MODEL PENANAMAN NILAI ANTIKORUPSI DI SEKOLAH DASAR Oleh : Ma’as Shobirin Universitas Wahid Hasyim Semarang ABSTRAK Indonesia tengah dihadapkan pada posisi dilematis seputar permasalahan moral yang tidak kunjung sirna, yaitu korupsi. Keberadaan ini perlu diatasi secara tepat sebagai wujud kesadaran kita sebagai masyarakat yang masih rindu akan kemakmuran bangsa. Lembaga pendidikan menjadi salah satu wahana strategis dalam rangka menyuarakan kebaikan serta membekali generasi muda yang bebas korupsi. Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam rangka menanamkan nilai antikorupsi di sekolah Dasar, yaitu Model terintegrasi dalam mata pelajaran, model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktifitas serta suasana sekolah, model di Luar pembelajaran melalui kegiatan ekstrakurikulerdan model gabungan.Dengan demikian, generasi muda ke depan diharapkan dapat menguatkan identitas diri sebagai manusia yang bersih, jujur serta bebas dari prilaku korupsi. Kata Kunci: Nilai; Antikorupsu; Sekolah Dasar
A. PENDAHULUAN
Melihat kenyataan tersebut, persoalan
Tiada henti – hentinya, bangsa Indonesia
moral dan etika senantiasa dipengaruhi
senantiasadihadapkan pada permasalahan
oleh lingkungan dan proses kehidupan
yang cukup pelik seputar dekadensi
seseorang dalam memperoleh apa yang ia
moral, mulai dari kenakalan remaja,
didapatkan saat ini. Ketika jabatan serta
peredaran narkoba, perkelahian antar
kepercayaan
siswa
dengan cara yang tidak benar, maka yang
atau
masyarakat,
dan
tidak
masyarakat
ketinggalan pula kasus korupsi yang
terjadi
marak terjadi di negeri kita, baik di
penyelewengan dan sebagainya. Oleh
lingkungan
legislatif
karena itu, harus ada solusi yang tepat
maupun yudikatif. Diakui atau tidak
dalam menuntaskan masalah tersebut.
bahwa
telah
Tidak ada istilah putus asa dalam
menjadi penyakit kronis yang sulit untuk
menegakkan kebenaran untuk hal yang
disembuhkan.Akibatnya, kondisi seperti
tidak benar.Tidak henti-hentinya untuk
ini yang semakin membuat kepercayaan
menyemaikan nilai kejujuran pada setiap
masyarakat
terhadap
aktifitas sejauh kemampuan diri kita
pemimpinnya. Ia yang seharusnya bisa
dalam mengamalkannya. Pada masa yang
menjadi panutan bagi masyarakatnya,
akan datang, generasi muda saat ini akan
namun kenyataannya tidak demikian.
menjadi
pemerintahan,
permasalahan
tersebut
luntur
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
adalah
diperoleh
penerus
penyimpangan,
perjuangan 107
para
pendahulunya. Oleh karena itu, perlu
program yang dapat direalisasikan di
adanya
dalam
sekolah, banyak kegiatan pula yang dapat
menyemaikan kebaikan melalui lembaga
dilakukan sebagai upaya penanaman
pendidikan. Perlu komitmen kuat dan
kejujuran pada diri siswa, khususnya di
langkah konkrit dalam menanamkan nilai
jenjang pendidikan dasar.
kejujuran pada diri setiap tunas bangsa
B. PEMBAHASAN
agar terbentuk pribadi mulia, jujur serta
1.
bertanggungjawab dengan segala yang
Agenda
diamanahkan kepada mereka. Dengan
diamanatkan oleh masyarakat Indonesia
demikian, sekolah memiliki tugas besar
adalah pemberantasan korupsi.Tindakan
dalam merealisasikan hal itu. Semua
ini telah mengakar begitu kuat dan
dapat berjalan sesuai harapan apabila ada
menjadi bahaya laten yang kian mengikis
peran nyata dari pihak sekolah, dukungan
perilaku masyarakat. Berbagai macam
pemerintah
persoalan
perubahan
serta
baru
partisipasi
aktif
Pengertian Korupsi utama
terkait
reformasi
korupsi
yang
dianggap
masyarakat. Tidak ada istilah jalan
sebagai hal yang biasa, karena seringkali
kebaikan itu akan dipersulit, hanya diri
persoalan itu muncul di berbagai media
kita saja yang membuatnya sulit.
masa dan tidak ada ujung penyelesaianya.
