MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Kognitif Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh Rizky Putri A. S. Hutagalung, M. Psi, Psi
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi tentang pengambilan keputusan, ketrampilan penalaran, teori dan metode dalam melakukan penalaran dan mengambil sebuah kesimpulan.
Mahasiswa mampu memahami mengenai teori dan metode dalam
melakukan penalaran dan mengambil sebuah kesimpulan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB XII : Pengambilan Keputusan dan Penalaran Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif
yang
tersedia.
Setiap
proses
pengambilan
keputusan
selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan Pengetahuan baru yang benar tersebut merupakan pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan berdasarkan fakta empirik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
‘14
2
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Kedua penalaran tersebut di atas (penalaran deduktif dan induktif), seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika. Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan reflective thinking atau berpikir refleksi. Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey (Burhan Bungis: 2005; 19-20), yaitu dengan langkah-langkah atau tahap-tahap sebagai berikut :
The Felt Need, yaitu adanya suatu kebutuhan. Seorang merasakan adanya
suatu
kebutuhan
yang
menggoda
perasaannya
sehingga
dia
berusaha
mengungkapkan kebutuhan tersebut.
The Problem, yaitu menetapkan masalah. Kebutuhan yang dirasakan pada
tahap the felt need di atas, selanjutnya diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan atau kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarnya yang sedang dialaminya, bagaimana bentuknya serta bagaimana pemecahannya.
The
Hypothesis,
yaitu
menyusun
hipotesis.
Pengalaman-pengalaman
seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah mulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis.
Collection of Data as Avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian. Tak
cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia dari waktu ke waktu telah berkembang dari sederhana menjadi sangat kompleks; kompleks gejala maupun penyebabnya. Karena itu pendekatan hipotesis dianggap tidak ‘14
3
memadai,
rasionalitas
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
jawaban
pada
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
hipotesis
mulai
dipertanyakan.
Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat orang sebelumnya. Salah satu alternatif adalah membuktikan sendiri hipotesis yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan mengujinya sendiri. Kemudian data-data itu dihubung-hubungkan satu dengan lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.
Concluding Belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.
General Value of The Conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara
umum. Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu – maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya – tetapi juga kesimpulan dapat berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Proses maupun hasil berpikir refleksi di atas, kemudian menjadi popular pada berbagai proses ilmiah atau proses ilmu pengetahuan. Kemudian, tahapan-tahapan dalam berpikir refleksi ini dipatuhi secara ketat dan menjadi persyaratan dalam menentukan bobot ilmiah dari proses tersebut. Apabila salah satu dari langkah-langkah itu dilupakan atau dengan sengaja diabaikan, maka sebesar itu pula nilai ilmiah telah dilupakan dalam proses berpikir ini.
Berpikir proses yang membentuk representasi mental baru melalui
transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggam-baran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, & kecerdasan.
‘14
4
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Tiga ide dasar berpikir: a. Berpikir adalah kognitif, terjadi secara “internal”, tapi keputusan diambil lewat perilaku. b. Berpikir adalah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif. c. Berpikir bersifat langsung & menghasilkan perilaku yang “memecahkan” masalah atau langsung menuju solusi.
Pembentukan Konsep
Pembentukan konsep berhubungan dengan pengasah-an sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide.
Asosiasi
Teori pembentukan konsep tertua & berpengaruh.
Pembelajaran konsep adalah hasil dari:
1. menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus, dengan respons yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep 2. non-penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus dengan respons untuk mengidentifikasikannya sebagai konsep.
Pengujian hipotesis
Bruner, Goodnow, & Austin (1956) buku A Study of Thinkingmemperkenalkan analisis hasil metodologi sederhana dalam pembentukan konsep.
Tahap awal dalam pembentukan konsep: memilih hipotesis/strategis yang konsisten dengan objek penyelidikan.
‘14
5
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Logika berpikir
Logika: ilmu berpikir
Aristoteles memperkenalkan sistem penalaran atau validasi argumen: silogisme.
Silogisme memiliki 3 langkah: premis mayor, premis minor, dan konklusi.
