Lomba Lukis Olimpiade Matematika Lomba Tari Pa / Pi Lomba kreatifitas anak Olimpiade MIPA PORSENI/Lomba Melukis Olimpiade Sains Nasional
16 17 18
Olimpiade Matematika dan IPA
19
Olimpiade MIPA Se Karisidenan Surakarta
20 21 22 23
Lomba antar SD/MI Lomba Cerdas Cermat SD/MI Olimpiade MIPA Olimpiade MIPA
Silat 3. Juara II Renang 1. Juara I Bulu Tangkis 2. Juara I Pencak Silat Juara III Juara I Juara I Juara I Juara III Juara II Juara I dan III
2010
Kabupaten
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
Kabupaten Kabupaten Kecamatan Karisidenan Kecamatan Kecamatan Kabupaten
Juara I
2010
Kabupaten
Peringkat 5
2010
Provinsi
2010
Kabupaten
2010
Karisidenan
2011
Karisidenan
Juara I dan II
2011
Karisidenan
Juara III dan IV Juara I dan III
2011 2011
Kabupaten Kabupaten
1. Juara I dan II Matematika 2. Juara I IPA 1. Juara I dan IV Matematika 2. Juara IV IPA Juara I
B. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif , dan Menyenangkan di MI Muhammadiyah Karanganyar A. Motivasi Guru dalam menerapkan PAIKEM Adapun hasil penelitian tentang motivasi guru dalam menerapkan PAIKEM dapat dilihat berdasarkan petikan wawancara sebagai berikut: “Jadi kita pernah dipilih kebetulan dipilih untuk, apa, kerjasama dengan lembaga USAID bidangnya tentang pembelajaran PAKEM, na,, dari sini ada tiga guru, saya juga dipilih kemudian ada dua guru itu sebagai fasilitator di PAIKEM itu, setelah ditunjuk kebetulan dapat program tahun 2006, jadi kita mulai tahun 2006, ada sekarang yang pak heru sudah pindah yang masih pak jufri dikelas dua itu na itu ditunjuk, maka kita berkomitmen, berkomitmen dengan jumlah siswa yang dulu sudah enam ratusan.” (W/CA/PMG/23-072013) 43
Berdasarkan petikan wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa MIM Karanganyar sebagai sebuah madrasah yang sudah lama berdiri menerapkan PAIKEM pada tahun 2006 ketika beberapa guru mendapatkan pelatihan dari USAID. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh EWA dalam petikan wawancara berikut. “E,, sini itu tahun 2006 mas, ketika Pak Choirul, pak Jufri dan Pak Heru pulang dari pelatihan USAID mas.” (W/EWA/PMG/24-07-2013) Sedangkan berdasar wawancara terhadap subyek penelitian lainnya diperoleh data sebagai berikut. “Saya masuk ke MI sebagai guru MI itu tahun 2006, juli 2006 saya masuk kesini, terus disini saya WB ya, maksudnya, langsung dikasih guru mapel ipa kelas 3 dan 4, lha disitu ternyata di akhir pas liburan sekolah seperti ada workshop guru, lha disitu dikenalkan istilah PAIKEM terus pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan, disitu ada banyak sekali model-model pembelajaran yang aktif, lha disitu saya baru mengenal PAIKEM yang sebenarnya ternyata banyak sekali macammacamnya, lha akhirnya mulai tahun ajaran baru setelah 2006 itu, saya terapkan ketika mengajar di kelas ini, tapi saya sudah naik ngajarnya kelas 5 dan 6 sampai saat ini.” (W/S/PMG/23-07-2013) “Nggih, saya mengetahui PAIKEM itu sudah lama, sebelum mengajar disini saya sudah tahu PAIKEM, tepatnya sewaktu kuliah dulu. Tapi untuk persisnya sewaktu mata kuliah apa saya sudah tidak begitu ingat, soalnya banyak mata kuliah yang menyinggung PAIKEM, kelihatannya mata kuliah metode pembelajaran. Namun kalau ditanya kapan menerapkannya, saya menerapkan PAIKEM baru saja, setelah wiyata bakti di madrasah ini.” (W/IBS/PMG/25-07-2013) Dari beberapa kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa mengenai kapan waktu guru MIM Karanganyar mengenal PAIKEM tidaklah sama, namun mengenai penerapan di madrasah baru dimulai pada tahun 2006. Pemahaman guru mengenai PAIKEM juga dapat dilihat berdasarkan
tujuan
mereka
menerapkan
44
PAIKEM.
Tujuan
guru
menerapkan PAIKEM dapat dicermati melalui kutipan wawancara berikut ini: “Dengan pembelajaran aktif/PAIKEM, anak-anak akan memperoleh ilmu, setelah diperoleh itu akan bertahan dalam jangka waktu yang lama, karena anak harus menemukan, mengalami, kemudian bisa menyimpulkan proses aktifitas baik itu fisik, tidak hanya alat pendengar saja, harus menemukan harus melakukan, lha itu setelah didapat ilmu yang didapat itu akan tahan lama, tidak hanya mungkin sebaliknya pembelajaran dengan drill, setelah drill disampaikan ilmu itu hanya terbatas pada untuk mengerjakan soal, itu perbedaan target paikem, maka anak-anak itu harapanya tidak hanya ilmu sebagai target untuk mengerjakan soal tapi ilmu itu bagian dari ilmu yang nanti akan tahan lama akhirnya bisa untuk bekal hidup, mungkn seperti kita saat kecil suruh kita bermain mobilmobilan atau kapal-kapalan dari kulit jeruk, jeruk bali itu, mungkin seperti saya sampai sekarang masih teringat terus, karena diusianya dia menemukan mengalami sambil bermain sambil belajar mesti gak akan lupa, tapi saat di drill ya hanya terbatas pada saget iso mengerjakan soal, rasanya ilmu itu sudah selesai, maka paikem itu kita mempunyai keyakinan ilmu itu yang didapat akan tahan lama, itu.” (W/CA/TP/23-072013) “Kita kembangkan multiple intellegency, visi sekolah kita itu semua anak mempunyai kecerdasan, mempunyai kelebihan, maka pembelajaran PAKEM itu bagian dari kita bisa menemukan potensi anak, kalau kita sekolah atau guru itu menggunakan pembelajaran dengan ceramah terus, mesti guru itu ndak akan bisa menemukan potensi anak.” (W/CA/TP/23072013) Agak berbeda dengan tujuan di atas, S dan IBS lebih menekankan alasan pribadi mengapa ia menerapkan PAIKEM dalam pembelajarannya. Berikut ini kutipan wawancara dengan kedua subyek. “Eee,,, kemarin gini, saya itu pengin ketika masuk kelas punya tehnik tersendiri dan tidak sama dengan guru yang lain gitu low,, jadi anak-anak ini tahu oh ini nanti jamnya IPA Bu Sartini.” (W/S/TP/23-07-2013) “Tujuan saya dalam menerapkan PAIKEM selain itu tuntutan atau keharusan sebagai pengajar disini, saya secara pribadi juga ingin meningkatkan kemampuan mengajar saya. Saya tidak ingin mengajar hanya sekadar ngajar, tetapi mengajar bagi saya adalah membentuk anak. Dan cara meningkatkan kemampuan mengajar saya sekaligus
45
membentuk atau mendidik anak adalah dengan PAIKEM tersebut. Jadi dengan PAIKEM saya dan anak-anak bisa sama-sama belajar. Anak aktif dan kreatif dalam belajar, saya aktif dan kreatif dalam menyiapkan pembelajaran, itu.” (W/IBS/TP/25-07-2013) Dari beberapa kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar memiliki tujuan intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan intrinsik yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri adalah adanya perasaan ingin memiliki kekhasan gaya mengajar yang berbeda dibandingkan dengan guru lainnya dan adanya dorongan ingin meningkatkan kompetensi pedagogis individu guru tersebut. Lebih dari pada itu peneliti menyadari adanya perbedaan motivasi yang berakibat berbeda tujuan dalam menerapkan PAIKEM antara subyek yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan tujuan ekstrinsik penerapan PAIKEM adalah adanya keinginan untuk menemukan potensi peserta didik yang unik dan ingin menjadikan peserta didik memiliki ilmu yang bersifat long term memories serta ilmu itu agar aplikatif bagi kehidupan mereka. B. Penerapan PAIKEM dalam Kegiatan Pembelajaran di MIM Karanganyar a. Program Pembelajaran Menurut wawancara dan dokumentasi, program pembelajaran MIM Karanganyar berbasis PAIKEM yang dijalankan adalah: “Kalau disini itu jadi program prioritas, maka harus sukses, untuk yang kita kembangkan masih fokus dipembelajaran.” (W/CA/PP/2307-2013) Pernyataan CA di atas yang berkedudukan sebagai kepala sekolah, tentunya dapat dipahami sebagai kebijakan lembaga. Artinya bahwa
46
MIM Karanganyar memandang PAIKEM sebagai bagian penting dari program pengembangan madrasah, khususnya kualitas pembelajaran. “Kita setiap semester ada yang namanya field trip, belajar diluar kelas, nanti RPPnya panjenengan bisa lihat. Disini ada namanya RPP terpadu, lha itu setiap satu semester sekali ee,,, belajar diluar kelas tidak out bond, memang belajar. Di RPP itu sudah include semua pelajaran, anak-anak nanti diluar akan, contohnya kunjungan ke OISCA, na pelajaran matematika misalnya satu atau dua soal, mengukur luas tanah, jadi itu contoh penerapan Contextual Teaching Learning. Belajar itu konteks, sesuai dengan yang kita butuhkan. Contoh lain ada pelajaran bahasa Indonesia membuat peta, jadi dari sini sampai Karangpandan itu dibuat. Semua pelajaran di RPP itu jadi satu, anak-anak kesana itu tidak bermain, nanti yang IPA pembibitan, kita pernah ini karena belum semuanya ya, anak-anak dari sana diberi bibit terong kemudian setiap minggu didampingi dari sana, ini fotonya bisa dilihat. Jadi terongnya nanti ketika sudah bisa dipanen bisa dijual anak-anak untuk pembelajaran jual-beli. Terus ada materi pertumbuhan, anak-anak dikasih anak ayam untuk dibawa pulang, dipelihara, diamatai dan diukur pertumbuhannya. Semua itu tadi kalau cuman pembelajaran ceramah 10 menit pertemuan selesai, tapi kalau PAKEM bisa mencapai dua bulan, dan itu tidak akan dilupakan seumur hidup. PAKEM tidak hanya teori dikelas tapi sudah mengarah CTL.” (W/CA/PP/23-07-2013) Penggalan wawancara diatas, mengindikasikan bahwa konsepsi program pembelajaran di MIM Karanganyar memang didesain sedemikian rupa untuk mencapai pembelajaran aktif. Siswa belajar dalam sistem kurikulum yang didesain mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selain itu juga nampak bahwa pendekatan kontekstual ikut diterapkan untuk mendukung penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar. Senada dengan CA, EWA juga menyampaikan bahwa, PAIKEM yang diterapkan dalam pembelajaran di MIM Karanganyar, tidak hanya terbatas pada dinding-dinding kelas saja. “Insyaallah sudah cukup bagus mas, jadi memang brand kita itu salah satunya pembelajaran aktif, dan itu gak hanya sekedar promosi 47
untuk mencari siswa saja, tapi memang sudah diterapkan benerbener. Kita sering pembelajaran ke luar, semisal ke pengrajin bambu, ke pertanian, ke kecamatan, kelurahan, Ibu Bupati, dan banyak lagi, yang intinya sebagai bagian dari upaya penerapan PAIKEM. Nanti panjenengan juga bisa lihat kondisi kelas sudah PAIKEM apa belum. Mungkin saat ini pas puasa dan awal tahun ajaran jadi ndak terlalu kelihatan, tapi pas dihari efektif nanti bisa terlihat jelas. Soalnya mungkin guru-guru saat ini sebenarnya masih persiapan dalam mengajar.” (W/EWA/PP/24-07-2013) Kemudian, senada dengan CA mengenai tujuan penerapan PAIKEM untuk menggali potensi siswa, EWA juga menuturkan bahwa untuk menggali potensi siswa maka dibuatlah kurikulum ekstra. Berikut kutipan wawancara dengan EWA mengenai kurikulum MIM Karanganyar. “E,,, kalau untuk kurikulum, disini itu kan sebenarnya bagian dari Muhammadiyah, maka dari itu kurikulum dalam artian mata pelajaran yang diajarkan juga perpaduan antara kurikulum nasional, pusat yang kebetulan saat ini masih menerapkan KTSP dan kurikulum yang berciri khas kemuhammadiyahan. Kurikulum yang dari MI Muhammadiyah ini ada beberapa, seperti mata pelajaran Baca Tulis Al Quran, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa, terus ada juga pengembangan diri,mungkin kalau sekolah lain istilahnya ektra kurikuler. Pengembangan diri disini ditujukan agar potensi siswa itu terdeteksi mas, memang selain itu juga sebagai upaya penyiapan kita dalam ajang lomba atau olimpiade. Untuk pengembangan diri disini ada Tapak Suci, Hizbul Wathan, Sepak Bola, Karawitan, Rebana, Futsal, Seni Lukis, Bola Voli dan Seni Tari.” (W/EWA/PP/24-07-2013) Berdasarkan wawancara dengan beberapa subyek mengenai penerapan PAIKEM dalam program kurikulum, dapat disimpulkan bahwa program kurikulum MIM
Karanganyar sudah diwarnai oleh
pembelajaran aktif, terbukti dengan adanya program field trip, pengembangan diri, kunjungan pembelajaran keluar sekolah, dan lainlain.
48
b. Metode, Alat, Media dan Sumber Belajar Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar ditinjau dari segi metode pembelajaran yang dipakai dapat dianalisa melalui beberapa kutipan wawancara dan pengamatan berikut ini: “Biasanya awal pertamanya saya kuis, kuis ABCD, kuis barisan ABCD terus anak-anak kan sudah saya suruh belajar sendiri dirumah, kemudian begitu saya masuk, ya kalau Matematika kayak mencongak itu lhow,, kalau matematika kan cenderung sendiri tapi kalau IPA itu kelompok, naa,, selain itu saya juga mengaitkan dengan subbab yang ingin saya sampaikan, jadi nanti saya menyiapkan lembar kerja siswa, terus kemudian tehnik strategi yang harus saya sampaikan misalnya tertulis di RPP yang sudah saya buat.” (W/S/MP/23-072013) Dari kutipan wawancara terhadap S diatas, dapat disimpulkan bahwa S sudah memilih permainan dalam menerapkan PAIKEM. Untuk membuktikan wawancara diatas, pengamat melakukan pengamatan. Berikut data pengamatan mengenai metode yang digunakan dalam pembelajaran. Tidak lama kemudian S melanjutkan pembelajaran dengan membagi siswa menjadi empat kelompok sesuai dengan deret meja. Selanjutnya S membuat tabel sederhana mengenai penggolongan hewan, setelah jadi maka permainanpun dimulai. Tujuan permainan ini adalah untuk mengingat materi yang sudah disampaikan pada pertemuan yang telah lalu. S memberikan pertanyaan dan masingmasing kelompok nampak berebut mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan. Bagi kelompok yang benar menjawab maka akan mendapat nilai 100. (P/MP/24-07-2013) Selain itu, berdasarkan dokumentasi yang peneliti peroleh mengenai pembelajaran aktif di MIM Karanganyar, metode yang juga dipakai adalah demonstrasi. Guru demontrasi memotong buah dan kue yang sudah dipersiapkan.Salah satu siswa disuruh mengambil potongan
49
kue/ buah tersebut. Kemudian guru bertanya jawab pada siswa berapa bagian buah/ kue yang telah diambil tadi. Kemudian guru menjelaskan bahwa potongan kue/ buah tadi adalah pecahan. Guru membimbing siswa untuk membaca dan menulis bilangan pecahan. (D/RPP) Berdasarkan, wawancara lanjutan dengan S diketahui bahwa selain permainan, S juga menerapkan metode penugasan. “Oow,, gitu, ee,, metodenya saya biasanya eksplorasi yang melengkapi LK itu saya sering, tujuannya memang anak-anak selain membacanya tidak hanya dari satu sumber dia sudah mencari sumber yg lain terus kemudian nanti dalam menjawab pertanyaan itu mudah, tapi ketika ada seperti kerja kelompok itu juga sering saya terapkan, itu,, eksplorasi LK dan kerja kelompok.” (W/S/MP/23-07-2013) Berdasarkan wawancara dengan subyek lain, diperoleh data menegenai metode yang diterapkan adalah index card match, role play, dan nonton film. “saya kan mengajar SKI di kelas 3 (tiga), biasanya saya menggunakan semacam permainan dalam pembelajaran, saya sering pakai index card match, role play juga sesekali pernah, tapi memang kalau saya dalam menerapkan metode-metode itu saya sesuaikan dengan materinya. Terkadang nonton film juga saya gunakan. Tetapi kesemuanya itu selalu saya lengkapi dengan LK.” (W/IBS/MP/25-072013) “Iya itu tadi, saya paling sering menggunakan index card match, karena saya merasa metode tersebut sangat pas digunakan untuk mengajar di kelas bawah. Jadi memang siswa bisa benar-benar aktif, mereka lebih seperti lupa bahwa kalau saat itu sedang dalam pembelajaran.” (W/IBS/MP/25-07-2013) Dari beberapa hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi diatas, dapat disimpulkan bahwa metode yang dipakai oleh guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM
adalah penugasan,
demonstrasi, index card macth, role play, dan nonton film. Disamping
50
penemuan tersebut, sangat mungkin terdapat banyak metode lain yang dipakai oleh guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM. Penggunaan alat, media dan sumber belajar dalam penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar, dapat dilihat berdasarkan wawancara dan dokumentasi berikut ini: “ketika pernapasan itu saya pakeknya gambar torso, torso itu saya bawa terus prakteknya dengan penjelasan saya ngambil dari salah satu siswa, nanti dia mempraktekan, trus kalau yang ciri khusus dan sebagainya itu nanti saya pakainya pakai LCD, jadi nanti disana ada proses kayak pernapasan nanti kan ada gambar yang bergerak seperti itu, ya itu yang jelas bisa menanamkan konsep ke anak lebih matang lagi.” (W/S/AMS/23-07-2013) “Itu penting sekali ya, meskipun tidak selalu, tetapi hampir setiap saya mengajar selalu bawa media. Terkadang saya sendiri yang buat medianya, tetapi siswa kadang-kadang juga saya minta membuat media, seperti ketka bermain peran, iya siswa yang saya minta membuat kostum sederhana, saya cuman menyiapkan teks bacaannya dan membagi tugas masing-masing anak saja. Kesimpulan saya, peran alat dan media sangat penting, karena alat dan media adalah salah satu sarana dalam mengaktifkan anak dan membuat mereka lebih inovatif.” (W/IBS/AMS/25-07-2013) “Dengan PAIKEM pembelajaran bisa menggunakan semua metode, lingkungan sebagai sumber belajar, barang bekas bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.” (W/CA/AMS-CMH/23-07-2013) Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, guru MIM Karanganyar memahami bahwa peran alat, media dan sumber belajar itu
sangat
penting.
Dan
dalam
menerapkannya
semuanya
dikembalikan kepada masing-masing guru. Jadi, tergantung kreatifitas dan inovasi dari guru masing-masing.
51
c. Pengelolaan kelas Menurut wawancara, pengelolaan kelas yang dilakukan dalam upaya menerapkan PAIKEM di MIM Karanganyar adalah: “Berubah mas,, setiap ada sub bab yang harus kami ubah misalnya perlu diskusi ya kami begitu masuk kelas itu diubah ke kelompok diskusi kemudian nanti sesuai dengan strategi pembelajaran yang ada di RPP nanti ooo,, hari ini saya mau menerapkan diskusi kelompok itu berarti kelas bentuknya kelompok seperti itu. Kalau disini setiap satu minggu sekali itu pasangan tempat duduk terus denah tempat duduk mesti berubah, denahnya bisa berubah walaupun kembali lagi kemaren seperti ini,,tapi nanti besuk senin dibuat leter U terus kemudian bisa dibuat yang bentuknya V, seeprti itu . Anu wali kelas berperan disana, jadi kalau setiap senin jam pertama sampai ketiga kan wali kelas, jadi wali kelas itu bertugas mengondisikan siswa mengubah pasangan tempat duduk dan denah tempat duduk, seperti itu.” (W/S/PK/23-07-2013) “Emm, nanti Anda bisa lihat sendiri ya, kalau pengaturan kelas itu sudah dikondisikan oleh wali kelas, jadi untuk mading, dinding pajangan kreatifitas siswa, perpustakaan kelas, itu semua sudah menjadi tanggung jawab wali kelas. Tetapi kalau untuk seting tempat duduk atau pengelolaan siswa saya biasa merubah sesuai kebutuhan saya. Semisal pas ada diskusi iya tempat duduk saya bentuk sesuai dengan suasana kebutuuhan diskusi.” (W/IBS/PK/25-07-2013) Berdasarkan wawancara diatas, dapat diketahui bahwa untuk pengelolaan kelas, MIM Karanganyar menugaskan kepada wali kelas dan juga kepada guru yang mengajar dengan disesuaikan dengan materi yang ingin disampaikan. Sedangkan dari pengorganisasian kelas, dapat dicermati berdasarkan hasil pengamatan berikut: Terlihat kelas sangat bersih dan rapi dengan lantai keramik putih dibagian bawahnya. Dibagian depan kelas terdapat white board dengan spidol terletak di sisi bawahnya. Diatas white board tersebut ada TV LCD besar. Disamping kanan dan kiri atas papan tersebut terdapat masing-masing satu speaker aktif. Sedang dibagian paling atas terdapat foto presiden RI dan wakilnya. Sedang disisi kanan dan kiri kelas terdapat deretan jendela ukuran besar yang menyebabkan sinar matahari masuk dengan bebas. Di sepanjang jendela dan dinding
52
bagian belakang terdapat nama-nama siswa yang diatasnya ada gantungan, gantungan tersebut ditujukan untuk menggantung hasil kerja siswa sesuai dengan nama siswa masing-masing. Dibagian depan disamping meja guru terdapat lemari yang berisi buku-buku pelajaran dan buku anak-anak. Lemari tersebut merupakan perpustakaan kelas. Sedangkan di sudut kiri bagian depan ruang kelas berdiri sebuah dispenser, yang dihari-hari biasa merupakan tempat minum siswa. Dibagian tengah kelas nampak susunan tempat duduk yang bergerombol menjadi empat kelompok. (P/PK/23-07-2013) Berdasarkan hasil pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa dari segi fasilitas penunjang pembelajaran aktif MIM Karanganyar sudah
cukup
memadai.
