MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PEMBANGUNAN MANUSIA DALAM KAITANNYA DENGAN INVESTASI SEKTOR FISIK, MANUSIA, PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DI INDONESIA Bagus Sumargo1; Titin Yuniarty2 ABSTRACT This study aims to analyze the types of investment that should receive highest priority in improving achievement of human development in Indonesia. To answer these research goals, this is used the simultaneous equations models analysis for panel data of 30 provinces in Indonesia with involving education level, income level, health status, and achievement of human development structural equations. Hausman Simultaneity Test Result obtains the indication of a simultaneous and positive relationship between level of education, health status, and income level. Based on this relationship, we can concluded that human investment in education sector gives significantly and the greatest effect in improving achievement of human development. This means that human investment in education sector should be placed as main priority in accelerating human development in Indonesia. Keywords: human development, physical investment, human investment, Hausman simultaneous models
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis investasi yang semestinya mendapat prioritas paling tinggi dalam meningkatkan pencapaian pembangunan manusia di Indonesia. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut maka digunakan analisis model persamaan simultan pada data panel 30 provinsi di Indonesia dengan melibatkan persamaan struktural tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, derajat kesehatan, dan pencapaian pembangunan manusia. Hasil Pengujian Simultanitas Hausman menunjukkan adanya hubungan simultan dan positif antara tingkat pendidikan, derajat kesehatan, dan tingkat pendapatan. Dengan mendasarkan pada hubungan simultanitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa investasi manusia sektor pendidikan berpengaruh signifikan dan paling besar dalam meningkatkan pencapaian pembangunan manusia. Hal ini berarti bahwa investasi manusia sektor pendidikan sudah semestinya ditempatkan sebagai prioritas utama dalam mempercepat pembangunan manusia di Indonesia. Kata kunci: pembangunan manusia, investasi fisik, investasi manusia, model simultan Hausman
1, 2
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik – BPS Jakarta, Jln. Otista Raya no. 64 C Jakarta 13330, bagus_sumargo@ bps.go.id
108
Jurnal Mat Stat, Vol. 9 No. 2 Juli 2009: 108-117
PENDAHULUAN Terhitung sejak akhir tahun 2000, Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk menjadikan pembangunan manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional. Salah satu bukti komitmen tersebut tercemin pada keikutsertaan pemerintah dalam meratifikasi tujuan-tujuan pembangunan milenium atau yang dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs), yang mengangkat isu utama mengenai upaya perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan penduduk. Dijadikannya pembangunan manusia sebagai agenda utama pembangunan nasional pada dasarnya menyiratkan perlunya penyediaan anggaran belanja pemerintah yang lebih memadai untuk membiayai sektor-sektor yang terkait dengan urusan prioritas manusia seperti pendidikan dan kesehatan (Kompas, 24 Mei 2006). Namun demikian, pada saat yang bersamaan Indonesia justru tengah dihadapkan pada kendala minimnya anggaran sebagai akibat dari krisis ekonomi terburuk pada akhir tahun 1997. Anggaran pemerintah lebih difokuskan untuk membiayai hutang dan subisidi guna mereduksi dampak negatif krisis terhadap perekonomian. Akibatnya, alokasi anggaran untuk sektor sosial publik (termasuk pendidikan dan kesehatan) harus mengalami penurunan secara tajam. Permasalahannya menjadi kian kompleks sejak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah pada awal tahun 2001 lalu. Setelah berlakunya otonomi daerah, persoalan pentingnya pembiayaan dan penyediaan pelayanan publik telah menjadi wewenang dan tanggung jawab penuh pemerintah daerah. Hal tersebut bukanlah tugas mudah. Disamping karena ada perbedaan potensi keuangan antar daerah, pembangunan infrastruktur fisik yang menjadi mainstream selama ini seringkali harus mengalami tarik menarik dengan alokasi sektor pembangunan sosial. Dari kajian yang dilakukan oleh Brata dan Arifin (2003), diperoleh fakta bahwa pengeluaran pembangunan pemerintah daerah provinsi selama ini masih cenderung terkonsentrasi pada bidang infrastruktur ekonomi dan belum memberikan perhatian yang memadai bagi bidang pembangunan manusia. Kondisi tersebut memberi implikasi bahwa biaya pendidikan dan kesehatan masih harus menjadi tanggung jawab yang lebih besar bagi penduduk. Padahal, krisis telah menyebabkan pendapatan riil merosot dan kemiskinan meningkat tajam. Sementara itu, proses pemulihan ekonomi cenderung lamban dan bahkan stagnan pada kisaran 5 hingga 6% dengan distribusi pendapatan yang semakin timpang. Hal ini dapat memicu kesenjangan percepatan pembangunan manusia sehingga pencapaiannya tidak akan pernah optimal dan Indonesia akan selalu tertinggal dari negara-negara lainnya. Itulah sebabnya, penelitian ini bermaksud mengkaji upaya yang semestinya dilakukan Indonesia dalam meningkatkan