MONITORING SERANGAN Hyblaea puera Cramer PADA TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA DI UBH – KPWN DESA CIARUTEUN ILIR KECAMATAN CIBUNGBULANG
SRI HASTUTI ANGGARAWATI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
MONITORING SERANGAN Hyblaea puera Cramer PADA TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA DI UBH – KPWN DESA CIARUTEUN ILIR KECAMATAN CIBUNGBULANG
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
SRI HASTUTI ANGGARAWATI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Sri Hastuti Anggarawati. E 14204049. Monitoring Serangan Hyblaea puera Cramer Pada Tanaman Jati Unggul Nusantara Di UBH – KPWN Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang. Dibimbing oleh Ir. Endang A. Husaeni RINGKASAN Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan jenis jati yang dikembangkan dari JPP, dikembangkan dan diproduksi oleh PT. Setyamitra Bhaktipersada dan Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Seringkali pengusahaan hutan tanaman jati menghadapi masalah hama, salah satu jenis hama yang menyerang hutan tanaman jati adalah Hyblaea puera Cr. yang menggunduli jati pada awal musim hujan. Menurut informasi dari pihak KPWN, tanaman JUN yang diusahakannya mendapat serangan H. puera. Belum diketahui berapa besar tingkat serangan dan perkembangan serangan hama ini pada tanaman tersebut. Oleh karena itu monitoring serangan H. puera pada tanaman ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase serangan H. puera menurut waktu, mengetahui intensitas serangan H. Puera, mengetahui perkembangan populasi H. Puera, mengetahui pengaruh serangan H. puera pada pertumbuhan tanaman jati, mengetahui jenis-jenis hama lain selain H. puera. Penelitian ini terdiri dari penentuan plot pengamatan, pemberian label pohon, pengamatan di lapangan pada setiap plot meliputi pengukuran tinggi dan keliling pohon, menghitung jumlah pohon yang terserang H. puera setiap 2 minggu, menghitung jumlah seluruh daun dan jumlah daun muda yang terserang H. puera pada setiap pohon, menghitung jumlah larva H. puera pada setiap pohon pada tiap-tiap plot pengamatan, mengamati jenis-jenis hama lain selain H. puera yang terdapat pada tiap-tiap plot pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan H. puera mengalami kenaikan selama pengamatan berlangsung. Puncak serangan terjadi pada pengamatan terakhir yaitu pada 9 Oktober 2008 yaitu sebesar 93,1 %. Intensitas serangan mengalami fluktuasi, dengan kisaran nilai antara 12,2% 12,6%, selanjutnya setelah pengamatan ketiga terjadi peningkatan intensitas serangan. Besarnya intensitas serangan setiap waktu pengamatan mengalami kenaikan sebesar 0,1% – 0,2%. Terjadinya fluktuasi ini dipengaruhi oleh banyak sedikitnya daun yang diserang oleh H. puera. Semakin tinggi populasi larva yang menyerang daun pada tanaman jati atau semakin banyak daun yang diserang oleh larva, maka intensitas serangannya semakin tinggi. Jumlah larva H. puera per pohon selama pengamatan berfluktuasi dari 0.08 ekor sampai 1,30 ekor. Jumlah larva per 0,1 ha berfluktuasi dari 4,75 ekor sampai 64,5 ekor. Tingginya jumlah larva pada pengamatan keempat (12 September 2008) disebabkan banyaknya daun muda yang tumbuh dari pohon jati. Faktor yang menyebabkan fluktuasi jumlah larva diduga berhubungan erat dengan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan H. puera terutama daun muda yang menjadi makanannya. Serangan H. puera pada saat pengamatan tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan keliling batang tanaman jati. Dapat dikatakan bahwa serangan H. puera selama pengamatan dianggap belum membahayakan. Hama lain yang ditemukan selain H. puera adalah Xyleutus sp dengan persen serangan 1,75%, Agrius sp dengan persentase serangan 0,75% dan uret Lepidiota stigma dengan persentase serangan 0,5%. Kata Kunci: Intensitas serangan, Jati Unggul Nusantara, Jumlah Larva, Persentase serangan
MONITORING THE ATTACK OF Hyblaea puera Cramer IN TEAK PLANTATION OF JATI UNGGUL NUSANTARA UBH – KPWN IN CIARUTEUN ILIR VILLAGE SUBDISTRICT OF CIBUNGBULANG By: Sri Hastuti Anggarawati and Endang A Husaeni INTRODUCTION. Jati Unggul Nusantara (JUN) is a type of teak trees which is developed from Perhutani Superior Teak (JPP) and is developed further and produced by PT Setyamitra Bhaktipersada and Cooperative of Perumahan Wanabakti Nusantara. Plantation of teak trees often faces the problem of attack by pest. One of the pests which attack teak plantation is Hyblaea puera Cr, which often severely defoliates teak plantation in the beginning of rainy season. According to information the JUN planted by the Cooperative of Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN), is currently attacked by H. puera. The extent of infestation and the development of this pest on JUN plantation owned by KPWN has not been known. Therefore, monitoring of the infestation of H.puera on this plantationis badly needed. MATERIALS AND METHOD. This research comprised the activities of determining observation plots; labeling of trees; and field observation in each plot which include measurement of tree height and diameter, counting the number of trees attacked by H. puera every 2 weeks, counting the total number of leaves and number of young leaves attacked by H.puera in each tree, counting the number of larvae of H. puera present in each tree in each observation plot, and observing other pests occurring in each observation plot. RESULTS AND DISCUSSION. Research results showed that percentage of occurrence of H. puera attack was increasing during the observation period. The highest occurrence at the last observation, 9 October 2008, namely as much as 93.1 %. Intensity of infestation showed fluctuation, with ranged of 12.2 to 12.6 %. Number of H.puera larvae per tree during observation period fluctuated from 0.08 to 1.30 individuals. Number of larvae per 0.1 ha fluctuated from 4.75 to 64.5 individuals. Attack by H.puera during observation did not significantly affect the height and girth of teak stems. Other pests found in this study, beside H. puera were Xyleutus sp, Agrius sp, and white grub of Lepidiota stigma. These pests were considered as being not dangerous yet (insignificant). CONCLUSION. Percentage of occurence by H. puera exhibited increase with time, and intensity of infestation fluctuated from time to time. Number of larvae per tree and per hectare exhibited fluctuation which was due probably to environmental condition, particularly the existence of young leaves which constituted the insect’s food, that could affect the life of H.puera. Attack by H. puera during the observation, did not affect height and girth of teak stems. Key words: Intensity of infestation, Jati Unggul Nusantara, Number of larvae, Percentage of occurrence.
MONITORING SERANGAN Hyblaea puera Cramer PADA TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA DI UBH – KPWN DESA CIARUTEUN ILIR KECAMATAN CIBUNGBULANG Oleh: Sri Hastuti Anggarawati dan Endang A. Husaeni PENDAHULUAN. Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan jenis jati yang dikembangkan dari JPP, dikembangkan dan diproduksi oleh PT. Setyamitra Bhaktipersada dan Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara. Seringkali pengusahaan hutan tanaman jati sering menghadapi masalah hama, salah satu jenis hama yang menyerang hutan tanaman jati adalah Hyblaea puera Cr. yang sering menggunduli jati pada awal musim hujan. Menurut informasi dari pihak Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN), tanaman JUN yang diusahakannya mendapat serangan H. puera. Belum diketahui berapa besar tingkat serangan dan perkembangan serangan hama ini pada tanaman JUN milik KPWN. Oleh karena itu penelitian tentang monitoring serangan H. puera pada tanaman ini perlu dilakukan. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri dari penentuan plot pengamatan, pemberian label pohon, pengamatan di lapangan pada setiap plot meliputi pengukuran tinggi dan keliling pohon, menghitung jumlah pohon yang terserang H. puera setiap 2 minggu, menghitung jumlah seluruh daun dan jumlah daun muda yang terserang H. puera pada setiap pohon, menghitung jumlah ulat H. puera pada setiap pohon pada tiap-tiap plot pengamatan, mengamati jenis-jenis hama lain selain H. puera yang terdapat pada tiap-tiap plot pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan H. puera mengalami kenaikan selama pengamatan berlangsung. Puncak serangan terjadi pada pengamatan terakhir yaitu pada 9 Oktober 2008 yaitu sebesar 93,1 %. Intensitas serangan mengalami fluktuasi, dengan kisaran nilai antara 12,2% - 12,6%, selanjutnya setelah pengamatan ketiga terjadi peningkatan intensitas serangan. Besarnya intensitas serangan setiap waktu pengamatan mengalami kenaikan sebesar 0,1% – 0,2%. Jumlah larva H. puera per pohon selama pengamatan berfluktuasi dari 0.08 ekor sampai 1,30 ekor. Jumlah larva per 0,1 ha berfluktuasi dari 4,75 ekor sampai 64,5 ekor. Serangan H. puera pada saat pengamatan tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan keliling batang tanaman jati. Hama lain yang ditemukan selain H. puera adalah Xyleutus sp, ulat daun Agrius sp dan uret Lepidiota stigma. Hama-hama ini dianggap belum membahayakan (tidak berarti). KESIMPULAN. Persentase serangan H. Puera mengalami kenaikan dari waktu ke waktu dan intensitas serangan H. Puera berfluktuasi menurut waktu. Jumlah larva baik per pohon maupun per hektar mengalami fluktuasi diduga disebabkan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan H. puera terutama daun muda yang menjadi makanannya. Serangan H. puera pada saat pengamatan tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan keliling batang tanaman jati Kata Kunci: Intensitas serangan, Jati Unggul Nusantara, Jumlah Larva, Persentase serangan.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Monitoring Serangan Hyblaea puera Cramer Pada Tanaman Jati Unggul Nusantara Di UBH – KPWN Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2009
Sri Hastuti Anggarawati E14204049
Judul Skripsi
:
Nama NRP
: :
Monitoring Serangan Hyblaea puera Cramer Pada Tanaman Jati Unggul Nusantara Di UBH – KPWN Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Sri Hastuti Anggarawati E14204049
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Endang Ahmad Husaeni NIP. 130 338 569
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 2 September 1986 di Klaten Jawa Tengah, merupakan anak terakhir dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Sohiran Muhroji dan Ibu Ngatiyem. Pendidikan SD ditempuh penulis dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di MI Muhammadiyah Meger. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Delanggu. Kemudian pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai Mahasiswa Program Sarjana Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pad bulan Juli 2007 – September 2007, penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Baturaden, Cilacap dan Getas, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari 2008 – April 2008 di Tahura Wan Abdul Rachman Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian di Bidang Hama Hutan dengan judul Monitoring Serangan Hyblaea puera Cramer pada Tanaman Jati Unggul Nusantara Di UBH – KPWN Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang, di bawah bimbingan Bapak Ir. Endang A. Husaeni.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan atas rahmat dan karunia yang diberikan Allah SWT sehingga atas ijin-Nya penulis dapat melaksanakan penelitian yang berjudul Monitoring Serangan Hyblaea puera Cramer pada Tanaman Jati Unggul Nusantara UBH – KPWN Di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang serta dapat menyelesaikan pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Paradigma pengusahaan tanaman jati yang memerlukan umur panjang sekarang sudah tidak berlaku lagi. Hal itu dibuktikan dengan adanya Jati Unggul Nusantara (JUN) yang dikembangkan dari bibit pohon Jati Plus Perhutani (JPP). Bibit tersebut diberi teknologi induksi perakaran. Hasilnya memunculkan akar tunjang majemuk dan akar serabut, sehingga akan mengakibatkan JUN tumbuh dengan cepat dan kokoh. Akan tetapi munculnya serangan hama akan memberikan dampak/ pengaruh yang besar terhadap kelangsungan pertumbuhan Jati, sehingga monitoring tanaman JUN terhadap serangan hama ini perlu dilakukan oleh penulis untuk menghindari dampak yang membahayakan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan sebagai evaluasi bagi penulis untuk kedepannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan pada umumnya. Bogor, Januari 2009 Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Bapak Ir. Endang A. Husaeni selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu pengetahuan dan motivasi selama proses studi berlangsung.
