Monitoring SPAGs (Spawning Aggregations) ikan kerapu & Ikan Kakap Taman Nasional Wakatobi , Indonesia
Protokol Monitoring Versi 1.0 Juni 2006
Anton Wijonarno, Purwanto, Putu Suastawa, Ismono D, Peter J. Mous
TNC – WWF Joint Program Wakatobi TNC- CTC
1
Monitoring SPAGs (Spawning Aggregations) ikan kerapu Ikan Kakap di Taman Nasional Wakatobi
&
Protokol Monitoring
Anton Wijonarno, Purwanto, Putu Suastawa, Ismono D, Peter J. Mous
Versi 1.0 Juni 2006
Sitasi yang disarankan: Anton Wijonarno, Purwanto, Putu S, Ismono D & Peter J. Mous 2006. Monitoring SPAGs (Spawning Aggregations) ikan kerapu & kakap di Taman Nasional Wakatobi, Indonesia. Protokol Monitoring 1.0, Juni 2006. TNC-WWF Joint Program Wakatobi. The Nature Conservancy – Coral Triangle Center, Bali, Indonesia. 19 p. Kontak: Anton Wijonarno.
[email protected]
TNC-WWF Joint Program Wakatobi Jl. A Yani, Desa Mandati II, Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi tenggara - Indonesia Telp/fax:62 -0404 21851/ 62 0404 21881
2
Daftar Isi Daftar Gambar ……………………………………………………………………. 5 Pengantar………………………………………………………………………….. 6 1
Pendahuluan………………………………………………………………. 7 1.1
Umum…………………………………………………………………… 7
1.2
Rasional, tujuan ………………………………………………………… 8
2
Materi dan metode ……………………………………………………….. 8 2.1
Pemilihan lokasi ……………………………………………………….. 8
2.1.1
Tg Runduma ……………………………………………………….. 9
2.1.2
Hoga Channel ……………………………………………………… 9
2.1.3
Table Coral City …………………………………………………… 9
2.1.4
Ujung Binongko …………………………………………………… 9
2.1.5
Tg Runduma ...................................................................................... 9
2.1.6
Kentiolo ............................................................................................. 9
2.1.7
Karang Koko ..................................................................................... 9
2.1.8
Karang Kaledupa ............................................................................... 9
2.2
Transek ………………………………………………………………… 9
2.3
Prosedur lapang ………………………………………………………… 9
2.3.1
Umum ………………………………………………………………. 9
2.3.2
Under Water Visual Census (UVC) ………………………………… 10
2.4
Penanganan data ………………………………………………………… 10
2.4.1
Pencatatan data, formulir lapang……………………………………. 10
2.4.2
Penyimpanan data …………………………………………………… 10
2.4.3
Pemasukan data …………………………………………………….. 11
2.5
Analisis data ……………………………………………………………. 11
2.6
Penyajian data, laporan ………………………………………………… 11
2.7
Arsip data ………………………………………………………………. 12
3
Jadual …………………………………………………………………….. 12 3.1
Jadual bulanan …………………………………………………………. 12
3.2
Jadual dalam FY07 (Juli 06 – Juni 07) ………………………………… 12
3
4
Persyaratan perorangan, training………………………………………… 12
5
Keperluan operasional……………………………………………………. 13
6
Anggaran…………………………………………………………………. 13
7
Panduan untuk modifikasi protocol……………………………………… 13
8
Versi Protokol……………………………………………………………. 13
9
Referensi ………………………………………………………………… 14
Lampiran…………………………………………………………………………. 15 Lampiran A1. Gambar dan table…………………………………………………. 15 Lampiran A2. Formulir isian lapang …………………………………………….. 17 Lampiran A3. Excel database……………………………………………………. 19 Lampiran A4. Daftar keperluan tambahan……………………………………….. 19
4
Daftar Gambar Gambar 1. Lokasi Taman Nasional Wakatobi. ........................................
15
Gambar 2. Peta Taman Nasional Wakatobi
……………
15
Gambar 3. 4 Lokasi yang ditetapkan sebagai daerah SPAGs……………
16
Table 1.