pencapaian pembangunan manusianya. Apakah harus lebih berfokus pada penciptaan pertumbuhan ekonomi yang tinggi guna meningkatkan standar hidup layak penduduk (investasi fisik) ataukah pada peningkatan kapasitas pemerintah dalam menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi seluruh penduduk (investasi manusia sektor pendidikan dan kesehatan)? Karena adanya berbagai kendala, penelitian ini dibatasi hanya pada tahun 2002-2007, dengan cakupan objek penelitian meliputi seluruh provinsi di Indonesia, kecuali Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Ukuran pencapaian pembangunan manusia secara komprehensif didekati dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencakup tiga dimensi dasar, yaitu dimensi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dimensi pendidikan dari IPM yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator rata-rata lama sekolah, dimensi kesehatan digambarkan melalui indikator angka harapan hidup waktu lahir, sedangkan dimensi ekonomi diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil per kapita. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui jenis investasi yang semestinya mendapat prioritas paling tinggi dalam meningkatkan pencapaian pembangunan manusia di Indonesia. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut: mengetahui pengaruh investasi fisik, investasi manusia sektor pendidikan dan kesehatan; masing-masing terhadap dimensi ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan dari IPM di Indonesia; mengetahui pengaruh dimensi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dari IPM terhadap pencapaian pembangunan manusia di
Model Persamaan Struktural …... (Bagus Sumargo; Titin Yuniarty)
109
Indonesia; mengetahui pengaruh investasi fisik, investasi manusia sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pencapaian pembangunan manusia di Indonesia.
METODE PENELITIAN Kajian Teoritis Pembangunan manusia merupakan suatu bentuk pendekatan komprehensif mengenai makna pembangunan, yang lebih dari sekedar upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi hanya sebagai alat untuk untuk mencapai tujuan akhir pembangunan, yaitu peningkatan kapabilitas dan pilihan-pilihan yang dimiliki manusia agar dapat berperan secara optimal sebagai agen pembangunan yang produktif. Adapun pilihan terpenting yang dimaksud dalam perspektif pembangunan manusia menurut United Nations Development Program (UNDP) adalah pilihan untuk berumur panjang dan sehat, berilmu pengetahuan serta mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Ketiga pilihan penting tersebut merupakan dimensi dasar dalam pengukuran kinerja pembangunan secara komprehensif yang terangkum dalam suatu indeks komposit, yakni IPM. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup waktu lahir, dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan rata-rata lamanya sekolah serta dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Terdapat dua jalan utama yang dapat ditempuh oleh suatu negara untuk mewujudkan pembangunan manusia, yaitu jalan pertumbuhan ekonomi dan jalan pengeluaran sosial publik untuk sektor pendidikan dan kesehatan (BPS, Bappenas, UNDP, 2004). Penentuan jalan mana yang lebih berguna dari yang lain adalah berbeda-beda antarnegara. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik dan situasi khas yang dihadapi oleh suatu negara dan juga tergantung pada prioritas-prioritas pembangunan yang ditetapkan di masing-masing negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan distribusi pendapatan sebagai hasil dari tingginya investasi fisik akan berimplikasi pada meningkatnya pendapatan penduduk suatu negara, yang dapat ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per kapita (Jhingan, 2008). Negara dengan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi secara umum akan lebih mampu meningkatkan kualitas modal manusianya dibandingkan negara-negara miskin. Hubungan ini didasarkan atas pandangan sejumlah ekonom bahwa modal manusia layaknya barang normal. Sebagai barang normal, secara umum orang akan ”membeli” lebih banyak modal manusia jika pendapatannya naik (Todaro dan Smith, 2004). Namun demikian, bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa meskipun suatu negara mampu meningkatkan pendapatan per kapita tanpa harus memperbaiki kualitas pendidikan dan kesehatan secara signifikan, tidak dapat dipastikan bahwa peningkatan pendapatan per kapita tersebut akan diinvestasikan ke dalam pendidikan dan kesehatan anak-anak secara memadai (Todaro dan Smith, 2004). Karena hubungan yang demikian, pasar tidak dapat diandalkan sepenuhnya untuk memberikan level pendidikan dan kesehatan yang efisien secara sosial. Itulah sebabnya, dibutuhkan juga investasi pemerintah pada sektor pendidikan maupun sektor kesehatan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang merupakan dasar bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Dalam teori human capital, dinyatakan bahwa modal manusia, terutama pendidikan formal memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang berpendidikan tinggi, maka semakin tinggi tingkat produktivitas sehingga pada akhirnya perekonomian suatu negara akan tumbuh lebih tinggi dan kesejahteraan penduduk dapat ditingkatkan.
