PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI WONOSEGORO TAHUN 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun oleh: Maharani Dyah Nugrahanti 11110009 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stain salatiga.ac.id/Email:
[email protected]
. DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 5 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Maharani Dyah Nugrahanti Kepada: Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: MAHARANI DYAH NUGRAHANTI
NIM
: 111 10 009
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA MTs NEGERI WONOSEGORO TAHUN 2014
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 14 Oktober 2014 Pembimbing
Dra. Lilik Sriyanti, M. Si. NIP. 19660814 199103 2003
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stain salatiga.ac.id/Email:
[email protected]
SKRIPSI PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI WONOSEGORO TAHUN 2014 DISUSUN OLEH MAHARANI DYAH NUGRAHANTI 111 10 009
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Desember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Moh. Khusen, M.A.
______________
Sekretaris Penguji
: Wahidin, M.Pd.
______________
Penguji I
: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag.
______________
Penguji II
: Eni Titikusumawati, M.Pd.
______________
Penguji III
: Muna Erawati, S.Psi, M.Si.
______________
Salatiga 24 Desember 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd NIP. 19670112 199203 1 005
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stain salatiga.ac.id/Email:
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: Maharani Dyah Nurahanti
NIM
: 111 10 009
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 14 Oktober 2014 Yang Menyatakan,
Maharani Dyah. N Nim: 111 10 109
v
MOTTO
“Tidak ada daya dan tidak ada upaya melainkan dengan kehendak ALLAH...”
vi
PERSEMBAHAN
Inilah media terindah untuk menorehkan dedikasiku: Bapakku Yuwono dan Ibuku Suprihati Nugro Jati, beliau adalah sosok yang sangat aku banggakan dan aku sayangi, terimakasih atas sujud dan doa kalian di setiap malam, atas pengorbanan baik berupa tenaga pikiran, dan materi yang entah sudah tidak dapat aku hitung jumlahnya dan terimakasih untuk doa yang tidak pernah terputus. Aku sadar bahwa ucapan terimaksih saja tidak akan sangup untuk membalas dan meggatikan semua yang telah kalian berikan, ingin rasanya selalu bias membuat kalian selalu tersenyum, karena senyum kalian adalah lukisan terindah di dinding kehidupanku. Imamku tercinta (Wildhan Akhsani Taqwim Cahyo Prayogo) terimakasih telahmenyayangi seluruh keluargaku dengan penuh ketulusan,terimakasih untuk saat ketika kau menggantikan peranku menjadi ibu yang baik bagi putra kita, ketika aku merasa terlalu lelah berpikir dan bertindak rasional, dan hanyut dalam emosi yang kadang tidak masuk akal. Tapi kau senantiasa setia dan penuh kesabaran menemaniku dan memapahku untuk bangkit kembali ketika aku mulai menyerah untuk menyelesaikan penelitan ini. Jagoan kecilku (Zulfikar Ikhsan Al-banna)kau selalu terjaga jika ibu bangun meninggalkanmu di tengah malam untuk mulai mengerjakan tugas skripsi, kau selalu memanggil ibu kembali untuk memelukmu dan menidurkanmu, kau memeluk ibu dengan manja seolah tidak mau sedetikpun ibu meninggalkanmu. Semoga engkau tumbuh dengan beningnya mata memandang, sejuknya hati menyikapi, dan cerdasnya kepala berpikir.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Pengaruh Suasana Kondusif dalam Pembelajaran Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada: 1.
Bapak Dr. RahmatHariyadi, M. Pd. selakuKetua STAIN Salatiga.
2.
BapakSuwardi, M. Pd. selakuKetuaJurusanTarbiyah STAIN Salatiga.
3.
Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga.
4.
Ibu Dra. Lilik Sriyanti, M. Si. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5.
IbuSitiAsdiqoh,
M.Si.selakudosenpembimbingakademik
yang
telahbanyakmemberikanpengarahansertabiminganselamamasakuliah. 6.
Ayahhanda
(Yuwono)
danibunda
(Suprihatin)
yang
selalumemberikandukungandansemangatsertadengantulusikhlasmendo akan agar cepatmenyelesaikanperkuliahandanskripsiini. 7.
Untuk suami dan putraku tercinta yang selalu memotivasi, membimbing dan mencurahkan segala perhatian dan do’anya.
8.
BapakH. Ashuri, S.Ag.M.PdI. dan bapakSutrisno, S.PdI., M.M.selaku kepala sekolah dan wakil kepala sekolah di MTs Negri Wonosegoro
viii
yang telah banyak membantu selama
proses penelitian ini
berlangsung. 9.
Semuateman-temanangkatan 2010, PPL dan KKN terkhusus untuk teman terdekatku Ulfa Nur Yani dan Sikhatun Nafis yang selalumemotivasidansalingmendukung
agar
cepatmenyelesaikanperkuliahanini. Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya masih terdapat kekurangan. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pendidikan islam, berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin…
Salatiga, 14 Oktober2014 Penulis,
Maharani Dyah N Nim: 111 10 009
ABSTRAK
ix
Nugrahanti,Maharani Dyah. 2014. 111 10 009. Pengaruh Suasana Kondusif dalam Pembelajaran terhadap Konsentrasi Belajar Siswa diMTs NegeriWonosegoroTahun2014 .Skripsi.JurusanTarbiyah. Program Strata I Pendidikan Agama Islam.SekolahTinggi Agama Islam NegeriSalatiga.Pembimbing: Dra. Lilik Sriyanti, M. Si. Kata kunci: SuasanaKondusifdalamPembelajaran, KonsentrasiBelajarSiswa Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan lingkungan dan suasana khusus. Siswa akan dapat belajar dengan baik apabila dalam suasana kondusif, suasana kondusif adalah suasana yang nyaman dan menyenangkan, nyaman dalam hal ini jauh dari gangguan suara yang merusak konsentrasi. Seperti yang terjadi di MTs Negeri Wonosegoro, karena letak sekolah yang terlalu dekat dengan jalan raya, sehingga suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, dikarenakan suara bising dari kendaraan kerap menganggu konsentrasi belajar siswa ketika proses pembelajaran berlangsug. Penelitianinibertujuanuntuk mengetahui: 1)Bagaimana suasana kondusif dalam pembelajaran di MTsNegeriWonosegoro tahun 2014? 2)Bagaimana konsentrasi belajar siswa di MTsnegri Wonosegoro tahun 2014? 3)Adakah pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014?. Jenispenelitian ini adalah studikorelasi.Data penelitianinidiperolehdarihasilangketsiswa dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini diperolehdari 25% dari populasi yang berjumlah 157 siswa yaitu39 resonden terdiri dari siswa kelas IX(A) 6 siswa, kelas IX(B) 6 siswa, kelas IX(C) 7 siswa, kelas IX(D) 6 siswa, kelas IX(E) 7 siswa, dan kelas IX(F) 7 siswa. Hasil penelitian ini suasana kondusifdi MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014menunjukkan bahwamayoritasrespondendalamkategoricukup, dengan nilai antara 24-26 mencapai prosentase (54%) terdapat 21 siswa, sedangkan konsentrasi belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014mayoritasrespondenjugadalam kategori cukup dengan nilai antara 24-26 mencapai prosentase (41%) terdapat 16 siswa.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dengan produck moment diperoleh hasil rxy= 0,353, untuk jumlah 39 responden taraf signifikan 5% adalah 0,316. > yang menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara suasna kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. Berdasarkan dari hasil penelitian, guru disarankan agar memperbaiki kemampuan pengelolaan kelas yang dimiliki, agar tujuan dan efektivitas berjalan dengan baik.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR BERLOGO ........................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................. v MOTTO ................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ………………………………………………..……vii KATA PENGANTAR ......................................................................... viii ABSTRAK .............................................................................................. x DAFTAR ISI .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................... .xiv DAFTAR GAMBAR......................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah. ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ............................ 5 C.Manfaat Penelitian ................................................................ 6 D. DefinisiOperasional ............................................................. 6 E. Metode Penelitian ................................................................. 9 F. Sistematika Penulisan ......................................................... 16
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.SuasnaKondusif .................................................................. 18 1. PengertianSuasanaKondusif ........................................... 18 2. Faktor-faktorTerciptanyaSuasanaKondusif ................... 20 3. Faktor-faktorPenghambatSuasanaKondusif ................... 22 4.Ciri-ciriSekolahKondusif ................................................ 26 5. UrgensiPengaturanKelasKondusif. ................................ 27 6 .FaktorSituasional............................................................ 37 B. KonsentrasiBelajar................................................................ 39 1. PengertiankonsentrasiBelajar ......................................... 39 2. Faktor-faktoryang MempengaruhiKonsentrasi .............. 42 3. Sebab-sebabSiswa Tidak Berkonsentrasi....................... 52 4. MengembangkanKonsentrasiBelajar ............................. 54 C. PengaruhSuasanaKondusifdalamPembelajaranterhadapKo nsentrasi Belajar............................................................... 57
BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN A.GambaranUmumLokasidanSubjekPenelitian. .................... 59 1. SejarahBerdiri ................................................................ 59 2. LetakGeografis ............................................................... 61 3. FisidanMisi ..................................................................... 62 4. TujuanPendidikan .......................................................... 63 5. Upaya untukMencapaiTujuan ........................................ 64
xii
6. StrukturOrganisasi.......................................................... 64 7. Jumlah Guru. .................................................................. 64 8. JumlahSiswa................................................................... 66 9. EkstraKulikuler. ............................................................. 67 B.Penyajian Data. ................................................................... 68 1. Daftar Nama Responden.............................................69 2. Data Hasil Jawaban Angket Suasana Kondusif. ...........70 3. Data Hasil Jawaban Angket Konsentrasi Belajar...........71
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif……………………………………...….73 B. Pengujian Hipotesis............…………………………….....83 C. Pembahasan……………………………………….…….....87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 91 B. Saran .................................................................................. .92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian ..................................................... 13 Tabel 1.2 Daftar Sampel Penelitian ....................................................... 16 Tabel 3.1 Daftar Nama Kepala Sekolah MTs Negeri ............................ 60 Tabel 3.2 Daftar Guru dan Tenaga Administrasi .................................. 64 Tabel 3.3 Daftar Siswa MTs Negeri Wonosegoro ................................. 66 Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Ekstra Kulikuler MTs Negeri ..................... 67 Tabel 3.5 Daftar Sarana dan Prasarana MTs Negeri Wonosegoro ....... 68 Tabel 3.6 Daftar Responden ...........................................................69 Tabel 3.7 Jawaban angket suasana kondusif dalam pembelajaran......... 70 Tabel 3.8 Jawaban Angket Konsentrasi Belajar Siswa ........................ 71 Tabel 4.1 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Suasana Kondusif ........... 74 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Suasana Kondusif .................. 76 Tabel 4.3 Prosentase Frekuensi Jawaban Suasana Kondusif ............... 78 Tabel 4.4 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar ......... 79 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Konsentrasi Belajar ............... 81 Tabel 4.6 Prosentase Frekuensi Jawaban Konsentrasi Belajar ............ 82 Tabel 4.7 Koefisiensi Pengaruh Suasana Kondusif dalam Pembelajaran Terhadap Konsentrasi Belajar .........................................................84
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Tempat Duduk U-Shape ...................................... 32 Gambar 2.2 Model Tempat Duduk O-Shape ..................................... 32 Gambar 2.3 Model Tempat Duduk V-shape ..................................... 33 Gambar 2.4 Model Tempat Duduk Teather ........................................ 33 Gambar 2.5 Model Tempat Duduk Acak ........................................... 34 Gambar 2.6 Model Tempat Duduk Elips-Shape................................. 34
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik jika anak didik dalam kondisi memperhatikan, tenang dan penuh konsentrasi. Kondisi demikianlah yang sangat didambakan oleh guru, karena jika anak didik dalam kondisi yang tidak tenang, maka guru akan kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran, serta tidak dapat ditangkap oleh peserta didik secara umum. Contoh permasalahan yang terjadi adalah sebagaian anak sering berbicara sendiri dengan temannya disaat pembelajaran berlangsung, mengantuk dan tertidur di kelas, seorang anak dapat berkonsentrasi dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam diri anak itu. Faktor internal misalnya ketidaksiapan mereka dalam menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis, modalitas belajar. Sedangkna faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, misalnya adanya suara-suara berisik dari TV, radio, atau suara-suara yang mengganggu lainnya. Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran
bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan
interaksi
antara
anak
dengan
lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam satu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan memberikan dukungan sekaligus hambatan bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas yang digunakan, fasilitas fisik yang memadai dan berkualitas akan mendukung berlangsungnya proses pendidikan, selain itu melihat metode yang tepat juga sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang maksimal.
Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan lingkungan dan suasana khusus, hal ini bertujuan agar prestasi belajar siswa
1
dapat dicapai seoptimal mungkin. Di sekolah maupun di rumah, siswa akan dapat belajar dengan baik apa bila dalam suasana kondusif. Suasana dan lingkungan khusus dimaksud adalah kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif yaitu suasana yang nyaman dan menyenangkan, nyaman dalam hal ini jauh dari gangguan suara dan bunyi yang merusak konsentrasi belajar. Menyenangkan berarti suasana belajar yang gembira dan antusias. Suasana belajar yang nyaman memungkinkan siswa untuk memusatkan pikiran dan perhatian pada apa yang sedang dipelajari. Menurut Stol dalam Supardi (2013:52), bahwa “iklim sekolah yang positif dan kondusif dapat membentuk peserta didik berkelakuan baik dan prestasi akademinya meningkat”. Horst Byrne, Harttie dan Fraser di New South Wales, Australia mendapati lingkungan atau suasana sekolah yang baik dapat menggerakkan pembelajaran dan pencapaian yang maksimum. Tunney dan Jenkins juga menyimpulkan bahwa iklim sekolah merupakan faktor terpentinguntuk menentukan mutu pembelajaran peserta didik di sekolah dan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan efektifitas sekolah.Iklim sekolah merupakan suasana yang terdapat di dalam sekolah, iklim sekolah menggambarkan keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan riang dan mesra ataupun kepedulian antara satu sama lainnya. Salah satu aspek penting yang mendukung
2
keberhasilan proses pembelajaran adalah iklim sekolah, iklim sekolah yang kondusif adalah iklim yang benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran yang dilakukan guru (Supardi, 2013:208).
Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa suasana sekolah yang kondusif berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran siswa. Disadari bahwa kelas yang kondusif dapat menghindarkan siswa dari kejenuhan , kebosanan dan kelelahan psikis sedangkan disisi lain kelas yang kondusif akan dapat menumbuhkan minat, motivasi dan daya tahan belajar. Suasana pembelajaran dapat menyenangkan bagi siswa jika guru dapat menghadirkan dan memanfaatkan humor dengan tepat. Untuk membantu guru menciptakan kondisi pembelajaran dan suasana interaksi yang dapat mengundang dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif, pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan berarti materi yang disampaikan pendidik dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik dan peserta didik akan lebih tertarik mendalami materi yang disampaikan
oleh
guru.
Agama
juga
menganjurkan
dalam
penyampaian ilmu seorang pendidik harus dengan cara yang penuh kelembutan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran:159
3
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(Q.s.Ali Imran:159) Selain lingkungan fisik juga terdapat lingkungan sosial yang merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, dalam bidang pendidikan yaitu antara guru dan pesertadidik, serta orang-orang yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dapat terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, serta lingkungan kerja. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama karena anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Pendidikan kemudian dilakukan di sekolah, selain lingkungan keluargadan sekolah pendidikan anak juga dipengaruhi lingkungan masyarakat.
Pada penelitian ini penulis hanya membatasi kondusifitas sekolah, karena sebagai waktu yang efektif untuk belajar anak yaitu
4
disekolah, kondusifitas mempunyai pengaruh terhadap konsentrasi belajar. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul :
Pengaruh
Suasana
Kondusif
Dalam
Pembelajaran Terhadap
Konsentrasi Belajar Siswa Di MTsNegeri Wonosegoro Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan pokok masalah dari judul penelitiansebagai berikut :
1. Bagaimana suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014? 2. Bagaimanakah konsentrasi belajar Siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014? 3. Adakah pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajarsiswadi MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. 2. Untuk mengetahui bagaimana konsentrasi belajar siswadi MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014.
5
3. Untuk
mengetahui
pengaruh
suasana
kondusif
dalam
pembelajaran terhadap konsentrasi belajarsiswadi MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis berasal dari dua kata yaitu “hypo” dan “tesis”. “Hipo” artinya (belum tentu benar) dan “tesis”artinya (kesimpulan). MenurutNoor dalam bukunya mendefinisikan bahwa:Hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat di uji, hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Dengan demikian, ada keterkaitan antara perumusan masalah dengan hipotesis, karena perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian. (Noor, 2011:29).
Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. Atau dengan kata lain, semakin suasana pembelajaran tidak kondusif maka siswa tidak bisa konsentrasi belajar.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang teoritis maupun praktis:
6
1. Manfaat praktis Bagi
Madrasah
Tsanawiyah
Negri
Wonosegoro,
khususnya kepada semua guru di MTs Negeri Wonosegoro, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa pembentukan lingkungan kelas yang terkendali itu sangat penting karena berpengaruh pada proses pembelajaran, sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran dengan baik.
2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadikan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan kualitas peserta didik dilingkungan sekolah khususnya dan dimasyarakat pada umumnya.
F. Definisi Operasional Guna menghindari salah tafsir dalam memahami judul yang penulis ajukan, maka perlu adanya penegasan istilah terlebih dahulu mengenai judul tersebut, adapun penegasan istilahnya sebagai berikut:
1. Suasana Kondusif Menurut Rifkinsuasana kondusif adalah suasana belajarmengajar yang sebagaian besar jauh dari hambatan dan gangguan,
7
baik
yang
bersumber
dari
siswa
atau
dari
luar
siswa.(http://RifkinOvrakurnia.blogspot.com/2011/06/peran-gurupada pengelolaan-kelas.html.). Supardi (2013:217), berpendapat bahwasuasana sekolah dinyatakankondusif apabila warga sekolah merasakan
adanya
kenyamanan,
ketentraman,
kemesraan,
kegembiraan dan antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah memastikan sarana prasarana seperti kursi, meja, lemari yang terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan. Bangunan sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik dan dilengkapi penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi sehingga peserta didik merasa nyaman ketika pembelajaran berlangsung di kelas.
Penulis
berpendapat
bahwa
suasana
kondusif
adalah
lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan Nyaman dalam hal jauh dari gangguan suasana dan bunyi yang dapat menganggu konsentrasi belajar, menyenangkan berarti suasana belajar yang gembira dan siswa antusiasi dalam melaksanakan pembelajaran, Suasana yang jauh dari tekanan dan target tertentu terhadap siswa yang belajar. Kelas yang memiliki suasana kondusif memiliki ciriciri diantaranya:
a.
Terhindar dari suara-suara yang menganggu
8
b.
Sirkulasi udara segar dan bersih
c.
Pencahayaan alami yang cukup
d.
Desain tempat duduk fleksibel
e.
Kebersihan dan kerapian kelas
f.
Keleluasaan pandang bagi guru dan murid
2. Konsentrasi Belajar Siswa Konsentrasi adalah pemusatan pikiran kita terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lain yang berhubungan (Salam,2004:12). Secara psikologis, jika memusatan tenaga dan psikis dalam menghadapi sesuatu, maka segala stimulus lainnya yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibat dari keadaan ini adalah pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan dengan baik. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan yang terang, kokoh, dan tidak mudah hilang begitu saja bahkan dapat dengan mudah untuk direproduksikan.
Penulis berpendapat bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu pekerjaan dan mengensampingkan pekerjaan yang lain. Beberapa indikator konsentrasi belajar, diantaranya:
a. Perhatian siswa terpusat
9
b. Antusias siswa dalam belajar c. Tenang dalam belajar d. Mengemukakan suatu ide e. Merespon pertanyaan dari guru f. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh
G. Metode Penelitian Agar mempermudah penelitian dalam pengumpulan data, maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasi. Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif
termasuk
dalam
kategori
penelitian
kuantitatif, dipilihnya pendekatan kuantitatif ini dengan alasan untuk menguji keterkaitan antara variabelsuasana kondusif terhadap konsentrasi belajar siswa.
Penelitian ini mengarah pada studi korelasional bertingkat dengan teknik angket. Variabel yang penyusun teliti adalah variabel
sebab-akibat
hasil
eksperimen.
Variabel
di
identifikasikan menjadi sub variabel guna menentukn hipotesis. Dalam penelitian ini penulis mencari hubungan antara variabel x
10
dalam hal ini suasana kondusif
dengan variabel y, yaitu
konsentrasi belajar siswa.
a. Lokasi Penelitian Tempat penelitian Madrasah Tsanawiyah Negri Wonosegoro tahun 2014.
Pertimbangan pemilihan lokasi
penelitian diantaranya sebagai berikut: 1. Letaknya strategis 2. Mudah
dijangkau
oleh
alat
transportasi,
baik
transportasi umum maupun pribadi.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 5 Mei 2014 hingga selesai.
2. Populasi dan Sampel Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran. Populasi menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya
daerah
generalisasi
(Usman,
2009:42).
Sedangkan menurut sugiyono populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas
atau
11
karakteristik
tertentu
yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Dari dua pendapat di atas penyusunan lebih condong pada pendapat sugiyono bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas IX MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2014. Jumlah keseluruhan siswa kelas IX adalah 157 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini adalah157 siswa. Berikut ini adalah sebaran populasi pada tiap kelas
Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian
No
Kelas
Jumlah Siswa Tiap Kelas
1
IX A
24
2
IX B
24
3
IX C
28
4
IX D
26
5
IX E
28
12
6
IX F
27
Jumlah
IX 6
157
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:81). Senada dengan pendapat di atas, menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174).
Sampel yang diambil oleh populasi harus presentatif. Maka dari itu dibutuhkan tekhnik sampling yang tepat. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan tekhnik proportsional random sampling, yaitu proses pemilihan sampel dengan cara diacak secara proporsional, jadi tiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2012:82). Maksudnya, porsi sampel tiap kelas sama (proporsional) berdasarkan jumlah populasi masing-masing kelas. Adapun untuk menentukan jumlah sampel
perkelas
digunakan
berikut:
13
rumus
sebagai
Suharsimi Arikunto berpendapat, apabila subyeknya kurang dari seratus orang lebih baik diambil semua, sedangkan apabila lebih dari seratus orang, maka diambil sampel antara 10-25% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2010:179). Merujuk dari pendapat suharsimi arikunto di atas, peneliti mengambil sampel sejumlah 25% dari 157 siswa kelasIX MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. Adapun penyebaran sampel-sampel tersebut berdasarkan tekhnik proporsional random sampling adalah sebagai berikut:
Berdasarkan penghitungan awal sampel 25% dari 157 didapatkan 39 responden, setelah dilakukan penghitungan sampel perkelas sebagaimana diuraikan di atas memperoleh
14
sampel sesuai jumlah penghitungan awal yaitu 39 responden. Adapun data tentang populasi sampel sebagai berikut:
Tabel 1.2 Data Sampel Penelitian No
Kelas
Jumlah Siswa
Sampel Tiap
Tiapkelas
Kelas
1
IX A
24
6
2
IX B
24
6
3
IX C
28
7
4
IX D
26
6
5
IX E
28
7
6
IX F
27
7
Jumlah
6
157
39
3. Metode Pengumpulan Data Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Angket (Questionnare) Angket adalah satu daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung(melalui pos atau perantara) (Usman, 2009:57).Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk pertanyaan tentang suatu hal yang akan dijawab oleh responden, teknik angket ini disebut dengan intervew tak langsung. Metode angket yang
15
penulis gunakan adalah angket tertutup, sehingga responden
tinggal
memilih
jawaban
yang
telah
disediakan oleh peneliti, metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data mengenai suasana kondusif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014.
b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu kumpulan data yang berasal dari catatan-catatan, gambar, atau hal lain dari peristiwa atau kegiatan yang telah terjadi. (Usman, 2009:69).
4. Instrumen Penelitian Instrumen digunkan
oleh
Penelitian peneliti
merupakan
dalam
alat
pengumpulan
bantu
yang
data
agar
pekerjaannya lebih mudah hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010:192). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti, dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti (Sugiono, 2012:92).
16
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun prosedur yang ditempuh dalam pengadaannya adalah:
a. Perencanaan b. Penulisan butir soal c. Penyuntingan d. Penganalisaan hasil
5. Analisis Data Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah seluruh data responden atau sumber data lain terkumpul.
Kegiatan
dalam
analisis
data
adalah:
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasidata berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel
yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiono, 2012: 147).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui masing-masing variabel menggunakan rumus:
P=F/NX100% Keterangan P = Proses Perolehan
17
F = Frekuensi Mentah N = Jumlah Total Responden Sedangkan untuk
membuktikan ada atau tidaknya
pengaruh suasna kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar, diolah dengan analisa statistik
Uji rumusnya dengan:
Keterangan:
H. Sistematika Penulisan Agar
mempermudah
memahami
isi
penelitian
ini,
penulisannya disusundalam uraian sistimatika sebagai berikut;
18
maka
BAB I
:Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian,
metodologi
penelitian,
dan
sistematika penelitian.
BAB III
:Pada bab ini diuraikan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kajian pustaka,
pembahasannya
meliputi masalah suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa.
BAB III
:Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran umumMTs Negeri Wonosegoro Kecamatan Boyolali. Pengumpulan dan penyajian data tentang suasana kondusif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa.
BAB IV
:pada
bab
ini
menerangkan
analisis
data,
pembahasannya, meliputi analisis masalah suasana kondusif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa.
BAB V
:Penutup meliputi:kesimpulan, saran-saran, dan penutup. Bagian akhir pada bagian ini akan memuat halaman daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar Riwayat hidup penulis.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Suasana Kondusif
`
1. Pengertian Suasana Kondusif Marzuki dalam Supardi (2013:207), berpendapat bahwa iklim sekolah adalah keadaan sekitar sekolah dan suasana yang sunyi dan nyaman yang sesuai dan kondusif untuk pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi akademik. Desmita (2009:301), berpendapat bahwa Iklim sekolah (school climate) adalah situasi atau suasana yang muncul akibat hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik, dan hubungan antar peserta didik, yang mempengaruhi sikap (attitude), kepercayaan (beliefs), nilai (values), motifasi (motifation) dan prestasi orang-orang (personalia) yang terlibat dalam suatu (sekolah) tertentu. Sementara itu, kondusif berasal dari kata kondi yang berarti persyaratan atau keadaan, kata kerjanya adalah mengkondisikan yang berarti membuat persyaratan atau menciptakan suatu keadaan. Sementara
kondusif sendri
merupakan kata sifat, kondusif diartikan sebagai memberi peluang pada hasil yang diinginkan yang bersifat mendukung.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana kondusif adalah keadaan yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan
21
belajar-mengajar di kelas. Iklim kondusif di sekolah akan memberikan pengaruh yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan diri, baik untuk jangka pendek ataupun untuk jangka panjang.