Terdapat
kelas
dengan
pengorganisasiannya sudah cukup baik. Masing-masing kelas terdapat perpustakaan kelas, dinding pajangan kerja siswa, mading kelas, pencahayaan cukup, suasana tidak pengap dan dilihat dari posisi tempat duduk tidak monoton atau berderet saja. Selain itu hasil dari kreatifitas siswa tidak hanya sekedar dinilai dan dibawa pulang, tetapi dipajang sebagai bentuk penghargaan kepada siswa. Dan hal ini merupakan cara yang tepat agar siswa terus inovatif dan berpikir kritis. d. Peran guru dan siswa Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar ditinjau dari segi peran guru dan siswa dalam pembelajaran dapat dianalisa melalui beberapa kutipan wawancara dan pengamatan berikut ini: “Prosespun kalau guru itu persiapannya baik, dalam proses belajar mengajarpun lebih enak guru itu, karena sebagai fasilitator tidak center belajar. Waktunya hanya 15 menit ceramah setiap kali pertemuan yang lain siswa sudah aktif.” (W/CA/PRG/23-07-2013)
53
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam proses pembelajaran PAIKEM, guru berperan sebagai fasilitator. Dengan batasan waktu ceramah kurang lebih 15 menit setiap kali pertemuan. Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran dapat
dilihat
berdasarkan
beberapa
kutipan
wawancara
dan
pengamatan dibawah ini. “Pengalaman saya dalam menerapkan PAIKEM siswa bisa aktif dalam pembelajaran, namun terkadang juga ada siswa yang aktif tapi aktifnya gojeg. Sebagai contoh ketika saya menerapkan index card match, ada beberapa siswa yang dalam bermain itu bener-bener tidak menganggap sebagai belajar, akhirnya malah gojeg. Tetapi memang secara garis besar anak-anak menjadi lebih aktif dan lebih bisa dekat dengan saya. Anak-anak lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya pada saya, meskipun ada anak yang dalam mengemukakan pendapat itu asal ngomong alias bercanda.” (W/IBS/PRS/25-07-2013) “anak-anak itu cenderung aktif, ketika saya memberikan pertanyaan semua mata tertuju ke saya gitu low... .terus ketika saya butuh mencatatkan materi yang perlu saya catat itu tidak saya yang nyatat langsung turut itu tidak, tapi siapa yang bisa dan berani maju silahkan mengungkapkan pendapatnya. Iya, begitu, anak itu tidak takut gitu lhow,, jadi ketika “saya bu” iya pokoknya yang belum pernah maju sama sekali harus maju, itu dadi nanti berani maju.” (W/S/PRS/23-07-2013) S memberikan pertanyaan dan masing-masing kelompok nampak berebut mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan. (P/PRS/24-07-2013) “setelah itu S mengadakan kesepakatan dengan siswa, sanksi apa yang nantinya akan diberikan kepada siswa yang telat masuk pelajaran. Setelah berapa lama akhirnya disepakati yang telat harus berdiri di depan kelas untuk menjawab pertanyaan dari siswa lain. Sesuai kesepakatan akhirnya siswa yang telat diberikan sanksi, terlihat banyak siswa yang antusias ingin memberikan pertanyaan kepada mereka. (P/PRS-PRG/24-07-2013)
54
Dari beberapa kutipan wawancara dan pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran siswa di dalam pembelajaran MIM Karanganyar siswa sudah bisa aktif, meskipun terkadang ada kondisi tertentu siswa menjadi terlalu aktif. Selain itu untuk melatih siswa berpikir kritis guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menentukan
peraturan
berdasarkan
kesepakatan
bersama
dan
memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapat di dalam kelas. C. Faktor
yang
Mempengaruhi
Penerapan
PAIKEM
di
MIM
Karanganyar a. Faktor Pendukung Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar Faktor pendukung penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar dapat diketahui dari hasil wawancara berikut ini: “maka kita berkomitmen, berkomitmen dengan jumlah siswa yang dulu sudah enamratusan.” (W/CA/PDP/23-072013) “Sebenarnya kalau secara finansial materi itu tidak. Tapi lebih kekreatifitasan guru. Contohnya dalam menggunakan sempoa, guruguru itu pinter, cukup menggunakan bambu dan gabus yang ditusukkan ke bambu itu, ini puluhan, ini satuan, akhirnya sebenarnya gak butuh biaya yang banyak dan muncul ide-ide dari guru itu sendiri. Dengan PAKEM ide-ide itu akan tumbuh.” (W/CA/FDP/2307-2013) Berdasarkan penuturan CA tersebut diatas, faktor pendukung penerapan PAIKEM adalah komitmen dan sikap kreatif guru dalam menerapkan PAIKEM.
55
b. Faktor Penghambat Penerapan PAIKEM Berdasarkan wawancara, faktor penghambat penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar adalah: “Mungkin sarana, dukungan finansial kurang.” (W/CA/FHP/23-072013) “Ee.... kita kadang punya, jam mengajar guru-guru kita itu banyak, maka kesiapan mengajar itu seperti LK dan RPP itu tidak selalu siap.” (W/CA/FHP/23-07-2013) “Maka kesimpulan awal PAIKEM itu tidak sulit, hanya terkadang masalah perspektif.” (W/CA/FHP/23-07-2013) “Dan yang ditakutkan mungkin nilai UN, apakah kalau tidak di drill akan selesai apa tidak. Tapi sebenarnya tidak juga, pembagian waktu yang baik dengan PAIKEM itu bisa. Jadi masalah hanya soal perspektif guru saja.” (W/CA/FHP/23-07-2013) “Saya rasa hambatan yang signifikan untuk sekarang ini ndak ada, cuman dulu pas awal-awalnya mungkin ada. Semisal kesiapan guru, yang tadinya ngajar hanya sekedar ngajar kemudian dituntut harus bawa ini itu, pae ini itu, jadi seolah-olah ada tuntutan kerja yang lebih berat dalam mempersiapkan pembelajaran. Selain itu mungkin dulu pola pikir guru yang belum terkondisikan, bahwa mengajar itu ya ceramah, kalau menggunakan PAIKEM akan sulit, biaya mahal, target materi tidak selesai, mikir ini itu yang ujungnya melemahkan keyakinan diri sendiri dalam menerapkan PAIKEM.” (W/EWA/FHP/24-07-2013) “Kadang kendalanya begini, sudah sampai di kelas tapi ternyata alat peraganya lupa terus harus kembali ngambil, tapi biasanya saya nyuruh anak untuk ngambilkan alat peraga tersebut.” (W/S/FHP/2307-2013) “ Yoo,, pernah ketika harus membuat alat peraga sendiri, harus mencari harus membeli alat-alatnya itu kadang tidak sesuai dengan buku.” (W/S/FHP/23-07-2013) “Sebenarnya kalau hambatan itu tidak begitu terasa ya, paling mengenai kesiapan saya sendiri dalam mengajar yang terkadang terasa merepotkan. Harus membuat ini dan itu. Harus cari ini dan itu. Yang kalau dipikir-pikir kadang kita merasa menjadi guru itu tuntutannya sangat berat. Iya itu, paling, soalnya kalau dikelas penerapannya sudah enak, yang sulit cuman persiapannya”. (W/IBS/FHP/25-07-2013)
56
Berdasarkan beberapa wawancara diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang menghambat penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar, yaitu: 1) Kekurangan finansial yang menyebabkan kurang terpenuhinya sarana pembelajaran. 2) Persiapan mengajar guru dalam menyiapkan LK dan RPP masih belum sepenuhnya siap. 3) Masalah perspektif guru terhadap PAIKEM bahwa penerapannya akan sulit, menghabiskan waktu dan perlu biaya mahal menyebabkan guru ragu dan tidak maksimal dalam menerapkan PAIKEM. 4) Kelalaian guru dalam pembelajaran, seperti kasus subyek S, dimana dia mengalami lupa dalam membawa alat peraga yang sudah disiapkan. c. Cara Mengatasi Hambatan dalam Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar Berdasarkan
wawancara
cara
mengatasi
hambatan
penerapan
PAIKEM di MIM Karanganyar adalah: “Tapi dengan paikem pembelajaran bisa menggunakan semua metode, lingkungan sebagai sumber belajar, barang bekas bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Maka dengan paikem barang bekas, lingkungan bisa dijadikan sebagai sumber dan bahan pembelajaran. Sehingga tidak terbatas sekolah itu tidak berkembang karena tidak mempunyai biaya, kadang terbatas tidak mempunyai alat, lab, yang harus kita beli-beli gitu, keterbatasan karena kita merasa mesti ada yang kurang maka kita kembangkan lingkungan itu sumber pembelajaran, nanti panjenengan lihat batu krikil, anak-anak dihalaman itu bisa kita manfaatkan sebagai alat pembelajaran
57
matematika berhitung, tidak harus beli yang sempoa yang dari pabrikan itu harus beli, itu yang pertama mesti kita laksanakan sebagi keharusan program target program pembelajaran kita dengan PAKEM bisa memanfaatkan lingkungan, barang bekas sebagai sumber belajar.” (W/CA/CMH/23-07-2013) Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa, cara mengatasi hambatan PAIKEM yang berupa keterbatasan alat, adalah dengan memanfaatkan lingkungan dan barang bekas sebagai sumber belajar. Senada dengan hal tersebut S menyampaikan bahwa, cara mengatasi hambatan keterbatasan alat adalah dengan cara memaksa diri untuk kreatif membuat alat peraga sendiri. “Yoo,, pernah ketika harus membuat alat peraga sendiri, harus mencari harus membeli alat-alatnya itu kadang tidak sesuai dengan buku itu akhirnya harus kreatif sendiri, seperti itu.” (W/S/FHPCMH/23-07-2013) Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa cara mengatasi hambatan, guru juga memanfaatkan barang bekas sebagai media pembelajaran. Sedangkan untuk mengubah persepsi guru tentang PAIKEM, usahausaha yang dilakukan dapat dilihat berdasarkan kutipan-kutipan wawancara dibawah ini: “karena itu guru-guru kita selalu kita dampingi terus dalam hal prota, promes, RPP. Tiap sabtu itu bagian dari pendampingan terus. Jadi pendampingan mingguan itu merupakan upaya persiapan mengajar pada minggu berikutnya.” (W/CA/CMH/23-07-2013) “Disini kan ada semacam KKG (Kelompok Kerja Guru), jadi dalam kesempatan tersebut bisa dipakai untuk mengecek ketepatan temanteman dalam membuat RPP. Sebenarnya tidak hanya saya sih, bahkan Pak Chairul juga terjun langsung.” (W/EWA/CMH/24-07-2013)
58
“Yang pertama, yang paling terasa itu niat yang kuat dari dalam diri masing-masing guru tersebut, soalnya meskipun sistemnya ada tapi mereka ndak niat juga akhirnya sama saja. Yang kedua itu, saya rasakan sendiri dukungan dan bimbingan dari bapak Kepala Madrasah yang selalu mendampingi dalam penerapan PAIKEM ini, beliau kalau saya lihat itu memang bener-benar all out mendampingi kita. Yang ketiga mungkin adanya jalinan kerjasama sekolah dengan stakeholder yang sangat baik, semisal OISCA, komite, dan wali murid. Karena memang harus diakui bahwa PAIKEM itu butuh biaya, meskipun tidak semuanya biaya ya, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa dilepaskan dari biaya, semisal penyediaan LK, field trip dan sebagainya.” (W/EWA/CMH/24-07-2013) “Tapi karena sekarang sudah ada IT maka hal tersebut sudah bukan halangan, guru sudah mudah dalam mencari gambar misalnya.” (W/CA/CMH/23-07-2013) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui untuk membentuk mindset bahwa PAIKEM itu mudah dan bisa diterapkan, ada beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu: 1) Adanya bimbingan dan pendampingan yang intensif Bimbingan dan pendampingan dilakukan melalui KKG yang dilakukan tiap minggu. Tujuan dari KKG ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan PAIKEM dan menyiapkan pembelajaran selama satu minggu kedepan. Selain itu juga ada pendampingan langsung dari kepala sekolah dalam menerapkan PAIKEM. 2) Menjalin kerjasama dengan stake holder yang sebanyak-banyaknya untuk menunjang pelaksanaan PAIKEM. 3) MIM Karanganyar menyediakan sarana prasarana bagi para guru untuk memudahkan para guru dalam mempersiapkan bahan pembelajaran.
59
BAB IV Pembahasan A. Motivasi Guru MIM Karanganyar dalam Menerapkan PAIKEM Motivasi guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM berbeda-beda antara guru satu dengan yang lainnya. Secara keseluruhan motivasi guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM dapat dilihat dari tujuan mereka menerapkan PAIKEM dan penempatan PAIKEM dalam program pembelajaran. Adapun tujuan penerapan PAIKEM dapat dibagi menjadi dua, yaitu bagi siswa dan bagi guru itu sendiri. Guru memahami tujuan diterapkannya PAIKEM bagi siswa adalah untuk mewujudkan long term memories pada siswa sehingga ilmu yang didapat mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, menggali potensi siswa, dan mengaktifkan siswa. Rusman (2011: 324) mengemukakan dalam pembelajaran aktif siswa diberi keluasaan untuk mengakses informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji di dalam kelas, sehingga mereka memperoleh pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensi dan pemahamannya, sehingga informasi dan pengetahuan yang sudah diperoleh serta dikontruksi oleh siswa sesuai dengan kemampuannya masing-masing dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM memiliki tujuan membentuk long term memories pada siswa yang hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Rusman tersebut. Akan tetapi perbedaan dalam cara mewujudkan tujuan tersebut berbeda. Rusman menitikberatkan pada akses 60
yang luas terhadap informasi sedangkan MIM Karanganyar selain hal tersebut juga menerapkan Contextual Theaching Learning sebagai upaya agar ilmu yang sudah dikontruksi siswa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi untuk mencapai tujuan penerapan PAIKEM, dalam praktik di lapangan dibutuhkan perpaduan dengan model pembelajaran lainnya. Sedangkan tujuan penerapan PAIKEM di sisi guru adalah untuk memiliki ciri khas dalam mengajar serta meningkatkan kompetensi pedagogis guru. Dalam hal ciri khas dalam mengajar, guru MIM Karanganyar memandang bahwa dengan menerapkan metode tertentu mereka akan dikenal unik oleh siswa yang berujung dengan meningkatnya antusias siswa dalam belajar. Dalam penerapan PAIKEM sebenarnya tidak hanya mampu meningkatkan kreatifitas siswa tetapi juga kreatifitas guru. Sadar atau tidak, ingin atau tidak sekolah yang menerapkan PAIKEM akan menuntut guru untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan kompetensi pedagogis guru. Kompetensi pedagogis guru MIM Karanganyar dapat dilihat dari kekreatifitasannya dalam menyiapkan pembelajaran. Sisi kreatif guru juga tercermin dari programprogam pembelajaran yang dicanangkan madrasah. Guru MIM Karanganyar memahami bahwa PAIKEM itu sangat dibutuhkan, sehingga mereka menjadikan PAIKEM sebagai program prioritas yang diwujudkan melalui beberapa program andalan, yakni field trip, pengembangan diri, dan pembelajaran out class untuk mencari sumber belajar ahli.
Hal
ini
dilakukan
untuk
mengaktifkan
61
siswa
sesuai
dengan
kecenderungan belajarnya. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 33) sebenarnya mengenai keaktifan siswa dalam belajar, kita tidak bisa mengidentikkan siswa menjadi dua tipe semata, yaitu siswa aktif dan siswa tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada dasarnya tidak ada siswa yang dalam pembelajaran memiliki kadar keaktifan nol. Keaktifan siswa menurutnya hanya merupakan indikasi kecenderungan modus belajar siswa, siswa dengan kadar keaktifan rendah cenderung memilili modus ekpositori, sedangkan siswa yang memiliki kadar keaktifan tinggi cenderung bermodus discovery. Program field trip yang dilakukan di MIM Karanganyar dalam kenyataannya selain mengarah ke PAIKEM juga sekaligus dekat dengan prinsip CTL. Siswa di luar kelas belajar mengenai materi yang dihubungkan dengan dunia anak. Sekaligus melatih inquiry siswa. Selain itu field trip juga selaras dengan apa yang disampaikan oleh Silberman dalam Daryanto (2009: 162) bahwa belajar aktif menghendaki siswa menggunakan otaknya untuk mempelajari gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka
pelajari.
Yang
memahaminya sendiri,
paling mencari
penting
siswa
contoh-contoh,
juga
harus
berusaha
mencoba menerapkan
keterampilan, dan melaksanakan tugas yang bergantung pada pengetahuan yang sudah maupun yang arus dimiliki. Program pengembangan diri dan out class yang diterapkan di MIM Karanganyar mempunyai makna tersendiri dalam penerapan PAIKEM. Program pengembangan diri lebih menonjolkan aspek keaktifan dan menyenangkan dalam hal belajar. Siswa memilih kegiatan ekstra kurikuler
62
yang diminati dan selanjutnya mereka belajar bersama fasilitator ahli. Sehingga dari program inilah kemudian muncul siswa berprestasi dalam perlombaan diberbagai tingkat. Program out class di madrasah ini sebenarnya dalam praktiknya lebih merupakan program masing-masing guru, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Dengan adanya program ini diharapkan pembelajaran akan lebih efektif. Pengertian efektif itu sendiri Saminanto (2012: 10) mengungkapkan bahwa yang dimaksud efektif adalah selama pembelajaran berlangsung mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran, siswa menguasai kompetensi serta keterampilan yang diharapkan. Dalam out class siswa belajar dari sumber ahli, semisal belajar kepada Bupati Karanganyar dalam mata pelajaran IPS Kelas III materi Pemerintahan Daerah. Untuk mengetahui seberapa keefektifan proses belajar tersebut dapat diperbandingkan dengan materi yang sama tetapi sumber belajarnya adalah guru atau buku. Tentu saja dengan alokasi waktu yang sama maka tingkat keefektifan out class dapat dipastikan lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional. B. Penerapan
PAIKEM
dalam
Kegiatan
Pembelajaran
di
MIM
pembelajaran
yang
Karanganyar Penerapan
PAIKEM
dalam
kegiatan
diselenggarakan MIM Karanganyar tidak bisa terlepas dari pemilihan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Metode itu sendiri adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007:
63
61). Selain alat untuk mencapai tujuan metode juga berfungsi sebagai alat motivasi ekstrinsik dan strategi pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2006: 74). Metode berbasis PAIKEM berarti cara-cara yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam menerapkan PAIKEM metode yang sering dipakai oleh guru-guru adalah index card match, role play, eksplorasi yang dilengkapi LK, demonstrasi, kuis, dan permainan. Dari beberapa metode yang sering dipakai oleh guru tersebut kesemuanya
bertujuan
untuk
mengaktifkan
siswa,
mengefektifkan
pembelajaran, dan sebagai ciri khas guru dalam mengajar. Kebanyakan guru di MIM Karanganyar menggunakan metode eksplorasi yang dilengkapi Lembar Kerja (LK) siswa. Lembar kerja yang dipakai di madrasah ini bukan seperti lembar kerja pada umumnya, yang biasanya dibeli dari percetakan tetapi dibuat sendiri oleh guru ketika membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja juga digunakan sebagai alat evaluasi. Sedangkan alat dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak jauh berbeda dari madrasah lainnya seperti LCD, torso, KIT IPA, KIT matematika, gambar dan sebagainya. Hanya saja yang membedakannya adalah di MIM Karanganyar terkadang guru kreatif membuat alat dan media pembelajaran sendiri. Alat dan media hasil kreatifitas guru sendiri tersebut ada yang berasal dari barang bekas dan barang sederhana. Sebagai contoh sempoa dari gabus dan jantung dari balon yang dipadukan dengan botol mineral bekas. Sehingga alat dan media yang dipakai tidaklah harus yang mahal.
64
Sumber belajar yang digunakan selain dari buku juga dari lingkungan sekitar. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar ini sejalan dengan prinsip PAIKEM yang dikemukakan oleh Saminanto (2012: 10), bahwa lingkungan dapat berfungsi sebagai media, sumber, dan objek belajar siswa.
PAIKEM
sebaiknya
mampu
mengenalkan
siswa
kepada
lingkungannya (fisik, sosial, dan budaya). Karena informasi yang dibangun oleh siswa nantinya juga akan dibawa ke dalam lingkungan. MIM Karanganyar dalam mencari sumber belajar sering mengadakan kegiatan pembelajaran diluar kelas. MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM juga memperhatikan pengorganisasian kelas. Pengorganisasian kelas tersebut dibagi menjadi dua yaitu pengeloaan siswa dan pengelolaan sarana dan prasarana kelas. Pengelolaan siswa dilakukan melalui penyesuaian terhadap materi yang akan diajarkan dengan memvariasi tempat duduk dan pengelompokan siswa. Pengelolaan sarana dan prasarana kelas dilakukan melalui penataan ruang kelas sedemikian rupa sehingga murid merasa nyaman dan dapat aktif didalam kelas. Dalam hal pengelolaan kelas ini yang menarik adalah bahwa MIM Karanganyar untuk mewujudkan pengelolaan kelas membentuk sistem yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas dibebankan terutama kepada guru kelas yang memiliki jam mengajar hari pertama pada jam-jam awal. Semua upaya pengorganisasian itu bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, nyaman, mengelola pemerataan kemampuan siswa, dan untuk mewujudkan pembelajaran yang
65
aktif yang efektif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mulyadi (2009: 5) dalam bukunya Classroom Management yang menyatakan setidaknya ada 4 (empat) tujuan pengelolaan kelas, yaitu: e. mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka secara maksimal. f. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. g. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka dalam kelas. h. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya. Dalam kegiatan pembelajaran di MIM Karanganyar guru berperan sebagai fasilitator dan mengondisikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Sedangkan siswa aktif dan kritis di dalam belajar. Untuk mengaktifkan siswa dan menstimulus kekritisan siswa guru melakukan salah satunya dengan melibatkan siswa dalam membuat konsensus bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2011: 324) yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif menghendaki adanya peran guru sebagai fasilitator bukan sebagai instruktur semata. Guru berperan mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran, serta memberikan arahan dan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran.