Penjelasan tentang database SPAGs
5
Pengantar Protokol monitoring ini dibuat dari petunjuk awal yang dibuat oleh TNC-CTC Technical Manager. Protocol ini juga didasari atas pengalaman, rekomendasi dan kesepakatan dari lokakkarya yang dilaksanakan di Kofiau Raja Ampat Papua pada tanggal 7-20 Desember 2005, training di Taman Nasional Wakatobi pada tanggal 11-17 September 2006 dan lokakarya monitoring di Derawan Berau Kaltim, pada tanggal 9-17 Juni 2006. Hasil kegiatan tersebut di kompilasi oleh tim lapangan TNC-WWF Joint Program Wakatobi. Metode yang digunakan merupakan modifikasi terhadap metode yang digunakan di Taman Nasional Komodo, Indonesia selama periode 1996-2002. dalam dokumen ini tersedia panduan bagi tim lapangan mengenai metode, pengelolaan database dan analisa data, anjuran management lapangan bagi tim lapangan dengan staf pendukung dan peneliti. Lebih lanjut, protokol ini juga dapat membantu tim lapangan lainnya untuk menyusun protocol monitoring mereka masing-masing. Struktur dan isi dari protocol ini mengikuti standard yang tercantum dalam Oakley, Thomas & Fancy (2003), yang menjelaskan definisi dan tujuan dari protocol monitoring sebagai berikut: “Protokol monitoring adalah rencana studi rinci yang menjelaskan bagaimana data seharusnya dikumpulkan, dikelola, di analisis dan dilaporkan, dan sebagai komponen penting untuk menjamin kualitas dari kegiatan monitoring sumberdaya alam. Protocol sangat diperlukan untuk menjamin bahwa perubahan dialam tersebut terdeteksi melalui monitoring, bukan karena pengukuran yang dilakukan oleh orang yang berbeda dan/atau cara yang berbeda.
1. Pendahuluan 6
1.1 Umum Protokol ini menjelaskan prosedur kerja lapang, pemasukan data, pemrosesan data dan pelaporan untuk kegiatan monitoring jangka panjang dari SPAGs (Spawning aggregation site ) yang ada di Taman Nasional Wakatobi (Gambar 1) (Gambar 5): Plectropomus areolatus, Epinephelus fuscoguttatus dan E. polyphekadion serta Lutjanus bohar. Panduan umum untuk monitoring spesies ini bisa dilihat dalam Pet at al (2005). Kajian metode ilmiah untuk mempelajari spawning aggregation dari ikan karang didapat dalam Colin, Sadovy & Dominier (2003). Protocol ini diterapkan pada 4 lokasi spawning aggregation yang sudah dimonitor di kawasan Taman Nasional Wakatobi sejak 2003 yang akan dimonitor dengan menyelam. Pada awalnya jumlah lokasi SPAGs ikan kerapu yang diidentifikasi di Taman Nasional Wakatobi berjumlah 8 lokasi: Hoga channel, table coral city,mari mabuk,Tg Runduma, Tg Binongko, Pintu masuk Karang Koko, Pintu masuk karang kaledupa, Kentiolo Ikan Kerapu merupakan target utama perdagangan ikan kerapu hidup untuk pasaran Hongkong. Ketiga jenis species: Epinephelus fuscoguttatus, E. polyphekadion dan Plectropomus areolatus merupakan tiga spesies yang paling terancam dari penangkapan berlebih (over-exploitation). Perubahan populasi (jumlah dan kategori ukuran panjang ) bisa digunakan sebagai indikasi awal terjadinya penangkapan berlebih dari ikan kerapu dan pihak