Kelas kondusif adalah jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya, di kelas
tersebut guru menghabiskan sebagian besar
waktunya untukmengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin, peserta didik mengikuti pelajan dan menyelesaikan tugas belajarnya dengan sekehendaknya sendiri tanpa harus diawasi oleh guru, pesetra didik yang tampak terlibat dalam tugas belajarnya saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan, tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan oleh guru dan peserta didik pun menjadi giat dalam belajar serta tidak saling mengganggu, jika muncul kembali suara-suara dari peserta didik dan terasa sedikit mengganggu, guru cukup memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi kondusif. Siapapun akan melihat kelas yang kondusif seperti ini begitu hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas ideal karena dapat menjadikan kelas yang kondusif (Wiyani, 2013: 185,186). Penelitian menunjukan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis (Riyanto, 2009:203). Menurut Mamat Dalam Supardi
22
( 2013:53), suasana sangat penting karena memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak-anak dari segi pengenalan tentang konsep diri, kemandirian bekerja dan belajar dengan efektif dan kemampuan mengadakan hubungan yang baik dengan orang lain.Iklim sekolah yang positif dapat menggerakkan kegiatan pembelajaran dan daya kreativitas pelajar, sedangkan iklim yang negatif akan membekukan perkembangan pelajar. Sejumlah pemikir dan praktisi dunia pendidikan konteporer seperti Hanushek, Bobbi De Poter & Miskel Sackney, menyarankan kepada pihak sekolah agar mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat dan menyenangkan, yang memungkinkan siswa dapat menjalani interaksi sosial secara memadai di lingkungan sekolah. Iklim sekolah yang sehat ini, dibutuhkan untuk membangkitkan motifasi belajar siswa, akantetapi juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan yang tidak nyaman dan stres dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi prestasi belajar.
Dari kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suasana yang kondusif adalah suasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual. Tertib dan aman dari berbagai gangguan, dan disipilin dalam berbagai aktifitras pembelajaran di kelas. Tidak harus dikekang dengan kedisiplinan, akan tetapi dengan keadaan kelas yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas yang ideal, karena siswa dapat melibatkan diri, mengambil, bahagia, dan
23
menumpukan
perhatian
dalam
pembelajaran.
Pengaturan
dan
pengawasan terhadap kelas sebagai lingkungan belajar ini turut menentukan sejauh mana kelas tersebut menjadi kelas yang terbaik. Kelas yang baik adalah kelas yang bersifat menantang, dapat merangsang peserta didik untuk belajar, serta memberikan rasa aman dan kepuasan kepada peserta didik dalam belajar.
2. Faktor-faktor Terciptanya Suasana Kondusif Suasana yang kondusif tersebut tentu saja tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi haruslah diciptakan. Ada dua faktor penentu terciptanya suasana kondusif. Diantaranya:
a.
Suasana dalam kelas Pada umumnya kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh seorang guru dan sekelompok peserta didik di dalam ruangan yang disebut kelas. Semua yang ada pada kelas dan di dalam kelas tersebut memiliki pengaruh terhadap kondisi kelas dan motifasi belajar peserta didik, jika penataan ruang kelas berantakan, maka suasana hati peserta didik juga akan berantakan, dan dapat mengakibatkan buyarnya konsentrasi peserta didik. Sebaliknya, jika kelas dengan berbagai bagian dan sarananya dapat diatur dengan baik oleh guru sebagai manajer kelas, kelas akan menjadi sebuah tempat yang menyenangkan dan nyaman yang akan berpengaruh pula pada peningkatan motifasi belajar
24
peserta didik. Seorang guru harus mengatur kelas dengan baik Jika seorang guru menginginkan terbentuknya suasana kondusif untuk belajar (Wiyani, 2013:128).
b. Lingungan di sekitar kelas atau sekolah Lingkungan sekolah yang asri, indah dan penuh dengan segala fasilitas tertentu membuat seorang siswa merasa betah dan nyaman di sekolah, sebaliknya jika lingkungan sekolah kita buruk, serba terbatas dan kekurangan, pasti akan membuat siswa merasa bosan, apalagi jika seorang siswa mengetahui adanya sekolah lain yang lebih bersih, indah dan asri, hal ini akan membuat kita enggan untuk membuat siswa utuk berangkat sekolah dikarenakan keadaan sekolah yang kurang baik. Termasuk dalam hal ini adalah lingkungan sosialnya. Suasana kehidupan sekolah yang buruk, yang bertentangan dengan keinginan siswa pasti akan membuat siswa bosan. Jika letak sekolah yang terlalu berdekatan dengan pabrik atau peternakan yang berbau dan penuh polusi, jelas hal itu akan membuat sekolah terasa membosankan dan jelas sangat tidak kondusif untuk belajar (Didik, 2007:45).
3.
Faktor-faktor Penghambat Terciptanya Suasana Kondusif Nugraha dalam Mariyana, (2010:18) berpendapat bahwa, secara umum tujuan pengelolaan lingkungan belajar bertujuan untuk
25
mewujudkan situasi yang kondusifuntuk memfasilitasi perkembangan dan belajar anak secara maksimal, serta untuk menghilangkan berbagai hambatan yang akan menganggu efektifitas belajar anak tersebut. Menurut Mulyadi, (2009:6) bahwa dalam pengelolaan lingkungan belajar, seorang guru haruslah mempunyai ketrampilan dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis.
Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat, yaitu:
a. Faktor guru Guru dapat menjadi salah satu faktor penghambat dalam penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, faktor yang menghambat yang datang dari guru diantaranya:
1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter Tipe kepemimpinan guru yang terlalu otoriter dan kurang demoktratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber masalah manajemen kelas.
26
2) Format belajar mengajar yang monoton Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin. Sebaliknya format belajar mengajar bervariasi merupakan kunci manajemen kelas untuk menghindari
kejenuhan
serta
pengulangan-pengulangan
aktifitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika banyak fariasi, maka siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan menganggu kawannya.
3) Kepribadian guru Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap adil, hangat, objeltif dan fleksibel, sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. 4) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku siswa dan latar belakangnya Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya, mungkin karena tidak tau caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di luar batas kemampuannya yang wajar.
27
Misalnya guru mengajar di berbagai sekolah, sehingga guru datang ke sekolah semata-mata hanya untuk mengajar.
5) Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis Guna mengatasi problema ini, salah satu upaya yang disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para kolega. Diharapkan dengan cara ini dapat membantu mereka dalam meningkatkan ketrampilan manajemen proses belajar mengajar.
b. Faktor siswa Siswa dalam unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis.
Setiap
siswa
harus
memiliki
perasaan
diterima
(membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelas, perasaan diterima ini akan menumbuhkan sikap
bertanggung jawab
terhadap kelas
secara
langsung
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan masing-masing.
Siswa dalam kelas dapat dinaggap sebagai individu dalam satu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Para siswa harus tau hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat, di samping itu mereka juga harus tau akan kewajibannya dan
28
keharusan menghormati hak-hak orang lain yaitu teman-teman sekelasnya. Siswa haruslah sadar bahwa kalau mereka menganggu temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapat manfaat yang sebesarbesarnya dari kegiatan belajar mengajar.
c. Faktor keluarga Tingkah laku anak anak di dalam kelas merupakan cerminan keadaan keluarganya, sikap otoriter orangtua akan tercermin dari tingkah laku anak yang agresif ataupun pasif. Di dalam kelas sering ditemukan siswa-siswi penganggu dan pembuat ribut di kelas biasanya berawal dari keluarga yang tidak utu dan broken home. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak patuh pada disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihanataupun terlampau dikekang merupakan latar belakan yang akan menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas. Jadi jelaslah bila tuntutan di kelas ataupun di sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga, akan merupakan kesukaran tersendiri bagi siswa untuk menyesuaikan diri. Salah perlakuan (maladjusted) siswa terhadap situasi kelas pada umumnya merupakan masalah manajemen. Di sinilah letak pentingnya hubungn kerjasama yang seimbang antara sekolah dengan keluarga
29
agar terdapat keselarasan situasi dan tuntutan dalam lingkungan keluaraga dengan situasi dan tuntutan di kelas atau di sekolah.
d. Faktor fasilitas Ruang kelas yang kecil dibanding dengan jumlah siswa dan kebutuhan siswa untuk bergerak siswa dalam kelas merupakan salah satu problema yang terjadi pada manajemen kelas. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuh kan seperti
laboratorium,
ruang kesenian,
ruang gambar,
dan
sebagainya diperlukan ruangan sendiri. Jumlah buku yang tidak sesuai atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang membutuhkannya juga akan menimbulkan masalah dalam manajen kelas
4.
Ciri-ciri Sekolah Kondusif: Dalam bukunya Supardi (2013:210), disebutkan ciri-ciri sekolah yang kondusif dan di jelaskan bahwa suasana sekolah yang kondusif membantu mewujudkan sekolah yang efektif, maka terdapat beberapa peneliti yang telah mengetengahkan beberapa ciri-ciri suasana sekolah efektif hasil dari penelitian-penelitian yang mereka lakukan. Sekolah dengan suasana kondusif mempunyai ciri-ciri berikut:
30
a. Sekolah mempunyai seperangkat nilai etika-moralitas dan etos yang dianggap penting b. Kepala sekolah, guru dan murid menunjukkan kepedulian dan loyalitas terhadap tujuan sekolah dan nilai-nilai. c. Sekolah menjanjikan lingkungan dan suasana yang menyenangkan, menggairahkan, dan menantang bagi guru dan murid. d. Sling menghargai dan saling mempercayai sesama diantara guru dan peserta didik. e. Saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka di sekolah. f. Ekspektasi terhadap semua peserta didik bahwa peserta didik akan berlaku sebaik-baiknya. g. Komitmen yang kuat untuk belajar sungguh-sungguh. h. Kepala sekolah, guru, dan peserta didik mempunyai semangat yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. i. Adanya morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan peserta didik. j. Peserta didik saling menaruh respek terhadap sesamanya dan terhadap barang-barang milik mereka. k. Adanya kesempatan bagi peserta didik untuk mengambil tanggung jawab di sekolah. l. Disiplin yang baik di sekolah.
31
m. Jarang sekali ada kejadian yang menuntut tenaga kependidikan untuk turun tangan menerbitkan pelanggaran disiplin yang dilakukan peserta didik. n. Tingkat kemangkiran yang rendah dikalangan peserta didik. o. Tingkat mengulang kelas yang rendah. p. Tingkat kenakalan anak yang rendah. q. Morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan guru. r. Tingkat persatuan (cohesiveness) dan semangat yang tinggi di kalangan guru. s. Tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan guru. t. Sedikitnya permohonan guru pindah ke sekolah lain
5. Urgensi Pengaturan Kelas Kondusif Selain berperan sebagai pemimpin belajar (learning leader), seorang guru juga sekaligus berperan sebagai seorang manajer di kelas, tidak boleh dipandang sebelah mata, karena sebagai seorang manajer harus mampu mengatur ruang kelasnya menjadi kelas yang kondusif. Seorang manajer kelas harus mampu:
a.
Pengaturan ruang kelas Seorang guru harus memiliki ketrampilan untuk mengatur ruang kelas yang kondusif, yaitu ruang kelas yang mendukung keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Bermacam-macam sarana belajar yang ada di dalam kelas tersebut tentunya dapat di
32
pindahkan, dapat digerak-gerakkan, dan dapat ditata. Agar fungsi dan manfaat berbagai macan saranabelajar tersebut dapat mendukung ketercapaian keberhasilankegiatan belajar-mengajar, guru harus mengurus dan menata berbagai sarana belajar tersebut. Mengurus dan menata berbagai sarana belajar dalam pengaturan ruang kelas meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1) Merencanakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar. 2) Mengadakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar. 3) Menata letak sarana belajar yang telah didapatkannya untuk mendukung pelaksanaan dalam kegiatan belajar-mengajar. 4) Melakukan penilaian terhadap penggunaan berbagai sarana belajar, sudah sejauh mana efektifitas serta efisiensinya dalam mendukung keberhasilan tujuan kegiatan belajar-mengajar. 5) Melakukan perbaikan terhadap tata letak sarana belajar yang ada di ruang kelas.
Menurut Mulyadi, (2009:136) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan ruang kelas, yaitu:
1) Ruang kelas memenuhi persyaratan sebsgsi berikut: a) Ukuran ruang kelas ukuran 8m x 7m
33
b) Dapat
memberikan
kebebasan
gerak,
komunikasi
pandangan dan pendengaran c) Cukup udara dan sirkulasi udara d) Pengaturan prabot agar memungkinkan guru dapat bergerak leluasa
2) Daun jendela tidak menganggu lintas pada selayar. Prabot yang harus ada dalam ruang kelas antara lain: a) Meja kursi guru dan siswa b) Papan tulis dan papan panel c) Alamari dan rak buku ruangan d) Alat pembersih e) Gambar presiden, wakil presiden, dan gambar pancasila f)
Kalender pendidikan dan jadwal pelajaran
g) Tempat bendera merah putih, denah kelas termasuk tempat duduk siswa.
b.
Pengaturan tempat duduk Peserta didik tentu membutuhkan tempat duduk ketika proses pembelajaran berlangsung, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tempat duduk dapat mempengaruhi peserta didik dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Untuk itu tempat duduk harus bagus, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tidak terlalu berat, bundar,
34
persegi empat panjang, dan sesuai postur tubuh peserta didik. Jika diamati berbagai sekolah yang ada, telah memiliki tempat duduk yang dapat diubah-ubah atau dapat diatur dengan berbagai posisi.
