MODUL PERKULIAHAN
Kesehatan Mental Stress
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
MK61112
Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog
Abstract
Kompetensi
Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai stress yang berhubungan dengan ilmu kesehatan mental
Mampu menguraikan dan menjelaskan definisi stress, gejala-gejala yang tampak bagi individu yang mengalami stress.
Pengantar Stress Menurut Selye (dikutip Taylor, Peplau, & Sears, 2010), stress adalah respons tubuh yang bersifat non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Stress sebagai reaksi normal setiap orang yang disebabkan oleh naluri tubuh untuk melindungi diri dari tekanan emosi, fisik, dan situasi bahaya yang mengancam. Stress muncul sebagai reaksi alami tubuh terhadap tegangan, tekanan dan perubahan dalam kehidupan. Stress merupakan tanggapan tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan terhadapnya. Saat tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan distress. Tubuh berusaha menyelaraskan rangsangan atau stress itu dalam bentuk penyesuaian diri. Manusia akan pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stress. Namun tidaklah demikian apabila stress terjadi secara beruntun (Thomas, dikutip Taylor, Peplau, & Sears, 2010). Stress diartikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritualitas manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Stress adalah persepsi seseorang terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan. Stress dapat dipandang dalam dua cara. Pertama, stress baik disebut stress positif, yaitu situasi atau kondisi apapun yang dapat memotivasi atau memberikan inspirasi. Kedua, stress buruk adalah stress yang membuat seseorang menjadi marah, tegang, bingung, cemas, atau merasa bersalah Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang dikutip Taylor, Peplau, & Sears, 2010), Stess adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Stress terkait dengan kejadian lingkungan seperti bahaya, ancaman, atau tantangan terhadap situasi lingkungan itu dengan perubahan fisiologis, emosi, kognitif, dan behavioral. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chapplin, 1999).
2016
2
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997). Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu: Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing. serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi. Rice (2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres. Rice (dikutip dalam Hutabarat, 2009) mengklasifikasikan tanda-tanda stress atau respons individu terhadap stress menjadi empat macam yaitu: Respons perilaku. Tanda-tanda perilaku dari individu yang mengalami stress antara lain adalah menghindar dan menunda pekerjaan, menarik diri dari keluarga atau teman, kehilangan nafsu makan, mudah menangis, perubahan pola tidur, dan lain sebagainya Respons emosi. Tanda-tanda emosi dari stress umumnya adalah cemas, depresi, dan mudah marah dan cepat tersinggung. Tanda-tanda lain dapat meliputi penolakan, ketakutan, perasaan frustasi, perasaan akan ketidakpastian dalam hidup, dan perasaan kehilangan kendali atau kontrol; Respons kognisi. Tanda yang paling sering dialami adalah kehilangan motivasi dan konsentrasi. Individu yang mengalami stress terlihat telah kehilangan kemampuannya untuk fokus pada tugas dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dengan baik menurun. Hal ini disebabkan karena kognisinya menggunakan sumber daya yang besar untuk menghadapi situasi stress dan tidak mempunyai cukup sumber daya untuk menghadapi tugasnya sehari-hari; Simtom fisik. Simtom fisik yang paling umum adalah kelelahan. Tanda lain yang dapat dilihat pada fisik individu yang mengalami stress adalah sakit kepala, ketegangan otot yang 2016
3
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
dapat memicu kejang otot. Dalam sistem peredaran darah, stress dapat mempercepat detak jantung dan dapat menimbulkan hipertensi. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut secara positif maupun negatif. Akibatnya, ada konsekuensi yang konstruktif maupun destruktif bagi perusahaan maupun karyawan. Pengaruh dari konsekuensi tersebut adalah penurunan atau peningkatan usaha dalam jangka waktu pendek maupun berlangsung dalam jangka waktu lama. Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Tingkatan Stress Stress Normal, yaitu stress yang dihadapi secara teratur bagian alamiah dari kehidupan. Contoh : Kelelahan dalam mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung lebih keras setelah mengerjakan aktivitas tersebut. Stress Normal alamiah dan menjadi penting, karena setiap individu mengalami hal ini dikutip Taylor, Peplau, & Sears, 2010). Stress Ringan, stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Contoh: Kemacetan atau dimarahi orangtua. Stressor ini dapat menimbulkan gejala merasa lemas, keringat berlebihan, detak jantung meningkat. Stress Sedang, Stress ini terjadi lebih lama antara beberapa jam sampai beberapa hari. Contoh: Perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan teman.
Stressor ini dapat
menimbulkan antara lain, mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap sesuatu, merasa lelah karena cemas. Stress Berat, Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun. Contoh: kesulitan finansial yang berkepanjangan, penyakit fisik jangka panjang. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, seperti: sedih, merasa tertekan, putus asa, dan merasa tdk berharga. Semakin meningkat stres yang dialami akan menurunkan energi dan respon adaptif. Stress Sangat Berat, situasi kronis yang dapat terjadi beberapa bulan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Individu yang mengalami stress sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup. Individu yang teridentifikasi pada stres ini mengalami depresi berat.