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS dan Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat M.Sc selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen Hasil Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
3.
Bapak Dadang, Bapak Sudirman selaku pengelola UBH-KPWN, dan pihak KOPASSUS yang diwakili Bapak Shing dan Bapak Bunadi atas perijinan dan bantuan yang diberikan selama penelitian di lapangan.
4.
Ayah Ibuku, kakak-kakakku dan keponakan-keponakan kecilku atas doa, motivasi dan kasih sayangnya, serta didikan kesabaran yang telah diajarkan, karena kalian aku masih bertahan.
5.
Para Pendamping UBH-KPWN Desa Ciarutun Ilir: Pak Hari, Pak Irvan, Pak Yusep, Pak Alvin, yang dengan sabar dan tekun membantu penulis selama melakukan penelitian di Lapangan serta masyarakat penggarap JUN di Desa Ciaruteun Ilir atas bantuan yang diberikan
6.
Teman-teman setiaku yang selalu membuatku tersenyum Ririn, Zee, Icha, Bebek atas persaudaraan yang telah diberikan. Yang mampu mengukir senyum dan jadi dokter dadakan disaat penat menghadang
7.
Mba Ajeng, Catur, Nida, Nanang, Adrian, Oki, Delfy, Nailul, Selvi, Yolanda, Bekti, Ari, Rendra atas kesediaannya menemani dan membantu penulis selama melakukan penelitian di lapangan.
8.
Saudara-saudaraku yang selalu mengingatkan penulis dikala jatuh terpuruk, kusebut kalian sebagai jayshi dan kalianlah my sweet family, semoga Allah Ta’ala mempertemukan kita di Syurga-Nya.
9.
Seluruh teman-teman angkatan 2004 di Fakultas Kehutanan pada umumnya dan teman-teman BDH 41 pada khususnya atas kerja sama, bantuan dan motivasinya serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu semoga Allah Ta’ala membalasnya.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................ ....... i UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................... ...... ii DAFTAR ISI.................................................................................................iii DAFTAR TABEL……………………………………………………….….iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... .v DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ .vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian ....................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Unggul Nusantara (JUN) 2.1.1 Karakteristik JUN............................................................... 3 2.1.2 Penanaman dan Pemeliharaan JUN…………………….... 3 2.1.3 Pemanenan JUN................................................................. 4 2.2 Hyblaea puera Cr. 2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi.................................................. 4 2.2.2 Penyebaran......................................................................... 5 2.2.3 Aspek Serangan.................................................................. 5 2.2.4 Pengendalian....................................................................... 6 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 7 3.2 Bahan dan Alat.............................................................................7 3.3 Metode Penelitian........................................................................ 7 3.4 Analisis Data................................................................................ 9 IV. KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah UBH – KPWN ............................................................... 12 4.2 Lokasi JUN di Bogor................................................................... 12 4.3 Penggunaan Lahan....................................................................... 12 4.4 Penduduk..................................................................................... 13 4.5 Iklim dan Vegetasi....................................................................... 13 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Persen Serangan Hyblaea puera Cr. ........................................... 14 5.2 Intensitas Serangan Hyblaea puera............................................. 16 5.3 Jumlah Larva Hyblaea puera....................................................... 17 5.4 Pengaruh Serangan Hyblaea puera.............................................. 20 5.5 Hama Lainnya.............................................................................. 20 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...................................................................................24 6.2 Saran.............................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................25 LAMPIRAN...................................................................................................26
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Persentase serangan Hyblaea puera...........................................................14 2. Intensitas serangan Hyblaea puera............................................................ 16 3. Curah hujan selama pengamatan (pengamatan pertama tanggal 1 Agustus 2008 dan pengamatan terakhir pada tanggal 9 Oktober 2008) .... 19 4. Pertambahan tinggi dan keliling pohon yang diserang dan yang tidak diserang H. puera dari awal sampai akhir pengamatan (10 minggu)......... 20
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Letak plot pengamatan dalam areal tanaman JUN.................................... 8 2 Cara penomoran pohon pada tiap-tiap plot pengamatan............................8 3. Peralatan dalam penomoran tanaman; a. spidol permanent, b. plastik mika pelabel, c. tali pengikat label tanaman, d. label siap dipasang................................................................................................... 9 4. Keadaan tanaman Jati pada salah satu plot pengamatan............................ 13 5. Kurva persentase serangan Hyblaea puera................................................ 14 6. Jati yang diserang (a) dan jati yang tidakdiserang Hyblaea puera (b) ..... 15 7. Kurva intensitas serangan Hyblaea puera................................................. 16 8. Daun yang terserang Hyblaea puera..........................................................17 9. Kurva jumlah larva/ pohon/ periode pengamatan...................................... 18 10. Kurva jumlah larva/ 0.1 ha/ periode pengamatan.................................... 18 11. Larva Hyblaea puera............................................................................... 19 12. Lubang gerek Xyleutus sp (a), larva Xyleutus sp (b), Serangan Xyleutus sp (c) ........................................................................................ 21 13. Hama daun Agrius sp. ............................................................................. 22 14. Hama uret Lepidiota stigma yang menyerang akar................................. 23
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1 . Data curah hujan selama bulan Agustus 2008 – Oktober 2008................ 27 2 . Data Serangan Hyblaea puera Cr............................................................. 28 3 . Data Perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 1................... 29 4 . Data Perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 2................... 31 5 . Data Perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 3................... 33 6 . Data Perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 4................... 35 7 . Data Pengaruh serangan............................................................................37
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f) sudah terkenal di seluruh dunia, sehingga di tiap negara mempunyai nama setempat walaupun negara itu bukan penghasil jati. Nama umum di Indonesia adalah jati, tetapi di Pulau Jawa sering disebut dedeg, dodolan, jate, jatih, jatos, kuli dawa. Nama jati di berbagai negara adalah giati (Venezuela), teak (Myanmar, India, Thailand, Inggris, Amerika Serikat, Belanda, Jerman), kyun (Myanmar), saguan (India), mai sak (Thailand), teek (Perancis) dan teen (Brazilia). Kayu jati mempunyai sifat-sifat yang baik yaitu daya kembang susut yang kecil, dan mudah dikerjakan baik dengan alat mesin maupun dengan alat tangan dan dapat dipelitur dan divernis dengan baik. Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Kayu jati sangat cocok untuk segala macam konstruksi misalnya tiang, balok dan plafon pada bangunan rumah dan jembatan, rangka atap, kusen pintu dan jendela, bantalan kereta api, mebel, dek kapal, tong kayu, lantai rumah, venir dan kayu lapis (Martawijaya et.al., 1981). Di Indonesia, hutan jati diusahakan dalam bentuk hutan tanaman terutama di Pulau Jawa. Umur tebang (daur) hutan tanaman jati cukup lama. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur daurnya adalah 60 tahun (sebelumnya 80 tahun) dan di Jawa Barat 40 tahun, daur tersebut dirasakan cukup lama. Untuk memperoleh kayu jati dalam waktu yang relatif singkat, akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai jenis jati unggul yang lebih cepat pertumbuhannya dibanding jati biasa, diantaranya adalah jati emas, Jati Plus Perhutani (JPP), dan yang terakhir adalah Jati Unggul Nusantara (JUN) yang merupakan pengembangan dari JPP, yang bibitnya diproduksi oleh PT. Setyamitra Bhaktipersada. Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) mengusahakan tanaman JUN ini sejak tahun 2007 dalam areal yang cukup luas antara lain di Cikampek (± 200 ha) dan di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor yang sudah berhasil ditanam seluas 21 ha. Pengusahaan hutan tanaman jati sering menghadapi masalah hama, salah satu jenis hama yang menyerang hutan tanaman jati adalah Hyblaea puera Cr.
