STRUKTUR BAJA II
MODUL 3
Perencanaan Lantai Kenderaan Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran : 1. Pendahuluan. 2. Sifat dan Karakteristik Material Beton Untuk Jembatan. 3. Sifat dan Karakteristik Material Baja Tulangan Untuk Jembatan. 4. Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan. 5. Korosi Pada Struktur Beton. 6. Prinsip umum perencanaan. 7. Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur. 8. Pemeriksaan Geser Pons pelat lantai kendaraan. 9. Analisa Struktur Pelat lantai Jembatan. LAMPIRAN.
Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mengetahui dan memahami perencanaan lantai kenderaan jembatan.
DAFTAR PUSTAKA a) RSNI T-12-2004, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan. b) RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan. c) Soemono, Prof.,Ir., ILMU GAYA, Penerbit Jembatan, Djakarta, 1971.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir dalam modul pembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat. Wassalam Penulis Thamrin Nasution thamrinnst.wordpress.com
[email protected]
.
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Perencanaan Lantai Kenderaan L = lebar jalan Sandaran Parapet Lantai kenderaan Trotoir
Lapis aspal
S
S
S
S
Gambar 1 : Bentuk lantai jembatan.
1. Pendahuluan. Secara umum lantai jembatan tersusun dari pelat beton bertulang yang merupakan bagian struktural, lapis aspal sebagai penutup lantai, trotoar dari beton tumbuk bagian nonstruktural, tiang sandaran dari beton bertulang yang duduk diatas parapet lantai, sandaran dari besi hollow, dan parapet sendiri dari beton tulang yang menyatu dengan pelat lantai kenderaan. Pelat lantai beton bertulang dianggap lantai dengan tulangan satu arah, direncanakan dengan mengikuti kaidah struktur, yaitu menghitung momen lentur dengan mengikuti sifat balok dengan banyak perletakan. Pembebanan yang diperhitungkan adalah berat sendiri lantai beton bertulang (beban mati), berat aspal, beban “T”, beban angin melalui kenderaan dan akibat perubahan temperatur. Disamping akibat momen lentur, juga yang harus diperiksa adalah geser pons pada lantai akibat tekanan roda kenderaan. Standar yang dipergunakan dalam perencanaan struktur beton bertulang adalah RSNI T-12-2204, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan, dan standar yang berkaitan dengan perencanaan struktur beton bertulang yaitu SK SNI 03 - xxxx – 2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung. Untuk pembebanan jembatan mengacu pada standar RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan.
2. Sifat dan Karakteristik Material Beton Untuk Jembatan. a). Kekuatan Nominal. 1. Kuat tekan beton dengan uji silinder tidak boleh kurang dari 20 MPa. Kecuali untuk pembetonan yang tidak dituntut persyaratan kekuatan. 2. Kuat tarik langsung dari beton, “fct” bisa diambil dari ketentuan,
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
- 0,33 fc’ MPa pada umur 28 hari dengan perawatan standar. - Atau, dihitung dengan probabilitas statistik hasil pengujian. 3. Kuat tarik lentur fcl bisa diambil sebesar, - 0,60 fc’ MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar. - Atau, dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian. L Sandaran, dari pipa besi Tiang Sandaran dari beton tulang/besi Trotoir Beton Tumbuk
2%
2%
Lapis aspal 50 mm
Parapet
S
S
S
S
Gambar 2 : Gambar penampang lantai jembatan. b). Tegangan Izin. 1. Tegangan izin tekan pada kondisi batas layan. Tegangan tekan dalam penampang beton, akibat semua kombinasi beban tetap pada pada kondisi batas layan lentur dan/ atau aksial tekan tidak boleh melampaui nilai 0,45 fc’, dimana fc’ adalah kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari, dinyatakan dalam satuan MPa. 2. Tegangan izin tekan pada kondisi beban sementara. Untuk kondisi beban sementara, tegangan tekan dalam penampang beton tidak boleh melampaui nilai 0,60 fci’, dimana fci’ adalah kuat tekan beton yang direncanakan pada umur saat dibebani, dinyatakan dalam satuan MPa. 3. Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan. Tegangan tarik yang diizinkan terjadi pada penampang beton boleh diambil untuk beton tanpa tulangan, 0,15 fc’ dan dinyatakan dalam satuan MPa. c). Massa Jenis (wc). Massa jenis beton, wc, untuk beton dengan berat normal diambil tidak boleh kurang 2400 kg/m3, atau dapat ditentukan dari hasil pengujian. d). Modulus Elastisitas (Ec). Modulus elastisitas beton, Ec , nilainya tergantung pada mutu beton, yang terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Untuk analisis perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat tekan yang tidak melampaui 60 MPa, atau beton ringan dengan berat jenis yang tidak kurang dari 2000 kg/m3 dan kuat tekan yang tidak melampaui 40 MPa, nilai Ec bisa diambil sebagai berikut, 1,5
Ec wc 0,043 f c ' .....(1) harga Ec ini bisa bervariasi ± 20%. Ec dinyatakan dalam satuan MPa. Untuk beton normal dengan massa jenis sekitar 2400 kg/m3, Ec boleh diambil sebesar 4700 f c ' . wc = berat jenis beton dalam satuan kg/m3 fc’ = kuat tekan beton dalam satuan MPa. 2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Harga Ec ini dapat juga ditentukan dari hasil pengujian. e). Angka Poison (). Angka Poisson untuk beton, , bisa diambil sebesar 0,2 atau dapat ditentukan dari hasil pengujian. f). Koefisien Muai Panas. Koefisien muai panjang beton akibat panas, bisa diambil sebesar 10 x 10-6 per 0C, dengan pertimbangan bisa bervariasi ± 20%, dapat ditentukan dari hasil pengujian.
