REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI
Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008
1
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG........................................................................
3
MAKSUD DAN TUJUAN.................................................................
4
METODOLOGI................................................................................
5
GAMBARAN HASIL MONITORING...............................................
6
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................
10
LAMPIRAN.....................................................................................
11
2
LATAR BELAKANG Indonesia memiliki panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, dimana di dalamnya terdapat potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang sangat besar, di antaranya sumberdaya lamun (seagrass) yang dikenal dengan istilah lamun dan alang-alang laut. Di seluruh dunia terdiri dari 52 spesies. Lamun adalah tanaman berbunga yang berhubungan erat dengan jenis tanaman yang ada di darat, seperti bunga lili, jahe dan rumput. Mereka tumbuh dari dasar laut dengan daun yang memanjang dan tegak serta mempunyai serupa akar yang disebut rizoma yang terkubur di substrak. Komunitas lamun di daerah tropis memainkan peranan penting, berinteraksi dengan mangrove dan terumbu karang. Semua ekosistem ini membuat ekosistem pesisir menjadi stabil, sehingga menunjang faktor-faktor fisik dan biologis bagi komunitas lain. Terumbu karang berperan sebagai penghalang, memungkinkan komunitas mangrove dan lamun di belakangnya dapat tumbuh dengan baik. Lamun menjebak sedimen dan memperlambat gerakan air, sehingga menguntungkan bagi terumbu karang yang sangat rentan terhadap melimpahnya sedimen di perairan. Sedimen dari darat terperangkap di komunitas mangrove, sehingga mengurangi kemungkinan penutupan lumpur pada terumbu dan padang lamun. Kumpulan sedimen yang dikumpulkan oleh lamun, pada gilirannya dapat menjadi substrak bagi komunitas mangrove. Ketiga komunitas di atas menjebak dan memegang makanan sehingga tidak terhanyut ke laut lepas. Taman Nasional Wakatobi (TNW) merupakan kawasan konservasi laut, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 393/Kpts-VI/1996 tanggal 30 juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 7651/Kpts-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 seluas 1.390.000 Ha, meliputi seluruh perairan P. Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia,
Binongko,
Runduma
dan
Perairan
Pulau
Moromaho
yang
pengelolaaanya dilakukan dengan sistem Zonasi sesuai peruntukannya. Berdasarkan penetapan zonasi TNW sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No : SK.149/IV-KK/2007, tanggal 23 Juli 2007 yang terdiri atas : Zona Inti. Zona perlindungan bahari, zona Pariwisata, zona pemanfaatan lokal, zona pemanfaatan umum, dan zona khusus daratan memiliki Sumber Daya Alam Penting termasuk di dalamnya adalah lamun. Untuk mengetahui sebaran lamun, jenis lamun dan persentase
tutupan lamun maka perlu adanya
monitoring lamun dalam mendukung pengelolaan TNW yang efektif dan efisien.
3
MAKSUD DAN TUJUAN Monitoring lamun dimaksudkan untuk mengetahui sebaran lamun, tutupan lamun, dan jenis lamun di dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi. Yang bertujuan Untuk mengukur perubahan-perubahan pada lamun dalam hal: - Komposisi jenis (spesies) padang lamun - Tutupan padang lamun - Tinggi kanopi lamun
4
METODOLOGI TEKNIK PELAKSANAAN KEGIATAN Pemantauan lamun dilakukan dengan mengukur perubahan distribusi dari komunitas lamun. Perubahannya termasuk : distribusi lamun pada posisi di quadrat transek, komposisi spesies pada kuadrat transek, kelimpahan dan penutupan lamun. Metode ini juga
akan
mendorong
kepedulian
lokal
pada
monitoring
komunitas
lamun,
menggunakan standardisasi manual. Dengan 50 x 50 m Site (lokasi), letakkan 3 transek (masing-masing 50 m) paralel satu dengan lainnya, 25 m jauhnya dan tegak lurus dari pantai. (lihat contoh gambar); dimana tiap 5 meter setiap garis transek diletakan kuadrat yang ditempatkan sebagai sampling. Suatu alat kuadrat (ukuran 50 x 50 cm) besi segi empat yang digunakan untuk mengsurvei distribusi lamun pada suatu daerah yang dituju, (Manual Monitoring Seagrass yang lengkap ada pada lampiran).
WAKTU DAN LOKASI 1. Waktu Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 (enam) hari mulai tanggal 17 s/d 23 Mei 2008 2007. 2. Lokasi Lokasi monitoring lamun Meliputi : Perairan Souzu Desa`Matahora, Perairan Pulau Kapota, Perairan Pulau Hoga, Perairan Darawa, Perairan Peropah, Perairan Kelurahan Waha, Perairan Waitii dan Perairan Pulau Lintea Selatan Kawasan Taman Nasional Wakatobi. SARANA DAN PELAKSANA KEGIATAN Sarana yang digunakan dalam melakukan semua kegiatan monitoring mangrove adalah KM Menami, Speed Boat Dinggi, Speed Boat Simba dan Speed Boat Kambala. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama antara TNC-WWF WAKATOBI dengan Balai Taman Nasioanl Wakatobi (TNW). Adapun pelaksana Kegiatan monitoring seagrass dan mangrove berasal dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I, II, dan III Balai Taman Nasional Wakatobi dengan TNC-WWF yang diatur sesuai dengan kapasitas waktu, biaya dan jumlah personil yang ada di lapangan.