yang sering menggunduli jati pada awal musim hujan. Pada tahun 1926 pernah dilaporkan tentang penggundulan hutan jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur seluas 200.000 ha (Suratmo 1984 diacu dalam Husaeni 2001). Di Thailand serangan hama ini menyebabkan kematian pohon jati sebesar 3% dan penurunan riap diameter sampai sepertiganya. Bahkan H.puera ini telah menyerang jenis jati emas di daerah Indramayu Jawa Barat dan merupakan jenis hama utama yang menyerang tanaman jati emas (Supriatna 2002). Menurut informasi dari pihak Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN), tanaman JUN yang diusahakannya mendapat serangan H. puera. Belum diketahui berapa besar tingkat serangan dan perkembangan serangan hama ini pada tanaman JUN milik KPWN. Oleh karena itu monitoring serangan H. puera pada tanaman ini perlu dilakukan. I.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui persentase serangan H. puera menurut waktu 2. Mengetahui intensitas serangan H. puera 3. Mengetahui perkembangan populasi H. puera 4. Mengetahui pengaruh serangan H. puera pada pertumbuhan tanaman jati. 5. Mengetahui jenis-jenis hama lain yang terdapat pada area pengamatan. I.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah populasi hama yang mampu menyerang tanaman JUN sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam tindakan pengendalian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Unggul Nusantara (JUN) Menurut Wuryan (2008), Jati Unggul Nusantara (JUN) adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. JUN dibiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk dari pohon/klon unggul dari Perum Perhutani (JPP) yang bersertifikat dengan metode bioteknologi mutakhir. Menurut PT Setyamitra Bhaktipersada (2008), bibit JUN dihasilkan dari proses pengembangan genetik dari bibit-bibit jati terbaik seluruh Indonesia. Proses penelitian dan pengembangan genetik bibit jati unggul ini memerlukan waktu lebih dari 7 tahun. Dengan menggunakan teknologi yang tepat, pohon jati unggul dibuatkan kloningnya agar menghasilkan bibit jati unggul yang sama dengan induknya. Perlakuan tambahan juga diterapkan untuk menghasilkan akar tunjang majemuk, cepat tumbuh, kokoh dan seragam. JUN memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah memiliki perakaran tunjang majemuk, cepat besar, kokoh sehingga tidak mudah roboh dan mempunyai daya serap yang tinggi terhadap nutrisi, masa panen 5 – 20 tahun, menghasilkan kayu berkualitas. Hasil kayu yang dapat diharapkan minimal mencapai 300 m3/ hektar, berbatang lurus seperti pensil (10 meter tanpa cabang) (Anonim 2008). 2.1.1 Karakteristik JUN JUN dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang memiliki ketinggian sampai 400 m dpl, drainase yang baik, pH tanah 6.0 – 7.5 dan bukan merupakan lahan yang becek atau tergenang. Dengan teknologi induksi perakaran, dihasilkan akar tunjang majemuk dan akar serabut, sehingga bibit JUN rakus akan zat hara yang mengakibatkan JUN tumbuh cepat dan kokoh. Jika dibandingkan dengan bibit jati biasa, JUN memiliki kecepatan pertumbuhan hingga 4 kali lipat (PT. Setyamitra Bhaktipersada 2008). 2.1.2 Penanaman dan pemeliharaan JUN Pada umumnya JUN ditanam dengan jarak 5 x 2 m (1000 pohon per ha), ukuran lubang tanam 40 x 40 x 40 cm. Pupuk dasar yang diberikan terdiri dari
pupuk kandang yang sudah matang 3 kg, pupuk kimia ZA atau NPK 200 g per lubang tanam. Untuk tanah yang asam, perlu ditambah kapur pertanian sebanyak 100 g/ lubang tanam. Bibit JUN ditanam tegak lurus dan ditimbun dengan tanah galian yang sudah diremahkan. Penanaman dilakukan pada permulaan musim hujan Pemupukan dilakukan setelah penyiangan dan pendangiran. Pemupukan NPK dilakukan sekali dalam setahun pada permulaan musim hujan dengan tahapan: umur 1 tahun 250 g, umur 2 tahun 400 g, umur 3 tahun: 600 g, umur 4 tahun 800 g, umur 5 tahun 1000 g, per pohon. Wiwilan segera dilakukan pada awal pertumbuhan sampai dengan tanaman berumur 1-2 tahun. Penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang memadai bagi tanaman, dilakukan tiap 5 tahun sekali dengan intensitas yang berbeda. Penjarangan 1 (umur 5 tahun) untuk memperoleh tegakan tinggal sebanyak 500 pohon/ ha, penjarangan 2 (umur 10 tahun) untuk memperoleh tegakan tinggal sebanyak 350 pohon/ ha, penjarangan 3 (umur 15 tahun) untuk memperoleh tegakan tinggal sebanyak 200 pohon/ ha (Wuryan 2008). 2.1.3 Pemanenan JUN Pemanenan dilakukan pada umur tebang (daur) 20 tahun. Jumlah pohon yang ditebang 200 pohon per ha dan diperkirakan akan menghasilkan 200 m3 kayu per ha. Jati Unggul Nusantara dengan segala keunggulannya dapat dipanen dalam jangka waktu 5 tahun (Wuryan 2008). 2.2 Hyblaea puera Cr. 2.2.1 Klasifikasi dan morfologi Serangga hama ini dikenal dengan nama teak defoliator, dikenal juga dengan nama ulat daun jati, karena ulat ini memakan daun jati. Hyblaea puera sering menimbulkan penggundulan daun pada tegakan jati di Indonesia. Serangga ini memakan hampir semua bagian daun, kecuali bagian pertulangan daun yang keras atau berukuran besar. Serangga ini tergolong ke dalam famili Hyblaeidae dari ordo Lepidoptera.
Telurnya berwarna putih, berbentuk bulat telur, ukurannya 1 mm. Larva instar pertama berwarna kehijau-hijauan, kepalanya berwarna hitam. Pada instarinstar berikutnya warna tubuhnya menjadi lebih gelap atau kehitam-hitaman dengan noda hitam yang berambut, warna tubuh bagian bawah lebih muda. Instar keempat dan kelima mempunyai pola warna tubuh yang bervariasi, seluruhnya gelap, agak hitam atau hijau kelabu tua, dengan garis-garis berwarna hitam dan putih memanjang tubuh. Panjang tubuh larva dewasa dapat mencapai 30 – 35 mm. Pupanya berwarna coklat tua sampai kehitam-hitaman, panjang tubuhnya sekitar 13 – 19 mm. Ngengatnya berukuran kecil, rentang sayapnya sekitar 21 – 40 mm. Corak warna sayap depannya bermacam-macam, abu-abu, coklat dan merah, dihiasi pita-pita yang berwarna lebih gelap. Sayap belakangnya berwarna coklat tua, dihiasi pita melengkung yang berwarna jingga (Husaeni 2001). 2.2.2 Penyebaran Menurut Speight dan Wylie (2001) serangga ini mempunyai daerah penyebaran yang luas, tersebar mulai dari Amerika Serikat bagian selatan, India Barat dan Amerika Tengah sampai Paraguay di Amerika Selatan, Afrika Timur, India, Cina, Asia Tenggara dan Australia sampai kepulauan di lautan Pasifik. Di Pulau Jawa terdapat di hutan-hutan jati mulai dari Jawa Barat sampai Jawa Timur. Hama ini menyerang pula hutan-hutan jati di luar Pulau Jawa, misalnya di Pulau Muna dan Kepulauan Nusa Tenggara. 2.2.3 Aspek serangan Di Indonesia serangan hebat hama ini biasanya terjadi pada awal musim hujan, yaitu pada saat tegakan jati berdaun kembali, setelah pada musim kemarau menggugurkan daunnya. Pada awalnya hama ini dianggap tidak membahayakan, karena tidak menyebabkan kematian pada pohon jati. Anggapan ini kemudian berubah setelah terjadi peledakan populasi ulat daun jati pada tahun 1926. Pada waktu itu 200.000 ha tegakan jati di Pulau Jawa dapat digundulinya dalam waktu hanya 10 hari (Suratmo 1984 diacu dalam Husaeni 2001). Tingkat serangan bervariasi menurut umur tegakan. Di India serangan hama ini mencapai puncaknya pada tegakan jati yang berumur 20 – 30 tahun, kemudian tingkat serangannya menurun dengan cepat pada tegakan yang lebih tua
(Beeson 1941 diacu dalam Husaeni 2001). Hal ini berlaku pula pada tegakantegakan jati di Filiphina (Agpada 1975 diacu dalam Husaeni 2001). Walaupun pohon-pohon jati yang diserang hama ini pada umumnya tidak mati, tetapi riapnya akan sangat menurun. Di Thailand, serangan hebat ulat daun jati pada tahun 1967 mengakibatkan kematian pohon sampai 3% dan pengurangan riapnya sampai sepertiganya. Penurunan riap rata-rata kurang lebih sebanding dengan tingkat penggundulan pohon (Husaeni 2001). 2.2.4 Pengendalian Di Indonesia tindakan pemgendalian ulat daun jati belum pernah dilakukan. Populasi hama ini biasanya akan menurun secara alami, baik oleh faktor fisik maupun oleh faktor biotik. Pengendalian baik secara kimia maupun dengan cara hayati pernah dilakukan di Thailand. Pengendalian secara kimia yang pernah dilakukan di Thailand yaitu dengan menggunakan insektisida organofosfat, sedangkan pengendalian secara hayati digunakan bakteri Bacillus thuringiensis. Pencegahan serangan H. puera pada tegakan jati adalah dengan cara mempertahankan vegetasi alami di daerah jati, hal itu sangat penting untuk kelangsungan hidup beberapa parasit dan predator H. puera (Agpada 1975 diacu dalam Husaeni 2001).