Konklusi diperoleh ketika penalaran silogistik diakui valid, jika premis-premisnya akurat & bentuknya benar. Contoh:
Penalaran (reasoning) berkaitan erat dengan bagaimana manusia mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari premis langsung maupun tidak langsung. Titik berat penalaran adalah bagaimana seorang menarik kesimpulan dan mengevaluasi apakah kesimpulan yang dihasilkan itu valid/tidak valid (Ellis & Hunt, 1993).Penalaran terlibat di dalam proses pemecahan masalah, karena memang beberapa bentuk penalaran biasanya merupakan bagian dari pemecahan masalah itu sendiri (Solso, 1988).Hampir semua orang sependapat bahwa penalaran dan pemecahan masalah merupakan komponen penting dari intelegensi Studi-studi tentang penalaran secara historis berhubungan dengan studi-studi tentang logika. Eysenck (1984) bahwa logika memainkan peranan penting di dalam materi utama matematika. Logika
adalah
suatu
sistem
formal
untuk
menghasilkan
kesimpulan-
kesimpulan.(Solso, 1988) Logika adalah ilmu pengetahuan tentang berpikir. Berpikir adalah proses umum untuk mempertimbangkan berbagai isu di dalam pikiran manusia. Eyscenk (1984) bahwa pokok dalam sistem logika yang akhirnya menuju penarikan kesimpulan tertentu. Seperangkat prinsip-prinsip atau aturan-aturan mengenai penarikan kesimpulan ‘14
6
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
(interferensi). Ellis & Hunt (1993), logika adalah sebagai suatu system formal bagi penarikan kesimpulan yang valid. Penalaran tidak hanya terbatas pada hukum atau prinsip logika. Penalaran yang lain adalah ; 1.) Penalaran Statistika dan Penalaran Ekonomi (Nisbett, Krantz, Jepson, dan Konda.1983) 2.) Penalaran Informal (Perkins.1985) 3.) Penalaran Ilmiah (Bubules, Linn.1988) Akhirnya penalaran hanya berhubungan dengan sistem logika. Dasarnya, beberapa literatur yang memuat pembahasan tentang penalaran masih didominasi oleh hukum-hukum yang berhubungan dengan sistem logika penalaran induktif dan deduktif. Penalaran adalah suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan (Keraf.1991).Penalaran adalah aktivitas menilai hubungan proposisi-proposisi yang disusun di dalam bentuk premis –premis, menentukan kesimpulannya (Soekadijo 1988).Penalaran adalah jalan pikiran ketika orang akan mengambil kesimpulan tertentu (Kafie 1989). Kesimpulannya, penalaran adalah suatu proses kognitif dalam menilai hubungan diantara premis-premis ynag akhirnya menuju pada penarikan kesimpulan tertentu.
Jenis Keterampilan Penalaran Menurut Sternberg (1989, 1990) membagi keterampilan penalaran (keterampilan intelektual didasarkan pada teori subkomponen dan tinjauan pemprosesan informasi kognitif. Secara umum penalaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu : 1.) Penalaran Deduktif 2.) Penalaran Induktif
PENALARAN DEDUKTIF Penalaran Deduktif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan informasi baru berdasarkan
informasi
lama
(yang
tersimpan
di
dalam
ingatan).Bertujuan
untuk
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang shahih, atau konklusi-konklusi yang benar berdasarkan premis atau pengamatan yang mendahuluinya (Johnson-Laird,Byrne dan Tabossi, 1988). 4 kemungkinan logika deduktif (Johnson-Laird, 1995): a. Kesimpulan relasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai: lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah. b. Kesimpulan preposisional berdasarkan negasi & dalam koneksi seperti jika, atau, & dan. c. Silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing-masing berisi pemberi sifat tunggal seperti seluruh atau sebagian.
‘14
7
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
d. Menjumlahkan kesimpulan kuantitatif berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan.
Penalaran Silogistik
Bentuk
Bentuk dasar:
Salah satu cara untuk memecahkan silogisme dengan menggambar diagram Venn.
