KURIKULUM KTSP 2006
MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMA DAN MA KELAS X SEMESTER 1 DAN 2
Disusun Oleh ; Drs. ABDUL RASYID, M.M.Pd. SAEPUL ANWAR, S.Pd. ASEP PURNAMA, S.Pd.
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya modul pembelajaran ini dapat disusun dan sdiselesaikan sebagai bahan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas X (Sepuluh) SMA dan MA. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita senantiasa dalam alur sunnah rahmatan lil'alamin. Modul pembelajaran ini disusun dengan pendekatan sederhana serta menyeimbangkan antara materi pembelajaran dan latihan pembelajaran. Modul pembelajaran ini pun dapat digunakan pada kegiatan pembelajaran semester 1 dan semester 2. Hal ini diharapkan dapat membantu peserta didik memahami materi pembelajaran sekaligus bahan pendalaman materi. Selain itu, Pendidik (Guru) pun memperoleh bahan pembelajaran yang dapat disajikan di kelas. Penyajian isi pembelajaran terbagi atas beberapa bagian utama dimulai dari Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pembelajaran Serta Materi Pembelajaran. Selain itu, di setiap akhir pembelajaran disajikan latihan pembelajaran guna memperkuat pemahaman peserta didik. Tak lupa kami pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Abdul Rasyid, M.M.Pd. selaku penanggung-jawab serta pihak-pihak lainnya yang secara langsung maupun tak langsung berperan serta dalam penyusunan modul ini, khususnya para penulis yang buku dan sumber tulisan lainnya dijadikan bahan referensi guna melengkapi materi pembelajaran hingga akhirnya modul pembelajaran ini sampai ke tangan Bapak/Ibu. Kami menyadari bahwa penyusunan modul pembelajaran ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan penyusunan modul pembelajaran berikutnya di masa yang akan datang.
Cianjur, Nopember 2015 Penyusun
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
i
Daftar Isi Pengantar ….......................................................................................................... i Daftar Isi …............................................................................................................ ii PEMBELAJARAN SEMESTER I Modul1.Berita ....................................................................................................... 1 Modul 2. Cerita Pendek : Unsur Intrinsik dan Ekstinsik ........................................ 5 Modul 3. Memperkenalkan Diri ............................................................................. 8 Modul 4. Artikel : Mendiskusikan Masalah Dalam Artikel ..................................... 9 Modul 5. Pengalaman Pribadi ............................................................................. 11 Modul 6. Membaca Cepat .................................................................................. 13 Modul 7. Membaca Ekstensif ............................................................................. 15 Modul 8. Paragraf Naratif ................................................................................... 17 Modul 9. Paragraf Deskriptif .............................................................................. 19 Modul 10. Paragraf Ekspositif ............................................................................ 21 Modul 11. Memahami Puisi ................................................................................ 24 Modul 12. Mengungkapkan Isi Puisi ................................................................... 27 Modul 13. Cerita Pendek .................................................................................... 29 Modul 14. Nilai Cerita Pendek ............................................................................ 36 Modul 15. Cerita Pendek .................................................................................... 38 Modul 16. Membaca Puisi .................................................................................. 39 Modul 17. Menulis Puisi Lama ........................................................................... 42 Modul 18. Menulis Puisi Baru ............................................................................. 46 PEMBELAJARAN SEMESTER II Modul 19. Mendengarkan Informasi Langsung .................................................. 54 Modul 20. Mendengarkan Informasi Tidak Langsung ........................................ 57 Modul 21. Berkomentar : Kritik .......................................................................... 60 Modul 22. Berkomentar : Memberikan Persetujuan/Tidak Setuju …................... 62 Modul 23. Membaca Memindai .......................................................................... 65 Modul 24. Membaca Grafik ................................................................................ 67 Modul 25. Menulis Paragraf Argumentatif .......................................................... 69
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
ii
Modul 26. Menulis Paragraf Persuasif ............................................................... 74 Modul 27. Menulis Hasil Wawancara ................................................................. 77 Modul 28. Pidato ................................................................................................ 80 Modul 29. Cerita Rakyat ..................................................................................... 85 Modul 30. Latar Cerita Rakyat ............................................................................ 90 Modul 31. Puisi : Gambaran Pengindraan ......................................................... 93 Modul 32. Puisi : Hubungan Puisi Dengan Realitas Alam ................................. 96 Modul 33. Sastra Melayu Klasik : Karaktersitik Sastra Melayu Klasik ............... 99 Modul 34. Sastra Melayu Klasik : Nilai-Nilai Sastra Melayu Klasik .................. 103 Modul 35. Menulis Cerpen : Pengalaman Pribadi ............................................ 109 Modul 36. Menulis Cerpen : Pengalaman Orang Lain ...................................... 111 Daftar Pustaka …................................................................................................ iv Tentang Penyusun …........................................................................................... v
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
iii
MODUL PEMBELAJARAN SEMESTER I (GANJIL)
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
iv
MODUL 1. BERITA A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung B. Kompetensi Dasar 1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronik (berita dan nonberita) C. Indikator
Menuliskan isi siaran radio/televisi dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami.
Menyampaikan secara lisan isi berita yang telah ditulis secara runtut dan jelas.
Mengajukan
pertanyaan/tanggapan
berdasarkan
informasi
yang
didengar (menyetujui, menolak, menambahkan pendapat). D. Materi Pembelajaran Pernahkah anda mendengarkan sebuah wawancara atau berita? Kemudian menuliskannya dalam sebuah laporan ringkas? Sebagai acuan utama dalam membuat ringkasan siaran wawancara atau berita, Anda harus menemukan pokok-pokok isi berita tersebut. Rumus utamanya dapat menggunakan 6 (enam) pertanyaan pokok (rumus 5 W + 1 H), yakni; •
What (apa)
; Apa yang menjadi pokok pembicaraan.
•
Where (di mana) ; Dimana peristiwa tersebut berlangsung.
•
When (kapan)
; Kapan peristiwa tersebut berlangsung
•
Who (siapa)
; siapa saja pihak yang terlibat dalam peristiwa
tersebut. •
Why (mengapa) ; Mengapa peristiwa itu bisa terjadi (berkaitan dengan sebab), dan
•
How (bagaimana)
; Bagaimana peristiwa tersebut terjadi (dampak,
akibat). Untuk lebih memahami materi pembelajaran, perhatikanlah contoh sebagai Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
1
berikut. Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) Resmi Diluncurkan Jakarta
--
Program
Pendidikan
Menengah
Universal
(PMU)
resmi
diluncurkan hari ini, Selasa (25/6/2013) di Plasa Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Mendikbud Mohammad Nuh secara resmi meluncurkan program tersebut, yang juga dihadiri sejumlah mantan Menteri Pendidikan, gubernur, bupati/walikota dan pemangku kepentingan pendidikan nasional. Peluncuran program ini menandai dimulainya pelaksanaan PMU di seluruh provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Mendikbud menyatakan bahwa program PMU ini adalah program yang sangat strategis untuk pembangunan bangsa Indonesia di masa depan dalam rangka menyiapkan generasi 100 tahun kemerdekaan Indonesia. "Ini program yang sangat strategis untuk adik-adik kita, untuk bangsa kita ke depan," ujar Mendikbud dalam peluncuran tersebut. Salah satu latar belakang PMU, menurut Menteri Nuh, adalah adanya potensi jumlah penduduk usia produktif yang sangat besar di Indonesia dalam beberapa dekade ke depan. "Pertanyaannya adalah apakah populasi usia produktif ini nanti menjadi bonus demografi atau bencana demografi, tentunya kita ingin menjadikannya bonus demografi," kata Mantan Rektor ITS tersebut. Program PMU ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah. Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Menengah Kemdikbud Hamid Muhammad menyatakan bahwa APK pendidikan menengah sampai tahun 2012 sebesar 78,9%. "Dengan PMU, ditargetkan pada tahun 2020 APK pendidikan menengah dapat meningkat menjadi 97%," kata Hamid Muhammad. Berdasarkan teks berita di atas, berikut analisis pokok-pokok beritanya. Unsur-Unsur Berita 1. Apa peristiwa tersebut?
Uraian Berita 1.
Peluncuran Program Pendidikan Menengah Universal
2. Siapa yang menyampaikan peristiwa tersebut?
(PMU). 2.
Mohammad Nuh, sebagai Menteri Kemdikbud
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
2
3. Di mana peristiwa itu terjadi? 3.
Di Plasa Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan dan
4. Kapan peristiwa itu terjadi? 5. Mengapa peristiwa itu terjadi?
Kebudayaan, Jakarta. 4.
Hari Selasa tanggal 25 Juli 2013
5. 6. Bagaimana keadaan/akibat-
Untuk menyiapkan generasi Indonesia masa depan yang
akibatnya?
berpotensi besar sebagai usia produktif. 6.
Program PMU ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah.
Adapun ringkasan yang dapat dirangkum dalam pokok-pokok berita di atas adalah sebagai berikut. Mohammad Nuh sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) pada Selasa, 25 Juli 2013. Hal ini dilakukan guna menyiapkan generasi usia produktif sebagai aset demografi. Program PMU ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah. E. Latihan Pembelajaran Guna meningkatkan pemahaman materi pembelajaran, kerjakanlah latihan berikut ini. Peluncuran GrOS Albarkah Cianjur-- Sekitar 20 unit PC di Laboratorium Bahasa SMP dan SMA AlBarkah Cikalongkulon Kabupaten Cianjur, Jawa Barat telah bermigrasi menggunakan Sistem Operasi GrombyangOS 2.0 versi Edukasi. Hal ini berkaitan dengan peresmian Gros Albarkah oleh Drs. Abdul Rasyid, M.M.Pd. Selasa (8/92015) di sekolah tersebut. Menurut Saepul Anwar, Jika pengadaan perangkat komputer di sekolah Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
3
harus pula dibebani dengan pembelian lisensi sistem operasi, tentu biaya yang harus dikeluarkan sekolah semakin membengkak. “Belum lagi pembelian beberapa
aplikasi
GrombyangOS,
yang
biaya
bisa
harganya dialihkan
fantastis. untuk
Dengan
kebutuhan
menggunakan lain.”
Tuturnya.
GrombyangOS telah menyediakan secara lengkap sebuah sistem operasi sempurna sekaligus paket aplikasi lainnya yang siap digunakan, baik untuk kebutuhan pribadi maupun instansi. Abdul Rasyid berharap dengan dibukannya Gros Albarkah ini akan tercipta siswa-siswi yang kreatif, mandiri serta mampu memanfaatkan sistem operasi berbasis pendidikan yang dapat dikembangkan bersama serta disebar-luaskan secara bebas dan terbuka. “ini adalah langkah awal kami menjadi bagian dari komunitas GNU/Linux Indonesia.” Petunjuk pengerjaan. 1. Catat pokok-pokok isi siaran berita di atas. 2. Ringkaslah pokok-pokok isi berita tersebut ke dalam sebuah paragraf. 3. Kemukakanlah tanggapan Anda terhadap isi berita tersebut. 4. Kemukakan ringkasan beserta tanggapan Anda tersebut di depan kelas secara jelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
4
MODUL 2. CERITA PENDEK A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung . B. Kompetensi Dasar 1.2. Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/ melalui rekaman. C. Indikator Menyampaikan unsurunsur intrinsik ( tema, penokohan, konflik, amanat, dll.) Menyampaikan unsur- unsur ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.) Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang
disampaikan teman
D. Materi : Cerita Pendek Cerita Pendek atau Cerpen merupakan salah satu karya Sastra berbentuk prosa (narasi ; bercerita). Sebuah cerpen dibangun berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Adapun unsur intrinsik cerpen (in-; dalam) adalah unsur yang berasal dari dalam sebuah cerpen sehingga membentuk satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan tempat), gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat. •
Tema,
merupakan
pokok
cerita.
Misalnya
tema
ketuhanan,
kepahlawanan, setia kawan, cinta-asmara, dan sebagainya. •
Penokohan (tokoh dan watak) adalah para tokoh beserta wataknya masing-masing yang mampu berdialog dalam cerita pendek.
•
Alur cerita (Plot) merupakan jalinan peristiwa yang membentuk sebuah cerita.
•
Latar (Setting) meliputi tempat dan waktu kejadian cerita.
•
Gaya bahasa merupakan ciri khas penyampaian bahasa yang diceritakan penulis.
•
Konflik merupakan permasalahan yang diungkap dalam cerita
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
5
•
Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah ia sebagai tokoh utama (sang Aku), ataukah si pendongeng saja.
•
Amanat merupakan pesan moral yang terkandung dalam cerita.
Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen (eks-; luar) adalah unsur yang berasal dari luar namun turut serta mempengaruhi sebuah cerpen. Unsur ekstrinsik ini meliputi nilai moral, nilai kebudayaan, nilai agama, latar kehidupan penulis, latar ekonomi, latar sosial-politik, dan sebagainya. Untuk lebih memahami pembelajaran ini, simaklah kutipan cerpen sebagai berikut. Ziarah ke Laut (Karya Faisal Syahreza) BERGEGASLAH ia meninggalkan kota. Ia selalu lari menuju laut. Bukan karena ramai di sana. Sebaliknya, justru selagi laut menjadi sepi. Ia ingin sendiri. Ia menziarahi langit. Langit seakan tinggal guratan berwarna merah padam. Di barat, rupanya matahari segera tenggelam. Entah apa yang dicari Tatistika di sana. Di laut. Mungkin burung, ikan, nelayan, karang, atau bisa juga ombak yang menamparkan angin ke wajahnya. Ia hanya duduk setibanya di sana. Menyatu dengan pantai. Ia menjelma indahnya pantai. "Tika, datanglah kemari!" Suara mahagaib, selalu saja mengajaknya agar esok atau lusa ia datang lagi ke laut. Pernah sekali ia ketiduran di rumahnya, ia lupa menengok laut kesayangannya. Sampai suara itu masuk ke dalam mimpi. Seperti suara bapaknya yang telah lama tiada. Dalam mimpi itu, Tatistika jelas sekali melihat bapaknya. Dan bapaknya memang berpesan: Ketika kau ingin mengeluh padaku pergilah ke laut! Begitu pula bila engkau sedang kesepian atau engkau merasa sendiri. Temuilah laut! Sejak saat itu, tak ada tempat yang sering ia datangi selain laut. "Tika, berenanglah bersama ikan, menyelam melihat karang, dan benamkan dirimu di pelukan laut!" Tatistika hanya tersenyum mendengar angin berbisik. Ia selalu menyentuh pasir lembut. Kadang ia juga tertidur di pantai. Bahkan lebih nyenyak dari pada tidur di rumah ataupun tempat di mana pun. Temannya menjelang malam adalah kumbang. Berbaris- garis. Ia biasanya menyapa. Kembali Tatistika tersenyum merasakan lembut pasir, selembut rambut panjangnya tergerai. Sambil menatap Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
6
ke tengah lautan. Ia tidak pernah boros bicara. Cukup dengan hatinya, ia bernyanyi dan menangkap sekeliling suara. "Tika, engkau begitu setia. Tetaplah di sini! Tunggu aku suatu saat menjemputmu." Ombak pun genit menggodanya. Berusaha menyentuh jemari kaki Tatistika. Tapi Tatistika manja tak mau disentuh. Dingin katanya. Dan basah. Kalau basah mungkin ia tak bisa lama di pantai, karena ia masih tetap ingin menghabiskan rindunya pada laut, untuk menatap, dan melayangkan pandangan pada samudera mahaluas. Ketika semuanya selesai dan Tatistika telah menghabiskan berbagai keluhan, ia akan pulang. Lima atau enam jam biasanya ia habiskan waktu. Dan itu tak membuat Tatistika bosan. Justru bila ia tak menengok laut, ia akan sangat bosan. Dan sebelum ia pulang selalu ada yang dikatakan pada lautan. "Esok berikan aku kesempatan melihatmu lagi! Agar aku merasakan rinduku kepada orang-orang yang telah tiada." (Kutipan cerpen ”Ziarah Ke Laut, Faisal Syahreza, 2009) E. Latihan Pembelajaran Buatlah kelompok belajar kemudian temukanlah unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen ”Ziarah Ke Laut” di atas secara tepat. 1. Unsur intrinsik cerpen Ziarah Ke Laut meliputi ; tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan tempat), gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat. 2. Unsur ekstrinsik cerpen Ziarah Ke Laut meliputi ; nilai moral, nilai kebudayaan, nilai agama. 3. Sampaikanlah hasil diskusi kelompokmu di depan kelas secara bergiliran, kemudian tanggapi pula hasil diskusi kelompok lain secara santun.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
7
MODUL 3. MEMPERKENALKAN DIRI A. Standar Kompetensi: Berbicara 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. B. Kompetensi Dasar 12.1 Memperkenal-kan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan intonasi yang tepat. C. Indikator Mengucapkan kalimat perkenalan (misalnya, sebagai moderator dan atau
pembawa acara) dengan lancar dan intonasi yang tepat. Menggunakan diksi (pilihan kata) yang tepat. Menanggapi kekurangan yang terdapat pada pengucapan kalimat perkenalan
oleh teman.
D. Materi : Memperkenalkan diri dalam forum resmi Pada sebuah forum resmi, seseorang akan memperkenalkan diri kepada peserta forum. Hal ini perlu memerhatikan tata cara memperkenalkan diri kepada orang lain atau memperkenalkan orang lain kepada pihak tertentu secara baik dan efektif. Untuk berlatih memperkenalkan diri, perhatikanlah hal-hal berikut ini. 1. Gunakanlah bahasa yang sopan dan resmi, 2. Gunakan Nada bicara atau suara yang tidak tinggi/keras 3. Tidak merendahkan diri atau sebaliknya secara berlebihan, 4. Memperkenalkan diri sendiri atau orang lain dengan menjelaskan identitas seperti nama lengkap, pekerjaan, pengalaman organisasi, dan sebagainya yang dirasa perlu. Contoh Perkenalan diri Dalam kesempatan ini, kelompok kami akan menyampaikan topik unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen ”Ziarah Ke Laut” karya Faisal Syahreza. Namun, sebelum pada pembahasan tesebut, ijinkan kami memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Ridwan, bertindak sebagai moderator. Di sebelah kiri saya yakni Rida, Sutan, dan Wati yang akan menjadi narasumber.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
8
MODUL 4. ARTIKEL A. Standar Kompetensi: Berbicara 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. B. Kompetensi Dasar 2.2 Mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku) C. Indikator Mencatat masalah dari berbagai sumber Menanggapi masalah dalam berita, artikel, dan buku Mengajukan saran dan pemecahan masalah terhadap masalah yang
disampaikan Mendaftar kata-kata sulit dalam teks bacaan membahas maknanya
D. Materi Pembelajaran Sebuah artikel akan menyajikan pokok pembahasan yang khas. Namun, sebagai pembaca yang kritis perlu memahami dan mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut. Pada kesempatan ini, kita akan belajar mendiskusikan masalah yang terdapat dalam artikel serta mengidentifikasi kata-kata atau istilah yang belum dipahami. Bacalah artikel berikut ini. Ekosistem di Jakarta Kawasan Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, merupakan salah satu kawasan favorit bagi burung-burung bebas. Di sini dapat kita jumpai sekitar 20 jenis burung. Kita dapat berkenalan dengan burung kepondang yang berwarna kuning menyala beterbangan, me-lihat burung cabe yang sebesar jempol dan berwarna merah meluncur cepat atau bahkan berjumpa dengan burung beo yang bersuara keras dan jernih. Mengamati
burung-burung
bebas
ini
merupakan
kegiatan
yang
menyenangkan. Kita akan dapat melihat begitu ragamnya penampilan burung dari ukuran tubuh, warna bulu, atau bentuk paruhnya yang mencermin kan pola hidupnya. Misalnya, burung air mempunyai kaki berselaput untuk berenang, Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
9
burung pemangsa bercakar dan paruh tajam untuk mencabik atau burung sesap madu bertubuh langsing agar dapat masuk ke kelopak bunga guna menghisap madu. Kemampuan terbang burung pun berbeda-beda. Rajawali meluncur. Alapalap menukik dan menerkam, atau burung hantu melayang tanpa suara. Alat bantu utama untuk melihat burung bebas adalah teropong atau pinokuler agar detail burung dapat terlihat dengan jelas. Waktu pengamatan pun harus tepat pada jam-jam burung sibuk bersuara dan bergerak, yaitu pagi dan sore hari. Untuk mencari burung bebas tersebut mulailah dari sekitar halaman rumah sendiri berlanjut ke taman, pinggiran sungai atau pinggir an kota jika sudah mulai mahir meng amati, sebelum akhirnya ke pedesaan atau daerah hutan. Karena burung sangat sensitif, berpakaianlah yang tidak berwarna dan tidak bersuara ketika mengamati. Bagian yang paling menanti dalam pengamatan burung adalah kemampuan untuk mengenali jenis burung. Burung-burung yang terbang bebas memiliki fungsi ekologis. Jenis-jenis burung pemakan serangga menjaga keseimbangan agar populasi serangga tidak meledak se hingga menjelma menjadi hama. Burung penghisap madu membantu penyerbukan tumbuhan agar dapat berkembang biak. Karena itu, melestarikan burung bebas adalah sangat penting. (Sumber: Asri, 8 Desember 2007 dengan penyesuaian) E. Latihan Pembelajaran Setelah membaca artikel ”Ekosistem di Jakarta” di atas, kerjakanlah latihan berikut ini. 1. Catatalah permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut. 2. Buatlah tanggapan dalam setiap permasalahan yang ditemukan. 3. Tulislah kata-kata atau istilah yang belum dipahami yang terdapat pada artikel tersebut.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
10
MODUL 5. PENGALAMAN PRIBADI A. Standar Kompetensi: Berbicara 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. B. Kompetensi Dasar 2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat C. Indikator
Menyampaikan
secara
lisan
pengalaman
pribadi
(yang
lucu,
menyenangkan, mengharukan, dsb.) dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat.
Menanggapi pengalaman pribadi yang disampaikan teman
D. Materi Pembelajaran : Menyampaikan Pengalaman Pribadi Secara Lisan Sebelum menyampaikan pengalaman pribadi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni : •
Bersikap tenang, wajar, dan tidak dibuat-buat .