66
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar 1. Faktor Pendukung Penerapan PAIKEM Faktor pendukung penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar adalah: 1. Adanya komitmen yang kuat dari seluruh tenaga pendidik. Hal ini berawal ketika pada tahun 2006 tiga guru perwakilan MIM Karanganyar kembali dari pelatihan pembelajaran aktif USAID. Sejak saat itu ketiga guru tersebut berkomitmen untuk memotori penerapan PAIKEM di madrasah tersebut. Dan akhirnya, saat ini seluruh guru yang tentunya dimotori oleh Kepala Madrasah berkomitmen untuk menerapkan PAIKEM di MIM Karanganyar. Selain itu komitmen yang kuat juga disebabkan oleh peran Kepala Madrasah dalam me-manage segala potensi madrasah termasuk guru. 2. Kekreatifitasan guru Faktor pendukung penerapan PAIKEM yang penting setelah kemauan atau komitmen adalah adanya sikap kreatif dari guru itu sendiri dalam perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran. Komitmen yang kuat dapat menghadirkan sikap ingin belajar dan ingin berhasil. Jika kondisi penerapan terbentur dengan kesulitan atau keterbatasan maka akan melahirkan sikap kreatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal penerapan PAIKEM, sikap kreatif guru MIM
Karanganyar
tercermin
67
dari
kemampuannya
dalam
mempersiapkan
perangkat
pembelajaran,
khususnya
media
pembelajaran. 2. Faktor Penghambat Penerapan PAIKEM Faktor penghambat PAIKEM dapat dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam pribadi guru itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan, khususnya lingkungan MIM Karanganyar. 1. Faktor internal Faktor internal yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri adalah persepsi guru yang salah terhadap PAIKEM, seperti PAIKEM itu sulit, waktu pembelajaran menjadi tidak efektif, butuh biaya mahal, keengganan untuk bekerja lebih keras, dan kelalaian guru dalam mengajar. Pada awalnya banyak guru-guru yang enggan menerapkan PAIKEM
karena
menyulitkan
guru
alasan
tersebut.
dibandingkan
PAIKEM
dianggap
menggunakan
lebih
pembelajaran
konvensional (semata-mata ceramah). Guru juga merasa kesulitan ketika harus menyiapkan banyak perangkat sebelum pembelajaran. Kesulitan yang dirasakan guru biasanya meliputi kesulitan memilih metode yang tepat, kesulitan dalam menyiapkan atau menggunakan alat dan media pembelajaran, dan kesulitan dalam mengelola kelas. Mereka pada awalnya merasa bahwa alat dan media yang dipakai
68
mahal dan membutuhkan biaya banyak serta waktu pembelajaran menjadi tidak efektif karena hanya dihabiskan untuk bermain. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal yang berasal dari luar pribadi guru adalah sarana dan finansial yang kurang serta jam mengajar guru yang banyak. Pembelajaran aktif yang diterapkan oleh MIM Karanganyar mau ataupun tidak tentu saja membutuhkan dana. Sebagai madrasah swasta tentunya untuk menyediakan sarana dan prasarana MIM Karanganyar juga dihadapkan masalah pendanaan. Kedua, jam mengajar guru yang banyak sehingga berpengaruh pada kesiapan guru dalam menyiapkan pembelajaran. 3. Cara Mengatasi Hambatan Penerapan PAIKEM Cara
mengatasi
hambatan
penerapan
PAIKEM
di
MIM
Karanganyar adalah: 1. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar serta barang bekas sebagai alat dan media pembelajaran Dalam menerapkan PAIKEM guru bebas memilih metode dari sekian banyak metode yang sudah ada. Pemilihan metode disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Di dalam menerapkan PAIKEM sumber belajar tidak harus berasal dari buku ataupun guru melainkan juga dari lingkungan sekitar. Semisal, kebun, halaman sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya.
69
2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung Untuk mengatasi kesulitan guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, maka MIM Karanganyar melakukan pengadaan fasilitas internet dan menghimbau agar seluruh guru mampu menggunakan komputer atau memiliki laptop. Dengan adanya fasilitas internet tersebut guru menjadi lebih mudah dalam menyiapkan perangkat pembelajaran semisal RPP dan Lembar Kerja. 3. Mengadakan pendampingan yang intensif Pendampingan dilakukan oleh guru yang sudah mendapatkan pelatihan oleh USAID pada tahun 2006. Pendampingan dilakukan melalui pendampingan langsung kepada individu maupun melalui pelatihan kepada guru secara berkelompok. Tujuan dari adanya pendampingan yang intensif ini adalah untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan menerapkan PAIKEM. Pendampingan secara individu dilakukan dengan cara guru fasilitator ikut masuk dan mengamati proses pembelajaran yang terjadi, shingga dapat diketahui kekurangan atau kelemahan guru dalam menerapkan PAIKEM. Setelah itu baru diadakan bimbingan secara personal kepada guru tersebut. Sedangkan pendampingan secara berkelompok dilakukan melalui Kelompok Kerja Guru dan workshop. KKG dilakukan seminggu sekali dengan tujuan mendampingi guru mempersiapkan pembelajaran untuk satu minggu yang akan datang sekaligus membahas hambatan-hambatan yang dialami oleh guru dalam
70
mengajar. Di dalam KKG juga diadakan kegiatan tutor sebaya, yakni guru yang dirasa sudah mampu menerapkan PAIKEM dengan baik diminta mengajar di depan guru lainnya. Workshop dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru sekaligus pengarahan kepada guru dalam pembelajaran. 4. Mencari dukungan yang kuat dari stakeholder Untuk memperkuat kerjasama dengan wali murid, selain dibentuk komite sekolah atau madrasah, MIM Karanganyar juga membentuk Paguyuban Orangtua Siswa. Jika komite madrasah adalah perwakilan wali murid dalam lingkup sekolah, maka paguyuban ini hanya terbatas pada lingkup kelas. Tujuan diadakannya paguyuban ini adalah agar orangtua memantau, membantu, dan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran putera-puteri mereka. Orangtua bisa diminta sebagai sumber belajar dan membantu dalam penyiapan lembar kerja. Sehingga guru hanya membuat lembar kerja tetapi dalam menyiapkannya semisal fotokopi itu adalah tanggung jawab orangtua. Selain itu MIM Karanganyar juga aktif menggalang kerjasama dengan banyak pihak seperti USAID, OISCA melalui program CFP (Children Forest Progame), tenaga ahli atau pakar pendidikan, Dinas Kesehatan Kota dan lainnya.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Motivasi Guru MIM Karanganyar dalam Menerapkan PAIKEM Motivasi guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM dapat dibagi menjadi dua, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Motivasi ekstrinsik menerapkan PAIKEM adalah agar siswa mempunyai ilmu yang bersifat long term memories sehingga ilmu yang didapat mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu PAIKEM diterapkan untuk menggali potensi siswa sekaligus sebagai sebuah metode untuk mengaktifkan siswa. Motivasi intrinsik guru menerapkan PAIKEM adalah untuk memiliki ciri khas dalam mengajar serta meningkatkan kompetensi pedagogis guru. Guru ingin dikenal dengan gaya mengajar tertentu setelah menerapkan PAIKEM. Dan kompetensi guru akan meningkat setelah menerapkan PAIKEM yang menuntut guru untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Selain hal tersebut Guru MIM Karanganyar juga memahami bahwa PAIKEM memiliki arti penting dalam pengembangan kompetensi siswa. Sehingga mereka menempatkan PAIKEM sebagai program prioritas yang diwujudkan melalui beberapa program andalan, yakni field
72
trip, pengembangan diri, dan pembelajaran out class untuk mencari sumber belajar ahli. 2. Penerapan PAIKEM dalam Kegiatan Pembelajaran di MIM Karanganyar. Penerapan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Metode yang dipakai oleh guru-guru adalah index card match, role play, eksplorasi yang dilengkapi LK, demonstrasi, kuis, dan permainan. b. Alat dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak jauh berbeda dari madrasah lainnya seperti LCD, torso, KIT IPA, KIT matematika,
gambar
dan
sebagainya.
Hanya
saja
yang
membedakannya adalah di MIM Karanganyar guru berkreasi membuat alat dan media pembelajaran sendiri, seperti sempoa yang dibuat dari gabus bekas dan organ paru-paru yang dibuat dari balon dan botol mineral bekas. Alat dan media hasil kreatifitas guru sendiri tersebut berasal dari barang bekas dan barang sederhana. c. Sumber belajar yang digunakan selain dari buku juga dari lingkungan sekitar. d. Pengorganisasian kelas di MIM Karanganyar meliputi pengeloaan siswa serta pengelolaan sarana dan prasarana kelas. Pengelolaan kelas dilakukan oleh wali kelas yang memiliki jadwal mengajar pada jam awal pelajaran dihari pertama setiap minggunya.
73
e. Dalam kegiatan pembelajaran di MIM Karanganyar guru berperan sebagai fasilitator dan mengondisikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar a. Faktor Pendukung Penerapan PAIKEM Faktor yang mendukung dalam penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar adalah: 1) Adanya komitmen yang kuat dari seluruh tenaga pendidik untuk menerapkan PAIKEM. 2) Adanya managerial yang bagus dari Kepala Madrasah dalam hal perencanaan dan penerapan PAIKEM sehingga guru mau dan mampu menerapkan PAIKEM. 3) Kekreatifitasan guru yang tercermin dari kemampuannya dalam mempersiapkan
perangkat
pembelajaran,
khususnya
media
pembelajaran. b. Faktor Penghambat Penerapan PAIKEM Faktor penghambat PAIKEM dapat dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yaitu internal dan eksternal. 1) Faktor internal, yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri adalah persepsi guru yang salah terhadap PAIKEM, seperti PAIKEM itu sulit, waktu pembelajaran menjadi tidak efektif, butuh biaya mahal,
74
keengganan untuk bekerja lebih keras, dan kelalaian guru dalam mengajar. 2) Faktor eksternal, yang berasal dari luar pribadi guru adalah pertama, sarana dan finansial yang kurang dan jam mengajar guru yang banyak sehingga berpengaruh pada kesiapan guru dalam menyiapkan pembelajaran. c. Cara Mengatasi Hambatan Penerapan PAIKEM Cara yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam penerapan PAIKEM adalah: 1) Memanfaatkan
lingkungan
sebagai
sumber
belajar
serta
memanfaatkan barang bekas sebagai alat dan media pembelajaran. 2) Menyediakan sarana dan prasarana pendukung semisal pemasangan internet, pengadaan kebun madrasah, dan laboratorium. 3) Mengadakan pendampingan yang intensif oleh Kepala Madrasah dan guru fasilitator kepada guru-guru yang masih belajar menerapkan PAIKEM. Pendampingan dilakukan dengan cara pendampingan langsung dan pendampingan melalui forum Kelompok Kerja Guru. 4) Mencari dukungan yang kuat dari stakeholder. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran MIM Karanganyar menjalin kerjasama dengan banyak pihak. Dengan orangtua wali murid selain membentuk komite madrasah, madrasah juga membentuk Paguyuban Orangtua Siswa dalam lingkup kelas.
75
Dengan pihak luar MIM Karanganyar juga aktif menjalin kerjasama dengan pihak seperti OISCA (Organization for Industrial,
Spiritual,
and
Cultural
Advancemen)
dengan
programnya CFP (Children Forest Progame), Dinas Kesehatan Kota, beberapa Home Industry sebagai sumber belajar, dan ahli pendidikan seperti Prof. DR. H. Ravik Karsidi. B. Saran 1. Bagi MIM Karanganyar PAIKEM adalah model pembelajaran yang sangat cocok untuk siswa pendidikan dasar dengan berbagai karakter dan potensi yang dimilikinya. PAIKEM mampu menghadirkan suasana menyenangkan, nyaman namun mengena bagi siswa. Maka sudah sepatutnya, MI Muhammadiyah untuk terus meningkatkan pelaksanaan PAIKEM di madrasah tersebut. Semua elemen sekolah harus bersama-sama membangun kesamaan pemahaman dan meningkatkan kompetensi untuk membangun sekolah yang menjadi tempat belajar dan bermain bagi siswa. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hendaknya penelitian selanjutnya lebih berfokus pada peran managerial kepala madrasah dalam penerapan PAIKEM di MIM Karanganyar, bagaimana seorang kepala madrasah membuat kebijakan dan memutuskan strategi penerapan PAIKEM, sehingga mampu menjadikan PAIKEM sebagai model pembelajaran yang mampu diterapkan secara nyata di lapangan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru & Sofan Amri. 2011. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM) Gembrot: Mengembangkan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (Sebuah Analisis Teoritis, Konseptual, dan Praktis). Jakarta: Prestasi Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher. Dimyati & Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 1980. Metodologi Research. Yogyakarta: YPFP UGM. Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format pendidikan Non Dikotomik. Yogyakarta: Gama Media. Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muda, Aslam Syah, 2012. Paikem Solusi Mengajar Modern, (online), (http://kompasiana.com/, diakses 25 Juni 2013). Mudyahardjo, Redja. 2009. Pengantar pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mulyadi. 2009. Classroom Management. Malang: UIN Malang Press Mungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press. Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo. 2012. Modul: Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru MI. Semarang: Kementrian Agama.
77
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2007. Jakarta: Dharma Bakti Poerwadarminta , W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Ramadhan, Tarmizi, 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, (online), (http://tarmizi.wordpres.com/, diakses 25 Juni 2013). Reid, Gavin. 2007. Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi. Terjemahan oleh Hartati Widiastuti. 2009. Jakarta: PT Indeks. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saminanto. 2012. Mengembangkan RPP Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM), EEK & Berkarakter. Semarang: RaSAIL Media Group. Sillberman, Melvin L. 1996. 101 Learning Strategies. Terjemahan oleh Sarhuli dkk. 2009. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri. Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Malang: PT. Rineka Cipta Sudirman N, dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran:Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2008. Bandung: Nuansa Aulia. Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe, & Sekar Ayu. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD Sunan Kalijaga.
78
LAMPIRAN LAMPIRAN
79
Lampiran 1 KODE PENELITIAN PENERAPAN STRATEGI PAIKEM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1. Responden
KODE CA EWA S IBS SH WM
JABATAN Kepala Madrasah Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum Guru Kelas Guru Kelas Siswa Siswa
2. Metode
KODE
METODE PENELITIAN
W
Wawancara
P
Pengamatan
D
Dokumentasi
Keterangan: Agar data yang dikumpulkan tidak mengalami penyimpangan dan memiliki keabsahan data yang tinggi, maka pembuatan pedoman metode penelitian (wawancara dan pengamatan) dilakukan melalui konsultasi kepada pakar atau ahli. 3. Media Penyimpanan Data KODE R T F
PENYIMPANAN DATA Rekaman Foto File
80
4. Kategori No.
KODE
1 2 3 4 5 6
PMG TP FHP FDP CMH PP
7 8 9 10 11 12 13
SM VM TTP SPP SPF PE PRS
14 15
RPP AMS
16 17 18 19
PK PRG PRS MP
KETERANGAN Pemahaman Guru Tentang PAIKEM Tujuan Penerapan PAIKEM Faktor Penghambat Penerapan PAIKEM Faktor Pendukung Penerapan PAIKEM Cara Mengatasi Hambatan Penerapan PAIKEM Program Pembelajaran Gambaran Umum Madrasah Sejarah MIM Karanganyar Visi dan Misi Madrasah Tujuan dan Target Pendidikan Staf Pengelola dan Pengajar Sarana Prasarana dan Fasilitas Pembelajaran Ekstra Prestasi siswa Perangkat Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Alat, Media dan Sumber Pembelajaran Situasi Pembelajaran di Kelas Pengelolaan Kelas Peran Guru Dalam Pembelajaran PAIKEM Peran Siswa Dalam Pembelajaran PAIKEM Metode Pembelajaran
81
Lampiran 2 HASIL WAWANCARA PENERAPAN PAIKEM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Wawancara untuk Kepala Madrasah Kode Responden
: CA
Hari/tanggal
: Selasa, 23 Juli 2013
Tempat
: Ruang kepala madrasah
Waktu
: 08.00-08.46
Daftar Pertanyaan
:
1. Menurut anda, sejauhmana penerapan PAIKEM di madarasah ini? “Kalau disini itu jadi program prioritas, maka harus sukses untuk yang kita kembangkan masih fokus dipembelajaran, mungkin sarana, dukungan finansial kurang tapi dengan paikem pembelajaran bisa menggunakan semua metode, lingkungan sebagai sumber belajar, barang bekas bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Maka dengan paikem barang bekas, lingkungan bisa dijadikan sebagai sumber dan bahan pembelajaran. Sehingga tidak terbatas sekolah itu tidak berkembang karena tidak mempunyai biaya, kadang terbatas tidak mempunyai alat, lab, yang harus kita beli-beli gitu, keterbatasan karena kita merasa mesti ada yang kurang maka kita kembangkan lingkungan itu sumber pembelajaran, nanti panjenengan lihat batu krikil, anak-anak dihalaman itu bisa kita manfaatkan sebagai alat pembelajaran matematika berhitung, tidak harus beli yang sempoa yang dari pabrikan itu harus beli, itu yang pertama mesti kita laksanakan sebagi keharusan program target program pembelajaran kita dengan PAKEM bisa memanfaatkan lingkungan, barang bekas sebagai sumber belajar.” 2. Target apa yang Bapak inginkan dalam menerapkan PAIKEM? “Dengan pembelajaran aktif/pakem, anak-anak akan memperoleh ilmu, setelah diperoleh itu akan bertahan dalam jangka waktu yang lama, karena
82
anak harus menemukan, mengalami, kemudian bisa menyimpulkan proses aktifitas baik itu fisik baik itu tidak hanya alat pendengar saja harus menemukan harus melakukan lha itu setelah didapat ilmu yang didapat itu akan tahan lama, tidak hanya mungkin sebaliknya pembelajaran dengan drill, setelah drill disampaikan ilmu itu hanya terbatas pada untuk mengerjakan soal, itu perbedaan target paikem, maka anak-anak itu harapanya tidak hanya ilmu sebagai target untuk mengerjakan soal tapi ilmu itu bagian dari ilmu yang nanti akan tahan lama akhirnya bisa untuk bekal hidup, mungkn seperti kita saat kecil suruh kita bermain mobil-mobilan atau kapal-kapalan dari kulit jeruk, jeruk bali itu, mungkin seperti saya sampai sekarang masih teringat terus, karena diusianya dia menemukan mengalami sambil bermain sambil belajar mesti gak akan lupa, tapi saat di drill ya hanya terbatas pada saget iso mengerjakan soal, rasanya ilmu itu sudah selesai, maka paikem itu kita mempunyai keyakinan ilmu itu yang didapat akan tahan lama, itu.” 3. Bagaimana anda melakukan sosialisasi dan penguasaan dalam pelaksanaan PAIKEM? “Jadi kita pernah dipilih kebetulan dipilih untuk, apa, kerjasama dengan lembaga USAID bidangnya tentang pembelajaran PAKEM, na,, saya, ada tiga guru, saya juga dipilih kemudian ada dua guru itu sebagai fasilitator di PAIKEM itu, setelah ditunjuk kebetulan dapat program tahun 2006, jadi kita mulai tahun 2006, ada sekarang yang pak heru sudah pindah yang masih pak jufri dikelas dua itu na itu ditunjuk, maka kita berkomitmen, berkomitmen dengan jumlah siswa yang dulu sudah 600an, kita kembangkan multiple intellegency, visi sekolah kita itu semua anak mempunyai kecerdasan, mempunyai kelebihan, maka pembelajaran PAKEM itu bagaian dari kita bisa menemukan potensi anak, kalau kita sekolah atau guru itu menggunakan pembelajaran dengan ceramah terus, mesti guru itu ndak akan bisa menemukan potensi anak. Maka kita kembangkan,,, saat itu kita pelatihan terus, setelah kita komitmen, setiap minggu setiap hari sabtu kita KKG sendiri terus, saya dan dua guru itu setelah pelatihan kita komitmen ada
83
pendampingan, maka ya saya masuk kelas itu biasa karena dari 2006 saya ndampingi guru” tentang proses pembelajaran menggunaka PAIKEM itu ya satu jam pelajaran, kadang dua jam pelajaran, itu,, na itu cara kita PAIKEM itu sudah diterapkan atau belum, ada kendala dilapangan, diguru atau siswa, lha itu setelah saya ndampingi bukan supervisi tapi pendampingan, bahasanya pendampingan, mesti kita diskusikan dengan guru itu, setiap ada guru selesai ngajar kita diskusik, itu terus, ada kekurangan ada apa gitu, jadi tidak saja saya masuk kelas atau dua guru yang tutor masuk kelas terus selesai hanya menilai tapi kita dampingi, masuk kelas, selesai, kita keteamu, kita diskusi, apa yang belum terlaksana dengan PAIKEM itu. Na maka sampai sekarangpun saya masuk kelas, ndampingi guru ya biasa seperti itu. Kalau workshop terus kita, untuk peningkatan SDM itu, awal tahun kita workshop, kemudian tengah semester, kemudian mingguannya tiap hari sabtu itu sama, orientasinya semuanya tentang pembelajaran, bagaimana pengelolaan kelas, pembuatan RPP, model tempat duduk, yang hampir KKG berkisar ke itu. Maka kita fokus sampai sekarangpun KKG sabtu itu masih fokus di pembelajaran PAIKEM itu, kalau informasi-informasi paling tambahan tapi kita orientasinya tetep di PAIKEM.” 4. Sebagai madrasah swasata Bagaimana Bapak memenuhi sarana dan prasarana agar PAIKEM dapat dilaksanakan? “Iya,, kalau hampir semuanya dari orangtua, hampir seluruh perkembangan sekolah ini dari orangtua, artinya ada yang lewat komite, jadi tiap-tiap kelas itu ada namanya Paguyuban Orangtua Siswa, jadi komite itu lingkupnya madrasah, Paguyuban itu terbatas dikelas agar orangtua itu membentuk pengurus, na itu membantu apa,, neng proses pembelajaran, nanti kalau LK seperti itu orang tua itu iuran difotocopykan untuk membantu proses kegiatan belajar mengajarnya, kalau tadi saya sampaikan kita harus sampai bayar pelatih kita, wali murid kita itu ada yang bisa kita minta untuk sumber belajar ada yang polisi ada yang,, meskipun tidak bentuk finansial uang tapi dukungan orangtua terhadap proses belajar mengajar itu tinggi. Kita setiap
84
semester ada yang namanya field trip, belajar diluar kelas, nanti RPPnya panjenengan bisa lihat. Disini ada namanya RPP terpadu, lha itu setiap satu semester sekali ee,,, belajar diluar kelas tidak out bond, memang belajar. Di RPP itu sudah include semua pelajaran, anak-anak nanti diluar akan, contohnya kunjungan ke OISCA, na pelajaran matematika misalnya satu atau dua soal, mengukur luas tanah, jadi itu contoh penerapan Contextual Teaching Learning. Belajar itu konteks, sesuai dengan yang kita butuhkan. Contoh lain ada pelajaran bahasa Indonesia membuat peta, jadi dari sini sampai karangpandan itu dibuat. Semua pelajaran di RPP itu jadi satu, anak-anak kesana itu tidak bermain, nanti yang IPA pembibitan, kita pernah ini karena belum semuanya ya, anak-anak dari sana diberi bibit terong kemudian setiap minggu didampingi dari sana, ini fotonya bisa dilihat,,,,,. Jadi terongnya nanti ketika sudah bisa dijual bisa dijual anak-anak untuk pembelajaran jual-beli. Terus ada materi pertumbuhan, anak-anak dikasih anak ayam untuk dibawa pulang, dipelihara, diamatai dan diukur pertumbuhannya. Semua itu tadi kalau cuman pembelajaran ceramah 10 menit pertemuan selesai, tapi kalau PAKEM bisa mencapai dua bulan, dan itu tidak akan dilupakan seumur hidup. PAKEM tidak hanya teori dikelas tapi sudah mengarah CTL.” 5. Bagaimana Bapak melaksanakan program supervisi penerapan PAIKEM? “Saat supervisi ya kita,,, yang terbawa itu supervisi itu sebenarnya hampir sama dengan pendampingan, yang menakutkan itu saat supervisi dibuat semata mata menilai tidak ada pembimbingan, menilai kekurangankekurangan guru, maka kalau konsepnya kepala sekolah masuk keruang kelas itu nilai, mencari kekurangan-kekurangan guru, mesti guru semuanya tidak siap, kalau saya, saya memahamkan keguru-guru, saya juga guru, saya masuk kekelas itu juga belajar dengan guru, kita belajar bersama-sama. Maka kalau masuk kelas, panjenengan juga bisa lihat saya biasa seperti itu. Iya biasa, insyaallah anak-anak itu tidak akan terpengaruh dengan kehadiran saya. Banyak sekolahan yang mungkin oranglain atau tamu gak boleh masuk kelas, mungkin lebih banyak itu, hhaaa, kalau kita nggak papa, kalau mau 85
mengambil proses KBM iya gpp. Jadi saya tidak hanya sekedar menilai dan mencari kekuranagan tapi juga bagian pembinaan dan penbimbingan.” 6. Kendala-kendala apa saja yang menghambat penerapan PAIKEM di madrasah ini? Upaya apa yang Anda lakukan untuk mengatasinya? “Ee.... kita kadang punya, jam mengajar guru” kita itu banyak, maka kesiapan mengajar itu seperti LK RPP itu tidak selalu siap, karena itu guruguru kita selalu kita dampingi terus dalam hal prota, promes, rpp. Tiap sabtu itu bagian dari pendampingan terus. Jadi pendampingan mingguan itu merupakan upaya persiapan mengajar pada minggu berikutnya. Kalau dulu mungkin dalam membuat RPP agak kesulitan dalam membuat LK tapi karena sekarang sudah ada IT maka hal tersebut sudah bukan halangan, guru sudah mudah dalam mencari gambar misalnya. Maka kesimpulan awal PAIKEM itu tidak sulit, hanya terkadang masalah perspektif. Prosespun kalau guru itu persiapannya baik, dalam proses belajar mengajarpun lebih enak guru itu, karena sebagai fasilitator tidak center belajar. Waktunya hanya 15 menit ceramah setiap kali pertemuan yang lain siswa sudah aktif, dan yang ditakutkan mungkin nilai UN, apakah kalau tidak di drill akan selesai apa tidak. Tapi sebenarnya tidak juga, pembagian waktu yang baik dengan PAIKEM itu bisa. Jadi maslah hanya sola perspektif guru saja.” 7. Menurut Bapak, faktor apa saja yang mendukung penerapan PAIKEM di madrasah ini? “Orang tua itu mendukung, misalnya tadi field trip iuran, penyiapan LK atau fotocopy disiapkan. Sebenarnya kalau secara finansial materi itu tidak. Tapi lebih ke kreatifitasan guru. Contohnya dalam menggunaka sempoa, guruguru itu pinter, cukup menggunakan bambu dan gabus yang ditusukkan ke bambu itu, ini puluhan, ini satuan, akhirnya sebenarnya gak butuh biaya yang banyak dan muncul ide” dari guru itu sendiri. Dengan PAKEM ide-ide itu akan tumbuh.”