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanaman JUN yang berumur ± 4 bulan seluas 15 ha yang ditanam oleh Unit Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH – KPWN) di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai 26 Juli 2008. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah plastik mika, spidol dan tali pengikat untuk penomoran pohon dalam plot pengamatan. Peralatan yang digunakan adalah pita ukur, spidol permanen, tali pengikat label tanaman, kamera, gunting, bambu, jalon/ rambu ukur. 3.3 Metode Penelitian Untuk keperluan penelitian ini diperlukan 4 buah plot contoh (sample plot) sebagai plot pengamatan, dengan luas masing-masing plot 0,1 ha. Dengan pembuatan 4 plot pengamatan tersebut, berarti intensitas penarikan contoh sebesar 2,67%. Plot pengamatan diletakkan di lapangan secara sistematik (systematic sampling), jarak antar plot 200 x 200 meter. Dalam penarikan contoh sistematik, plot pertama diletakkan secara acak dan plot-plot berikutnya secara sistematik dengan jarak tertentu dari plot pertama. Pada tahap pertama pelaksanaan penarikan contoh secara sistematik adalah membuat rencana plot pada peta kawasan. Hasil ploting di peta selanjutnya diplotkan di lapangan. Sayangnya, peta areal tanaman JUN di Cibungbulang ini tidak tersedia (tidak dibuat). Untuk meletakkan plot-plot pengamatan yang bisa mewakili areal, maka sebelum pembuatan plot dilakukan orientasi lapangan, untuk mengetahui kemerataan tanaman. Setelah orientasi lapangan, keempat plot pengamatan ditempatkan kira-kira di tengah areal tanaman. Apabila digambarkan letak plot-plot tersebut adalah seperti pada Gambar 1
200 m Plot 1
Plot 2 200 m
Plot 4
Plot 3
Gambar 1 Letak plot pengamatan dalam areal tanaman JUN. Jati Unggul Nusantara ini ditanam di lapangan yang relatif datar, dengan jarak tanam 5 x 2 m (1000 pohon/ ha). Jarak antar larikan 5 m mengarah utara – selatan dan jarak dalam larikan 2 m mengarah timur – barat. Karena arah larikannya teratur, maka plot pengamatan dibuat dengan bentuk persegi panjang dengan ukuran 40 m x 25 m (0,1 ha). Untuk memudahkan pengamatan yang dilakukan secara berulang, maka pohon-pohon dalam setiap plot pengamatan diberi nomor urut dari nomor 1 sampai nomor 100. Cara penomorannya adalah seperti pada Gambar 2 dan peralatan yang diperlukan untuk penomoran pada Gambar 3. 1
20
100
Gambar 2 Cara penomoran pohon pada plot pengamatan.
b
c d
a
Gambar 3 Peralatan untuk penomoran tanaman; a. spidol permanent, b. plastik mika pelabel, c. tali pengikat label tanaman, d. Label yang siap dipasang. Kegiatan pengamatan dan pengukuran pada setiap plot pengamatan adalah: 1. Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan jalon (rambu ukur) dan keliling batang pada pangkal batang dengan menggunakan pita ukur. Tinggi dan keliling pohon diukur pada awal dan akhir penelitian. 2. Menghitung jumlah pohon yang terserang H. puera setiap 2 minggu selama 3 bulan. Daun dikatakan terserang H. puera apabila terdapat larva H. puera, dan atau terdapat bekas serangan larva H. puera. 3. Menghitung jumlah seluruh daun dan jumlah daun muda yang terserang H. puera pada setiap pohon. 4. Menghitung jumlah ulat H. puera pada setiap pohon pada tiap-tiap plot pengamatan. 5. Mengamati jenis-jenis hama lain selain H. puera yang terdapat pada tiap-tiap plot pengamatan. 3.4 Analisis Data 3.4.1
Persentase serangan Persentase serangan dihitung setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan
pengamatan. Besarnya persentase serangan H. puera ditentukan dengan
membandingkan antara jumlah pohon yang terserang dengan jumlah pohon total dalam plot pengamatan. Pn = Sn x 100% St Keterangan:
Pn : Besarnya % serangan H. puera pada minggu ke-n Sn : Jumlah pohon yang terserang pada minggu ke-n St : Jumlah pohon total
3.4.2
Intensitas serangan Intensitas serangan H. puera dihitung berdasarkan banyaknya daun yang
terserang. Intensitas serangan dapat diperoleh dengan membandingkan jumlah daun terserang tiap pohon dengan jumlah daun total tiap pohon. Intensitas serangan dihitung pada setiap kali pengamatan. Isp = Dn x 100% Dt Keterangan : Isp : Intensitas serangan tiap pohon Dn : Jumlah daun terserang tiap pohon Dt : Jumlah daun total tiap pohon IS = ∑Isp x 100% Sn Keterangan : IS: Rata-rata intensitas serangan H.puera per pohon ∑Isp: Jumlah intensitas serangan H.puera Sn : Jumlah pohon yang terserang 3.4.3
Perkembangan populasi H. puera Perkembangan populasi H. puera ini menggambarkan fluktuasi jumlah
larva H. puera selama penelitian. Fluktuasi larva H. puera ditentukan dengan mengetahui larva dan rata-rata larva tiap pohon yang ditentukan dengan membandingkan jumlah larva dengan jumlah pohon yang terserang.
Li = Lp1+Lp2+Lp3+...+Lpn Keterangan : Li
: Jumlah larva total pada minggu ke-n, plot ke-i
Lp1
: Larva pada pohon ke-1
Lp2
: Larva pada pohon ke-2
Lp3
: Larva pada pohon ke-3
Lpn
: Larva pada pohon ke-n L = Li Sn
Ketangan :
L : Rata-rata larva per pohon pada minggu ke-n, plot ke-i Li : Jumlah larva pada minggu ke-n, plot ke-i Sn : Jumlah pohon terserang
3.4.4
Pengaruh Serangan H. Puera Pengaruh serangan H. Puera terhadap pertumbuhan tinggi dan keliling
batang ditentukan dengan cara membandingkan antara pertambahan tinggi dan keliling pohon yang diserang dengan pertambahan tinggi dan keliling pohon yang tidak diserang H. Puera. Pertambahan tinggi dan keliling pohon selama 10 minggu dihitung berdasarkan perbedaan tinggi dan keliling pohon pada pengamatan pertama (1 Agustus 2008) dengan tinggi dan keliling pohon pada pengamatan terakhir (9 Oktober 2008).
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah UBH-KPWN Unit Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH KPWN), adalah sebuah koperasi yang didirikan tahun 1989 yang dibina oleh Departemen Kehutanan yang usahanya antara lain di bidang pembangunan hutan tanaman jati dengan basis masyarakat berdasarkan pola bagi hasil. Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun dalam manajemen investasi hutan, lembaga ini siap untuk mengembangkan program penanaman pohon (trees planting) untuk mencukupi kebutuhan kayu industri. Pada saat ini UBH – KPWN telah mengembangkan tanaman JUN di Magetan, Bogor, Purwakarta, Tangerang, Gunung Kidul, Kota Semarang, Tegal dan Pacitan. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada persyaratan khusus tumbuhnya JUN. Daerah-daerah tersebut memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) meksimum 400 m, tidak tergenang air setelah hujan, tidak terkena naungan, kondisi tanah berkapur dan jati dapat tumbuh baik pada daerah tersebut (Anonymous, 2008). 4.2 Lokasi JUN di Bogor Tanaman JUN yang ditanam di Bogor berada di Desa Ciaruteun Ilir. Desa ini termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, dengan luas 379 Ha. Daerah ini memiliki ketinggian mencapai 400 m dpl dan jumlah curah hujan per bulan berkisar antara 140 – 220 mm. Wilayah Desa Ciaruteun Ilir sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rumpin, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cijunjung, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Leuweungkolot. 4.3 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Desa Ciaruteun Ilir, diantaranya seluas 200 ha lahan digunakan sebagai areal persawahan, 160 ha digunakan untuk perumahan/ permukiman, 19 ha untuk perladangan dan sisanya dimanfaatkan sebagai sarana-
sarana umum Desa seperti tempat peribadatan, jalan raya, lapangan olah raga, bangunan pendidikan dan perkantoran. 4.4 Penduduk Sampai dengan akhir November 2008 jumlah penduduk Desa Ciaruteun Ilir tercatat sebanyak 10.320 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.270 jiwa dan penduduk wanita sebanyak 5.050 jiwa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kantor Desa, diketahui bahwa hampir 70% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sisanya bermata pencaharian di sektor swasta, pemerintahan dan buruh lepas. 4.5 Iklim dan Vegetasi Suhu udara di lokasi penelitian rata-rata berkisar antara 22 – 32oC. Kondisi ini sudah cukup sesuai untuk pertumbuhan jenis jati unggul (27 – 37oC). Pada lokasi penelitian vegetasi yang ada adalah tanaman tumpangsari, yang ditanam diantara larikan tanaman JUN, seperti sayuran dan buah-buahan. Ada juga bagian tanaman yang dibiarkan tidak ditanami dan tumbuh berbagai rumput dan tumbuhan
bawah
yang
dikhawatirkan
mengganggu
Gambar 4 Keadaan tanaman Jati pada salah satu bagian areal.