•
Gunakanlah kata-kata efektif.
•
Jangan menyampaikan hal yang bersifat SARA dan menyinggung pihak lain.
•
Kuasai suasana dan situasi kelas.
•
Ceritakanlah hal yang berkualitas (bermoral, bernilai, berwawasan, dan mendidik);
•
Gunakanlah gerak tubuh, raut muka dan ekspresi untuk mendukung cerita.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
11
Contoh : Undian Berhadiah Pengalaman ini tak akan pernah ku lupakan. Bagaimana tidak, ketika anak lain berangkat sekolah dengan menggunakan kendaraan, aku hanya berjalan kaki. Pagi itu, seperti biasa aku berangkat dengan hati riang. Perjalanan memakan waktu 40 menit karena jarak rumah ke Sekolah memang cukup jauh. Namun, siapa sangka di tengah perjalananku, dekat tong sampah besar aku menemukan amplop kecil yang tebal tertutup rapat. Masih terdapat perangko dan alamat lengkap. Aku baca, alamat tujuannya Jakarta. Sigap saja aku masukkan ke dalam tas dan buru-buru berjalan. Sesampainya di Sekolah, langsung aku menuju kelas yang masih sepi. Dengan ragu dan gugup aku buka amplop itu. Tebal dan bikin penasaran. Dalam pikiranku sudah macam-macam ; isinya uang, isinya uang. Buat jajan dan membeli sepatu baru. Sebelum ku buka, ku toleh kiri-kanan masih sepi. Aman. Lalu, pelan-pelan aku buka. Isinya aku keluarkan dengan mata terpejam. Saat mataku terbuka, sontak saja aku lempar aplop itu. Halah.. hanya setumpuk kertas koran dan secarik kertas tulis tangan ; Selamat anda mendapat undian.
E. Latihan Pembelajaran Untuk memantapkan pemahaman, kerjakanlah latihan berikut ini. 1. Buatlah sebuah cerita pengalaman pribadi (Lucu, sedih, jenaka, dsb.). 2. Sampaikan di depan kelas secara bergantian. Siswa yang tidak menyajikan, dipersilakan menyusun komentar atas pengalaman pribadi tersebut.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
12
MODUL 6. MEMBACA CEPAT A. Standar Kompetensi: Membaca 3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. B. Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit) C. Indikator
Membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit
Menemukan ide pokok paragraf dalam teks
Membuat ringkasan isi teks dalam beberapa kalimat yang runtut
D. Materi Pembelajaran : Mari Membaca Cepat Membaca cepat merupakan membaca dengan mengutamakan kecepatan tanpa mengabaikan pemahamannya. Membaca cepat dapat dilakukan dengan teknik melompati bagian-bagian tertentu yang tidak penting sehingga panjang bacaan menjadi berkurang hingga 30-40 %. Misalnya, pada bagian yang tidak informatif (tidak perlu) dan bagian yang tidak berpengaruh jika dihilangkan. Bagaimana agar membaca cepat dapat dilakukan secara efektif? Berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan, diantaranya : 1. Tentukan tujuan membaca yang ingin digali informasinya. 2. Carilah ide pokok setiap paragraf kemudian pahami bagian tersebut. 3. Tandai bagian-bagian penting dalam bacaan tersebut. Sebagai acuan penghitungan, berikut ini adalaha rumus untuk menghitung kemampuan membaca cepat :
Jumlah kata yang dibaca X % Pemahaman = jumlah kata per menit Waktu (dalam detik)
Selain itu, untuk mengukur kemampuan pemahaman membaca, berikut ini rumus penghitungannya : jumlah jawaban yang benar x 100% jumlah soal
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
13
E. Latihan Pembelajaran Untuk mengukur kemampuan membaca cepat anda, mari berlatih. Bacalah wacana berikut ini dengan efektif. Hitunglah oleh temanmu berapa detik/menit anda dapat membaca dan memahami isi wacana berikut ini. Bahan Bakar Gas yang Ramah Lingkungan BBG (Bahan Bakar Gas) sesungguhnya sudah sejak sembilan tahun yang lalu diluncurkan oleh Pertamina dan dipromosikan sebagai bahan bakar masa depan. Bahan bakar alternatif ini adalah gas bumi yang telah melalui proses pemurnian. Alasan BBG dijadikan sebagai bahan bakar alternatif adalah karena pembakarannya lebih sempurna sehingga lebih sedikit mengemisikan partikel debu, SO, dan NO yang potensial menjadi penyebab pemanasan global. Kandungan CO di dalam BBG pun rendah, yakni hanya 10 %. Di Indonesia penggunaan BBG memang belum memasyarakat. Justru yang telah mulai menyadari bahwa BBG ini sifatnya lebih ramah lingkungan dan juga “jatuhnya” lebih murah adalah para pengusaha kendaraan umum, seperti bus dan taksi. Alasan mengapa masyarakat pemilik mobil pribadi tampaknya masih enggan untuk menggunakan BBG, kemungkinan karena harga perangkat “pengubah” atau conversion kit yang harus dipasang pada kendaraan berbahan bakar BBG ini relatif mahal. Namun, jika dibandingkan dengan biaya untuk membeli bahan bakar premuim maupun premix, BBG jauh lebih murah. (Sumber: Majalah Ayah Bunda) Sebagai indikator pemahaman wacana anda, jawablah pertanyaanpertanyaan berikut ini. 1. Partikel debu apa saja yang disebutkan dalam wacana di atas? 2. Berapakah persentase kandungan CO dalam BBG? 3. Mengapa BMG menjadi salah satu bahan bakar alternatif penting di masa depan? 4. Kendaraan apa sajakah yang sudah menggunakan BBG? 5. Bagaimana
tanggapan
Anda
mengenai
penggunaan
BBG
pada
kendaraan bermotor?
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
14
MODUL 7. MEMBACA EKSTENSIF A. Standar Kompetensi: Membaca 3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. B. Kompetensi Dasar 3.2 Mengidentifikasi ide pokok teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif C. Indikator
Mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf
Menuliskan kembali isi bacaan secara ringkas dalam beberapa kalimat
D. Materi Pembelajaran : Membaca Ekstensif (Luas dan Dalam) Membaca ekstensif merupakan membaca secara luas dan dalam. Tujuannya adalah untuk memahami isi penting yang terkandung dalam wacana dengan cepat dan efisien. Bagaimanakah cara untuk membaca esktensif? Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan, yakni : 1. Carilah setiap ide pokok paragrafnya 2. Rangkailah ide pokok tersebut dalam sebuah rangkuman 3. Simpulkan isi dari wacana tersebut berdasarkan rangkuman yang telah dibuat.
E. Latihan Pembelajaran Untuk melatiha kompetensi anda dalam membaca ekstensif, bacalah wacana berikut secara seksama.
Bagaimanakah Software Diciptakan Kita telah sering mengenal Mozilla Firefox, LibreOffice, Microsoft Word, SmadAV, Adobe Photoshop, bahkan game seperti Super Mario Bros. Kita juga menggunakan WhatsApp, PlayStore, BBM, di dalam sistem operasi Android. Semua tersebut itu adalah software (Indonesia: perangkat lunak). Namun banyak
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
15
di antara kita belum mengenal bagaimana software diciptakan. Lebih lanjut, bagaimana melakukan sendiri pembuatan software tersebut. Dan satu hal yang unik, bagaimana membuat software aplikasi Android. Artikel ini ditulis sebagai perkenalan bagi orang awam mengenai komputer dan software. 1. Sifat Komputer Komputer (Inggris: to compute, computer) adalah mesin pengolah angka yang terdiri dari tiga bagian: input, proses, output. komputer hanya mampu memroses angka nol dan satu (0 dan 1) disebut bahasa biner. 2. Pemograman Inilah rahasianya. Penciptaan software disebut pemrograman (Inggris: programming). Pemrograman adalah proses membuat kode-kode nol dan satu yang dimengerti oleh komputer dengan bahasa komputer Tingkat Rendah, Tingkat Tinggi, menghasilkan suatu aplikasi (hasil pemograman). Lalu dilanjutkan dengan Kompiler untuk menghasilkan suatu aplikasi yang khas. Jika Anda ingin belajar pemrograman, selamat! Orang yang punya andil di dunia komputer semuanya adalah orang yang ahli memrogram. Mulai dari mana? Penulis sarankan Anda mulai dari bahasa C. Selamat belajar. (Sumber : Majalah Rootmagz Edisi 04/2015 dengan penyesuaian)
Jawablah pertanyaan berikut ini 1. Tulislah ide pokok setiap paragraf dalam wacana tersebut 2. Buatlah rangkuman wacana di atas berdasarkan ide pokok setiap paragraf yang telah ditemukan. 3. Simpulkan isi wacana tersebut dengan bahasamu sendiri
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
16
MODUL 8. PARAGRAF NARATIF A. Standar Kompetensi: Membaca 4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif) B. Kompetensi Dasar 4.1 Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf. naratif C. Indikator
Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf naratif.
Menyusun kerangka paragraf naratif berdasarkan kronologi waktu dan peristiwa.
Mengembangkan kerangka yang telah dibuat menjadi paragraf naratif.
Menyunting paragraf naratif yang ditulis teman berdasarkan kronologi, waktu, peristiwa, dan EYD.
D. Materi Pembelajaran : Paragraf Naratif (Bercerita) Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang disusun untuk menjelaskan sebuah ide pokok. Paragraf dapat dikembangkan dengan beberapa pola tertentu, antara lain pola deduktif, induktif, sebab-akibat, deskriptif, proses, contoh, pertentangan, perbandingan, dan kronologis. Naratif berasal dari kata narasi (cerita). Penambahan Imbuhan akhir -if pada kata narasi memiliki arti bersifat sesuai kata dasar, sehingga kata naratif berarti kata atau kalimat yang bersifat narasi (bercerita). Paragraf Naratif merupakan suatu bentuk teks yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu yang runut. Menurut Gorys Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk teks yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Selain itu, bentuk-bentuk narasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Narasi fiktif kita kenal dalam bentuk kesusastraan seperti, novel, roman, cerpen, dan dongeng. Narasi nonfiktif kita jumpai dalam Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
17
bentuk sejarah, biografi, dan autobiografi. Contoh paragraf naratif dapat disimak sebagai berikut. Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di SMA Al-Barkah CikalongkulonCianjur. Pagi sekali aku sudah bangun pukul 04.30 WIB. Lalu segera ke kamar mandi. Walapun udara terasa dingin, namun semangatku mengalahkan dingin itu. Kemudian aku Salat Subuh penuh khusuk. Pakaian seragam baru yang telah disiapkan ibu, ku pakai dengan rapi. Meskipun terpaksa, saya mencoba sarapan pagi. Tepat pukul 6.00 WIB, saya berpamitan kepada kedua orang tua kemudian berangkat dengan harapan dan semangat baru. Pukul 06.30 WIB aku tiba di sekolah bertemu dengan teman-teman baru dan Bapak/Ibu guru yang sangat ramah. Berdasarkan contoh wacana di atas, adakah urutan waktu dan peristiwa? Diskusikanlah dengan temanmu.
E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman paragraf naratifmu lebih mendalam, kerjakanlah latihan berikut ini. 1. Buatlah sebuah paragraf narasi dengan tema keseharianmu. 2. Gunakanlah EYD, kata-kata yang baku dan susun berdasarkan urutan waktu. 3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian perbaiki jika ada kesalahan berdasarkan ciri utama paragraf narasi.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
18
MODUL 9. PARAGRAF DESKRIPTIF A. Standar Kompetensi: Membaca 4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif) B. Kompetensi Dasar 4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif C. Indikator
Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf deskriptif berdasarkan hasil pengamatan
Menyusun kerangka paragraf deskriptif
Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf deskriptif
Menyunting paragraph deskriptif yang ditulis teman
D. Materi Pembelajaran : Paragraf Deskriptif (Penggambaran) Paragraf
deskripsi
merupakan
suatu
bentuk
teks
yang
berusaha
menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca. Selain itu, pengertian deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, perasaan, dan situasi atau masalah tertentu sehingga pembaca seolah-olah mengalami, merasakan, atau melihat langsung hal yang digambarkan. Ada beberapa faktor penunjang yang dapat digunakan sebagai acuan dalam paragraf deskriptif, di antaranya: 1. Gunakanlah pilihan kata yang tepat dan dapat memberikan kesan emosional pada pembacanya. Misalnya: •
Kaca depan mobil baru itu pecah, pecahan kacanya ada di tengah jalan.
•
Kaca depan sedan baru itu hancur, berserakan di tengah jalan.
2. Gunakanlah susunan bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, tidak monoton, dan menggunakan tanda baca yang tepat.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
19
3. Gunakanlah kesan- kesan pengindraan secara tepat. Melukiskan apa yang dilihat, didengar, dicium, dan dirasa, dengan baik sesuai hal yang dideskripsikan. 4. Gunakanlah data-data dan fakta dengan tepat Sehingga para pembaca dapat dengan mudah membayangkan apa yang dideskripsikan penulis.
Contoh paragraf deskriptif. Lelaki yang berambut pendek dan berkulit sawo matang itu bernama Putra. Ia dilahirkan di Kota Cianjur, 24 Oktober 1995. Umurnya 16 tahun. Kedua orang tuanya menjulukinya si kancil yang pintar, karena selain pintar ia pun sangat lincah dan periang. Hobinya membaca, menulis, dan bermain sepeda. Ia juga suka bermain sepakbola dengan teman-temannya. Kemudian, hal yang paling berkesan dalam hidupnya adalah ketika ia menjadi juara sepakbola antar kampung. Ia begitu bangga dengan prestasinya tersebut sehingga teman-teman menjulukinya sebagai Ronaldho dari Cianjur.
E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman paragraf deskriptifmu lebih mendalam, kerjakanlah latihan berikut ini. 1. Buatlah sebuah paragraf deskriptif dengan tema keseharianmu. 2. Gunakanlah
EYD,
kata-kata
yang
penuh
emosional
dengan
penggambaran yang jelas. 3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian perbaiki jika ada kesalahan berdasarkan ciri utama paragraf deskriptif.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
20
MODUL 10. PARAGRAF EKSPOSITIF A. Standar Kompetensi: Membaca 4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif) B. Kompetensi Dasar 4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif. C. Indikator
Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf ekspositif
Menyusun kerangka paragraf ekspositif
Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf ekspositif
Menyunting paragraph ekspositif yang ditulis teman
D. Materi Pembelajaran : Paragraf Ekspositif (Penjelasan) Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Paragraf ini memiliki istilah lain seperti paragraf eksposisi, ekspositoris ataupun ekspositif. Ketiga isttilah tersebut sebenarnya memiliki arti yang sama. Menurut Gorys Keraf (1982:3) Eksposisi atau penjelasan adalah bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan atau menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pengetahuan seseorang. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan pun berbentuk bahasa informatif, bahasa pemberitaan . Data-data berupa grafik, statistik, diagram, gambar, organigram, dan lain-lain yang disertakan dalam tulisan eksposisi dimaksudkan untuk memperjelas uraian dan memperluas wawasan pembaca.
Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf ekspositoris, yakni dengan cara proses, sebab dan akibat, serta pola ilustrasi.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
21
1. Pola Sebab Akibat Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan menggunakan sebab- akibat. Sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun, dapat juga terbalik : akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antarbagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal. Contoh pola pengembangan Sebab-Akibat Kegiatan apa yang dapat dilakukan bersama adik dan kakaknya? Banyak pilihan.Tapi, mengingat Indonesia sedang berkabung karena 40.000 orang Aceh dan Sumatera Utara meninggal akibat guncangan gempa tektonik dan gelombang banjir tsunami serta disesuaikan dengan budget, akhirnya Arni memilih berkebun dengan menanam bunga pada pot-pot yang ada di halaman sekitar rumahnya.
2. Pola Ilustrasi Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai sekadar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini, pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan umum tersebut. Contoh pola pengembangan ilustrasi Lusi bahagia sehingga terbetik dalam hatinya, “Bagaimana rasanya kalau sebuah rumah dipenuhi tanaman bunga? Di sebuah pojok rumah, setiap mata memandang yang terlihat hanya bunga-bunga dan bunga. Mungkin sangat pas untuk mengungkapkan isi hatiku yang sedang gembira. Lusi melonjak kegirangan
sambil
menata
vas
bunga
dan
bersenandung
lagu-lagu
kesukaannya.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
22
E. Latihan Pembelajaran 1. Buatlah sebuah paragraf ekspositif dengan tema keseharianmu. 2. Gunakanlah kata-kata baku, dan EYD yang baik. 3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian perbaiki jika ada kesalahan.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
23
MODUL 11. MEMAHAMI PUISI A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung. B. Kompetensi Dasar 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. C. Indikator
Mendengarkan puisi
Mendiskusikan unsur-unsur bentuk puisi tersebut
Melaporkan hasil diskusi
D. Materi Pembelajaran : Memahami Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan katakata indah dan kaya makna. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana fisik). Adapun ciri-ciri puisi dapat diidentifikasi sebagai berikut. •
Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif (makna kiasan)
•
Adanya pemadatan semua unsur kekuatan bahasa.
•
Puisi disusun dengan unsur-unsur bahasa indah dengan memerhatikan irama dan bunyi.
•
Puisi mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair berdasarkan pengalamannya dan bersifat imajinatif.
Struktur fisik puisi dapat dijelaskna secara singkat sebagai berikut : 1. Tipografi, merupakan bentuk khas dari cara penulisan puisi oleh penyair. Bentuk ini bisa berupa berbait-bait, berbentuk paragraf utuh, atau berbentuk sembarang. 2. Diksi merupakan pilihan kata dalam mengungkapkan sebuah gagasan. Menurut E. Zaenal Arifin (1998 : 24) bahwa diksi adalah pilihan kata. Maksudanya memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Adakah
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
24
bedanya antara kata ”Mati”, ”Tewas”, dan ”Meninggal”? 3. Majas merupakan hiasan kata dalam mengungkapkan gagasan penulis. Contohnya kata ”Mati” diungkapkan dengan ”Menghembuskan nafas terakhir”. Atau, kata ”Cantik” diungkapkan dengan ”Bidadari bumi”. 4. Rima dan Ritma (irama). Rima berkenaan dengan pengulangan bunyi sedangkan, ritma (irama) merupakan keras lembutnya suara puisi.
Perhatikan puisi ”Partitur Hujan” karya Faisal Syahreza berikut ini. PARTITUR HUJAN apakah ini yang kau sebut dengan rindu? Jika daun-daun telah basah, dan tanah-tanah meruapkan namamu, untuk ku hirup bersama kenangan.
Ketika segalanya, menjadi kesenyapan yang tak bisa lagi ditawar. Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung terasa menjauh, sedangkan aku sendiri kedinginan menggigil, aku ingin mengucapkan cinta pada api, pada cahaya dan pada apapun itu yang mampu mencairkan kehendakku
saat jarak telah sekeras batu dan ciuman tak pernah kunjung tiba sungguh aku telah menjadi nyanyian yang dihiraukan, ribuan titik jarum tak tertahankan menikam ke ulu jantung ingatan (2009) Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
25
E. Latihan Pembelajaran Bacalah puisi tersebut oleh salah satu temanmu, kemudian diskusikan dengan kelompokmu untuk menentukan struktur fisik puisi Partitur Hujan karya Faisal Syahreza sebagai berikut : 1. Tipografi 2. Diksi 3. Majas 4. Rima dan Irama Laporkanlah hasil diskusi tersebut di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
26
MODUL 12. MENGUNGKAPKAN ISI PUISI A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung. B. Kompetensi Dasar 5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman C. Indikator
Mendengarkan puisi
Mengidentifikasi jenis puisi
Mendiskusikan isi puisi
Melaporkan hasil diskusi
D. Materi Pembelajaran : Memahami Puisi Pada pelajaran sebelumnya telah dibahas mengenai pengertian puisi dan struktur fisik suatu puisi, pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai Struktur batin sebuah puisi. Struktur batin sebuah puisi terdiri atas tema, rasa, tanda, amanat, perasaan, nada, dan suasana fisik suatu puisi. Berdasarkan pendapat Richard dalam Situmorang (1983 : 2) puisi memiliki caturtunggal, yakni empat komponen yang menjiwai sebuah puisi, yakni: 1. Memiliki sense, atau Tema yang merupakan gagasan pokok dari sebuah puisi. 2. Memiliki feeling atau Rasa, yakni sikap penyair atau pokok persoalan dalam pandangan (penyair). 3. Memiliki tore atau Tanda, yaitu sikap penyair terhadap pembaca; Apakah terasa menggurui, menyindir, menasihati, dan sebagainya. Hal ini akan berkenaan dengan Nada, yakni sikap penyair terhadap pembaca. 4.Memiliki intebtion, atau Amanat yang merupakan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Mari kembali menyimak puisi ”Partitur Hujan” karya Faisal Syahreza berikut ini. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
27
PARTITUR HUJAN apakah ini yang kau sebut dengan rindu? Jika daun-daun telah basah, dan tanah-tanah meruapkan namamu, untuk ku hirup bersama kenangan.
Ketika segalanya, menjadi kesenyapan yang tak bisa lagi ditawar. Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung terasa menjauh, sedangkan aku sendiri kedinginan menggigil, aku ingin mengucapkan cinta pada api, pada cahaya dan pada apapun itu yang mampu mencairkan kehendakku
saat jarak telah sekeras batu dan ciuman tak pernah kunjung tiba sungguh aku telah menjadi nyanyian yang dihiraukan, ribuan titik jarum tak tertahankan menikam ke ulu jantung ingatan (2009)
E. Latihan Pembelajaran Diskusikan dengan kelompokmu untuk menentukan struktur batin puisi : 1. Tema puisi
3. Nada puisi
2. Rasa puisi
4. Amanat puisi
Laporkanlah hasil diskusi tersebut di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
28
MODUL 13. CERITA PENDEK A. Standar Kompetensi: Berbicara 6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi. B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan diskusi C. Indikator
Menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan kata-kata sendiri.
Mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan.
Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, sudut pandang, latar ,amanat) cerita pendek yang dibaca.