86
Hasil Wawancara untuk Wakil Kepala Kurikulum Kode Responden : EWA Hari/tanggal : Rabu, 24 Juli 2013 Tempat : Ruang kelas II A Waktu : 11.10-11.48 Daftar Pertanyaan : 1. MIM Karanganyar ini selain menerapkan kurikulum pusat juga menerapkan kurikulum
lembaga,
sebenarnya
seperti
apa
kurikulum
lembaga
MIM
Karanganyar ini Bu? “E,,, kalau untuk kurikulum, disini itu kan sebenarnya bagian dari ormas Muhammadiyah, maka dari itu kurikulum dalam artian mata pelajaran yang diajarkan juga perpaduan antara kurikulum nasional, pusat yang kebetulan saat ini masih menerapkan KTSP dan kurikulum yang bercirikas kemuhammadiyahan. Kurikulum yang dari Muhammadiyah ini ada beberapa, seperti mata pelajaran kemuhammadiyahan, terus ada juga pengembangan diri,mungkin kalau sekolah lain istilahnya ektra kurikuler. Pengembangan diri disini ditujukan agar potensi siswa itu terdeteksi mas, memang selain itu juga sebagai upaya penyiapan kita dalam ajang lomba atau olimpiade. Untuk pnegembangan diri disini ada TaBu Suci, Hizbul Wathan, SeBu Bola, Karawitan, Rebana, Futsal, Seni Lukis, Bola Voli dan Seni Tari.” 2. Kalau untuk target dari kurikulum pembelajaran tahun 2013 ini, kalau boleh tahu apa saja Bu? “Untuk terget dari pembelajaran tahun ini (2013) masih sama dengan tahun yang sebelumnya, belum ada perubahan yang signifikan. Tentu kita dalam menentukan target baru ndak boleh asal-asalan, harus kita penuhi dulu target terdahulu. Sebenarnya kalau soal target, kita itu ndak jauh beda dari sekolah lainnya, paling yang beda cuman manajemennya. Semisal kita punya target anak kita mampu hafal juz amma, maka manajemen yang kita terapkan adalah sepuluh menit setiap hari sebelum pelajaran anak harus mengikuti pembiasaan, setiap kelas harus memiliki jadwal surat yang harus dibaca tiap harinya, kita bikin bel alarm yang
87
suaranya mengingatkan surat apa yang harus dibaca hari ini. Sebenarnya ada lima target yang harus kita capai, Anak mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan benar pada dua tahun pertama. Anak mampu menghafal Al Qur’an juz 30 ( Juz’ama). Anak mampu menghafal 20 sampai 30 hadits dan do'a serta dapat mengamalkannya. Terbiasa dengan akhlak Islami ketika di lingkungan sekolah. Nilai Ujian Sekolah/Ujian Madrasah dan Ujian Nasional yang tinggi tidak boleh turun dibandingkan tahun kemaren.” 3. Menurut Ibu pembelajaran yang efektif itu seperti apa? “Kalau saya memahami efektif itu dilihat dari acuan administrasinya. Maksudnya gini, saya kan waka kurikulum, jadi efektif itu apabila pembelajaran yang dilaksanakan itu sudah sesuai dengan apa yang dirancang. Kan ada RPP jadi efektif itu iya sesuai dengan RPP, terpenuhi semua target dalam RPP, baik segi waktunya, segi kompetensi siswanya, segi strateginya, dan tidak ketinggalan segi guru atau pengajarnya. ABuah sudah bisa memfasilitasi siswa atau belum, itu juga harus dilihat mas.” 4. Menyinggung pembelajaran aktif atau lebih spesifik PAIKEM, sejak kapan sekolah ini benar-benar menerapkan pembelajaran aktif? “E,, sini itu tahun 2006 mas, ketika Pak Choirul, pak Jufri dan Pak Heru pulang dari pelatihan USAID mas.” 5. PAIKEM tentu saja harus ditunjang dengan perangkat pembelajaran (Silabus, Program tahunan, Program semester, RPP, modul), bagaimana Ibu menkoordinasi hal itu semua? “Disini kan ada semacam KKG (Kelompok Kerja Guru), jadi dalam kesempatan tersebut bisa dipakai untuk mengecek ketepatan teman-teman dalam membuat RPP. Sebenarnya tidak hanya saya sih, bahkan Bu Chairul juga terjun langsung. Selain itu disini ada MBK (Manajemen Berbasis Kerja), tujuannya MBK ini agar teman-teman itu sedikit merasa terBusa untuk tertib dalam segala hal. jadi kalau itu semua ndak tertib ada pemotongan gaji.” 6. Menurut Ibu, sejauhmana penerapan PAIKEM di madrasah ini?
88
“Insyaallah sudah cukup bagus mas, jadi memang brand kita itu salah satunya pembelajaran aktif, dan itu gak hanya sekedar promosi untuk mencari siswa saja, tapi memang sudah diterapkan bener-bener. Kita sering pembelajaran ke luar, semisal ke pengrajin bambu, ke pertanian, ke kecamatan, kelurahan, Ibu Bupati, dan banyak lagi, yang intinya sebagai bagian dari upaya penerapan PAIKEM. Nanti panjenengan juga bisa lihat kondisi kelas sudah PAIKEM apa belum. Mungkin saat ini pas puasa dan awal tahun ajaran jadi ndak terlalu kelihatan, tapi pas dihari efektif nanti bisa terlihat jelas. Soalnya mungkin guru-guru saat ini sebenarnya masih persiapan dalam mengajar.” 7. Apakah ada hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan PAIKEM? “Saya rasa hambatan yang signifikan untuk sekarang ini ndak ada, cuman dulu pas awal-awalnya mungkin ada. Semisal kesiapan guru, yang tadinya ngajar hanya sekedar ngajar kemudian dituntut harus bawa ini itu, Bue ini itu, jadi seolah-olah ada tuntutan kerja yang lebih berat dalam mempersiapkan pembelajaran. Selain itu mungkin dulu pola pikir guru yang belum terkondisikan, bahwa mengajar itu ya ceramah, kalau menggunakan PAIKEM akan sulit, biaya mahal, target materi tidak selesai, mikir ini itu yang ujungnya melemahkan keyakinan diri sendiri dalam menerapkan PAIKEM. Tapi kalau untuk saat ini kelihatannya gak ada kesulitan yang berarti sih, karena memeng sudah terbiasa. Guru sudah terbiasa kreatif dan inovatif.” 8. Bagaimana Ibu membantu guru dalam mengatasi kesulitan menerapkan PAIKEM? “Kalau saya secara pribadi paling cuman bisa memberikan saran, o.. kalau metode yang tepat itu seperti ini, pengelolaan kelas itu bagusnya gini, itu saja sih. Tapi sebenarnya teman-teman iitu sudah terbantu dengan adanya KKG, workshop tiap tahun ajaran baru, terus peer teaching dan saling diskusi disela jam mengajar mereka.”
89
9. Kalau menurut Ibu, apakah hal-hal yang mendukung penerapan PAIKEM di madrasah ini? “Yang pertama, yang paling terasa itu niat yang kuat dari dalam diri masingmasing guru tersebut, soalnya meskipun sistemnya ada tapi mereka ndak niat juga akhirnya sama saja. Yang kedua itu, saya rasakan sendiri dukungan dan bimbingan dari bapak Kepala Madrasah yang selalu mendampingi dalam penerapan PAIKEM ini, beliau kalau saya lihat itu memang bener-benar all out mendampingi kita. Yang ketiga mungkin adanya jalinan kerjasama sekolah dengan stakeholder yang sangat baik, semisal OISCA, komite, dan wali murid. Karena memang harus diakui bahwa PAIKEM itu butuh biaya, meskipun tidak semuanya biaya ya, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa dilepaskan deri biaya, semisal penyediaan LK, field trip dan sebagainya.”
90
Hasil Wawancara untuk Guru Kode Responden
:S
Hari/tanggal
: Selasa, 23 Juli 2013
Tempat
: Ruang kelas IV B
Waktu
: 11.20-12.00
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana dan kapan Anda mengetahui adanya PAIKEM? “Saya masuk ke mi sebagai guru mi itu tahun 2006, juli 2006 saya masuk kesini, terus disini saya wb ya, maksudnya, langsung dikasih guru mapel ipa kelas 3 dan 4, lha disitu ternyata di akhir pas liburan sekolah seperti ada workshop guru, lha disitu dikenalkan istilah PAIKEM terus pembelajaran yang Aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan, disitu ada banyak sekali model-model pembelajaran yang aktif, lha disitu saya baru mengenal paikem yang sebenarnya ternyata banyak sekali macam-macamnya, lha akhirnya mulai tahun ajaran baru setelah 2006 itu, saya terapkan ketika mengajar di kelas ini, tapi saya sudah naik ngajarnya kelas 5 dan 6 sampai saat ini.” 2. Apa tujuan Anda menerapkan PAIKEM dalam pembelajaran? “Eee,,, kemarin gini, saya itu pengin ketika masuk kelas punya tehnik tersendiri dan tidak sama dengan guru yang lain gitu low,, jadi anak-anak ini tahu oh ini nanti jamnya ipa Bu Sartini.” 3. Bagaimana Anda menerapkan PAIKEM dalam pembelajaran? “Biasanya awal pertamanya saya kuis, kuis ABCD, kuis barisan ABCD terus anak-anak kan sudah saya suruh belajar sendiri dirumah, kemudian begitu saya masuk, ya kalau matemtika kayak mencongak itu lhow,, kalau matematika kan cenderung sendiri tapi kalau ipa itu kelompok, naa,, selain itu saya juga mengaitkan dengan subbab yang ingin saya sampaikan, jadi nanti saya menyiapkan lembar kerja siswa, terus kemudian tehnik strategi yang harus saya sampaikan misalnya tertulis di RPP yang sudah saya buat.” 4. Bagaimana peran siswa dalam pembelajaran yang Anda sampaikan?
91
“Oow,, gitu, saya merasa ketika yaitu karena awal-awal itu ya, jadi ketika ada kousioner siapa guru yang anda paling senangi itu ternyata banyak yang menuliskan nama saya, lha setelah saya tanya kenapa kok suka, ternyata gini,, keseringan metode2 yang saya pakai berbeda itu tadi disukai anak, jadi anak itu seperti ketika saya mau masuk ini nanti mau ngapain lagi,kan gitu. Jadi anak-anak itu cenderung aktif, ketika saya memberikan pertanyaan semua mata tertuju ke saya gitu loow, memang ketika anak itu diam itu saya semua diam dulu coba kamu mas,, , na, ketika tidak memperhatikan saya tegur seperti itu, jadi dia berusaha untuk memperhatikan saya, terus ketika saya butuh mencatatkan materi yang perlu saya catat itu tidak saya yang nyatat langsung turut itu tidak, tapi sipa yang bisa dan berani maju silahkan mengungkpakan pendapatnya. Iya, begitu, anak itu tidak takut gitu lhow,, jadi ketika “saya bu” iya pokoknya yang belum pernah maju sama sekali harus maju, itu dadi nanti berani maju.” 5. Metode apa yang sering Anda pakai dalam menerapkan PAIKEM? Mengapa Anda memilih metode tersebut? “Oow,, gitu, ee,, metodenya saya biasanya eksplorasi yang melengkapi LK itu saya sering, tujuannya memang anak-anak selain membacanya tidak hanya dari satu sumber dia sudah mencari sumber yg lain terus kemudian nanti dalam menjawab pertanyaan itu mudah, tapi ketika ada seperti kerja kelompok itu juga sering saya terapkan, itu,, eksplorasi LK dan kerja kelompok.” 6. Bagaimana peran alat dan media pembelajaran dalam penerapan PAIKEM yang Anda lakukan? “Eee... kalau di ipa sangat penting terutama untuk bab pernapasan seperti itu nanti disini alat peraga ipa itu banyak mas, tapi karena kendala kemarin pembangunan harus di angkut sana diangkut sini, jadi akhirnya tidak maksimal, tapi awal-awal dulu maksimal, ketika pernapasan itu saya pakeknya gambar torso itu low, torso itu saya bawa terus prakteknya dengan penjelasan saya ngambil dari salah satu siswa, nanti dia mepraktekan, trus
92
kalau yang ciri khusus dan sebagainya itu nanti saya pakainya pakai lcd, jadi nanti disana ada proses kayak pernapasan nanti kan ada gambar yang bergerak seperti itu, ya itu yang jelas bisa menanamkan konsep ke anak lebih matang lagi.” 7. Bagaimana pengelolaan kelas yang Anda lakukan? “Berubah mas,, setiap ada sub bab yang harus kami ubah misalnya perlu diskusi ya kami begitu masuk kelas itu diubah ke kelompok diskusi kemudian nanti sesuai dengan strategi pembelajaran yang ada di RPP nanti ooo,, hari ini saya mau menerapkan diskusi kelompok itu bererti kelas bentuknya kelompok seperti itu. Kalau disini setiap satu minggu sekali itu pasangan tempat duduk terus denah tempat duduk mesti berubah, denahnya bisa berubah walaupun kembali lagi kemaren seperti ini,,tapi nanti besuk senin dibuat leter U terus kemudian bisa dibuat yang bentuknya V, seeprti itu . Anu wali kelas berperan disana, jadi kalau setiap senin jam pertama sampai ketiga kan wali kelas, jadi wali kelas itu bertugas mengondisikan siswa mengubah pasangan tempat duduk dan denah tempat duduk, seperti itu.” 8. Apakah sebelum Anda mengajar selalu membuat RPP terlebih dahulu? Sudahkah diintegrasikan dengan PAIKEM? “Oow gitu, dari awal sebelum membuat sendiri RPP itu dapat dari diknas, kami dari SK KD sama, dari situ, disini guru ada seperti workshpo pembuatan RPP silabus setiap tahun itu ada, jadi dari kami menyempurnakan yang dari diknas itu terus kemudian kita ubah sesuai dengan pola kita, jadi anak ini pengen kita bawa kemana gituw, jadi elama ini rpp itu juga buatan guru, menurut pengalaman saya selam mengajar, saya selama 7 tahun kan ngajarnya ipa kelas 56 terus nggih, jadi rpp itu tapi tiap tahun saya selalu mengadakan evaluasi, oow,, jadi kemaren kekurangannya sepeti ini, kelebihannya seperti ini, jadi saya tinggal mengganti yang sekiranya perlu diganti.” 9. Bagaimana prestasi siswa setelah Anda menerapkan PAIKEM?
93
“Sangat beda menurut saya, diawal itu ketika pembelajarannya biasa itu greget anak belajar itu kurang, semangat belajarnya kurang tapi setelah menggunakan paikem, mereka cenderung lebih semangat, lebih mandiri, terus ya mengungkapkan pendapat itu lebih bebas gitu low, seperti itu.” 10. Menurut pengalaman Anda, faktor apakah yang mendukung penerapan PAIKEM dalam pembelajaran? “Faktor-faktor yang mendukung menurut saya, alat peraga terkadang sudah ada, semisal kit ipa, cuman kalau pengen berkreasi iya buat sendiri. Kalau dari madrasah ada tiap tahun diadakan pelatihan tentang PAIKEM, modul yang isinya pembelajaran PAIKEM, simulasi, kalau disini kan ada peer theaching, jadi guru-guru yang aktif itu suruh ngajar didepan.” 11. Apakah Anda menemukan hambatan dalam pelaksanaan PAIKEM? Bagaimana Anda mengatasinya? “Kadang kendalanya begini, sudah sampai dikelas tapi ternyata alat peraganya lupa terus harus kembali ngambil, tapi biasanya saya nyuruh anak untuk ngambilkan alat peraga tersebut. Cuman ketika alat peraga itu harus buat dan ternyta belum sempat itu saya harus ngambil dulu materi yang tidak memerlukan alat peraga, itu saya alihkan dilain waktu, jadi saya tidak memksakan diri yang penting anak faham dengan konsep yang saya ajarkan. Yoo,, pernah ketika harus membuat alat peraga sendiri, harus mencari harus membeli alat-alatnya itu kadang tidak sesuai dengan buku itu akhirnya harus kreatif sendiri, seperti itu.”
94
Hasil Wawancara untuk Guru Kode Responden
: IBS
Kode Data
: W/IBS
Hari/tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Tempat
: Masjid madrasah
Waktu
: 12.15-12.45
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana dan kapan Anda mengetahui adanya PAIKEM? “Nggih, saya mengetahui PAIKEM itu sudah lama, sebelum mengajar disini saya sudah tahu PAIKEM, tepatnya sewaktu kuliah dulu. Tapi untuk persisnya sewaktu mata kuliah apa saya sudah tidak begitu ingat, soalnya banyak mata kuliah yang menyinggung PAIKEM, kelihatannya mata kuliah metode pembelajaran. Namun kalau ditanya kapan menerapkannya, saya menerapkan PAIKEM baru saja, setelah wiyata bakti di madrasah ini.” 2. Apa tujuan Anda menerapkan PAIKEM dalam pembelajaran? “Tujuan saya dalam menerapkan PAIKEM selain itu tuntutan atau keharusan sebagai pengajar disini, saya secara pribadi juga ingin meningkatkan kemampuan mengajar saya. Saya tidak ingin mengajar hanya sekadar ngajar, tetapi mengajar bagi saya adalah membentuk anak. Dan cara meningkatkan kemampuan mengajar saya sekaligus membentuk atau mendidik anak adalah dengan PAIKEM tersebut. Jadi dengan PAIKEM saya dan anak-anak bisa sama-sama belajar. Anak aktif dan kreatif dalam belajar, saya aktif dan kreatif dalam menyiapkan pembelajaran, itu.” 3. Bagaimana Anda menerapkan PAIKEM dalam pembelajaran? “saya kan mengajar SKI dikelas 3 (tiga), biasanya saya menggunakan semacam permainan dalam pembelajaran, saya sering pakai index card match, Role play juga sesekali pernah, tapi memang kalau saya dalam menerapkan metode-metode itu saya sesuaikan dengan materinya. Terkadang
95
nonton film juga saya gunakan. Tetapi kesemuanya itu selalu saya lengkapi dengan LK.” 4. Bagaimana peran siswa dalam pembelajaran yang Anda sampaikan? “Pengalaman saya dalam menerapkan PAIKEM siswa bisa aktif dalam pembelajaran, namun terkadang juga ada siswa yang aktif tapi aktifnya gojeg. Sebagai contoh ketika saya menerapkan index card match, ada beberapa siswa yang dalam bermain itu bener-bener tidak menganggap sebagai belajar, akhirnya malah gojeg. Tetapi memeng secara garis besar anak-anak menjadi lebih aktif dan lebih bisa dekat dengan saya. Anak-anak lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya pada saya, meskipun ada anak yang dalam mengemukakan pendapat itu asal ngomong alias bercAnda.” 5. Metode apa yang sering Anda pakai dalam menerapkan PAIKEM? Mengapa Anda memilih metode tersebut? “Iya itu tadi, saya paling sering menggunakan index card match, karena saya merasa metode tersebut sangat pas digunakan untuk mengajar di kelas bawah. Jadi memang siswa bisa benar-benar aktif, mereka lebih seperti lupa bahwa kalau saat itu sedang dalam pembelajaran.” 6. Bagaimana peran alat dan media pembelajaran dalam penerapan PAIKEM yang Anda lakukan? “Itu penting sekali ya, meskipun tidak selalu, tetapi hampir setiap saya mengajar selalu bawa media. Terkadang saya sendiri yang buat medianya, tetapi siswa kadang-kadang juga saya minta membuat media, seperti ketka bermain peran, iya siswa yang saya minta membuat kostum sederhana, saya cuman menyiapkan teks bacaannya dan membagi tugas masing-masing anak saja. Kesimpulan saya, peran alat dan media sangat penting, karena alat dan media adalah salah satu sarana dalam mengaktifkan anak dan membuat mereka lebih inovatif.” 7. Bagaimana pengelolaan kelas yang Anda lakukan? “Emm, nanti Anda bisa lihat sendiri ya, kalau pengaturan kelas itu sudah dikondisikan oleh wali kelas, jadi untuk mading, dinding pajangan kreatifitas
96
siswa, perpustakaan kelas, itu semua sudah menjadi tanggung jawab wali kelas. Tetapi kalau untuk seting tempat duduk atau pengelolaan siswa saya biasa merubah sesuai kebutuhan saya. Semisal pas ada diskusi iya tempat duduk saya bentuk sesuai dengan suasana kebutuuhan diskusi.” 8. Apakah sebelum Anda mengajar selalu membuat RPP terlebih dahulu? Sudahkah diintegrasikan dengan PAIKEM? “Iya, itu harus. Kalau disini RPP harus selalu buat dan harus benar-benar disetujui oleh pak Kepala. Kalau kesatuannya dengan PAIKEM saya rasa juga sudah, soalnya pembelajarannya adalah berbasis pembelajaran aktif.” 9. Bagaimana prestasi siswa setelah Anda menerapkan PAIKEM? “Kalau untuk hasil belajarnya per-anak beda-beda ya, tergantung tipe belajar juga soalnya. Bagi anak yang auditori tentu lebih nyaman dengan ceramah, tetapi secara umum anak-anak lebih bisa dalam menjawab soal ketika ujian. Dan dalam prosespun anak-anak lebih nyaman, senang, kritis. Soal prestasi memang ada peningkatan.” 10. Menurut pengalaman Anda, faktor apakah yang mendukung penerapan PAIKEM dalam pembelajaran? “Menurut saya yang mendukung penerapan PAIKEM adalah adanya program pembinaan guru di madrasah ini, seperti adanya workshop. Selain itu setelah adanya hotspot untuk guru saya merasa lebih mudah dalam membuat Lembar Kegiatan untuk siswa.” 11. Apakah Anda menemukan hambatan dalam pelaksanaan PAIKEM? Jelaskan! “Sebenarnya kalau hambatan itu tidak begitu terasa ya, paling mengenai kesiapan saya sendiri dalam mengajar yang terkadang terasa merepotkan. Harus membuat ini dan itu. Harus cari ini dan itu. Yang kalau dipikir-pikir kadang kita merasa menjadi guru itu tuntutannya sangat berat. Iya itu, paling, soalnya kalau dikelas penerapannya sudah enak, yang sulit cuman persiapannya”. 12. Bagaimana Anda mengatasi hambatan tersebut?