pengelola bisa secara cepat (rapid respose) melakukan adaptasi terhadap penglolaan Taman Nasional. Monitoring SPAGs dilakukan oleh dua orang penyelam dengan kualifikasi minimal advance open water setara PADI yang sudah terlatih dalam identifikasi ikan, estimasi panjang dan pengenalan tingkah laku pemijahan ikan yang menjadi target. Penyelam pertama melakukan perhitungan jumlah (kelimpahan) ikan, sedangkan penyelam kedua melakukan pendugaan jumlah per kategori klas panjang dan tingkah laku pemijahan ikan yang menjadi target monitoring. Hasil monitoring SPAGs akan bermanfaat bagi pengelola Taman Nasional Wakatobi dalam system pengelolaan yang adaptif. SPAGs merupakan wilayah kritis dalam pengelolaan kawasan taman nasional . Dinamika/perubahan dalam SPAGs merupakan indicator yang sangat baik untuk mengukur keberhasilan/kegagalan pengelolaan Taman Nasional Wakatobi 1.2 Rasional, tujuan Monitoring agregasi pemijahan (spawning aggregation) dari ketiga spesies ini sangat relevan untuk dilakukan karena: -
Bernilai ekonomis penting-ketiga species ini termasuk dalam ‘top three’ ikan ekonomis yang paling tinggi dalam perdagangan ikan karang hidup di Indonesia, terutama P.areolatus dengan nama dagang “saising”
7
-
Vulnerable-ketigas jenis ikan kerapu ini mudah terancam dari tekanan penangkapan berlebih (over-exploitation) karena siklus hidupnya panjang, pertumbuhannya lambat dan membentuk kelompok yang besar pada satu lokasi tertentu pada saat musim pemijahan. Lokasi dan tingkah laku pemijahan terkait dengan mudim ini diketahui dengan baik oleh nelayan local.
-
Berkembangannya perdagangan ikan hidup dan meningkatnya penggunaan alat kompresor hookah- sejak awal tahun 1990-an, perdagangan ikan karang hidup disekitar Karang Kaledupa berkembang cukup besar yang diikuti dengan meningkatnya penggunaan alat tangkap hookah kompresor untuk menangkap ikan karang hidup. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi populasi dari ikan karang hidup di dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi.
Tujuan dari monitoring agregasi pemijahan ikan kerapu adalah: -
Memberikan kesempatan kepada Taman Nasional Wakatobi untuk melakukan pengelolaan wilayah kritis SPAGs secara adaptif berdasarkan informasi dari monitoring.
-
Membantu Taman Nasional Wakatobi dalam melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pengelolaan, khususnya terhadap penilaian apakah penutupan lokasi agregasi pemijahan dari aktifitas penangkapan akan memberikan dampak positif terhadap pemulihan stok ikan kerapu.
-
Membantu pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam mempertimbangkan status agregasi pemijahan ikan terkait dengan formulasi peraturan dan kebijakan perikanan.
Selanjutnya, Joint Program Kelautan (WWF-TNC) bersama mitra lainnya (The Nature Conservancy-Coral Triangle Center) memandang kegiatan monitoring dan pengelolaan agregasi pemijahan akan sebagai alat untuk ikut terlibat dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan di Taman Nasional Wakatobi.