Sayangnya disadari ataupun tidak, para guru sering menganggap remeh serta dianggap tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan dinamika kelas. Padahal, perubahan posisi tempat duduk yang bervariasi memiliki banyak manfaat, antara lain:
1. Menghindari kejenuhan peserta didik dalam belajar 2. Menjadikan fokus belajar peserta didik tetap terjaga 3. Meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik 4. Memudahkan guru dan peserta didik bergerak dan berinteraksi saat kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.
Kemudian, setidaknya terdapat enam hal yang harus diperhatikan oleh guru jika hendak melakukan pengaturan tempat duduk dengan posisi yang variatif, antara lain:
a) Ukuran dan bentuk kelas; b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja peserta didik; c) Banyaknya peserta didik di dalam kelas; d) Jumlah kelompok kelas; e) Jumlah kelompok peserta didik dalam kelas; f) Komposisi peserta didik dalam kelompok.
35
Menurut Sutopo dalam Mulyadi, (2009:138) dalam kelas sekolah-sekolah moderen, penyusunan tempat duduk siswa-siswi (bangku/kursi) hendaklah fleksibel, artinya dapat dapat dan mudah diubah sesuai dengan kebutuhan, untuk diskusi misalnya, tempat duduk hendaknya disusun berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, hingga suasana demokratis dan dapat dihayati.
Bentuk dan ukuran tempat duduk (bangku/kursi) harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:
a) Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat duduk murid, supaya guru mudah mengawasi murid-murid b) Meja dan kursi siswa harus terpisah, supaya memudahkan pengaturan dalam kegiatan yang lain c) Bentuknya sederhana, kuat dan mudah d) Ukuran minim meja: Lebar
: 40 cm umur 6-9 tahun tinggi 46 cm.
Panjang : 60 cm umur 9-12 tahun tinggi 51 cm. Meja miring dan rata e) Tinggi kursi yang tepat sepadan antara telapak kaki dan lekuk lutut, jika anak itu duduk, dengan kaki tegak lurus dan telapak kaki mendatar. Kursi yang terlalu tinggi, kaki
36
tergantung sehingga jalan darah dan saraf di lutut tertekan. Umumnya tinggi kursi 29-51 cm. Sedangkan untuk sekolah dasar yaitu umur 6-9 tahun tinggi kursi 30 cm dan anak umur 9-12 tahun tinngi kursi 33 cm.
Selanjutnya, untuk ketertiban penempatan siswa-siswi di kelas, sebaiknya dibuatkan sebuah seating chart (denah tempat duduk) yang dapat diubah setiap bualan. Contoh denah kelas dengan beberapa model sebagai berikut:
GAMBAR 2.1 MODEL U-SHAPE
37
GAMBAR 2.2 MODEL O-SHAPE
GAMBAR 2.3 MODEL V-SHAPE
38
GAMBAR 2.4 MODEL THEATER
GAMBAR 2.5 MODEL ACAK
39
GAMBAR 2.6 MODELl ELIPS-SHAPE
Dengan demikian diperoleh suatu kesan yang artistik dan menarik. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar selain indah dan menarik, juga harus bersih dan menyegarkan. Hal
ini
sesuai
dengan
sabda
Nabi
Muhammad
s.a.w:
“Kebersihan merupakan sebagian dari iman”.
c.
Pengaturan media pendidikan Langkah selanjutnya adalah guru mengatur berbagai media pendidikan yang digunakan untuk mendukung untuk kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Media pendidikan adalah sekumpulan fisik yang digunakan oleh seorang guru untuk menyajikan
materi
pelajaran
40
ataupun
pesan
yang dapat
merangsang peserta didik untuk belajar. Alat dalam konteks media tersebut dapat bersifat materi maupun nonmateri. Media pendidikan yang bersifat materi dapat disebut sebagai alat keras (hardware) pendidikan, sementara media pendidikan yang bersifat nonmateri dapat disebutsebagai alat lunak (software) pendidikan.
Alat keras (hardware) pendidikan ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori visual, audio, dan audiovisual. Kategori audio visual seperti papan tulis, poster, gambar, buku, foto, modul, slide, HP, lukisan, LCD, dan lain-lain. Kategori audio seperti ucapan guru, radio, rekaman suara, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk audiovisual seperti film, video, dan lain-lain. Sementara itu, alat lunak (software) pendidikan seperti keteladanan guru, kegiatan pembiasaan spontan, kegiatan pembiasaan rutin, pemberian perintah dan larangan, pemberian hadiah, dan hukuman, dan lain sebagainya yang bersifat abstrak. Jika media pendidikan difungsikan, peserta didik akan banyak terlibat
dalam
kegiatan
belajar-mengajar
sehingga
akan
menciptakan kelas yang kondusif.
d.
Pengaturan tanaman dan tumbuh-tumbuhan Kelancaran kegiatan belajar-mengajar serta kelas yang kondusif dapat tercipta juga dengan pengaturan tanaman dan
41
tumbuh-tumbuhan.
Tanaman
dan
tumbuh-tumbu
mampu
menyediakan oksigen yang dapat menjadikan otak berkembang. Semakin banyak oksigen yang didapat, akan semakin meningkat pula kinerja otak. Jika kinerja otak meningkat, para peserta didik akan mampu mengikuti dan mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru dengan baik, tentunya hal itu dapat menjadikn tujuan kegiatan belajar-mengajar tercapai. Itulah sebabnya , disekeliling kelas hendaknya ditanami tanaman atau tumbuh-tumbuhan agar peserta didik mendapatkan pasokan oksigen yang melimpah dari alam. Selain itu , berbagai tanaman dan tumbuh-tumbuhan tersebut akan menjadikan sekolah menjadi rindang, teduh, dan nyaman sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas menjadi kondusif.
e.
Pemberian aromaterapi Aromaterapi dapat menjadi sesuatu yang sangat esensi dalam kehidupan manusia disebabkan aromanya sangat penting bagi kesehatan manusia itu sendiri, itulah sebabnya aromaterapi dapat juga disebut dengan istilah essensial oil. Aromaterapi juga menjadi
semacam
simbol
keharmonisan,
keromantisan,
kesehatan, bahkan pengobatan. Dalam konteks manajemen kelas, aroma disimbolkan sebagai kesehatan yang lazimnya disebut aromaterapi. Walaupun masih harus diuji adan diteliti, aroma
42
terapi ini digadang-gadang dapat menumbuhkan antusiasme peserta didik dalam belajar di dalam kelas.
Penelitian menunjukkan, manusia dapat meningkatkan kemampuan berfikirnya secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan aroma wangi bunga tertentu, seperti mint, kemangi, jeruk, rosemary, lavender, dan mawar yang dapat memberikan ketenangan atau relaksasi pada peserta didik sehingga konsentrasi belajarnya akan tetap terjaga sengan baik. Saat minyak beraroma dihirup, sel-sel saraf penciuman menjadi terangsang dan memengaruhi kinerja sistem limbik, sistem limbik tersebut berhubungan dengan daerah otak yang berkaitan dengan fungsi ingatan, sirkulasi darah, dan sistem kelenjar. Tetapi perlu diingat, tidak semua yang mengandung aroma wangi dapat digunakan sebagai aromaterapi. Hal ini disebabkan aromaterapi merupakan satu tekhnik terapi
menggunakan
minyak esensial
hasil
penyulingan dan perasan bagian-bagian tumbuhan aromatiklah yang bersifat menyembuhkan (Wiyani, 2013:129-155).
6. Faktor Situasional Faktor situasional ialah keadaan yang telah timbul dan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas, namun tidak menjadi tanggung jawab langsung dari staf pendidik atau para siswa, keadaan itu berkaitan dengan corak kehidupan masyarakat
43
atau sumber kehidupan alam. Keadaan tertentu dihayati oleh staf pendidik dan para siswa sebagai keadaan yang menyenangkan dan menenangkan, atau sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan menggelisahkan. Sebagai akibat dari penghayatan itu, timbul
kondisi psikologis di pihak guru dan siswa, yang menghambat proses
belajar-mengajar
di
kelas.
Keadaan-keadaan
tersebut
diantaranya:
a. Keadaan ekonomis yang serba sukar dan memprihatinkan, membuat guru dan siswa merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi dalam tugas mengajar dan belajar. b. Keadaan politik yang kurang stabil, membuat guru dan siswa merasa tidak aman dan terancam. c. Keadaan waktu mencakup jumlah hari, yang tersedia bagi kegiatan pengajaran. Bila guru berpendapat bahwa waktu yang tersedia cukup untuk menyelesaikan materi pelajaran yang diwajibkan, guru akan mengajar dengan tenang, jika waktu diperkirakan kurang, guru akan tergesa-gesa , sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. d. Alokasi tempat, banyak jalan diperlebar untuk menambah alus lalulintas yang semakin padat dan ramai. Areal kebun atau lapangan di depan sekolah kena pemotongan, sehingga ruang kelas yang semula berjarak jauh dari jalan, akhirnya terletak di pinggir
44
jalan yang ramai penghuninya terpaksa menikmati polusi udara dan suara. e. Keadaan iklim dan musim kerap menciptakan kondisi fisik yang kurang menguntungkan bagi guru dan siswa, sehingga konsentrasi belajar dan mengajar akan terganggu dan buyar.
Menurut Departemen Pendidikan Nsional (Depdiknas), sekolah dikatakan baik apabila memiliki delapan kriteria:
a. Siswa yang masuk terseleksi dengan ketat berdasarkan prestasi akademik, Psikotes, dan tes fisik b. Sarana dan prasarana pendidikan terpenuhi dan kondusif bagi proses pembelajaran c. Iklim dan suasana yang mendukung untuk kegiatan belajar d. Guru dan tenaga kependidikan memiliki profesionalisme yang tinggi dan tingkat kesejahteraan yang memadai e. Melakukan improfisi kurikulum sehingga memenuhi kebutuhan siswa yang pada umumnya memilikimotifasi belajar yang tinggi dibadingkan dengan siswa seusianya f. Jam belajar siswa umunya lebih lama karena tuntutan kurikulum dan kebutuhan belajar siswa g. Proses pembelajaran berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa maupun kepada wali siswa, h. Sekolah unggul bermanfaat bagi lingkungannya (Supardi, 2013:3).
45
B. Pengertian Konsentrasi Belajar 1. Beberapa Pengertian Konsentrasi Belajar a. Konsentrasi Menurut
Djamarah
(2002:15),
konsentrasi
adalah
pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau objek, misalnya
konsentrasi
pikiran,
konsentrasi
sebagainya. Dan menurut Anderson
perhatian
dan
(2008:135), konsentrasi
adalah kemampuan untuk menaruh perhatian pada sesuatu,gagasan atau orang. Konsentrasi secara umum adalah sebagai suatu proses pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu. Artinya, tindakan atau pekerjaan yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dengan memusatkan seluruh panca indra kita yang berupa penciuman, pendengaran, pengliatan danpikiran kita. Bahkan yang sifatnya abstrak
sekalipun
yaitu
perasaan.
(Kawan
Lama95.
Wordpress/2009/11.
b. Pengertian Belajar Menurut
Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman “Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered throughtraining or experience”. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut dikemukakan oleh Cronbach, dalam bukunya yang
46
berjudul Educational psychology sebagai berikut “Learning is shown by change in behaviour as a result of experience”. Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya. (Ahmadi: 2013:125).
Winkel berpendapat bahwa belajar adalah satu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, di mana perubahan itu bersifat relatif konstan dan membekas. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik (Ahmadi: 2013:125).
Maka,
konsentrasi
belajar
dapat
diartikan
sebagai
pemusatan pemikiran seorang siswa untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan belajar di sekolah. Rahasia sukses belajar adalah konsentrasi, konsentrasi dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Belajar merupakan bagian hidup bagi setiap orang. Disamping itu, belajar merupakan rangkaian aktifitas yang mencakup berbagai persyaratan dari belajar, agar studinya berhasil
47
yaitu konsentrasi, kesabaran dalam berkonsentrasi sering menjadi problem bagi kebanyakan siswa (Ahmadi, 1991:105).
Salam(2004:12),
berpendapat
bahwa
konsentrasi
ialahPemusatan perhatian tertuju pada satu objek tertentu dengan mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak diperlukan. Ketika membaca suatu topik dari sebuah buku dengan mengabaikan topiktopik lain adalah suatu upaya memusatkan perhatian terhadap apa yang akan dibaca, tindakan ini merupakan langkah nyata untuk meningkatkan daya konsentrasi dalam membaca. Konsentrasi belajar sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Dan konsentrasi belajar akan tercipta jika suasana atau lingkungan belajarnya mendukung, Jika seseorang mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain seseorang itu harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran. Jadi kebiasaan untuk memusatkan pikiran ini mutlak perlu dimiliki oleh setiap siswa yang belajar. Dalam belajar, seorang siswa yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasi bahan pelajaran. Oleh karena itu, setiap siswa berusaha dengan keras agar memiliki konsentrasi tinggi dalam belajar. Cukup banyak siswa yang kurang mampu berkonsentrasi ketika belajar dama waktu yang relatif lama.
48
Jadi yang dimaksud penulis dengan konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian atau pikiran terhadap sesuatu objek dalam suatu aktifitas yang berlangsung dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan.
