Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
MODUL 9
BAHASA INDONESIA
Reviewer: Asep Supriyana, S.S., M.Pd.
MODUL MATERI UJIAN DINAS DAN UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPKP) PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI 2015
Bahasa Indonesia
9. 0
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Modul 9
BAHASA INDONESIA A. Pendahuluan Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana komunikasi di segala bidang di seluruh wilayah hukum Indonesia. Dalam bidang kedinasan, bahasa Indonesia menjadi sarana utama dalam berkomunikasi, misalnya yang bekaitan dengan pengarsipan dan pendokumentasian, pelaporan, pidato dan sambutan pejabat struktural, serta korespondensi/persuratan. Untuk itu, setiap pegawai harus memiliki kompetensi yang beklaitan dengan bahasa Indonesia, baik secara konsep maupun praktik berkomunikasi. Kompetensi ini diperlukan untuk menunjang kinerja mereka dalam belerja. B. Deskripsi Singkat Mata
pelajaran
ini
antara
lain
membahas
tentang
kebijakan
dalam
menggunakan bahasa Indonesia, ejaan bahasa Indonesia, bentuk dan pilihan kata, kalimat dan paragraf, serta penggunaan bahasa Indonesia dalam surat dinas. Materimateri ini sagat diperlukan dalam menunjang kerja para pegawai. C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mempelajari mata pelajaran ini, peserta Ujian Dinas dan Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat diharapkan: 1) memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia; 2) memahami konsep-konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai media komunikasi dalam bekerja; dan 3) mampu menerapkan kaidah-kaidah bahasa Indonesia baik dan benar untuk keperluan bekerja. D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mempelajari dan memahami modul ini peserta Ujian Dinas dan Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat diharapkan memiliki: 1) menjalskan kebijakan tentang bahasa indonesia; 2) menjelaskan dan menerapkan kaidah ejaan dengan baik dan benar; 3) menjelaskan dan menerapkan kaidah diksi dengan benar; 4) menjelaskan dan menerapkan kaidah penyusunan kalimat efektif; dan
Bahasa Indonesia
9. 1
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
5) membuat surat dinas dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. E. Materi Bahasan Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 5 (lima) kegiatan belajar: 1). Kebijakan tentang Penggunaan Bahasa Indonesia; 2). Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan; 3). Diksi 4). Kalimat Efektif 5). Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas
F. Uraian Materi Kegiatan Belajar 1: KEBIJAKAN TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA 1. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara Indonesia. Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 36 UUD Tahun 1945. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, penerapan bahasa Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) Iambang jati diri (identitas) nasional, (3) alat persatuan berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antar budaya antar daerah. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi lembaga-lembaga pendidikan, dan (3) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan
kebudayaan
dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modem. 2. Penggunaan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam:
1) peraturan perundang-undangan; 2) dokumen resmi negara;
Bahasa Indonesia
9. 2
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
3) pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri;
4) bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Penggunaan bahasa asing dalam pendidikan dapat digunakan sebatas bertujuan untuk mendukung kemampuan bahasa asing peserta didik. Penggunaan bahasa Indonesia dalam pendidikan tidak berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan khusus yang mendidik warga negara asing;
5) pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan; 6) nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga Negara Indonesia. Dalam hal pembuatan nota kesepemahaman yang melibatkan pihak asing, selain ditulis menggunkan bahasa Indonesia, ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris;
7) forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia; juga dapat digunakan dalam forum yang bersifat internasional di luar negeri;
8) komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta. 9) laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan; 10) penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia. Penulisan dan publikasi untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing;
11) nama geografi di Indonesia; 12) untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.
13) informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia. Informasi tersebut dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.
14) rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum. Dalam penerapannya dapat disertai bahasa daerah dan/atau bahasa asing.
15) informasi melalui media massa. Media yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing harus mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus.
Bahasa Indonesia
9. 3
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Kegiatan Belajar 2: EJAAN BAHASA INDONESIA Penggunaan bahasa Indonesia tidak lepas dari ejaan dalam bahasa Indonesia, hal ini berarti kita berhadapan dengan bahasa tulis, cara bagaimana menuliskan huruf, kata dan menggunakan tanda baca. Sehingga ejaan tidak ada kaitannya dengan lafal yang menjadi unsur terpenting dalam bahasa lisan. Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diresmikan pemakaiannya pada tanggaI 16 Agustus 1972 oIeh Presiden Soeharto. PenjeIasan lebih lanjut tentang aturan ejaan itu dimuat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (selanjutnya disingkat menjadi Pedoman Umum EYD). Buku pedoman itu berisi aturan-aturan mengenai penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan tanda baca. 1. Penggunaan Huruf a. Penggunaan Huruf Kapital Peggunaan huruf kapital Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut: 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menulis ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Allah Atas rahmat-Mu (bukan atas rahmatMu) Dengan kuasa-Nya (bukan dengan kuasaNya) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk menuliskan kata-kata seperti imam, makmum, doa, puasa dan misa.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Mahaputra Yamin; Haji Agus SaIim; SuItan Hasanuddin
Bahasa Indonesia
9. 4
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan jika tidak diikuti nama orang. Contoh: H.B. Yassin juga mendapat gelar mahaputra. Ayahnya telah menunaikan ibadah haji tahun lalu. Sebagai seorang suItan, ia berwibawa sekaIi. 3)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Gubernur Fauzi Bowo (jabatan yang diikuti nama orang) Letnan KoIoneI SaIadin (pangkat yang diikuti nama orang) Kepala Balai Besar POM di Jawa Barat (jabatan yang diikuti nama tempat) Kepala Badan POM (jabatan yang diikuti nama instansi) Nama jabatan dan pangkat itu tidak ditulis dengan huruf kapital jika, tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Paman saya berpangkat Ietnan jenderal.