2016
4
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Penyebab Stress/ stressor Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang terjadinya stress. Penyebab stress dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor hereditas, kepribadian, sistem kepercayaan, dan pengalaman masa lalu. Sedangkan faktor eksternalnya adalah lingkungan dan faktor sosial. Faktor sosial itu diantaranya hubungan keluarga, hubungan pekerjaan, hubungan dengan orang banyak, peristiwa besar, seperti menikah, kematian pasangan, dan orang tua yang akan mempunyai anak (Papalia, Wendkos-Olds, & Feldman, 2011). Penyebab stress dibagi menjadi dua bagian, pertama stressor fisik, seperti panas berlebihan, suara yang mengganggu, kondisi dan peralatan kerja yang buruk, dan lalu lintas yang hiruk pikun. Kedua, seperti keadaan sosial, ekonomi, dan politik yang buruk dan konflik terhadap lingkungan sosial. Ada beberapa sumber stress, diantaranya faktor kepribadian, lingkungan, dan sosialkultural. Keadaan stress dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Pertama, frustrasi yang menyebabkan hilangnya harga diri, yang disebabkan oleh berbagai macam faktor (Papalia, Wendkos-Olds, & Feldman, 2011). Faktor tersebut misalnya kegagalan dalam berbagai bidang kehidupan, sumber penghidupan, keterbatasan yang melampaui batas, cacat fisik, kemiskinan, perasaan tidak berdaya karena pengalaman gagal terus-menerus, rasa bersalah, kesepian karena tidak memiliki orang yang dicintai atau yang mencintai. Kedua konflik nilai, yakni pertentangan antara nilai-nilai pribadi atau antara nilai-nilai yang konstruksif dan nilai-nilai dekriptif. Ketiga, tekanan kehidupan modern, berupa suasana kompetisi dihampir segala bidang, tuntutan yang semakin tinggi dalam pendidikan, irama hidup yang serba cepat, ruang fisik yang semakin sempit, dan kehidupan modern yang semakin kompleks (Thomas, dikutip dalam Papalia, Wendkos-Olds, & Feldman, 2011). Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:
2016
5
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari, seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya. Ditambahkan Freese Gibson (dalam Rachmaningrum, 1999) umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur seseorang, semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar. Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja. Individu yang memiliki pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih rentan terhadap tekanantekanan dalam pekerjaan, daripada individu dengan sedikit pengalaman (Koch & Dipboye, dalam Rachmaningrum,1999).
Selanjutnya
masih ada
beberapa faktor
lain
yang
dapat
mempengaruhi tingkat stres, yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu (Dipboye, Gibsin, Riggio dalam Rachmaningrum, 1999). Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress : Sumber-sumber stress didalam diri seseorang, kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu(sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama. Sumber-sumber stress di dalam keluarga, stress di sini juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti : perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda dll. Misalnya : perbedaan keinginan tentang acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dan anakanak yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang terlalu sesak, kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat menimbulkan perasaan stress terutama pada diri ibu yang selama hamil (selain perasaan senang, tentu), dan setelah kelahiran. Rasa stress pada ayah sehubungan dengan adanya anggota baru dalam keluarga, sebagai kekhawatiran akan berubahnya interaksi dengan ibu sebagai istrinya atau kekhawatiran akan tambahan biaya. Pra orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau pasanganya karena kematian akan merasa kehilangan arti (sarafino,2006). Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan, interaksi subjek diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya : pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan 2016
6
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
beberapa pengalaman stress oang tua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya ‘occupational stress’ telah diteliti secra luas. Pekerjaan dan stress : Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang ‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi banyak orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan didalam jangka waktu yang lama. Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu ‘stressful’ ialah : Tuntutan kerja : pekerjaan yang terlalu banyak dan membuat orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan mengerjakannya. Jenis pekerjaan : jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih ‘stressful’ dari pada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya (supervisi), guru, dan dosen. Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia : contohnya tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius. Menurut Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena : a.
Lingkungan fisik yang terlalu menekan
b.
Kurangnya kontrol yang dirasakan
c.
Kurangnya hubungan interpersonal
d.
Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja Stress yang berasal dari lingkungan : lingkungan yang dimaksud disni adalah lingkungan
fisik, seperti : kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan faktor sekolah (Graham,1989).
Appraisal Penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat menyebabkan stres disebut stress appraisals. Menilai suatu keadaan yang dapat mengakibatkan stress tergantung dari 2 faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan orangnya (Personal factors) dan faktor yang berhubungan dengan situasinya. Personal factors di dalamnya termasuk intelektual, motivasi, dan personality characteristics. Sedangkan faktor situasi yang ,mempengaruhi stress appraisals, yaitu: Kejadian
yang
melibatkan
tuntutan
yang
sangat
sehinggamenyebabkan ketidaknyamanan.