Tujuan dari konsentrasi itu sendiri adalah untuk mengatur sesuatu yang disebut “pancaran otak”, yang dalam kondisi tidak terkontrol secara terus-menerus terganggu.pancaran otak secara terus-menerus dibutuhkan untuk mengonsentrasikan pikiran pada objek yang ditentukan, dan untuk menyingkat atau meng mengklasifikasikan objek tersebut. Tanpa ada pancaran otak yang terjadi terus-menerus, maka tidak akan ada pekerjaan yang bisa dilakukan karena pikiran berangan-angan tanpa tujuan, dan pikiran ini terganggu oleh berbagai macam gangguan. Konsentrasi berhubungan secara langsung dengan proses pikiran, dan konsentrasi ini adalah pangkal untuk melawan fobia, harus diakui bahwa berkonsentrasi pada beberapa titik yang ditetapkan akan menghasilkan gelombang energi syaraf yang bersumber pada titik tersebut. (Vittoz, 2008:90).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
49
faktor yang ada pada diri individu yang sedang berkonsentrasi belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor intern Faktor intern dibagi menjadi tida faktor, yaitu faktor jasmaniyah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan
1.
Faktor jasmaniah
a) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan dan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Dalam bukunya Ahmadi (2013:79), dikatakan Kesehatan seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi belajarnya, karena siswa akan mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang dan kurang semangat, pikiran terganggu, karena hal-hal ini maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, syaraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
Agar seseorang dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan tentang
50
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olahraga, dan rekreasi.
b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Dapat berupa buta, tuli, patah kaki atau tangan, lumpuh, dan lain-lain. Salah satu kurangnya konsentrasi adalah cacat mental mental dan fisik pada anak karena perkembangannya yang normal telah terganggu (Anderson, 2008:83). Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaklah belajar pada lembaga pendidikan khusus atau menggunakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.
2.
Faktor psikologis Yang tergolong ke dalam faktor psikologis, yaitu intelegensi, minat, bakat, motif dan sikap.
a)
Inteligensi Flynn
dalam
Azwar(1996:7),mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Inteliginsi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
51
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengerti relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Jadi pada umumnya kecerdasan atau kecakapan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam relaksasi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Anak yang normal IQ-nya (90-1000 dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ (110-140) dapat digolongkan cerdas, 140 ke atas dapat digolongkan genius, jadi semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang
dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffectife). Anak inilah yang sering mengalami kesulitan belajar (Ahmadi, 2013: 81).
b) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan
mengenang
beberapa
kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi minat besar 52
pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
c)
Bakat Bakat
adalah
kemampuan
untuk
belajar,
kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa senang belajar dan pastilah siswa akan lebih giat lagi dalam belajar.
d) Motif Motif erat sekali hubungan nya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat. Sedangkan yang jadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian.
53
e)
Sikap Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Jadi dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh sikap atau perasaan senang atau tidak senang pada penampilan gurunya , pelajaran atau lingkungan sekitarnya
3.
Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kebutuhan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul
kecenderungan
untuk membaringkan
tubuh.
Kelelahgan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit
b. Faktor ekstern
54
Ahmadi (2013:81), faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1) Faktor keluarga a) Cara orang tua mendidik Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anak. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh pada hasil belajarnya, orang tua yang bersikap kejam, otoriter akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak, hal ini akan mengakibatkan perasaan yang tidak tentram, dan konsentrasi belajarnya terganggu
b) Hubungan orang tua dan anak Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang yang penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh takacuh, memanjakan, dan lain-lain. Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak.
c) Suasana rumah Suasana keluarga yang sangat ramai dan gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan
55
selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar dalam belajar. Demikian juga suasana ruamah yang selalu tenang, selalu banyak cekcok antara anggota keluarga, keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok atau membisu, akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak yang tidak sehat mentalnya. Untuk itu hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan, tenang, damai, harmonis, agar anak betah di rumah. Hal ini akan menguntungkan untuk kemajuan belajar anak.
d) Keadaan ekonomi keluarga keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, isal makan, pakaian, kesehatan, dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat tercukupi jika keluarga mempunyai uang.
e) Pengertian orang tua Ketika seorang anak sedang belajar, perlu adanya dorongan dan pengertian dari orang tua, jika anak sedang berkonsentrasi belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di ruamah. Orang tua harus membantu sedapat mungkin kesulitan anak yang dialami disekolah
56
2. faktor sekolah a) Metode mengajar Metode belajar yang tidak menarik atau guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi, hal ini menunjukan
metode
guru
yang
sempit,
sehingga
menimbulkan kebosanan, dannperhatian murid mudah dialihkan. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan tepat, efisien dan efektif.
b) Kurikulum Kurikulum yang kurang baik misalnya, bahanbahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang (kelas satu banyak pelajaran, dan kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran), dan adanya pendataan materi. Hal-hal itu akan membawa kesulitan belajar bagi siswa. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa, akan membawa dalam kesuksesan belajar.
c) Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajarterjadi antara guru dengan siswa. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata
57
pelajarannya.
Pada
umumnya,
seorang
siswa
akan
menyukai pelajaran karena guru yang mengajar pelajaran tersebut.
d) Relasi siswa dengan siswa Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah perlu, karena antara siswa akan saling menghargai, menghormati, dapat bekerja sama dengan baik dan lain-lain. Hal ini dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap konsentrasi belajar.
e) Disiplin sekolah Disiplin sekolah yang kurang dapat menimbulkan hambatan dalam pelajaran, misalnya murid-murid sering terlambat datang, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, kewajiban dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih lagi guru yang tidak disiplin akan berpengaruh buruk bagi perkembangan pembelajaran.
f) Alat pelajaran Alat pelajaran yang kuirang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan belajar. Ketidak lengkapan
58
alat pelajaran maka guru akan cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga tidak mustahil timbul kesulitan belajar.
g) Waktu sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar. Waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari, karena di pagi hari energi siswa masih utuh dan udara pun masih sejuk yang akan mempengaruhi daya otak siswa sehingga memudahkan siswa untuk berkonsentrasi.
h) Standar belajar diatas ukuran Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Guruguru yang menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini bisa terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemampuan siswa-siswaya, sehingga hanya sebagian kecil dari siswanya yang dapat berhasil dengan baik.
i) Keadaan gedung
59
Terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruangan tempat siswa belajar. Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti, ruang harus berjrndela, ventilasi cukup sehingga udara segar dapat masuk ke dalam ruangan dan dapat menerangi ruangan, dinding yang bersih dan tidak kotor akan mengurangi pengalihan perhatian siswa untuk melihat coretan-coretan yang ada di dinding. Letak gedung jauh dari keramaian, sehingga anak dapat berkonsentrasi dengan baik.
j) Lingkungan alamiyah Yaitu seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau terlalu gelap serta suasana sejuk dan tenang (Baharuddin, 2008: 27). Sehingga kondisi di atas akan mempengaruhi aktifitas belajar anak. Jadi lingkungan sekolah yang nyaman serta hubungan yang harmonis dengan guru, teman-teman sekolah serta staf administrasi akan membuat anak termotifasi untuk belajar.
Jadi lingkungan sekolah yang nyaman serta hubungan yang harmonis dengan guru dan antar siswa akan membuat anak termotifasi untuk belajar lebih baik.
3) faktor masyarakat 60
kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Apabila anak suka bergaul dengan teman-teman yang tidak bersekolah, maka anak akan menjadi malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berbeda dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi dan mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan orang-orang yang kurang baik untuk perkembangan anak. Corak kehidupan tetangga, misalnya main judi, minum-minuman keras, menganggur, pedagang, tidak suka belajar, akan memengaruhi anak-anak yang sekolah. Minimal tidak ada motifasi anak dalam belajar.Jadi dalam lingkungan
masyarakat
seorang
anak
harus
dapat
menyesuaikan situasi dan kondisi serta dapat mengatur waktu belajarnya. Sehingga tidak menganggu konsentrasi belajar.
3. Sebab-sebab siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar Seorang siswa yang tidak dapat berkonsentrasi ketika belajar bukanlah tanpa sebab. Diakui ada hal-hal lain yang ikut mempengaruhi lama pendeknya daya konsentrasi seseorang ketika sedang belajar.
Menurut Ahmadi (1991:40), sebab-sebab anak tidak dapat berkonsentrasi, antara lain sebagai berikut:
61
a. Kurang minat terhadap mata pelajaran. Tidak adanya minat mengakibatkan siswa sukar mengerti isi pelajaran tersebut. Akhirnya pikirannya melayang-layang pada hal-hal lain. b. Banyak urusan-urusan yang menganggu perhatian, baik urusan luar ataupun urusan pribadi. c. Adanya gangguan-gangguan suara keras seperti radio, tape, dan lain-lain. Begitu juga udara yang sangat panas dan meja yang tidak enak atau kurang nyaman karena sudah rusak dapat menganggu konsentrasi siswa. d. Adanya gangguan kesehatan atau terlalu lelah.
Jadi berbagai penyebab anak tidak dapat berkonsentrasi antra lain berasal dari faktor dalam (internal) yaitu kurang minat atau senang dengan mata pelajaran karena masalah pribadi dan gangguan kesehatan, sedangkan faktor dari luar (eksternal) yaitu banyak urusan-urusan yang menganggu, kondisi tempat belajar dan gangguan-gangguan suara keras atau gaduh.
4. Mengembangkan kemampuan konsentrasi belajar Males belajar yang dialami anak-anak biasanya disebabkan pula adanya kurang kemampuan anak dalam berkonsentrasi. Karena tidak adanya konsentrasi ini membuat anak sulit menguasai apa yang dibaca atau dipelajarinya. Alkibatnya, anakpun mudah bosan, putus asa, dan
62
enggan untuk belajar lagi. Karena itu, melatih konsentrasi anak sangat penting agar anak terus rajin belajar (Musbikin, 2009:31-32).
Di bawah ini bagaiman mengatasi dan mengembangkan kemampuan konsentrasi, antara lain sebagai berikut:
a. Berdoa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama islam di ajarkan, bahwa setiap melakukan sesuatu harus didahului dengan basmalah, dan jika tidak maka seluruh pekerjaannya terputus. Begitu juga dengan belajar maka harus membaca basmalah terlebih dahulu kemudian berdoa supaya diberi pikiran yang jernih. b. Berusahalah membuat ruang belajar sebagai tempat khusus untuk belajar, tidak ada keributan, mainan, atau pengalih perhatian. c. Mulailah dengan sesi belajar yang pendek saja. Lakukan sesi belajar dengan waktu yang pendek supaya tidak cepat bosan, d. Tambah waktu belajar lima atau sepuluh menit setiap hari hingga target
itu
tercapai.
Ini
tahap
pertama
setelah
berhasil
berkonsentrasi, kemudian tambah waktu yang lebih banyak lagi hingga target dapat tercapai. e. Buatlah target kecil dan beri selamat pada diri sendiri ketika target itu tercapai (maksudnya target dalam tujuan belajar, bukan target musuh).
Memberikan
selamat
kepada
diri
sendiri
dapat
memberikan semangat.Berusahalah sekuat-kuatnya untuk tertarik dengan apa yang dipelajari. Kalau mata pelajaran itu membuat
63
bosan, cari teman yang menyukainya dan tanyakan alasannya kenapa dia menyukai mata pelajaran tersebut. Baca artikel majalah, nonton video tentang topik tersebut, atau surfing internet untuk mencari bahan tambahan tentang pokok bahasan tersebut, menyusun beberapa pertanyaan dan diajukan kepada guru ketika dikelas. f. Kalau kita mulai lelah atau melamun, berhentilah, beri waktu yang cukup untuk diri beristirahat. Jika kita sudah merasa bosan, maka segera berhenti belajar, sebab rasa bosan dapat menghilangkan konsentrasi. Istirahatlah yang cukup atau mungkin melakukan hobi untuk mengusir kejenuhan. g. Berdiri, regangkan badan, lompat-lompat, kunyah makanan, cemilan atau permen, atau tidur sianglah sebentar jika betul-betul mem butuhkannya. h. Tetapkan target yang akan kita capai dalam melakukan sesuatru, dan berikan kejelasan batas waktu yang akan dikerjakan. Jika kita tidak menetapkan target tersebut, maka kebosanan dan kejenuhan yang akan terjadi, sebab kita tidak bisa tahu apa yang akan kita pelajari dan sampai kapan kita akan selesai belajar dan makin parahnya waktu akan terbuang dengan sia-sia. i. Persiapkan segala sesuatu sesuai dengan yang kita lakukan (persiapan yang matang). Jangan belajar ketika pikiran sedang kalut karena akan mempengaruhi konsentrasi kita. Dan hasilnya
64
akan membuat kita pusing dan tidak memperoleh ilmusedikitpun meskipun kita sudah belajar. j. Pusatkan perhatian hanya pada pekerjaan yang sedang kita lakukan. Usahakan saat mengerjakan suatu tugas, jangan memikirkan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, ini berhubungan dengan alih perhatian, jika kita mengalihkan perhatian kepada sesuatu selain belajar, maka akan sulit mengembalikan konsentrasi kita pada pelajaran. k. Hindarkan diri kita dari gangguan-gangguan yang tidak perlu sepertiinterupsi telpon yang tidak penting, obrolan teman kita, dan tamu tak diundang, belajar ditempat yang hening, usahakan handphone dimatikan saat belajar dan tidak perlu mengajak teman belajar bersama kecuali memang sangat membutuhkan. l. Perhatikan kondisi fisik, jika perlu tetapkan waktu istirahat untuk memulihkan kelelahan dalam berkonsentrasi. Persiapan belajar berupa fisik yang sehat yang lebih bisa menentukan bisa atau tidaknya kita berkonsentrasi, didalam tubuh yang sehat, terdapat pula jiwa yang sehat, dengan tubuh yang sehat, maka konsentrasi kita akan lebih baik. Melatih konsentrasi belajar tidaklah mudah dan memerlukam kesungguhan pada diri seorang siswa. Siswa satu dengan siswa yang lain memiliki tingkat konsentrasi yang berbeda, sehingga cara yang dilakukan untuk melatih konsentrasi pasti juga tidaklah sama. Misalnya, dalam hal belajar setiap siswa mempunyai
65
gaya belajar yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Cukup banyak siswa
yang mengeluh tidak dapat
berkonsentrasi akibat gaya pengajaran yang diberikan oleh guru kurang tepat. Dalam hal ini guru dan orang tua sangat berpengaruh dalam melatih konsentrasi belajar siswa (Ahmadi, 1991:41).