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia; suku Jawa; bahasa Jepang 5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: tahun Hijriah; bulan Agustus; hari Senin; hari NataI; Perang Candu
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Contoh: Teluk Jakarta; Danau Toba, SeIat Karimata Perhatikan juga penulisan yang benar berikut ini. Dia berIayar sampai ke teluk. Jangan mandi di danau yang kotor.
Bahasa Indonesia
9. 5
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Mereka menyeberangi selat itu selama 2 hari Kata teluk, danau, dan selat adalah kata umum, bukan kata khusus. Sehingga ditulis dengan huruf kecil.
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Contoh: Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Keuangan Undang-Undang Dasar 1945 Coba perhatikan juga penulisan yang benar di bawah ini Dia pegawai salah satu kementerian. Menurut undang-undang, Saudara dapat dijatuhi hukuman. Kata kementerian dan undang-undang dasar ditulis dengan huruf kecil karena kata itu tidak diikuti nama. 8) Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan. Contoh: Dr.
S.E.
B.A.
M.Sc.
Ny.
Ir.
M.A.
S.H.
M.B.A. Sdr.
Catatan: khusus untuk singkatan dr. (dokter), huruf d tidak kapital. Hal ini untuk membedakannya dari singkatan Dr. (doktor) 9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Contoh: Atas kehadiran Ibu, kami ucapkan terima kasih. Surat Saudara sudah saya terima.
Akan tetapi, coba perhatikan juga penulisan yang benar berikut ini!
Bahasa Indonesia
9. 6
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Kita harus menghormati ayah dan ibu kita. Semua adik dan kakak saya sudah berkeIuarga.
Perhatikan juga penulisan kata sapaan yang diikuti nama jabatan! Kami sedang menunggu Pak Dosen. Menurut keterangan Bu Dokter, penyakit saya tidak parah. 10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti orang ke-2 (Anda) Contoh: Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri akan naik? Apakah kegemaran Anda? b. Penggunaan Huruf Miring 1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh: Majalah Bahan dan Sarana sangat digemari para pengusaha. Surat kabar Suara dapat merebut hati pembacanya. 2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing. Contoh: Nama latin untuk buah manggis adalah Garcinia mangostana. 3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau keIompok kata. Contoh: Huruf pertama kata abad ialah a. BuatIah kalimat dengan kata manajemen! 2. Penulisan Kata a. Penulisan Gabungan Kata 1) Kata Majemuk Kaidah penulisan gabungan kata adalah sebagai berikut. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Bahasa Indonesia
9. 7
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Contoh: terima kasih; kerja sama; tanggung jawab; tanda tangan; serah terima
Harus diperhatikan bahwa jika gabungan kata tersebut hanya mendapat awalan atau hanya akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang dekat dengannya. Kata lainnya yang merupakan unsur gabungan itu tetap dituliskan terpisah dan tidak diberi tanda hubung. Contoh: berterima kasih; bekerja sama; bertanggung jawab; tanda tangani
Selanjutnya, yang perlu perhatikan adalah jika gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya harus serangkai, tidak diberi tanda hubung. Contoh: pertanggungjawaban; ditandatangani; diserahterimakan 2) Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata Contoh: belasungkawa; beasiswa; sekaligus; daripada; kasatmata; kepada 3) Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, unsur itu hanya muncul dalam kombinasinya. Contoh: tunanetra; antarkota; multilateral; narapidana; dwiwarna Perhatikan gabungan kata berikut ini! · Jika unsur terikat itu diikuti oIeh kata yang huruf awalnya kapital, diantara kedua unsur itu diberi tanda hubung. Contoh: non-Indonesia; antar-SMA; KTP-nya. · Unsur maha dan peri ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya, yang berupa kata dasar. Namun, jika unsur berikutnya kata berimbuhan, penulisan maha dan peri terpisah. Contoh: Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri kemanusiaan
Bahasa Indonesia
9. 8
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Akan tetapi, perlu diingat bahwa jika unsur maha diikuti esa, waIaupun esa berupa kata dasar, kata itu tetap dituliskan terpisah. Misalnya, Maha Esa. b. Penulisan Kata Ulang Kata ulang dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua unsurnya. Penulisan kata ulang ada bermacam-macam. 1) Pengulangan kata dasar Contoh: anak-anak; undang-undang 2) Pengulangan kata berimbuhan Contoh: berkejar-kejaran; didorong-dorong 3) Pengulangan gabungan kata Contoh: meja-meja tulis; kereta-kereta api cepat 4) Pengulangan kata yang berubah bunyi Contoh: sayur- mayur; bolak-balik c. Penulisan Kata Depan Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: di rumah; ke rumah; dari rumah; di mana; ke mana; dari mana; di samping; ke samping; dari samping Akan tetapi, perhatikan awalan di- dan ke- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: dibaca, dilaporkan, ketujuh, kekasih d. Penulisan Partikel Dalam bahasa Indonesia terdapat Iima macam partikel, yaitu lah, kah, tah, per, dan pun. 1) Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Kuncilah pintu itu jika Saudara akan pergi! Apakah Anda karyawan Departemen Keuangan? 2) Partikel per yang berarti 'tiap-tiap', 'demi', dan 'muIai' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuIui dan mengikutinya.