Gagasan terkait pendidikan antikorupsi
Parahnya lagi,penanganan serta hukuman
menjadi senjata apik dalam menyemaikan
bagi
nilai
antikorupsi
Memang,
koruptor
tidak
membuat
jera
pada
diri
siswa.
seseorang untuk melakukan tindakan
ini
sudah
lama
yang sama. Akibatnya adalah semakin
gagasan
muncul, namun hanya beberapa sekolah
merebaknya
saja yang memiliki komitmen kuat dalam
bermunculan di negeri ini.
memanifestasikan nilai tersebut melalui
Kata korupsi berasal dari bahasa Latin
program-program di sekolah. Melalui
“corruputio” atau “corruptus” yang
kesempatan
berarti
inilah,
memberikan
penulis
penekanan
mencoba
lebih
jauh
kerusakan
secara
antikorupsi di sekolah serta apa saja
keburukan,
model
dapat
tepat
dalam
upaya
menanamkan nilai antikorupsi. Banyak
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
koruptor
atau
yang
kebobrokan
(Samidan, 2011: 11).Arti kata korupsi
mengenai pentingnya penanaman nilai
yang
para
harfiah
adalah
kebejatan,
disuap,
kebusukan,
ketidakjujuran,
tidak
bermoral,
penyimpangan dari kesucian (Karsona,
108
2013: 23).Seiring berjalannya waktu,
Berdasarkan pemahaman pasal 2 UU No.
definisi korupsi senantiasa berkembang,
31 Tahun 1999 sebagaimana yang diubah
baik secara normatif maupun sosiologis.
dengan UU No. 20 Tahun 2001, korupsi
Perkembangan
segala
adalah perbuatan secara melawan hukum
menyebabkan
dengan maksud memperkaya diri sendiri
meluasnya tindakan dan perbuatan yang
yang dapat merugikan keuangan atau
bisa
perekonomian negara, sehingga dari sini
bidang
masyarakat
kehidupan
dikategorikan
di
sebagai
tindakan
korupsi. Robert
ada beberapa unsur yang harus dipenuhui Klitgaard
bukunya
(2001:31)
Membasmi
dalam Korupsi
agar suatu perbuatan dapat dianggap sebagai
korupsi,
yaitu;1)
Secara
mendefinisikan korupsi adalah tingkah
Melawan Hukum; 2) Memperkaya
laku yang menyimpang dari tugas-tugas
diri
resmi sebuah jabatan negara karena
merugikan
keuntungan
negara (KPK, 2006:25).
status
menyangkut
atau
uang
pribadi
yang
sendiri/orang
lain;
keuangan/
3)
Dapat
perekonomian
(perorangan,
Berdasarkan beberapa definisi di atas
keluarga dekat, kelompok sendiri) atau
dapat disimpulkan bahwa korupsi
melanggar
adalah
aturan-aturan
pelaksanaan
tindakan
beberapa tingkah laku pribadi.Tidak jauh
wewenang
berbeda dengan yang dikemukakan oleh
secara
Klitgaard, Unesco Courier sebagaimana
memperoleh keuntungan dan manfaat
yang dikutip oleh Harahap (2009: 13)
pribadi atau kelompok tertentu yang
mendefinisikan korupsi sebagai tindakan
dapat merugikan kepentingan umum.
penyimpangan
2.
keuntungan
jabatan pribadi
publik dan
demi
jabatan
penyalahgunaan
melawan
atau
amanah
hukum
untuk
Motif Korupsi
golongan
Suyuthi Pulungan menjelaskan bahwa
(misuseof office for personal again).