Contoh diagram Venn: semua dan beberapa anggota A adalah anggota B dan tidak ada atau beberapa anggota A adalah anggota B.
Efek Atmosfer •
Adalah kecenderungan untuk menerima/menolak suatu argumen berdasarkan bentuknya.
•
Perbedaan dalam memasangkan anggota A dan B akan menciptakan atmosfer berbeda, dan ujungnya kesimpulannya pun berbeda.
•
Penelitian
menunjukkan
orang
cenderung
menarik
kesimpulan
dalam
permasalahan silogistik berdasarkan gambaran internal yang pertama kali terbentuk mengenai premis; dan terkadang gambaran yang tidak sebenarnya.
‘14
8
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Isi •
Silogistik dapat mempertahankan bentuk argumen sambil mengubah-ubah isinya.
Teori Penarikan Kesimpulan Menurut Johnson-Laird,Byrne, dan Tabossi (1989) terdapat tiga pandangan pokok yang diajukan baik dalam psikologi kognitif maupun intelegensi buatan. Meakanisme penalaran tergantung pada aturan formal dari penarikan kesimpulan, namun tergantung pada aturan isi khusus dari penarikan kesimpulan, dan juga pada tata cara kebahasaan yang mencapai interpretasi atau model premis yang merupakan perlawanan contoh untuk kesimpulan.
Teori Aturan Formal Menurut teori ini mekanisme penarikan kesimpulan meliputi langkah-langkah yakni :membuat bentuk, seperti model logika mengenai premis-premis dan membuat interpretasi di dalam bahasa internal sehingga melahirkan struktur sinteksis.Teori ini diangkat dari filsafat yang disebut “deduksi-alami”yang di dalamnya memiliki aturan penghubung tentang kesimpulan yang akan dihasilkan.
Teori Aturan Khusus Isi Gagasan mengenai aturan khusus isi untuk penarikan kesimpulan pertama kali diajukan di dalam kontek intelegensi buatan atau tiruan, lalu dikaitkan dengan pengembangan sistem hasil. Aturan ini sudah lama dipelajari oleh para ahli psikologi guna mencari pengaruh faktor isi bagi suatu penyimpulan. Teori Model Mental Teori ini juga disebut sebagai penalaran melalui model mental. Teori ini telah berhasil diuji oleh Johnson-Laird dkk (1989), baik di dalam bentuk premis kuantifikasi tunggal, maupun
‘14
9
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
penalaran proposional. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa penyimpulan yang meminta konstruksi hanya satu model akan lebih mudah daripada yang melebihi satu model. Penalaran deduktif terbagi menjadi 3 jenis, yaitu silogisme kategorik,silogisme linear, dan penalaran proporsional. Setiap penalaran memiliki aturan-aturan penyimpulantersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya.
1.)SILOGISME KATEGORIK Silogisme kategorik adalah suatu bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proposisiproposisi kategorik( Soekadijo, 1987). Silogisme kategorik mencakup : premis major, premis minor dan kesimpulan. Penggunaan bentuk penalaran silogisme guna menguji kevalidan argumentasi. Kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis dapat ditentukan, kemudian dikeluarkan. Agar lebih mudah menentukan validitas premis-premis yang digunakan dalam silogisme kategorik, seseorang dapat menggunakan bantuan diagram lingkaran.
2.)SILOGISME LINEAR Penalaran silogisme linear yan juga disebut transitive inference problems, oleh Sternberg (1980) didefinisikan sebagai suatu sistem penarikan kesimpulan melalui dua premis atau lebih yang menggambarkan adanya hubungan di antara bagian-bagian dari satu premis dengan premis dengan premis yang lainnya. Penalaran silogisme linear sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dan juga telah menarik minat para ahli psikologi untuk mempelajarinya. Para ahli menganggap bahwa penalaran ini sangat penting dan mendasar bagi aspek kognif manusia. Akibatnya penalaran silogisme linear memainkan peran kunci di dalam teori-teori psikologi (Sternberg, 1980).