Bahasa Indonesia
9. 9
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Contoh: per meter Rp100.000,00 satu per satu turun per 1 Januari Partikel per- pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: dua pertiga, tiga perempat 3) Partikel pun Partikel pun yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: walaupun; meskipun; adapun; maupun Partikel pun yang ditulis seteIah kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata bilangan, dituliskan terpisah. Pun seperti itu merupakan kata utuh. Contoh: Hijau muda pun tidak masalah, asal hijau. Satu pun beIum saya terima suratnya. e. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan 1) Lambang bilangan dituliskan dengan angka jika berhubungan dengan ukuran (panjang, Iuas, isi, berat), satuan waktu, nilai uang, atau yang dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, dan ruangan pada aIamat yang bukan pada dokumen resmi. Contoh: 5 cm
35 kg
10 jam
Rp50.000,00
Jalan Rereng I
Nomor 43
2) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyatakan lebih dari dua kata dituliskan dengan angka. Contoh: Selama seminggu calon pegawai yang mendaftar ke Badan Pengawas
Bahasa Indonesia
9. 10
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Obat dan Makanan berjumlah seribu orang. 3) Bilangan dalam perincian juga dituliskan dengan angka waIaupun jika ditulis dengan huruf hanya terdiri atas satu atau dua kata. Contoh: Menurut catatan, pegawai yang diterima di Badan Pengawas Obat dan Makanan berjumlah 100 orang, 20 orang untuk Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, 30 orang untuk Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen, dan 50 orang untuk Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza. 4) Lambang bilangan yang jika dituliskan dengan huruf terdiri atas satu atau dua kata pada awal kalimat dituliskan dengan huruf. Contoh: Lima belas orang pegawai Badan POM memperoleh piagam dari pemerintah. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga lambang bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Contoh: Sebanyak 35 orang ditahan, sedangkan 5 orang diizinkan pulang. 5) Bilangan yang terdapat dalam dokumen resmi, seperti akta, kuitansi, dan cek dapat menggunakan angka dan huruf sekaligus. Contoh: TeIah dijual tanah seIuas 3.000 (tiga ribu) meter persegi dengan harga Rp40.000.000,00 (empat puIuh juta rupiah). Namun, di luar dokumen resmi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus. Contoh: Pegawai di kantor kami berjumlah empat ratus orang. Kata bilangan tingkat dapat dituliskan sebagai berikut: Paku Buwono X Paku Buwono ke-10
Bahasa Indonesia
9. 11
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Paku Buwono kesepuIuh Tingkat I Tingkat ke-I Tingkat kesatu (pertama)
Kata bilangan yang mendapat akhiran -an ditulis sebagai berikut: tahun 50-an uang 5000-an 3. Penulisan Unsur Serapan dan Tanda Baca a. Penulisan Unsur Serapan Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Inggris, dan Bahasa asing lainnya. Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1) unsur asing yang sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia 2) unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan bahwa ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Berikut ini contoh penulisan unsur serapan: Baku
Tidak Baku
Positif
Positive
Apotek
Apotik
Produktivitas
Produktifitas
Fotokopi
Photocopy
Manajemen
Managemen
Kualitas
Kwalitas
b. Penulisan Tanda Baca 1) Penulisan Tanda Baca Titik (.) a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh:
Bahasa Indonesia
9. 12
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Ibu tinggal di Bandung. Biarlah mereka duduk di sana. b) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh: Rahadyan P. N. Paramesti c) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh: Dr.
doktor
Ir.
insinyur
S.E.
sarjana ekonomi
M.Sc.
master of science
d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau Iebih hanya dipakai satu tanda titik. Contoh: a.n.
atas nama
u.p.
untuk perhatian
ybs.