97
“Iya seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, dengan adanya suasana semangat mengajar diantara guru-guru serta adanya pelatihan-pelatihan sampai saat ini saya merasa sudah bisa mengatasi pemikiran saya bahwa PAIKEM itu merepotkan”.
98
Hasil Wawancara untuk Siswa I. Kode Responden : SH Hari/tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Tempat
: Serambi kelas
Waktu
: 08.30-08.36
1. Bagaimana perasaan adik ketika belajar di kelas bersama Bapak/Ibu guru? “Senang, kadang ada game-nya jadi asyik.” 2. Apakah adik bisa mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru? “Hehe, nggak terlalu, tapi mudah faham.” 3. Siapakah guru yang paling adik sukai dalam mengajar, alasannya apa? “Pak irham, orange lucu kak.” II. Kode Responden : WM Hari/tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Tempat
: Serambi kelas
Waktu
: 08.37-08.45
1. Bagaimana perasaan adik ketika belajar di kelas bersama Bapak/Ibu guru? “Senang kak, soalnya nggak galak.” 2. Apakah adik bisa mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru? “Bisa.” 3. Siapakah guru yang paling adik sukai dalam mengajar, alasannya apa? “Pak Jufri, kalau ngajar enak, jadi nggak ngantuk.”
99
Lampiran 3 Catatan Lapangan Pengamatan PENERAPAN STRATEGI PAIKEM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Catatan Nomor
: 01
Hari/Tanggal
: Selasa, 23 Juli 2013
Waktu
: 07.15-07.55
Tempat
: Lingkungan MIM Karanganyar
Sumber Data
: Pengorganisasian kelas
Deskripsi: Pengamatan pertama peneliti laksanakan pada hari Selasa tanggal 23 Juli 2013.
Peneliti mengamati bagaimana situasi yang tercipta di lingkungan MI
Muhammadiyah Karanganyar. Subjek utama pengamatan adalah warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan siswa dan situasi/suasana yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut. Hari ini bertepatan di bulan Ramadhan, setelah waktu menunjukkan pukul 07.15 WIB tepat, bel pertanda masuk kelas berbunyi, yang langsung didikuti oleh lari siswa masuk ke dalam kelas. Sudah menjadi kegiatan rutin seorang kepala madrasah di pagi hari ialah berkeliling lingkungan madrasah dan juga menyempatkan masuk ke beberapa kelas. Sambil berjalan mengikuti beliau peneliti menyempatkan
mangajukan beberapa pertanyaan dan sekaligus
melakukan pengamatan. Dari ruang kepala madrasah mengarah ketimur kami melewati gedung yang masih dalam tahap renovasi kemudian menuju area seklah bagian bawah (madrasah ini terdiri dari dua area, atas dan bawah, yang masingmasing area terdiri dari barisan ruang kelas yang terdiri dari tiga lantai, antara area atas dan bawah dihubungkan oleh jalan menanjak dan dipisahkan oleh deretan ruang kantor guru, TU, dan kepala madrasah). Disepanjang serambi kelas terlihat banyak tertempel kata-kata motivasi, hadits, dan mading. Didepan kelas juga terlihat beberapa jenis tanaman yang merupakan hasil kreatifitas siswa dalam
100
pembelajaran. Nampak beberapa jenis tanaman seperti terong, kol, sawi, cabai, anggrek, mawar dan lainnya yang tertata rapi dalam pot berjejer. Selain itu nampak juga tempat cuci tangan siswa di pinggir halaman belakang, yang berhadapan dengan sebuah bangunan katering madrasah. Nampak juga pepohonan rindang di sekeliling halaman. Agaknya pohon ini juga dijadikan sebagai sumber belajar karena di tiap batang pohon tertulis nama pohon dalam bahasa Indonesia dan juga latin. Setelah berjalan dan berbincang beberapa saat (kebenyakan berbincang mengenai manajemen sekolah), kami masuk ke dalam salah satu kelas. Di atas pintu kelas tersebut terdapat papan I A, sedangkan di samping pintu terdapat rak sepatu yang sudah terisi penuh dengan sepatu siswa. Kami berdua masuk kelas dan berdiri di depan pintu bagian dalam. Nampak siswa dan guru yang masih tetap melakukan aktivitas pambelajaran, sepertinya mereka tidak terpengaruh kedatangan kami berdua. Hanya sekilas senyum tanda penghormatan yang diberikan oleh guru kepada kami sebagai sinyal selamat datang. Terlihat kelas sangat bersih dan rapi dengan lantai keramik putih dibagian bawahnya. Dibagian depan kelas terdapat white board dengan spidol terletak di sisi bawahnya. Diatas white board tersebut ada TV lcd besar. Disamping kanan dan kiri atas papan tersebut terdapat masing-masing satu speaker aktif. Sedang dibagian paling atas terdapat foto presiden RI dan wakilnya. Sedang disisi kanan dan kiri kelas terdapat deretan jendela ukuran besar yang menyebabkan sinar matahari masuk dengan bebas. Di sepanjang jendela dan dinding bagian belakang terdapat nama-nama siswa yang diatasnya ada gantungan, gantungan tersebut ditujukan untuk menggantung hasil kerja siswa sesuai dengan nama siswa masingmasing. Dibagian depan disamping meja guru terdapat lemari yang berisi bukubuku pelajaran dan buku anak-anak. Lemari tersebut merupakan perpustakaan kelas. Sedangkan di sudut kiri bagian depan ruang kelas berdiri sebuah dispenser, yang dihari-hari biasa merupakan tempat minum siswa. Dibagian tengah kelas nampak susunan tempat duduk yang bergerombol menjadi empat kelompok. Terlihat siswa mengenakan KTS (Kartu Tertib Siswa) sedang asyik belajar menulis. Bapak kepala madrasah mengatakan bahwa untuk
101
belajar menulis madrasah ini membuat sebuah buku tersendiri yang bergaris lima tiap barisnya. Tujuannya agar siswa terbiasa menulis dengan bagus. Yang menarik adalah ada sebagian siswa yang tidak menulis tetapi menggambar. Setelah bertanya dengan ibu guru, ternyata memang menggambar tersebut adalah metode penugasan setelah siswa selesai menulis. Menggambar benda-benda yang sudah selesai ditulis sebelumnya. Refleksi: Dari segi fasilitas penunjang pembelajaran aktif MIM Karanganyar sudah cukup memadai. Terdapat kelas dengan pengorganisasiannya sudah cukup baik. Masing-masing kelas terdapat perpustakaan kelas, dinding pajangan kerja siswa, mading kelas, pencahayaan cukup, suasana tidak pengap dan dilihat dari posisi tempat duduk tidak monoton atau berderet saja. Selain itu hasil dari kreativitas siswa tidak hanya sekedar dinilai dan dibawa pulang, tetapi di pajang sebagai bentuk penghargaan kepada siswa. Dan hal ini merupakan cara yang tepat agar siswa terus inovatif dan berpikir kritis.
102
Catatan Nomor
: 02
Hari/Tanggal
: Rabu, 24 Juli 2013
Waktu
: 10.20-11.00
Tempat
: Kelas V C
Sumber Data
: Aktivitas Pembelajaran
Deskripsi Observasi kedua ini, difokuskan untuk mengetahui aktivitas pembelajaran di dalam kelas dengan subjek S. Siang itu setelah menunggu beberapa saat di ruang guru, akhirnya peneliti berkesempatan untuk ikut masuk kelas bersama S. Kelas yang dituju adalah kelas V C, yang berposisi di lantai tiga gedung kelas paling depan di madrasah ini. Setelah masuk kelas nampak sebuah ruangan baru dengan asesoris kelas hampir sama dengan yang lainnya, perpustakaan kelas, white board, pajangan hasil kerja siswa, pendingin ruangan dan sebagainya. Sesudah masuk memberikan salam S langsung mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan siapa saja yang belum masuk ruangan, karena memang terlihat sangat jelas beberapa bangku kosong yang disitu ada tas siswa. Kemudian setelah itu S mengadakan kesepakatan dengan siswa, sanksi apa yang nantinya akan diberikan kepada siswa yang telat masuk pelajaran. Setelah berapa lama akhirnya disepakati yang telat harus berdiri di depan kelas untuk menjawab pertanyaan dari siswa lain. Sesuai kesepakatan akhirnya siswa yang telat diberikan sanksi, terlihat banyak siswa yang antusias ingin memberikan pertanyaan kepada mereka. Tidak lama kemudian S melanjutkan pembelajaran dengan, membagi siswa menjadi empat kelompok sesuai dengan deret meja. Selanjutnya S membuat tabel sederhana mengenai penggolongan hewan, setelah jadi maka permainanpun dimulai. Tujuan permainan ini adalah untuk mengingat materi yang sudah disampaikan pada pertemuan yang telah lalu. S memberikan pertanyaan dan masing-masing kelompok nampak berebut mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan. Bagi kelmpok yang benar menjawab maka akan mendapat nilai 100.
103
Sehabis brainstorming selesai dilakukan, S mengeluarkan 4 gambar torso (ikan, manusia, mamalia, dan serangga) yang sudah dipersiapkan sebelumnya, kemudian menjelaskan dengan singkat. Setelah penjelasan selesai S mengadakan umpan balik dan pertanyaan-pertanyaan secara acak materi. Kemudian S memberikan penugasan kepada siswa, setelah tugas selesai, dievaluasi selanjutnya di pajang didinding pajangan hasil kerja siswa. Refleksi Dari suasana tersebut dapat diketahui bahwa PAIKEM dapat dilakukan dengan alat peraga sederhana semisal gambar. Untuk mengaktifkan siswa dapat dilakukan dengan model permainan lomba antar kelompok dan siswa perlu dilibatkan dalam membuat kesapakatan bersama, karena jika peraturan merupakan produk siswa, maka siswa akan antusias dan menghargai peratuaran tersebut.
104
Lampiran 4 REDUKSI DATA PENERAPAN PAIKEM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Reduksi Data 1 Kode Responden
: CA
Kode Data
: W/CA/01
Hari/tanggal
: Selasa, 23 Juli 2013
Tempat
: Ruang kepala madrasah
Waktu
: 08.00-08.46
“Kalau disini itu jadi program prioritas, maka harus sukses, untuk yang kita kembangkan masih fokus di pembelajaran.” (W/CA/PP/23-07-2013) “Mungkin sarana, dukungan finansial kurang.” (W/CA/FHP/23-07-2013) “Tapi dengan PAIKEM pembelajaran bisa menggunakan semua metode, lingkungan sebagai sumber belajar, barang bekas bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Maka dengan PAIKEM barang bekas, lingkungan bisa dijadikan sebagai sumber dan bahan pembelajaran. Sehingga tidak terbatas sekolah itu tidak berkembang karena tidak mempunyai biaya, kadang terbatas tidak mempunyai alat, lab, yang harus kita beli-beli gitu, keterbatasan karena kita merasa mesti ada yang kurang maka kita kembangkan lingkungan itu sumber pembelajaran, nanti panjenengan lihat batu krikil, anak-anak dihalaman itu bisa kita manfaatkan sebagai alat pembelajaran matematika berhitung, tidak harus beli yang sempoa yang dari pabrikan itu harus beli, itu yang pertama, mesti kita laksanakan sebagi keharusan program target program pembelajaran kita dengan PAIKEM bisa memanfaatkan lingkungan, barang bekas sebagai sumber belajar.” (W/CA/CMH/23-07-2013) “Dengan pembelajaran aktif/PAIKEM, anak-anak akan memperoleh ilmu, setelah diperoleh itu akan bertahan dalam jangka waktu yang lama, karena
105
anak harus menemukan, mengalami, kemudian bisa menyimpulkan proses aktifitas baik itu fisik, baik itu tidak hanya alat pendengar saja harus menemukan harus melakukan lha itu setelah didapat ilmu yang didapat itu akan tahan lama, tidak hanya mungkin sebaliknya pembelajaran dengan drill, setelah drill disampaikan ilmu itu hanya terbatas pada untuk mengerjakan soal, itu perbedaan target PAIKEM, maka anak-anak itu harapannya tidak hanya ilmu sebagai target untuk mengerjakan soal tapi ilmu itu bagian dari ilmu yang nanti akan tahan lama akhirnya bisa untuk bekal hidup, mungkin seperti kita saat kecil suruh kita bermain mobil-mobilan atau kapal-kapalan dari kulit jeruk, jeruk bali itu, mungkin seperti saya sampai sekarang masih teringat terus, karena diusianya dia menemukan mengalami sambil bermain sambil belajar mesti gak akan lupa, tapi saat di drill ya hanya terbatas pada saget iso mengerjakan soal, rasanya ilmu itu sudah selesai, maka paikem itu kita mempunyai keyakinan ilmu itu yang didapat akan tahan lama, itu.” (W/CA/TP/23-072013) “Kita kembangkan multiple intellegent, visi sekolah kita itu semua anak mempunyai kecerdasan, mempunyai kelebihan, maka pembelajaran PAIKEM itu bagaian dari kita bisa menemukan potensi anak, kalau kita sekolah atau guru itu menggunakan pembelajaran dengan ceramah terus, mesti guru itu ndak akan bisa menemukan potensi anak.” ((W/CA/TP/23-072013) “Maka kita kembangkan,,, saat itu kita pelatihan terus, setelah kita komitmen, setiap minggu setiap hari sabtu kita KKG sendiri terus, saya dan dua guru itu setelah pelatihan kita komitmen ada pendampingan, maka ya saya masuk kelas itu biasa karena dari 2006 saya ndampingi guru-guru tentang proses pembelajaran menggunakan PAIKEM itu ya satu jam pelajaran, kadang dua jam pelajaran, itu,, na itu cara kita PAIKEM itu sudah diterapkan atau belum, ada kendala dilapangan, diguru atau siswa, lha itu setelah saya ndampingi bukan supervisi tapi pendampingan, bahasanya pendampingan, mesti kita diskusikan dengan guru itu, setiap ada guru selesai ngajar kita diskusik, itu terus, ada kekurangan ada apa gitu, jadi
106
tidak saja saya masuk kelas atau dua guru yang tutor masuk kelas terus selesai hanya menilai tapi kita dampingi, masuk kelas, selesai, kita keteamu, kita diskusi, apa yang belum terlaksana dengan PAIKEM itu. Na maka sampai sekarangpun saya masuk kelas, ndampingi guru ya biasa seperti itu. Kalau workshop terus kita, untuk peningkatan SDM itu, awal tahun kita workshop, kemudian tengah semester, kemudian mingguannya tiap hari sabtu itu sama, orientasinya semuanya tentang pembelajaran, bagaimana pengelolaan kelas, pembuatan RPP, model tempat duduk, yang hampir KKG berkisar ke itu. Maka kita fokus sampai sekarangpun KKG sabtu itu masih fokus di pembelajaran PAIKEM itu, kalau informasi-informasi paling tambahan tapi kita orientasinya tetep di PAIKEM.” (W/CA/FDP/23-072013) “Iya,, kalau hampir semuanya dari orangtua, hampir seluruh perkembangan sekolah ini dari orangtua, artinya ada yang lewat komite, jadi tiap-tiap kelas itu ada namanya Paguyuban Orangtua Siswa, jadi komite itu lingkupnya madrasah, Paguyuban itu terbatas dikelas agar orangtua itu membentuk pengurus, na itu membantu apa,, neng proses pembelajaran, nanti kalau LK seperti itu orang tua itu iuran difotocopykan untuk membantu proses kegiatan belajar mengajarnya, kalau tadi saya sampaikan kita harus sampai bayar pelatih kita, wali murid kita itu ada yang bisa kita minta untuk sumber belajar ada yang polisi ada yang,, meskipun tidak bentuk finansial uang tapi dukungan orangtua terhadap proses belajar mengajar itu tinggi.” (W/CA/FDP/23-07-2013) “ Kita setiap semester ada yang namanya field trip, belajar diluar kelas, nanti RPPnya panjenengan bisa lihat. Disini ada namanya RPP terpadu, lha itu setiap satu semester sekali ee,,, belajar diluar kelas tidak out bond, memang belajar. Di RPP itu sudah include semua pelajaran, anak-anak nanti diluar akan, contohnya kunjungan ke OISCA, na pelajaran matematika misalnya satu atau dua soal, mengukur luas tanah, jadi itu contoh penerapan Contextual Teaching Learning. Belajar itu konteks, sesuai dengan yang kita
107
butuhkan. Contoh lain ada pelajaran bahasa Indonesia membuat peta, jadi dari sini sampai karangpandan itu dibuat. Semua pelajaran di RPP itu jadi satu, anak-anak kesana itu tidak bermain, nanti yang IPA pembibitan, kita pernah ini karena belum semuanya ya, anak-anak dari sana diberi bibit terong kemudian setiap minggu didampingi dari sana, ini fotonya bisa dilihat,,,,,. Jadi terongnya nanti ketika sudah bisa dijual bisa dijual anakanak untuk pembelajaran jual-beli. Terus ada materi pertumbuhan, anakanak dikasih anak ayam untuk dibawa pulang, dipelihara, diamatai dan diukur pertumbuhannya. Semua itu tadi kalau cuman pembelajaran ceramah 10 menit pertemuan selesai, tapi kalau PAKEM bisa mencapai dua bulan, dan itu tidak akan dilupakan seumur hidup. PAKEM tidak hanya teori dikelas tapi sudah mengarah CTL.” (W/CA/PP/23-07-2013) “Saat supervisi ya kita,,, yang terbawa itu supervisi itu sebenarnya hampir sama dengan pendampingan, yang menakutkan itu saat supervisi dibuat semata mata menilai tidak ada pembimbingan, menilai kekurangankekurangan guru, maka kalau konsepnya kepala sekolah masuk keruang kelas itu nilai, mencari kekurangan-kekurangan guru, mesti guru semuanya tidak siap, kalau saya, saya memahamkan keguru-guru, saya juga guru, saya masuk kekelas itu juga belajar dengan guru, kita belajar bersama-sama. Maka kalau masuk kelas, panjenengan juga bisa lihat saya biasa seperti itu. Iya biasa, insyaallah anak-anak itu tidak akan terpengaruh dengan kehadiran saya. Banyak sekolahan yang mungkin oranglain atau tamu gak boleh masuk kelas, mungkin lebih banyak itu, hahaaa, kalau kita nggak papa, kalau mau mengambil proses KBM iya nggak papa. Jadi saya tidak hanya sekedar menilai dan mencari kekuranagan tapi juga bagian pembinaan dan pembimbingan.” (W/CA/CMH/23-07-2013) “Ee.... kita kadang punya, jam mengajar guru-guru kita itu banyak, maka kesiapan mengajar itu seperti LK RPP itu tidak selalu siap.” (W/CA/FHP/2307-2013)
108
“karena itu guru-guru kita selalu kita dampingi terus dalam hal prota, promes, RPP. Tiap sabtu itu bagian dari pendampingan terus. Jadi pendampingan mingguan itu merupakan upaya persiapan mengajar pada minggu berikutnya. Kalau dulu mungkin dalam membuat RPP agak kesulitan dalam membuat LK” (W/CA/CMH/23-07-2013) “ tapi karena sekarang sudah ada IT maka hal tersebut sudah bukan halangan,
guru
sudah
mudah
dalam
mencari
gambar
misalnya.”
(W/CA/CMH/23-07-2013) “ Maka kesimpulan awal PAIKEM itu tidak sulit, hanya terkadang masalah perspektif.” (W/CA/FHP/23-07-2013) “Prosespun kalau guru itu persiapannya baik, dalam proses belajar mengajarpun lebih enak guru itu, karena sebagai fasilitator tidak center belajar. Waktunya hanya 15 menit ceramah setiap kali pertemuan yang lain siswa sudah aktif.” (W/CA/PP/23-07-2013) “dan yang ditakutkan mungkin nilai UN, apakah kalau tidak di drill akan selesai apa tidak. Tapi sebenarnya tidak juga, pembagian waktu yang baik dengan PAIKEM itu bisa. Jadi maslah hanya soal perspektif guru saja.” (W/CA/FHP/23-07-2013) “Orang tua itu mendukung, misalnya tadi field trip iuran, penyiapan LK atau fotocopy disiapkan. Sebenarnya kalau secara finansial materi itu tidak. Tapi lebih ke kreatifitasan guru. Contohnya dalam menggunaka sempoa, guruguru itu pinter, cukup menggunakan bambu dan gabus yang ditusukkan ke bambu itu, ini puluhan, ini satuan, akhirnya sebenarnya gak butuh biaya yang banyak dan muncul ide” dari guru itu sendiri. Dengan PAKEM ide-ide itu akan tumbuh.” (W/CA/FDP/23-07-2013)
109
Reduksi Data 2 Kode Responden Kode Data Hari/tanggal Tempat Waktu
: EWA : W/EWA/01 : Rabu, 24 Juli 2013 : Ruang kelas II A : 11.10-11.48
“E,,, kalau untuk kurikulum, disini itu kan sebenarnya bagian dari ormas Muhammadiyah, maka dari itu kurikulum dalam artian mata pelajaran yang diajarkan juga perpaduan antara kurikulum nasional, pusat yang kebetulan saat ini
masih
menerapkan
KTSP
dan
kurikulum
yang
berciri
khas
kemuhammadiyahan. Kurikulum yang dari Muhammadiyah ini ada beberapa, seperti mata pelajaran kemuhammadiyahan, terus ada juga pengembangan diri,mungkin kalau sekolah lain istilahnya ektra kurikuler. Pengembangan diri disini ditujukan agar potensi siswa itu terdeteksi mas, memang selain itu juga sebagai upaya penyiapan kita dalam ajang lomba atau olimpiade. Untuk pnegembangan diri disini ada Tapak Suci, Hizbul Wathan, Sepak Bola, Karawitan,
Rebana, Futsal,
Seni
Lukis, Bola
Voli
dan
Seni Tari.”