pertumbuhan
Jati.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Persen Serangan Hyblaea puera Cr. Persentase serangan H. puera disajikan pada Tabel 1 dan kurvanya pada Gambar 5. Tabel 1 Persentase serangan Hyblaea puera Tanggal pengamatan 1 No.plot
2
1-Agt-08
3
15-Agt-08
4
29-Agt-08
5
6
12-Sep-08
26-Sep-08
9-Okt-08
1
57
68
74
81
84
85.86
2
70.4
82.7
94.9
96.9
96.9
96.9
3
69.7
83.8
87.9
94.9
96.0
97.0
4
54.2
66.7
79.2
90.6
91.7
92.7
251.3
301.2
335.9
363.5
368.6
372.5
62.8
75.3
84.0
90.9
92.1
93.1
Jumlah Rata-rata
Rata-rata % serangan
100.0 80.0
93.1
92.1
90.9
84.0 75.3 62.8
60.0 40.0 20.0 0.0 1
2
3
4
5
6
Waktu pengamatan
Gambar 5 Kurva persentase serangan Hyblaea puera. Nomor pada absis menerangkan tanggal pengamatan (sesuai dengan nomor pada Tabel 1), sehingga dari kurva di atas dapat dilihat bahwa serangan H. puera mengalami kenaikan selama pengamatan berlangsung. Puncak serangan terjadi pada pengamatan terakhir yaitu pada 9 Oktober 2008. Perbedaan kondisi areal tanaman berpengaruh terhadap serangan larva ini. Tanaman yang tumbuh di lahan yang tidak ada tindakan pemeliharaan cenderung
lebih banyak terdapat serangan hama jika dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di lahan yang selalu dirawat. Kebanyakan pohon jati yang mengalami serangan adalah pohon yang terdapat pada plot pengamatan yang tidak dilakukan tindakan penyiangan tumbuhan bawah atau tidak ada perawatan. Pohon yang selalu disiangi sedikit sekali mendapat serangan H. puera. Plot pengamatan yang mengalami tindakan pemeliharaan adalah plot 1 dan 4, sedangkan plot 2 dan 3 tidak dilakukan pemeliharaan. Adanya pemeliharaan pada plot 1 dan 4 tersebut dikarenakan terdapat kegiatan tumpangsari yang dilakukan oleh petani, yang menyebabkan para petani rajin memantau tanaman jati yang ada. Pada plot 2 dan 3 tindakan pemeliharaan sering diabaikan oleh petani, karena tidak adanya tanaman tumpangsari sehingga populasi larva H. puera menyebar merata. Persentase serangan ini belum bisa menunjukkan bahwa tanaman jati ini mengalami serangan berat, karena persentase serangan dihitung berdasarkan ada tidaknya serangan larva H. puera. Pada Gambar 6 dapat dilihat perbandingan antara tanaman jati yang terkena serangan dengan jati yang tidak mengalami serangan H. puera.
a
b
Gambar 6 Jati yang diserang (a) dan yang tidak diserang Hyblaea puera (b).
Larva H. puera memakan semua bagian daun muda, kecuali pertulangan daun yang lebih keras. Daun muda dapat dimakan sampai habis, daun tua tidak diserang karena terlalu keras. 5.2 Intensitas Serangan Hyblaea puera Intensitas serangan hama disajikan pada Tabel 2 dan kurvanya pada Gambar 7. Tabel 2 Intensitas serangan Hyblaea puera Tanggal pengamatan
IS (%) pada plot nomor 1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata
IS
IS
1-8-08
11,1
14,9
11,6
12,1
49,7
12,4
2
15-8-08
12,1
15,1
11,1
12,2
50,5
12.6
3
29-8-08
13,3
14,0
10,4
11,3
49,0
12,2
4
12-9-08
12,3
14,8
10,7
11,5
49,3
12,3
5
26-9-08
12,9
15,4
10,4
11,0
49,8
12,4
6
9-10-08
13,2
15,3
12,0
10,0
50,6
12,6
Rata-rata IS H. puera
1
12.7 12.6 12.5 12.4 12.3 12.2 12.1 12.0
12.6
12.6 12.4
12.4 12.3 12.2
1
2
3
4
5
6
Waktu pengamatan
Gambar 7 Kurva intensitas serangan Hyblaea puera. Besarnya intensitas serangan selama periode pengamatan mengalami fluktuasi, dengan kisaran nilai antara 12,2% - 12,6%. Terjadinya fluktuasi ini dipengaruhi oleh banyak sedikitnya daun yang diserang oleh serangga hama. Semakin tinggi populasi larva yang menyerang daun pada tanaman jati atau semakin banyaknya daun yang diserang oleh larva, maka intensitas serangannya semakin tinggi.
Apabila dilihat pada kurva diatas, tingginya intensitas serangan H. Puera pada pengamatan pertama, kedua sampai pengamatan keenam terjadi karena adanya daun yang mengalami serangan H. Puera sebelumnya dan terdapat tanda bekas serangannya. Karena apabila dilihat pada kurva jumlah populasi larva H. Puera (Gambar 9 dan 10), pada pengamatan pertama maupun pengamatan kedua jumlah larva H. Puera hanya sedikit jumlahnya. Selain itu tinggi rendahnya intensitas serangan juga disebabkan oleh perbedaan jumlah daun total pada setiap waktu pengamatan, sehingga faktor pembagi dalam hal ini jumlah total daun dalam satu pohon berbeda-beda yang berpengaruh pada hasil akhir dari intensitas serangan H. puera ini. Tingkat kerusakan berdasarkan intensitas serangan H. puera pada saat pengamatan tergolong ringan. Tingkat kerusakan daun yang diserang tidak lebih dari 30 %. Artinya daun mengalami serangan ringan dan masih bisa melakukan fotosintesis. Selain penggundulan tajuknya belum terlihat secara nyata, dapat dikatakan bahwa rusaknya daun akibat terserang H. puera tidak memberikan ancaman yang berat dan membahayakan bagi pertumbuhan tanaman jati. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Daun yang terserang H. puera. 5.3 Jumlah Larva H. puera Jumlah larva selama periode pengamatan mengalami fluktuasi. Kisaran nilainya dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Jumlah larva/ pohon
1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
1.30
1.21
0.58 0.15
0.11
0.08 1
2
3
4
5
6
Waktu pengamatan
Gambar 9 Kurva jumlah larva/ pohon selama periode pengamatan. Jumlah larva rata-rata per pohon adalah antara 0,08 sampai 1,30 ekor. Angka ini menunjukkan bahwa jumlah larva tergolong sedikit. Jumlah larva per 0,1 ha berkisar dari 4,75 sampai 64,5 ekor (475 – 645 ekor/ ha). Tingginya jumlah larva pada pengamatan keempat (12 September 2008) disebabkan banyaknya daun muda yang tumbuh dari pohon jati, dimana daun muda merupakan sumber makanan larva H. puera. Apabila dilihat pada kurva intensitas serangan (Gambar 7) pada pengamatan keempat, intensitas serangannya kecil sedangkan jumlah larvanya meningkat. Hal ini disebabkan karena larva H. puera yang menyerang JUN terdapat dalam jumlah banyak pada tiap daunnya bukan satu larva pada satu daun, sehingga jumlah pembandingnya berbeda dan hasilnya pada Gambar 7,
Jumlah larva/ 0,1 ha
Gambar 9 dan Gambar 10 juga berbeda.
70 60 50 40 30 20 10 0
64.5 47.5
4.75 1
4.25 2
14.25
7.25 3
4
5
6
Waktu pengamatan Gambar 10 Kurva jumlah larva/ 0.1 ha selama periode pengamatan.
Jumlah larva yang terdapat pada areal tanaman ini ternyata sangat kecil dan jauh dari bahaya adanya peledakan populasi H. puera. Di Thailand, pada tegakan jati yang berumur 33 tahun mengalami serangan berat dengan jumlah populasi yang mampu menggunduli daun sebanyak 75 – 100% dari jumlah tanaman yang ada. Selain itu juga terjadi pengurangan riap diameter yang mencapai 81,8%. Di Indonesia, pernah terjadi kasus penggundulan tegakan jati di Pulau Jawa pada tahun 1926, dimana pada waktu itu sebanyak 200.000 ha tegakan jati mampu digunduli oleh larva H. puera dalam waktu hanya 10 hari. Faktor yang menyebabkan fluktusi jumlah larva diduga berhubungan erat dengan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan H. puera terutama daun muda yang menjadi makanannya. Selama pengamatan berlangsung curah hujan berkisar antara 2 – 57 mm/hari. Kejadian hujan selama pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Curah hujan selama pengamatan (pengamatan pertama tanggal 1 Agustus 2008 dan pengamatan terakhir pada tanggal 9 Oktober 2008) Periode Juli 2008 1 – 15 Agustus 2008 16 – 29 Agustus 2008 30 Agust – 12 Sept 2008 13 – 26 September 2008 27 Sept – 9 Okt 2008 Jumlah
Curah hujan (mm) 176 37 116 109 48 85 571
Hari hujan 4 4 6 6 3 6 29
Sumber: Diolah dari data stasiun klimatologi Darmaga, BMG 2008. Data mengenai kejadian hujan dan besarnya curah hujan selama pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Air hujan yang jatuh ke permukaan daun dapat menyebabkan larva yang terdapat pada daun jatuh ke lantai hutan, sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah larva yang ada.
Gambar 11 Larva H. puera.