yang bersangkutan
e) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Contoh: A. Badan Pengawas Obat dan Makanan A.1 Sekretariat Utama A.1.1 Biro Perencanaan dan Keuangan A.1.2 Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat A.1.3 Biro Kerjasama Luar Negeri A.1.4 Biro Umum A.2 Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Catatan: Setelah di belakang angka terakhir tidak menggunakan tanda titik
Bahasa Indonesia
9. 13
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
f)
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Contoh: Pukul 1.35.20 (pukul 1 Iewat 35 menit 20 detik)
g) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh: Ia lahir pada tahun 1970 di Surabaya. Lihat haIaman 2345 dan seterusnya. h) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oIeh masyarakat. Contoh:
i)
POM
Pengawas Obat dan Makanan
OT
Obat Tradisional
Sestama
Sekretaris Utama
Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh:
j)
cm
sentimeter
Kg
kilogram
Rp
rupiah
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh: Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 45)
k) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat. Contoh: 21 Juli 2009 Yth. Sdr. Rani Jalan Tanjung 26 Jakarta
Bahasa Indonesia
9. 14
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
2) Penulisan Tanda Baca Koma (,) a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan Contoh: Saya membeli kertas, pensil, dan buku. b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan. Contoh: Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat. Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. d) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk. Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting. e) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan kata penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Contoh: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. Jadi, soalnya tidaklah semudah itu f)
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: Kata ibu, “Saya gembira sekali”. “Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”
Bahasa Indonesia
9. 15
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
g) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Sdr. Abdullah, Jalan Tanjung 26, Jakarta Surabaya, 23 Mei 2009 Jakarta, Indonesia h) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh: Arifin, E. Zaenal. 2003. Bahasa yang Lugas dalam Laporan Teknis. Jakarta: Akademi Pressindo. i)
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama keIuarga atau marga. Contoh: A. Paramesti, S.E. Paramardhika, S.H., M.A.
j)
Tanda koma dipakai di muka angka persepuIuhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan. Contoh: 12,54 m Rp10.000,00
k) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. (Iihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.). Contoh: Atasan saya, Pak Muhtar, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang makan sirih. l)
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan Iangsung tersebut berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan mendahuIui bagian Iain dalam kalimat itu. Contoh: "Di mana Saudara tinggal? " tanya Karim.
Bahasa Indonesia
9. 16
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
3) Penulisan Tanda Titik Koma (;) a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga. b) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menonton televisi; Saya sendiri asyik mendengarkan lagu. 4) Penulisan Tanda Titik Dua (:) a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh: Yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang berikut: kursi, meja, dan Iemari. FakuItas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerIukan pemerian. Contoh: Ketua
: Rahadyan P.
Sekretaris
: A.N. Paramesti
Bendahara
: B. Hartawan
c) Tanda titik dua tidak dipakai kaIau rangkaian atau pemerian itu merupakan peIengkap yang mengakhiri pemyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
Bahasa Indonesia
9. 17
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
5) Penulisan Tanda Hubung (-) a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oIeh pergantian baris. Contoh: ... ada cara baru juga Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pangkaI baris. Contoh: memenuh-i Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkaI baris b) Tanda
hubung
menyambung
awalan
dengan
bagian
kata
di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Contoh: ... cara baru mengukur panas. c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: kemerah-merahan tukar-menukar d) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjeIas hubungan bagianbagian ungkapan. Bandingkan: tiga-puluh dua-pertiga
(302/3)
tiga-puluh-dua pertiga
(32/3)
e) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimuIai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. Contoh: se-Indonesia se- Jawa Barat tahun 50-an KTP-nya
Bahasa Indonesia
9. 18
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
f)
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Contoh: di-charter pen-tackle-an
6) Penulisan Tanda Petik ("...") a) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. Contoh: Bacalah “Penulisan Kata” dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan! b) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus. Contoh: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "si Hitam".
7)
Tanda Petik Tunggal ('...') Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: rate of inflation 'laju infIasi'.
8)
Tanda Garis Miring (/) a) Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Contoh: No. 7/PW/2009. b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat. Contoh: Mahasiswa/mahasiswi harganya Rp15.000,00/lembar Jalan Daksa I/3
Bahasa Indonesia
9. 19
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Kegiatan Belajar 3: DIKSI 1. Pengertian Diksi Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi adalah ketepatan pilihan kata . Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif
yang
dapat
mengungkapkan
gagasan
secara
tepat
sehingga
mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. 2. Syarat Diksi Dalam memilih kata, terdapat dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan menyangkut makna serta aspek logika kata-kata. Kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan maksud yang ingin diungkapkan. Selanjutnya persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan situasi dan keadaan pembaca (aspek sosial kata-kata). Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Syarat- syarat ketetapan pilihan kata: a. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat, Makna denotatif (denotasi) dapat diartikan sebagai makna sebenarnya, makna yang sesuai dengan apa adanya, atau makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan
hasil
observasi
(pengamatan)
menurut
penglihatan,
penciuman,
pendengaran, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif. Contoh: wanita dan perempuan secara konseptual sama; kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya). Sementara itu makna konotatif (konotasi) berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu.