faktor penyebab tindakan korupsi bersifat
Begitu pula pengakuan KPK, bahwa
internal dan eksternal. Faktor internal
korupsi adalah setiap perilaku yang
bisa meliputi sifat tamak yang ada
mengarah untuk merugikan masyarakat
dalam diri manusia, moral yang tidak
dan perilaku untuk memperkaya diri
kuat menahan godaan didepan mata, dan
sendiri.
penghasilan yang kurang memadai.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
109
Sedangkan penyebab eksternal adalah
penyelenggara
situasi
adanya
mendorong penyelenggara Negara
peluang, dan kesempatan yang sangat
untuk berprestasi dan memberikan
mendukung (dalam Suyitno, 2006:205).
pelayanan terbaik bagi masyarakat.
lingkungan
Korupsi
atau
merupakan
Negara,
mampu
penyelewengan
e. Kemiskinan
terhadap wewenang publik yang timbul
Masyarakat
karena kurangnya kontrol terhadap
melaksanakan
kekuasaan
kesulitan ekonomi, sedangkan mereka
yang
terbukanya
dimiliki
dan
kesempatan
untuk
yang
keserakahan; kurang
mampu
korupsi
berkecukupan
karena
melakukan
menyelewengkan kekuasaan tersebut.
korupsi karena serakah, tidak pernah
Disamping itu motif-motif pribadi juga
puas dan menghalalkan segala cara
turut mendorong tejadinya tindakan
untuk mendapatkan keuntungan.
korupsi sepertihalnya ingin cepat kaya dan
memperoleh
pengakuan
akan
status sosial.
f.
Budaya member upeti, imbalan jasa dan hadiah
g. Konsekuensi bila ditangkap lebih
Arya Maheka (2006: 23-24) memberikan
rendah
daripada
alasan
korupsi;
saat
mengenai
faktor
penyebab
terjadinya korupsi, antara lain :
penegakan hukum hanya sebagai make-up politik, sifatnya sementara, berubah
setiap
berganti
pemerintahan. b. Penyalahgunaan kekuasaan/ wewenang, c. Langkanya
lingkungan
yang
anti
korup; system dan pedoman anti korupsi
hanya
dilakukan
sebatas
formalitas. d. Rendahnya pendapat penyelenggara Negara. Pendapatan yang diperoleh harus
memenuhi
tertangkap
bisa
menyuap penegak hukum sehingga
a. Penegakan hukum tidak konsisten;
selalu
keuntungan
kebutuhan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
dibebaskan
atau
setidaknya
diringankan hukumannya. h. Budaya serba membolehkan, tidak mau tahu: menganggap biasa apabila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak
peduli
orang
lain,
asal
kepentingan sendiri terlindungi. i. Gagalnya pendidikan agama dan etika; ada benarnya pendapat Franz Magniz Suseno bahwa agama telah gagal membendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk
110
agama hanya berkutat pada masalah
akan terwujud jika kita secara sadar
bagaimana Sehingga
cara
beribadah
saja.
membina
kemampuan
agama
nyaris
tidak
mendatang
generasi
untuk
mampu
berfungsi dalam memaikan peran
mengidentifkasi berbagai kelemahan dari
sosial.
sistem nilai yang mereka warisi dan
3. Memahami
Pendidikan
Anti
memperbaharui
sistem
nilai
warisan
dengan situasi-situasi yang baru. Dalam
Korupsi di Sekolah Pendidikan antikorupsi melalui jalur
konteks
pendidikan
korupsi sampai ke akar-akarnya” berarti
lebih
efektif,
karena
pendidikan,
pendidikan merupakan proses perubahan
melakukan
sikap mental yang terjadi pada diri
melahirkan generasi yang tidak bersedia
seseorang, dan melalui jalur ini lebih
menerima
tersistem serta mudah terukur, yaitu
perbuatan korupsi yang terjadi (Sumiarti,
perubahan
2007:8).
perilaku
anti
korupsi.