D. Materi Pembelajaran : Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran” Masih ingatkah dengan pembelajaran pada Modul II. Cerpen? Pengertian Cerita Pendek atau Cerpen merupakan salah satu karya Sastra berbentuk prosa (narasi ; bercerita). Sebuah cerpen dibangun berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen. Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang berasal dari dalam sebuah cerpen sehingga membentuk satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting
cerita (waktu dan
tempat), gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat. Pada pembelajaran kali ini, kita akan mempelajari 3 (tiga) hal menarik yang bersumber dari sebuah cerpen, yakni tentang menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan kata-kata sendiri, mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan, dan mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, sudut pandang, latar ,amanat) cerita pendek yang dibaca. Pahami contoh cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA Navis berikut ini.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
29
TAMU YANG DATANG DI HARI LEBARAN (Cerpen karya AA Navis) SEPASANG orangtua yang rambutnya telah memutih memandang dari ruang tamu ke jalan raya yang ramai oleh orang-orang berbaju indah-indah dan baru. Berjalan kaki, berbendi atau bermobil sebagaimana tradisi setiap lebaran Idul Fitri. Keduanya memandang sambil bergoyang pelan di kursi goyang yang dipisahkan oleh meja kecil berdaun marmer Itali. Rumah kedua orangtua itu, bangunan kayu model lama yang berkolong tinggi. Bercat oker yang telah pudar warnanya. Kelihatan ganjil di antara sederetan bangunan bergaya terkini. Mungkin karena sudah terlalu biasa dalam pandangan penduduk kota kecil itu, tak terasa lagi ada keganjilan pada rumah itu. Setiap orang tahu siapa penghuninya, yaitu Inyik Datuk Bijo Rajo dan Encik Jurai Ameh. Lazimnya orang menyebutnya Inyik dan Encik saja. Inyik dulunya seorang pejuang dan pernah menjadi gubernur. Pada hari tua yang sudah lama terpakai mereka tinggal dengan sepasang pembantu yang telah puluhan tahun bersamanya. Menurut istilah lama yang kini terpakai lagi, mereka "dikaruniai" enam orang anak. Semua telah jadi orang terpandang di rantau. Encik berkulit gelap dan bertubuh gemuk. Hampir tidak dapat bergerak seleluasa maunya. Dan Inyik berkulit cerah, tapi tubuhnya ceking. Keduanya sama mengenakan baju yang terindah, meski modelnya sudah kuno. Sambil bergoyang di kursinya, sejak tadi Encik bicara sendiri tak henti-hentinya. Mengatakan apa yang lewat di kepalanya. Sedangkan Inyik berbuat yang sama. Dalam hatinya pula. Kata Encik, "Pada setiap Lebaran begini aku mau semua anak-cucuku berkumpul. Aku rindu mereka antre, bertekuk lutut sambil mencium tanganku waktu bersalaman. Terharu aku melihatnya. Berdiri selurah bulu romaku. Namun mataku sebak oleh air mata, bila ingat aku tidak pernah memperoleh kebahagiaan seperti itu. Padahal, sebetulnya anak-anakku mampu pulang bersama. Yang tak mampu hanya Ruski. Rezekinya memang pas-pasan. Lebih sulit lagi dia tinggal jauh. Di Irian sana. Kalau mau, saudara-saudaranya bisa patungan membiayai yang tidak mampu. "Tapi itu tidak pernah terjadi. Rasanya aku tidak salah didik. Aku datangkan guru agama tiga kali seminggu agar mereka menjadi penganut yang tawakal. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
30
Tapi mengapa setelah makmur mereka hidup nafsi-nafsian? Setiap Lebaran datang luka hatiku kian dalam. Dulu, waktu ayahnya jadi gubernur, setiap Lebaran mereka bisa berkumpul. Kata mereka, apa kata orang nanti bila mereka tidak datang waktu Lebaran. Setelah itu, mereka tidak lagi datang dengan lengkap. Mengapa? Sama seperti anak buah Inyik dan pejabat lain. Kalau mereka tidak lagi datang, itu adat dunia masa kini. Di mana padi masak di sana pipit berbondong-bondong. Tapi kalau bagi anak-menantuku tentu tidak berlaku ungkapan itu." Inyik pun berkata dalam hatinya, "dulu aku pernah baca artikel, kalau tidak salah Ki Hajar yang menulis. Katanya, Idul Fitri hari yang istimewa karena pada hari itu setiap orang tanpa pandang usia dan status, saling bertemu dan saling memaafkan. Tak ada rasa rendah diri. Tidak ada rasa lebih diri. Tapi kini, setelah Idul Fitri jadi kebudayaan baru, bawahan dan orang miskin yang wajib datang ke penguasa untuk minta maaf. Penguasa akan merasa tidak pantas minta maaf kepada rakyat. Meski kementerengan hidup yang mereka dapat karena banyak rakyat yang ditelantarkan. Tak tersentuh hati mereka. Paling-paling mereka memberi zakat fitrah senilai satu hari makan untuk satu orang miskin. Kenapa tidak untuk sepuluh atau seratus orang miskin. Atau untuk makan sepuluh atau seratus hari orang miskin?" Kata Encik melanjutkan lamunannya, "Ruski memang keras hati. Pantang meminta- minta. Saudara-saudaranya mau membantu kalau Ruski mau meminta. Kenapa harus menunggu dulu kalau sudah tahu saudara sendiri tidak punya kemampuan? Siapa yang mengajar mereka begitu? Seperti mereka tidak tahu betapa rindunya aku. Si Mael yang paling kaya dari semuanya, lain perilaku hidupnya. Setiap akhir tahun dia pergi berlibur bawa anak dan istrinya ke Amerika, atau ke Eropa, atau ke Jepang. Tutup tahun ini kebetulan sama dengan Lebaran. Tapi dia tidak pulang. Dia ke Mekkah karena sudah bosan ke kota-kota dunia lainnya. Begitu janjinya kepada anak- anak. 'Sambil libur, sambil mencari ridha-Nya,' tulisnya dalam surat. Sepertinya menemui ibu-bapa tidak merupakan ridha-Nya. Aneh pahamnya beragama." "Tulisan siapa yang pernah aku baca dulu? Hasan, Roem, Natsir atau siapa, ya? Katanya, Nabi tidak menyuruh orang berpesta untuk merayakan Idul Fitri, melainkan berzakat dan takbiran. Tapi kebudayaan baru menjadikannya lain. Acara takbir dijadikan acara tontonan di lapangan. Pakai musik segala. Takbir Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
31
bukan lagi ibadah pribadi, melainkan dijadikan pesta dunia dengan biaya milyaran rupiah. Sepertinya uang sebanyak itu tidak lagi berfaedah untuk orang miskin. Sebetulnya Idul Adha tak kurang mulianya. Bahkan lebih. Kewajiban inti pada kedua hari raya itu membantu orang miskin. Pada Idul Fitri memberi zakat fitrah. Sedangkan pada Idul Adha memberi kurban senilai seekor kambing." Inyik terbatuk-batuk. Setelah sereguk air, renungannya melanjut. "Waktu jadi gubernur dulu, aku mencoba mengubah tradisi lama itu. Mengikis keduniawian pada acara ritual. Hampir semua orang menyalahkan aku. Termasuk ulama mengeluarkan
fatwanya.
Sebagai
kepala
pemerintahan
aku
dipojokkan.
Kolegaku menyalahkan aku dengan kata-kata durjana, 'Biar saja agama begitu asal stabilitas terjamin.'" "Sabir juga tidak pulang. Katanya, dia harus berlebaran ke rumah menterinya yang baru. Menteri baru salah sangka kalau dia tidak datang. Aku maklum alasannya, untuk keamanan jabatannya. Dulu ketika ayahnya jadi gubernur, aku pun dendam jika ada bawahan tidak datang berlebaran ke gubernuran. Terlambat datang pun jadi pertanyaan dalam hatiku," kata Encik melanjutkan kata hatinya. Dan dia terus merunut satu demi satu alasan anaknya tidak bisa pulang berlebaran. Melani karena tidak mendapat tiket pesawat. Sofi karena suaminya belum bisa kembali dari Eropa. Sedangkan Gafar lain lagi alasannya. Pikiran Inyik masih terus menerawang. Katanya, "Lima tahun jadi gubernur, sesung guhnya tidak cukup waktu untuk mengubah tradisi yang usang. Akan tetapi menjadi gubernur lebih lama, akulah yang menjadi usang. Kiai Marzuk mengatakan kepadaku, 'Bila mau jadi pemimpin, teladani Nabi. Nabi diberi waktu dua puluh tiga tahun oleh Tuhan. Ketika berhenti karena umurnya sampai, beliau tetap seperti Muhammad sebelum menjadi Nabi.' Tidak kaya-raya seperti umumnya diktator yang berkuasa. Kalau pun punya warisan, semuanya dihibahkan menjadi wakaf untuk umatnya. Itu yang pertama. Kedua, sebagai pemimpin umat, umurnya dibatasi Tuhan sampai enam puluh tiga tahun saja. Jika lebih dari itu, kondisi mental dan fisiknya sudah menurun dan terus menurun. Bagaimana nasib umat di bawah pimpinan yang pikun?' Dan bagaimana umatnya meneladani perilaku Nabi bila di akhir hidupnya kepikunan lebih menonjol. Apakah tidak akan terjadi kekacauan pada kehidupan umatnya?" Tiba-tiba Inyik merasa dadanya sesak. Dia menyandarkan kepala ke sandaran kursi. Beberapa saat kemudian dia berdiri. Kursi yang ditinggalkannya terus Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
32
bergoyang. "Aku lelah, Jurai. Aku berbaring dulu," katanya kepada istrinya sambil melangkah dengan gontai. "Aku juga," kata Encik hampir tak berdaya. "Rasanya hari Lebaran ini terlalu panjang. Coba kalau anak-anak kita di sini semua, waktu dirasakan terlalu singkat." Lama kemudian masih dalam goyangan kursi, pikirannya terus menerawang. "Alangkah anehnya hidup ini. Rasanya aku sudah mendidik anakanak, supaya menjadi anak yang bersatu kukuh dalam persaudaraan serumpun. Tapi kenapa pada hari tua kita, mereka telah hidup menurut pikiran dan caranya masing-masing. Selagi aku masih hidup, mereka tidak lagi berpikiran sama seperti sebelum mereka menjadi apa-apa? Apalagi bila aku sudah mati. Mungkin mereka akan bercerai-berai." Goyangan kursi Encik kian lama kian pelan. Lama-lama berhenti sendiri. Menjelang berhenti, dalam penglihatannya beb-rapa mobil sedan yang mengkilap catnya karena baru, memasuki halaman. Setiap pintu terbuka. Dari setiap pintu keluar semua orang yang dikenalnya. Anak, menantu, dan cucunya. Satu demi satu secara khidmat mereka berlutut ketika menyalami, menciumi tangannya dan kemudian memeluk untuk mendekapi pipinya. Bila masih ada air matanya tersisa, mungkin akan turun deras melelehi pipinya oleh rasa bahagia. "Tuhan telah mengabulkan doaku. Semua anak-anakku pulang berlebaran. Oh, alangkah indahnya Idul Fitri kali ini. Terima kasih, Tuhan, terima kasih. Terima kasih juga seandainya ini hanya mimpi. Mimpi terakhirku." Dalam berbaring di bangku tidur yang biasa digunakan pada waktu tidur siang, pikiran Inyik masih terpaut pada waktu ketika di kursi goyang ruang tamu. "Sebenarnya aku ingin jadi gubernur lebih lama. Teratama sekali karena aku tidak melihat ada bawahanku yang mampu menggantikan aku. Meski mereka berpendidikan tinggi, namun nyalinya kecil-kecil. Aku cemas pada nasib negeriku bila dipimpin orang-orang seperti itu." Tidak disangka seseorang masuk ke kamar tidurnya. Lalu duduk di kalanghulunya. Inyik tidak bereaksi, selain heran oleh kedatangan tamu yang tidak dikenal itu. Tamu yang berani- berani saja sudah duduk di bangku tidurnya. Dan berbicara tanpa basa-basi. "Sebetulnya aku tidak akan ke sini. Tapi aku mendengar yang kau katakan." Hati Inyik merasa tertusuk oleh kata kau ke alamatnya. Kata yang tidak pernah ada dalam hidupnya dialamatkan kepadanya. "Ternyata kau sama dengan golonganmu. Tambah tua kian sombong. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
33
Sebaiknya kau tahu, bahwa waktu Nabi sampai umurnya, baru separuh jazirah Arab yang Islam. Tetapi dalam masa seratus tahun, para kalifah telah meluaskan wilayah Islam sampai ke Spanyol di barat, sampai ke Pakistan di timur. Maka itu janganlah kau punya pikiran yang berlawanan dengan kodrat alam." "Kodrat alam?" "Ya. Karena alam dan kodratnya, itulah Sunnatullah." Lama Inyik terdiam. Tak mampu dia memahami apa yang dimaksud tamunya. Kini disadarinya benar, bahwa usia tua membuatnya lamban berpikir, lamban bereaksi. Bahkan pelupa. Tapi berapa sesungguhnya usianya sekarang? "Ah, baru tujuh puluh usiaku sudah begitu lambannya aku, " katanya pada dirinya. Lalu kepada tamunya, "Apa maksudmu?" "Dalam peribahasamu ada ungkapan, 'Patah tumbuh, hilang berganti.' Masa kau lupa," kata tamu itu. Inyik merasa tamu itu menguliahinya. Harga dirinya tersinggung. Maunya dia marah. Tapi ada rasa tak berdaya pada dirinya. Dialihkannya pembicaraan. "Engkau ke sini berlebaran, bukan?" "Ada sedikit urusan dengan istrimu." "Bagaimana dia?" "Kursinya tidak bergoyang lagi." Inyik lama termangu sambil membolak- balik makna ucapan tamu itu. Tibatiba dia sadar bahwa tamu itu tidak lain dari Sang Maut. Dia mencoba merabaraba perasaannya. Tidak ada perasaan apa pun. Karena rasionya lebih kuat. Bahwa manusia itu lahir, hidup dan akhirnya mati. "Pantarei," desis dalam mulutnya ketika ingat pelajaran Yunani Kuno pada kelas terakhir sekolah rendahnya dulu. "Sudah tiba waktuku kalau begitu." "Belum. Belum sekarang." "Kalau waktuku belum akan tiba, aku mau kehadiranku tidak akan merugikan orang banyak," kata Inyik pula dalam keragu-raguan. "Tidak. Tidak akan. Karena kau tidak berkuasa lagi," kata tamu yang disangka Inyik sebagai Sang Maut seraya keluar dari kamar. Kayutanam, Januari 1998 Sumber: Antologi cerpen AA Navis
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
34
E. Latihan Pembelajaran Sungguh menarik bukan cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA Navis tersebut? Setelah membaca cerpen di atas, kerjakanlah hal-hal berikut ini. 1. Ceritakan kembali isi cerita pendek tersebut dengan kata-kata sendiri. 2. Tulislah hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerpen tersebut 3. Carilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, berupa : tema, penokohan, alur, sudut pandang, latar, dan amanatnya.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
35
MODUL 14. NILAI CERITA PENDEK A. Standar Kompetensi: Berbicara 6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi. B. Kompetensi Dasar 6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi C. Indikator
Menemukan nilai-nilai dalam cerpen
Membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan kehidupan sehari-hari
Mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
D. Materi Pembelajaran : Diskusi Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran” Setelah kita mengapresiasi cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran” karya AA Navis pada modul sebelumnya, pada kesempatan ini pembelajaran akan
berfokus
pada
nilai-nilai
yang
ada
dalam
cerpen
tersebut
dan
membandingkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah karya cerpen, pengarang menyajikan nilai-nilai kehidupan pada karyanya. Nilai-nilai tersebut berupa nilai moral, nilai agama, nilai budaya, nilai politik dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut disajikan secara tersirat dalam karyanya dan dapat ditemukan setelah kita mengapresiasi secara sungguhsungguh. Nilai Moral berkaitan dengan akhlak kehidupan cerpen tersebut. Nilai agama berkaitan dengan tata-aturan agama yang ada dalam cerpen tersebut. Nilai budaya tercermin dalam adat-istiadat yang disajikan. Adapun nilai politik berkaitan dengan sistem politik yang diungkapkan dalam cerpen. Pengungkapan tersebut bisa tercermin dalam dialog tokoh ataupun alur cerita yang tersaji.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
36
E. Latihan Pembelajaran Apresiasi kembali cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA Navis kemudian kerjakanlah hal-hal berikut ini dalam kelompok belajarmu. 1. Temukanlah nilai moral, nilai agama, nilai budaya dan nilai politik dalam cerpen tersebut. 2. Bandingkanlah relevansinya nilai-nilai yang ditemukan dengan kehidupan sehari-hari. 3. Laporkanlah hasil pengerjaan kelompokmu di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
37
MODUL 15. CERITA PENDEK A. Standar Kompetensi: Membaca 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen. B. Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
C. Indikator
Mengidentifikasi unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat) cerita pendek yang telah dibaca.
Mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari.
D. Materi Pembelajaran : Diskusi Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran” Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran” karya AA Navis pada modul sebelumnya dapat digali lebih dalam untuk bahan pembelajaran. Adapun pada pembelajarn kali ini akan berfokus pada identifikasi dan keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Masih ingatkah dengan unsur intrinsik cerpen? Unsur intrinsik cerpen merupakan unsur yang berasal dari dalam sebuah cerpen sehingga membentuk satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting
cerita (waktu dan tempat), gaya bahasa, konflik,
sudut pandang, dan amanat. Setelah
mengidentifikasi
unsur
intrinsik
cerpen
tersebut,
maka
bandingkanlah dengan realita kehidupan sehari-hari kita, apakah ada peristiwa yang sama persis, adakah karakter tokoh yang sama, dan sebagainya. E. Latihan Pembelajaran Apresiasi kembali cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA Navis kemudian kerjakanlah hal-hal berikut ini dalam kelompok belajarmu. 1. Identifikasilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, berupa : tema, penokohan, dan amanatnya. 2. Kaitkanlah unsur tema, penokohan, dan amanat dengan kehidupan sehari-hari.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
38
MODUL 16. MEMBACA PUISI A. Standar Kompetensi: Membaca 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen. B. Kompetensi Dasar 7.1 Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat C. Indikator
Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat
D. Materi Pembelajaran : Membaca Puisi ”Padamu Jua” Dalam pembacaan puisi, minimal harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Lafal, merupakan kejelasan pengucapan kata-kata. Hal ini berkaitan dengan artikulasi pengucapan, kejelasan tiap huruf saat diucapkan 2. Nada, berkaitan dengan rima dan irama pembacaan puisi serta suasana yang tergambar dalam puisi tersebut. 3. Tekanan, merupakan penguatan tekanan pengucapan pada kata-kata tertentu yang dianggap khusus sehingga pesan-maknanya dapat tersampaikan kepada pendengar. 4. Intonasi berkaitan dengan tinggi-rendahnya suara pada pembacaan puisi serta cepat-lambatnya pengucapan tersebut. Suasana sedih biasanya diucapkan secara lambat. Adapun suasana emosional diucapkan dengan intonasi yang cepat dan tinggi.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
39
Apresiasilah puisi luar biasa berikut ini. PADAMU JUA (Karya Amir Hamzah ) Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku pada-Mu Seperti dahulu Engkaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Di mana Engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya merangkai hati Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku, gila sasar Sayang berulang pada jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Mati hari-bukan kawanku ... (Sumber: Apresiasi Puisi, Herman J. Waluyo, hal 55-56)
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
40
E. Latihan Pembelajaran Apresiasi secara sungguh-sungguh puisi di atas, kemudianlah cobalah membacakan puisi tersebut di depan kelas dengan memperhatikan : 1. Lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan karakter puisi 2. Perbaikilah pembacaan puisimu oleh teman lainnya dan guru.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
41
MODUL 17. MENULIS PUISI LAMA A. Standar Kompetensi: Menulis 8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. B. Kompetensi Dasar 8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima C. Indikator
Mengidentifikasi puisi lama (pantun, syair) berdasarkan bait, irama, dan rima
Membedakan bentuk pantun dan syair
Menulis pantun/ syair dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
Menyunting puisi lama (pantun/syair) yang dibuat teman
D. Materi Pembelajaran : Menulis Puisi Lama (Pantun, Syair, dan Mantra) Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik, pola rima dan irama, serta muatan setiap bait. Adapun contoh-contoh puisi lama adalah bidal, gazal, gurindam, mantra, masnawi, nazam, kith’ah, rubai, pantun, seloka, syair, talibun, dan teromba. Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh puisi lama, yakni : 1. Pantun Pantun merupakan ragam puisi lama yang memiliki ciri-ciri : •
Setiap baitnya terdiri atas empat larik dengan rima akhir a-b-a-b.
•
Setiap larik (baris) biasanya terdiri atas empat kata atau delapan sampai dengan 12 suku kata
•
Dua larik (baris) pertama selalu merupakan kiasan atau sampiran dan dua larik berikutnya berupa isi
Berdasarkan struktur dan persyaratannya, pantun dapat terbagi ke dalam pantun biasa, pantun kilat (karmina), dan pantun berkait. Pantun biasa adalah pantun seperti kita kenal lazimnya, namun dengan tambahan, isinya curahan perasaan, sindiran, nasihat, dan peribahasa. Pantun biasa pun dapat selesai hanya dengan satu bait. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
42
Contoh Pantun Biasa : Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersenang-senang kemudian. Pantun kilat atau karmina memiliki syarat-syarat serupa dengan pantun biasa. Perbedaan terjadi karena karmina sangat singkat, yaitu baitnya hanya terdiri atas dua larik, sehingga sampiran dan isi terletak pada larik pertama dan kedua. Contoh Pantun Kilat atau Karmina : 1). Ada ubi ada talas, Ada budi ada balas. 2). Anak ayam pulang ke kandang, Jangan lupa akan sembahyang. 3). Satu dua tiga dan empat, Siapa cepat tentu dapat Pantun Berkait (pantun berantai), adalah pantun yang bersambung antara bait satu dan bait berikutnya. Dengan catatan, larik kedua dan keempat setiap bait pantun akan muncul kembali pada larik pertama dan ketiga pada bait berikutnya. Contoh : Tanam melati di rumah-rumah Ubur-ubur sampingan dua Kalau mati kita bersama Satu kubur kita berdua Ubur-ubur sampingan dua Tanam melati bersusun bangkai Satu kubur kita berdua Kalau boleh bersusun bangkai
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
43
2. Syair Syair bersumber dari kesusastraan Arab dan tumbuh memasyarakat sekitar abad ke-13, seiring dengan masuknya agama Islam ke Nusantara. Ciri-ciri syair adalah sebagai berikut : •
Syair memiliki empat larik dalam setiap baitnya; setiap larik terdiri atas empat kata atau antara delapan sampai dengan dua belas suku kata.