Bahasa Indonesia
9. 20
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Contoh: Megawati dan Susilo Bambag Yudhoyono berebut kursi presiden.
Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono tarik-menarik kursi. Kata kursi pada kalimat di atas berarti jabatan presiden. b.
Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim Contoh: adalah, ialah, merupakan, yaitu, dalam pemakaiannya berbeda-beda. Perhatikan contoh berikut: Pasar Contoh merupakan salah satu pilot project Program Pasar Sehat Kementerian Kesehatan. Pasar di DKI Jakarta yang menjadi prioritas Pasar Contoh adalah Pasar Johar Baru, Pasar Tebet Barat, Pasar Grogol dan Pasar Koja Baru.
c.
Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, Contoh: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
d.
Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat Contoh: dilegalisir seharusnya dilegalisasi koordinir seharusnya koordinasi.
e.
Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar Contoh: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
f.
Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikit
Bahasa Indonesia
9. 21
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin tepat. Contoh: Kata umum
Kata khusus
Melihat
melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,
Berjalan
tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap
Jatuh
terpeleset, terjengkang, tergelincir, terjerembab, terperosok, terjungkal
tersungkur,
g. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, Contoh: issu (berasal dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus). h.
Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi Contoh: Sinonim: saya dan aku Homofoni: syarat (tuntutan yang harus dipenuhi) dengan sarat (penuh,; berat) Homografi: apel (buah apel), apel (upacara),
i. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa objek yang dapat diamati. Dalam suatu tulisan biasanya penjelasan dimulai dengan kata abstrak (konsep tertentu) dengan penjelasan yang menggunakan kata-kata konkret. Perhatikan contoh berikut: Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GN-WOMI) merupakan satu inisiatif kegiatan dari Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal, sebagai suatu gerakan nasional yang melibatkan seluruh pihak baik instansi pemerintahan, masyarakat umum dan stakeholder (pabrik farmasi, distributor, dan sebagainya) untuk berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran untuk memerangi obat dan makanan ilegal. Kata stakeholder merupakan kata abstrak sedangkan kata pabrik farmasi dan distributor merupakan kata konkret
Bahasa Indonesia
9. 22
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung, sebagai berikut: a. Menggunakan
ragam
baku
dengan
cermat
dan
tidak
mencampuradukan
penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan.
Baku
Tidak Baku
Izin
Ijin
Suplai
Supply
Kosmetik
Kosmetika
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, Contoh: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus). c. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat, Contoh: Baku
Tidak Baku
sesuai dengan
sesuai bagi
melainkan juga
bukan hanya
Juga
tidak hanya
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu Contoh: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. e. Menggunakan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (suratmeyurat, diskusi umum) f.
Menggunakan kata popular Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular).
g. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam bahasa tulis) Contoh: tulis, baca, kerja (bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikerjakan, (bahasa tulis).
Bahasa Indonesia
9. 23
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Kegiatan Belajar 4: KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan- gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. 1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif Ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut: a. kesepadanan, yaitu memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa. Ciri-ciri kesepadanan adalah kalimat memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek dan keterangan. Contoh: (a) Jakarta, 22-24 Mei 2013, Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) melaksanakan Pertemuan Persiapan ISO 27001:2005. (tidak efektif) Seharusnya: (b) Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) melaksanakan Pertemuan Persiapan ISO 27001:2005 pada tanggal 22-24 Mei 2013 di Jakarta. (efektif) Pada kalimat (a) bagian kalimat Jakarta, 22-24 Mei 2013, yang digunakan dapat membingungkan karena tidak jelas maksudnya. Dibandingkan dengan kalimat (b), dengan merubah struktur kalimat dan menambah kata penghubung pada dan di, maka bagian kalimat Jakarta, 22-24 Mei 2013 tersebut menjadi jelas maksudnya untuk menerangkan waktu dan tempat. b. kesejajaran bentuk atau keparalelan, yaitu kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Maksudnya adalah jika kalimat pertama menggunakan kata kerja, kalimat kedua dan seterusnya juga menggunakan kata kerja. Contoh: (a) Untuk standar keamanan data dan informasi, perlu merevisi 2 (dua) SOP Bidang Teknologi Informasi, PIOM dan ditambah dengan SOP keamanan data dan informasi.
Bahasa Indonesia
9. 24
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Seharusnya: (b) Untuk standar keamanan data dan informasi, perlu merevisi 2 (dua) SOP Bidang Teknologi Informasi dan menambah SOP keamanan data dan informasi. Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu merevisi dan ditambah. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu menjadi merevisi dan menambah seperti pada kalimat (b).
c.