2. Materi dan metode 2.1 Pemilihan lokasi
8
Identifikasi lokasi SPAGs di Taman Nasional Wakatobi sudah dilakukan pada awal tahun 2003 berdasarkan informasi dari nelayan local dan dikonfirmasi oleh ahli dan staf lapangan. Jumlah total lokasi yang sudah di konfirmasi ada 8 lokasi SPAGs. Lokasi SPAGs (Gambar 3). 2.1.1
Hoga Channel Terletak di antara P Hoga dengan P Kaledupa, jenis ikan yang diamati adalah Lutjanus bohar (Kakap merah), pada saat akan memijah, ikan ini berkumpul dalam jumlah yang sangat besar sekitar 350 ekor, dengan ukuran rata-rata 60 cm
2.1.2 Mari Mabuk Terletak di P Tomia, sekitar 1 km dari jembatan batu, jenis ikan yang diamati adalah Lutjanus bohar (Kakap merah ) dan Macolor macularis (sweetlips) 2.1.3 Table Coral City Terletak di depan desa lamanggau di P Onemobaa, jenis ikan yang diamati adalah Lutjanus bohar (Kakap merah) 2.1.4
Ujung Binongko Terletak di ujung desa bante, jenis ikan yang diamati adalah Epinephelus polyphekadion (kerapu penyamar)
2.1.5
Tg Runduma Terletak di depan desa runduma, jenis ikan yang diamati adalah Epinephelus fuscoguttatus (Kerapu macan), Epinephelus polyphekadion (Kerapu penyamar)
2.1.6
Kentiolo Terletak di sebelah timur P tomia, sekitar 35 mile perjalanan, ikan yang diamati adalah plectropormus aerolatus (sunu hitam)
2.1.7
Karang Koko Terletak di depan pintu masuk karang koko, jenis ikan yang diamati adalah Epinephelus fuscoguttatus (kerapu macan)
2.1.8
Karang Kaledupa Terletak di depan pintu masuk karang koko, jenis ikan yang diamati adalah Epinephelus fuscoguttatus (kerapu macan)
Monitoring yang dilakukan dari tahun 2003 menunjukan lokasi yang potensial sebagai lokasi pemijahan kerapu adalah Tg Runduma,. untuk itu selanjutnya kegiatan monitoring dilakukan pada lokasi tersebut serta Karang Kecil di Karang Kaledupa, sedangkan di 9
Hoga Channel serta Table Coral City adalah daerah pemijahan ikan kakap merah (Lutjanus bohar) 2.2 Transek Pembuatan transek masih belum diperlukan dalam membantu perhitungan ikan, dikarenakan jumlah dan target yang ditemui tidak terlalu banyak. 2.3 Prosedur Lapang 2.3.1 Umum Pengamatan SPAGs di Taman Nasional Wakatobi dilakukan pada lokasi seperti dijelaskan diatas, dengan frekuensi 2 kali pengkuran per bulan (5 hari pada bulan terang dan 3 hari pada bulan mati). Pengamatan SPAGs dilakukan oleh dua orang penyelam secara berpasangan. Penyelam untuk monitoring SPAGs harus mempunyai persyaratan kualifikasi minimal advance open water setara PADI, jam selam >200 jam, terbiasa penyelam dalam kondisi berarus dan mendapat latihan yang cukup tentang identifikasi spesies dalam air serta estimasi panjang total ikan.
2.3.2 Under Water Visual Census (UVC) Sensus bawah air di setiap lokasi SPAGs dilakukan oleh dua penyelam secara berpasangan. Penyelam pertama menghitung jumlah dari masing-masing ketiga jenis ikan: Epinephelus fuscoguttatus, E. polyphekadion dan Plectropomus areolatus serta Lutjanus bohar. Perhitungan jumlah ikan dilakukan dengan system ‘tally’ seperti formulir isian yang disajikan pada Lampiran A2. penyelam kedua melakuakn perhitungan terhadap jumlah ikan ketiga spesies berdasarkan kelas panjang dan mencatat tingkah laku pemijahan (aggregation, courtship, gravid dan spawning). Form isian disajikan pada Lampiran A2. • Setiap penyelam mencatat hal-hal sebagai berikut (dari awal dan selama penyelaman): • Nama penyelam (observer name) • Tanggal penyelaman (Date) • Tanggal bulan kalender Jawa (Lunar date) • Transect ID (tidak diisi karena monitoring belum memutuskan untuk menggunakan transect) • Kecerahan atau jarak pandang dalam air (Horizontal Visibility) • Waktu saat mulai penyelaman (Time) • Jumlah ikan Epinephelus fuscoguttatus, E. polyphekadion dan Plectropomus areolatus serta Lutjanus bohar berdasarkan klas ukuran :20-110 cm dengan system ‘tally’.