•
Syair tidak pernah menggunakan sampiran, larik-larik yang terdapat dalam syair memuat isi syair tersebut.
•
Syair berpola a-a-a-a. Karena bait syair terdiri atas isi semata, antara bait yang satu dengan bait lainnya biasanya terangkai sebuah cerita.
Cerita yang dikemas dalam bentuk syair biasanya bersumber dari mitologi, religi, sejarah, atau dapat juga rekaan semata dari pengarangnya. Syair yang cukup terkenal yang merupakan khazanah sastra Nusantara, misalnya Syair Perahu karya Hamzah Fansuri, Syair Singapura Dimakan Api karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, Syair Bidasari, Syair Abdul Muluk, Syair Ken Tambunan, Syair Burung Pungguk, dan Syair Yatim Nestapa. Contoh beberapa bait pengantar Syair Burung Pungguk sebagai berikut : Bismillah itu mulia dikata Limpah rahmat terang cuaca Berkat Mohammad penghulu kita Lalah penghulu alam pendeta Al rahman itu sifat yang sani Maknanya murah amat mengasihani Kepada muimin hati nurani Di situlah tempat mengasihani Al rahim itu pengasihan kita Kepada Allah puji semata Itulah Tuhan yang amat nyata Memberi hambanya berkata-kata Dengarkan tuan suatu rencana Dikarang oleh dagang yang hina Sajaknya janggal banyak tak kena Daripada akal belum sempurna ...
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
44
3. Mantra Mantra merupakan rangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Namun, hakikat mantra itu sendiri adalah doa yang diucapkan oleh seorang pawang dalam keadaan trance ‘kerasukan’. Di dalam mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan bunyi yang bersifat sugestif. Menurut Umar Junus (1983: 135), ciri-ciri mantra adalah sebagai berikut. 1. Di dalam mantra terdapat rayuan dan perintah. 2. Mantra mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi. 3. Mantra menggunakan kesatuan pengucapan. 4. Mantra merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui bagian-bagiannya. 5. Mantra sesuatu yang tidak dipahami oleh manusia karena merupakan sesuatu yang serius. 6. Dalam mantra terdapat kecenderungan esoteris (khusus) dari katakatanya. Contoh mantra untuk mengusir anjing galak, yakni : Pulanglah engkau kepada rimba sekampung, Pulanglah engkau kepada rimba yang besar, Pulanglah engkau kepada gunung guntung, Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu, Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang, Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering, Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.
E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman tentang puisi lama lebih mendalam, kerjakanlah latihan berikut ini. 1. Buatlah contoh puisi lama (Pantun, Syair, dan Mantra) yang bersumber dari masyarakat sekitar 2. Tukarkanlah dengan temanmu lalu diskusikan dan koreksi isinya.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
45
MODUL 18. MENULIS PUISI BARU A. Standar Kompetensi: Menulis 8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. B. Kompetensi Dasar 8.1 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima C. Indikator
Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima
Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
Menyunting puisi baru yang dibuat teman
D. Materi Pembelajaran : Menulis Puisi Baru Karakteristik Puisi Baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan bentuk persajakan yang terdapat dalam puisi lama sudah berubah pada puisi baru. Terutama mengenai isi pada puisi baru, isinya pun dilukiskan dalam bahasa yang bebas dan lincah. Berikut ini bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan jumlah baris dalam kalimat pada setiap baitnya, yaitu: •
Sajak dua seuntai atau distikon
•
Sajak tiga seuntai atau terzina
•
Sajak empat seuntai atau quatrain
•
Sajak lima seuntai atau quint
•
Sajak enam seuntai atau sektet
•
Sajak tujuh seuntai atau septima
•
Sajak delapan seuntai atau oktaf atau stanza
Selain itu, Bentuk- bentuk puisi baru yang dibagi berdasarkan isi yang terkandung di dalamnya adalah : 1. Ode, yaitu sajak yang berisikan tentang puji-pujian pada pahlwan, atau sesuatu yang dianggap mulia. 2. Himne, yaitu puisi atau sajak pujian kepada Tuhan yang Mahakuasa. Himne disebut juga sajak Ketuhanan. 3. Elegi, yaitu puisi atau sajak duka nestapa. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
46
4. Epigram, yaitu puisi atau sajak yang mengandung bisikan hidup yang baik dan benar, mengandung ajaran nasihat dan pendidikan agama. 5. Satire, yaitu sajak atau puisi yang mengecam, mengejek, menyindir dengan kasar (sarkasme) kepincangan sosial atau ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat. 6. Romance, yaitu sajak atau puisi yang berisikan cerita tentang cinta kasih, baik cinta kasih kepada lawan jenis, bangsa dan negara, kedamaian,dan sebagainya. 7. Balada, yaitu puisi atau sajak yang berbentuk cerita. Agar pemahamanmu lebih mendalam, berikut ini akan dipaparkan beberapa jenis puisi baru, yakni : a. Distikon (Distichon) Distikon adalah sajak yang terdiri atas dua baris kalimat dalam setiap baitnya. Distikon bersajak a-a. Contoh : Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh (Or. Mandank) b. Terzina Terzina atau sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah kalimat. Terzina dapat bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c; atau a-b-b. Contoh : BAGAIMANA Kadang-kadang aku benci Bahkan sampai aku maki ........ diriku sendiri Seperti aku menjadi seteru ........ diriku sendiri Waktu itu Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
47
Aku ........ seperti seorang lain dari diriku Aku tak puas sebab itu aku menjadi buas menjadi buas dan panas (Or. Mandank) c. Quatrain Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah kalimat. Quatrain bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b. Contoh : MENDATANG-DATANG JUA Mendatang-datang jua Kenangan lama lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu (A.M. Daeng Myala) d. Quint Quint adalah sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam setiap baitnya. Quint bersajak a-a-a-a-a. Contoh : HANYA KEPADA TUAN Satu-satu perasaan Yang saya rasakan Hanya dapat saya katakan kepada Tuan Yang pernah merasakan Satu-satu kegelisahan Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
48
Yang saya rasakan Hanya dapat saya kisahkan kepada Tuan Yang pernah di resah gelisahkan Satu-satu desiran Yang saya dengarkan Hanya dapat saya syairkan kepada Tuan Yang pernah mendengarkan desiran Satu-satu kenyataan Yang saya didustakan Hanya dapat saya nyatakan kepada Tuan Yang enggan merasakan (Or. Mandank) e. Sektet (Sextet) Sektet adalah sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam buah kalimat dalam setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan yang tidak beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau rima bunyi. Contoh : MERINDUKAN BAGIA Jika hari’lah tengah malam Angin berhenti dari bernafas Alam seperti dalam samadhi Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih (Ipih)
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
49
f. Septima Septima adalah sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh buah kalimat. Sama halnya dengan sektet, persajakan septima tidak berurutan. API UNGGUN Diam tenang kami memandang Api unggun menyala riang Menjilat meloncat menari riang Berkilat-kilat bersinar terang Nyala api nampaknya curai Hanya satu cita dicapai Alam nan tinggi, sunyi, sepi (Intojo) g. Stanza Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut juga oktaf. Persajakan stanza atau oktaf tidak berurutan. Contoh : PERTANYAAN ANAK KECIL Hai kayu-kayu dan daun-daunan! Mengapakah kamu bersenang-senang? Tertawa-tawa bersuka-sukaan? Oleh angin dan tenang, serang? Adakah angin tertawa dengan kami? Bercerita bagus menyenangkan kami? Aku tidak mengerti kesukaan kamu! Mengapa kamu tertawa-tawa? Hai kumbang bernyanyi-nyanyi! Apakah yang kamu nyanyi-nyanyikan? Bunga-bungaan kau penuhkan bunyi! Apakah yang kamu bunyi-bunyikan? Bungakah itu atau madukah? Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah? Mengapakah kamu tertawa-tawa? (Mr. Dajoh) Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
50
h. Soneta Soneta berasal dari kata Sonetto dalam bahasa Italia yang terbentuk dari kata latin Sono yang berarti ‘bunyi’ atau ‘suara’. Adapun syarat-syarat soneta (bentuknya yang asli) adalah : •
Jumlah baris ada 14 buah.
•
Keempat belas baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah terzina.
•
Jadi pembagian bait itu: 2 × 4 dan 2 × 3.
•
Kedua buah kuatrain merupakan kesatuan yang disebut stanza atau oktaf.
•
Kedua buah terzina merupakan kesatuan, disebut sextet.
•
Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif.
•
Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang dilukiskan dalam oktaf; jadi sifatnya subjektif.
•
Peralihan dari oktaf ke sektet disebut volta.
•
Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14 suku kata.
•
Rumus dan sajaknya a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
Lama kelamaan para pujangga tidak mengikuti syarat-syarat di atas. Pembagian atas bait-bait, rumus sajak serta hubungan isinya pun mengalami perubahan. Yang tetap dipatuhinya hanyalah jumlah baris yang 14 buah itu saja. Bahkan acapkali jumlah yang 14 baris dirasa tak cukup oleh pengarang untuk mencurahkan angan-angannya. Itulah sebabnya lalu ditambah beberapa baris menurut kehendak pengarang. Tambahan itu disebut Cauda yang berarti ekor. Karena itu, kini kita jumpai beberapa kemungkinan bagan. Soneta Shakespeare, misalnya mempunyai bagan sendiri mengenai soneta-soneta gubahannya, yakni: •
Pembagian baitnya : 3 × 4 dan 1 × 2.
•
Sajaknya : a-b-a-b, c-d-c-d, e-f-e-f, g-g.
Demikian pula pujangga lain, termasuk pujangga soneta Indonesia mempunyai cara pembagian bait serta rumus-rumus sajaknya sendiri.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
51
Contoh : GEMBALA Perasaan siapa ta’kan nyala
(a)
Melihat anak berlagu dendang
(b)
Seorang saja di tengah padang
(b)
Tiada berbaju buka kepala
(a)
Beginilah nasib anak gembala
(a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b) Semenjak pagi meninggalkan kandang Pulang ke rumah di senja kala
(b)
(a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a) Terdengar olehku bunyi serunai
(a)
Melagukan alam nan molek permai
(a)
Wahai gembala di segara hijau
(c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c) Maulah aku menurutkan dikau
(c)
(Muhammad Yamin, SH.)
E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman tentang puisi baru lebih mendalam, kerjakanlah latihan berikut ini. 1. Tulislah 3 (tiga) contoh puisi baru sesuai kehendakmu dengan tema bebas. 2. Tukarkanlah dengan teman sebangku kemudian diskusikan dan koreksi isinya.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
52
MODUL PEMBELAJARAN SEMESTER II (GENAP)
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
53
MODUL 19. MENDENGARKAN INFORMASI A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 9. Memahami informasi melalui tuturan. B. Kompetensi Dasar 9.1 Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung. C. Indikator
Mencatat pokok-pokok isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung
Menyimpulkan isi informasi dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami.
Menyampaikan secara lisan isi informasi yang telah ditulis secara runtut dan jelas.
D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Informasi Langsung Tuturan langsung adalah informasi yang disampaikan secara langsung (lisan), baik melalui media elektronik maupun dibacakan oleh orang lain. Untuk dapat memperoleh informasi yang bersumber dari tuturan langsung, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan, yakni : 1. Simaklah secara kritis tuturan yang disampaikan secara langsung 2. Ingatlah dan catat pokok-pokok isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung, semisal nama tokoh, peristiwa penting, dan sebagainya. 3. Buatlah sebuah daftar kecil dari pokok-pokok informasi tersebut. Berikut ini akan disajikan wacana ”Mengenal Linux” yang bersumber dari RootMagz edisi 01/20015. Bacakanlah oleh temanmu. MENGENAL LINUX Mengenal Sistem Operasi Free Terpopuler di Dunia Ade Malsasa Akbar
Linux adalah sebutan untuk sistem operasi free (bebas, gratis) yang paling populer di dunia. Bagi Anda yang selama ini menggunakan Windows, Linux terdengar asing. Namun jika ditelusuri, Linux punya daya tarik yang begitu menarik juga seperti Windows. Linux dipakai orang di komputer- komputer server,
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
54
satu jenis komputer yang melayani semua pengguna internet dan WWW di dunia. Linux dipakai orang di PC-PC, layaknya Windows. Linux juga dipakai di perangkat smartphone dan lain-lain. Linux selain terkenal akan kestabilannya, juga akan keamanannya. Linux itu free, open source, aman, dan memenuhi kebutuhan komputer sehari-hari. Kelebihan Linux Di antara kelebihan Linux adalah keamanannya. Masyarakat dunia menggunakan Linux karena bebas dari virus. Hal ini dimungkinkan karena Linux memiliki prinsip-prinsip keamanan yang lebih bagus. Hal ini mengakibatkan umumnya pengguna Linux tidak pernah mengenal antivirus. Karena memakai Linux sama dengan tidak direpotkan lagi dengan virus. Kelebihan Linux lainnya adalah sifatnya yang free ( free software , bukan freeware) sehingga dia open source. Karena sifat ini, setiap orang boleh mengembangkan Linux sesuka hati. Karena itu banyak orang dari berbagai pengetahuan berbeda turut mengembangkan dan jadilah Linux sekarang yang sangat kaya dengan fitur-fitur. Di smartphone, Android adalah contoh Linux yang dikembangkan orang (oleh Google dan OHA) yang digunakan luas. Di PC, kita punya banyak pilihan Linux seperti Ubuntu dan openSUSE. Kelebihan Linux yang paling kentara bagi kita adalah legalitasnya. Kita tidak melanggar hak cipta (tidak membajak) ketika meng-copy Linux milik teman, atau mengedarkan kopian Linux dengan meminta bayaran. Dua hal tersebut adalah pelanggaran hak cipta (pembajakan) di Windows. Maka Linux adalah solusi paling cerdas untuk mengurangi pembajakan perangkat luna (pelanggaran hak cipta) di sekitar kita. Minimal, dengan Linux kita bisa berusaha menguranginya dari diri kita sendiri. Distro Linux Windows memiliki varian Windows 95, 98, 2000, ME, XP, Vista, 7, 8, Sampai terakhir Windows 10. Linux tidak sesederhana itu. Linux tidak dibikin oleh satu perusahaan saja seperti Microsoft membikin Windows. Linux memiliki varian, yang kita sebut distro (distribusi). Distro Linux ada enam besar yaitu Slackware , Debian, SUSE, Red Hat Linux, Gentoo, dan Archlinux. Dari enam besar ini sebagai bahannya, seniman-seniman teknik membuat lagi varian lain yang kita Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
55
kenal seperti Ubuntu , Fedora, dan openSUSE. Masih banyak distro lain yang kita bisa kenali. Namun untuk memudahkan perkenalan ini hanya disebut tiga saja. Tampilan Linux Linux memiliki 1.000 wajah. Windows hanya memiliki 1 wajah. Itulah perbandingannya. Jumlah tampilan di Linux itu seperti jumlah game di Windows. Hal ini karena sifat Linux yang free sehingga semua seniman teknik boleh menciptakan tampilannya sendiri. Di antara tampilan yang paling terkenal di Linux adalah KDE. Tampilan ini memberikan Linux wajah yang sangat mirip dengan Windows. (Sumber : Majalah RootMagz, Edisi 01/2015) E. Latihan Pembelajaran Setelah kalian menyimak wacana ”Mengenal Linux” yang dibacakan oleh temanmu, kerjakanlah hal-hal berikut ini. 1. Apa yang menjadi pokok pembicaraan wacana tersebut? 2. Apakah kelebihan Linux dibandingkan dengan Windows? 3. Berapa macam Distro linux yang disebutkan dalam wacana tersebut? 4. Apa saja varian Windows yang terdapat pada wacana tersebut? 5. Apa yang dimaksud dengan Linux bersifat free?