3. Sifat dan Karakteristik Material Baja Tulangan Untuk Jembatan. a). Kekuatan Nominal. 1. Kuat tarik putus ditentukan dari hasil pengujian. 2. Kuat tarik leleh, fy, ditentukan dari hasil pengujian, tetapi perencanaan tulangan tidak boleh didasarkan pada kuat leleh fy yang melebihi 550 MPa. b). Tegangan Izin. 1. Tegangan izin pada pembebanan tetap. Tegangan ijin tarik pada tulangan non-prategang boleh diambil dari ketentuan di bawah ini : - Tulangan dengan fy = 300 MPa, tidak boleh diambil melebihi 140 MPa. - Tulangan dengan fy = 400 MPa, atau lebih, dan anyaman kawat las (polos atau ulir), tidak boleh diambil melebihi 170 MPa. - Untuk tulangan lentur pada pelat satu arah yang bentangnya tidak lebih dari 4 m, tidak boleh diambil melebihi 0,50 fy namun tidak lebih dari 200 MPa. 2. Tegangan izin pada pembebanan sementara. Boleh ditingkatkan 30 % dari nilai tegangan ijin pada pembebanan tetap. c). Modulus elastisitas. Modulus elastisitas baja tulangan, Es, untuk semua harga tegangan yang tidak lebih besar dari kuat leleh fy, bisa diambil sebesar : - Diambil sama dengan 200.000 MPa. - Atau, ditentukan dari hasil pengujian. d). Koefisien muai panas. Koefisien muai baja tulangan non-prategang akibat panas bisa diambil sebesar : - Diambil sama dengan 12 x 10-6 per oC. - Atau, ditentukan dari hasil pengujian.
4. Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan. a). Faktor beban dan kombinasi pembebanan. Untuk besaran beban dan kombinasi pembebanan, diambil mengacu kepada Standar Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya. b). Faktor reduksi kekuatan. Faktor reduksi kekuatan diambil dari nilai-nilai berikut : - Lentur .......................................................................................................... 0,80 - Geser dan Torsi ........................................................................................... 0,70 3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
- Aksial tekan * dengan tulangan spiral ................................................................... 0,70 * dengan sengkang biasa .................................................................. 0,65 - Tumpuan beton ........................................................................................... 0,70
5. Korosi Pada Struktur Beton. a). Perencanaan untuk keawetan jangka panjang. Persyaratan untuk struktur dan komponen beton bertulang dengan umur rencana 50 tahun atau lebih, diberlakukan sehubungan dengan kondisi dan klasifikasi lingkungan. Klasifikasi lingkungan yang berpengaruh terhadap struktur beton adalah seperti diberikan pada tabel berikut. Tabel 1 : Klasifikasi Lingkungan Keadaan permukaan dan lingkungan 1. Komponen struktur yang berhubungan langsung dengan tanah : (a) Bagian komponen yang dilindungi lapisan tahan lembab atau kedap air. (b) Bagian komponen lainnya di dalam tanah yang tidak agresif. (c) Bagian komponen di dalam tanah yang agresif (tanah permeable dengan pH < 4, atau dengan air tanah yang mengandung ion sulfat > 1 g per liter) 2. Komponen struktur di dalam ruangan tertutup di dalam bangunan, kecuali untuk keperluan pelaksanaan dalam waktu yang singkat. 3. Komponen struktur di atas permukaan tanah dalam lingkungan terbuka : (a) Daerah di pedalaman (> 50 km dari pantai) di mana lingkungan adalah, (i) bukan daerah industri dan berada dalam iklim yang sejuk. (ii) bukan daerah industri namun beriklim tropis. (iii) daerah industri dalam iklim sembarang. (b) Daerah dekat pantai (1 km sampai 50 km dari garis pantai), iklim Sembarang. (c) Daerah pantai (< 1 km dari garis pantai tetapi tidak dalam daerah pasang surut), iklim sembarang. 4. Komponen struktur di dalam air : (a) Air tawar. (b) Air laut : (i) terendam secara permanen. (ii) berada di daerah pasang surut. (c) Air yang mengalir. 5. Komponen struktur di dalam lingkungan lainnya yang tidak terlindung dan tidak termasuk dalam kategori yang disebutkan di atas.