5.4 Pengaruh Serangan Hyblaea puera Pengaruh serangan hama daun terhadap tegakan hutan tergantung pada jenis pohon, kondisi tempat tumbuh, kepadatan populasi hama, serangan yang terjadi sebelumnya dan keadaan hama dan atau penyakit yang timbul setelah serangan (Coulson dan Witler 1984 diacu dalam Husaeni 2001). Pengaruh serangan dapat dilihat dari ada tidaknya penambahan tinggi dan diameter tanaman. Dari data hasil pengamatan pada tiap-tiap plot pengamatan dapat diketahui adanya pohon-pohon yang tidak diserang H. puera. Untuk mengetahui pengaruh serangan H. puera, dapat dibandingkan antara pertambahan tinggi dan keliling pohon yang diserang dengan pertambahan tinggi dan keliling pohon yang tidak diserang. Pengaruh serangan H. puera terhadap pertumbuhan tanaman JUN dapat dilihat pada Tabel 4. Hasilnya cukup mengherankan, pertambahan tinggi dan keliling pohon yang diserang terlihat lebih besar dari pohon yang tidak diserang. Tabel 4 Pertambahan tinggi dan keliling pohon yang diserang dan yang tidak diserang H. puera dari awal sampai akhir pengamatan (10 minggu). No. Plot 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata
Diserang 228,7 122,6 230,6 231,8 813,7 203,4
Tinggi Tidak diserang 241,8 64,5 235,7 180,7 722,7 180,7
Diserang 7,4 3,1 7,3 7,7 25,5 6,4
Keliling Tidak diserang 7 1,7 6,5 5,7 20,9 5,2
Ada 2 kemungkinan yang menjadi penyebabnya, pertama adalah tidak seimbangnya (proporsional) jumlah pohon yang diperbandingkan. Dari semua plot pengamatan hanya terdapat 24 pohon yang tidak diserang sejak awal sampai akhir pengamatan, sementara jumlah pohon yang diserang mencapai 370 pohon. Tinggi dan keliling pohon tersebut tidak merata (tidak sama tinggi). Kemungkinan yang kedua adalah jumlah daun muda yang diserang pada setiap pohon hanya sekitar 2 – 3 helai saja, dan hama ini tidak menyerang titik tumbuh pada pucuk terminal sehingga pohon masih bisa tumbuh secara optimal. 5.5 Hama Lainnya Dalam melakukan kegiatan pengamatan tidak sedikit tanaman yang mengalami kelayuan daun pada beberapa ruas daun bagian atas saja. Kondisi
tersebut ditengarai bahwa tidak hanya jenis H. puera saja yang menyerang tanaman jati ini, akan tetapi juga serangga lain. Serangga yang ditemukan merupakan jenis serangga yang menyerang bagian akar, batang dan daun. Beberapa hama yang berhasil ditemukan selama pengamatan di lapangan selain H. puera antara lain: 1.
Penggerek batang Xyleutus sp. (Lepidoptera: Cossidae) Hama ini menggerek kayu gubal pada batang jati, sehingga transfer unsur
hara ke daun terhambat bahkan terputus, akibatnya bagian atas tanaman terlihat layu, kering dan akhirnya batang atas mati. Gejala serangan hama ini berupa lubang gerek berdiameter 5 mm – 7 mm. Pohon biasanya mengeluarkan banyak tunas dan cabang di bawah bagian batang yang tidak diserang. Dari 4 buah plot pengamatan (luas 0,4 ha), terdapat 7 tanaman yang mengalami serangan hama ini, atau sekitar 1,75% dari jumlah tanaman. Tindakan yang langsung dilakukan sebelum serangan menyebar ke seluruh tanaman adalah dengan melakukan pemangkasan pada batang atau cabang yang terdapat lubang gerek dan memberikan ter pada bekas luka atau bagian batang/ cabang yang dipotong untuk menghindari infeksi jamur, atau dengan memberikan suntikan larutan seperti insektisida melalui lubang gerek yang terdapat serangga hama ini. Meskipun masih tergolong kecil, akan tetapi hal ini perlu diwaspadai karena dikhawatirkan hama ini menyebar luas apabila kondisi tanaman tidak terpelihara.
a Gambar 12
b
c
Lubang gerek Xyleutus sp (a), larva Xyleutus sp (b), Pengaruh serangan Xyleutus sp (c).
2.
Agrius sp. (Lepidoptera: Sphingidae) Serangga ini sering disebut sebagai ulat tanduk pada fase larva dan
ngengat elang pada fase imagonya. Serangga ini perlu diwaspadai keberadaannya karena daun-daun jati bisa habis dimakannya, sehingga hanya tersisa pangkal tulang daun utama saja. Dari 4 buah plot pengamatan (luas 0,4 ha), terdapat 3 tanaman yang mengalami serangan hama ini, atau sekitar 0,75% tanaman yang diserang. Serangan hama ini tidak sampai menyerang habis bagian daun pada tanaman tersebut. Sehingga masih bisa dikatakan bahwa hama ini tidak begitu membahayakan. Selain itu belum banyak diketahui ataupun ditemukan kasus rusaknya tegakan jati akibat dari hama ini yang mempengaruhi nilai dan pemanfaatan jati. Hama ini juga menyerang jati emas di daerah Indramayu Jawa Barat, tindakan pengendalian terhadap hama ini pernah dilakukan dengan mengumpulkan pupa dan ulat selama pemebersihan gulma (Supriatna 2002).
Gambar 13 Hama daun Agrius sp. 3.
Lepidiota stigma (Coleoptera; Melolonthidae) Uret yang masih muda akan langsung memakan bagian-bagian akar yang
lunak, tetapi kerusakan yang ditimbulkannya tidak begitu berarti. Semakin besar ukuran uret, jumlah makanan yang diperlukan akan semakin banyak, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya akan semakin besar. Uret yang telah dewasa terdapat pada lapisan tanah yang dalam. Gejala serangan uret pada tanaman muda yaitu mula-mula daun akan layu, menguning, dan mongering, diikuti dngan mengeringnya ranting-ranting dan batang; akhirnya tanaman mati. Serangan uret pada tanaman jati muda (umur 1 – 2 tahun) di Saradan menyebabkan 50% dari tanaman harus disulam dan sulaman
ini tidak berhasil mengatasi serangan tersebut karena diserang kembali oleh uret. Dari 4 buah plot pengamatan (luas 0,4 ha), terdapat 2 tanaman yang mengalami serangan hama ini, atau sekitar 0,50% tanaman yang diserang. Uret tersebut terdapat pada plot 1 yang terdapat kegiatan tumpangsari dan plot 2 yang tidak terdapat kegiatan tumpangsari.
Terlihat pohon yang ada
mengalami daun yang menguning (seperti bercak menguning), akan tetapi hal tersebut belum dapat dipastikan apakah bercak tersebut disebabkan oleh hama ini atau karena penyait akar. Hal itu dikarenakan tidak memungkinkan dilakukan pencabutan pohon untuk mengetahui kondisi akarnya. Tindakan pengendalian yang dilakukan selama di lapangan adalah dengan cara membunuh uret yang berhasil ditemukan di lapangan.
Gambar 14 Hama uret Lepidiota stigma yang menyerang akar.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN 1. Persentase serangan H. puera mengalami kenaikan, berkisar dari 62,8 % sampai 93,1 %, 2. Besarnya intensitas serangan selama periode pengamatan mengalami fluktuasi, dengan kisaran nilai antara 12,2% - 12,6%, selanjutnya setelah pengamatan ketiga terjadi peningkatan intensitas serangan. Besarnya intensitas serangan setiap waktu pengamatan mengalami kenaikan sebesar 0,1% – 0,2% 3. Jumlah larva H. puera per pohon selama pengamatan berfluktuasi dari 0.08 ekor sampai 1,30 ekor. Jumlah larva per 0,1 ha berfluktuasi dari 4,75 ekor sampai 64,5 ekor. Tingginya jumlah larva pada pengamatan keempat (12 September 2008) disebabkan banyaknya daun muda yang tumbuh dari pohon jati. 4. Serangan H. puera pada saat pengamatan tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan keliling batang tanaman jati. 5. Serangan H. puera selama pengamatan dianggap belum membahayakan. 6. Hama lain yang ditemukan selain H. puera adalah Xyleutus sp dengan persen serangan 1,75%, ulat daun Agrius sp dengan persentase serangan 0,75% dan Uret Lepidiota stigma dengan persentase serangan 0,5%. Hama-hama ini dianggap tidak membahayakan (tidak berarti).
6.2 SARAN 1. Untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan JUN, maka tidak perlu dilakukan tindakan pengendalian H. puera karena serangan yang ada selama pengamatan dianggap belum membahayakan. 2. Meskipun serangan yang ada pada tanaman JUN ini tidak terlalu membahayakan, namun perlu adanya kewaspadaan dari pihak pengelola dan petani penggarap agar peledakan populasi dapat dihindarkan 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait serangan hama penggerek batang, penyakit layu daun dan bercak daun, agar bisa menjadi solusi bagi para penggarap di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2008. Jati Unggul Nusantara. [terhubung berkala]. http:// 72.14.235.132/search?q=cache:dngrIrDkLVDAJ:www.radartegal.com/ind ex2.php%3Foption%3Dcom_content%26do_pdf%3DI%26id%3D7384+ja ti+unggul+nusantara&hl=id&ct=clnk&cd=18&gl=id. [1 Desember 2008]. Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. 2008. Data curah hujan bulan Juli 2008 sampai Oktober 2008 daerah Cibodas. Husaeni, E. A. 2001. Hama hutan di Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Martawijaya A, Kartasudjono I, Kadir K, dan Prawira SA. 1981. Atlas kayu Indonesia Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. PT. Setyamita Bhaktipersada, 2008. Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara. [terhubung berkala]. http://www.lei.or.id/indonesia/news_detail.php?cat=1 &news_id=112. [1 Desember 2008] Speight MR dan Wylie FR, 2001. Insect pests of tropical forestry. CABI Publishing. London, UK. Supriatna J. 2002. Inventarisasi hama dan penyakit Jati Emas (Tectona grandis L.f.) di Ma’had Al Zaitun Indramayu Jawa Barat [Skripsi]. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wuryan. 2008. Jati Unggul Nusantara. [terhubung berkala]. http://wuryan.files. wordpress.com/2008/05/brosur-hal-41.jpg. [12 Juni 2008].