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
56
MODUL 20. MENDENGARKAN INFORMASI A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 9. Memahami informasi melalui tuturan. B. Kompetensi Dasar 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) C. Indikator
Mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan
Menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas
Menyimpulkan isi informasi yang didengar
D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Informasi Tidak Langsung Bila pada materi Modul 19 anda mempelajari tentang informasi yang berasal dari tuturan langsung, pada kesempatan ini kita akan mempelajari informasi yang diperoleh secara tidak langsung. Tuturan Informasi langsung adalah informasi yang disampaikan secara langsung (lisan), baik melalui media elektronik maupun dibacakan oleh orang lain. Sedangkan tuturan tidak langsung sebaliknya, diperoleh dengan cara membaca sebuah wacana. Berikut ini akan disajikan wacana ”Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realitas” sebagai sumber belajar kita. Bacalah dengan seksama. Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realita Meski sebagian perpustakaan masih memprihatinkan, mulai ada aksi untuk membenahinya. Bahkan, kini ada alternatif lain buat kamu yang ingin mendongkrak minat baca. Sarie Puspayanti punya sebuah mimpi. "Saya ingin datang ke perpustakaan yang lebih besar, lebih bersih, dan lebih lengkap koleksinya," ujar siswa semester 2 Akuntansi, Universitas Padjadjaran ini. Apabila Sarie menyimpan mimpi mengenai perpustakaan, harap maklum. Wanita ini memang hobi banget datang ke perpustakaan. Untuk saat ini, mimpi Sarie cukup terjawab di Cisral (Center of Information Scientific Resources and Library). Bagi dia, pusat informasi yang terletak di Jalan Dipati Ukur, Bandung, ini
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
57
tampaknya telah memadai. "Cisral bagus karena sudah computerized, pakai katalogisasi, banyak fasilitas mendukung, dan sering juga diadakan acara diskusi," ujarnya. Namun, dia tetap menyimpan mimpi yang sempurna tentang sebuah perpustakaan dalam benaknya. Pagi itu sekitar pukul 10.00, Intan keluar dari gerbang sekolah. Dia tak punya kegiatan sebab guru yang harus mengajarnya hari itu tidak bisa hadir. Intan dan kedua temannya, Mayang dan Rita, lebih suka memilih melakukan aktivitas lain ketimbang datang dan membaca di perpustakaan. Sebenarnya, perpustakaan sekolah mereka cukup nyaman. Namun, koleksi bukunya kebanyakan buku-buku lama. "Banyak juga sih buku-buku yang bagus seperti ensiklopedi negara-negara di dunia, tapi tebel-tebel amat, belum baca saja sudah malas ngeliatnya," tutur Intan yang merupakan salah seorang siswa sebuah SMAN di Bandung ini. Mayang dan Rita mengangguk. Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya kurang memfasilitasi selera baca mereka yang masih remaja. "Aku sih lebih suka baca novel, majalah, atau cerpen-cerpen gitu, pokoknya mah yang mudah dimengerti," kata Mayang. "Males ah, nggak ada yang seru, paling kalau ke perpus, kita curhat-curhatan sama ibu penjaganya," tambah Rita. Ke tiga murid kelas tiga ini mempunyai pengalaman dengan perpustakaan yang lain. Untuk melengkapi tugas yang diberikan guru mereka, Mayang dan Intan juga pernah meminjam buku dari Perpustakaan Daerah. Tapi, lagi-lagi mereka kecewa karena proses peminjaman memakan waktu cukup lama. Selain itu, buku-buku yang ada di sana juga kebanyakan buku-buku jadul alias zaman dulu. "Apalagi buat saya yang IPA, buku IPA- nya kurang lengkap," kata Rita. Walaupun
di
Perpustakaan
Daerah
sudah
menggunakan
sistem
komputerisasi, tetap saja penelusuran buku masih sulit. "Kurang efektif. Misalnya di komputer buku yang saya cari ada di rak sekian, tapi ternyata bukunya nggak ada, kenapa yah nggak rapi banget," kata Mayang sambil bersungut-sungut. Begitulah wajah perpustakaan kita. Ada yang cukup canggih, ada yang seadanya kalau tidak bisa dikatakan memprihatinkan. Tentang ini, Asep Saefulloh, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Padjadjaran, mengatakan bahwa perpustakaan di daerah Jawa Barat memang jauh tertinggal dengan daerah-daerah lain. Penyebabnya bermula dari peminat yang kurang. (Sumber: www.republikaonline.com dengan penyesuaian) E. Latihan Pembelajaran Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
58
Setelah kalian membaca wacana di atas, kerjakanlah hal-hal berikut ini. 1. Catatlah pokok-pokok informasi dari wacana di atas dan buatlah daftar dari pokok informasi tersebut. 2. Tulislah kata-kata tidak baku yang terdapat pada wacana di atas, kemudian perbaiki menjadi kata-kata baku 3. Simpulkanlah isi wacana di atas berdasarkan pokok-pokok wacana yang sudah dicatat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami. 4. Sampaikanlah hasil pengeraanmu secara lisan secara runtut dan jelas di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
59
MODUL 21. BERKOMENTAR A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. B. Kompetensi Dasar 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik C. Indikator
Mendata
informasi
dari
sebuah
artikel
dengan
mencantumkan
sumbernya
Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
Memberikan kritik dengan disertai alasan
D. Materi Pembelajaran : Berkomentar Terhadap Informasi Dari beberapa wacana yang telah disampaikan pada pembelajaran sebelumnya, tentu kamu memperoleh berbagai informasi. Namun, ada kalanya informasi tersebut tidak sesuai dengan kehendak hati pembaca. Apalagi bila kita menerapkan teknik membaca kritis, tentu akan terlihat informasi yang berupa fakta ataupun pendapat (opini). Apabila ingin mengkritisi informasi dari media cetak dan elektonik, sebaiknyalah dilakukan dengan cara dan bahasa yang baik serta santun. Selain itu, harus pula mempunyai bukti atau fakta pendukung dan alasan yang logis sehingga kritikan yang disampaikan menjadi suatu pendorong untuk memperluas wawasan (kritik membangun). Dalam pembelajaran ini, kita harus mengetahui dua perbedaan antara fakta dan opini. Fakta merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, riil, dan dapat dibuktikan baik dengan data-data maupun angka-angka. Contoh : Linux memiliki varian, yang kita sebut distro (distribusi). Distro Linux ada enam besar yaitu Slackware , Debian, SUSE, Red Hat Linux, Gentoo, dan Archlinux.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
60
Sedangkan pendapat / opini adalah pandangan seseorang terhadap suatu permasalahan dan biasanya disertai dengan sisi subjektif. Contoh : Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya kurang memfasilitasi selera baca mereka yang masih remaja. E. Latihan Pembelajaran Setelah anda mengetahui perbedaan fakta dan pendapat di atas, berilah kritikan anda terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengungkapkan fakta pendukung . Gunakanlah bahasa yang lugas, tegas, dan pilihan kata yang tepat. 1. Petani berhak mendapat harga jual gabah yang besar. 2. Pemerintah lebih baik memusatkan pembangunan pada bidang pertanian sesuai dengan keadaan negara kita yang agraris. 3. Penyemprotan pestisida pada tanaman sayuran dan buah-buahan perlu dilakukan karena dapat menghindari hama dan gulma. 4. Masyarakat desa boleh membunuh babi hutan yang telah merusak perkebunan mereka. 5. Sebelum masa panen tiba, ada kalanya petani menjual hasil pertaniannya kepada lintah darat.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
61
MODUL 22. BERKOMENTAR A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. B. Kompetensi Dasar 10.2 Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik C. Indikator
Mendata
informasi
dari
sebuah
artikel
dengan
mencantumkan
sumbernya
Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan alasan)
D. Materi Pembelajaran : Memberikan Persetujuan Terhadap Informasi Pada pembelajaran modul 21 sebelumnya, anda telah belajar bagaimana mengungkapkan pendapat berdasarkan informasi tertentu. Pada kesempatan ini, akan disajikan sebuah wacana untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran menyampaikan persetujuan ataupun tidak setuju dari beberapa pernyataan wacana tersebut. Sebelum anda belajar menyampaikan persetujuan ataupun tidak setuju, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni : 1. Tandailah informasi-informasi penting dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya. 2. Rumuskanlah pokok persoalan tersebut ke dalam beberapa kalimat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.) 3. Berikanlah persetujuan ataupun ketidak-setujuan anda dengan bukti pendukung disertai dengan alasan yang logis. Berikut ini akan disajikan wacana untuk bahan pembelajaran anda. Bacalah Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
62
secara kritis dan efektif. Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realita Meski sebagian perpustakaan masih memprihatinkan, mulai ada aksi untuk membenahinya. Bahkan, kini ada alternatif lain buat kamu yang ingin mendongkrak minat baca. Sarie Puspayanti punya sebuah mimpi. "Saya ingin datang ke perpustakaan yang lebih besar, lebih bersih, dan lebih lengkap koleksinya," ujar siswa semester 2 Akuntansi, Universitas Padjadjaran ini. Apabila Sarie menyimpan mimpi mengenai perpustakaan, harap maklum. Wanita ini memang hobi banget datang ke perpustakaan. Untuk saat ini, mimpi Sarie cukup terjawab di Cisral (Center of Information Scientific Resources and Library). Bagi dia, pusat informasi yang terletak di Jalan Dipati Ukur, Bandung, ini tampaknya telah memadai. "Cisral bagus karena sudah computerized, pakai katalogisasi, banyak fasilitas mendukung, dan sering juga diadakan acara diskusi," ujarnya. Namun, dia tetap menyimpan mimpi yang sempurna tentang sebuah perpustakaan dalam benaknya. Pagi itu sekitar pukul 10.00, Intan keluar dari gerbang sekolah. Dia tak punya kegiatan sebab guru yang harus mengajarnya hari itu tidak bisa hadir. Intan dan kedua temannya, Mayang dan Rita, lebih suka memilih melakukan aktivitas lain ketimbang datang dan membaca di perpustakaan. Sebenarnya, perpustakaan sekolah mereka cukup nyaman. Namun, koleksi bukunya kebanyakan buku-buku lama. "Banyak juga sih buku-buku yang bagus seperti ensiklopedi negara-negara di dunia, tapi tebel-tebel amat, belum baca saja sudah malas ngeliatnya," tutur Intan yang merupakan salah seorang siswa sebuah SMAN di Bandung ini. Mayang dan Rita mengangguk. Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya kurang memfasilitasi selera baca mereka yang masih remaja. "Aku sih lebih suka baca novel, majalah, atau cerpen-cerpen gitu, pokoknya mah yang mudah dimengerti," kata Mayang. "Males ah, nggak ada yang seru, paling kalau ke perpus, kita curhat-curhatan sama ibu penjaganya," tambah Rita. Ke tiga murid kelas tiga ini mempunyai pengalaman dengan perpustakaan yang lain. Untuk melengkapi tugas yang diberikan guru mereka, Mayang dan Intan juga pernah meminjam buku dari Perpustakaan Daerah. Tapi, lagi-lagi mereka kecewa karena proses peminjaman memakan waktu cukup lama. Selain itu, buku-buku yang ada di sana juga kebanyakan buku-buku jadul alias zaman Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
63
dulu. "Apalagi buat saya yang IPA, buku IPA- nya kurang lengkap," kata Rita. Walaupun
di
Perpustakaan
Daerah
sudah
menggunakan
sistem
komputerisasi, tetap saja penelusuran buku masih sulit. "Kurang efektif. Misalnya di komputer buku yang saya cari ada di rak sekian, tapi ternyata bukunya nggak ada, kenapa yah nggak rapi banget," kata Mayang sambil bersungut-sungut. Begitulah wajah perpustakaan kita. Ada yang cukup canggih, ada yang seadanya kalau tidak bisa dikatakan memprihatinkan. Tentang ini, Asep Saefulloh, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Padjadjaran, mengatakan bahwa perpustakaan di daerah Jawa Barat memang jauh tertinggal dengan daerah-daerah lain. Penyebabnya bermula dari peminat yang kurang. (Sumber: www.republikaonline.com dengan penyesuaian)
E. Latihan Pembelajaran Setelah
anda
membaca
wacana
di
atas,
bersiaplah
memberikan
persetujuan/dukungan ataupun ketidak-setujuan anda terhadap pokok-pokok persoalan yang diungkapkan dalam tabel berikut ini. Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realita No.
Pokok Persoalan
Setuju
Tidak Setuju
Alasan
1 2 3 4 5
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
64
MODUL 23. MEMBACA MEMINDAI A. Standar Kompetensi: Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai. B. Kompetensi Dasar 11.1. Merangkum seluruh isi informasi teks buku ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai C. Indikator
Mencatat pokok-pokok isi informasi pada halaman bab tertentu yang dirujuk
Merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab tertentu) ke dalam beberapa kalimat
Membahas rangkuman yang telah dibuat
D. Materi Pembelajaran : Membaca Memindai (Scanning) Membaca memindai (Scanning) merupakan kegiatan membaca dengan cara sekilas untuk menemukan informasi tertentui. Membaca memindai dilakukan ketika membaca buku berindeks, seperti kamus, buku telepon, atau eksiklopedi. Buku tersebut disusun secara alfabetis berdasarkan urutan abjad dan di dalamnya selalu terdapat indeks atau petunjuk agar pembaca dengan mudah menemukan informasi yang dicarinya. Pada kesempatan pembelajaran kali ini, kita akan belajar tentang membaca memindai, khususnya dengan indeks buku. Indeks dalam sebuah buku berisi kosakata-kosakata penting atau kata-kata kunci beserta lokasi/halaman di mana kosakata tersebut berada dalam buku. Indeks biasanya ditempatkan di bagian akhir buku sebelum daftar pustaka. Indeks berguna untuk menelusuri informasi spesifik dalam sebuah buku, misalnya informasi mengenai sebuah teori berikut pencetusnya. Contoh : akting, 17 aktual, 147
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
65
Basidium, 130 Difusi, 10 Bagaimanakah cara membacanya? Apa arti dari daftar kata tersebut? Berikut ini penjelasannya. 1. Kata Akting, terdapat pada halaman 17. Jika dibuka pada halaman 17 tersebut maka terdapat kata akting pada kalimat ; b. jika perlu, sertai dengan akting/gerakan yang lucu; 2. Kata Aktual, terdapat pada halaman 147. Jika dibuka pada halaman 147 tersebut maka terdapat kata aktual pada kalimat ; Aktual dan faktual 3. Kata Basidium ditemukan pada halaman 130. Pada halaman tersebut tertulis “Basidomycetes bereproduksi dengan komidia dan sporadium yang dibuat oleh Basidium”. 4. Kata Difusi, terdapat pada halaman 10. Istilah ini terdapat pada kalimat: “Difusi adalah perpindahan partikel zat padat atau gas dari hyper ke hypo”. Demikianlah penjelasan tentang cara membaca memindai indeks pada sebuah buku. Cukup sederhana bukan? Semoga anda dapat memahami dan menerapkannya pada sumber bacaan lain seperti kamus, buku telepon, dan sebagainya. E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman anda lebih dalam tentang cara membaca memindai, kerjakanlah tugas berikut ini. 1. Carilah sebuah buku yang berindeks lengkap. 2. Tuliskan 10 (sepuluh) kata yang terdapat dalam indeks tersebut. 3. Tulislah isi informasi yang terdapat pada halaman yang dirujuk pada daftar indeks sesuai dengan contoh di atas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
66
MODUL 24. MEMBACA TABEL DAN GRAFIK A. Standar Kompetensi: Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai. B. Kompetensi Dasar 11.2 Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai C. Indikator
Mencatat pokok-pokok isi informasi pada halaman bab tertentu yang dirujuk
Merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab tertentu) ke dalam beberapa kalimat
Membahas rangkuman yang telah dibuat
D. Materi Pembelajaran : Membaca Tabel Dan Grafik Tahukah anda perbedaan antara tabel dan grafik? Tabel adalah daftar berisi ikhtisar sejumlah fakta/informasi, biasanya berupa nama dan bilangan yang tersusun secara urut ke bawah dan ke samping dengan garis pembatas sehingga dapat dibaca dengan mudah. Bagian dari atas ke bawah disebut dengan kolom, sedangkan bagian dari kiri ke kanan disebut baris. Contoh Tabel Judul Tabel No.
A
B
C
1 2 3 4 5 Sedangkan grafik adalah lukisan pasang-surut suatu keadaan dengan garis atau gambar. Biasanya menggambarkan naik turunnya suatu hasil, statistik, dan lain-lain. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
67
Contoh Grafik (Grafik Batang) Judul Grafik 12 10 8 Column 1 Column 2 Column 3
6 4 2 0 Row 1
Row 2
Row 3
Row 4
Apa disajikan dalam bentuk kesimpulan, berikut ini contoh penuangan kesimpulan pada sebuah kalimat. Grafik industri di Kabupaten Cianjur dapat disimpulkan mengalami pasang surut. Dalam kurun waktu lima tahun (2003 – 2007), puncak kejayaan industri terjadi pada tahun 2005. E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman anda lebih mendalam dalam membaca tabel dan grafik, perhatikanlah tabel berikut ini. Angka Kematian Bayi Kabupaten Cianjur 2015 No.
Penyebab
Jumlah Korban
1
Malaria
10
2
Campak
15
3
Diare
30
4
Infeksi Pernapasan
15
5
Lainnya
20
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini 1. Penyebab kematian manakah yang paling tinggi? 2. Penyebab kematian manakah yang paling rendah? 3. Simpulkanlah isi tabel tersebut ke dalam kalimat yang efektif dan jelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
68
MODUL 25. MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF A. Standar Kompetensi: Menulis 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. B. Kompetensi Dasar 12.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif C. Indikator
Mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentatif
Menyusun kerangka paragraf argumentatif
Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf argumentatif
Menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu, dengan denikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraph argumentatif
Menyunting paragraph argumentatif yang ditulis teman
D. Materi Pembelajaran : Menulis Paragraf Argumentatif Paragraf argumentatif adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan untuk memengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, dan keyakinannya terhadap topik yang disampaikan. Paragraf argumentatif dapat dikengembangkan dengan beberapa metode, yakni (1) definisi, (2) sebab-akibat, (3) keadaan, (4) persamaan, (5) perbandingan, (6) pertentangan, dan (7) kesaksian dan otoritas. Berikut ini akan dipaparkan penjelasan dari tiap pengembangan paragraf argumentatif tersebut. 1. Definisi Yakni pengembangan paragraf argumentasi yang menggunakan definisi, biasanya menguraikan tulisan yang panjang lebar mengenai objek dan kelasnya. Tujuan membuat definisi adalah untuk menetapkan jenis dari objek yang dibicarakan. Penulis biasanya membuat definisi luas dengan menjelaskan ciri-ciri Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
69
dari sebuah jenis tersebut. Contoh : Sejalan dengan perencanaan Gerakan Disiplin Nasional, warga negara dituntut meningkatkan diri dalam mematuhi peraturan perundang-undangan. Selain itu, warga negara juga harus berupaya semaksimal mungkin untuk dapat meninggalkan/menghindari kebiasaan yang tidak menguntungkan. Sikap demikian tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus dibina secara sadar. Disiplin nasional merupakan sikap suatu bangsa untuk menaati tata tertib atau sikap mental suatu bangsa yang menyatakan diri dalam tingkah laku terpola, yang mencerminkan penghargaan terhadap norma-norma yang mengatur kehidupan bersama dan secara beradab. 2. Sebab-Akibat Paragraf argumentasi yang dikembangkan dengan sebab akibat selalu menggunakan proses berpikir yang bercorak khusus. Proses berpikir ini menyatakan bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah sebab yang sebanding. Pengembangan paragraf dengan cara sebab adalah dengan menempatkan sebab sebagai inti dan akibat sebagai penjelasannya. Sebaliknya, dengan menempatkan akibat sebagai inti untuk memahami bahwa akibat tersebut ditimbulkan oleh sejumlah penyebab sebagai penjelasnya. Contoh : Jalan Pasar Baru sangat macet dan semrawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan tersita oleh pedagang kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah memasang pagar pemisah antara jalan dan trotoar. Pagar ini berfungsi juga sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. 3. Persamaan Paragraf argumentasi yang dikembangkan dengan metode persamaan biasanya mengandung suatu pernyataan mengenai kesamaan antara dua barang/hal. Hal ini bertitik tolak dari berpikir analogis bahwa jika dua barang mirip Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
70
dalam aspek-aspek tertentu, besar kemungkinan mereka mirip pula dalam aspek lainnya. Contoh : Apabila kita perhatikan, antara majalah Asri dan majalah Laras sebenarnya tidak terdapat perbedaan. Isi kedua majalah tersebut membahas arsitektur, interior, taman, dan lingkungan. Kedua majalah ini sangat disukai masyarakat karena dapat membantu mereka dalam mengenal interior, taman, dan lingkungan lebih jauh. Selain itu, keduanya juga menyediakan rubrik konsultasi yang memudahkan pembaca untuk berkonsultasi mengenai semua materi yang disajikan. 4. Perbandingan Paragraf argumentasi persamaan dan perbandingan memiliki kesamaan, tetapi juga memiliki perbedaan. Dalam perbandingan tercakup pengertian bahwa salah satu dari hal yang diperbandingkan lebih kuat daripada hal lain yang menjadikan dasar perbandingan. Penulis yang menggunakan perbandingan ini menghadapi dua kemungkinan yang mempunyai peluang atau kepastian lebih tinggi. Apabila kemungkinan kedua lebih mempunyai peluang dari kemungkinan pertama, ia akan membatasi jika menyetujui kemungkinan pertama. Artinya dengan menyetujui kemungkinan yang pertama maka lebih pasti lagi ia harus menyetujui kemungkinan yang kedua. Inilah pengembangan paragraf dengan cara membandingkan. Dalam hal ini, penulis berusaha menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua hal. Contoh : Wacana 1 : Kepribadian Apabila seseorang terbiasa disiplin terhadap diri sendiri, ia juga akan disiplin terhadap peraturan orang lain. Ia disiplin dalam melakukan kegiatan pribadinya. Oleh sebab itu, ia patut menjadi pemimpin karena ia disiplin pula terhadap peraturan yang telah disepakati bersama. Hal ini dipertegas pula oleh Musthafa Bisri. Beliau mengharapkan Gerakan Disiplin Nasional dimulai dari para pemimpin bangsa.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
71
Wacana 2 : Kepribadian Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu tampil di muka umum seperti yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota, ia paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scarf. Lain halnya dengan Margareth Tatcher. Ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, pemakaman, dan upacara resmi. 5. Pertentangan Paragraf
Argumentasi
dengan
metode
pertentangan
atau
kebalikan
berasumsi bahwa jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi tertentu. Fakta atau situasi yang bertentangan dengan fakta dan situasi tadi akan membawa bencana atau malapetaka bagi kita, atau kita memperoleh kerugian karena berlawanan dengan situasi sekarang ini. Dengan kata lain, kegagalan atau ketidakpuasan selalu mencakup keinginan akan situasi yang berlawanan dari situasi sekarang. Contoh : Pendapat
umum
menyatakan
bahwa
bahasa
pertama
seseorang
berpengaruh negatif terhadap penokohan bahasa keduanya. Bahasa pertama hanya akan merusak bahasa kedua. Akan tetapi, sebenarnya pendapat di atas tidak mutlak. Justru sebaliknya, bahasa pertama membawa pengaruh yang baik bagi perolehan bahasa kedua. Bahasa pertama merupakan dasar untuk mempelajari bahasa kedua. 6. Kesaksian dan Otoritas Paragraf Argumentasi dengan metode kesaksian biasanya penulis menggali sendiri fakta- fakta sebagai sumber, kemudian disusun sendiri untuk menjelaskan kebenaran yang nyata. Adapun argumentasi yang menggunakan otoritas biasanya diperkuat oleh pendapat atau ucapan orang lain yang memiliki popularitas, atau seseorang yang diakui keahliannya. Argumentasi otoritas sering digunakan dalam bidang politik dan tulisan-tulisan ilmiah. Contoh : Menurut Derva Lee Daris, peneliti kanker dari National Academy of Science, Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
72
seorang perokok mempunyai kemungkinan 4-14% lebih tinggi terkena kanker paru-paru dibandingkan dengan bukan perokok. Kematian akibat kanker paruparu yang terjadi karena kebiasan merokok bisa mencapai 80- 90%. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan berkurangnya ketajaman mata. Setiap tahun, kira-kira tiga juta orang akan mati karena keracunan asap rokok dan jumlah itu akan meningkat sampai 10 juta pada tahun 2000. E. Latihan Pembelajaran Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai paragraf argumentatif, kerjakanlah latihan berikut ini. 1. Buatlah daftar topik yang akan dijadikan pokok persoalan pada paragraf argumentatif. 2. Pilihlah jenis pengembangan paragraf argumentatif sesuai kehendakmu untuk dijadikan sebuah wacana. 3. Tulislah sebuah paragraf argumentatif berdasarkan 1 (satu) topik yang telah dipilih. Gunakanlah kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu, dengan denikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraph argumentatifmu. 4. Tukarkan hasil pengerjaanmu dengan teman untuk dikoreksi dan diperbaiki.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
73
MODUL 26. MENULIS PARAGRAF PERSUASIF A. Standar Kompetensi: Menulis 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. B. Kompetensi Dasar 12.2 Menulis agasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif
C. Indikator
Mendaftar topik- topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf persuasif berdasarkan hasil penelitian
Menyusun kerangka paragraf persuasif
Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf persuasif
Menggunakan kata penghubung antarklausa (karena, jika, kalau, seperti, dll.) dalam paragraph persuasif
Menyunting paragraph persuasif yang ditulis teman
D. Materi Pembelajaran : Menulis Paragraf Persuasif Paragraf persuasif merupakan paragraf yang berisi ajakan atau bujukan agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjuk-petunjuk yang ditulisnya dalam teks. Dalam beberapa hal, karangan persuasif ini mirip sebuah iklan atau adventoria. Kalimat-kalimat persuasif dalam sebuah paragraf mendorong pembaca untuk mengikuti langkah atau petunjuk dalam kalimat tersebut. Sebagai tulisan yang bersifat
ajakan,
kalimat-kalimat
dalam
paragraf
persuasif
cenderung
mempromosikan sesuatu yang diperlukan pembaca. Judul tulisan pun biasanya bersifat menunjukkan atau menginformasikan sesuatu kepada masyarakat. Contoh : Karier memang bukan segala-galanya dalam hidup ini, tetapi punya andil dalam
memengaruhi
kehidupan
seseorang.
Mempertahankan
serta
meningkatkan kualitas karier merupakan keinginan sebagian besar orang. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
74
Banyak cara yang bisa ditempuh untuk menjaga kualitas karier. Salah satu yang paling efektif adalah dengan senantiasa menjaga gairah kerja. Gairah kerja ternyata ikut menentukan sukses tidaknya karier seseorang. Bahkan, harus usahakan agar gairah kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu, jangan sampai menurun, atau malah hilang sama sekali. Dalam
membuat
memilah
topik
karangan
persuasif,
anda
dapat
mengembangkannya dari berbagai macam bidang, dengan syarat topik itu mengandung ajakan (persuasif) kepada pembaca. Contoh topik : Bidang Pendidikan : •
Meraih Prestasi di Tengah Kompetisi yang Ketat
•
Cara Belajar yang Efektif
•
Buku Sebagai Sumber Ilmu
Untuk menyusun kerangka paragraf harus memiliki koherensi antara satu kalimat dan kalimat lainnya. Selai itu, Kerangka paragraf dapat dibuat terperinci atau secara garis besarnya sesuai dengan kebutuhan. Contoh penyusunan kerangka karangan persuasif : •
Topik paragraf
: ............................................................