Klasifikasi lingkungan A A U A
A B1 B1 B1 B2 B1 B2 C U U
Sumber : RSNI T-12-2004-Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
Khusus untuk klasifikasi lingkungan “U”, mutu dan karakteristik beton harus ditentukan secara khusus agar dapat menjamin keawetan jangka panjang komponen struktur dalam lingkungan tidak terlindung yang khusus. b). Persyaratan kekuatan beton untuk abrasi Untuk bagian beton yang diperkirakan akan mengalami abrasi (keausan) akibat lalu lintas disyaratkan harus memiliki kekuatan tekan fc’ yang tidak kurang dari nilai yang sebagaimana disyaratkan dalam tabel berikut.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Tabel 2 : Persyaratan Kekuatan Beton Untuk Abrasi. Bagian bangunan dan/atau jenis lalu lintas Kuat tekan minimum fc’ (MPa). Jalan untuk pejalan kaki dan sepeda 20 Perkerasan dan lantai jembatan yang berhubungan dengan : 1. Lalu lintas ringan yang menggunakan ban hidup (karet berisi udara), untuk kendaraan yang mempunyai berat sampai 3 ton. 2. Lalu lintas menengah atau berat (kendaraan yang mempunyai berat lebih besar dari 3 ton). 3. Lalu lintas yang tidak menggunakan ban hidup. 4. Lalu lintas dengan roda baja.
20 25 35 Harus diperkirakan, tetapi tidak kurang dari 35
Sumber : RSNI T-12-2004-Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
c). Persyaratan selimut beton Tebal selimut beton untuk tulangan harus diambil nilai tebal selimut beton yang terbesar sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan untuk keperluan pengecoran dan untuk perlindungan terhadap karat. Tebal selimut beton untuk keperluan pengecoran tidak boleh kurang dari nilai yang terbesar dari ketentuan berikut : 1. 1,5 kali ukuran agregat terbesar. 2. Setebal diameter tulangan yang dilindungi atau 2 kali diameter tulangan terbesar bila dipakai berkas tulangan. Untuk perlindungan terhadap karat harus diambil tebal selimut beton sebagai berikut : 1. Bila beton dicor di dalam acuan sesuai dengan spesifikasi yang berwenang dan dipadatkan sesuai standar, selimut beton harus diambil tidak kurang dari ketentuan yang diberikan pada Tabel 3. untuk klasifikasi tidak terlindung. 2. Bila beton dicor di dalam tanah, tebal selimut ke permukaan yang berhubungan dengan tanah diambil seperti yang disyaratkan dalam Tabel 3., namun harganya dinaikkan 30 mm atau 10 mm jika permukaan beton dilindungi lapisan yang kedap terhadap kelembaban. 3. Bila beton dicor di dalam acuan kaku dan pemadatannya intensif, seperti yang dicapai dari hasil meja getar, digunakan selimut beton minimum seperti disyaratkan pada Tabel 4. 4. Bila komponen struktur beton dibuat dengan cara diputar, dengan rasio air-semen kurang dari 0,35 dan tidak ada toleransi negatif pada pemasangan tulangannya, selimut ditentukan sesuai Tabel 5. Tabel 3 : Selimut beton untuk acuan dan pemadatan (mm).
Sumber : RSNI T-12-2004-Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Tabel 4 : Selimut beton untuk acuan kaku dan pemadatan intensif.
Sumber : RSNI T-12-2004-Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
Tabel 5 : Selimut beton untuk komponen yang dibuat dengan cara diputar.