Kehematan dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk kehematan, antara lain: 1) menghilangkan pengulangan subjek, Contoh: (a) Meskipun kosmetik bukan termasuk obat, namun banyak dijumpai kosmetik mengandung atau dicampur dengan bahan obat. Seharusnya: (b) Meskipun bukan termasuk obat, namun banyak dijumpai kosmetik mengandung atau dicampur dengan bahan obat. 2) menghindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata, Contoh: (a) Pilihlah produk kosmetik yang sesuai fungsi, tujuan dan manfaatnya. Seharusnya: (b) Pilihlah kosmetik yang sesuai fungsi, tujuan dan manfaatnya. 3) menghindari kesinoniman dalam satu kalimat, Contoh: (a) Bila timbul iritasi atau efek samping lainnya, segera hentikan penggunaan kosmetik. Seharusnya: (b) Bila timbul iritasi atau efek samping, segera hentikan penggunaan kosmetik. 4) tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Contoh: (a) Jika terjadi kemerahan, gatal, melepuh atau nyeri, maka kemungkinan pengguna sensitif atau alergi terhadap produk atau beberapa komponenkomponen dalam produk tersebut.
Bahasa Indonesia
9. 25
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Seharusnya: (b) Jika terjadi kemerahan, gatal, melepuh atau nyeri, maka kemungkinan pengguna sensitif atau alergi terhadap produk atau beberapa komponen dalam produk tersebut. d.
Kecermatan, yaitu kalimat yang digunakan tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambigu). Kecermatan meliputi beberapa aspek, antara lain ketepatan dalam struktur kalimat, pemilihan kata, serta penggunaan ejaan. Contoh: Terdapat delapan sarana produksi yang diaudit dalam kegiatan kali ini. Seharusnya: Terdapat delapan sarana produksi pangan yang diaudit dalam kegiatan kali ini.
e. Kepaduan atau koherensi, yaitu kepaduan pernyataan dalam kalimat yang digunakan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah (sistematis). Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk keterpaduan, antara lain: 1) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Contoh: (a) Pada pertemuan ACCSQ-PPWG ke-20 kali ini, diharapkan terjadi dialog dan interaksi dalam menghasilkan kesepakatan yang dapat memfasilitasi pertumbuhan industri farmasi terutama perdagangan inter dan intra wilayah ASEAN tanpa mengesampingkan jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat yang beredar di wilayah ASEAN. Seharusnya:
2)
(b) Pada pertemuan ACCSQ-PPWG ke-20, diharapkan menghasilkan kesepakatan untuk memfasilitasi pertumbuhan industri farmasi terutama perdagangan inter dan intra wilayah ASEAN tanpa mengesampingkan jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Contoh: (a) Pemirsa paham akan pentingnya informasi tentang produk obat dan makanan yang ilegal. Seharusnya: Pemirsa paham akan pentingnya informasi produk obat dan makanan yang ilegal.
Bahasa Indonesia
9. 26
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
(b) Mereka menyampaikan daripada ekspektasi masyarakat terhadap Badan POM. Seharusnya: Mereka menyampaikan ekspektasi masyarakat terhadap Badan POM. f.
Kelogisan, yaitu ide kalimat yang digunakan dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran, yaitu proses berpikir untuk menghubungkan fakta yang ada sehingga tercipta suatu simpulan. Contoh: (a) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak logis) Seharusnya: Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (logis) (b) Waktu dan tempat kami berikan. (tidak logis) Seharusnya: Waktu dan tempat kami persilahkan. (logis)
g.
Kevariasian dalam struktur kalimat, yaitu membuat kalimat yang tidak monoton dan menjemukan. Contoh: (a) Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) merupakan penerapan yang mutlak dilakukan oleh setiap pelaku usaha produksi pangan. Seharusnya: (b) Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) merupakan proses yang mutlak dilakukan oleh setiap pelaku usaha produksi pangan. Selain itu, dapat dilakukan variasi seperti: 1) Variasi dalam pembukaan kalimat, frasa keterangan tempat atau waktu diletakan di awal kalimat Contoh: Dari desa yang terpencil, ia merantau ke Bandung. 2) Variasi dengan menggunakan frasa verbal Contoh: Merombak kendaraan tua adalah kegemarannya.
Bahasa Indonesia
9. 27
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Kegiatan Belajar 5: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS 1. PenuIisan Bagian Surat yang Benar Surat merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi. Informasi yang disampaikan secara tertulis dalam surat dapat berbentuk pernyataan, pemberitahuan, permintaan, dan lain-lain. Informasi akan mencapai sasarannya jika bahasa yang digunakan dapat mengungkapkan isi surat sesuai dengan sifat surat serta kedudukan penulis dan pembaca surat.
a. Tanggal Surat Cara penulisan tanggal untuk surat yang menggunakan kop instansi tidak perlu mencantumkan alamat atau nama kota, karena hal itu sudah tercantum dalam kepala surat. Penulisan tanggal selalu diikuti dengan nama bulan dan tahun. Contoh: -
Jakarta, 14 September 2009 (tanpa kepala surat lengkap)
-
15 September 2009 (memakai kepala surat)
b. Nomor Surat Secara umum rangkaian nomor surat terdiri atas nomor urut, kode, bulan dan tahun pembuatan surat. Nomor urut menggunakan angka Arab, kode bervariasi, bulan dengan angka Romawi dan tahun ditulis utuh dan dapat ditulis dua angka belakangnya saja. Penempatan nomor surat disesuaikan degan bentuk dan sistem penulisannya, yaitu: 1) Diletakkan di sebelah kiri atas kertas untuk surat berperihal 2) Diletakkan di bawah judul untuk surat berjudul Contoh: Nomor: 2107/FB/U1.5/2009 No.: 2212/A/C/IX/2009 c. Alamat Tujuan Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan alamat tujuan adalah: 1) Kata kepada tidak wajib dipakai, karena mengandung unsur kemubaziran 2) Ungkapan ”Yang terhormat” atau singkatannya ”Yth.” dipakai untuk: §
Menghormati
orang
atau
pihak
yang
dikirim
surat.