110
Jurnal Mat Stat, Vol. 9 No. 2 Juli 2009: 108-117
Kajian Empiris Venus Ali (2006) melakukan penelitian terhadap data 26 provinsi di Indonesia selama periode 1993-2002 untuk mengkaji hubungan simultan antara pembangunan manusia dan kinerja perekonomian. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan simultan yang positif dan signifikan antara variabel rata-rata lama sekolah sebagai representasi dari indikator pembangunan manusia dan variabel PDRB riil per kapita sebagai representasi dari indikator kinerja perekonomian. Peningkatan kualitas modal manusia melalui pembangunan manusia dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh tingginya kinerja perekonomian suatu wilayah, kapasitas belanja pemerintah pada sektor pendidikan, dan distribusi pendapatan penduduk. Sebaliknya, kualitas modal manusia memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dalam meningkatkan kinerja perekonomian suatu wilayah, disamping ditentukan juga oleh derajat keterbukaan ekonomi dan kapasitas investasi fisik. Penelitian Hardian (2007) mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah daerah terhadap pembangunan manusia pada sektor pendidikan dan kesehatan menyimpulkan bahwa variabel pendapatan per kapita (PDRB riil per kapita) berpengaruh secara positif dan signifikan dalam meningkatkan pembangunan manusia, baik pada sektor pendidikan (rata-rata lama sekolah) maupun sektor kesehatan (angka kematian bayi). Sementara itu, pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan dan sektor kesehatan terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan dalam meningkatkan pembangunan manusia, masing-masing terhadap sektor pendidikan dan sektor kesehatan. Hasil penelitian ini juga berhasil menunjukkan adanya hubungan simultan yang positif antara pendapatan per kapita dan pembangunan manusia pada sektor pendidikan. Seperti halnya dengan kedua penelitian sebelumnya, Siddiqui (2009) dalam working papernya berjudul ”Human Capital vs. Physical Capital: A Cross Country Analysis of Human Development Strategies” juga bertujuan menganalisis jenis investasi yang berpengaruh paling besar dalam memajukan pembangunan manusia, apakah investasi manusia atau investasi fisik? Namun perbedaannya, penelitian ini melibatkan sebuah persamaan pembangunan manusia secara komprehensif (IPM), yang merupakan fungsi dari dimensi kesehatan (angka kematian bayi) dan dimensi ekonomi (purchasing power parity). Dengan model persamaan simultan sederhana pada data panel 64 negara di dunia yang tersebar di kawasan Asia-Afrika untuk periode 1996 dan 2004, diperoleh kesimpulan bahwa jenis investasi yang berpengaruh paling besar dan perlu ditempatkan sebagai prioritas dalam strategi pembangunan manusia pada negara-negara yang diteliti tersebut adalah investasi fisik. Adapun peran investasi untuk modal manusia pada sektor kesehatan relatif kecil walaupun pada dasarnya signfikan.
Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang secara umum bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun data beserta sumbernya adalah sebagai berikut. Pertama, data IPM beserta komponen rata-rata lama sekolah (RLS) dan angka harapan hidup (AHH) pada tingkat provinsi diperoleh dari publikasi ”Indeks Pembangunan Manusia” berbagai edisi (2002-2007), BPS. Kedua, data PDRB dan PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) atas dasar harga konstan 2000 menurut provinsi diperoleh dari publikasi ”Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-provinsi di Indonesia Menurut Penggunaan” berbagai edisi (2001-2007), BPS. PMTDB merepresentasikan variabel investasi fisik. Ketiga, data realisasi pengeluaran pembangunan pemerintah daerah provinsi sektor pendidikan dan sektor kesehatan periode 2002-2007 diperoleh dari situs www.djpk.depkeu.go.id. Data realisasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan masing-masing merepresentasikan variabel investasi manusia sektor pendidikan dan kesehatan. Keempat, data PDRB per kapita, jumlah penduduk dan indeks harga konsumen atas dasar harga konstan 2002 di 45 kota di Indonesia untuk komoditi pendidikan dan kesehatan diperoleh dari publikasi ”Statistik Indonesia” berbagai edisi (2005-2008), BPS.