Demikianlah
beberapa
cara
untuk
mengembangkan
kemampuan kemampuan konsentrasi. Bagi siswa yang telah biasa melakukan konsentrasi, siswa tersebut akan dapat belajar baik dengan cara dan dalam keadaan bagaimanapun, sedangkan bagi yang belum bisa berkonsentrasi, perlulah melatih diri untuk dapat memusatkan perhatian atau berkonsentrasi (Gie, 1977:56).
Kemampuan berkonsentrasi merupakan salah satu kunci untuk berhasil dalam belajar. Sukses dalam studi tidak semata-mata banyaknya waktu untuk belajar, melainkan juga pada intensitas konsentrasi yang dapat diciptakan. Belajar dengan penuh konsentrasi selama satu jam misalnya, akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada belajar dua sampai tiga jam dengan pikiran yang kurang terpusat.
Menurut penulis cara mengembangkan konsentrasi belajar haruslah dimuli dari diri kita sendiri, mulai dari suka pada mata pelajaran,
menghilangkan
66
urusan-urusan
yang
menganggu,
menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar, serta menjaga kesehatan agar dapat berkonsentrasi dengan baik waktu belar.
C. Pengaruh Suasana Kondusif terhadap Konsentrasi Belajar Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas merupakan salah satu tugas guru sebagai pendidik profesional. Bahkan dapat dikatakan, sebagian besar tugas guru digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas sehingga wajar kiranya jika seorang guru menaruh perhatian yang lebih terhadap ruang kelasnya. Itulah sebabnya seorang guru harus memiliki ketrampilan untuk mengatur ruang kelas yang kondusif, yaitu ruang kelas yang mendukung keberhasilan belajar siswa. Iklim sekolah yang positif dapat menggerakkan kegiatan pembelajaran dan daya kreatifitas pelajar, sementara iklim yang negatif akan
membekukan
perkembangan
pelajar.
Tunney
dan
jenkins
menyimpulkan bahwa iklim sekolah merupakan faktor terpenting untuk menentukan mutu pembelajaran peserta didik di sekolah, dan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan efektifitas sekolah (Supardi, 2013:53).
Tentunya
sangatlah
sulit
bagi
peserta
didik
untuk
mengembangkan kemampuan potensinya dengan baik jika lingkungan belajar tidaklah mendukung. Peserta didik membutuhkan konsentrasi belajar untuk dapat mencerna, memahami, dan mengerjakan tugas-tugas belajarnya. Itulah sebabnya pengelolaan kelas dapat memudahkan kegiatan belajar bagi peserta didik.
67
Konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai pemusatan pemikiran seorang siswa untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan belajar di sekolah. Konsentrasi dalam pembelajaran sangatlah penting, seorang siswa yang kesulitan dalam belajar harus bekerja keras di sekolah meskipun diberi pengajaran yang terbaik, tetapi kesulitannya akan semakin bertambah apabila dibarengi dengan daya konsentrasi yang lemah. Perhatiannya harus cukup berkelanjutan agar mampu melaksanakan tugas yang dihadapinya. Sebagian besar kondisi fisik ruang kelas memank memiliki pengaruh terhadap kemungkinan munculnya gangguan belajar. Temperatur ruang kelas yang terlalu dingin dan ventilasi yang kacau misalnya, hal itu benar-benar terbukti mampu menurunkan sebagian besar para peserta didik dalam berkonsentrasi terhadap materi-materi belajar, walaupun hal itu sering kali luput dari perhatian guru (Wiyani, 2013: 60).
68
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTsNegeri Wonosegoro 1. Sejarah berdirinya MTs Negeri Wonosegoro Berdirinya MTsNegeri Wonosegoro diprakarsai oleh para tokoh masyarakat dan para kyai yang berada di kecamatan Wonosegoro, setelah melihat situasi dan kondisi masyarakat waktu itu yang labil pasca peristiwa G 30 S/PKI. Inisiatif mendirikan Madrasah muncul dari alim ulama dan tokoh NU di desa ketoyan pada tahun 1966 dengan nama MTs NU Ketoyan dengan dipimpinoleh Kyai Dimyati. Pada tahun 1968 seiring dengan pergantian pemimpin, MTs NU berpindah tempat ke Desa Karangjati dan berlangsung hingga sekarang ini. Pada perkembangan berikutnya terjadi berulang kali perubahan nama. Pada tahun 1973 berubah menjadi MMP (Madrasah Menengan Pertama). Kemudian pada tahun 1976 berubah menjadi MTs NU kembali dan dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1976 berubah menjadi MTs Al Islam. Perubahan tersebut terjadi seiring dengan pergantian Kepala Madrasah atau pengurus yayasan. Pada tahun 1983 terjadi perubahan status MTs dari MTs swasta menjadi MTs final Negeri Nogosari dan pada tahun 1995 berubah status dari MTsfinal Negeri Nogosari menjadi MTsNegeri Wonosegoro.
68
Perkembangan MTsNegeri Wonosegoro telah mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah, yaitu:
Tabel 3.1 Kepala Madrasah yang pernah menjabat No
Nama
Tahun Menjabat
1
Kyai Dimyati
1966-1968
2
Muhadlib
1968-1969
3
Ishanudin
1969-1973
4
Sunaryo
1973-1975
5
Suyono
1975-1976
6
Ishomudin
1976-1977
7
Tugiyar
1977-1983
8
Ishomudin
1983-1995
9
Drs. Sarbani
1995-1999
10
Drs. Suyitno
1999-2001
11
Drs. Tibyani Albaraq
2001-2002
12
Chusni, S.Ag.
2002-2006
13
Drs. H. Mushonif, Mpd.
2006-2013
14
H. Ashuri, S.Ag. M.Pdi
2013-2014
MTSNegeri Wonosegoro merupakan salah satu wadah yang cocok bagi anak didik untuk diberikan pendidikan baik pendidikan yang bersifat umum maupun yang bersifat keagamaan. Karena itulah di MTsNegeri Wonosegoro mempunyai kesempatan yang baik dalam rangka mendapatkan ilmu agama islam dan ilmu pengetahuan umum, setelah siswa mendapatkan pendidikan diharapkan mampu menjadi
69
insan yang berguna baik di dunia maupun di akhirat. Dengan pengertian bahwa setelah mendapatkan pendidikan di MTsNegeri Wonosegoro mampu mengamalkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan seharihari, khususnya dalam amar ma’ruf nahi mungkar. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik, baik hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Letak Geografis Letak MTsNegeri Wonosegoro merupakan bagian dari Desa Karangjati Rt 01 Rw 05 wilayah kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.MTsNegeri Wonosegoro memiliki tanah seluas 3,187 m² Dengan jumlah tanah yang telah bersertifikat seluas 2,447 m² dan luas bangunan seluruhnya 740 m² yang merupakan bangunan permanen yang dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang menghantarkan pada pencapaian tujuan belajar mengajar. Posisi lokasi MTsNegeri Wonosegoro sangat strategis untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan lokasi MTsNegeri Wonosegoro letaknya dekat dengan jalan raya dan dekat dengan pemukiman penduduk, yang merupakan salah satu faktor untuk memudahkan melaksanakan aktifitas belajar di MTsNegeri Wonosegoro. Bagi masyarakat yang jauh dari lokasi, dapat menggunakan fasilitas kendaraan umum yang setiap waktu melintas disamping MTsNegeri Wonosegoro. Kemudian dengan siswa 70
yang dekat dengan sekolah cukup berjalan kaki untuk sampai di sekolah.
3. Profil sekolah Nama Madrasah
: MTsNegeri Wonosegoro
NSS
: 123330918001
Alamat Sekolah
: Karanggede, Wosegoro, karangjati, Boyolali
Telepon
: 0298610635
Tahun Berdiri
: 1966
Tahun Perubahan :1995 4. Visi dan Misi MTs Negeri Wonosegoro a.
Visi VisiMTs Negeri Wonosegoro sebagai lembaga pendidikan berciri khas agama Islam, perlu mempertimbangkan harapan guruguru MTs Negeri Wonosegoro, murid dan Orang Tua murid yaitu demi Terwujudnya IMTAQ dan IPTEK serta berakhlakul karimah.MTs Negeri Wonosegoro juga diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era informasi dan globalisasi yang sangan cepat.
b.
Misi MTsNegeri Wonosegoro ingin mewujudkan harapan dan respon dalam visi berikut:terwujudnya generasi yang islami,
71
berakhlak mulia, berpengetahuan dan trampil. Misi MTsNegeri Wonosegoro sebagai berikut:
1. Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kecerdasan bangsa. 2. Melaksanakan
pengelolaan
pendidikan
dengan
system
SchoolBasic Management secaraoptimal dan professional dan penerapan kurikulum berbasis kompetensi. 3. Membangun Sumber Daya Manusia di bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi serta Agama secara berkeseimbangan . 4. Mengembangkan potensi anak didik dengan memberi bekal keterampilan (Menjahit, Komputer dan Ibadah) yang positif sesuai dengan bakat, minat dan hobby anak , sehingga setelah lulus dan tamat dapat mengaktualisasikannya. 5. Tujuan Pendidikan Secara umum tujuan pendidikan MTsNegeri Wonosegoro adalah meletakkan dasar kecerdasaan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan yang lebih lanjut. Adapun tujuan MTsNegeri Wonosegoro secara khusus yaitu:
a. Mewujudkan masyarakat yang memahami dan mengamalkan ajaran agama islam b. Menanamkan dasar-dasar kepemimpinan yang diilhami oleh syari’at agama islam
72
c. Mewujudkan manusia yang berjiwa santun dan menghargai jasa-jasa orang lain d. Mewujudkan insan yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mengikuti perkembangannya. e. Mewujudkan insan yang memiliki kemandirian, terampil dalam bertindak dan bertanggung jawab.
6. Upaya-upaya untuk Mencapai Tujuan Untuk mencapai tujuan tersebut MTsNegeri Wonosegoro melakukan berbagai upaya:
a. Dengan cara pembiasaan segala perilaku sesuai dengan ajaran islam b. Dengan pemberian teladan dari guru c. Pembiasaan bertegur sapa dan mengucap salam, serta berjabat tangan antar warga sekolah d. Mengadakan pelatihan komputer bagi guru MTsNegeri Wonosegoro e. Dengan menguatkan dibidang ketrampilan
7. Struktur organisasi Dalam suatu lembaga perlu dibentuk suatu struktur organisasi, agar orang yang ada dalam lembaga tersebut mengetahui tugas dan fungsi masing-masing, yang terdiri dari kepala sekolah yang menduduki jabatan sebagai pemimpin. Kepala sekolah berkoordinasi dengan komite sekolah, selain itu dalam menjalankan tugas akademiknya, kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah(wakasek) yang bekerja sesuai bidang masing73
masing. Seorang koordinator BK, Dalam hal ini struktur organisasi terlampir.
8. Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi
Seorang guru/pendidik merupakan salah satu faktor yang penting dalam lembaga, khususnya dalam proses belajar mengajar. MTsNegeri Wonosegoro mempunyai tenaga pengajar/pendidik dan tenaga administrasi sebanyak 53 orang
Tabel 3.2 Daftar Guru dan Tenaga Administrasi MTs Negeri Wonosegoro NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8
10 11 12
H. Ashuri, S.Ag.M.PdI. Amiruddin, S.Ag. Sumanto, S.PdI. Suluri, S.PdI. Sutrisno, S.PdI., M.M. Drs. Supriyadi Dra. Siti Alimah Dwi. H Yusriah TN Khasanah, S.Ag. Nurul Huda, S.Ag., M.Pd. Joko Sulistyo, S.Pd. Eny Budiyarti, S.Pd. Tri Widodo, S.Pd.
13 14
Endah Sulistyorini, S.Pd. Arif Hanafi, S.Ag.M.Pd.