Misalnya atasan, teman, kolega atau relasi kerja.
Bahasa Indonesia
9. 28
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
§
Menghormati pihak yang dituju dalam kedudukannya sebagai pejabat suatu lembaga, organisasi atau perusahaan.
3) Ungkapan ”Yang terhormat” atau ”Yth.” tidak perlu dipakai apabila alamat yang dituju tidak menyebutkan nama atau jabatan seseorang. 4) Sebutan ”Bapak”, ”Ibu”, atau ”Sdr.” hanya dipergunakan apabila diikuti nama orang. Kata-kata sebutan tersebut tidak perlu digunakan apabila pihak yang dituju adalah lembaga atau jabatan tertentu. Contoh: Yth. Direktur Astri Budi Luhur
Yth. Ibu H. Siti Aisyiah, S.H.
Jalan Cileduk Raya, Petukangan Utara
Jalan Menteng Raya No. 62
Jakarta Selatan
Jakarta Pusat
PT Global Sarana Komputindo Jalan Pemuda No. 55 Medan 15320 Sumatera Utara 2. Pengembangan Paragraf dalam Surat Dinas Paragraf (alinea) adalah seperangkat kalimat yang membahas satu topik atau hanya mengacu pada satu gagasan pokok. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Dalam pengembangan paragraf terdapat berbagai teknik yang digunakan agar paragraf yang kita kembangkan menjadi teratur dan baik. Sehingga maksud dan tujuan yang ingin kita bahas dalam suatu tulisan dapat tersampaikan dengan jelas. Paragraf yang baik perlu menerapkan tiga asas yang lebih berkenaan dengan gagasan yang hendak disampaikan dan tiga asas yang lebih menyangkut tatanan dalam menyampaikan gagasannya. Asas-asas yang berkenaan dengan gagasan yang hendak disampaikan, yaitu: a. kejelasan, berarti sifat tidak samar-samar, mudah dipahami, atau paragraf itu tidak
mungkin disalahtafsirkan. b. keringkasan, tidak berarti bahwa paragraf harus pendek atau singkat, melainkan
bahwa paragraph tidak berboros kata, tidak berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide yang sama, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan pendapat. c. ketepatan, berkenaan dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud
Bahasa Indonesia
9. 29
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan menaati aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, perisitilahan, kelaziman bahasa, dan sebagainya.
Asas-asas yang menyangkut tatanan dalam menyampaikan gagasannya, yaitu: a. Kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu yang disajikan dalam paragraf harus
berkisar pada satu gagasan pokok atau pikiran utama paragraf. Segala pikiran yang disajikan harus relevan dengan gagasan. b. Petautan atau koherensi, adalah asas yang menghendaki agar ada saling kait
antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain dalam tiap paragraf (dan juga antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain). Pertautan menghendaki agar jangan ada kata atau frase yang tidak jelas rujukannya. c. Harkat
(kelengkapan, pengembangan yang memadai), adalah asas yang
menghendaki paragraf benar-benar berbobot dan berisi. Bila mengemukakan pikiran yang harus diterangkan (D = yang diterangkan), dan kita harus menerangkan secara memadai sehingga menjadi jelas (M = yang menerangkan). Dalam membangun paragraf harus menerapkan hukum DM dengan sebaikbaiknya: satu D dengan jumlah M yang memadai dan lengkap. Sehingga asas harkat juga disebut asa pengembangan yang memadai. 1) Contoh Pengembangan Paragraf Pembuka
a) Contoh Paragraf Pembuka Surat Pemberitahuan
(1) Sehubungan dengan pengembangan e-Registrasi Obat di Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi, bersama ini kami sampaikan bahwa site aero.pom.go.id akan ditutup pada hari Kamis, 23 Mei 2013. (2) Sehubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan publik online, dengan ini kami informasikan bahwa Layanan Publik e-bpom akan terhenti pada hari Sabtu tanggal 6 April 2013. a) Contoh Paragraf Pembuka Surat Permohonan (1) Dalam rangka peningkatan status CPNS menjadi PNS, dengan ini kami mohon bantuannya untuk menjadwalkan dan menyelenggarakan Diklat Prajabatan Golongan II dan Golongan III bagi CPNS Badan POM. (2) Dengan ini kami mohon kesediaan Saudara untuk menjadi narasumber dalam kunjungan Mahasiswa Universitas Indonesia pada tanggal 18 Juni 2013.