Model Persamaan Struktural …... (Bagus Sumargo; Titin Yuniarty)
111
Model Penelitian Pada penelitian ini, analisis model persamaan simultan secara spesifik digunakan untuk mengidentifikasi jenis investasi yang seharusnya diprioritaskan dalam rangka meningkatkan pencapaian pembangunan manusia. Apakah berupa investai manusia sektor pendidikan dan sektor kesehatan, yang masing-masing dapat digunakan sebagai input bagi perbaikan tingkat pendidikan dan derajat kesehatan penduduk secara keseluruhan ataukah investasi fisik yang dapat menjadi input bagi peningkatan tingkat pendapatan penduduk? Analisis model persamaan simultan merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel eksogen dengan variabel endogen serta melihat pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan dalam persamaan. Sedangkan, variabel eksogen adalah variabel yang nilainya telah ditentukan di luar persamaan atau ditetapkan terlebih dahulu (predetermined). Hubungan simultanitas diduga terjadi antara tingkat pendidikan (RLS) dan tingkat pendapatan penduduk (PDRB) maupun tingkat pendapatan terhadap derajat kesehatan penduduk (AHH). Berikut model persamaan struktural yang digunakan dalam penelitian ini. ………..………………………... (1) ………………………………... (2) ………….…………………... (3) Selanjutnya, untuk mengetahui besarnya pengaruh dari investasi fisik (PMTDB), investasi manusia sektor pendidikan (ISSP), serta investasi manusia sektor kesehatan (ISSK), dibentuk persamaan struktural pencapaian pembangunan manusia berikut ini. …………………..…….. (4) Adapun arah hubungan antarvariabel dalam model persamaan simultan tersebut di atas dapat diringkas dalam bagan kerangka berpikir berikut ini.
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir Keterangan:
112
: Variabel Eksogen : Variabel Endogen
Jurnal Mat Stat, Vol. 9 No. 2 Juli 2009: 108-117
HASIL DAN PEMBAHASAN
Estimasi Model Persamaan Struktural Tingkat Pendidikan, Derajat Kesehatan, dan Tingkat Pendapatan Penduduk Sebelum mengestimasi parameter regresi pada persamaan struktural tingkat pendapatan, tingkat pendidikan maupun derajat kesehatan penduduk di Indonesia yang berstruktur panel, terlebih dahulu dilakukan pengujian hubungan simultan untuk ketiga persamaan struktural tersebut. Dari hasil pengujian simultanitas dengan menggunakan Hausman Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan simultan antara persamaan struktural tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan serta tingkat pendapatan terhadap derajat kesehatan penduduk. Karena hasil pengujian simultanitas terbukti signfikan, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian endogenitas. Tahapan ini dimaksudkan untuk lebih memperlihatkan fenomena simultanitas yang terjadi serta untuk menguji apakah metode estimasi regresi klasik (Ordinary Least Square/OLS) tidak dapat diterapkan pada ketiga model persamaan struktural tersebut. Hasil pengujian endogenitas menunjukkan bahwa variabel RLS maupun PDRB terbukti bersifat endogen pada masing-masing persamaan struktural tingkat pendapatan dan derajat kesehatan. Namun, variabel PDRB tidak terbukti bersifat endogen dalam persamaan struktural tingkat pendidikan. Oleh karena itu, persamaan struktural tingkat pendapatan dan derajat kesehatan diestimasi dengan metode Two Stage Least Square (2SLS), sedangkan persamaan struktural tingkat pendidikan diestimasi dengan metode OLS. Hasil estimasi ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, variabel independen dalam persamaan struktural tingkat