10
• Jumlah dari masing-masing ikan dengan tingkah laku pemijahan (aggression, courtship, gravid dan spawning) 2.4
Penanganan Data
2.4.1 Pencatatan data, formulir lapang Template dari formulir lapang (lampiran…) dicetak pada kertas anti air, ditempelkan pada roll-slate. Roll slate dibuat dari pipa pvc diameter 11 cm (4.5 inci) dengan panjang 30 cm (lihat Pet et al 2005). Untuk pencatatan dibawah air menggunakan pensil 2B, diikat dengan tali pada lubang kecil di ujung roll-slate. Form isian lapang ini juga disajikan pada data excel. Catatan: tinta photo-copy, hasil print computer tidak bersifat anti air dan bisa merusak mesin photo-copy. Dengan demikian photo-copy pada kertas form dilakukan dengan menggunakan tinta anti air atau larut dalam alcohol. 2.4.2 Penyimpanan data Koordinator monitoring membuat satu copy dari form bawah air hasil survey. Maksimal dalam periode satu minggu, data sudah ditransfer kedalam bentuk database excel. Kedua form survey penyelaman menjadi satu unit data dalam database excel. Form hasil penyelaman yang asli disimpan oleh TNC-WWF Joint Program. Satu copy data (kertas biasa) disimpan di kantor Balai Taman Nasional di Baubau. Satu copy data lagi dikirim ke kantor TNC – CTC Bali Office setiap 3 bulan sekali. Data dimiliki bersama oleh TNC-WWF Joint Program dan Balai Taman Nasional Wakatobi. 2.4.3 Pemasukan data Koordinator Monitoring TNC-WWF Joint Program Wakatobi atau staf yang sudah dilatih memasukan data hasil survey penyelaman, maksimal datu minggu setelah pengambilan data lapang. Database excel disajikan pada Lampiran 3. Database excel tersebut terbagi atas title, sheet, variable data dan penjelasan dari masing-masing variable. 2.5
Analisis Data
Koordinator Monitoring akan melakukan perhitungan statistic sebagai berikut: -
Rata-rata jumlah ikan per spesies per periode tertentu yang ditemukan pada masingmasing lokasi pemijahan ikan. Rata-rata jumlah ikan berdasarkan klas ukuran (20-110 cm) per periode tertentu yang ditemukan pada lokasi pemijahan. Menyajikan grafik kecenderungan penurunan jumlah ikan per spesies per lokasi berdasarkan periode waktu yang berbeda. Menyajikan kecenderungan pergeseran klas ukuran panjang per spesies per lokasi berdasarkan periode waktu yang berbeda.
11
2.6
Penyajian data, laporan
Koordinator monitoring TNC- WWF Joint Program menyampaikan laporan statistic kepada project leader TNC WWF dengan tembusan kepada Technical Manager, Training Manager dan GIS Program Officer dari TNC-CTC Bali Office. Selanjutnya, coordinator monitoring bekerja sama dengan tim partisipasi masyarakat untuk menyajikan data sedikitnya sekali dalam 3 bulan ke kepala desa di dalam kawasan maupun di luar kawasan. Untuk keperluan ini akan dibuat 1 lembar ringkasan hasil kegiatan monitoring untuk dibagikan kepada kepala desa. Selanjutnya, TNC-WWF Joint Program Wakatobi akan membuat laporan tahunan yang dibagikan kepada Balai Taman Nasional Wakatobi, DKP, dinas Pariwisata dan BAPPEDA. Data temuan juga dapat dimasukan sebagai materi poster yang dapat digunakan oleh tim partisipasi masyarakat. Jenis laporan yang dibuat termasuk: Laporan bulanan-berisi jumlah lokasi SPAGs yang dikunjungi, penggunaan dana dan beberapa catatan penting (foto, video, dll). Laporan ini tidak lebih dari 1,5 halaman. Laporan kuartal-berisi temuan data selama tiga bulan terakhir dan catatan penting lainnya-laporan ini tidak lebih dari 4 halaman. Laporan tahunan-berisi semua data dan temuan hasil pengamatan selama satu tahun penuh (termasuk grafik dan table), kesimpulan dan saran, total pengeluaran, foto dan catatan penting lainnya. Laporan tahunan paling maksimal 10 halaman. 2.7
Arsip data
Selain asli yang disimpan di kantor TNC-WWF Joint Program Wakatobi, data akan diarsipkan sebanyak 2 set: 1 set disimpan di kantor Balai Taman Nasional Wakatobi, dan satu set lagi di simpan di kantor TNC – CTC Bali Office Bali. Selain diarsipkan dalam bentuk hard copy, data juga disimpan bentuk data digital CD.