Bahasa Indonesia
9. 30
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
b) Contoh Paragraf Pembuka Surat Undangan Paragraf pembuka surat undangan lazimnya bersatu dengan paragraf isi surat karena pernyataan yang tertera pada isi surat tersebut hanyalah mengharapkan kehadiran seseorang atau lebih dalam suatu kegiatan. Contoh: (1) Kami mengundang Saudara pada rapat persiapan Lomba Karya Tulis Ilmiah yang akan kami selenggarakan Pada hari : Selasa Tanggal : 15 September 2009 Pukul : 09.00 Tempat : Ruang Mawar. (2) Kami mengharapkan kehadiran Saudara untuk memberikan arahan pada Pembukaan Rapat Koordinasi, yang akan di selenggarakan pada hari Senin, tanggal 2 Mei 2009, pukul 13.00--15.00, di Ruang KP, Jalan Daksinapati Barat VI, Jakarta 13220. 2)
Contoh Pengembangan Paragraf Penutup Surat a) Contoh Paragraf Penutup Surat Pemberitahuan (1) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. (2) Atas perhatian Saudara, kami sampaikan terima kasih. b) Contoh Paragraf Penutup Surat Permintaan (1) Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih. (2) Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami ucapkan terima kasih. (3) Contoh Paragraf Penutup Surat Undangan (4) Atas perhatian serta kehadiran Saudara, kami ucapkan terima kasih. (5) Karena pentingnya acara tersebut, kami harapkan kehadiran Saudara tepat waktu. (6) Contoh Paragraf Penutup Surat Keterangan (7) Surat keterangan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya. c) Contoh Paragraf Penutup Surat Tugas (1) Tugas ini harap dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bahasa Indonesia
9. 31
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
3. Contoh Surat Dinas di Badan POM RI
Nomor Lampiran Perihal Yth.
: KP.03.01.243.05.13.03037 : 1 (satu) berkas : Informasi penawaran beasiswa pemerintah Australia tahun 2014
Jakarta, 8 Mei 2012
1. Pejabat Eselon II di lingkungan Badan POM RI 2. Kepala Balai Besar / Balai POM di seluruh Indonesia
Sehubungan dengan surat Australia Awards Office bulan April 2013 perihal Informasi tentang program beasiswa Pascasarjana Australia Awards Scholarships – Periode Aplikasi 2013/14, bersama ini kami inform asikan bahwa Pemerintah Australia menyediakan 500 beasiswa Australian Development Scholarship (ADS) periode Aplikasi 2013/14. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi calon penerima beasiswa ADS adalah melampirkan: a. Rekomendasi Pimpinan Unit Kerja. b. Copy Akta Kelahiran. c. Copy Paspor/KTP/kartu identitas Nasional. d. Copy Ijasah dan Transkip S1 yang telah dilegalisir (cap asli) bagi pelamar program S2 dan S3 e. Copy Ijasah dan Transkip S2 yang telah dilegalisir (cap asli) bagi pelamar program S3 f. Copy Ijasah dan Transkip D3 yang telah dilegalisir (cap asli) bagi pelamar program S2 dan S3 yang sebelumnya menyelesaikan pendidikan melalui D4 atau S1 Ekstensi g. Hasil IELTS atau TOEFL ITP original yang diambil minimal tahun 2012 atau 2013 h. Referensi Akademik dari pembimbing S2 bagi pelamar program S3. i. Proposal penelitian bagi pelamar program S2 (Full Research) dan pelamar program S3. j. Mengirimkan form aplikasi (form dapat diunduh melalui website) Informasi lebih lanjut tentang pengiriman aplikasi dapat diakses melalui website www.australiaawardsindo.or.id, sedangkan inform asi test IELTS dan TOEFL dapat diakses melalui website www.ielts.org.au. dan www.ets.org/toefl. Agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh unit kerja Saudara. Terlampir daftar program studi untuk dapat dijadikan acuan bagi pegawai Badan POM dalam memilih program studi yang akan diusulkan. Kiranya usulan kelengkapan calon penerima beasiswa ADS dapat dikirimkan ke Biro Umum cq. Bagian Pengembangan Pegawai Badan POM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat sebelum tanggal 19 Juni 2013. Demikian informasi ini kami sampaikan untuk dapat dimanfaatkan di Unit Kerja Saudara. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terima kasih. Kepala Biro Umum ttd Ema Setyawati, S.Si., Apt., ME NIP. 19690107 199603 2 001 Tembusan Yth. 1. Sekretaris Utama Badan POM 2. Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri
BA D A NP E NGA WA S O B A TD A N MA KA NA NR E P UB L I K I ND O N ES IA Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat 10560 Indonesia, Telp. 4244691, 4209221, 4263333, 4244755, 4241781, 4244819, Fax: 4245139 Email:
[email protected]; www.pom.go.id
Bahasa Indonesia
9. 32