Sumber : RSNI T-12-2004-Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
6. Prinsip umum perencanaan Perencanaan harus berdasarkan pada suatu prosedur yang memberikan jaminan keamanan pada tingkat yang wajar, berupa kemungkinan yang dapat diterima untuk mencapai suatu keadaan batas selama umur rencana jembatan. Perencanaan kekuatan balok, pelat, kolom beton bertulang sebagai komponen struktur jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur, geser, lentur dan aksial, geser dan puntir, harus didasarkan pada cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT) atau cara ultimit. Untuk perencanaan komponen struktur jembatan yang mengutamakan suatu pembatasan tegangan kerja, seperti untuk perencanaan terhadap lentur dari komponen struktur sesuai kebutuhan perilaku deformasinya, atau sebagai cara perhitungan alternatif, dapat digunakan cara Perencanaan berdasarkan Batas Layan (PBL). Di samping itu, perencanaan harus memperhatikan faktor integriti komponenkomponen struktur maupun keseluruhan jembatan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut : - Kontinuitas dan redundansi. - Semua komponen struktur jembatan harus mempunyai ketahanan yang terjamin terhadap kerusakan dan instabilitas sesuai umur jembatan yang direncanakan. - Aspek perlindungan eksternal terhadap kemungkinan adanya beban yang tidak direncanakan atau beban berlebih.
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
7. Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur a). Asumsi perencanaan. Perhitungan kekuatan dari suatu penampang yang terlentur harus memperhitungkan keseimbangan dari tegangan dan kompatibilitas regangan, serta konsisten dengan anggapan : - Bidang rata yang tegak lurus sumbu tetap rata setelah mengalami lentur. - Beton tidak diperhitungkan dalam memikul tegangan tarik. - Distribusi tegangan tekan ditentukan dari hubungan tegangan-regangan beton. - Regangan batas beton yang tertekan diambil sebesar 0,003. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan dapat berbentuk persegi, trapesium, parabola atau bentuk lainnya yang menghasilkan perkiraan kekuatan yang cukup baik terhadap hasil pengujian yang lebih menyeluruh. Walaupun demikian, hubungan distribusi tegangan tekan beton dan regangan dapat dianggap dipenuhi oleh distribusi tegangan beton persegi ekivalen, yang diasumsikan bahwa tegangan beton = 0,85 fc’ terdistribusi merata pada daerah tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi tertekan terluar dari penampang dan suatu garis yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a = β1c dari tepi tertekan terluar tersebut. Jarak c dari tepi dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus diukur dalam arah tegak lurus sumbu tersebut. 0,85 fc’
0,003
a = 1 c
c
C = 0,85 fc’ a b
d
h As
b
T = As fs
Regangan
Tegangan
Gambar 3 : Tegangan dan Regangan pada penampang beton bertulang. Faktor β1 harus diambil sebesar : β1 = 0,85 untuk fc’ < 30 MPa. β1 = 0,85 – 0,008 (fc’ – 30 ) untuk fc’ > 30 MPa. β1 pada persamaan tidak boleh diambil kurang dari 0,65. Perencanaan kekuatan pada penampang terhadap momen lentur harus berdasarkan kekuatan nominal yang dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan . b). Tebal minimum pelat lantai. Pelat lantai yang berfungsi sebagai lantai kendaraan pada jembatan harus mempunyai tebal minimum ts memenuhi kedua ketentuan : ts > 200 (mm). ts > (100 + 40 s ) (mm). Dimana, s = bentang pelat diukur dari pusat ke pusat tumpuan (dalam meter)
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
c). Tulangan Minimum. Tulangan minimum harus dipasang untuk menahan tegangan tarik utama sebagai berikut : - Pelat lantai yang ditumpu kolom, As 1,25 ..........(1) bd fy - Pelat lantai yang ditumpu balok atau dinding, As 1,0 bd fy
..........(2)
d). Penyebaran tulangan untuk pelat lantai. Tulangan harus dipasang (tulangan bagi) pada bagian bawah dengan arah menyilang terhadap tulangan pokok. Apabila tulangan pokok tegak lurus arah lalu lintas, maka 110 ..........(3) Persentase = s Maksimum 67% dan minimum 30% dari tulangan pokok.