pendidikan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pendidikan penduduk dan mampu menjelaskan variasi tingkat pendidikan sebesar 99,82%. Berdasarkan nilai t-statistic, diketahui bahwa secara parsial variabel independen investasi manusia riil per kapita pada sektor pendidikan terbukti signifikan memengaruhi tingkat pendidikan penduduk pada α = 5%, sedangkan variabel tingkat pendapatan riil per kapita signifikan pada α = 10%. Pengaruh variabel investasi manusia riil per kapita sektor pendidikan adalah yang terbesar yaitu 0,14%, sedangkan variabel pendapatan riil per kapita hanya sebesar 0,03%. Relatif tingginya pengaruh dari investasi manusia riil per kapita pada sektor pendidikan terhadap kenaikan rata-rata lama sekolah penduduk mengindikasikan bahwa pencanangan kebijakan penuntasan wajib belajar sembilan tahun yang dewasa ini gencar dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, sesuai dengan target MDGs, telah cukup berhasil. Sebaliknya, kecilnya sumbangan dari pendapatan riil per kapita penduduk terhadap peningkatan rata-rata lama sekolah sejalan dengan fakta hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007 yang menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran riil per kapita penduduk untuk komoditi bukan makanan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, yang mengindikasikan telah terjadi peningkatan daya beli penduduk seiring meningkatnya kesejahteraan. Namun, peningkatan tersebut lebih didorong oleh kenaikan yang signfikan pada pengeluaran untuk fasilitas perumahan dan barang-barang tahan lama, sementara untuk pembiayaan pendidikan masih relatif stagnan pada kisaran 3,16% (BPS, 2007). Hasil estimasi persamaan struktural derajat kesehatan menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel derajat kesehatan penduduk, dan mampu menjelaskan variasi derajat kesehatan sebesar 99,62%. Dari nilai t-statistic diketahui bahwa secara parsial hanya variabel tingkat pendapatan riil per kapita yang signifikan memengaruh peningkatan derajat kesehatan penduduk, sementara variabel investasi manusia riil per kapita pada sektor kesehatan tidak terbukti signifikan. Meskipun tidak terbukti signifikan, dapat ditunjukkan bahwa pengaruh dari investasi manusia riil per kapita pada sektor kesehatan terhadap peningkatan derajat kesehatan penduduk adalah postif. Artinya, peningkatan investasi manusia riil per kapita sektor kesehatan pada dasarnya akan dapat meningkatkan derajat kesehatan penduduk, tetapi pengaruhnya amat sangat kecil. Kondisi ini dimungkinkan karena investasi yang dilakukan oleh
Model Persamaan Struktural …... (Bagus Sumargo; Titin Yuniarty)
113
pemerinttah pada seektor kesehaatan masih terlampau kecil, k jika dibanding d deengan negarra-negara tetanggaa lainnya padda tingkat peembangunan yang seband ding, sehinggga belum benar-benar menyentuh m kepentinngan masyarrakat secara keseluruhann. Berdasark kan hasil kajjian yang diilakukan oleeh World Bank (20007) diketahhui bahwa annggaran pem merintah untu uk sektor kessehatan hinggga tahun 200 07 belum pernah mencapai m anggka 5% dari total pengelluaran pemerrintah secaraa nasional. Paadahal, Worlld Health Organizaation mengaanjurkan miinimal 5-6% % dari total pengeluarann pemerintahh harus diallokasikan untuk memenuhi m hak-hak asassi manusia yang y paling g mendasar pada sektorr kesehatan (Anfasa Moeloekk, 2003). Haal ini menginndikasikan bahwa b biayaa kesehatan masih menjaadi tanggung gan yang lebih bessar bagi masyarakat, yanng ditunjukkaan dengan sig