3. Jadual 3.1 Jadual bulanan Penyelaman untuk monitoring SPAGs dilakukan pada lokasi berbeda di dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi. Setiap lokasi, penyelaman dilakukan dua kali dalam sebulan, sekali pada bulan terang dan sekali lagi pada bulan gelap. Dengan demikian jadual penyelaman dilakukan 4 kali setiap bulan. 3.2
Jadual dalam FY07 (Juli 06 – Juni 07)
Berikut ini adalah jadual rencana pengamatan SPAGs selama periode Juli 2006 sampai Desember 2006: No 1
Tanggal 11 Juli 2006
Tanggal Lunar 15
Aktifitas Monitoring SPAGs bulan terang
12
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4.
25 Juli 2006 10 Agustus 2006 25 Agustus 2006 8 September 2006 23 September 2006 9 Oktober 2006 20 Oktober 2006 7 November 2006 20 November 2006 6 Desember 2006 21 Desember 2006
15 16 3 16 2 17 29 17 1 16 2
Monitoring SPAGs bulan gelap Monitoring SPAGs bulan terang Monitoring SPAGs bulan gelap Monitoring SPAGs bulan terang Monitoring SPAGs bulan gelap Monitoring SPAGs bulan terang Monitoring SPAGs bulan gelap Monitoring SPAGs bulan terang Monitoring SPAGs bulan gelap Monitoring SPAGs bulan terang Monitoring SPAGs bulan gelap
Persyaratan perorangan, training
Kegiatan monitoring SPAGs di Taman Nasional Wakatobi memerlukan 2 orang penyelam bersertifikat (minimal level Advance Open Water-PADI atau yang setingkat), yang terdaftar sebagai penyelam scientific TNC. Semua penyelam harus dilatih untuk dapat mengidentifikasi jenis ikan yang menjadi target monitoring: Epinephelus fuscoguttatus, E. Plectropomus areolatus dan Lutjanus bohar. Penyelam juga dilatih ketrampilan untuk menduga panjang, untuk mengestimasi panjang (lihat protocol untuk latihan estimasi panjang ikan, Mous 2005). Sebagai tambahan, Koordinator harus dilatih untuk: memasukan data kedalam Excel database Menghitung total jumlah dan rata-rata panjang total Membuat grafik sederhana yang menunjukan kecederungan jumlah dan rata-rata panjang untuk masing-masing site dan masing-masing species. Bekerjasama dengan tim outreach untuk pembuatan laporan yang efektif bagi keperluan para pihak.
5.
Keperluan operasional
Berikut adalah peralatan dan bahan yag diperlukan: Speedboat yang dapat membawa minimal 2 orang penyelam, awak speedboat (catatan: jenis kapal local yang biasa digunakan untuk transportasi dan angkutan penumpang tidak cocok untuk digunakan pada kegiatan penyelaman atau kegiatan lapang lainnya). Peralatan selam: 2 set alat selam. 5 tabung selam (penyelam harus membawa pelampung tanda dan peluit) Bahan survey: roll slate, formulir isian lapang dari bahan kertas tahan air, GPS tangan. Peralatan keselamatan: radio, P3K, dll
6
Anggaran
13
Monitoring SPAGs di Taman Nasional Wakatobi memerlukan 54 hari orang di lapang (1 lokasi SPAGs, diamati 2 kali dalam satu bulan dan 12 kali dalam setahun). Kompensasi biaya langsung untuk monitoring SPAGs selama satu tahun adalah sebagai berikut:
7.