3.)PENALARAN PROPOSIONAL Salah satu jenis penalaran yang cukup banyak dipelajari oleh para ahli ialah penalaran proposional. Pada penalaran proposional semua proposisi direpresentasikan melalui simbol. Penalaran ini juga sering disebut penalaran kondisional atau penalaran probabilistik karena menggunakan kalimat bersyarat “jika….maka” Contoh : Jika saya lapar maka saya makan. p >> q Saya lapar p ___________________________________ Oleh sebab itu saya minum q
‘14
10
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
PENALARAN INDUKTIF Nisbett, Krantz,Jepson, dan Kunda (1983) beragumentasi bahwa penalaran induktif merupakan aktivitas manusia dalam pemecahan masalah yang memiliki arti sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan berada dimana-mana. Pembentukan konsep, genaralisasi contoh-contoh, dan tindakan membuat prediksi, semuanya merupakan contoh-contoh penalaran induktif. Penalaran ini dilakukan melalui proposisi-proposisi khusus untuk menghasilkan proposisi yang lebih umum. Penalaran induktif
Keputusan
dalam
penalaran
ini
berdasarkan
pengalaman
masa
lalu
&
kesimpulannya berdasarkan yang dirasa sebagai pilihan terbaik dari sejumlah alternatif.
Tversky (1972) dalam mengambil keputusan, kita memilih alternatif dengan cara mengeliminasi pilihan yang kurang menarik secara bertahap disebut: eliminasi oleh aspek.
Contoh : Kucing 1 besar dan lucu berekor panjang Kucing 2 besar dan lucu berekor panjang Kucing 3 besar dan lucu berekor panjang Jadi, semua kucing besar dan lucu berekor panjang Penalaran induktif dapat menjadi benar jika memenuhi tiga kriteria : prinsip statistik, generalisasi, dan prediksi (Nisbett, Krantz,Jepson, dan Kunda (1983)). Penalaran induktif harus memenuhi prinsip-prinsip statistik tertentu. Dengan demikian penguasaan prinsipprinsip statistic tertentu menjadi sangat penting bagi peningkatan kemampuan berpikir induktif. (Nisbett, Krantz,Jepson, dan Kunda (1983)) menemukan bahwa pelatihan prinsipprinsip statistic mempunyai pengaruh positif yang sangat besar terhadap penalaran induktif mengenai masalah sehari-hari. Oleh karena itu problem induktif memiliki sifat ketidakpastian dan memerlukan kesimpulan prediktif, ketrampilan menalar secara induktif dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan seperti ini. Penalaran induktif dibagi menjadi dua, yaitu : 1.)Penalaran Klasifikasi 2.)Penalaran Analogi
‘14
11
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
1.)Penalaran Klasifikasi Penalaran klasifikasi merupakan suatu proses penarikan kesimpulan umum yang diturunkan dari beberapa contoh objek atau peristiwa khusus yang serupa. Penalaran ini sering disebut generalisasi induktif. Contoh : Adik saya adalah sarjana Hukum UNESA Kakak saya adalah sarjana Psikologi UNESA Saya sendiri adalah sarjana Ekonomi UNESA Jadi, semua keluarga saya adalah sarjana UNESA Penalaran ini terutama digunakan untuk menemukan hukum, prinsip, menyusun teori atau hipotesis.