•
Gagasan utama : ............................................................
•
Gagasan pendukung : ............................................................
Jika dituangkan akan seperti ini : Topik paragraf
: Belajar secara efektif
Gagasan utama : Belajar secara efektif dibutuhkan oleh setiap pelajar Gagasan pendukung
: Kompetisi di antara pelajar semakin tinggi
Semakin banyak pelajar yang pintar Materi ajar yang banyak membutuhkan waktu belajar yang lebih lama. Kemudian, dari kerangka karangan paragraf persuasif di atas dapat dikembangkan
menjadi
sebuah
paragraf
utuh.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
Adapun
contoh
dari
75
pengembangan kerangka di atas adalah sebagai berikut : Belajar Efektif Setiap pelajar membutuhkan strategi belajar yang efektif pada masa mendatang. Strategi belajar yang efektif sangat diperlukan oleh pelajar mengingat semakin hari kompetisi di kalangan pelajar semakin tinggi. Para pelajar berlomba untuk mencapai prestasi sehingga semakin banyak pelajar yang pintar. Materi ajar yang banyak, harus disiasati dengan cara belajar efektif, tidak membuang-buang waktu aagar pelajar bisa belajar dalam waktu yang lebih singkat. E. Latihan Pembelajaran Untuk
memperdalam
pemahamanmu
mengenai
paragraf
persuasif,
kerjakanlah latihan berikut ini. Tulislah sebuah paragraf persuasif dalam bidang Olahraga dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Buatlah daftar topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf persuasif 2. Susun kerangka paragraf persuasif bidang olahraga tersebut secara baik dan runut. 3. Kembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf persuasif 4. Gunakanlah kata penghubung antarklausa (karena, jika, kalau, seperti, dll.) dalam paragraph persuasif anda 5. Setelah selasai, tukarkan dengan temanmu untuk saling memperbaiki paragraf persuasif yang telah ditulis.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
76
MODUL 27. MENULIS HASIL WAWANCARA A. Standar Kompetensi: Menulis 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. B. Kompetensi Dasar 12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat
C. Indikator
Menentukan topik
Menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi (apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana)
Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara
Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar
D. Materi Pembelajaran : Menulis Hasil Wawancara Pernahkah anda melakukan wawancara? Wawancara merupakan percakapan antara dua orang, yaitu antara penanya dan yang ditanya sebagai penjawab. Dalam kegiatan wawancara biasanya terbagi atas tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tanya jawab, dan penutup. Berikut ini akan dipaparkan ketiga fase tersebut, yaitu : 1. Bagian pendahuluan berupa kegiatan menciptakan suasana yang menyenangkan, penjelasan tentang tujuan wawancara dan memberi dorongan atau mengajak penjawab untuk bersedia memberi keterangan yang sebenarnya
tentang hal-hal
yang ditanyakan.
Keberhasilan
menciptakan suasana yang baik (kondusif) akan menjadikan wawancara berjalan lancar sehingga tujuannya pun tercapai. 2. Bagian tanya jawab merupakan jantung suatu wawancara. Artinya, melalui tanya jawab itulah berbagai informasi yang diperlukan bisa didapat atau terungkap secara jelas. Oleh karena itu, si penanya tidak boleh salah kaprah dalam mengajukan pertanyaan atau melantur. 3. Bagian penutup adalah penyimpulan hasil wawancara, lalu mengakhiri Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
77
perbincangan dengan ucapan terima kasih oleh penanya kepada penjawab atas kesediaannya untuk diwawancarai. Selain
itu,
dalam
membuat
daftar
pertanyaan
untuk
kebutuhan
berwawancara tidak akan terlepas dari rumus 5 W dan 1 H agar proses berwawancara anda terarah dengan baik. Apa saja 5 W dan 1 H tersebut? Berikut ini penjelasannya. 1. What (Apa) berkaitan dengan pokok persoalan yang akan ditanyakan / dibahas. 2. When (Kapan), berkaitan dengan waktu kejadian peristiwa. 3. Where (Dimana), berkaitan dengan tempat terjadinya peritiwa/pokok pembicaraan 4. Who (Siapa) berkaitan dengan siapa subjek yang menjadi atau terlibat dalam pokok pembicaraan 5. How (Bagaimana), berkaitan dengan proses terjadinya peristiwa dalam pokok pembicaraan. Setelah anda memahami rumusan 5 W dan 1 H dalam membuat daftar pertanyaan di atas, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam berwawancara, yakni :
Tentukanlah topik untuk kegiatan berwawancara
Susunlah daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi 5 W dan 1 H (apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana).
Hubungi pihak yang akan diwawancarai sebelum pelaksaan wawancara. Hal ini berkaitan dengan membuat janji bertemu untuk melaksanakan wawancara.
Ketika melaksanakan kegiatan berwawancara, catatlah pokok-pokok informasi yang diperoleh dari kegiatan wawancara tersebut.
Setelah pelaksanaan wawancara anda selesai, tuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar.
E. Latihan Pembelajaran Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai wawancara, kerjakanlah Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
78
latihan berikut ini secara berkelompok (maksimal 3-5 siswa per kelompok). Lakukanlah kegiatan berwawancara dengan Gurumu atau pihak yang penting di sekolah dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Topik
untuk
kegiatan
berwawancara
tersebut
berkaitan
dengan
pembelajaran. 2. Susunlah daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi 5 W dan 1 H (apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana). 3. Buatlah janji dengan pihak yang akan diwawancarai untuk waktu dan pelaksanaan berwawancara. 4. Catatlah pokok-pokok informasi yang diperoleh pada saat kegiatan wawancara berlangsung. 5. Setelah pelaksanaan wawancara anda selesai, tuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar. 6. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
79
MODUL 28. MENULIS TEKS PIDATO A. Standar Kompetensi: Menulis 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. B. Kompetensi Dasar 12.4 Menyusun teks pidato C. Indikator
Menyusun teks pidato berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami
Menyunting teks pidato tulisan teman
D. Materi Pembelajaran : Menyusun Teks Pidato Pernahkah
anda
melakukan
kegiatan
berpidato?
Bagi
siswa
yang
berkecimpung dalam dunia organisasi (OSIS, PMR, Pramuka, Paskibra, dsb.) tentu akan memperoleh pengalaman berpidato. Namun, bagaimanakah tata cara berpidato yang baik dan benar? Bagaimana menyusun teks pidato yang baik? Pada pembelajaran kali ini, kita akan membahas kegiatan berpidato. Teks pidato yang baik terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Isi pidato harus sesuai dengan tema/topik yang telah ditentukan, juga tersusun urut seperti kerangka yang mendahuluinya. Agar anda dapat melaksanakan kegiatan pidato yang baik, perhatikanlah halhal berikut ini. 1. Menentukan Tujuan Pertama kali tentukanlah tujuan anda berpidato. Tujuan suatu pidato sangat berpengaruh dalam menentukan topik pembicaraan, menentukan batasan topik, serta berpengaruh dalam menentukan gaya dan bahasa pidato yang akan dilakukan. 2. Memilih Topik Pembicaraan Tentukan topik pidato secara relevan dan menarik. Topik pidato harus sesuai dengan tujuan dan kebutuhan audiens (pendengar). Selain itu, topik yang akan disampaikan haruslah menarik dan sesuai dengan kebutuhan audiens, sehingga audiens akan secara saksama mengikuti uraian pidato anda.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
80
3. Membatasi Topik Pembicaraan Dalam kegiatan berpidato, topik pembicaraan tidak mungkin dapat disampaikan secara terperinci dalam waktu yang singkat dan terbatas. Oleh karena itu, membatasi topik pembicaraan akan sangat membantu dalam mengefektifkan materi pembicaraan sehingga tersampaikan secara tepat dan menarik. Pembicaraan yang terlalu melebar akan meninggalkan kesan kurang jelas pada audiens. 4. Mengumpulkan Bahan-bahan Mulailah mengumpulkan bahan atau materi pidato yang sesuai dengan topik yang akan dibicarakan. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, ensiklopedi, majalah, surat kabar, informasi/ berita TV, atau dapat juga dengan melakukan wawancara dengan seorang ahli dalam bidang tertentu. 5. Menyusun Bahan Uraian pidato yang hendak disampaikan, biasanya diawali oleh salam pembuka, pendahuluan, isi, kesimpulan, dan diakhiri dengan penutup. a. Kalimat Pembuka/Salam Pembuka Pada bagian pertama diawali kalimat pembuka berbentuk susunan kalimat sapaan dengan maksud memberi penghormatan, mengkondisikan atau menarik perhatian audiens agar memperhatikan pembicara. Contoh : Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Yang terhormat Bapak/Ibu Guru, Yang terhormat Ketua OSIS serta Anggota OSIS sekalian, Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu!. …....................... b. Pendahuluan Pada bagian ini pembicaraan diawali dengan ucapan syukur, kemudian dilanjutkan dengan memberi sedikit gambaran pada audiens topik yang akan dibicarakan, latar belakangnya, mengapa topik pembicaraan itu penting. Agar menarik perhatian, pada bagian ini dapat juga diawali dengan suatu pertanyaan atau pernyataan yang dapat merangsang keingintahuan audiens. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
81
c. Bagian isi Bagian ini merupakan bagian pokok pidato. Pada bagian ini uraian penjabaran topik pidato secara keseluruhan. Rincilah topik pembicaraan menjadi butir-butir penting pembicaraan sesuai batasan topik yang direncanakan. Gunakanlah kalimat sapaan setiap peralihannya, atau gunakanlah kata rincian pertama ..., kedua ..., ketiga ..., akhirnya ..., selanjutnya ..., langkah pertama ..., langkah kedua ..., dan lain-lain. d. Penutup Akhir suatu pidato biasanya berbentuk kesimpulan, harapan, permohonan maaf, dan salam penutup. Kesimpulan hendaknya jangan hanya disampaikan dalam satu atau dua kalimat, tetapi hendaknya merupakan rangkuman butir-butir penting rincian topik yang dinyatakan dalam satu atau dua paragraf. Berikut ini adalah salah satu contoh teks pidato sebagai bahan referensi anda menulis teks pidato. TEKS PIDATO Isu-isu Pendidikan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Yang terhormat Bapak/Ibu Guru, Yang terhormat Kakak Kelas dan rekan sekalian, Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu!. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah subhanahu wa taala, yang senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan kepada kita, sehingga pada hari yang berbahagian ini kita dapat berkumpul dalam kebahagiaan dan silaturahmi. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wassalam, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, hingga kepada kita, umatnya. Amin. Bapak/Ibu Guru, dan teman-teman yang berbahagia. Pada kesempatan yang cerah ini, kami akan membahas topik yang berjudul “Isu-isu Pendidikan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Isu-isu yang berkembang dalam proses
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
82
pembelajaran dan pendidikan abad ke-21, berorientasi pada kurikulum pendidikan, kualitas pembelajaran, dan efektivitas pembelajaran. Implikasi dari isu tersebut mengandung makna: (1) kurikulum dinamika sosial, relevan, tidak sarat berlebih (overload), dan mampu mengakomodasi segala keperluan dan kemajuan teknologi, (2) kualitas pembelajaran harus tetap diupayakan meningkat dalam rangka meningkatkan hasil belajar, (3) pendekatan yang holistik dalam pembelajaran perlu senantiasa dikembangkan. Isu dan pesan tersebut perlu diakomodasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya di SMA, lebih-lebih jika dikaitkan dengan konteks pembahasan kebijakan pendidikan: (1) sentralisasi pendidikan menjadi desentralisasi pendidikan, (2) pendidikan yang berdasarkan kekuasaan menjadi pendidikan yang berdasarkan layanan, (3) kekuasaan birokrasi pendidikan menjadi partisipasi masyarakat dalam pendidikan, (4) hubungan instruktif menjadi hubungan fasilitatif, dan (5) basis materi pelajaran menjadi basis berpotensi.
Hal tersebut
mungkin
dihasilkan
dengan
pembenahan dan
peningkatan mutu pendidikan, termasuk dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Terlepas dari peringkat prestasi dan kemampuan berbicara dan menulis lulusan sekolah Indonesia di antara negara-negara lain, kemampuan berbicara dan menulis merupakan kemampuan yang strategis untuk mewujudkan kecakapan hiidup seseorang. Kemampuan itu juga strategis untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran yang lain, yang pada gilirannya berdampak pada prestasi belajar secara untuh. Pada umumnya, prestasi siswa ditentukan oleh tingkat keandalan kemampuannya dalam berbicara dan menulis. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbicara dan menulis di SMA perlu
diperhatikan
secara
sungguh-sungguh.
Sejalan
dengan
Kurikulum
pendidikan yang bertumpu pada peningkatan Kompetensi peserta didik, perhatian ini layak diwujudkan dalam kegiatan pembelajatan yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Selain itu, proses belajar mengajar mampu mendorong siswa menaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat. (Sumber : Indrawati, Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X, hal. 111-112)
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
83
E. Latihan Pembelajaran Untuk
memperdalam
pemahamanmu
mengenai
kegiatan
berpidato,
kerjakanlah latihan berikut ini. Ilustrasi : Anda diminta untuk memberikan pidato sambutan sekaligus ucapan perpisahan pada acara ”Perpisahan Kelas XI (Duabelas)” di sekolah. 1. Buatlah rancangan/kerangka pidato itu dengan memilih topik yang tepat. 2. Uraikan rancangan/kerangka pidato menjadi teks pidato yang utuh!. 3. Tulislah teks pidato dengan memperhatikan tanda baca yang tepat agar mudah dalam membacakannya. 4. Koreksilah teks pidato teman kamu dari segi ketepatan . Tukarkan teks pidato kamu dengan hasil kerja teman kamu untuk saling mengoreksi kesalahan atau kekurangannya.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
84
MODUL 29. CERITA RAKYAT A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan. B. Kompetensi Dasar 13.1 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman
C. Indikator
Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan
Menentukan isi dan atau amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat
Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat
Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa kini dengan menggunakan kalimat yang efektif.
Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis
D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang di suatu daerah tertentu sesuai dengan karakteristik adat-istiadat setempat. Istilah lain untuk cerita rakyat disebut dengan Folklor. Cerita rakyat berbentuk prosa (cerita) dibagi ke dalam tiga golongan besar, yakni mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite menghadirkan tokoh-tokoh para dewa atau makhluk setengah dewa. Misalnya, cerita Nyi Roro Kidul dan mitologi Yunani (Zeus, Hercules, Ares, Aprodite, dan sebagainya). Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi, namun tidak dianggap suci. Legenda biasanya menceritakan asal usul terjadinya suatu tempat atau benda. Misalnya, legenda Sangkuriang dan asal mula nama Buleleng. Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi atau bersifat imajinasi belaka. Dongeng pun tidak terikat oleh waktu dan tempat. Misalnya, dongeng si Kancil dan Buaya. Meskipun cerita rakyat tersebut kebanyakan imajinatif, namun banyak Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
85
pelajaran yang dapat dipetik. Dari cerita tersebut kita dapat memahami isi dan pesan yang hendak disampaikan. Sesuai dengan karakter budaya lisan, segala ajaran moral, agama, sosial kemasyarakatan, dan cara bertahan hidup disampaikan lewat cerita secara lisan. Selain itu, dalam sebuah cerita rakyat akan banyak mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat kita petik. Apa saja nilai-nilai tersebut? Berikut beberapa jenis nilai yang terkandung dalam sebuah cerita, yakni : 1. Nilai
religius/keagamaan
atau
ketuhanan
adalah
nilai
yang
berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan agama, dan sejenisnya. 2. Nilai budaya atau kultur adalah nilai yang berkaitan dengan budaya masyarakat tertentu dalam menghadapi suatu masalah atau dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. 3. Nilai etika atau moral adalah nilai yang mengajarkan kepada manusia bahwa terhadap orang lain harus menghormati, tidak menyakiti, tidak asusila, dan sejenisnya. 4. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial, yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan kehadiran orang lain. 5. Nilai pendidikan atau edukasi adalah nilai mengajarkan bagaimana seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Lalu, bagaimanakah langkah-langkah untuk menyusun sebuah sinopsis? Beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam menyusun sinopsis adalah : •
Membaca naskah asli (beberapa kali) secara intensif
•
Mencatat gagasan utama cerita
•
Mencatat peristiwa-peristiwa penting sesuai alur cerita
•
Apabila diperlukan, catat pula dialog-dialog yang dirasa bagus sebagai pendukung sinopsis,
•
Setelah hal-hal di atas diperoleh, selanjutnya menyusun sinopsis
•
Terakhir, memperpadat sinopsis sehingga menjadi lebih pendek lagi (sesuai keperluan).
Untuk memperluas wawasan anda, berikut ini akan disajikan salah satu
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
86
contoh cerita rakyat ”Puti Kesumba” yang berasal dari daerah Jambi. Bacakan oleh Bapak/Ibu Guru atau salah satu temanmu, kemudian simak dengan penuh penghayatan. PUTI KESMUBA Ada sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, padahal mereka sudah lama menikah. Mereka juga sudah berusaha ke sana kemari agar mempunyai anak sendiri. Namun, keinginan itu belum terkabul. Tiap hari mereka berdoa. Pada suatu malam, mereka bermimpi melihat seorang kakek tua. Kakek itu berkata kepada mereka, "Jika kalian ingin mempunyai anak, carilah rebung yang dililit ular sawah. Rebus dan makanlah rebung itu." Rebung adalah tunas bambu yang masih muda, jika dimasak dengan bumbu yang cocok rasanya memang lezat. Esok harinya suami istri itu mencari rebung yang dililit ular sawah. Sang suami segera menceritakan mimpinya semalam kepada ular sawah. Si ular sawah yang dapat berbicara itu segera angkat bicara setelah mendengar penuturan si suami. "Baiklah, akan kuberikan rebung ini. Tetapi, Tuan harus berjanji." "Hai ular sawah, apa yang harus kujanjikan?" "Jika anak yang lahir laki-laki, ia menjadi milik Tuan. Namun, jika anak yang lahir perempuan ia akan menjadi milikku. Anak itu harus diserahkan kepadaku pada saat berusia tujuh tahun," kata ular sawah. Karena demikian besarnya keinginan memiliki anak, tanpa pikir panjang lagi suami- istri itu segera menyetujui perjanjian yang diajukan si ular sawah. Rebung tersebut lalu dibawa pulang, dimasak dengan lezat, lalu dimakan. Ajaib, beberapa hari kemudian perut si istri mulai membesar. Sang istri benarbenar telah mengandung. Setelah genap sembilan bulan sang istri pun melahirkan anak. Sejenak mereka gembira, namun kegembiraan itu segera sirna ketika mengetahui anak yang lahir ternyata adalah anak perempuan. Nasi sudah menjadi bubur, janji sudah terlanjur mereka ucapkan di depan si ular sawah. Meski kecewa, mereka memelihara anak itu dengan penuh kasih sayang. Anak itu diberi nama Puti Kesumba. Puti Kesumba tumbuh semakin besar. Betapa berat hati seorang ayah dan Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
87
ibu menyerahkan anak mereka kepada seekor ular. Akhirnya, mereka memutuskan untuk tidak menepati janji. Puti Kesumba pun dilarang bermain di luar rumah. Semua keperluan Puti Kesumba mereka sediakan dan dilakukan di dalam rumah. Sepeninggal sang suami berlayar, sang istri membawa Puti Kesumba mandi di sungai. Ketika sedang asyik bermain, Puti Kesumba ditangkap ular sawah. Ibunya terkejut. Ia menyesal dan meratap sejadi-jadinya. Akan tetapi, apa hendak dikata, kelengahannya membuat ia berpisah dengan anak kesayangannya. Ular sawah itu membawa Puti Kesumba ke tebing yang menjorok ke tengah sungai. Tidak seorang pun dapat menjangkaunya. Pada suatu hari, bertanyalah ular sawah kepada Puti Kesumba, "Sudah seberapa besarkah hatimu, Puti?" "Masih kecil. Baru sebesar buah pinang," jawab Puti. Seminggu kemudian, sang ular sawah bertanya lagi kepada Puti Kesumba, "Sudah seberapa besarkah hatimu, Puti?" "Baru sebesar mangga," jawab Puti Kesumba. Begitulah berturutturut, dari sebesar mangga menjadi sebesar bola, kemudian sebesar kelapa. Ketika bulan ketiga hampir habis, bertanyalah ular sawah, "Sudah seberapa besarkah hatimu, Puti?" "Sudah sebesar nyiru," jawab Puti Kesumba. Setelah mendengar hal itu, ular sawah pergi memanggil teman-temannya. Dia mengundang sepuluh ekor ular sawah. Mereka akan makan besar nanti malam, yaitu melahap Puti Kesumba. Ketika pesta akan dimulai, ayah Puti Kesumba pulang dari berlayar. Perahunya penuh dengan pakaian. Ia pun lewat di dekat tebing itu. Puti Kesumba langsung berteriak ketika ayahnya lewat, "Ayah, ambillah saya, Ayah!" Ayah Puti Kesumba terkejut. Ia mendekatkan perahunya ke tempat Puti Kesumba berada. Dengan cepat, ia menyambar Puti Kesumba dan diangkatnya masuk ke dalam perahu. Dengan cepat pula perahu dikayuhnya menjauh dari tempat itu. Tepat pada saat itu, ular sawah dan teman-temannya datang. Ular sawah melihat Puti Kesumba jauh di hulu sungai. Kesepuluh ular sawah yang diundang itu pun menyerbu ular sawah yang mengundang. Bagi dunia ular pesta tak boleh gagal, siapa saja yang mengundang itulah yang bertanggung jawab terhadap hidangan. Jika tak sanggup menyediakan, maka si pengundang itulah yang disantap beramai-ramai. Dalam tempo yang tidak lama, ular sawah yang mengundang telah mati. Seluruh Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
88
badannya habis dimakan sepuluh ekor ular sawah temannya. Sementara Puti Kesumba dan ayahnya tiba di rumah kembali. Ibu Puti Kesumba mendekap Puti Kesumba sepuas hati, sambil menangis tersedu-sedu mengenang saat ia kehilangan si anak di tepi sungai. Sejak saat itu, keluarga Puti Kesumba hidup bahagia. Ular sawah yang mereka takuti sudah tiada. (Sumber: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, 2003) E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman anda mengenai cerita rakyat lebih mendalam, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Termasuk jenis/golongan cerita rakyat manakah cerita Puti Kesumba di atas? 2. Apakah isi dan amanat dari cerita Puti Kesumba? 3. Sebutkanlah hal-hal menarik yang terdapat dalam cerita Puti Kesumba di atas. 4. Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Puti Kesumba. Kemudian bandingkanlah nilai-nilai tersebut dengan nilai- nilai yang masih berlaku saat ini. 5. Buatlah sinopsis (jalan cerita singkat) cerita Puti Kesumba dengan katakata Anda sendiri dalam beberapa kalimat.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
89
MODUL 30. LATAR CERITA RAKYAT A. Standar Kompetensi: Mendengarkan 13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan. B. Kompetensi Dasar 13.2 Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman
C. Indikator
Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan
Menentukan latar, isi dan amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat
Menemukan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat
Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa kini dengan menggunakan kalimat yang efektif.
Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis
D. Materi Pembelajaran : Latar Cerita Rakyat Masih ingatkah dengan materi cerita rakyat pada pembelajaran sebelumnya? Pada kesempatan ini, kita akan belajar lebih mendalam tentang cerita rakyat, khususnya pada bagian latar cerita rakyat. Unsur intrinsik cerita rakyat tidak jauh berbeda dengan karakteristik unsur cerpen. Dalam cerita rakyat pun dibangun oleh tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur , latar/setting berupa waktu dan tempat, gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat. Lebih jauh lagi, pembelajaran ini akan menitik-beratkan pada bagian latar cerita rakyat, baik latar waktu dan latar tempatnya. Selain itu, anda pun harus dapat menemukan hal-hal menarik, nilai-nilai yang terkandung, dan amanat dalam cerita rakyat tersebut, Berikut ini akan disajikan kembali salah satu contoh cerita rakyat berjudul ”Ratu Laut Selatan” yang berasal dari Jawa Barat. Simaklah baik-baik.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
90
Ratu Laut Selatan Menurut cerita, Nyi Roro Kidul adalah seorang ratu berparas sangat cantik bagaikan bidadari. Kecantikannya tak pernah pudar sepanjang zaman, ibarat tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Di dasar Laut Selatan, sebelah selatan Pulau Jawa, ia bertahta di sebuah kerajaan yang sangat besar dan indah. Siapakah Ratu Kidul? Konon, menurut yang empunya cerita, pada mulanya ia adalah seorang wanita yang berparas elok, Kadita namanya. Karena kecantikannya, Ia sering disebut Dewi Srengenge yang artinya matahari jelita. Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita berparas cantik jelita, raja tetap bermuram durja karena tidak mempunyai putra mahkota yang dapat dipersiapkan untuk menduduki tahta kerajaan. Barulah setelah raja memperistri Dewi Mutiara lahirlah seorang anak lelaki. Akan tetapi, begitu mendapat perhatian lebih, Dewi Mutiara mulai mengajukan tuntutan-tuntutan antara lain, memastikan anak lelakinya memegang tahta kerajaan kelak dan Dewi Kadita harus diusir dari istana. Permintaan pertama diluluskan, tetapi untuk mengusir Kadita, Raja Munding Wangi tidak bersedia. ”Ini sangat keterlaluan. Permintaan kedua Adinda sungguh sangat tidak masuk akal dan sangat keji. Apa salah putriku Kadita?” Mendengarkan penolakan raja, Dewi Mutiara tersenyum manis penuh goda sehingga kemarahan raja sirna. Tetapi, diam- diam dalam hati istri kedua itu membara suatu dendam. Keesokan harinya, ketika ufuk fajar, Dewi Mutiara mengutus kaki tangannya untuk memanggil seorang tukang sihir. Kepada dukun sihir itu diperintahkan agar menggunagunai Dewi Kadita. ”Buatlah badan atau tubuh Kadita kudisan dan kurapan. Kalau engkau berhasil, akan aku beri hadiah yang sangat besar!” perintah Dewi Mutiara. Tanpa kesulitan mereka mencampurkan ramuan guna-guna itu ke dalam makanan Dewi Kadita. Malam harinya ketika Kadita sedang lelap, masuklah angin semilir ke dalam kamarnya, angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai. Tatkala Kadita terbangun, ia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis, bernanah, dan berbau tidak enak. Tatkala raja mendengar berita ini, dalam hati tahu bahwa yang diderita bukan penyakit biasa, tetapi guna-guna. Raja menduga Mutiara yang merencanakannya. Atas desakan patih, putri dibuang jauh agar tidak menjadikan aib. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
91
Maka berangkatlah Kadita seorang diri bagaikan pengemis yang diusir dari rumah orang kaya. Hatinya remuk redam bagaikan tersayat sembilu. Namun, dalam hati Kadita percaya bahwa Sang Maha Pencipta tidak akan membiarkan makhluk ciptaan-Nya dianiaya sesamanya. Campur tangan-Nya pasti akan tiba. Maka, dengan lapang hati diterimanya cobaan berat itu. Seperti yang sudah diajarkan neneknya almarhum, ia tidak boleh mendendam dan membenci orang yang membencinya. Biarlah orang-orang membencinya tetapi ia akan berusaha tetap menyayanginya. Siang malam selama tujuh hari tujuh malam ia berjalan, hingga akhirnya ia tiba di pantai laut selatan. Kemudian ia berdiri menatap laut berjam-jam lamanya. Lalu, didengar suara memanggil agar ia menceburkan diri ke laut. Tatkala ia mengikuti panggilan itu, begitu tersentuh air tubuhnya pulih kembali. Jadilah ia wanita cantik seperti sedia kala, bahkan ia segera menguasai seluruh lautan dan mendirikan kerajaan di Laut Selatan. Dialah kini yang disebut Ratu Laut Selatan. (Sumber : Cerita Rakyat, Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indoensia, hal. 134)
E. Latihan Pembelajaran Berdasarkan cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan” di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan berikut ini. 1. Termasuk jenis/golongan cerita rakyat manakah cerita ”Ratu Laut Selatan” di atas? 2. Tuliskanlah latar tempat dan waktu cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan” tersebut. 3. Apakah amanat dari cerita ”Ratu Laut Selatan”? 4. Sebutkanlah hal-hal menarik yang terdapat dalam cerita ”Ratu Laut Selatan” di atas. 5. Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ”Ratu Laut Selatan”. Kemudian bandingkanlah nilai-nilai tersebut dengan nilai- nilai yang masih berlaku saat ini. 6. Buatlah sinopsis (jalan cerita singkat) cerita ”Ratu Laut Selatan” dengan kata-kata Anda sendiri dalam beberapa kalimat.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
92
MODUL 31. PUISI A. Standar Kompetensi: Berbicara 14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi. B. Kompetensi Dasar 14.1 Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi
C. Indikator
Mendiskusikan isi puisi (gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi)
Mendiskusikan maksud/makna puisi
Mengemukakan hasil diskusi isi puisi di depan kelas.
D. Materi Pembelajaran : Mendiskusikan Isi Puisi Puisi merupakan salah satu karya sastra yang tercipta oleh seseorang yang terlatih dalam olah indra, rasa, pikiran, dan imajinasi. Agar dapat memahami sebuah puisi, seorang pembaca (apresiator) harus menguasai dan memahami diksi (pilihan kata). Diksi (pilihan kata) inilah yang menuntun pembaca untuk mengetahui jenis puisi dan makna puisi. Puisi tidak tercipta secara serta merta, namun perlu adanya keterampilan khusus dalam mencipta sebuah puisi. Berikut ini beberapa hal yang mempengaruhi terciptanya sebuah puisi diantaranya : 1. Faktor
Indratif
(gambaran
pengindraan
penglihatan,
penciuman,
pendengaran, perasa/pececapan, gerak, dan sebagainya). 2. Faktor Sensitif emosional (gambaran kepekaan perasaan). 3. Faktor Sensitif intelektual (kepekaan berpikir). 4. Faktor Imajinatif (ketajaman daya khayal atau cipta). Berkaitan
dengan
faktor
indratif/pengindraan,
pembaca
seolah-olah
merasakan gambaran indra tertentu melalui penyampaian bahasa puisi penyair melalui diksinya, misalnya ; •
Indra Penglihatan ; Silau tatap sorotmu..., Bendera berlumur darah itu...,
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
93
dsb. •
Indra Penciuman ; Bau melati menebar..., Harum kulitmu.., dsb.
•
Indra Pendengaran ; Gelegar.., Dentum.., dsb.
•
Indra Perasa/Pencecap ; Pahit hatiku.. manis.., dsb.
•
Indra gerak : Lesat lari tubuhmu.., dsb.
Dalam upaya memberikan pemaknaan pada sebuah puisi, minimal harus memahami 3 (tiga) unsur penting yaitu tema puisi, amanat puisi, dan makna puisi. Agar lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan ketiga hal tersebut, yakni : 1. Tema puisi merupakan pokok/inti permasalahan yang menjadi dasar penulisan puisi. Tema puisi bersifat tersirat (implisit). Namun demikian, salah satu cara menemukan tema dapat ditelusuri melalui judulnya. 2. Pesan atau amanat puisi adalah gagasan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Melalui pesan dalam puisi, seorang penyair ingin mengajak para pembaca atau penikmat puisi melakukan sesuatu yang berharga, yang bernilai bagi ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, kebenaran, dan sebagainya. 3. Makna puisi adalah arti atau maksud yang terkandung dalam puisi yang dapat
ditangkap
pengetahuannya.
oleh
pembaca sesuai tingkat
Makna
puisi
hanya
dapat
pengalaman dan ditangkap
melalui
penafsiran/interpretasi. Oleh karena itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala penafsirnya tidak sama. Bahkan, bukan tidak mungkin akan bertolak belakang. Dalam penafsiran pasti akan ada unsur subjektivitas. Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan menentukan mutu rumusan makna puisi. E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman anda lebih mendalam, apresiasilah puisi berikut ini kemudian buatlah kelompok diskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
94
KEPADA SEBUAH SAJAK (Karya: Sapardi Djoko Damono) Dengan rendah hati kuserahkan kau ke dunia sebab bukan lagi milikku. Tegaklah bagai seorang lelaki yang lahir dalam zaman yang riuh rendah dan memberontak kulepas kau ke tengah pusaran topan dari masalah manusia, sebab telah dilahirkan tanpa ayah dan ibu dari jemariku yang papa kau pun menjelma secara gaib wahai nurani alam aku bukan asal-usulmu. Kutolakkan kepada dunia nama baik serta nasibmu aku tak lagi berurusan denganmu sekali kau lahir lewat tangan-tanganku. Tegaklah seperti lelaki yang tanpa ibu-bapa mempertahankan nasibnya sendiri terhadap gergaji waktu (Sumber : Tonggak, 2:409)
Berdasarkan puisi “Kepada Sebuah Sajak” karya: Sapardi Djoko Damono di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Diskusikan dan temukanlah faktor indratif (penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, gerak) dari puisi “Kepada Sebuah Sajak” di atas. 2. Diskusikanlah maksud/makna puisi “Kepada Sebuah Sajak” di atas. 3. Kemukakan hasil diskusi isi puisi kelompok anda di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
95
MODUL 32. PUISI A. Standar Kompetensi: Berbicara 14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi. B. Kompetensi Dasar 14.2 Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi C. Indikator
Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan realitas alam
Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan sosial budaya,
Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan masyarakat
D. Materi Pembelajaran : Hubungan Puisi Dengan Keseharian Menentukan hubungan isi puisi dengan realitas alam atau sosial atau masyarakat, perlu didahului dengan memahami dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang menunjukkan adanya hubungan dengan dunia luar puisi. Puisi tidak serta merta lahir dalam kehampaan, dalam ruang kosong. Puisi akan memiliki hubungan pemaknaan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan dengan masyarakat. Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya berasal dari faktor si penyair. Bagaimana pun, penyair sebagai manusia akan berkaitan erat dengan lingkungan sekitarnya sehingga apa yang ia cipta dalam sebuah puisi akan terefleksi (tercermin) dalam karya-karyanya. Munculnya gagasan atau ide untuk membuat suatu puisi selalu dipengaruhi atau dilatari dengan realitas kehidupan yang dialami oleh penyair itu sendiri. Sebagai mahluk sosial, penyair merupakan anggota suatu kelompok masyarakat yang memiliki kehidupan sosial yang beraneka ragam. Keberadaan penyair di tengah-tengah kelompok masyarakat sosial secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap karya yang dihasilkannya. Untuk menemukan unsur kehidupan sosial masyarakat serta sikap penyair terhadapnya melalui sebuah puisi, lakukanlah Langkah-langkah berikut ini : 1. Bacalah puisi secara berulang-ulang agar Anda mampu menemukan makna keseluruhan puisi tersebut Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
96
2. Identifikasi dan simpulkanlah bagian judul puisi, kata-kata, larik, atau kalimat yang ada di dalamnya 3. Identifikasi hubungan makna antara baris yang satu dengan baris lainnya untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam bait puisi; 4. Identifikasi pula unsur sosial kehidupan yang di kemukakan oleh penyair; 5. Identifikasi sikap penyair terhadap unsur kehidupan yang dibahas. Perhatikanlah contoh berikut ini : GADIS PEMINTA-MINTA (Karya : Toto Sudarto Bachtiar) Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang tanpa jiwa. Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemayaan riang. Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku. Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda. (Sumber : teori dan apresiasi puisi, 1995) Contoh pembahasan mengenai hubungan puisi Gadis Peminta-Minta dengan realitas kehidupan, yakni : Berdasarkan puisi Gadis Peminta-Minta di atas, sang penyair hendak menyampaikan sebuah realitas sosial mengenai kehidupan kaum tuna wisma. Penyair sengaja memilih realitas kehidupan dengan cara menggambarkannya melalui seorang gadis kecil untuk memberi efek agar pembaca dapat memahami penderitaan kaum tersebut. Mereka tidak berdaya menghadapi kerasnya Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
97
kehidupan kota. Akan tetapi, dibalik itu semua, sebenarnya setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya pembedaan perlakuan terhadap kemanusiaan seseorang. Para penyair memiliki kepekaan perasaan yang begitu dalam mengenai hal ini. E. Latihan Pembelajaran Agar pemahaman anda lebih mendalam, buatlah kelompok diskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. KERENDAHAN HATI (Karya Taufiq Ismail ) Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit Jailah belukar, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, Jadilah saja rumput, tetapu rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya Jadilah saja jalan kecil, Tetapi jalan setapak yang Membawa orang ke mata air Tidaklah semua menjadi kapten tentu harus ada awak kapalnya .... Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu Jadilah saja dirimu .... Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri Jawablah pertanyan-pertanyaan berikut ini. 1. Diskusikan dalam kelompok anda hubungan puisi dengan realitas alam, sosial, dan budaya yang terdapat dalam puisi tersebut. 2. Buatlah hasil diskusi anda menjadi satu paragraf yang utuh. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
98
MODUL 33. SASTRA MELAYU KLASIK A. Standar Kompetensi: Membaca 15. Memahami sastra Melayu klasik. B. Kompetensi Dasar 15.1 Mengidentifika-si karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu klasik
C. Indikator
Mengidentifikasi karakteristik karya sastra Melayu klasik
Menentukan struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik
Menuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf
D. Materi Pembelajaran : Sastra Melayu Klasik Sastra Melayu Klasik merupakan karya sastra Indonesia lama. Bisakah anda menyebutkan contoh-contohnya? Beberapa contoh karya Sastra Melayu Klasik yaitu sajak, bidal, pantun, syair, seloka, gurindam, dongeng, dan hikayat. Secara umum, ciri khas sastra Melayu klasik adalah sebagai berikut. 1. Bersifat istana sentris, yaitu jalan cerita berorientasi pada masyarakat lingkungan istana, raja, dan bangsawan. 2. Bahasa yang digunakan bersifat klise. 3. Bersifat subjektif, yaitu jalan ceritanya menurut ketentuan masyarakat lama. 4. Bersifat anonim atau tidak diketahui pengarangnya. Masih ingatkah dengan unsur intrinsik Sastra Melayu Klasik? Unsur intrinsik Sastra Melayu Klasik adalah tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur , latar/setting berupa waktu dan tempat, gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat. Pada pembelajaran kali ini pun kita akan menentukan unsur intrinsik tersebut dari salah satu contoh karya Sastra Melayu Klasik Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda. Simaklah dengan cermat.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
99
Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda Ada seorang raja yang bernama Raja Gaznawi yang besar kerajaannya dan memerintah dengan adil. Sekali peristiwa, baginda bermimpi memperoleh seorang perempuan yang amat baik parasnya. Perempuan itu memakai kain merah dan memberi makan hati biri-biri panggang dengan isi pinggangnya. Maka, baginda berahi akan perempuan yang dilihat dalam mimpi itu. Dua orang anak perdana menteri yang masing-masing bernama Husain Mandi dan Husain Mandari, sanggup pergi mencari perempuan itu. Tersebut pula perkataan Husain Mandari, dua bersaudara pergi mencari perempuan yang dimimpikan raja itu. Segala rumah raja-raja, rumah pengawal, dan rumah orang besar-besar semuanya diperiksa mereka, tetapi perempuan seperti yang dimimpikan baginda tidak dijumpai juga. Kemudian, mereka sampai di pinggir negeri Batawi. Mereka bertemu dengan seorang tua yang mengambil kayu dan bertanya: “Adakah di dalam negeri itu rumah yang tiada berdapur?” Mereka mengikuti orang tua itu berjalan, tetapi kelakuan mereka menimbulkan prasangka di hati orang tua itu. Mereka mengembangkan payung semasa berjalan di dalam hutan, memakai kaus, dan sarung kaki semasa menyeberangi sungai, serta menamai jembatan yang tiada pegangan itu jembatan monyet. Akhirnya, mereka masih memperingatkan orang tua itu bahwa kalau sampai di rumah, mestilah berdehem-dehem dahulu barulah naik ke rumah. Orang tua itu tidak memberi perhatian kepada peringatan kedua orang itu. Setiba di rumah, didapatinya Sitti Sara sedang mandi telanjang, kelihatan susunya. Orang tua itu menceritakan kepada Sitti Sara kelakuan dua orang muda yang dijumpainya di tengah jalan itu. Anaknya menjawab bahwa perbuatan kedua anak muda itu ada alasannya. Misalnya, kalau bapanya berdehem-dehem dahulu sebelum naik ke rumah, niscaya ia sempat mengambil kain untuk menutup susunya. Selang beberapa hari, Sitti Sara menyuruh seorang budak perempuan yang bernama Si Delima mengantar makanan kepada kedua anak muda itu. Makanan yang diantar itu ialah apam tiga puluh biji, kuah tujuh mangkuk dan air sekendi. Ia juga berpesan: “Adapun sebulan itu genap tiga puluh hari dan sejumaat itu genap tujuh hari, dan ada ketika air pasang.” Kedua orang muda itu menyambut makanan itu dengan gembira dan memberikan setail emas kepada Sitti Sara. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
100
Pada keesokan harinya, Sitti Sara berbuat pula makanan yang sama jumlahnya, pesannya pun sama juga. Tetapi kali ini Si Delima bertemu kendaknya di jalan dan memberikan apam sebiji, kuah satu mangkuk dan air di kendi. Setelah menerima makanan yang kurang dari biasanya itu, kedua anak muda memberi pesan kepada Sitti Sara: “Adapun sebulan itu kurang sehari tiga puluh dan sejumaat itu enam hari juga dan pasang itu sudah surut.” Dengan demikian Sitti Sara tahu perbuatan curang budak perempuannya itu. Pada suatu hari, Sitti Sara mempersilakan kedua orang muda itu ke rumahnya. Disediakannya hati biri-biri dan isi pinggang yang dipanggang sebagai lauknya. Husain Mandari dan Husain Mandi melihat rupa Sitti Sara dan makanan yang disajikan itu. Pada pikiran mereka, Sitti Sara adalah perempuan yang dimimpikan baginda. Gambar Sitti Sara lalu dikirim kepada baginda. Baginda sukacita melihat gambar Sitti Sara tiada berbeda dengan perempuan yang dilihatnya dalam mimpi. Utusan lalu dikirim untuk meminang Sitti Sara. Setelah pinangan diterima oleh orang tuanya, Sitti Sara diarak ke Negeri Gaznawi untuk dinikahkan dengan baginda. Maka, baginda pun terlalu kasih akan Sitti Sara dan memeliharanya seperti menatang minyak penuh. Setelah beberapa lama baginda menikah, baginda pergi berburu ke dalam hutan. Dipanahnya seekor rusa, kena kepalanya, lalu mati. Maka, datanglah anak rusa itu menangisi ibunya yang sudah mati. Kemudian, baginda insaf akan keadaan dirinya yang tiada beranak itu, lalu ia berlayar ke Pulau Langkawi. Dia mengatakan kepada istrinya bahwa dia baru akan kembali, kalau istrinya sudah beranak, cincinnya pindah ke tangan istrinya, kudanya sudah beranak dan gedungnya yang tujuh buah itu sudah berisi ketujuhnya. Sitti Sara diam saja, tiada berkata- kata. Sepeninggalan baginda, Sitti Sara pun memanggil Husain Mandari dan Husain Mandi serta berunding dengan mereka tentang keadaan dirinya. Disuruhnya mereka menyediakan sebuah perahu yang lengkap dengan segala perkakasnya, teristimewa kayu dan air. Disiapkan juga seekor kuda betina, perkakas orang pandai emas dan papan catur. Dengan menyamar sebagai seorang
nakhoda,
Sitti
Sara
pun
berlayar
ke
Pulau
Langkawi.