(W/EWA/PP/24-07-2013) “Untuk terget dari pembelajaran tahun ini (2013) masih sama dengan tahun yang sebelumnya, belum ada perubahan yang signifikan. Tentu kita dalam menentukan target baru ndak boleh asal-asalan, harus kita penuhi dulu target terdahulu. Sebenarnya kalau soal target, kita itu ndak jauh beda dari sekolah lainnya, paling yang beda cuman manajemennya. Semisal kita punya target anak kita mampu hafal juz amma, maka manajemen yang kita terapkan adalah sepuluh menit setiap hari sebelum pelajaran anak harus mengikuti pembiasaan, setiap kelas harus memiliki jadwal surat yang harus dibaca tiap harinya, kita bikin bel alarm yang suaranya mengingatkan surat apa yang harus dibaca hari ini. Sebenarnya ada lima target yang harus kita capai, Anak mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan benar pada dua tahun pertama. Anak mampu menghafal Al Qur’an juz 30 ( Juz’ama). Anak mampu menghafal 20 sampai 30 hadits dan do'a serta dapat mengamalkannya. Terbiasa dengan akhlak Islami ketika di lingkungan sekolah.
110
Nilai Ujian Sekolah/Ujian Madrasah dan Ujian Nasional yang tinggi tidak boleh turun dibandingkan tahun kemaren.” (W/EWA/PP/24-07-2013) “Kalau saya memahami efektif itu dilihat dari acuan administrasinya. Maksudnya gini, saya kan waka kurikulum, jadi efektif itu apabila pembelajaran yang dilaksanakan itu sudah sesuai dengan apa yang dirancang. Kan ada RPP jadi efektif itu iya sesuai dengan RPP, terpenuhi semua target dalam RPP, baik segi waktunya, segi kompetensi siswanya, segi strateginya, dan tidak ketinggalan segi guru atau pengajarnya. Apakah sudah bisa memfasilitasi siswa atau belum, itu juga harus dilihat mas.” (W/EWA/PMG/24-07-2013) “E,, sini itu tahun 2006 mas, ketika Pak Choirul, pak Jufri dan Pak Heru pulang dari pelatihan USAID mas.” (W/EWA/PP/24-07-2013) “Disini kan ada semacam KKG (Kelompok Kerja Guru), jadi dalam kesempatan tersebut bisa dipakai untuk mengecek ketepatan teman-teman dalam membuat RPP. Sebenarnya tidak hanya saya sih, bahkan Bu Chairul juga terjun langsung. Selain itu disini ada MBK (Manajemen Berbasis Kerja), tujuannya MBK ini agar teman-teman itu sedikit merasa terpaksa untuk tertib dalam segala hal. jadi kalau itu semua ndak tertib ada pemotongan gaji.” (W/EWA/CMH/24-07-2013) “Insyaallah sudah cukup bagus mas, jadi memang brand kita itu salah satunya pembelajaran aktif, dan itu gak hanya sekedar promosi untuk mencari siswa saja, tapi memang sudah diterapkan bener-bener. Kita sering pembelajaran ke luar, semisal ke pengrajin bambu, ke pertanian, ke kecamatan, kelurahan, Ibu Bupati, dan banyak lagi, yang intinya sebagai bagian dari upaya penerapan PAIKEM. Nanti panjenengan juga bisa lihat kondisi kelas sudah PAIKEM apa belum. Mungkin saat ini pas puasa dan awal tahun ajaran jadi ndak terlalu kelihatan, tapi pas dihari efektif nanti bisa terlihat jelas. Soalnya mungkin guru-guru saat ini sebenarnya masih persiapan dalam mengajar.” (W/EWA/PP/24-07-2013) “Saya rasa hambatan yang signifikan untuk sekarang ini ndak ada, cuman dulu pas awal-awalnya mungkin ada. Semisal kesiapan guru, yang tadinya ngajar
111
hanya sekedar ngajar kemudian dituntut harus bawa ini itu, Bue ini itu, jadi seolah-olah ada tuntutan kerja yang lebih berat dalam mempersiapkan pembelajaran. Selain itu mungkin dulu pola pikir guru yang belum terkondisikan, bahwa mengajar itu ya ceramah, kalau menggunakan PAIKEM akan sulit, biaya mahal, target materi tidak selesai, mikir ini itu yang ujungnya melemahkan keyakinan diri sendiri dalam menerapkan PAIKEM.” (W/EWA/FHP/24-07-2013) “Tapi kalau untuk saat ini kelihatannya gak ada kesulitan yang berarti sih, karena memang sudah terbiasa. Guru sudah terbiasa kreatif dan inovatif.” (W/EWA/CMH/24-07-2013) “Kalau saya secara pribadi paling cuman bisa memberikan saran, o.. kalau metode yang tepat itu seperti ini, pengelolaan kelas itu bagusnya gini, itu saja sih. Tapi sebenarnya teman-teman iitu sudah terbantu dengan adanya KKG, workshop tiap tahun ajaran baru, terus peer teaching dan saling diskusi disela jam mengajar mereka.” (W/EWA/FDP/24-07-2013) “Yang pertama, yang paling terasa itu niat yang kuat dari dalam diri masingmasing guru tersebut, soalnya meskipun sistemnya ada tapi mereka ndak niat juga akhirnya sama saja. Yang kedua itu, saya rasakan sendiri dukungan dan bimbingan dari bapak Kepala Madrasah yang selalu mendampingi dalam penerapan PAIKEM ini, beliau kalau saya lihat itu memang bener-benar all out mendampingi kita. Yang ketiga mungkin adanya jalinan kerjasama sekolah dengan stakeholder yang sangat baik, semisal OISCA, komite, dan wali murid. Karena memang harus diakui bahwa PAIKEM itu butuh biaya, meskipun tidak semuanya biaya ya, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa dilepaskan deri biaya, semisal penyediaan LK, field trip dan sebagainya.” (W/EWA/CMH/24-07-2013)
112
Reduksi Data 3 Kode Responden
:S
Kode Data
: W/S/04
Hari/tanggal
: Selasa, 23 Juli 2013
Tempat
: Ruang kelas IV B
Waktu
: 11.20-12.00
“Saya masuk ke mi sebagai guru mi itu tahun 2006, juli 2006 saya masuk kesini, terus disini saya wb ya, maksudnya, langsung dikasih guru mapel ipa kelas 3 dan 4, lha disitu ternyata di akhir pas liburan sekolah seperti ada workshop guru, lha disitu dikenalkan istilah PAIKEM terus pembelajaran yang Aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan, disitu ada banyak sekali model-model pembelajaran yang aktif, lha disitu saya baru mengenal paikem yang sebenarnya ternyata banyak sekali macam-macamnya, lha akhirnya mulai tahun ajaran baru setelah 2006 itu, saya terapkan ketika mengajar di kelas ini, tapi saya sudah naik ngajarnya kelas 5 dan 6 sampai saat ini.” (W/S/PMG/23-07-2013) “Eee,,, kemarin gini, saya itu pengin ketika masuk kelas punya tehnik tersendiri dan tidak sama dengan guru yang lain gitu low,, jadi anak-anak ini tahu oh ini nanti jamnya ipa Bu Sartini.” (W/S/TP/23-07-2013) “Biasanya awal pertamanya saya kuis, kuis ABCD, kuis barisan ABCD terus anak-anak kan sudah saya suruh belajar sendiri dirumah, kemudian begitu saya masuk, ya kalau matemtika kayak mencongak itu lhow,, kalau matematika kan cenderung sendiri tapi kalau ipa itu kelompok, naa,, selain itu saya juga mengaitkan dengan subbab yang ingin saya sampaikan, jadi nanti saya menyiapkan lembar kerja siswa, terus kemudian tehnik strategi yang harus saya sampaikan misalnya tertulis di RPP yang sudah saya buat.” (W/S/PP/23-07-2013)
113
“Oow,, gitu, saya merasa ketika yaitu karena awal-awal itu ya, jadi ketika ada kousioner siapa guru yang anda paling senangi itu ternyata banyak yang menuliskan nama saya, lha setelah saya tanya kenapa kok suka, ternyata gini,, keseringan metode2 yang saya pakai berbeda itu tadi disukai anak, jadi anak itu seperti ketika saya mau masuk ini nanti mau ngapain lagi,kan gitu. Jadi anak-anak itu cenderung aktif, ketika saya memberikan pertanyaan semua mata tertuju ke saya gitu loow, memang ketika anak itu diam itu saya, “semua diam dulu coba kamu mas,,,!” na, ketika tidak memperhatikan saya tegur seperti itu, jadi dia berusaha untuk memperhatikan saya, terus ketika saya butuh mencatatkan materi yang perlu saya catat itu tidak saya yang nyatat langsung turut itu tidak, tapi siapa yang bisa dan berani maju silahkan mengungkapkan pendapatnya. Iya, begitu, anak itu tidak takut gitu lhow,, jadi ketika “saya bu” iya pokoknya yang belum pernah maju sama sekali harus maju, itu dadi nanti berani maju.” (W/S/PRS/23-07-2013) “Oow,, gitu, ee,, metodenya saya biasanya eksplorasi yang melengkapi LK itu saya sering, tujuannya memang anak-anak selain membacanya tidak hanya dari satu sumber dia sudah mencari sumber yg lain terus kemudian nanti dalam menjawab pertanyaan itu mudah, tapi ketika ada seperti kerja kelompok itu juga sering saya terapkan, itu,, eksplorasi LK dan kerja kelompok.” (W/S/MP/23-07-2013) “Eee... kalau di ipa sangat penting terutama untuk bab pernapasan seperti itu nanti disini alat peraga ipa itu banyak mas, tapi karena kendala kemarin pembangunan harus di angkut sana diangkut sini, jadi akhirnya tidak maksimal, tapi awal-awal dulu maksimal, ketika pernapasan itu saya pakeknya gambar torso itu low, torso itu saya bawa terus prakteknya dengan penjelasan saya ngambil dari salah satu siswa, nanti dia mepraktekan, trus kalau yang ciri khusus dan sebagainya itu nanti saya pakainya pakai lcd, jadi nanti disana ada proses kayak pernapasan nanti kan ada gambar yang bergerak seperti itu, ya itu yang jelas bisa menanamkan konsep ke anak lebih matang lagi.” (W/S/AMS/23-07-2013)
114
“Berubah mas,, setiap ada sub bab yang harus kami ubah misalnya perlu diskusi ya kami begitu masuk kelas itu diubah ke kelompok diskusi kemudian nanti sesuai dengan strategi pembelajaran yang ada di RPP nanti ooo,, hari ini saya mau menerapkan diskusi kelompok itu bererti kelas bentuknya kelompok seperti itu. Kalau disini setiap satu minggu sekali itu pasangan tempat duduk terus denah tempat duduk mesti berubah, denahnya bisa berubah walaupun kembali lagi kemaren seperti ini,,tapi nanti besuk senin dibuat leter U terus kemudian bisa dibuat yang bentuknya V, seeprti itu . Anu wali kelas berperan disana, jadi kalau setiap senin jam pertama sampai ketiga kan wali kelas, jadi wali kelas itu bertugas mengondisikan siswa mengubah pasangan tempat duduk dan denah tempat duduk, seperti itu.” (W/S/PK/2307-2013) “Faktor-faktor yang mendukung menurut saya, alat peraga terkadang sudah ada, semisal kit ipa, cuman kalau pengen berkreasi iya buat sendiri. Kalau dari madrasah ada tiap tahun diadakan pelatihan tentang PAIKEM, modul yang isinya pembelajaran PAIKEM, simulasi, kalau disini kan ada peer theaching,
jadi
guru-guru
yang
aktif
itu suruh
ngajar
didepan.”
(W/S/FDP/23-07-2013) “Oow gitu, dari awal sebelum membuat sendiri RPP itu dapat dari diknas, kami dari SK KD sama, dari situ, disini guru ada seperti workshop pembuatan RPP silabus setiap tahun itu ada, jadi dari kami menyempurnakan yang dari diknas itu terus kemudian kita ubah sesuai dengan pola kita, jadi anak ini pengen kita bawa kemana gituw, jadi elama ini rpp itu juga buatan guru, menurut pengalaman saya selam mengajar, saya selama 7 tahun kan ngajarnya ipa kelas V & VI terus nggih, jadi rpp itu tapi tiap tahun saya selalu mengadakan evaluasi, oow,, jadi kemaren kekurangannya sepeti ini, kelebihannya seperti ini, jadi saya tinggal mengganti yang sekiranya perlu diganti.” (W/S/PP/23-07-2013)
115
“Sangat beda menurut saya, diawal itu ketika pembelajarannya biasa itu greget anak belajar itu kurang, semangat belajarnya kurang tapi setelah menggunakan paikem, mereka cenderung lebih semangat, lebih mandiri, terus ya mengungkapkan pendapat itu lebih bebas gitu low, seperti itu.” (W/S/FHP/23-07-2013) “Kadang kendalanya begini, sudah sampai dikelas tapi ternyata alat peraganya lupa terus harus kembali ngambil, tapi biasanya saya nyuruh anak untuk ngambilkan alat peraga tersebut.” (W/S/FHP/23-07-2013) “ Cuman ketika alat peraga itu harus buat dan ternyta belum sempat itu saya harus ngambil dulu materi yang tidak memerlukan alat peraga, itu saya alihkan dilain waktu, jadi saya tidak memaksakan diri yang penting anak faham dengan konsep yang saya ajarkan.” (W/S/CMH/23-07-2013) “ Yoo,, pernah ketika harus membuat alat peraga sendiri, harus mencari, harus membeli alat-alatnya itu kadang tidak sesuai dengan buku itu akhirnya harus kreatif sendiri, seperti itu.” (W/S/FHP-CMH/23-07-2013)
116
Reduksi Data 4 Kode Responden
: IBS
Kode Data
: W/IBS
Hari/tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Tempat
: Masjid madrasah
Waktu
: 12.15-12.45
“Nggih, saya mengetahui PAIKEM itu sudah lama, sebelum mengajar disini saya sudah tahu PAIKEM, tepatnya sewaktu kuliah dulu. Tapi untuk persisnya sewaktu mata kuliah apa saya sudah tidak begitu ingat, soalnya banyak mata kuliah yang menyinggung PAIKEM, kelihatannya mata kuliah metode pembelajaran. Namun kalau ditanya kapan menerapkannya, saya menerapkan PAIKEM baru saja, setelah wiyata bakti di madrasah ini.” (W/IBS/PMG/2507-2013) “Tujuan saya dalam menerapkan PAIKEM selain itu tuntutan atau keharusan sebagai pengajar disini, saya secara pribadi juga ingin meningkatkan kemampuan mengajar saya. Saya tidak ingin mengajar hanya sekadar ngajar, tetapi mengajar bagi saya adalah membentuk anak. Dan cara meningkatkan kemampuan mengajar saya sekaligus membentuk atau mendidik anak adalah dengan PAIKEM tersebut. Jadi dengan PAIKEM saya dan anak-anak bisa sama-sama belajar. Anak aktif dan kreatif dalam belajar, saya aktif dan kreatif dalam menyiapkan pembelajaran, itu.” (W/IBS/TP/25-07-2013) “saya kan mengajar SKI dikelas 3 (tiga), biasanya saya menggunakan semacam permainan dalam pembelajaran, saya sering pakai index card match, Role play juga sesekali pernah, tapi memang kalau saya dalam menerapkan metode-metode itu saya sesuaikan dengan materinya. Terkadang nonton film juga saya gunakan. Tetapi kesemuanya itu selalu saya lengkapi dengan LK.” (W/IBS/MP/25-07-2013)
117
“Pengalaman saya dalam menerapkan PAIKEM siswa bisa aktif dalam pembelajaran, namun terkadang juga ada siswa yang aktif tapi aktifnya gojeg. Sebagai contoh ketika saya menerapkan index card match, ada beberapa siswa yang dalam bermain itu bener-bener tidak menganggap sebagai belajar, akhirnya malah gojeg. Tetapi memeng secara garis besar anak-anak menjadi lebih aktif dan lebih bisa dekat dengan saya. Anak-anak lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya pada saya, meskipun ada anak yang dalam mengemukakan pendapat itu asal ngomong alias bercAnda.” (W/IBS/PRS/25-07-2013) “Iya itu tadi, saya paling sering menggunakan index card match, karena saya merasa metode tersebut sangat pas digunakan untuk mengajar di kelas bawah. Jadi memang siswa bisa benar-benar aktif, mereka lebih seperti lupa bahwa kalau saat itu sedang dalam pembelajaran.” (W/IBS/MP/25-07-2013) “Itu penting sekali ya, meskipun tidak selalu, tetapi hampir setiap saya mengajar selalu bawa media. Terkadang saya sendiri yang buat medianya, tetapi siswa kadang-kadang juga saya minta membuat media, seperti ketka bermain peran, iya siswa yang saya minta membuat kostum sederhana, saya cuman menyiapkan teks bacaannya dan membagi tugas masing-masing anak saja. Kesimpulan saya, peran alat dan media sangat penting, karena alat dan media adalah salah satu sarana dalam mengaktifkan anak dan membuat mereka lebih inovatif.” (W/IBS/AMS/25-07-2013) “Emm, nanti Anda bisa lihat sendiri ya, kalau pengaturan kelas itu sudah dikondisikan oleh wali kelas, jadi untuk mading, dinding pajangan kreatifitas siswa, perpustakaan kelas, itu semua sudah menjadi tanggung jawab wali kelas. Tetapi kalau untuk seting tempat duduk atau pengelolaan siswa saya biasa merubah sesuai kebutuhan saya. Semisal pas ada diskusi iya tempat duduk
saya
bentuk
sesuai
dengan
(W/IBS/PK/25-07-2013)
118
suasana
kebutuuhan
diskusi.”
“Iya, itu harus. Kalau disini RPP harus selalu buat dan harus benar-benar disetujui oleh pak Kepala. Kalau kesatuannya dengan PAIKEM saya rasa juga sudah, soalnya pembelajarannya adalah berbasis pembelajaran aktif.” (W/IBS/PP/25-07-2013) “Kalau untuk hasil belajarnya per-anak beda-beda ya, tergantung tipe belajar juga soalnya. Bagi anak yang auditori tentu lebih nyaman dengan ceramah, tetapi secara umum anak-anak lebih bisa dalam menjawab soal ketika ujian. Dan dalam prosespun anak-anak lebih nyaman, senang, kritis. Soal prestasi memang ada peningkatan.” (W/IBS/FHP/25-07-2013) “Iya seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, dengan adanya suasana semangat mengajar diantara guru-guru serta adanya pelatihan-pelatihan sampai saat ini saya merasa sudah bisa mengatasi pemikiran saya bahwa PAIKEM itu merepotkan”. (W/IBS/CMH/25-07-2013) “Sebenarnya kalau hambatan itu tidak begitu terasa ya, paling mengenai kesiapan saya sendiri dalam mengajar yang terkadang terasa merepotkan. Harus membuat ini dan itu. Harus cari ini dan itu. Yang kalau dipikir-pikir kadang kita merasa menjadi guru itu tuntutannya sangat berat. Iya itu, paling, soalnya kalau dikelas penerapannya sudah enak, yang sulit cuman persiapannya”. (W/IBS/FHP/25-07-2013) “Menurut saya yang mendukung penerapan PAIKEM adalah adanya program pembinaan guru di madrasah ini, seperti adanya workshop. Selain itu setelah adanya hotspot untuk guru saya merasa lebih mudah dalam membuat Lembar Kegiatan untuk siswa.” (W/IBS/FDP/25-07-2013)
119
Reduksi Data 4 Kode Responden
: SH
Hari/tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Tempat
: Serambi kelas
Waktu
: 08.30-08.36
“Senang, kadang ada game-nya jadi asyik.” (W/SH/PRS/25-07-2013) “Hehe, nggak terlalu, tapi mudah faham.” (W/SH/PRS/25-07-2013) “Pak irham, orange lucu kak.” (W/SH/PRS/25-07-2013) Kode Responden
: WM
Hari/tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Tempat
: Serambi kelas
Waktu
: 08.37-08.45
“Senang kak, soalnya nggak galak.” (W/WM/PRS/25-07-2013) “Bisa.” (W/WM/PRS/25-07-2013) “Pak Jufri, kalau ngajar enak, jadi nggak ngantuk.” (W/WM/PRS/25-072013)
120
Lampiran 5 Triangulasi Data PENERAPAN PAIKEM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN 2013 Kategori
Data
Proposisi
Kesimpulan
Motivasi guru MIM Karanganyar dalam menerapkan PAIKEM
“Jadi kita pernah dipilih kebetulan dipilih untuk, apa, kerjasama dengan lembaga USAID bidangnya tentang pembelajaran PAIKEM, na,, dari sini ada tiga guru, saya juga dipilih kemudian ada dua guru itu sebagai fasilitator di PAIKEM itu, setelah ditunjuk kebetulan dapat program tahun 2006, jadi kita mulai tahun 2006, ada sekarang yang pak Heru sudah pindah yang masih pak Jufri dikelas dua itu na itu ditunjuk, maka kita berkomitmen, berkomitmen dengan jumlah siswa yang dulu sudah enam ratusan.” (W/CA/PMG/23-072013) “E,, sini itu tahun 2006 mas, ketika Pak Choirul, pak Jufri dan Pak Heru pulang dari pelatihan USAID mas.” (W/EWA/PMG/24-072013)
MIM Karanganyar memulai menerapkan PAIKEM tahun 2006
MIM Karanganyar menerapkan PAIKEM tahun 2006 dan sejak saat itu guru menerapkan PAIKEM, sedangkan tujuan diterapkannya PAIKEM di sisi siswa adalah untuk mewujudkan long term memories pada siswa, menggali potensi siswa, dan megaktifkan siswa. Sedangkan tujuan di sisi guru adalah untuk memiliki ciri khas dalam mengajar serta meningkatkan kompetensi pedagogis guru
“Saya masuk ke MI sebagai guru MI itu tahun 2006, juli 2006 saya masuk kesini, terus disini saya wiyata bakti ya, maksudnya, langsung dikasih guru mapel ipa kelas 3 dan 4, lha disitu ternyata di akhir pas liburan sekolah seperti ada workshop guru, lha disitu dikenalkan istilah PAIKEM terus pembelajaran yang Aktif,
Guru mengenal dan menerapkan PAIKEM semenjak menjadi tenaga mengajar pertama kali melalui workshop
121
MIM Karanganyar memulai menerapkan PAIKEM tahun 2006
kreatif, inovatif, dan menyenangkan, disitu ada banyak sekali model-model pembelajaran yang aktif, lha disitu saya baru mengenal PAIKEM yang sebenarnya ternyata banyak sekali macammacamnya, lha akhirnya mulai tahun ajaran baru setelah 2006 itu, saya terapkan ketika mengajar di kelas ini, tapi saya sudah naik ngajarnya kelas 5 dan 6 sampai saat ini.” (W/S/PMG/23-07-2013) “Nggih, saya mengetahui PAIKEM itu sudah lama, sebelum mengajar disini saya sudah tahu PAIKEM, tepatnya sewaktu kuliah dulu. Tapi untuk persisnya sewaktu mata kuliah apa saya sudah tidak begitu ingat, soalnya banyak mata kuliah yang menyinggung PAIKEM, kelihatannya mata kuliah metode pembelajaran. Namun kalau ditanya kapan menerapkannya, saya menerapkan PAIKEM baru saja, setelah wiyata bakti di madrasah ini.” (W/IBS/PMG/25-07-2013)
Guru mengenal PAIKEM sebelum menjadi tenaga pengajar dan semenjak aktif mengajar pertama kali sudah langsung menerapkan PAIKEM
“Dengan pembelajaran aktif/PAIKEM, anak-anak akan memperoleh ilmu, setelah diperoleh itu akan bertahan dalam jangka waktu yang lama, karena anak harus menemukan, mengalami, kemudian bisa menyimpulkan proses aktifitas baik itu fisik, tidak hanya alat pendengar saja, harus menemukan harus melakukan, lha itu setelah
Tujuan penerapan PAIKEM agar ilmu yang diajarkan oleh guru dapat diingat oleh siswa dalam jangka waktu yang lama
122
didapat ilmu yang didapat itu akan tahan lama, tidak hanya mungkin sebaliknya pembelajaran dengan drill, setelah drill disampaikan ilmu itu hanya terbatas pada untuk mengerjakan soal, itu perbedaan target paikem, maka anak-anak itu harapanya tidak hanya ilmu sebagai target untuk mengerjakan soal tapi ilmu itu bagian dari ilmu yang nanti akan tahan lama akhirnya bisa untuk bekal hidup, mungkin seperti kita saat kecil suruh kita bermain mobil-mobilan atau kapal-kapalan dari kulit jeruk, jeruk bali itu, mungkin seperti saya sampai sekarang masih teringat terus, karena diusianya dia menemukan mengalami sambil bermain sambil belajar mesti gak akan lupa, tapi saat di drill ya hanya terbatas pada saget iso mengerjakan soal, rasanya ilmu itu sudah selesai, maka PAIKEM itu kita mempunyai keyakinan ilmu itu yang didapat akan tahan lama, itu.” (W/CA/TP/23-07-2013) “Kita kembangkan multiple intellegency, visi sekolah kita itu semua anak mempunyai kecerdasan, mempunyai kelebihan, maka pembelajaran PAIKEM itu bagian dari kita bisa menemukan potensi anak, kalau kita sekolah atau guru itu menggunakan pembelajaran dengan ceramah terus, mesti guru itu ndak akan bisa
123
Tujuan penerapan PAIKEM untuk menggali potensi siswa berdasarkan prinsip multiple intellegent
menemukan potensi anak.” (W/CA/TP/23-07-2013)
Program Pembelajaran
“Eee,,, kemarin gini, saya itu pengin ketika masuk kelas punya tehnik tersendiri dan tidak sama dengan guru yang lain gitu low,, jadi anak-anak ini tahu oh ini nanti jamnya IPA Bu Sartini.” (W/S/TP/23-07-2013)
Tujuan penerapan untuk memiliki kekhasan dalam mengajar
“Tujuan saya dalam menerapkan PAIKEM selain itu tuntutan atau keharusan sebagai pengajar disini, saya secara pribadi juga ingin meningkatkan kemampuan mengajar saya. Saya tidak ingin mengajar hanya sekadar ngajar, tetapi mengajar bagi saya adalah membentuk anak. Dan cara meningkatkan kemampuan mengajar saya sekaligus membentuk atau mendidik anak adalah dengan PAIKEM tersebut. Jadi dengan PAIKEM saya dan anak-anak bisa sama-sama belajar. Anak aktif dan kreatif dalam belajar, saya aktif dan kreatif dalam menyiapkan pembelajaran, itu.” (W/IBS/TP/25-072013)
Tujuan penerapan PAIKEM untuk meningkatkan kompetensi pedagogis dan mengaktifkan siswa
“Kalau disini itu jadi program prioritas, maka harus sukses, untuk yang kita kembangkan masih fokus dipembelajaran.” (W/CA/PP/23-07-2013)
PAIKEM dijadikan program prioritas
“ Kita setiap semester ada yang namanya field trip, belajar diluar kelas, nanti RPPnya panjenengan bisa lihat. Disini ada namanya
PAIKEM diterapkan salah satunya melalui program field
124
MIM Karanganyar menjadikan PAIKEM sebagai program prioritas yang diwujudkan melalui beberapa program andalan, yakni field trip, Pengembangan Diri, dan
RPP terpadu, lha itu setiap satu semester sekali ee,,, belajar diluar kelas tidak out bond, memang belajar. Di RPP itu sudah include semua pelajaran, anakanak nanti diluar akan, contohnya kunjungan ke OISCA, na pelajaran matematika misalnya satu atau dua soal, mengukur luas tanah, jadi itu contoh penerapan Contextual Teaching Learning. Belajar itu konteks, sesuai dengan yang kita butuhkan. Contoh lain ada pelajaran bahasa Indonesia membuat peta, jadi dari sini sampai karangpandan itu dibuat. Semua pelajaran di RPP itu jadi satu, anak-anak kesana itu tidak bermain, nanti yang IPA pembibitan, kita pernah ini karena belum semuanya ya, anak-anak dari sana diberi bibit terong kemudian setiap minggu didampingi dari sana, ini fotonya bisa dilihat. Jadi terongnya nanti ketika sudah bisa dipanen bisa dijual anakanak untuk pembelajaran jual-beli. Terus ada materi pertumbuhan, anak-anak dikasih anak ayam untuk dibawa pulang, dipelihara, diamati dan diukur pertumbuhannya. Semua itu tadi kalau cuman pembelajaran ceramah 10 menit pertemuan selesai, tapi kalau PAKEM bisa mencapai dua bulan, dan itu tidak akan dilupakan seumur hidup. PAKEM tidak hanya teori dikelas tapi sudah mengarah CTL.” (W/CA/PP/23-07-
125
trip yang juga sekaligus untuk menerapkan CTL
pembelajaran out class untuk mencari sumber belajar ahli.