15
Drs. Sulistiyana
9
TUGAS
74
Kepala Madrasah Guru BP Guru Ur. Kurikulum Ur. Sarana dan prasarana Guru Ur. Kesiswaan Ur. Humas Ka. Lab. Bahasa Wali Kelas Ka. Lab. Matematika, Pembina Khafidz Qur’an Wali Kelas Guru, Pembina Marching Band Wali Kelas
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Muh Zaenudin, S.PdI. Hendriana Ekawati, S.PdI. Ummi Munawaroh, S.Ag. Siti Haritsah, S.Ag. Drs. Agus Rustomo Dra. Taslimatul Choiriyah Drs. Eko Wiyono
Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas
Wali Kelas, Pembina BTA, Pembina Seni Paimin, S.PdI. BP, Pembina Marching Band Siti Sulastri, S.PdI. Ka. Perpus Muh Amin, S.Ag. BP Nanik Sari Handayani, Wali Kelas S.Pd. Agus Triyanto, S.Pd. Wali Kelas Islamiyah, S.Pd. Wali Kelas Sri Yuwarningsih, S.Pd. Wali Kelas, Seni Budaya dan Ketrampilan Iatiqomah, S.Ag. Wali Kelas Siti Nuripah, S.Pd. Wali Kelas Wiwin Istiqomah, S.Pd. Wali Kelas M. Zuhri, S.Ag. Wali Kelas, Pembina BTA Muh Ihsan Setiawan, BP S.PdI. Farray Teddy, S.Pd. Wali Kelas Mashudi, S.Ag. Ka. Lab. TIK, Pembina Komputer Dewi Kotijah, S.PdI. Guru, Pembina Komputer Rini Styowati, S.Pd. Guru Zulham Efendi, S.Pd. Guru, Pembina pramuka Ibnu Munawar, s.Pd.Si. Guru, Pembina pramuka Siti Rofiah, S.PdI. Guru A. Subkhi Guru Muhammad Yazid, S.H. Tenaga Administrasi Siti Komariyah Tenaga Administrasi Shochiffuddin, S.Pd. Tenaga Administrasi Rubadi Tenaga Administrasi
75
47 48 49 50 51 52 53
Zahrotun Nafisah
Tenaga Administrasi, Pembina pramuka Abdul Rohman Tenaga Administrasi Agus Rohman,S.PdI. Tenaga Administrasi, Pembina pramuka Muahamat Tenaga Administrasi Hendrawan H Nugroho, Tenaga Administrasi S.E. Khabib Ihsan Tenaga Administrasi Gunawi Tenaga Administrasi
9. Data Siswa MTS Negeri Wonosegoro Tahun 2014 Tabel 3.3 Data Siswa MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2014 No
Kelas
Jumlah Siswa L 16 14 15 16 13 16
P 17 18 17 16 19 11
Jumlah 33 32 32 32 32 27 188
1 2 3 4 5 6
VII A VII B VII C VII D VII E VII F Jumlah
7 8 9 10 11 12
VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F Jumlah
7 6 16 15 15 15
17 18 10 9 9 7
24 24 28 24 24 22 144
13 14 15 16 17 18
IX A IX B IX C IX D IX E IX F
5 8 18 14 16 17
19 16 10 12 12 10
24 24 28 26 28 27
76
Jumlah
157
Jumlah Keseluruhan
489
10. Kegiatan Ekstra kulikuler Berikut adalah data kegiatan ekstrakulikuler beserta guru pengampu ekstrakulikuler yang ada di MTsNegeri Wonosegoro:
Tabel 3.4 Data kegiatan ekstrakulikuler No
Kegiatan ekstrakulikuler
Guru pengampu
1
Pembina Pramuka
1. 2. 3. 4.
Zulham Efendi, S.PdI. Agus Rohman, S.PdI Zahrotun Nafisah Ibnu Munawar
2
Pembina Marching Band
1.
Arif Hanafi, S.Ag.,M.Pd. Paimin, S.PdI.
2.
5
Pembina Khafidz Qur’an Pembina Seni Baca Al Qur’an Pembina BTA
6
Pembina Komputer
7
Pembina Seni
3
77
Tri Widodo, S.Pd. Siti Darojah, S.PdI. 1. 2.
Drs. Eko Wiyono M. Zuhri, S.Ag.
1. 2.
Mashudi, S.Ag. Dewi Kotijah, S.PdI.
W. Eko Wiyono, S.Pd
11. Sarana dan Ptasarana Sarana dan Prasarana merupakan fasilitas pendidikan yang sangat penting dan utama, fasilitas di MTsNegeri Wonosegoro cukup lengkap, yaitu:
Tabel 3.5 daftar Sarana dan Ptasarana MTs Negeri Wonosegoro No
Jenis
lokal
1
Ruang Kelas
16
2
Ruang Kep. Madrasah
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang Tata Usaha/TU
1
5
Ruang Lab. IPA
1
6
Ruang Lab. Komputer
1
7
Ruang Perpustakaan
1
8
Ruang UKS
1
9
Ruang Ketrampilan
1
10
Ruang Toilet Guru
4
11
Ruang Toilet Siswa
7
B. Penyajian Data Dalam pengumpulan data pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa. Penulis menggunakan tekhnik angke, jumlah angket yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, terdiri dari 20 pertanyaan dengan rincian sebagai berikut:
78
a. 10 pertanyaan untuk suasana kondusif dalam pembelajaran b. 10 pertanyaan untuk konsentrasi belajar siswa
Untuk memudahkan penganalisisan dari 20 item pertanyaan, maka setiap dari 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A diberi nilai 3 b. Alternatif jawaban B diberi nilai 2 c. Alternatif jawaban C diberi nilai 1
Untuk lebih jelasnya penulis akan menyajikan data mentah sebagai berikut:
1. Daftar nama responden Dalam daftar responden yang dijadikan objek penelitian adalah siswa MTsNegeri Wonosegoro kelas IX. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.6 Daftar Nama Inisial Responden No 1 2 3 4 5 6 7
Nama MK ML KM FAJ NS FS NH
Kelas IXA IXA IXA IXA IXA IXA IXA
79
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
LU MAA MLA MY MS RLP MA IM MW MT SNK JNW MA SR TY AA NKS AW MNI AAS DAA FRS MKM MAM FS SS NA TRA FLI NSL SRL IF
IXB IXB IXB IXB IXB IXB IXC IXC IXC IXC IXC IXC IXD IXD IXD IXD IXD IXD IXD IXE IXE IXE IXE IXE IXE IXF IXF IXF IXF IXF IXF IXF
2. Data tentang jawaban angketsuasana kondusif dalam pembelajaran Adapun hasil dari penyebaran angket suasana kondusif dalam pembelajaran dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
80
Tabel 3.7 Jawaban Angket Suasana Kondusif dalam Pembelajaran NoR es 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nomer Item 1 B A B B B A B B A B A B A B B B A A A A A B C B B A A B B B B B A
2 A C B B B B B B B A A B B A A B B B A B B A B B A A B B A B B A B
3 A A B B A A A A A A B A A B A A A B A B A B A A A A A A A B A A B
4 A B A A A B A B A A A A B B A A A A A B A A A A A B A B A B A A A
81
5 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A C A A A A A A A A A A
6 B B B B C B B B B B B B B B B B B B B B B A B B C C B B B C B B C
7 B B A A B B A C B A A B B C B B B B A A C B A A B B A A B B B B B
8 A A A A A A A A A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
9 B A B B B B A B B B A B B B B A A B A A B B A A B B A A B C A B B
10 B A A A B A B A A A A A A A A A A A A A A C A A A A A A A A A A A
34 35 36 37 38 39
A B A A C A
B A B A A B
A A A A A A
A A B A A A
A A A A A A
B B B B B B
B B C A B B
A A A A A A
B B B A B B
A A A A A A
3. Data tentang jawaban angket konsentrasi belajar siswa Adapun hasil dari penyebaran angket konsentrasi belajar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.8 Jawaban Angket konsentrasi belajar siswa NoR es 1 1 A 2 A 3 A 4 A 5 A 6 B 7 A 8 A 9 A 10 B 11 B 12 B 13 A 14 B 15 B 16 A 17 B 18 A 19 A 20 A
2 A A A A B B A A B A B B B B B A B B B B
3 B B B B B B B A B B B B A B B B B B B A
4 B A A B B B A A A A A B A B B A B A A A
82
Nomer Item 5 6 B A B A B A B A B A B A A A A A B A A B B A B B B A B A B B A A B B B A B A B A
7 B A A B A A A A A B A B A A A A B A B A
8 B A A A B B A A B A A B A B A B B B A A
9 A A A A A A A A A A A A B A A A A A A A
10 A A B A A A B B A A A A A B B A A A A A
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
A A A B A A A C A B A A B A A B B B B
A B B B B A A B A B A A B A B B A B A
B B B B B A A B B B B B B B B B B B A
A C C B B B A B B B A B B B B B A A A
83
A B B B B A B B B B B A B B B B A B A
A A B B C A A A A B A A B B A B A A A
A A B A B A A B A B A A B A A B A A A
A B A A A A A A B B A A B A B B B B B
A A A A A A A B A A A A B A A B A A A
A B B A A A A A A B A B A A A A A A A
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif Setelah seluruh data dari hasil pene;itian dari penyebaran angket terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian, yaitu sebagaimana di bawah ini:
1. Untuk
mengetahui
suasana
kondusif
dalam
pembelajaran
di
MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014. 2. Untuk
mengetahui
konsentrasi
belajar
siswadi
MTsNegeri
Wonosegoro tahun 2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajarsiswadi MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014.
Berdasarkan tiga tujuan penelitian di atas maka penulis menganalisis dari tujuan pertama dan kedua menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
% Keterangan: P = prosentase
84
F = frekuensi N= jumlah sampel Sedangkan untuk tujuan yang ketiga penulis menggunakan rumus proportional product moment, sebagai berikut:
keterangan:
1. Analisis data suasana kondusif dalam pembelajaran Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: a. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket suasana kondusif dalam pembelajaran b. Mempresentasikan jawabannya c. Menginterpretasikan hasil jawaban responden Di bawah ini adalah tabel Daftar Nilai Distribusi Frekuensi tentang suasana kondusif dalam pembelajaran
85
Tabel 4.1 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi tentang Suasana Kondusif dalam Pembelajaran No.R es 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Jawaban A 5 6 5 5 4 5 6 4 5 7 8 5 5 3 6 6 7 5 9 6 6 5 6 7 6 6 8 6 6 3 6 6 5
B 5 3 5 4 5 5 4 5 4 3 2 5 5 6 4 4 3 5 1 4 4 4 2 3 3 3 2 4 4 5 4 4 3
Nilai C 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2
3 15 18 15 15 12 15 18 12 18 21 24 15 15 9 18 18 21 15 27 18 18 15 15 21 18 18 24 18 18 9 18 18 15 86
2 10 6 10 8 10 10 8 10 8 6 4 10 10 12 8 8 6 10 2 8 8 8 8 6 6 6 4 8 8 10 8 8 6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
Total
Nominasi
25 25 25 24 23 25 26 23 24 27 28 25 25 22 26 26 27 25 29 26 26 24 24 27 25 25 28 26 26 21 26 26 23
B B B B C B B C B A A B B C B B A B A B B B B A B B A B B C B B C
34 35 36 37 38 39
6 6 5 9 6 6
4 4 4 1 3 4
1 1 -
18 18 15 27 18 18
8 8 8 2 6 8
1 1 -
26 26 24 29 25 26
B B B A B B
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah, kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus:
Keterangan: I
=interval = nilai tertinggi = nilai terendah
Ki = kelas interval Dari data hasil angket suasana kondusif dalam pembelajaran dapat diperoleh nilai tertinggi 29 dan nilai terendah21dengan menggolongkan data tersebut kedalam 3 kelas, maka dapat diketahui interval kelasnya yaitu:
87
Jadi, jelas bahwa variabel ini dapat digolongkan atau dikategorikan dalam variasi baik, cukup, dan kurang. Yaitu sebagai berikut: 1. Untuk kategori baik dengan nominasi A, mendapat nilai antara 27-29 2. Untuk kategori cukup dengan nominasi B, mendapat nilai antara 2426 3. Untuk kategori kurang dengan nominasi C, mendapat nilai antara 2123 Tabel 4.2 Distribusi FrekuensiJawaban tentang Suasana Kondusif dalam Pembelajaran No
Kategori
Interval
Nominasi
Frekuensi
suasana kondusif 1
Baik
27-29
A
7
2
Cukup
24-26
B
27
3
Kurang
21-23
C
5
Jumlah Responden
39
Kemudian di cari tingkat presentase pada suasana kondusif dalam pembelajaran, dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut:
% Keterangan: P = persentase 88
F = frekuensi N = jumlah sampel 1. Untuk kategori baik tentang suasana kondusif dalam pembelajaran, ada 7 responden: %
%
2. Untuk kategori cukup tentang pembelajaran, ada 27 responden:
suasana
kondusif
dalam
suasana
kondusif
dalam
%
%
3. Untuk kategori kurang tentang pembelajaran, ada 5 responden: %
%
Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
89
Tabel 4.3 Prosentase Distribusi FrekuensiJawaban tentang Suasana Kondusif No
Kategori
Interval
Nominasi
Frekuensi
prosentas e
1
Baik
27-29
A
7
18%
2
Cukup
24-26
B
27
69%
3
Kurang
21-23
C
5
13%
39
100%
Jumlah responden
Dari analisis di atas dapat disimpulkan, bahwa suasana kondusif dalam pembelajaran mempunyai 3 kategori, yaitu kategori baik, 18% dengan jumlah 7 responden, kategori cukup, 69% dengan jumlah 69 responden, kategori kurang 13% dengan jumlah 5 responden.
Dengan demikian pernyataan di atas menjawab tujuan yang pertama yaitu “Untuk mengetahui suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014”.