Lampiran 1 Data curah hujan selama bulan Juli 2008 – Oktober 2008. Tanggal
Bulan September
Juli
Agustus
1 2 3
-
14
-
12 -
4 5
54 -
-
-
47 10
6
-
14
-
3
7 8 9 10
-
-
16 6 30
5 -
11 12 13
-
7
36 -
14 -
14 15 16
80 -
2 -
-
31
17 18 19 20
-
3
3 -
33 32
21 22
-
-
8
-
23
-
15
-
-
24 25 26
-
16 14 -
37 -
-
27 28 29 30
10 -
57 11 17
8
18 -
31
32
4
-
6
Jumlah
176
174
144
211
12
8
11
Jumlah hujan
hari 4
Oktober
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor
Lampiran 2 Data serangan Hyblaea puera Cr. 1-Agt-08 No.plot 1 2 3 4
15-Agt-08 No.plot 1 2 3 4
29-Agt-08 No.plot 1 2 3 4
12-Sep-08 No.plot 1 2 3 4
26-Sep-08 No.plot 1 2 3 4
9-Okt-08 No.plot 1 2 3 4
Jml phn tserang 57 69 69 52 247
Jml phn total 100 98 99 96
%serangan 57 70.41 69.70 54.17
Jml phn tserang 68 81 83 64 296
Jmlphn total 100 98 99 96
%serangan 68 82.65 83.84 66.67
Jml phn tserang 74 93 87 76 330
Jml phn total 100 98 99 96
%serangan 74 94.90 87.88 79.17
Jml phn tserang 81 95 94 87 357
Jml phn total 100 98 99 96
%serangan 81 96.94 94.95 90.63
Jml phn tserang 84 95 95 88 362
Jml phn total 100 98 99 96
%serangan 84 96.94 95.96 91.67
Jml phn tserang 85 95 96 89 365
Jml phn total 99 98 99 96
%serangan 85.86 96.94 96.97 92.71
Lampiran 3 Data perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 1. No.plot 1
No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
1/8/2008 15-8-08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 26-9-08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
9/10/2008 0 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0
Lampiran 3 (lanjutan) No.plot
No pohon
1
JUMLAH RATA-RATA POHON TERSERANG
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
1/8/2008 15-8-08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0.02 0.00 57 32
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 26-9-08 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 22 10 0.07 0.81 0.31 44 27 32
9/10/2008 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 23 0.74 31
Lampiran 4 Data perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 2. No.plot 2
No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
1/8/2008 15-8-08 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 26-9-08 0 4 0 0 0 0 0 3 0 0 5 1 0 2 0 0 2 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 0 2 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 2 3 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 0 0 1 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9/10/2008 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 2 0 3 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
Lampiran 4 (lanjutan) No.plot
No pohon
2
JUMLAH RATA-RATA POHON TERSERANG
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
1/8/2008 15-8-08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 6 0.04 0.15 69 41
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 26-9-08 3 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 8 85 20 0.14 1.63 0.91 58 52 22
9/10/2008 0 0 0 3 3 0 0 2 2 1 0 0 1 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 0 0 2 0 43 1.00 43
Lampiran 5 Data perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 3. No.plot 3
No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
1/8/2008 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15-8-08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 0 0 0 1 0 1 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 2 0 2 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0
26-9-08 9/10/2008 0 0 0 0 0 2 0 0 0 4 0 2 0 1 0 0 0 0 2 0 0 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 19 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 0 2 0 3 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 0 2 0 0 1 1 1 2
Lampiran 5 (lanjutan) No.plot
No pohon 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
JUMLAH RATA-RATA POHON TERSERANG
1/8/2008 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 5 0 9 0.13 69
15-8-08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 7 0.18 38
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6 1 2 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 2 0 1 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 1 2 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9 63 0.23 1.19 39 53
26-9-08 9/10/2008 0 3 0 0 0 0 2 2 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 2 1 0 0 1 0 2 0 1 0 0 1 0 0 1 2 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 0 1 17 101 0.68 1.46 25 69
Lampiran 6 Data perkembangan populasi Hyblaea puera Cr pada plot 4. No.plot 4
No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
1/8/2008 15-8-08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 26-9-08 0 2 0 0 1 0 0 5 0 0 4 0 0 5 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 3 1 0 3 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9/10/2008 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
Lampiran 6 (lanjutan) No.plot
No pohon 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
JUMLAH RATA-RATA POHON TERSERANG
1/8/2008 15-8-08 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 4 0.12 52
0.11 35
Periode pengamatan 29-8-08 12/9/2008 26-9-08 0 3 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 9 88 10 0.17 53
1.54 57
0.42 24
9/10/2008 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 1.64 14
Lampiran 7 Data pengaruh serangan Pengaruh serangan terhadap tinggi dan keliling pada plot 1 No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Tinggi awal 100 209 219 130 100 120 47 199 243 112 248 115 182 207 278 81 166 58 115 172 265 246 234 108 108 165 268 297 217 139 310 234 187 44 80 183 102 126 108 178 215 192 119 239 116 76 123
Tinggi akhir 305 335 440 334 310 302 313 430 426 340 502 387 404 378 530 254 406 221 389 482 478 364 344 388 443 522 573 470 410 527 478 433 165 256 309 350 278 403 278 398 420 408 262 430 411 262 388
Pertumbuhan tinggi 205 126 221 204 210 182 266 231 183 228 254 272 222 171 252 173 240 163 274 310 213 118 110 280 335 357 305 173 193 388 168 199 -22 212 229 167 176 277 170 220 205 216 143 191 295 186 265
Keliling awal 6 13.5 13 8.5 7 8 6 10.5 12 7.5 13 9 11.5 11 14.5 7 11 7 7 12.5 13 14 12 8 7 13 13 16 14 8.5 16 13.5 12 4.5 8 13 8 10 8 10 12 9 9 13.5 7.5 5 8.5
Keliling akhir 12.5 15.5 20 16 13 12.5 14 17.5 18 14.5 20 16 18 15.5 22.5 14 17.5 12.5 13 19 19 22 19 16.5 15 21 18 23 20 18 23.5 19.5 18.5 11 15 20.5 15 16 14 16 18 15 14 20.5 14 14 17
Pertumbuhan keliling 6.5 2 7 7.5 6 4.5 8 7 6 7 7 7 6.5 4.5 8 7 6.5 5.5 6 6.5 6 8 7 8.5 8 8 5 7 6 9.5 7.5 6 6.5 6.5 7 7.5 7 6 6 6 6 6 5 7 6.5 9 8.5
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Tinggi awal 156 133 111 217 177 180 124 134 165 159 157 202 154 198 216 213 275 149 216 221 215 226 249 301 184 230 152 121 59 68 188 190 125 34 91 278 165 213 178 106 185 212 235 166 171 160 179 287 240
Tinggi akhir 397 378 382 455 387 418 178 268 472 455 402 459 416 388 458 445 518 458 498 481 478 423 489 558 381 485 411 347 271 120 430 412 321 282 550 438 473 412 412 394 444 463 496 447 416 491 494 588 517
Pertumbuhan tinggi 241 245 271 238 210 238 54 134 307 296 245 257 262 190 242 232 243 309 282 260 263 197 240 257 197 255 259 226 212 52 242 222 196 248 459 160 308 199 234 288 259 251 261 281 245 331 315 301 277
Keliling awal 10 10 8 13 10 13 10 8 11 9 13 11 7 10 12 13 15 16 14 14 13 13.5 13.5 17 12.5 15
Keliling akhir 18 18 16 21 17 19 16 16 19 16 21 19 17 17 19 22 23 27 23 22 24 21 21 25 22 24
11 9 6 7.5 12.5 12 9 5.5 8 16 13 13 11.5 7 13 13.5 15 11 11 13 12.5 16 14
18 18 14.5 11 20 18 16 7 15 25 21 21 18 15 21 22 23 20 20 22 23 26 23
Pertumbuhan keliling 8 8 8 8 7 6 6 8 8 7 8 8 10 7 7 9 8 11 9 8 11 7.5 7.5 8 9.5 9
7 9 8.5 3.5 7.5 6 7 1.5 7 9 8 8 6.5 8 8 8.5 8 9 9 9 10.5 10 9
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon 97 98 99 100
Tinggi Tinggi awal akhir 119 391 237 394 250 476 95 316 JUMLAH RATA-RATA
Pertumbuhan tinggi 272 157 226 221 23023 230.23
Keliling Keliling awal akhir 8 15 15 24 12.5 21 7 15 JUMLAH RATA-RATA
Pertumbuhan keliling 7 9 8.5 8 734.5 7.345
Pengaruh serangan terhadap tinggi dan keliling pada plot 2 No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Tinggi awal 106 158 155 160 138 126 62 77 73 129 98 146 108 153 75 127 173 0 234 84 197 265 128 123 89 85 72 61 109 42 40 81 113 113 103 99 61 70 54