Arah lalu lintas
b
d Tulangan pokok (As)
Tulangan bagi
S
Gambar 4 : Letak tulangan pokok dan tulangan bagi. e). Langkah-langkah perencanaan tulangan lentur pelat lantai jembatan. 1. Hitung momen terfaktor dengan analisis struktur, Mu. 2. Hitung momen nominal, Mn = Mu / , dimana = faktor reduksi kekuatan = 0,80. 3. Tahanan momen nominal, Mn ..........(4) Rn b .d 3 4. Tahanan momen maksimum, f ' 600 ..........(5) b 1 . 0,85 . c . f y 600 f y maks 0,75 b ..........(6) 1 / 2 maks . f y Rmaks maks . f y . 1 0,85 . f c '
8
..........(7)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
..........(8)
5. Harus dipenuhi, Rn < Rmaks 6. Rasio tulangan yang diperlukan, 0,85 . f c ' 2 . Rn . 1 (1 fy 0,85 . f c '
..........(9)
7. Rasio tulangan minimum,
min 8. Luas tulangan yang diperlukan,
1,0 fy
.........(10)
As = . b.d
.........(11)
9. Jarak antara tulangan, 2
s
1/ 4 d t . b As
.........(12)
dimana, dt = diameter tulangan. 10. Tulangan bagi pada arah memanjang jembatan diambil, Abg = 50% As
.........(13)
8. Pemeriksaan Geser Pons pelat lantai kendaraan
Pelat lantai jembatan Aspal
ta
ta
h
h
a u
b
b v
u
v
a
a = 200 mm ; b = 500 mm RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan
Gambar 5 : Bidang penyebaran tekanan roda berdasarkan RSNI T-02-2005.
Kekuatan pelat lantai terhadap geser untuk pelat beton bertulang tanpa tulangan geser, nilai minimum, Vc
1 6
9
f c . b' . h
.........(14)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Dimana, u = a + ta + ta + 1/2h + 1/2h = a + 2 ta + h v = b + ta + ta + 1/2h + 1/2h = b = 2 ta + h a = 200 mm b = 500 mm b’ = 2 u + 2 v h = ts = tebal pelat beton (slab) ta = tebal lapis aspal.
9. Analisa Struktur Pelat lantai Jembatan Pelat dianggap seperti balok yang terletak diatas banyak perletakan, dimana bagian tepi lantai jembatan, dianggap terkekang. Analisa struktur dilakukan dengan metode Persamaan Tiga Momen. Jumlah medan yang banyak dapat disederhanakan menjadi hanya 4 (empat) medan saja yang ditinjau. L tt = tebal trotoir ta = tebal aspal
S
ts = tebal slab
S
S
S
S
S
S
S
Gambar 6 : Penampang jembatan dengan delapan medan.
Hasil analisa struktur untuk berbagai beban adalah sebagai berikut, a). Akibat berat sendiri pelat lantai, momen tumpuan maksimum pada (C), dan momen lapangan maksimum pada lapangan (B) – (C). Beban mati (berat sendiri) QMS kN/m’ A
E B
S
C
S
S 2 - 1/12 QMS S
D
S
2
1/24 QMS S
Gambar 7 : Hasil analisa struktur akibat berat sendiri pelat lantai.
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
b). Akibat beban mati tambahan yang berasal dari berat lapis aspal, momen tumpuan maksimum pada (C), dan momen lapangan maksimum pada lapangan (B) – (C). Beban mati tambahan QMA kN/m’ A
E B
C
D
S
S
S
S
2
- 5/48 QMA S
2
- 1/24 QMA S
2
5/96 QMA S
2
1/48 QMA S
Gambar 8 : Hasil analisa struktur akibat berat lapis aspal.
c). Akibat beban truk (PTT) dan beban angin PEW), momen tumpuan maksimum pada (C), dan momen lapangan maksimum pada lapangan (B) – (C). BEBAN T dan EW (PTT, PEW) , kN P a1
P b1
b2
a2
A
E B
C
S
S
S
- 5/32 P S
- 1/16 P S
1/32 P S
D
S
9/64 P S
Gambar 9 : Hasil analisa struktur akibat beban truk dan angin.
d). Akibat perobahan temperatur, momen lapangan maksimum pada lapangan (B) – (C). T
T
A
E B
C
S
S
D
S
1/4 T EI/h
S 1/4 T EI/h
Geometri penampang
1/2 T EI/h 7/8 T EI/h 5/4 T EI/h
h 1000 mm
Gambar 10 : Hasil analisa struktur akibat perobahan temperatur.
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
e). Akibat perobahan temperatur, momen tumpuan maksimum pada (C). T
T
A
E B
C
S
S
D
S
S
1/4 T EI/h
1/2 T EI/h
1/2 T EI/h
5/4 T EI/h Geometri penampang
h
5/4 T EI/h
1000 mm
Gambar 11 : Hasil analisa struktur akibat perobahan temperatur.