2.)Penalaran Analogi Penalaran Analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain kemudian menyimpulkan bahwa yang berlaku bagi peristiwa yang satu akan berlaku juga bagi yang lain. Contoh : Mandra kebanyakan merokok, lalu terkena penyakit kanker. Ateng kebanyakan merokok, lalu terkena penyakit kanker. Tarzan kebanyakan merokok. Jadi, Tarzan juga terkena penyakit kanker Perlu diketahui bahwa ada beberapa orang yang membedakan antara analogi induktif dengan analogi deklaratif atau penjelasan. Analogi deklaratif adalah suatu metode untuk memnjelaskan sesuatu hal yan tidak dikenal dengan membandingkan pada sesuatu yang sudah dikenal. Pada dasarnya antara analogi induktif dengan analogi deklaratif memilki proses kognitif yang sama, yaitu mempersamakan dua hal yang sebenarnya berbeda. Seseorang menggunakan penalaran analogi ketika ia membuat keputusan tentang suatu hal yang baru didalam pengalamannya malalui penarikan kesmpulan yang sejajar dengan sesuatu yang lama. Dibidang pendidikan dan pengajaran, analogi merupakan suatu alat pengajaran yang sangat berguna karena dapat mendorong transfer atau mapping tentang hubungan-hubungan abstrak diantara kawasan pengetahuan yang telah dikenal dengan pengetahuan yang kurang dikenal atau baru yang menjadi kawasan target (Zook dan Di Vesta, 1991). Penalaran analogi telah memainkan suatu peran kunci didalam teori psikologi seperti juga di dalam praktik kehidupan sehari-hari, (Sternberg, 1977). Para ahli psikologi diferensial sudah lama mengenal hubungan erat antara penalaran analogi dengan intelegennsi. Misalnya, ‘14
12
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Spearman dengan tiga prinsip kualitatif dari kognisi, yaitu memahami pengalaman, kemampuan membentuk relasi dan korelasi, semuannya berhubungan dengan tiga operasi pokok di dalam penalaran analogi. Raven juga bependapat bahwa penalaran analogi merupakan pusat dari intelegensi manusia. Penalaran analogi juga telah memainkan peran yang penting di dalam pemrosesan informasi. Untuk itu penalaran analogi termasuk jenis penalaran yang banyak diteliti para ahli psikologi kognitif baik yang menyangkut proses maupun strategi berpikir analogis. Penalaran analogi dibedakan menjadi dua bagian : 1.) Analogi hubungan sebab akibat seseorang menganalogikan dua hal atau kejadian yang serupa menurut sifat-sifat tertentu berdasarkan struktur hubungan sebab akibat. 2.) Analogi hubungan bagian keseluruhan proses penympulan yang mempersamakan dua kejadian yang sebenarnya berbeda, karena keduanya memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu menurut struktur hubungan bagian keseluruhan.
Kerangka Keputusan
Tversky & Kahneman (1981) kerangka keputusan adalah konsepsi tindakan, hasil keluaran, serta kontigensi pembuat keputusan yang diasosiasikan dengan pilihanpilihan tertentu.
Kerangka diadopsi seseorang saat akan membuat keputusan, dikendalikan oleh formulasi masalah serta norma, kebiasaan, & karakteristik personal.
Kerangka berperan sangat kuat dalam menentukan kesimpulan yang dicapai individu dengan fakta-fakta esensial yang diberikan, tapi dalam konteks yang berbeda.
Setiap keputusan berkaitan dengan perkiraan kemungkinan sukses.
Penelitian Tversky & Kahneman mengidentifikasi-kan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan umum.
Availability heuristic pengukuran probabilitas diturunkan dari generalisasi berdasarkan atas sampel yang sangat terbatas yang dapat digeneralisasikan.
Heuristik keterwakilan
‘14
•
Mengukur probabilitas juga dipengaruhi besarnya keter-wakilan kejadian itu dalam hubungan dengan seberapa sama kejadian tersebut dengan ciri esensial populasinya.
•
Tversky & Kahneman (1972) penelitian representativeness heuristic.
13
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Teorema Bayes & pengambilan keputusan
‘14
•
Thomas Bayes (abad 18) teori Bayes: model matematika yang menyediakan metode untuk mengevaluasi hipotesis perubahan nilai probabilitas.
•
Probabilitas kondisional peluang informasi baru adalah benar jika hipotesishipotesis tertentu benar.
•
Edwards (1968) kita cenderung menduga kemungkinan kondisi lingkungan yang lebih konservatif daripada teori Bayes.
14
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka Sternberg, R.J. 2008. Psikologi Kognitif edisi keempat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Solso, Robert.L., Otto H.Maclin, M. Kimberly Maclin. 2007. Psikologi Kognitif(edisi kedelapan). Jakarta :Erlangga
‘14
15
Psikologi Kognitif Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id