2013) “E,,, kalau untuk kurikulum, disini itu kan sebenarnya bagian dari Muhammadiyah, maka dari itu kurikulum dalam artian mata pelajaran yang diajarkan juga perpaduan antara kurikulum nasional, pusat yang kebetulan saat ini masih menerapkan KTSP dan kurikulum yang berciri khas kemuhammadiyahan. Kurikulum yang dari MI Muhammadiyah ini ada beberapa, seperti mata pelajaran Baca Tulis Al Quran, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa, terus ada juga pengembangan diri,mungkin kalau sekolah lain istilahnya ektra kurikuler. Pengembangan diri disini ditujukan agar potensi siswa itu terdeteksi mas, memang selain itu juga sebagai upaya penyiapan kita dalam ajang lomba atau olimpiade. Untuk pengembangan diri disini ada Tapak Suci, Hizbul Wathan, Sepak Bola, Karawitan, Rebana, Futsal, Seni Lukis, Bola Voli dan Seni Tari.” (W/EWA/PP/24-07-2013
Untuk menemukan dan mengembangka n potensi siswa maka diadakan kurikulum ekstra Pengembangan Diri
“Insyaallah sudah cukup bagus mas, jadi memang brand kita itu salah satunya pembelajaran aktif, dan itu gak hanya sekedar promosi untuk mencari siswa saja, tapi memang sudah diterapkan bener-bener. Kita sering pembelajaran
Untuk menerapkan PAIKEM salah satunya diadakan pembelajaran out class atau kunjungan ke sumber belajar
126
Metode, Alat, Media dan Sumber Pembelajaran
ke luar, semisal ke pengrajin bambu, ke pertanian, ke kecamatan, kelurahan, Ibu Bupati, dan banyak lagi, yang intinya sebagai bagian dari upaya penerapan PAIKEM. Nanti panjenengan juga bisa lihat kondisi kelas sudah PAIKEM apa belum. Mungkin saat ini pas puasa dan awal tahun ajaran jadi ndak terlalu kelihatan, tapi pas dihari efektif nanti bisa terlihat jelas. Soalnya mungkin guru-guru saat ini sebenarnya masih persiapan dalam mengajar.” (W/EWA/PP/24-07-2013) “Biasanya awal pertamanya saya kuis, kuis ABCD, kuis barisan ABCD terus anak-anak kan sudah saya suruh belajar sendiri dirumah, kemudian begitu saya masuk, ya kalau matemtika kayak mencongak itu lhow,, kalau matematika kan cenderung sendiri tapi kalau ipa itu kelompok, naa,, selain itu saya juga mengaitkan dengan subbab yang ingin saya sampaikan, jadi nanti saya menyiapkan lembar kerja siswa, terus kemudian tehnik strategi yang harus saya sampaikan misalnya tertulis di RPP yang sudah saya buat.” (W/S/MP/2307-2013) Tidak lama kemudian S melanjutkan pembelajaran dengan, membagi siswa menjadi empat kelompok sesuai dengan deret meja. Selanjutnya S membuat tabel sederhana mengenai penggolongan hewan,
127
Untuk mengaktifkan siswa dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan guru menerapkan kuis, membuat Lembar Kerja, dan strategi pilihan dalam pembelajaranya
Untuk mengaktifkan siswa dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan guru
PAIKEM di MIM Karanganyar menggunakan berbagai metode seperti index card match, role play, eksplorasi yang dilengkapi LK, demonstrasi, kuis, permainan, dll. Sedangkan alat dan media pembelajaran yang digunakan berupa barang bekas, LCD, torso, gambar, serta alat dan media hasil kreatifitas guru sendiri. Sumber belajar yang digunakan selain dari buku juga dari lingkungan sekitar.
setelah jadi maka permainanpun dimulai. Tujuan permainan ini adalah untuk mengingat materi yang sudah disampaikan pada pertemuan yang telah lalu. S memberikan pertanyaan dan masing-masing kelompok nampak berebut mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan. Bagi kelompok yang benar menjawab maka akan mendapat nilai 100. (P/MP/24-07-2013)
menerapkan kuis, membuat Lembar Kerja, dan strategi pilihan dalam pembelajaranny a
Guru demontrasi memotong buah dan kue yang sudah dipersiapkan.Salah satu siswa disuruh mengambil potongan kue/ buah tersebut.Kemudian guru bertanya jawab pada siswa berapa bagian buah/ kue yang telah diambil tadi. Kemudian guru menjelaskan bahwa potongan kue/ buah tadi adalah pecahan. Guru membimbing siswa untuk membaca dan menulis bilangan pecahan. (D/RPP) “Oow,, gitu, ee,, metodenya saya biasanya eksplorasi yang melengkapi LK itu saya sering, tujuannya memang anak-anak selain membacanya tidak hanya dari satu sumber dia sudah mencari sumber yg lain terus kemudian nanti dalam menjawab pertanyaan itu mudah, tapi ketika ada seperti kerja kelompok itu juga sering saya terapkan, itu,, eksplorasi LK dan kerja kelompok.” (W/S/MP/23-07-2013)
Guru menerapkan demonstrasi untuk mengajak siswa aktif dalam pembelajaran
128
Untuk menjadikan siswa berpikir kritis guru menggunakan eksplorasi yang dilengkapi lembar kerja
“ketika pernapasan itu saya pakeknya gambar torso, torso itu saya bawa terus prakteknya dengan penjelasan saya ngambil dari salah satu siswa, nanti dia mepraktekan, trus kalau yang ciri khusus dan sebagainya itu nanti saya pakainya pakai LCD, jadi nanti disana ada proses kayak pernapasan nanti kan ada gambar yang bergerak seperti itu, ya itu yang jelas bisa menanamkan konsep ke anak lebih matang lagi.” (W/S/AMS/23-07-2013)
Guru menggunakan torso dan LCD dalam pembelajaran
“Itu penting sekali ya, meskipun tidak selalu, tetapi hampir setiap saya mengajar selalu bawa media. Terkadang saya sendiri yang buat medianya, tetapi siswa kadang-kadang juga saya minta membuat media, seperti ketka bermain peran, iya siswa yang saya minta membuat kostum sederhana, saya cuman menyiapkan teks bacaannya dan membagi tugas masing-masing anak saja. Kesimpulan saya, peran alat dan media sangat penting, karena alat dan media adalah salah satu sarana dalam mengaktifkan anak dan membuat mereka lebih inovatif.” (W/IBS/AMS/25-07-2013)
Guru dalam menggunakan media disesuaikan dengan materi pembelajaran dan melibatkan siswa untuk aktif dengan ikut membuat media pembelajaran
“Dengan PAIKEM pembelajaran bisa menggunakan semua metode, lingkungan sebagai sumber belajar, barang bekas bisa dimanfaatkan
PAIKEM dapat diterapkan dengan menggunakan berbagai metode,
129
sebagai media pembelajaran.” (W/CA/AMS-CMH/23-072013)
“saya kan mengajar SKI dikelas 3 (tiga), biasanya saya menggunakan semacam permainan dalam pembelajaran, saya sering pakai index card match, Role play juga sesekali pernah, tapi memang kalau saya dalam menerapkan metode-metode itu saya sesuaikan dengan materinya. Terkadang nonton film juga saya gunakan. Tetapi kesemuanya itu selalu saya lengkapi dengan LK.” (W/IBS/MP/25-07-2013)
Pengelolaan kelas
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan barang bekas sebagai media Guru memilih index card match dan role play sebagai strategi menerapkan PAIKEM dan menggunakan LCD (menonton film) sebagai alat
“Iya itu tadi, saya paling sering menggunakan index card match, karena saya merasa metode tersebut sangat pas digunakan untuk mengajar di kelas bawah. Jadi memang siswa bisa benar-benar aktif, mereka lebih seperti lupa bahwa kalau saat itu sedang dalam pembelajaran.” (W/IBS/MP/25-07-2013)
Guru sering menggunakan index card match sebagai strategi dalam menerapkan PAIKEM
“Berubah mas,, setiap ada sub bab yang harus kami ubah, misalnya perlu diskusi ya kami begitu masuk kelas itu diubah ke kelompok diskusi kemudian nanti sesuai dengan strategi pembelajaran yang ada di RPP nanti ooo,, hari ini saya mau menerapkan diskusi kelompok itu berarti kelas bentuknya kelompok seperti itu. Kalau disini setiap satu minggu sekali
Pengaturan kelompok dan pengaturan siswa selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan materi yang akan diajarkan
130
Pengelolaan kelas dibagi menjadi dua yaitu pengeloaan siswa dan pengorganisasian kelas. Pengelolaan siswa dilakukan melalui penyesuaian terhadap materi yang akan diajarkan dengan
itu pasangan tempat duduk terus denah tempat duduk mesti berubah, denahnya bisa berubah walaupun kembali lagi kemaren seperti ini,,tapi nanti besuk senin dibuat leter U terus kemudian bisa dibuat yang bentuknya V, seeprti itu . Anu wali kelas berperan disana, jadi kalau setiap senin jam pertama sampai ketiga kan wali kelas, jadi wali kelas itu bertugas mengondisikan siswa mengubah pasangan tempat duduk dan denah tempat duduk, seperti itu.” (W/S/PK/23-07-2013)
memvariasi tempat duduk dan pengelompokan siswa. Pengorganisasian kelas dilakukan melalui penataan ruang kelas sedemikian rupa sehingga murid merasa nyaman dan dapat aktif didalam kelas.
“Emm, nanti Anda bisa lihat sendiri ya, kalau pengaturan kelas itu sudah dikondisikan oleh wali kelas, jadi untuk mading, dinding pajangan kreatifitas siswa, perpustakaan kelas, itu semua sudah menjadi tanggung jawab wali kelas. Tetapi kalau untuk seting tempat duduk atau pengelolaan siswa saya biasa merubah sesuai kebutuhan saya. Semisal pas ada diskusi iya tempat duduk saya bentuk sesuai dengan suasana kebutuuhan diskusi.” (W/IBS/PK/25-07-2013)
Kelas diatur sedemikian rupa oleh wali kelas untuk menciptakan suasana pembelajaran aktif, seperti dengan adanya mading, pajangan kreatifitas siswa dan perpustakaan kelas
Terlihat kelas sangat bersih dan rapi dengan lantai keramik putih dibagian bawahnya. Dibagian depan kelas terdapat white board dengan spidol terletak di sisi bawahnya. Diatas white board tersebut ada TV lcd besar. Disamping kanan dan kiri atas papan tersebut
Pengorganisasia n kelas PAIKEM di MIM Karanganyar meliputi pemanfaatan tata ruang kelas agar pembelajaran
131
Peran guru dan siswa dalam PAIKEM
terdapat masing-masing satu speaker aktif. Sedang dibagian paling atas terdapat foto presiden RI dan wakilnya. Sedang disisi kanan dan kiri kelas terdapat deretan jendela ukuran besar yang menyebabkan sinar matahari masuk dengan bebas. Di sepanjang jendela dan dinding bagian belakang terdapat namanama siswa yang diatasnya ada gantungan, gantungan tersebut ditujukan untuk menggantung hasil kerja siswa sesuai dengan nama siswa masing-masing. Dibagian depan disamping meja guru terdapat lemari yang berisi buku-buku pelajaran dan buku anakanak. Lemari tersebut merupakan perpustakaan kelas. Sedangkan di sudut kiri bagian depan ruang kelas berdiri sebuah dispenser, yang dihari-hari biasa merupakan tempat minum siswa. Dibagian tengah kelas nampak susunan tempat duduk yang bergerombol menjadi empat kelompok. (P/PK/2307-2013) “Prosespun kalau guru itu persiapannya baik, dalam proses belajar mengajarpun lebih enak guru itu, karena sebagai fasilitator tidak center belajar. Waktunya hanya 15 menit ceramah setiap kali pertemuan yang lain siswa sudah aktif.” (W/CA/PRG/23-07-2013)
dapat maksimal, seperti adanya white board, LCD, speaker aktif, pencahayaan ruang dan pengaturan sirkulasi udara
Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran bukan sebagai pusat belajar
“Pengalaman saya dalam Anak atau menerapkan PAIKEM peserta didik siswa bisa aktif dalam terbiasa aktif
132
Dalam PAIKEM guru berperan sebagai fasilitator dan mengondisikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Sedangkan siswa aktif dan kritis di dalam belajar. Untuk mengaktifkan siswa dan
pembelajaran, namun terkadang juga ada siswa yang aktif tapi aktifnya gojeg. Sebagai contoh ketika saya menerapkan index card match, ada beberapa siswa yang dalam bermain itu bener-bener tidak menganggap sebagai belajar, akhirnya malah gojeg. Tetapi memang secara garis besar anakanak menjadi lebih aktif dan lebih bisa dekat dengan saya. Anak-anak lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya pada saya, meskipun ada anak yang dalam mengemukakan pendapat itu asal ngomong alias bercanda.” (W/IBS/PRS/25-07-2013)
dalam pembelajaran dan terbiasa kritis serta berani dalam mengemukakan pendapat
“anak-anak itu cenderung aktif, ketika saya memberikan pertanyaan semua mata tertuju ke saya gitu low... .terus ketika saya butuh mencatatkan materi yang perlu saya catat itu tidak saya yang nyatat langsung turut itu tidak, tapi siapa yang bisa dan berani maju silahkan mengungkapkan pendapatnya. Iya, begitu, anak itu tidak takut gitu lhow,, jadi ketika “saya bu” iya pokoknya yang belum pernah maju sama sekali harus maju, itu dadi nanti berani maju.” (W/S/PRS/23-07-2013) S memberikan pertanyaan dan masing-masing kelompok nampak berebut mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan. (P/PRS/24-072013)
Anak cenderung aktif dalam berpendapat dan guru mendorong siswa untuk terlibat penuh dalam pembelajaran
133
Guru mengondisikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran melalui kuis
menstimulus kekritisan siswa dapat dilakukan dengan melibatkan siswa dalam membuat konsensus bersama
Faktor penghambat penerapan PAIKEM
“setelah itu S mengadakan kesepakatan dengan siswa, sanksi apa yang nantinya akan diberikan kepada siswa yang telat masuk pelajaran. Setelah berapa lama akhirnya disepakati yang telat harus berdiri di depan kelas untuk menjawab pertanyaan dari siswa lain. Sesuai kesepakatan akhirnya siswa yang telat diberikan sanksi, terlihat banyak siswa yang antusias ingin memberikan pertanyaan kepada mereka. (P/PRS-PRG/24-07-2013) “Mungkin sarana, dukungan finansial kurang.” (W/CA/FHP/2307-2013)
“Ee.... kita kadang punya, jam mengajar guru-guru kita itu banyak, maka kesiapan mengajar itu seperti LK dan RPP itu tidak selalu siap.” (W/CA/FHP/23-07-2013)
“Maka kesimpulan awal PAIKEM itu tidak sulit, hanya terkadang masalah perspektif.” (W/CA/FHP/23-07-2013)
Siswa dilibatkan dalam membuat peraturan bersama sebagai stimulus berpikir kritis dan tanggung jawab terhadap konsensus bersama
Faktor penghambat PAIKEM adalah sarana dan finansial yang kurang Faktor penghambat PAIKEM adalah jumlah jam mengajar guru yang banyak sehingga mengakibatkan ketidaksiapan guru dalam menyiapkan pembelajaran
Faktor penghambat PAIKEM adalah perspektif guru yang menganggap PAIKEM itu sulit
“Dan yang ditakutkan Faktor mungkin nilai UN, apakah penghambat
134
Faktor penghambat PAIKEM dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri adalah persepsi guru yang salah terhadap PAIKEM, seperti PAIKEM itu sulit, waktu pembelajaran menjadi tidak efektif, butuh biaya mahal, keengganan untuk bekerja lebih keras, dan kelalaian guru dalam mengajar. Faktor eksternal yang berasal dari luar pribadi guru adalah sarana dan finansial yang kurang, jam mengajar guru yang banyak
kalau tidak di drill akan selesai apa tidak. Tapi sebenarnya tidak juga, pembagian waktu yang baik dengan PAIKEM itu bisa. Jadi masalah hanya soal perspektif guru saja.” (W/CA/FHP/23-07-2013)
“Saya rasa hambatan yang signifikan untuk sekarang ini ndak ada, cuman dulu pas awal-awalnya mungkin ada. Semisal kesiapan guru, yang tadinya ngajar hanya sekedar ngajar kemudian dituntut harus bawa ini itu, pake ini itu, jadi seolah-olah ada tuntutan kerja yang lebih berat dalam mempersiapkan pembelajaran. Selain itu mungkin dulu pola pikir guru yang belum terkondisikan, bahwa mengajar itu ya ceramah, kalau menggunakan PAIKEM akan sulit, biaya mahal, target materi tidak selesai, mikir ini itu yang ujungnya melemahkan keyakinan diri sendiri dalam menerapkan PAIKEM.” (W/EWA/FHP/24-07-2013) “Kadang kendalanya begini, sudah sampai dikelas tapi ternyata alat peraganya lupa terus harus kembali ngambil, tapi biasanya saya nyuruh anak untuk ngambilkan alat peraga tersebut.” (W/S/FHP/23-07-2013) “Yoo,, pernah ketika harus membuat alat peraga sendiri, harus mencari harus membeli alat-alatnya
135
PAIKEM adalah perspektif guru yang menganggap PAIKEM itu menghabiskan banyak waktu secara tidak efektif Faktor penghambat PAIKEM adalah persepsi guru yang negatif tentang PAIKEM, seperti butuh biaya banyak, sulit, dan waktu tidak efektif
Faktor penghambat PAIKEM adalah karena kelalaian guru itu sendiri
Faktor penghambat PAIKEM adalah kesulitan
sehingga berpengaruh pada kesiapan guru dalam menyiapkan pembelajaran dan sulit dalam menemukan alat peraga yang tepat.