gnifikannya pengaruh vaariabel pendaapatan riil per kapiita dalam meeningkatkan derajat keseehatan pendu uduk, yaitu sebesar 0,144%. Kondisii tersebut memunggkinkan terjaadinya perbeddaan pencapaaian derajat kesehatan k paada masing-m masing proviinsi, yang ditunjukkkan dengan nilai n interceppt yang signiifikan pada = 5%. Tabel 1 Hasil H Estimasii Regresi Paneel pada Persam maan Strukturral Tingkat Peendidikan, Derajat Kesehhatan, Tingkaat Pendapatan,, dan Pencapaiian Pembangunan Manusiia di Indonesiaa Variabel Indepeenden
(1) C (intercept)
Persam maan Struktural Tingkat Pendidikan (lnRLS)
Persamaan Struuktural Derajat Kesehhatan (lnAHH))
(2) 0.1829888 (1.011084)
(3) 1.971248 (17.244153)**
lnPDRB
0.0275600 (1.770485)*
0.139112 (14.322670)**
lnISSP lnISSK lnRLS lnPMTDB lnAHH Dummy Provinsi _01_NAD—C _02_SUMUT—C _03_SUMBAR—C C _04_RIAU—C _05_JAMBI—C _06_SUMSEL—C C _07_BENGKULU U—C _08_LAMPUNG— —C _09_BABEL—C _10_DKI—C _11_JABAR—C _12_JATENG—C C _13_DIY—C _14_JATIM—C _15_BANTEN—C C _16_BALI—C _17_NTB—C _18_NTT—C _19_KALBAR—C C _20_KALTENG— —C _21_KALSEL—C C _22_KALTIM—C C _23_SULUT—C —C _24_SULTENG— _25_SULSEL—C C _26_SULTRA—C C _27_GORONTALO—C —C _28_MALUKU— _29_MALUT—C _30_PAPUA—C R-squared F-statistic
0.139493 (13.63596)** Fixedd effects (cross) -0.240865 0 0.203058 0 0.087387 -0.234876 0 0.044103 0 0.030288 0 0.224912 0 0.097021 -0.128271 0 0.146461 0 0.082483 0 0.007883 0 0.197491 -0.032997 0 0.133264 -0.038504 -0.080074 -0.110075 -0.163927 -0.027772 -0.046243 -0.155160 0 0.263198 0 0.046105 -0.032621 0 0.069056 -0.083697 0 0.182025 0 0.051556 -0.491209 0 0.998152 15533.147**
0.007199 (1.0297736) Fixed effects (ccross) -0.0562833 -0.0037599 0.0012355 -0.1117311 0.0414522 -0.0162877 0.0772988 0.0660544 -0.0346133 -0.1768511 -0.0063522 0.0889555 0.1033700 -0.0102344 -0.0582966 0.0371866 -0.0404555 0.1022855 -0.0238599 0.0120355 -0.1077633 -0.2040500 0.0656955 -0.0140222 0.0520300 0.0428466 0.1014055 0.1023077 0.0584266 -0.0880255 0.9962400 633.2378***
Persaamaan Struktural Ting gkat Pendapatan (lnPDRB) (4) 9.193239 9 (13.45938)** 2.382521 1 (6.554573)** 0.116428 8 (2.892954)** Rando om effects (cross) 0.151879 -0.112959 -0.083654 0.637057 -0.168945 0.175646 -0.387874 -0.201329 0.548633 0.638413 0.100628 0.057570 -0.452121 0.401268 -0.111416 0.095056 -0.154685 -0.407330 0.240192 -0.002792 0.293905 1.169618 -0.341316 -0.143713 -0.020278 -0.359898 -0.685909 -0.827124 -0.875795 0.827272 0.396913 49.99352** 4
P Persamaan Strukturral Pencapaiann Pembangunan Maanusia (IPM)
-2.538733 (-22.68556)** 0.011894 (2.8499443)** 0.092080 (6.3760994)** 0.678801 (18.997662)** Fixed effects ((cross) -0.0204300 0.0036977 0.0074211 -0.0086122 0.0130966 0.0017100 0.0066311 -1.89E-055 0.0160588 -0.0317455 0.0117800 -0.0074366 -0.0170688 -0.0073599 0.0248611 -0.0218322 0.0246744 -0.0044844 0.0060322 0.0002022 0.0387988 -0.0222599 -0.0046666 0.0151044 -0.0126666 -0.0052922 0.0260299 0.0115733 0.0108100 -0.0546100 0.9990199 2767.663***
(5) -0.18502 21 (-4.915074)** 0 (18.55205)** 0.054910 0.021941 (3.479025)** 7 (3.615678)** 0.008147 Fixeed effects (cross) -0.158446 0.075956 0.035054 -0.122544 0.041301 0.024868 0.109732 0.072566 0.019223 -0.032680 0.065037 0.079056 0.087308 0.031060 0.037150 0.002406 -0.047910 -0.026837 -0.032591 -0.004944 -0.020033 -0.098549 0.120069 0.003866 0.013430 0.018346 -0.021223 0.048030 -0.080188 -0.238512 0.996686 817.6744**
Keterangan: angka dalam tanda kuruung adalah t-sstatistic; ** sig ginifikan padaa α = 5%, * siggnifikan padaa α = 10%.