2. Analisis data konsentrasi belajar siswa Untuk mengetahui tentang konsentrasi belajar siswa, maka langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
a. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket konsentrasi belajar siswa b. Mempresentasikan jawaban c. Menginterpretasikan hasil jawaban responden
90
Di bawah ini adalah tabel daftar nilai distribusi frekuensi tentang konsentrasi belajar siswa Tabel 4.4 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi tentang Konsentrasi Belajar No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Jawaban A 5 8 7 6 5 4 8 8 6 6 6 2 8 3 3 8 2 6 6 8 9 4 3 4 4 9 9 3 6
B 5 2 3 4 5 6 2 2 4 4 4 8 2 7 7 2 8 4 4 2 1 5 6 6 5 1 1 6 4
Nilai C 1 1 1 1 -
3 15 24 21 18 15 12 24 24 18 18 18 6 24 9 9 24 6 18 18 24 27 12 9 12 12 27 27 9 18
91
2 10 4 6 8 10 12 4 4 8 8 8 16 4 14 14 4 16 8 8 4 2 10 12 12 10 2 2 12 8
1 1 1 1 1 -
Total
Nominasi
25 28 27 26 25 24 26 26 26 26 26 22 28 23 23 28 22 26 26 28 29 23 22 24 21 29 29 22 26
B A A B B B B B B B B C A C C A C B B A A C C B C A A C B
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
1 8 7 1 6 5 1 7 5 8
9 2 3 9 4 5 9 3 5 2
-
3 24 21 3 18 15 3 21 15 24
18 4 6 18 8 10 18 6 10 4
-
21 28 27 21 26 25 21 27 25 28
C A A C B B C A B A
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah, kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus:
Keterangan: I
= interval = nilai tertinggi = nilai terendah
Ki = kelas interval Dari data hasil angket konsentrasi belajar siswa dapat diperoleh
nilai
tertinggi
29
dan
nilai
terendah
21
dengan
menggolongkan data tersebut kedalam 3 kelas, maka dapat diketahui interval kelasnya yaitu:
92
Jelas bahwa variabel ini dapat digolongkan atau dikategorikan dalam variasi baik, cukup, dan kurang. Yaitu sebagai berikut: 1. Kategori baik dengan nominasi A, mendapat nilai antara 27-29 2. Kategori cukup dengan nominasi B, mendapat nilai antara 24-26 3. Kategori kurang dengan nominasi C, mendapat nilai antara 21-23
Tabel 4.5 Distribusi FrekuensiJawaban tentang Konsentrasi Belajar Siswa No
Kategorikonsentras
Interval
Nominasi
Frekuensi
i belajar 1
Baik
27-29
A
12
2
Cukup
24-26
B
16
3
Kurang
21-23
C
11
Jumlah Responden
39
Kemudian di cari tingkat presentase pada konsentrasi belajar siswa, dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut:
% Keterangan: P = persentase F = frekuensi
93
N = jumlah sampel 1. Untuk kategori baik tentang konsentrasi belajar siswa, ada 27 responden: %
%
2. Untuk kategori cukup tentang,konsentrasi belajar siswa ada 16responden: %
%
3. Untuk kategori kurang tentangkonsentrasi belajar siswa, ada 11 responden: %
%
Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 4.6
94
Prosentase Distribusi FrekuensiJawaban tentang Konsentrasi Belajar No
Kategori
Interval
Nominasi
Frekuensi
prosentase
1
Baik
27-29
A
12
31%
2
Cukup
24-26
B
16
41%
3
Kurang
21-23
C
11
28%
39
100%
Jumlah responden
Dari analisis di atas dapat disimpulkan, konsentrasi belajar siswa mempunyai 3 kategori, yaitu kategori baik, 31% dengan jumlah 12 responden, kategori cukup, 41% dengan jumlah 16 responden, kategori kurang 28% dengan jumlah 11 responden.
Dengan demikian pernyataan di atas menjawab tujuan yang pertama yaitu “Untuk mengetahui suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014”.
B. Pengujian Hipotesis Pada bagian ini, penyusun melakukan analisis data untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis ajukan sebelumnya yaitu “ada pengaruh yang positif antara suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro Tahun 2014”.
Terlebih dahulu penyusun mencari ada tidaknya pengaruh antar variabel x dan y dengan menggunakan rumus korelasi produck moment. Hasil perhitungan akan menghasilkan nilai koefisien korelasi (r) yang 95
menunjukkan kuat lemahnya pengaruh antar variabel. Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian di korelasikan dengan
Nilai
untuk sampel 39 dan taraf signifikan 1% adalah 0,408. Jika >
, berarti ada pengaruh positif antara variabel x dan y. Jika
= 0 maka dikatakan bahwa antara variabel x dan variabel y tidak ada pengaruh sama sekali. Jika
<
, maka pengaruh bersifat negatif.
Adapun variabel x dalam penelitian ini adalah suasana kondusif dalam pembelajaran, sedangkan variabel y adalah konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014.
Di bawah ini merupakan rumus korelasi product moment:
Keterangan:
Untuk menganalisis data dengan rumus tersebut, maka digunakanlah tabel penolong koefisien korelasi sebagaimana tabel di bawah ini:
96
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Pengaruh Suasana Kondusif dalam Pembelajaran terhadap Konsentrasi BelajarSiswa di MTsNegeri Wonosegoro Tahun 2014 No.
X
Y
X²
Y²
XY
1
25
25
625
625
625
2
25
28
625
784
700
3
25
27
625
729
675
4
24
26
576
676
624
5
23
25
529
625
575
6
25
27
625
576
600
7
26
28
676
784
728
8
23
28
529
784
644
9
26
26
676
676
624
10
27
26
729
676
702
11
28
26
784
676
728
12
25
22
625
484
550
13
25
28
625
784
700
14
22
23
484
529
506
15
26
23
676
529
598
16
26
28
676
784
728
17
27
22
729
484
594
18
25
26
625
676
650
19
27
26
841
676
574
20
26
28
676
784
728
21
26
29
676
841
754
22
24
23
576
529
552
23
24
22
576
484
528
24
27
24
729
576
648
Res
97
25
25
23
625
529
575
26
25
29
625
841
725
27
28
29
784
841
812
28
26
22
676
484
572
29
26
26
676
676
754
30
21
21
441
441
441
31
26
28
476
784
728
32
26
27
476
729
702
33
23
21
529
441
483
34
26
26
676
676
676
35
26
25
676
625
650
36
24
21
576
441
504
37
29
27
841
729
783
38
25
25
625
625
625
39
26
28
676
784
728
Jumlah
989
991
25191
25417
25246
Dari tabel diatas diketahui:
Kemudian dimasukkan rumus:
98
0,713045
Dari
hasil
menghasilkan mengkonsultasikan
perhitungan
korelasi
product
moment
sebesar 0,713. Langkah selanjutnya adalah dengan
. Harga
untuk jumlah
responden 39 dan taraf signifikan 1% berturut-turut adalah0,408.
99
Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa harga besar dari
hitung lebih
tabel pada taraf signifikan 1%. Berdasarkan analisis
tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTsNegeriWonosegoro tahun 2014. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh yang positif
antara
suasana
kondusif
dalam
pembelajaran terhadap
konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014” dapat diterima. C. Pembahasan 1. Suasana kondusif dalam pembelajaran di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014 Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas, dapat diketahui bahwa kategori variabel suasana kondusif pembelajaran di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014, berturut-turut adalah baik (18%) terletak pada interval 27-29 dengan responden sejumlah 7 orang, cukup (69%) terletak pada interval 24-26 dengan jumlah responden 27, dan kurang (13%) terletak pada interval21-23 dengan responden sejumlah 5 orang.
Dari uraian di atas tentang prosentase masing-masing kategori, terlihat bahwa mayoritas responden dalam kategori cukup yakni sebanyak 27 responden (69%) terletak pada interval 24-26. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa suasana kondusif dalam
100
pembelajaran di MTS NegeriWonosegoro tahun 2014 berada dalam kategori cukup. Kategori suasana kondusif dalam pembelajaran ini, menurut penulis sangat wajar, karena letak sekolah yang sangat dekat dengan jalan raya membuat siswa merasa terganggu dengan suara bising kendaraan jika jalan raya dalam keadaan ramai. Hal inisesuaidenganpendapatMamat dalam Supardi (2013:53), suasana sangat penting karena memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak-anak dari segi pengenalan tentang konsep diri, kemandirian bekerja dan belajar dengan efektif dan kemampuan mengadakan hubungan yang baik dengan orang lain. Iiklim sekolah yang positif dapat menggerakkan kegiatan pembelajaran dan daya kreativitas pelajar, sedangkan iklim yang negatif akan membekukan perkembangan pelajar. Iklim sekolah yang sehat ini, di samping dibutuhkan untuk membangkitkan motifasi belajar siswa, juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan yang tidak nyaman dan stres dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi prestasi belajar maupun konsentrasi belajar siswa.
2. Konsentari belajar siswa di MTsNegeriWonosegoro tahun 2014 Mengenai
kategori
konsentrasi
belajar
siswa
di
MTsNegeriWonosegoro tahun 2014 berturut-turut adalah sebagai berikut: baik (31%)terletak pada interval 27-29 dengan responden sejumlah 12 orang, cukup (41%) terletak pada interval 24-26 dengan
101
jumlah responden 16, dan kurang (28%) terletak pada interval 21-23 dengan responden sejumlah 11orang.
Dari uraian di atas, dapat di ketahui bahwamayoritas responden berada dalam kategori cukup, yaitu (41%) terletak pada interval 24-26 dengan jumlah responden 16 orang. Ini berarti bahwa konsentrasi siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014 berada dalam kategori cukup.
Seperti yang telah di paparkanolehBaharuddin (2008: 27), bahwasannya lingkungan alamiyahsepertikondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau terlalu gelap serta suasana sejuk dan tenang, Sehingga kondisi di atas akan mempengaruhi aktifitas belajar anak. Jadi lingkungan sekolah yang nyaman serta hubungan yang harmonis dengan guru, teman-teman sekolah serta staf administrasi akan membuat anak termotifasi untuk belajar.
Menurut penulis, kategori cukup tersebut bisa diperoleh karena disebabkan beberapa faktor seperti kurang seriusnya sebagian responden dalam mengisi angket konsentrasi belajar siswa. Meski demikian, hasil perhitungan skor angket konsentrasi belajar siswa tetap bisa membuktikan hipotesis yang telah penulis ajukan. 3. Pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa diMTsNegeriWonosegoro tahun 2014
102
Telah ditentukan sebelumyabbahwa nilai koefisien korelasi hasil perhitungan akan konsultasikan dengan
. Jika
>
,
berarti hasil perhitungan korelasi antara variabel x dan variabel y bernilai positif, yaitu ada pengaruh yang signifikan antara suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima, dari analisis korelasi diketahui sebagai berikut: 1.
= 0,713
2. Nilai r product moment pada tabel dengan responden sejumlah 39 orang dan taraf signifikansi 1% adalah 0,408 Kemudian penulis mengkonsultasika nilai pada bahwa
tabel.
Dari
hasil
hasil
konsultasi
dengan nilai r tersebut
.untuk taraf signifikansi 1% lebih besar dari
terlihat . Maka
dari itu hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan antara suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014” dapat diterima. Dengan demikian jelaslah bahwa antara suasana kondusif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajaritu ada hubungannya yang dapat saling mempengaruhi. Apabila suasana kelas atau sekolah kurang mendukug , maka siswa akan merasa terganggu dan sulit untuk berkonsentrasi.
103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa suasana kondusif dalam pembelajaran di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014, dalam kategori cukup dengan nilai antara 24-26 mencapai prosentase (69%) terdapat 27 siswa, kategori baik (18%) terdapat 7 siswa dan kategori kurang dengan nilai antara 21-23 mencapai prosentase (13%) terdapat 5 siswa. 2. Konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014, dalam kategori cukup dengan nilai antara 24-26 mencapai prosentase (41%) terdapat 16 siswa, kategori baik dengan nilai antara 27-29 mencapai prosentase (31%) terdapat 12 siswa dan kategori kurang dengan nilai antara 21-23 mencapai prosentase (28%) terdapat 11 siswa. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara suasana kondusif dalam pembelajaran (variabel x) terhadap konsentrasi belajar siswa (variabel y)
104
di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014. Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dengan teknik statistik diperoleh hasil akhir yaitu 0,713 >0,408 untuk taraf signifikansi 1% yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara
suasna
kondusif
dalam
pembelajaran
terhadap
konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014. B. Saran Dengan melihat hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di MTsNegeri Wonosegoro tahun 2014. Maka penulis akan memberikan sumbangan pemikiran berupa saran-saran sebagai berikut: 1. Guru Agar semua guru dapat bekerja sama dalam mengelola dan mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga siswa merasa nyaman dan betah berada di dalam kelas. 2. Orang Tua Siswa Agar orang tua siswa selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada anak-anaknya
dalam menuntut ilmu, mengingatkan untuk
belajar ketika berada di rumah. 3. Siswa Agar siswa meningkatkan prestasi belajarnya dengan cara berkonsentrasi pada pelajarannya, belajar tidak hanya di sekolah saja, akan tetapi harus mengulang materi yang telah di berikan ketika ada di rumah.
105
106
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Supriyono Widodo. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, Abu. 1991. Tekhnik Belajar yang Efektif. Jakarta: Rineka Cipta. Anderson, Roy. 2008. Langkah Pertama Membuat Siswa Berkonsentrasi. Jakarta: PT. Indeks. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Syaifudin. 1999. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Baharudin, Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar-ruz Media. Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Didik, Hermawan. 2007. Sekolah Gue Emang Beda. Solo: Mart Media. Djaramah, Bahri Syahril. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gie, liang The. 1977. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta : Gajah Mada University. Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Ciputat Press. Mariana, Rita. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar Ya?. Yogyakarta: DivaPress. Mulyadi. 2009. Classroom management. UIN-Malang press.
Noor, Juliansyah. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana. Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Rohani, Ahmad. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Salam, Burhanudin. 2004. Cara Belajar Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supardi. 2013. Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktek. Jakarta: Rajawali Pers. Usman, Akbar Purnomo. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Vittoz, Roger. 2008. Revolusi Otak. Yogyakarta: Pararaton. Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. PT. Gramedia. Wiyani, Ardy Novan. 2013. Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Kondusif. Jakarta: Ar-ruz Media. .http://kawanlama95.wordpress.com/2009/11/17/konsentrasi.html (accessed 2 Sep 2014). .http://RifkinOvrakurnia.blogspot.com/2011/06/peran-guru-pada-pengelolaan kelas.html (accessed 4 jul 2014).