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LAMPIRAN A BEBAN MATI (BERAT SENDIRI), QMS kN/m’ Beban mati (berat sendiri) QMS kN/m’ A
E B 2
- 1/12 QMS S
C
S 2
- 1/12 QMS S
D
S
S
2
S
- 1/12 QMS S
2
1/24 QMS S
Persamaan Tiga Momen, M A .S M B .S Q . S3 3E I 6E I 24 E I 1 M 1 M 1 Q.S 2 3 A 6 B 24 2 1 1 MA Q.S M 8 2 B M A .S 6E I 1 M 6 A
.....(1)
M B .S M B .S M C .S Q . S 3 Q . S 3 3E I 3E I 6E I 24 E I 24 E I 2 M B 1 M C 1 Q.S 2 3 6 12
M B .S MC .S MC .S M D .S Q . S 3 Q . S 3 6E I 3E I 3E I 6E I 24 E I 24 E I 1 M 2 M 1 M 1 Q.S 2 6 B 3 C 6 D 12
MA ME ; MB MD
.....(2)
.....(3) .....(4)
Substitusikan pers.(1) kedalam pers.(2), diperoleh, 1 ( 1 Q.S 2 1 M ) 2 M 1 M 1 Q.S 2 6 8 2 B 3 B 6 C 12 7 M 1 M 1 Q.S 2 12 B 6 C 16 Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh, 1 M 2 M 1 M 1 Q.S 2 6 B 3 C 6 B 12 1 M 2 M 1 Q.S 2 3 B 3 C 12
13
.....(5)
.....(6)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Dari pers.(5) dan pers.(6), 7 M 1 M 1 Q.S 2 x | 6/1 | 12 B 6 C 16 1 M 2 M 1 Q.S 2 x | 3/2 | 3 B 3 C 12 42 M M 6 Q . S 2 C 12 B 16 1 M M 1 Q.S 2 C 2 B 8 3 M B 1 Q.S 2 4 M B 1 Q . S 2 (momen tumpuan negatip) 12 Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(5) atau pers.(6), diperoleh, 7 ( 1 Q.S 2 ) 1 M 1 Q.S 2 12 12 6 C 16 1 M 1 Q.S 2 6 C 72 M C 1 Q . S 2 (momen tumpuan negatip) 12
.....(7)
.....(8)
Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(1), diperoleh, M A 1 Q.S 2 1 ( 1 Q.S 2 ) 8 2 12 M A 1 Q . S 2 (momen tumpuan negatip) 12
.....(9)
Momen lapangan (B – C), C
B
2
- 1/12 Q S
2
- 1/12 Q S
2
1/8 Q S
2
1/24 Q S
S
M ( B C ) 1 Q . S 2 1 Q . S 2 1 Q . S 2 (positip) 8 12 24
14
....(10)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LAMPIRAN B BEBAN MATI TAMBAHAN, QMA kN/m’ (Momen tumpuan (C) dan lapangan maksimum) QMA kN/m’ A
E B
C
D
S
S
S
S
2
2
- 1/24 QMA S
2
1/48 QMA S
- 5/48 QMA S
2
5/96 QMA S
Persamaan tiga momen, M A .S M B .S 0 3E I 6E I 1 M 1 M 0 3 A 6 B MA 1 MB 2 M A .S 6E I 1 M 6 A
.....(1)
M B .S M B .S M C .S Q . S 3 3E I 3E I 6E I 24 E I 2 M B 1 M C 1 Q.S 2 3 6 24
M B .S MC .S MC .S M D .S Q . S 3 Q . S 3 6E I 3E I 3E I 6E I 24 E I 24 E I 1 M 2 M 1 M 1 Q.S 2 6 B 3 C 6 D 12
MA ME ; MB MD
.....(2)
.....(3) .....(4)
Substitusikan pers.(1) kedalam pers.(2), diperoleh, 1 ( 1 M ) 2 M 1 M 1 Q . S 2 6 2 B 3 B 6 C 24 7 M 1 M 1 Q.S 2 12 B 6 C 24 Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh, 1 M 2 M 1 M 1 Q.S 2 6 B 3 C 6 B 12 1 M 2 M 1 Q.S 2 3 B 3 C 12
15
.....(5)
.....(6)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Dari pers.(5) dan pers.(6), 7 M 1 M 1 Q.S 2 x | 6/1 | 12 B 6 C 24 1 M 2 M 1 Q.S 2 x | 3/2 | 3 B 3 C 12 42 M M 1 Q . S 2 C 12 B 4 1 M M 1 Q.S 2 C 2 B 8 3 M B 1 Q.S 2 8 M B 1 Q . S 2 (momen tumpuan negatip) 24
.....(7)
Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(5) atau pers.(6), diperoleh, 7 ( 1 Q.S 2 ) 1 M 1 Q.S 2 12 24 6 C 24 2 1 M 1 Q.S 6 C 58 M C 5 Q . S 2 (momen tumpuan negatip) 48
.....(8)
Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(1), diperoleh, M A 1 ( 1 Q . S 2 ) 2 24 M A 1 Q . S 2 (momen tumpuan positip) 48
.....(9)
Momen lapangan (B – C), C
B 2
- 1/24 Q S
2
- 5/48 Q S
2
1/8 Q S
2
5/96 Q S
S
1 M ( B C ) 1 Q . S 2 1 Q . S 2 5 Q . S 2 8 48 2 24 M ( B C ) 5 Q . S 2 (positip) 96
16
.....(10)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LAMPIRAN C BEBAN T dan EW (PTT, PEW) , kN (Momen tumpuan (C) dan lapangan maksimum) P a1
P b1
b2
a2
A
E B
C
S
S - 1/16 P S
1/32 P S
D
S - 5/32 P S
9/64 P S
Persamaan tiga momen, M A .S M B .S 0 3E I 6E I 1 M 1 M 0 3 A 6 B MA 1 MB 2 M A .S 6E I 1 M 6 A
S
.....(1)
M B . S M B . S M C . S 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 ) 3E I 3E I 6E I 6 S .E I 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 ) 2 M B 1 MC 3 6 6 S2
.....(2)
M B . S M C . S M C . S M D . S 1 P. a 1 . b 1 . ( S a 1 ) 1 P. a 2 . b 2 . ( S b 2 ) 6E I 3E I 3E I 6E I 6 S .E I 6 S .E I 1 M 2 M 1 M 1 P. a 1 . b 1 . ( S a 1 ) 1 P. a 2 . b 2 . ( S b 2 ) 6 B 3 C 6 D 6 6 S2 S2 1 M 2 M 1 M P a 1 . b1 . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) .....(3) 6 B 3 C 6 D 6S2 MA ME ; MB MD
.....(4)
Substitusikan pers.(1) kedalam pers.(2), diperoleh, 1 ( 1 M ) 2 M 1 M 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 ) 6 2 B 3 B 6 C 6 S2 7 M 1 M 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 ) 12 B 6 C 6 S2
17
.....(5)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh, 1 M 2 M 1 M P a 1 . b1 . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) 6 B 3 C 6 B 6S2
1 M 2 M P a 1 . b1 . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) 3 B 3 C 6S2
.....(6)
Dari pers.(5) dan pers.(6), 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 ) M B 1 MC 12 6 6 S2 1 M 2 M P a 1 . b1 . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) 3 B 3 C 6S2
7
42
12
M B MC
1 M M C 2 B
x | 6/1 | x | 3/2 |
P. a 1 . b 1 . ( S b1 ) S2
P 4S2
a 1 . b1 . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 )
1 1 a 1 . b 1 . ( S b 1 ) a 1 . b 1 . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) 4 4 1 1 MB a . b . (S b1 ) . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) .....(7) 2 1 1 4 4 3S (momen tumpuan negatip) 3 MB
P S2 P
Kejadian khusus, a1 = a2 = b1 = b2 = ½ S 1 MB P . S (momen tumpuan B, bertanda negatip) 16
.....(8)
Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(6), diperoleh, P 1 1 a . b . (S b1 ) . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) 2 M C 2 1 1 3 4 4 9S P a 1 . b1 . (S a 1 ) a 2 . b 2 . (S b 2 ) 6S2 P 1 7 7 a .b . (S a 1 ) . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) .....(9) 2 1 1 24 6 24 S Kejadian khusus, a1 = a2 = b1 = b2 = ½ S 5 MC P . S (momen tumpuan C, bertanda negatip) ....(10) 32 MC
Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(1), diperoleh, P 1 1 MA a . b . ( S b ) . ( S a ) a . b . ( S b ) 1 1 1 1 2 2 2 4 4 6 S2 (momen tumpuan positip)
18
....(11)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Kejadian khusus, a1 = a2 = b1 = b2 = ½ S 1 MA P . S (momen tumpuan A, bertanda positip) 32