114
Jurnal J Mat Staat, Vol. 9 No. 2 Juli 2009: 108-117
Lain halnya dengan persamaan struktural tingkat pendidikan maupun derajat kesehatan, meskipun semua variabel independen dalam persamaan struktural tingkat pendapatan secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan riil per kapita penduduk, tetapi hanya mampu menjelaskan variasi dari pendapatan riil per kapita sebesar 39,69%. Namun demikian, jika diamati dari nilai t-statistic, secara parsial semua variabel independen, baik tingkat pendidikan maupun investasi fisik riil per kapita signifikan pada α = 5% memengaruhi pendapatan riil per kapita penduduk. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh paling besar dalam meningkatkan pendapatan riil per kapita penduduk sebesar 2,38%. Hubungan ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam teori human capital bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan ekonomi di suatu negara adalah terletak pada peningkatan kemampuan penduduknya, dengan asumsi bahwa pendidikan formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan penduduk dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Sementara itu, pengaruh dari variabel investasi fisik riil per kapita terhadap peningkatan pendapatan riil penduduk per kapita juga postif, meskipun dengan tingkat yang lebih rendah. Relatif rendahnya pengaruh dari investasi fisik riil dalam meningkatkan pendapatan riil per kapita mengindikasikan bahwa masih kurang efisiennya investasi fisik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena selama ini yang mendorong pertumbuhan ekonomi untuk bertumbuh lebih tinggi adalah tingkat konsumsi (baik rumahtangga/ swasta maupun pemerintah). Tingkat investasi fisik di Indonesia masih terkendala oleh kondisi daya saing dan iklim investasi yang belum membaik, akibat tingginya tingkat bunga pengembalian kredit dan ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur fisik yang belum memadai dalam mendukung investasi fisik sehingga memperkecil minat investor untuk berinvestasi (Bank Indonesia, 2006).
Pengaruh Tingkat Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan Penduduk terhadap Pencapaian Pembangunan Manusia di Indonesia Hasil estimasi persamaan stuktural pencapaian pembangunan manusia yang ditampilkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, semua variabel independen dalam persamaan tersebut secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel IPM, dan mampu menjelaskan variasi dari IPM sebesar 99,90%. Secara parsial, berdasarkan nilai t-statistic ditunjukkan bahwa semua variabel independen, baik tingkat pendidikan, derajat kesehatan maupun tingkat pendapatan riil per kapita penduduk signifikan memengaruhi pencapaian pembangunan manusia pada α = 5%. Diantara ketiga variabel independen tersebut, pengaruh variabel derajat kesehatan adalah yang terbesar, yaitu sebesar 0.68%, disusul oleh variabel tingkat pendidikan sebesar 0,09%, dan terakhir adalah variabel tingkat pendapatan riil per kapita penduduk sebesar 0,01%. Relatif besarnya pengaruh peningkatan derajat kesehatan penduduk terhadap pencapaian pembangunan manusia mengindikasikan perlunya prioritas yang lebih tinggi diberikan pada pembangunan di bidang kesehatan. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan penting untuk menurunkan tingkat kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Di samping itu, dapat diketahui pula bahwa terdapat perbedaan potensi pembangunan manusia pada masing-masing provinsi, yang ditunjukkan dengan nilai intercept yang signifikan pada α = 5%. Intercept yang bernilai negatif memberi petunjuk bahwa seluruh provinsi memiliki kecenderungan peningkatan pembangunan manusia yang semakin bergerak melambat.
Pengaruh Investasi Fisik dan Investasi Manusia Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pencapaian Pembangunan Manusia di Indonesia Berdasarkan hasil estimasi persamaan struktural pencapaian pembangunan manusia yang ditampilkan pada bagian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa variabel derajat kesehatan memiliki pengaruh paling besar dalam meningkatkan pencapaian pembangunan manusia di Indonesia.