Faktor pendukung penerapan PAIKEM
itu kadang tidak sesuai dengan buku itu akhirnya harus kreatif sendiri, seperti itu.” (W/S/FHP/2307-2013) “Sebenarnya kalau hambatan itu tidak begitu terasa ya, paling mengenai kesiapan saya sendiri dalam mengajar yang terkadang terasa merepotkan. Harus membuat ini dan itu. Harus cari ini dan itu. Yang kalau dipikir-pikir kadang kita merasa menjadi guru itu tuntutannya sangat berat. Iya itu, paling, soalnya kalau dikelas penerapannya sudah enak, yang sulit cuman persiapannya”. (W/IBS/FHP/25-07-2013)
dalam mencari alat peraga yang sesuai
“Sebenarnya kalau secara finansial materi itu tidak. Tapi lebih ke kreatifitasan guru. Contohnya dalam menggunaka sempoa, guru-guru itu pinter, cukup menggunakan bambu dan gabus yang ditusukkan ke bambu itu, ini puluhan, ini satuan, akhirnya sebenarnya gak butuh biaya yang banyak dan muncul ide-ide dari guru itu sendiri. Dengan PAKEM ide-ide itu akan tumbuh.” (W/CA/CMH/23-072013)
Faktor pendukung penerapan PAIKEM adalah sikap kreatif dari para guru
136
Faktor penghambat PAIKEM adalah adanya persepsi bahwa guru dituntut bekerja lebih dalam menyiapkan pembelajaran
Faktor pendukung dalam menerapkan PAIKEM adalah adanya komitmen yang kuat dari para guru untuk menerapkan PAIKEM dan sikap kreatif guru itu sendiri.
Cara mengatasi hambatan PAIKEM
“maka kita berkomitmen, berkomitmen dengan jumlah siswa yang dulu sudah enamratusan.” (W/CA/FDP/23-07-2013
Faktor pendukung penerapan PAIKEM adalah komitmen yang kuat dari para guru
“Tapi dengan paikem pembelajaran bisa menggunakan semua metode, lingkungan sebagai sumber belajar, barang bekas bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Maka dengan paikem barang bekas, lingkungan bisa dijadikan sebagai sumber dan bahan pembelajaran. Sehingga tidak terbatas sekolah itu tidak berkembang karena tidak mempunyai biaya, kadang terbatas tidak mempunyai alat, lab, yang harus kita beli-beli gitu, keterbatasan karena kita merasa mesti ada yang kurang maka kita kembangkan lingkungan itu sumber pembelajaran, nanti panjenengan lihat batu krikil, anak-anak dihalaman itu bisa kita manfaatkan sebagai alat pembelajaran matematika berhitung, tidak harus beli yang sempoa yang dari pabrikan itu harus beli, itu yang pertama mesti kita laksanakan sebagi keharusan program target program pembelajaran kita dengan PAKEM bisa memanfaatkan lingkungan, barang bekas sebagai sumber belajar.” (W/CA/CMH/23-07-2013)
PAIKEM dapat menggunakan bermacammacam metode, serta memanfaatkan lingkungan dan barang bekas sebagai sumber dan media pembelajaran.
“Yoo,, pernah ketika harus Guru menjadi
137
Cara mengatasi hambatan penerapan PAIKEM adalah tersedianya IT, adanya pendampingan baik secara langsung maupun melalui pelatihan (KKG & workshop), adanya komitmen yang kuat untuk menerapkan PAIKEM, dan dukungan dari stakeholder
membuat alat peraga sendiri, harus mencari harus membeli alat-alatnya itu kadang tidak sesuai dengan buku itu akhirnya harus kreatif sendiri, seperti itu.” (W/S/FHPCMH/23-07-2013)
mampu berpikir kreatif dalam membuat alat peraga yang belum ada
“karena itu guru-guru kita selalu kita dampingi terus dalam hal prota, promes, RPP. Tiap sabtu itu bagian dari pendampingan terus. Jadi pendampingan mingguan itu merupakan upaya persiapan mengajar pada minggu berikutnya.” (W/CA/CMH/23-07-2013)
Adanya pendampingan rutin kepada guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran
“Disini kan ada semacam KKG (Kelompok Kerja Guru), jadi dalam kesempatan tersebut bisa dipakai untuk mengecek ketepatan teman-teman dalam membuat RPP. Sebenarnya tidak hanya saya sih, bahkan Pak Chairul juga terjun langsung. Selain itu disini ada MBK (Manajemen Berbasis Kerja), tujuannya MBK ini agar teman-teman itu sedikit merasa terpaksa untuk tertib dalam segala hal. jadi kalau itu semua ndak tertib ada pemotongan gaji.” (W/EWA/CMH/24-072013)
Adanya KKG yang diadakan seminggu sekali dan pendampingan langsung dari Kepala Sekolah
“Yang pertama, yang paling terasa itu niat yang kuat dari dalam diri masing-masing guru tersebut, soalnya meskipun sistemnya ada tapi mereka ndak niat juga akhirnya sama saja. Yang kedua itu, saya rasakan sendiri dukungan dan bimbingan
Adanya kemauan yang kuat untuk menerapkan PAIKEM, adanya pendampingan langsung dari Kepala Madrasah dan
138
dari bapak Kepala Madrasah yang selalu mendampingi dalam penerapan PAIKEM ini, beliau kalau saya lihat itu memang bener-benar all out mendampingi kita. Yang ketiga mungkin adanya jalinan kerjasama sekolah dengan stakeholder yang sangat baik, semisal OISCA, komite, dan wali murid. Karena memang harus diakui bahwa PAIKEM itu butuh biaya, meskipun tidak semuanya biaya ya, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa dilepaskan dari biaya, semisal penyediaan LK, field trip dan sebagainya.” (W/EWA/CMH/24-072013) “Tapi karena sekarang sudah ada IT maka hal tersebut sudah bukan halangan, guru sudah mudah dalam mencari gambar misalnya.” (W/CA/CMH/23-07-2013)
139
kerjasama dengan stake holder yang baik
Adanya IT (internet untuk guru) sehingga memudahkan guru dalam menyiapkan pembelajaran
Lampiran 6 Foto Kegiatan
Kegiatan pembelajaran di kelas
Kegiatan pembelajaran di kelas
Kegiatan pembelajaran ke pengrajin bambu
Penanaman sayur dengan lahan sempit
Kegiatan menghafal Juz ‘amma setiap pagi
pembelajaran di kebun madrasah
140
Foto Kegiatan
Siswa belajar IPA di halaman sekolah
Siswa menampilkan karawitan
Perpustakaan Kelas
Pajangan Portofolio
Dinding pajangan kreatifitas siswa
Pojok baca
141
Lampiran 7
PROFIL SINGKAT MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
A. PENDAHULUAN MI Muhammadiyah Karanganyar berdiri sejak tahun 1974, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1974 dengan Piagam Pendirian dari Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah dengan nama MADRASAH IBTIDAIYAH LATIHAN PGA 6 TAHUN dengan piagam Nomer. Lk/3.c/1223/Pgm.MI/1978. Kemudian berubah menjadi MADRASAH IBTIDAIYAH MUAHMMADIYAH KARANGANYAR dengan Piagam No. I.K/3.a/427/PGM/MI/1981, tertanggal 1 Juni 1981 yang ditanda tangani oleh Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Depag Prov Jateng Drs. H. Moh Rifa'I hingga sampai sekarang. Banyak hal yang dilakukan oleh persyarikatan untuk memaksimalkan program pengembangan Madrasah ini. Pasang dan surut telah dialaminya, banyak usaha yang telah dilakukan, berbagai hambatan dan tantangan telah dilaluinya, semua ini telah dilaluinya dengan baik sehingga dapat menghantarkannya pada kondisi sebagaimana yang sekarang ini. Keberadaan MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah disamping Amal Usaha-amal usaha yang lain. MI Muhammadiyah Karanganyar bukanlah merupakan produk warisan yang sudah matang dan tinggal menikmati, namun merupakan hasil perjuangan yang gigih, dan hasil kerja yang dilakukan persyarikatan dengan tenaga pendidiknya dilandasi dengan ikhlas, penuh dedikasi, tanggung jawab dan selalu menjunjung tinggi cita-cita persyarikatan. B. IDENTITAS MADRASAH a. b. c. d.
Nama Madrasah Tahun Berdiri NSM / NSB / NIS / NPSN SK SD
: Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karanganyar : 1974 : 112331309033 / 004 171 820 514 002 / 11023 / 20312439 : Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah 141
e. f. g. h. i. j.
Tanggal Nomor Tipe Sekolah Gugus Sekolah Masuk Alamat Lengkap
: 23 Maret 2006 : Kw.11.4/4/PP.03.2/623.13.01/2006 :A/B/C : Imbas : Pagi : Jl. Citarum I No.9 Karanganyar 57714 Telp (0271) 494 485
C. VISI Berakhlaq Mulia, Tekun beribadah, Terdepan dalam Prestasi, Menuju Mardhatillah Sejati. D. MISI 1. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan yang mengacu pada Al Qur'an dan Sunah Rasul. 2. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik. 3. Meningkatkan profesionalitas dan kwalitas tenaga kependidikan yang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. 4. Terselenggaranya pengelolaan sekolah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. 5. Mewujudkan Madrasah menjadi kebanggaan serta bagian yang takterpisahkan dari masyarakat. E. TUJUAN DAN TARGET PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan f.
Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dengan motto Cerdas, Kreatif dan Sholeh.
g. Mengembangkan “ Multiple Intelegen “ seluruh aspek kecerdasan alamiah manusia. ( Kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi, kecerdasan logika matematis, kecerdasan spatia, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal). h. Membentuk siswa siswi untuk memiliki Pengetahuan, sikap dan ketrampilan dasar yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 142
i.
Mendidik siswa siswi untuk memiliki Akhlaq dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam serta sikap mandiri sebagai bekal hidup bersama ditengah keluarga dan masyarakat.
j.
Membangun kehidupan sosial yang beradab dan beraklaq atas dasar persaudaraan dan persahabatan agar menjadi Rahmad seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
Target yang akan dicapai antara lain : 1. Anak mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan benar pada dua tahun pertama. 2. Anak mampu menghafal Al Qur’a juz 30 ( Juz’ama) dan memahami beberapa kutipan surat yang relevan dengan kurikulum. 3. Anak mampu menghafal 20 sampai 30 hadist dan do'a serta dapat mengamalkan sesuai dengan perkembangannya. 4. Mengerti dan memahami ajaran serta nilai-nilai Islam, selanjutnya belajar mengamalkannya. 5. Menguasai dasar-dasar Matematika, IPA, PKPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan mata pelajaran yang lain serta memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat. keberhasilan poin ini ditandai dengan nilai UAS/UANAS murni yang tinggi dan lulusan yang berkualitas. F. ASAL SISWA KELAS I TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Asal Siswa Baru Pendaftar
TK Lk 64
Pr 99
RA/BA Lk Pr 17 45
NON TK/RA Lk Pr
JUMLAH Lk Pr 86 135
Total Pendaftar Diterima
225 46
74
11
28
57
Total Diterima
102 159
143
IDENTITAS SEKOLAH / MADRASAH 1. 2. 3. 4. 5. 6.
8.
Nama Sekolah/Madrasah Alamat dan No. Telepon NPSN / NSS Status Sekolah / Madrasah Jenjang Akreditasi Tahun Didirikan Badan Hukum Kepemilikan Tanah/Bangunan Luas Tanah Luas Seluruh Bangunan Visi
: : : : : : : : : : :
9.
Misi
:
7.
MI Muhammadiyah Karanganyar Jl. Citarum I No. 9 Tegalgede Karanganyar, (0271) 494 485 20312439 / 112331309033 Swasta A 1974 Hak Milik Persyarikatan 4.710 1.793 Berakhlaq Mulia, Tekun Beribadah, Terdepan dalam Prestasi, Menuju Mardhatillah Sejati. 1. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan yang mengacu pada Al Qur’an dan Sunah Rasul. 2. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik. 3. Meningkatkan profesionalitas dan kwalitas tenaga kependidikan yang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. 4. Terselenggaranya pengelolaan sekolah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. 5. Mewujudkan Madrasah menjadi kebanggaan serta bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
10. Data Siswa dalam tahun 2010 / 2011 SD/MI 144
Kelas I
Jumlah
L P 57 102 159 Jumlah Rombel : 4 Rombel
Kelas IV
Jumlah
L P 55 65 120 Jumlah Rombel : 3 Rombel
11
Kelas II
Jumlah
L P 69 84 153 Jumlah Rombel : 4 Rombel
Kelas V
Jumlah
L P 54 55 109 Jumlah Rombel : 3 Rombel
Kelas III
Jumlah L P 56 70 126 Jumlah Rombel : 3 Rombel
Kelas VI
Jumlah L P 69 56 125 Jumlah Rombel : 3 Rombel
Jumlah Total Siswa Jumlah L P 360 432 792 Jumlah Rombel : 20 Rombel Data Ruang yang dimiliki NO 1. 2.
JENIS RUANG Ruang Kelas Ruang Penunjang - Ruang Laboratorium Komputer - Ruang Kesenian - Ruang PSBG (Pusat Sumber Belajar Gugus) Raden Mas Said
JUMLAH
UKURAN ( M2 )
20
56 m2
1 1
56 m2 56 m2
1
56 m2
145
Ruang Perpustakaan Ruang UKS Ruang Ibadah/masjid Ruang Praktek Ruang Gudang Sanggar Seni Tari Kamar Mandi/WC
1 1 1 2 1 1 24
56 m2 16 m2 168 m2 56 m2 56 m2 112 m2 4.5 m2
Ruang Kantor - Ruang Kepala Madrasah - Ruang Guru - Ruang Tata Usaha
1 1 1
12 m2 56 m2 56 m2
3.
12
Data Guru dan Pegawai NO
JABATAN
I. 1. 2. 3.
GURU Guru Negeri ( DPK ) Guru Tetap Yayasan Guru Tidak Tetap ( GTT ) JUMLAH PEGAWAI Pegawai Negeri Pegawai Tetap Yayasan Pegawai Tidak Tetap
II. 1. 2. 3.
L
P
JUMLAH
4 10 2 16
8 12 5 25
12 22 7 41
0 7 0
0 2 1
0 9 1 146
KETERANGAN
JUMLAH TOTAL
13
3 28
10 51
Kegiatan Pengembangan Diri dan Ekstra Kurikuler NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14
7 23
JENIS KEGIATAN
ADA
Hizbul Wathon ( HW ) Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TPSM) Paskibraka Basket Sepak Bola MI FC Patroli Keamanan Sekolah ( PKS ) Palang Merah Remaja Menjahit Baca Tulis Al Qur’an ( BTA ) Tilawah Karawitan Rebana Seni Tari
Prestasi Akademik dan Non Akademik yang pernah diraih NO
JENIS LOMBA
PRESTASI
TAHUN 147
TINGKAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Olimpiade MIPA, B. Inggris dan 3. Juara I dan II Matematika Ismuba (Keislaman & Bhs. Arab) 4. Juara I dan III IPA 3. Juara II Pidato Bahasa Jawa Porseni Kan. Depag 4. Juara III Pidato Bahasa Inggris 3. Juara Harapan I Matematika Olimpiade MIPA 4. Juara III IPA Juara I, II, III Matematika, IPA, Lomba Mapel UASBN Bhs. Indonesia Lomba Cedas Cermat Juara II UNDIP MATC Competition Juara I 3. Juara I Matematika Olimpiade MTK & IPA 4. Juara II IPA 4. Juara I Bulu Tangkis POPDA 5. Juara I Pencak Silat 6. Juara II Renang 3. Juara I Bulu Tangkis POPDA 4. Juara I Pencak Silat Lomba lukis Juara III Olimpiade Matematika Juara I Lomba Lukis Juara I Olimpiade Matematika Juara I Lomba Tari Pa / Pi Juara III Lomba kreatifitas anak Juara II Olimpiade MIPA Juara I dan III PORSENI/Lomba Melukis Juara I Olimpiade Sains Nasional Peringkat 5 3. Juara I dan II Matematika Olimpiade Matematika dan IPA 4. Juara I IPA Olympiade MIPA Se 3. Juara I dan IV Matematika 148
2009
Karisidenan
2009
Jawa Tengah
2009
Jawa-Bali
2010
Kabupaten
2010 2010
Kecamatan Jawa Tengah
2010
Kecamatan
2010
Kecamatan
2010
Kabupaten
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
Kabupaten Kabupaten Kecamatan Karisidenan Kecamatan Kecamatan Kabupaten Kabupaten Provinsi
2010
Kabupaten
2010
Karisidenan
15
21 22 23 24
Karisidenan Surakarta Lomba antar SD/MI Lomba Cerdas Cermat SD/MI Olimpiade MIPA Olimpiade MIPA
25
Olimpiade MIPA
4. Juara IV IPA Juara I Juara I dan II Juara III dan IV Juara I dan III 1. Juara I Matematika 2. Juara II IPA
2011 2011 2011 2011
Karisidenan Karisidenan Kabupaten Kabupaten
2011
Kecamatan
Kerjasama Dengan Instansi / Institusi Lain NO 1 2 3
NAMA INSTANSI/INSTITUSI USAID PKU Muhammadiyah Karanganyar Puskesmas Karanganyar
SUDAH SEJAK TAHUN 2006 Berlanjut Berlanjut
AKAN DIMULAI -
BIDANG YANG DITANGANI Pendidikan Kesehatan Kesehatan
Karanganyar, 13 April 2011 Kepala Madrasah
149
Lampiran 8 Brosur Sekolah
148
149
150
Lampiran 9 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Metode
: : : : : :
MI Muhammadiyah Karanganyar Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) VI / 2 Energi dan perubahannya 2 x 35 menit (2 x pertemuan) Ceramah dan praktik
A. Standar Kompetensi : Mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi B. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak (model jungkat jungkit, katapel/model traktor sederhana energi pegas) A. Indikator Pencapaian Kompetensi Siswa dapat membuat model untuk menunjukkan gaya pengaruh terhadap gerak, misalnya: membuat model jungkat jungkit dan katapel. Menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi gerak benda, misalnya tarikan karet pada ketapel, gerak jungkat-jungkit. Siswa dapat memberi contoh penggunaan alat yang berhubungan dengan gaya dan gerak dalam kehidupan sehari-hari. C. Tujuan Pembelajaran: o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang gaya o Siswa dapat Pemanfaatan gaya dalam berbagai peralatan : o Siswa dapat Melakukan diskusi tentang kegiatan tersebut o Siswa dapat Menagih tugas pertemuan sebelumnya o Siswa dapat Menjelaskan faktor yang mempengaruhi gerak benda o Siswa dapat Menyebutkan alat-alat yang berhubungan dengan gaya dan gerak o Siswa dapat Memahami cara kerja dari alat-alat yang berhubungan dengan gaya dan gerak di atas.
Karakter siswa yang diharapkan: Disiplin,Perhatian, Tekun, Tanggung jawab, Rasa ingin tau dan Ketelitian
D. Materi Essensial Gaya dan gerak E. Media Belajar o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
151
o Program Aplikasi Pengajaran Berbasis IT untuk Kelas 6 SD dari JGC o Bola plastik, ranting pohon berbentuk Y, tali karet, kulit bekas tas atau sepatu, pisau, batu kecil, papan dan batu bata.
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa Kegiatan 1. Pendahuluan Mengajak siswa berdo’a sesuai dengan agama masingmasing Mengadakan Apersepsi dan Motivasi : Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan Mengulang materi sebelumnya 2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, Siswa terlibat didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Siswa mampu membuat contoh sederhana aplikasi gaya dengan membuat ketapel. Siswa tau cara kerja ketapel dan aplikasi gaya dalam alat tersebut Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi,: Siswa diberi tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; Siswa diajak diskusi dan berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; Siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; Siswa menyajikan hasil kerja individual maupun kelompokKonfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Siswa dan Guru membahas hasil kerja kelompok. Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang baru saja dipelajari 3. Penutup
152
Waktu (10 menit)
(50 menit)
(10 Memberikan kesimpulan bahwa - Semakin jauh karet yang ditarik semakin jauh lemparan menit) batu - Gaya dorong pada dari kedua sisi bergantian pada papan jungkat-jungkit menyebabkan papan tersebut naik turun. Refleksi Guru bertanya kesan siswa mempelajari materi pelajaran yang telah didapat. Tindal lanjut Guru memberi kegiatan remidi dan tugas pekerjaan rumah pada siswa Penutup - Diakhiri dengan Salam G. Penilaian: 1. Teknik Penilaian : Pengamatan dan tes tertulis 2. Prosedur Penilaian : Penilaian Proses dan penilaian Hasil akhir belajar Aspek yang dinilai
Teknik Waktu Penilaian penilaian Pengamatan Pertemuan 1
Semangat belajar: Cara berfikir, bertindak, Kerjasama, keaktifan Pengetahuan dan Tertulis pemahaman.
Akhir Pelajaran
Bentuk Instrumen Instrumen Penilaian Uraian Lembar Pengamatan
Isian
Soal ulangan harian
FORMAT KRITERIA PENILAIAN A. Lembar Pengamatan
No
Aspek Yang Dinilai Kerjasama Keaktifan Keberania 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Nama Siswa
153
B. Penilaian produk (hasil diskusi) Aspek Penilaian KERJASAMA
KEAKTIFAN
KEBERANIAN
Rubrik Penilaian/Kriteria Jika siswa melakukan kerjasama untuk memecahkan masalah tanpa bimbingan Jika siswa melakukan kerjasama untuk memecahkan masalah dengan bimbingan guru Jika siswa melakukan kerjasama untuk memecahkan masalah dengan paksaan guru Jika siswa pasif Jika siswa aktif melaksanakan tugas tanpa perintah guru Jika siswa aktif melakukan tugas dengan perintah guru Jika siswa aktif melaksanakan tugas semaunya sendiri Jika siswa pasif Jika siswa mengajukan pendapat tanpa perintah guru Jika siswa menhajkan pendapat dengan perintah guru Jika sisewa mengajukan pendapat dengan dorongan teman Jika siswa pasif
Skor 4 3 2 1
3 2 1
3 2 1
C. LEMBAR PENILAIAN No
Nama Siswa
Pengamatan Produk Kerjasama Keaktifan Keberanian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10. 154
Jumlah Skor
Nilai
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial. Karanganyar, 8 April 2013 Mengetahui Guru Mapel
Sartini, S.Pd NBM. 972 680
155
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin penelitian
156
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian
157
Lampiran 12
158
Lampiran 13
159
160
161
Lampiran 14
162
163
Lampiran 15 RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Hajarudin Alfikri
Tempat Tanggal Lahir
: Boyolali, 16 Mei 1990
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Kedokan RT. 19/RW. 04, Klego, Boyolali
Pendidikan
: 1. MIN Kedokan Tahun 2002 2. MTsN Andong Tahun 2005 3. SMAN 1 Simo Tahun 2008
Pengalaman Organisasi
: 1. IPERMASHIN Klego 2006-2007 Ketua Umum 2. IPERMASHIN Klego 2008-2009 Ketua Umum 3. KAMMI Salatiga Tahun 2010-2011 Kadep Kebijakan Publik 4. KAMMI Salatiga 2011-2012 Ketua Umum
Penulis
164