...(12)
Momen lapangan (B – C), C
B
- 1/16 P S
- 5/32 P S
1/4 P S
9/64 PS S
1 M ( B C ) 1 P . S 1 P . S 5 P . S 4 32 2 16 M ( B C ) 9 P . S (positip) 64
19
.....(10)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LAMPIRAN D BEBAN Temperatur ET (PET) T
T
A
E B
C
S
S
D
S
S
1/4 T EI/h
1/4 T EI/h
1/2 T EI/h
Geometri penampang
7/8 T EI/h 5/4 T EI/h
h 1000 mm
Persamaan tiga momen, M A .S M B .S 0 3E I 6E I 1 M 1 M 0 3 A 6 B MA 1 MB 2 M A .S 6E I 1 M 6 A
.....(1)
M B .S M B .S M C .S 1 S T . . 3E I 3E I 6E I 2 h E.I 1 2 M B 1 M C T . . 3 6 2 h
M B .S M C .S M C .S M D .S 1 S 1 S T . . T . . 6E I 3E I 3E I 6E I 2 h 2 h 1 M 2 M 1 M T . . E . I 6 B 3 C 6 D h MA ME ; MB MD
.....(2)
.....(3) .....(4)
Substitusikan pers.(1) kedalam pers.(2), diperoleh, 1 ( 1 M ) 2 M 1 M 1 T . . E . I 6 2 B 3 B 6 C 2 h E . I 1 7 M 1 M T . . 12 B 6 C 2 h Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh, 1 M 2 M 1 M T . . E . I 6 B 3 C 6 B h 20
.....(5)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1 M 2 M T . . E . I 3 B 3 C h Dari pers.(5) dan pers.(6), 7 M 1 M 1 T . . E . I 12 B 6 C 2 h E . I 1 M 2 M T . . 3 B 3 C h E 42 M M 3 T . . . I C 12 B h E.I 3 1 M M T . . C 2 B 2 h E.I 3 3 M B T . . 2 h E.I 1 M B T . . (momen positip) 2 h
.....(6)
x | 6/1 | x | 3/2 |
Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(6), diperoleh, 1 ( 1 T . . E . I ) 2 M T . . E . I 3 2 3 C h h E.I 5 M C T . . (momen positp) 4 h Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(1), diperoleh, E.I 1 M A 1 ( T . . ) 2 2 h E.I 1 M A T . . (momen negatip) 4 h
21
.....(7)
.....(8)
.....(9)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LAMPIRAN E BEBAN Temperatur ET (PET) T
T
A
E B
C
S
S
D
S
S
1/4 T EI/h
1/2 T EI/h
1/2 T EI/h
5/4 T EI/h Geometri penampang
h 1000 mm
Persamaan tiga momen, M A .S M B .S 1 S T . . 3E I 6E I 2 h 1 M 1 M 1 T . . E . I 3 A 6 B 2 h E.I 1 3 M A T . . M 2 B 2 h M A .S 6E I 1 M 6 A
5/4 T EI/h
.....(1)
M B .S M B .S M C .S 1 S T . . 3E I 3E I 6E I 2 h E.I 1 2 M B 1 M C T . . 3 6 2 h
M B .S M C .S M C .S M D .S 0 6E I 3E I 3E I 6E I 1 M 2 M 1 M 0 6 B 3 C 6 D MA ME ; MB MD
.....(2)
.....(3) .....(4)
Substitusikan pers.(1) kedalam pers.(2), diperoleh, 1 ( 3 T . . E . I 1 M ) 2 M 1 M 1 T . . E . I 6 2 2 B 3 B 6 C h 2 h 7 M 1 M 1 T . . E . I .....(5) 12 B 6 C 4 h Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh, 1 M 2 M 1 M 0 6 B 3 C 6 B 22
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012
Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1 M 2 M 0 3 B 3 C M B 2 MC
.....(6)
Substitusikan pers.(6) kedalam pers.(5), diperoleh, 7 ( 2 M ) 1 M 1 T . . E . I C 12 6 C 4 h E.I 1 M C T . . 4 h (momen tumpuan C negatip) Substitusikan pers.(7) kedalam pers.(6), diperoleh, E.I 1 M B T . . 2 h (momen tumpuan B positip) Substitusikan pers.(8) kedalam pers.(1), diperoleh, E.I 1 1 E.I 3 M A T . . ( T . . ) 2 2 2 h h E.I 5 M A T . . (momen positp) 4 h
23
.....(7)
.....(8)
.....(9)