Ia
memperkenalkan dirinya sebagai seorang nakhoda yang datang dari Negeri Dangsekan. Maksudnya ialah hendak bermain catur dengan baginda. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
101
Maka Sitti Sara yang menyebut dirinya Nakhoda Muda itu, bermain catur dengan baginda. Taruhannya ialah isi kapalnya. Untuk tiga kali pertama, baginda kalah dan terpaksa menyerahkan kuda, cincin dan segala hartanya. Untuk kali keempat, Sitti Sara menjadikan gundiknya sebagai taruhan. Tetapi, kali ini Sitti Sara berpura-pura kalah dan datang menghadap baginda sebagai gundik Nakhoda Muda. Tujuh hari lamanya, Sitti Sara bersama-sama dengan baginda, kemudian ia pun dikembalikan kepada Nakhoda Muda. Sekembali ke perahunya, Sitti Sara pun berlayar kembali ke Negeri Gaznawi, karena maksudnya sudah tercapai. Beberapa bulan kemudian, perut Sitti Sara besar dan pada hari yang baik, ia melahirkan seorang laki- laki yang baik parasnya, serupa dengan ayahanda baginda. Kudanya juga beranak kuda jantan. Kemudian, baginda kembali ke negerinya dan mendapati bahwa Sitti Sara sudah mempunyai anak. Baginda murka sekali seperti hendak membunuh Sitti Sara. Maka, Sitti Sara menerangkan segala kelakuannya dan segala perilakunya menyamar sebagai laki-laki dan bermain catur dengan baginda. Setelah mendengar kata-kata Sitti Sara itu, baginda pun menjadi suka hati dan bertambah kasih hatinya kepada istrinya. Maka, kekallah Sitti Sara itu menjadi permaisuri Raja Gaznawi. Husain Mandari dan Husain Mandi dua bersaudara juga dijadikan menteri di dalam negeri. Tamatlah Hikayat Nakhoda Muda ini. (Sumber: Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 1 dan 2, Liaw Yock Fang) E. Latihan Pembelajaran Kerjakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Tentukanlah struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik “Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda” di atas dari segi pelaku, alur, latar, dan amanat. 2. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita “Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda” di atas. 3. Ringkaslah isi karya sastra Melayu klasik “Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda” di atas dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
102
MODUL 34. SASTRA MELAYU KLASIK A. Standar Kompetensi: Membaca 15. Memahami sastra Melayu klasik. B. Kompetensi Dasar 15.2 Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik. C. Indikator
Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik
Membandingkan nilai-nilai dalam sastra Melayu Klasik dengan nilai-nilai masa kini.
D. Materi Pembelajaran : Nilai Sastra Melayu Klasik Dengan Masa Kini Pada pembelajaran Bab 33, anda telah belajar menentukan unsur intrinsik karya Sastra Melayu Klasik dengan contoh karya “Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda”. Dalam kesempatan ini pun anda akan mempelajari karya Sastra Melayu Klasik, khususnya menentukan nilai-nilainya dan membandingkan dengan nilainilai masa kini. Masih ingatkah dengan nilai-nilai karya sastra? Berikut beberapa jenis nilai yang terkandung dalam sebuah cerita, yakni : 1. Nilai
religius/keagamaan
atau
ketuhanan
adalah
nilai
yang
berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan agama, dan sejenisnya. 2. Nilai budaya atau kultur adalah nilai yang berkaitan dengan budaya masyarakat tertentu dalam menghadapi suatu masalah atau dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. 3. Nilai etika atau moral adalah nilai yang mengajarkan kepada manusia bahwa terhadap orang lain harus menghormati, tidak menyakiti, tidak asusila, dan sejenisnya. 4. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial, yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan kehadiran orang lain. 5. Nilai pendidikan atau edukasi adalah nilai mengajarkan bagaimana seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
103
membedakan yang baik dan yang buruk. Sejarah Melayu Ilam, ketahui olehmu, kepada zaman dahulu kala dan pada masa yang telah lalu, kata yang empunya cerita, pada suatu masa Raja Iskandar, anak Raja Darab, Rum bangsanya, Makdonia nama negerinya, Zulkarnain gelarannya, sekali peristiwa baginda berjalan hendak melihat terbit. Maka baginda sampai pada serokan Negeri Hindia. Maka ada seorang raja di tanah Hindia terlalu besar kerajaannya, setengah Negeri Hindia itu dalam tangannya, namanya Raja Kida Hindia. Setelah ia mendengarkan Raja Iskandar datang, maka Raja Kida Hindia pun menyuruhkan perdana menteri menghimpunkan segala rakyat dan raja-raja, yang
takluk
kepadanya.
Setelah
sudah
berkambung
semuanya,
maka
dikeluarkannyalah oleh Raja Kida Hindia akan Raja Iskandar. Maka setelah bertemulah antara kedua pihak itu maka segala rakyat-rakyat lalu berperanglah terlalu ramai, seperti yang di dalam hikayat Iskandar itu. Maka kalahlah Raja Kida Hindia itu Raja Iskandar, ditangkap baginda dengan hidupnya, maka disuruhlah membawa iman. Maka Raja Kida Hindia pun membawa imanlah jadi Islam di dalam agama Nabi Ibrahim, khalilullah, alaihissalam. Maka dipersalini oleh Raja Iskandar akan Raja Kida Hindia seperti pakaian dirinya. Maka dititahkanlah oleh Raja Iskandar kembali ke negerinya. Maka adapun akan Raja Kida Hindia itu ada beranak seorang perempuan terlalu baik parasnya, tiada berbagi lagi dan tiada taranya pada masa itu. Cahaya mukanya gilang gemilang seperti cahaya matahari dan bulan dan amat bijaksana budi pekertinya. Putri itu namanya Syahrul Bariah. Maka Raja Kida Hindia pun memanggil perdana menterinya di tempat yang sunyi. Maka titah Raja Kida Hindia kepada menteri. ”Ketahui olehmu, bahwa aku memanggil engkau ini aku hendak bertanyakan bicara kepadamu. Bahwa anakku, yang tiada taranya seorang pun anak-anak raja zaman ini tulah; hendak aku persembahkan kepada Raja Iskandar. Sekarang apa nasihatmu akan daku?” Maka sembah perdana menteri, ”Sahaja sebenarnyalah pekerjaan yang seperti titah Duli Tuanku itu.” Maka sabda Raja Kida Hindia pada perdana menteri, ”Insyaallah taala, esok hari pergilah Tuan hamba kepada Nabi Khidir, Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
104
katakanlah oleh Tuan hamba segala perihal ini.” Setelah esok harinya, maka pergilah perdana menteri itu kepada Nabi Khidir. Setelah sudah perdana menteri itu pergi, maka disuruh Raja Kida Hindia suratkan nama Raja Iskandar atas segala dirhamnya dan atas segala panjipanjinya. Adapun setelah sampai menteri kepada Nabi Khidir, maka ia pun memberi salam. Maka disahut Nabi Khidir salam menteri itu, maka disuruhnya duduk. Arkian, maka berkatalah perdana menteri itu kepada Nabi Khidir, ”Ketahuilah oleh Tuanhamba, ya, Nabi Allah, bahwa raja hamba terlalu amat kasihnya akan Raja Iskandar, tiada dapat hamba sifatkan. Dan ada ia beranak seorang perempuan, tiada dapat dikatakan dan tiada ada baginya anak raja-raja dalam alam ini dari masyrik lalu ke maghrib pada zaman ini daripada rupanya dan budi pekertinya. Tiada ada taranya pada zaman ini. Adalah kehendak raja hamba mempersembahkan dia akan jadi istri Raja Iskandar.” Kata sahibul hikayat, maka pada ketika itu pergilah Nabi Khidir kepada Raja Iskandar, maka diceritakanlah perihal itu. Maka kabullah Raja Iskandar. Kemudian daripada itu, maka Raja Iskandar pun keluarlah ke penghadapan, dihadap oleh segala raja-raja dan ulama dan pendeta dan segala orang besarbesar. Dan segala pahlawan yang gagah-gagah mengelilingi tahta kerajaan baginda dan dari belakang baginda segala hamba yang khas dan segala yang kepercayaannya. Maka adalah pada ketika itu Raja Kida Hindia pun ada menghadap Raja Iskandar duduk di atas kursi emas yang berpermata. Maka seketika duduk itu, Maka Nabi Khidir berbangkit, sambil berdiri, serta menyebut nama Allah subhanahu wa taala dan mengucap salawat segala nabi yang dahulu-dahulu. Syahdan lalu membaca khotbah nikah akan Raja Iskandar dan diisyaratkannya perkataan itu kepada Raja Kida Hindia, demikian kata Nabi Khidir. ”Ketahui olehmu, hai, Raja Kida Hindia, bahwa raja kami inilah, yang diserahkan Allah taala kerajaan dunia ini kepadanya dari masyrik lalu ke maghrib, dari daksina datang ke paksina. Adapun sekarang didengarnya, bahwa Tuan hamba beranak perempuan, terlalu baik parasnya. Kehendak baginda itu mau dikasihi kiranya oleh Tuan hamba dan diambil akan menantu Tuan hamba, supaya berhubunglah segala anak cucu Raja Kida Hindia dengan anak cucu Raja Iskandar, jangan lagi berputusan kiranya hingga hari kiamat. Bagaimana, Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
105
kabulkah Tuanhamba, atau tiada?” Kata sahibulhikayat, ”Tuanku, ya, Nabi Allah dan segala tuan-tuan, yang ada hadir, bahwa hamba ini dengan sesungguhnya hamba kepada Raja Iskandar dan anak hamba sekamu pun anak hamba juga ke bawah Duli Baginda itu, seperti sahaya, yang mengerjakan dia seorang dua orang itu. Ketahuilah olehmu, hai, segala tuan-tuan sekamu yang ada di sini, bahwa Nabi Khidir akan wali hamba dan wali anak hamba, yang bernama Tuan Putri Syahrul Bariah itu.” Apabila didengar oleh Nabi Khidir kata Raja Kida Hindia demikian itu, maka berpalinglah ia menghadap kepada Raja Iskandar dan berkata ia kepada Raja Iskandar. ”Bahwa sudah hamba kawinkan anak Raja Kida Hindia, yang bernama Tuan Putri Syahrul Bariah dengan Raja Iskandar. Adapun isi kawinnya tiga ratus ribu dinar emas. Relakah Tuanhamba?” Maka sahut Raja Iskandar, ”Relalah hamba.” Maka dikawinkan Nabi Khidirlah anak Raja Kida Hindia dengan Raja Iskandar atas syariah Nabi Ibrahim, khalillah, di hadapan segala mereka yang tersebut itu. Maka berbangkitlah segala raja-raja dan segala orang besar-besar dan perdana menteri dan hulubalang dan segala pendeta dan segala ulama dan hukuma menaburkan emas dan perak dan permata, ratna, mutu, manikam kepada kaki Raja Iskandar, hingga bertimbunlah segala emas dan perak dan ratna, mutu, manikam itu di hadapan Raja Iskandar seperti busut dua tiga timbunan. Maka sekamu harta itu disedekahkan kepada fakir miskin. Setelah hari malam datanglah Raja Kida Hindia membawa anaknya kepada Raja Iskandar dengan barang kuasanya, dengan berbagai permata, yang ditinggalkan oleh datuk neneknya, sekamunya itu dikenakannya akan pakaian anaknya. Maka pada malam itu naik mempelailah Raja Iskandar. Syahdan maka heranlah hati Raja Iskandar melihat akan rupa Putri Syahrul Bariah itu, tiadalah dapat tersifatkan lagi. Dan pada keesokan harinya, maka dipersalini oleh Raja Iskandar akan Tuan Putri Syahrul Bariah itu dengan selengkap pakaian kerajaan dan dianugerahinya harta, tiada terpermanai lagi banyaknya. Dan Raja Iskandar pun menganugrahi pula persalin akan Raja Kida Hindia serta dengan segala rajaraja daripada pakaian yang mulia-mulia, sekamu emas bertahtahkan ratna, mutu, manikam. Tiga buah perbendaharaan, yang terbuka. Maka Raja Kida Hindia pun Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
106
dianugrahinya lagi bersalin dan dianugrahinya seratus cembul emas, berisi permata dan ratna, mutu, manikam dan mata benda yang mulia- mulia. Dan dianugrahi seratus ekor kuda, yang hadir dengan segala alatnya daripada emas, bertatah dengan segala permata. Maka heranlah hati segala, yang memandang dia. Kemudian dari itu maka berhentilah Raja Iskandar ada kira-kira sepuluh hari. Seperti datang kepada sebelas harinya, maka berangkatlah Raja Iskandar seperti adat dahulu kala dan tuan putri, anak Raja Kida Hindia pun dibawa baginda. Maka baginda pun berjalanlah lalu ke matahari hidup, seperti yang tersebut di dalam hikayatnya yang termasyur itu. Hatta beberapa lamanya, setelah sudah Raja Iskandar melihat matahari terbit, maka baginda pun kembalilah lalu dari negeri Raja Kida Hindia. Maka Raja Kida
Hindia
pun
keluarlah
menghadap
Raja
Iskandar
dengan
segala
persembahannya daripada tahfifah yang mulia-mulia dan daripada mata benda yang ajaib-ajaib. Maka Raja Kida Hindia pun berdatang sembah kepada Raja Iskandar akan peri dengannya dan birahinya akan tapak hadirat Raja Iskandar, tiada dapat terkatakan lagi. Syahdan peri rindu dendamnya akan anaknya, Putri Syahrul Bariah dan dipohonkannyalah anaknya ke bawah duli Raja Iskandar. Arkian maka dianugerahi Raja Iskandar akan Tuan Putri Syahrul Bariah kembali kepada ayahnya Raja Kida Hindia. Maka dianugerahi oleh Raja Iskandar akan Putri Syahrul Bariah persalinan seratus kali dan dianugerahi harta daripada emas, perak, dan ratna, mutu, manikam dan daripada permata dan harta benda yang indah-indah dan yang mulia- mulia, tiada terhisabkan lagi banyaknya. Maka Raja Kida Hindia pun menjunjung tinggi Raja Iskandar. Maka dipersalin baginda pula seratus kali daripada pakaian baginda sendiri. Setelah itu, maka dipalu oranglah genderang berangkat dan ditiup oranglah nafiri, alamat Raja Iskandar berangkat. Maka kasadnya hendak menaklukkan segala raja-raja, yang belum takluk kepadanya, seperti yang termazkur itu. (Sumber: Materi Pelajaran Bahasa Indonesia, 1995)
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
107
E. Latihan Pembelajaran Kerjakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan kelompok anda. 1. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ”Sejarah Melayu ” di atas. 2. Bandingkanlah nilai-nilai cerita ”Sejarah Melayu ” di atas dengan nilai-nilai masa kini. 3. Ringkaslah isi karya sastra Melayu klasik ”Sejarah Melayu ” di atas dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
108
MODUL 35. MENULIS CERPEN A. Standar Kompetensi: Menulis 16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. B. Kompetensi Dasar 16.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)
C. Indikator
Menentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri untuk menulis cerita pendek
Menulis kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu dan peristiwa
Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan.
D. Materi Pembelajaran : Menulis Cerpen Bersadarkan Pengalaman Pribadi Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek, yaitu karangan pendek berbentuk prosa. Pada umumnya tidak lebih dari 10 halaman atau sekitar 10.000 kata. Cerpen hanya menceritakan satu peristiwa atau hanya melukiskan satu alur cerita (plot tunggal). Dalam suatu cerpen biasanya dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, dengan konflik kehidupannya. Sumber cerpen diambil dari kehidupan sehari-hari, tetapi tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya. Oleh karena itu yang ditampilkan hanya bagian- bagian penting saja. Cara yang paling mudah menulis sebuah cerpen adalah mengkisahkan pengalaman sendiri dalam bentuk karangan naratif. Dengan cara mengkisahkan atau memaparkan tokoh (aku) si penulis, anda dapat mengubah pengalaman sendiri menjadi sebuah cerpen yang menarik. Pada pembelajaran kali ini anda akan belajar menulis sebuah cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Namun, agar anda mudah menulis sebuah cerpen, untuk latihan awal anda perlu membuat kerangkanya. Berikut ini salah satu contoh penyusunan Kerangka cerita pendek
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
109
berdasarkan rincian topik dengan memerhatikan pelaku, peristiwa, dan latar. Misalnya : Topik utama
: Belajar sepanjang hayat penuh semangat
Topik pendukung
:
•
Paragraf 1 : Memperkenalkan tokoh Andri sebagai seorang siswa yang memiliki keterbatasan materi, namun semangat belajarnya luar biasa.
•
Paragraf 2 : Andri masuk sekolah, berkenalan dengan teman baru dan Bapak/Ibu guru.
•
Parafgarf 3 : Semangat belajarnya menurun ketika dihadapkan dengan iuran yang harus segera dilunasi.
•
Paragraf 4 : teman-temannya dan Wali kelas membantu andri dalam melunasi iurannya
•
Paragraf 5 : Andri Juara kelas
E. Latihan Pembelajaran Susunlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi Anda dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Tentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri. 2. Tulislah kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu dan peristiwa. 3. Kembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. 4. Tulislah menjadi sebuah cerpen yang utuh. 5. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
110
MODUL 36. MENULIS CERPEN A. Standar Kompetensi: Menulis 16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. B. Kompetensi Dasar 16.2 Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)
C. Indikator
Menentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri untuk menulis cerita pendek
Menulis kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu dan peristiwa
Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan.
D. Materi Pembelajaran : Menulis Cerpen Bersadarkan Pengalaman Orang Lain Pada materi Bab 35 anda telah belajar menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Adapun pada kesempatan ini pun anda akan belajar menulis cerita pendek. Namun, yang menjadi dasar cerita adalah pengalaman orang lain. Masih ingatkah dengan cara menyusun kerangka karangan cerita pendek? Berikut ini akan dipaparkan beberapa langkah untuk membuat cerpen, yaitu : 1. Tentukan tema cerpen berdasarkan pengalaman atau peristiwa yang pernah dialami orang lain. 2. Rincilah tema atau inti cerita menjadi sub-sub tema yang akan dikembangkan menjadi cerita. 3. Letakkan sub-sub tema yang telah ditentukan sesuai dengan alur cerita sebuah cerpen, seperti: 4. a. Pengungkapan atau pendeskripsian suasana, b. Pemunculan pelaku disertai gambaran wataknya,
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
111
c. Pengungkapan masalah-masalah kecil, d. Terjadinya konflik sehingga sampai klimaks, dan Konklusi (kesimpulan) penyelesaian masalah. 5. Ungkapkan seting atau latar cerita dikaitkan dengan pemaparan watak tokoh. Pemaparan latar sebuah cerpen cenderung dimunculkan dalam rangka untuk melukiskan perwatakan tokoh. Misalnya, tokoh berwatak jorok maka dilukiskan dengan kamarnya yang bau dan berantakan. 6. Gunakan gaya bahasa yang hidup dan memikat. 7. Gunakan tanda baca yang tepat sehingga apa yang kamu tulis dapat dengan mudah dimengerti. 8. Berilah judul yang menarik, yang dapat memberikan kesan kuat dan rasa ingin tahu pembaca terhadap cerpen yang kamu tulis. 9. Bacalah cerpen-cerpen yang lain sebagai bahan pembanding.
E. Latihan Pembelajaran Susunlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman teman atau orang lain dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Tentukan tema atau topik yang akan menjadi bahan cerpen. 2. Tulislah kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu dan peristiwa. 3. Kembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. 4. Tulislah menjadi sebuah cerpen yang utuh. 5. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
112
DAFTAR PUSTAKA
A.R., Syamsuddin., dkk. 2009. Kompetesi Berbahasa Dan Sastra Indonesia 1 Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Akbar, Ade Malsasa. 2015. RootMagz Edisi 01/2015. Redaksi : [email protected] Akbar, Ade Malsasa. 2015. RootMagz Edisi 04/2015. Redaksi : [email protected] Hoerudin, Cecep Wahyu dan Suharti. 2009. Efektif dan Aplikatif Berbahasa Indonesia untuk Tingkat Semenjana (Kelas X) Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. H., E. Kusnadi., dkk. 2009. Belajar Efektif B ahasa Indonesia 1 Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Indrawati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Juhara, Erwan., dkk. 2009. Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Setiyono, Agus., dkk. 2009. Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Syahreza, Faisal. 2014. Antologi Puisi Cinta ”Partitur Hujan”. Bandung : Literat.
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
i
Tentang Penyusun
Drs. Abdul Rasyid, M.M.Pd. lahir di Tebing Tinggi, 11 Juli 1968. Suami dari Enur Nurjanah, S.Pd., M.M.Pd. ini menempuh pendidikan Pasca Sarjana di STIE Ganesha Jakarta. Selain aktif sebagai Kepala Sekolah di SMP dan SMA AlBarkah Cikalongkulon, penulis pun aktif di berbagai organisasi kependidikan lainnya. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: [email protected] Saepul Anwar lahir di Cianjur, 24 Desember 1986. Penulis menempuh pendidikan di MI Al-Huda Parasu (1999), SMP Negeri 2 Cikalongkulon (2002), dan SMAN 1 Cilaku-Cianjur (2005). Selain itu, penulis pun menyelesaikan Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Suryakancana Cianjur (2009) dan pendidikan Pasca Sarjana di STIE Ganesha Jakarta. Selain aktif sebagai salah satu Tenaga Pendidik dan Kependidikan di SMP dan SMA Al-Barkah Cikalongkulon, penulis pun aktif di berbagai organisasi, diantaranya ; Komunitas Sapu Nyere (KSN) Cianjur, Pengembang Sistem Operasi GrombyangOS (Linux), dan lainnya. Penulis dapat dihubungi melalui email: [email protected] Asep Purnama lahir di Cianjur, 28 Oktober 1987. Putra dari Bapak Kama dan Ibu Rukmana ini menempuh pendidikan di SD Negeri Kiarapayung (2000), SMP Negeri 2 Cikalongkulon (2003), dan SMA Pasundan Cikalongkulon (2007), Universitas Kejuangan 45 Jakarta (2011) dan pendidikan Pasca Sarjana di STIE Ganesha Jakarta. Penulis aktif sebagai Tenaga Pendidik dan Kependidikan di SMP dan SMA Al-Barkah Cikalongkulon sampai sekarang. Saat ini penulis bertempat tinggal di Kp. Kiarapayung RT 02 RW 09 Desa Mekarjaya Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur – Jawa Barat. E-mail Penulis: [email protected]
Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X
ii