Panduan untuk modifikasi protokol
Staf lapangan mendiskusikan usukan perubahan protocol dengan TNC – CTC technical manager sebelum melakukan perubahan atau revisi terhadap protocol ini. Setelah perubahan tersebut disepakati bersama, coordinator akan memasukan perubahan versi protocol. Jika modifikasi protocol relative sedikit maka pembaharuan dilakukan pada digit decimal. Sedangkan kalau perubahan protocol cukup besar maka perubahan versi dilakukan pada digit didepan decimal.
8.
Versi Protokol
Versi 1.0: versi ini dibuat dari petunjuk Mous , P.J. (2005) dan Pet et al (2005), pengalaman, rekomendasi dan kesepakatan yang dibuat pada lokakarya monitoring di Kofiau Raja Ampat pada tanggal 7-20 Desember 2005 dan Lokakarya di Derawan pada tanggal 9-17 Juni 2006. Versi1.1: Perubahan pada lokasi monitoring. Versi ini menetapkan monitoring dilakukan pada 1 lokasi. Perubahan loksi ini berakibat pada perubahan anggaran dan waktu kerja staf.
9.
Referensi
Colin P.L., Sadovy Y.J., & Domeier M.L (2003). Manual for the study and conservation of reef fish spawning aggregation. Society for the Conservastion of Reef Fish Aggregation (SCRRFA) Special Publication No.1 (version 1.0), 98+iii p (http:www.scrfa.org) Mouse P.J 2005. underwater size estimation of fish at spawning aggregation sites. SEACMPA training protocol. Version 2.0 (June 2005). Publication from the Nature Conservancy Southeast Asia Center for Marine Protected Areas, Sanur, Bali, Indonesia. 31 p. Oakley K.L., Thomas L.P. & Fancy S.G. 2003. Guidelines for long-term monitoring protocols. Wildlife Society Bulletin 31 (4): 1000 – 1003. Pet J.S., Mouse P.J., Rhodes K. & Green A. 2005. introduction to monitoring of spawning aggregations of three grouper species from the Indo-Pacific. A manual for field practitioners. Version 1.2 (April 2005 ). Publication from The Nature Conservancy Southeast Asia Center for Marine Protected Areas, Sanur, Bali, Indonesia 69 p
14
Lampiran Lampiran A1. Gambar dan tabel
Gambar 1. Australia bagian utara, Indonesia bagian timur dan Papua Nugini. Kotak merah menunjukkan wilayah Taman Nasional Wakatobi berada (sumber SRTM30, 2004)
Gambar 2. Peta Taman Nasional Wakatobi
15
Gambar 3. 4 lokasi yang ditentukan sebagai daerah SPAGs
1
4
2
3
Gambar 5. 4 species ikan target SPAGs di Wakatobi, 1.Epinephelus fuscoguttatus;2. Epinephelus polyphekadion;3. Lutjanus bohar; 4. Plectropomus aerolatus
16
Lampiran A2. Formulir isian lapang
Formulir isian lapang untuk pengamatan bawah air (underwater visual cencus-UVC) seperti yang dilihat di bawah. Versi lengkap formulir ini, untuk dicetak pada kertas A4, tercantum dalam Excel database.
17
Lampiran A3. Excel database
Berikut adalah tampilan layar dari Excel database yang dirancang untuk pengisian data dan pemanggilan kembali data saat diperlukan.
Lampiran A4. Daftar keperluan tambahan
Berikut adalah beberapa bahan yang dibutuhkan (hard atau soft copy) oleh tim monitoring: - Software untuk pemasukan data dan analisis (misl. Microsoft Excel) - Contoh database excel - Print dari protkol ini (harus dibawa ke lapangan setiap kali kegiatan monitoring) - Referensi: SCRFA manual (Colin et al 2003), TNC manual for field practitioners (Pet et al 2005), Gerry Allen’s ‘Marine Fishes of South-East Asia’, FishBase - Informasi ‘nautical safety’ di download dari website of the Secretariat of the Pacific Community (SPC) at http://www.spc.int/coastfish/sections/training/fts_material/Training_material.htm
18