5
GAMBARAN HASIL MONITORING Kegiatan monitoring lamun dilakukan dengan mengukur tutupan lamun berdasarkan persentase masing-masing jenis lamun yang ada dalam kuadran dan mencatat penutupan alga serta biota laut yang ada di dalam kuadran tersebut. Hasil pelaksanaan monitoring lamun berdasarkan hasil pengamatan adalah : Berdasarkan hasil pengamatan jenis lamun ditemukan sebanyak 8 (delapan) jenis, yaitu 1.
Halodule uninervis
2.
Halophila ovalis
3.
Enhalus acoroides
4.
Halophila decipiens
5.
Syringodium isoetifolium
6.
Thalassia hemprichii
7.
Cymodocea serrulata
8.
Halodule pinifolia
Sedangkan jenis lamun berdasarkan lokasi pengamatan adalah sebagai berikut : a. Perairan Sousu Desa Matahora yaitu : 1. Halodule pinifolia. 2. Halodule uninervis 3. Enhalus acoroides 4. Halophila ovalis 5. Syringodium isoetifolium 6. Halophila decipiens 7. Thalassia hemprichii b. Perairan Pulau Kapota yaitu : 1. Halodule pinifolia. 2. Halodule uninervis 3. Enhalus acoroides 4. Halophila ovalis 5. Syringodium isoetifolium 6. Halophila decipiens 7. Thalassia hemprichii
6
c. Perairan Pulau Hoga 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis 4. Thalassia hemprichii d. Perairan Darawa 1. Halodule pinifolia. 2. Halodule uninervis 3. Enhalus acoroides 4. Halophila ovalis e. Perairan Peropa 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis 4. Syringodium isoetifolium 5. Halophila decipiens 6. Thalassia hemprichii 7. Cymodocea serrulata f.
Perairan Kelurahan Waha 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis 4. Syringodium isoetifolium 5. Halodule pinifolia. 6. Thalassia hemprichii 7. Cymodocea serrulata
g. Perairan waitii 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Thalassia hemprichii h. Perairan Lintea Selatan 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis
7
4. Thalassia hemprichii 5. Halophila decipiens Tipe subtrat yang ditemukan 3 jenis yaitu : 1. Pasir Kasar 2. Pasir Halus 3. Pasir Berlumpur Berdasarkan jenis biota laut yang berasosiasi dengan Lamun sebagai berikut : 1. Molusca 2. Antropodae 3. Echinodermata 4. Sponge 5. Bivalvia 6. Crustacea 7. Gastropodae Hasil pengamatan lamun menunjukan bahwa sebaran jenis lamun umumnya merata di setiap lokasi pengamatan. Kekayaan jenis lamun yang ada di Wakatobi tergolong tinggi jika dibandingkan dengan kehadiran lamun di Indonesia yaitu 12 jenis. Secara umum Padang Lamun di dominasi oleh Halodule uninervis dan Thalassia hemprichii dan lokasi yang paling banyak jenis lamun ditemukan adalah di Waha, Kapota dan Matahora. Untuk secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel hasil persentase tutupan padang lamun berdasarkan jenis lamun di TNW Jenis Halodule uninervis Thalassia hemprichii Syringodium isoetifolium Halophila decipiens Enhalus acoroides Halodule pinifolia. Halophila ovalis Cymodocea serrulata
% Tutupan Lamun Rerata 13,95 12,88 3,28 0,26 6,79 0,93 1,52 0,45
8
Tabel distribusi jenis lamun berdasarkan lokasi pengamatan di TNW No 1 2 3 4 5 6 7 8
Lokasi Darawa Hoga Kapota Matahora Waitii Lentea Selatan Waha Peropa
HU
TH
SI -
HD -
EA
HP
HO
-
-
-
-
CS -
-
Tabel hasil persentase tutupan padang lamun berdasarkan lokasi pengamatan di TNW No 1 2 3 4 5 6 7 8
Lokasi Darawa Hoga Kapota Matahora Waitii Lentea Selatan Waha Peropa
% Tutupan 5.94 4.34 4.85 7.20 3.91 2.40 8.34 4.38
Tinggi Kanopi (cm) 26.70 23.14 18.08 18.83 38.56 12.29 35.06 8.96
Data hasil pengukuran disajikan dalam bentuk table terlampir.
9
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan monitoring lamun dan mangrove dalam kawasan TNW ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Jenis lamun yang ditemukan pada monitoring tersebut sebanyak 8 (delapan) jenis yang tersebar pada 8 (delapan) lokasi pengamatan. 2. Kelimpahan kemunculan Persentase tutupan lamun dominan pada jenis Halodule uninervis 13,95%, Thalasia hemprici 12,88% dan Enhalus acoroides 6,79%. B. Saran Dari hasil monitoring lamun dalam kawasan TNW tim pelaksana menyarankan bahwa : 1. Perlu adanya monitoring lamun secara periodik (2 kali pertahun) untuk mengetahui dinamika dan tingkat kerusakan lamun dalam kawasan TNW. 2. Perlu adanya perencanaan yang matang untuk pelaksanaan kegiatan lebih lanjut.
10
LAMPIRAN
Peta Hasil Pemantauan Lamun (dapat dilihat dibawah) : Data hasil pengukuran lamun (format exel) Manual Monitoring lamun (format word)
11
12
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.