2016
7
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
tinggi
dan
mendesak
Life transitions, dimana kehidupan mempunyai banyak kejadian penting yang menandakan berlalunya perubahan dari kondisi atau fase yang satu ke yang lain, dan menghasilkan perubahan substansial dan tuntutan yang baru dalam kehidupan kita. Timing juga berpengaruh terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan kita, dimana apabila kita sudah merencanakan sesuatu yang besar dalam kehidupan kita dan timing-nya meleset dari rencana semula, juga dapat menimbulkan stres. Ambiguity, yaitu ketidakjelasan akan situasi yang terjadi. Desirability, ada beberapa kejadian yang terjadi diluar dugaan kita. Controllability, yaitu apakah seseorang mempunyai kemampuan untuk merubah atau menghilangkan stressor. Seseorang cenderung menilai suatu situasi yang tidak terkontrol sebagai suatu keadaan yang lebih stressful, daripada situasi yang terkontrol. Ancaman merupakan konsep kunci dalam memahami stress. Lazarus (1986) mengungkapkan bahwa individu yang tidak akan merasakan suatu kejadian sebagai suatu gangguan bila stressor tersebut diinterpretasikan sebagai hal yang wajar. Ancaman adalah suatu penilaian subjektif dari pengaruh negatif yang potensial dari stressor. Transactions yang mengarah pada kondisi stres umumnya melibatkan proses assesment yang disebut sebagai cognitive appraisals (Lazarus & Folkman, 1986). Cognitive appraisals adalah suatu proses mental, dimana ada dua faktor yang dinilai oleh seseorang: (1) apakah sebuah tuntutan mengancam kesejahteraannya dan (2) resources yang tersedia untuk memenuhi tuntutan tersebut. Menurut Lazarus (1986) ada dua macam penilaian yang dilakukan individu untuk menilai apakah suatu kejadian yang dapat atau tidak menimbulkan stress bagi individu, yaitu: Primary appraisals yaitu penilaian pada waktu kita mendeteksi suatu kejadian yang potensial untuk menyebabkan stress. Peristiwa yang diterima sebagai keadaan stress selanjutnya akan dinilai menjadi 3 akibat yaitu harmloss (tidak berbahaya), threat (ancaman) dan challenge (tantangan) Secondary appraisals mengarah pada resources yang tersedia pada diri kita atau yang kita miliki untuk menanggulangi stres.
Reaksi Terhadap Stress Aspek Fisiologis, Walter Canon (dalam sarafino, 2006) memberikan deskripsi mengenai bagaiman reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang
2016
8
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu. Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu: 1. Fase reaksi yang mengejutkan (alarm reaction) Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stres. 2. Fase perlawanan (Stage of Resistence ) Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stres, sebab pada tingkat tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi, bila stres dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja keras. 3. Fase Keletihan (Stage of Exhaustion ) Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat menyerang bagian – bagian tubuh yang lemah. b. Aspek psikologis Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi: 1. Kognisi Cohen menyatakan bahwa stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktifitas kognitif. 2. Emosi Emosi cenderung terkait stres.individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres dan pengalaman emosional (Maslach, Schachter & Singer, dalam Sarafino, 2006). Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan marah. 3. Perilaku Sosial Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku menjadi positif dan negatif (dalam Sarafino, 2006). Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein & Wilson, dalam Sarafino, 2006).
2016
9
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
The General Adaptation Syndrome menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor,stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal.Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. Kondisi sakit,menopause, dll ). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan (mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja) (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). The General Adaptation Syndrome (GAS) Dengan bahasa latin, Hans Selye,M.D. menjelaskan tahapan stress ini dan menyebutkan sebagaiThe General Adaptation Syndrome (GAS), menurut Selye GAS juga terdiri dari 3 tahap : 1. 2.
Reaksi terkejut (alarm reaction) ketika tubuh mulai mendeteksi stimulus dari luar Adaptasi (adaptation) ketika mengeluarkan perangkat pertahanan melawan sumber
stress (stressor). 3.
Kelelahan (exhaustion) ketika tubuh mulai kehabisan daya pertahanannya.
v Tipe-tipe stress : 1.
Tekanan : hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu.
Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak balas. Anda boleh mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu kesehatan anda. 2.
Frustasi : adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
2016
10
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
3.
Konflik : Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. 4.
Kecemasan : Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam
merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain : Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan (Dewi, 2012). Lazarus (dikutp dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2009). menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada. Saranson dan Spielberger (dalam Dewi, 2012) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut. Tjakrawerdaya (Dikutip dalam Dewi, 2012), mengemukakan bahwa kecemasan atau anxietas adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.
2016
11
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka Dewi, S. K. (2012). Kesehatan Mental. Semarang: UPT Undip Press. Hutabarat, D. B. Y. (2009). Perbedaan stres dan coping stres antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi kemacetan lalu lintas. Psibernetika. Vol 2. No 1. 68-87. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2010). Human developmen (ed.9). Anwar, A.K.penerj. Jakarta: Kencana. Sarafino, E.P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interaction. New York John Willey & Sons. Taylor, S. E, Peplau,L. A, & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial ( T. Wibowo Penerjemah) Jakarta, INA: Kencana Perdana Media Group. (Karya asli diterbitkan 2002).
2016
12
Kesehatan Mental Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id