Model Persamaan Struktural …... (Bagus Sumargo; Titin Yuniarty)
115
Selanjutnya, pada persamaan struktural derajat kesehatan penduduk diketahui bahwa tingkat pendapatan riil per kapita adalah yang berpengaruh paling besar dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk. Sementara itu, variabel yang memiliki pengaruh paling besar dalam meningkatkan pendapatan riil per kapita penduduk adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan secara signifikan dipengaruhi oleh tingginya tingkat investasi manusia riil per kapita pada sektor pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investasi yang berpengaruh paling besar dalam mendorong peningkatan pencapaian pembangunan manusia di Indonesia adalah investasi manusia pada sektor pendidikan. Hasil penelusuran secara sederhana tersebut sejalan dengan hasil pengujian secara statistik yang ditampilkan pada tabel 1, yang melibatkan secara langsung ketiga variabel investasi, yakni investasi fisik, investasi manusia pada sektor pendidikan, dan investasi manusia pada sektor kesehatan terhadap pencapaian pembangunan manusia. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, semua variabel independen yang terdapat pada model persamaan reduced form tingkat pencapaian pembangunan manusia secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap IPM, dan mampu menjelaskan variasi dari IPM sebesar 99,67%. Berdasarkan nilai t-statistic, secara parsial semua variabel independen, baik investasi fisik riil per kapita, investasi manusia riil per kapita pada sektor pendidikan, maupun investasi manusia riil per kapita pada sektor kesehatan signifikan memengaruhi pencapaian pembangunan manusia pada α= 5%. Di antara ketiga variabel independen tersebut, pengaruh investasi manusia riil per kapita pada sektor pendidikan adalah yang terbesar, yaitu 0,05%, disusul oleh variabel investasi manusia riil per kapita pada sektor kesehatan sebesar 0,02%, dan terakhir adalah investasi fisik riil per kapita sebesar 0,01%.
PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan, sesuai dengan tujuan penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Investasi fisik, investasi manusia sektor pendidikan, dan investasi manusia sektor kesehatan terbukti berpengaruh positif masing-masing terhadap dimensi IPM, yaitu tingkat pendapatan sebesar 0,12%, tingkat pendidikan sebesar 0,14%, dan derajat kesehatan sebesar 0,01%. Di antara ketiga jenis investasi tersebut, hanya investasi manusia pada sektor kesehatan yang tidak terbukti signifikan. Tingkat pendidikan, derajat kesehatan, maupun tingkat pendapatan penduduk terbukti berpengaruh positif, dan signifikan masing-masing sebesar 0,09%, 0,68%, dan 0,01% terhadap pencapaian pembangunan manusia di Indonesia. Pengaruh investasi manusia sektor pendidikan terhadap pencapaian pembangunan manusia di Indonesia adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 0,05%, disusul investasi manusia pada sektor kesehatan sebesar 0,02%, dan terakhir adalah investasi fisik sebesar 0,01%.
DAFTAR PUSTAKA Anfasa M,F. (2003). Pembangunan berkelanjutan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat [Makalah]. Denpasar: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Badan Pusat Statistik. Berbagai edisi (2001-2007). Produk domestik regional bruto provinsi-provinsi di Indonesia menurut penggunaan. Jakarta: BPS. _______. Berbagai edisi (2005-2008). Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.
116
Jurnal Mat Stat, Vol. 9 No. 2 Juli 2009: 108-117
_______, Bappenas, UNDP. (2004). Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2004 (Ekonomi dari Demokrasi: Membiayai Pembangunan Manusia Indonesia). Jakarta: BPS, Bappenas, UNDP. Bank Indonesia. Berbagai edisi (2005-2006). Laporan Tahunan Bank Indonesia. Jakarta: BI. Brata, A. G dan Arifin. (2003). Alokasi Investasi Sektor Publik dan Pengaruhnya terhadap Konvergensi Ekonomi Regional di Indonesia. Jakarta: Media Ekonomi 13 (20). Hardian, Lita Qadarina. (2007). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Pembangunan Manusia pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan [Tesis]. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jhingan, M. L. (2008). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Kompas. (24 Mei 2006). Mengapa Pembangunan Manusia? 10 Februari 2009. www.kompas.com. Paskarina, Caroline. (2007). Pembangunan Manusia Berbasis Investasi Sosial [Jurnal]. 2 Januari 2009. http://www.bapedajabar.go.id/bapeda_design/docs/warta/20080225_104150.pdf. Siddiqui, Rizwana. (2009). Human Capital vs. Physical Capital: A Cross Country Analysis of Human Development Strategies [Working Paper]. Islamabad: Pakistan Institute of Development Economics (PIDE). Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. (2004). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Edisi Kedelapan). Jakarta: Erlangga. Venus Ali, Nur Berlian. (2006). Analisis Hubungan Pembangunan Manusia dan Kinerja Perekonomian di Indonesia: Suatu Pendekatan Simultan pada Model Data Panel Provinsi [Tesis]. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. World Bank. (2007). Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru. Jakarta: World Bank.
Model Persamaan Struktural …... (Bagus Sumargo; Titin Yuniarty)
117