Tinggi akhir 202 293 287 281 257 236 181 136 125 257 206 273 207 236 111 249 282 0 453 234 438 458 253 208 170 202 158 178 251 56 96 168 206 97 148 220 166 186 188
Pertumbuhan tinggi 96 135 132 121 119 110 119 59 52 128 108 127 99 83 36 122 109 0 219 150 241 193 125 85 81 117 86 117 142 14 56 87 93 -16 45 121 105 116 134
Keliling awal 10 11 10 10.5 9 9.5 6.5 6.5 7 9 8 10 7.5 10 6.5 9 11 0 14 10.5 13.5 16 11 9 8 8 7 6.5 9.5 6 5.5 7 8.5 7 9 6.5 5.5 6 6.5
Keliling akhir 14 14 13 13 12 13 10.5 9 9 14 12 12 13 14 9 11 14 0 19 12.5 19 20 12 11 9 12 10 10 13 5 7.5 10 11 9 9 11 8 11 11
Pertumbuhan keliling 4 3 3 2.5 3 3.5 4 2.5 2 5 4 2 5.5 4 2.5 2 3 0 5 2 5.5 4 1 2 1 4 3 3.5 3.5 -1 2 3 2.5 2 0 4.5 2.5 5 4.5
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon
Tinggi awal
Tinggi akhir
Pertumbuhan tinggi
Keliling awal
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
160 113 138 93 116 38 80 148 0 105 66 118 85 61 143 84 138 173 148 165 214 227 198
245 255 257 203 224 49 182 246 0 228 103 206 247 187 318 139 212 322 343 401 411 457 486
85 142 119 110 108 11 102 98 0 123 37 88 162 126 175 55 74 149 195 236 197 230 288
10.5 9 9.5 7 8 3 7 9 0 9 7 9 8 8 10.5 8 9.5 11 9 12 13 13 12
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
265 221 127 178 140 134 194 133 115 138 72 132 71 78 124 88 30 113 212 186 119 147 108 59 216 211
492 384 307 358 244 300 350 118 217 297 173 221 177 173 237 170 30 286 383 170 267 253 243 211 413 370
227 163 180 180 104 166 156 -15 102 159 101 89 106 95 113 82 0 173 171 -16 148 106 135 152 197 159
14 12 8.5 11 12 12 11 11 9 10 8 8 6 8 9 8 5 8.5 13.5 11.5 8.5 9.5 8 6 13 12
Keliling akhir 13 12 12 11 11 4 10 11.5 0 12 7.5 12 11.5 13 14 8.5 10 12.5 14.5 17 16 19 17 18.5 14 12 15 14 14 15 12 12 14 10 11 11 10 12 10 4 14 17 12 11 12.5 12 11 18 16
Pertumbuhan keliling 2.5 3 2.5 4 3 1 3 2.5 0 3 0.5 3 3.5 5 3.5 0.5 0.5 1.5 5.5 5 3 6 5 4.5 2 3.5 4 2 2 4 1 3 4 2 3 5 2 3 2 -1 5.5 3.5 0.5 2.5 3 4 5 5 4
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon
Tinggi awal
Tinggi akhir
86 93 116 128 56 128 183 165 236 211 217 186
198 236 241 271 117 277 385 281 415 440 197 379
89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
JUMLAH RATA-RATA
Pertumbuhan tinggi 112 143 125 143 61 149 202 116 179 229 -20 193
Keliling awal 10 8 9 8 7 10 13.5 13 12 14 13 13
Keliling akhir 12.5 12 12 11 8 13 16 16 16 19 16.5 17
JUMLAH RATA-RATA
11841 120.8265
Pertumbuhan keliling 2.5 4 3 3 1 3 2.5 3 4 5 3.5 4 299.5 3.056122
Pengaruh serangan terhadap tinggi dan keliling pada plot 3 No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tinggi awal 170 166 200 155 149 143 157 244 247 123 137 173 178 245 183 74 170 285 220 200 195 104 135 145 130 195 100 146 220 147 110
Tinggi akhir 459 421 440 413 346 306 409 495 438 328 392 419 450 507 405 346 409 517 225 438 444 324 325 375 364 472 282 380 465 408 369
Pertumbuhan tinggi 289 255 240 258 197 163 252 251 191 205 255 246 272 262 222 272 239 232 5 238 249 220 190 230 234 277 182 234 245 261 259
Keliling awal 11 10 10 9.5 8 8 8.5 13.5 13 9 8 11 9.5 12 11 5.5 12 14 14 11 12 7 8.5 8 9 13 8 10 12 10 7
Keliling akhir 19.5 17.5 17 17 15 12.5 16 20 15.5 14 15 16 16 18.5 17 13 18 21 21 18 18 15 15 15.5 16 23 16 18.5 21 19 17
Pertumbuhan keliling 8.5 7.5 7 7.5 7 4.5 7.5 6.5 2.5 5 7 5 6.5 6.5 6 7.5 6 7 7 7 6 8 6.5 7.5 7 10 8 8.5 9 9 10
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon
Tinggi awal
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
155 185 188 205 242 180 180 175 205 200 210 235 225 185 160 85 205 180 155 140
Tinggi akhir 426 414 407 489 523 464 448 455 477 467 469 263 487 452 420 321 495 434 393 357
52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
160 166 170 155 145 0 155 103 240 110 158 183 115 145 160 105 110 125 125 100 170 230 200 240 180 155 205 190 110
393 433 414 338 417 0 388 240 465 322 394 418 300 413 353 302 298 302 310 347 444 272 426 540 467 396 502 454 378
Pertumbuhan tinggi 271 229 219 284 281 284 268 280 272 267 259 28 262 267 260 236 290 254 238 217 233 267 244 183 272 0 233 137 225 212 236 235 185 268 193 197 188 177 185 247 274 42 226 300 287 241 297 264 268
Keliling awal 9 11 12 13.5 14 13 13 10 13 12 11 12.5 12 11 9.5 9 13.5 10.5 11 8
Keliling akhir 20 18.5 20 21 22 19 20.7 18 21.5 20 20 17 18.5 18.5 17.5 16 21 19 20 16.5
11 11 10 9 11 0 11 8.5 14.5 7 10 12 7.5 10 9 8 8 9 8 8 10 12 10 13.5 10 13 12.5 12 8
18.5 19 19 17 19.5 0 17.5 13.5 20 14 17 19 15 18 17.5 17.5 15.5 15 15 15 19.5 17.5 17 22 19 18 22 19.5 16
Pertumbuhan keliling 11 7.5 8 7.5 8 6 7.7 8 8.5 8 9 4.5 6.5 7.5 8 7 7.5 8.5 9 8.5 7.5 8 9 8 8.5 0 6.5 5 5.5 7 7 7 7.5 8 8.5 9.5 7.5 6 7 7 9.5 5.5 7 8.5 9 5 9.5 7.5 8
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Tinggi awal 205 170 145 130 80 120 135 120 115 125 160 140 200 190 170 123 170 130 140 135
Tinggi akhir 498 450 416 398 292 369 387 359 306 350 318 328 451 419 368 345 381 308 276 327
Pertumbuhan tinggi 293 280 271 268 212 249 252 239 191 225 158 188 251 229 198 222 211 178 136 192
Keliling awal 13 11 10 8.5 6.5 9 9.5 9 9 9 11 10 13.5 11 11 9 10 10 10 10
Keliling akhir 21 19.5 17 15 18 18 18 16.5 14.5 15 17 16 20 17 17 16 17 15 14.5 16
Pertumbuhan keliling 8 8.5 7 6.5 11.5 9 8.5 7.5 5.5 6 6 6 6.5 6 6 7 7 5 4.5 6
Pengaruh serangan terhadap tinggi pada plot 4 No pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Tinggi awal 118 140 71 60 69 15 250 253 164 163 120 190 258 205 293 120 325 94 27 197 206 0 53 102
Tinggi akhir 255 292 221 97 211 314 445 422 473 380 222 462 521 217 520 138 342 587 258 548 415 432 0 246 320
Pertumbuhan tinggi 137 152 150 37 142 299 195 169 309 217 102 272 263 12 227 18 17 493 258 521 218 226 0 193 218
Keliling awal 8.5 10 7 5 6 9.5 13 13 8 9.5 8 11 16 12 15 7.5 17.5 7 4 14 13 0 6.5 7
Keliling akhir 13.5 12 11.5 6 11 15 17.5 19 14 17 14 20 22 21 24 8 16 26 14 6 21.5 20 0 13 14
Pertumbuhan keliling 5 2 4.5 1 5 5.5 4.5 6 6 7.5 6 9 6 9 9 0.5 -1.5 19 14 2 7.5 7 0 6.5 7
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon
Tinggi awal
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
48 235 37 122 267 56 281 138 177 252 292 225 245 280 232
Tinggi akhir 55 454 297 383 525 277 545 354 453 516 440 394 393 555 510
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
80 68 81 122 152 0 135 152 121 57 118 197 160 274 185 200 205 260 252 287 320 129 243 289 208 317 305 243 310 268 123 267 247 198
264 254 160 376 386 357 374 376 321 248 352 424 487 530 460 481 478 60 578 522 435 595 402 515 575 575 561 535 560 418 395 535 485 492
Pertumbuhan tinggi 7 219 260 261 258 221 264 216 276 264 148 169 148 275 278 184 186 79 254 234 357 239 224 200 191 234 227 327 256 275 281 273 -200 326 235 115 466 159 226 367 258 256 292 250 150 272 268 238 294
Keliling awal 3 14 5 9 16 5 15 8.5 13 14 18 14 14 14 14
Keliling akhir 5 19 16 18 26 14 25 18 22 23 26 25 21 22 26
8 6 6 7 10 0 10 10 8 7 8 12.5 9 16 12 14 14 17 14 15 17.5 12 13.5 17.5 17 17 18 16 19 15 9 14 12 12.5
14.5 12.5 10 16 19.5 16 16 16 19.5 12 16 22 17 24.5 23 2 23 5 27 24 20 28 20.5 22 25 28 26 28 27 24 18 23.5 19.5 21.5
Pertumbuhan keliling 2 5 11 9 10 9 10 9.5 9 9 8 11 7 8 12 6.5 6.5 4 9 9.5 16 6 6 11.5 5 8 9.5 8 8.5 11 -12 9 -12 13 9 2.5 16 7 4.5 8 11 8 12 8 9 9 9.5 7.5 9
Lampiran 7 (lanjutan) No pohon
Tinggi awal
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
173 104 183 200 170 108 204 322 34 190 285 213 324
88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
262 171 172 212 226 295 298 302 147 287 277 355 305 JUMLAH RATA-RATA
Tinggi akhir 368 412 365 458 342 302 430 565 0 490 509 452 565 353 471 367 462 492 527 563 565 565 425 565 535 495
Pertumbuhan tinggi 195 308 182 258 172 194 226 243 -34 300 224 239 241 91 300 195 250 266 232 265 263 418 138 288 180 190 21926 223.7347
Keliling awal 11 8 11.5 12 12.5 8 13 16 4 10 16 13 16 15 11 11 13 13 17 16 15 11 16 14 16 16
Keliling akhir 20 18 21.5 20 18 13 18.5 26.5 0 19.5 25 21 24
Pertumbuhan keliling 9 10 10 8 5.5 5 5.5 10.5 -4 9.5 9 8 8
10 26 22 21 22 24 24 26.5 24 21 26 23 23.5 JUMLAH RATA-RATA
-5 15 11 8 9 7 8 11.5 13 5 12 7 7.5 733.5 7.484694