Perubahan dari sikap membiarkan dan memaafkan para koruptor ke sikap menolak secara tegas tindakan korupsi, tidak pernah terjadi jika kita tidak secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk memperbaharui sistem nilai yang diwarisi (korupsi) sesuai dengan tuntutan yang muncul dalam setiap
tahap
pernjalanan
bangsa
(Depdiknas, 2009:3). Pendidikan tindakan
antikorupsi untuk
untuk
dan
usaha
memaafkan
untuk
suatu
Tujuan pendidikan antikorupsi tersebut dapat
dipahami
antikorupsi
tujuan
adalah
pendidikan menanamkan
pemahaman dan perilaku antikorupsi. Jika merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 ayat (3) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
merupakan
mengendalikan
dan
mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya
rangkaian
“memberantas
mendorong
generasi
mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas antikorupsi ini Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
hayat (Qodir, 2003:13). Atas
dasar
ini,
signifikansi
penyelenggaraan pendidikan antikorupsi lewat
jalur
pendidikan
tidak
dapat
diabaikan potensinya sebagai salah satu cara untuk membudayakan antikorupsi di
111
Indonesia.
Melalui
pendidikan
korupsi.
Sehingga,
masyarakat
akan
antikorupsi, diharapkan individu yang
mengawasi setiap tindak korupsi yang
merupakan
terjadi dan secara bersama memberikan
bagian
berupaya depan
dari
mendorong
untuk
masyarakat
generasi
masa
sanksi moral bagi koruptor. Gerakan
mengembangkan
sikap
bersama
anti
korupsi
memberikan
korupsi.
hukum dan dukungan moral bagi KPK
dari
sikap
membiarkan dan menerima ke sikap tegas
sehingga
menolak praktik korupsi. Dengan adanya
menjalankan tugasnya.
pendidikan antikorupsi juga diharapkan membentuk
kesadaran
akan
bahaya
korupsi bagi negara, kemudian bangkit melawannya dan menjadi pemenang dalam
pemberantasan
korupsi
serta
menentang bentuk kemungkaran sosial, kejahatan kemanusiaan yang komunal dan melibatkan public tersebut dan juga berguna
mempromosikan
nilai-nilai
kejujuran dan tidak mudah menyerah demi terwujudnya kebenaran hakiki. Pendidikan
anti
korupsi
ini
sangat
penting bagi perkembangan psikologis peserta didik. Pola pendidikan yang sistematik akan mampu membuat peserta didik mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan sanksi
dengan
yang
akan
korupsi
temasuk
diterima
kalau
melakukan korupsi. Dengan begitu, akan tercipta
generasi
yang
sadar
lebih
bagi
akan
menolak secara tegas setiap bentuk Perubahan
tekanan
ini
penegak
bersemangat
dalam
Pemahaman mengenai dampak korupsi ini sangat penting untuk dipahami, karena dengan memahami dampak-dampak yang ditimbulkan oleh korupsi. Maka akan semakin memperbesar motivasi untuk memberantas korupsi dan pentingnya pendidikan
antikorupsi.
Pemahaman
tentang dampak korupsi ini sangatlah penting karena hal ini akan menunjukan seberapa
pentingkah
antikorupsi
bagi
pendidikan
masyarakat
demi
terwujudnya Negara yang bersih dari budaya korupsi. Dalam memaknai pendidikan antikorupsi, tentu tidak lepas dari sebuah nilai yang ada di dalamnya. Berikut merupakan nilai-nilai
antikorupsi
yang
perlu
ditanamkan pada diri siswa.
dan
memahami bahaya korupsi dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika melakukan Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
112
No
Nilai
Indikator
1
Jujur
pamer dan tidak ria 6
Selalu berbicara dan berbuat
sesuai
dengan
fakta
Mand
iri
pekerjaan
Tidak
bantuan dari orang lain,
melakukan
perbuatan curang,
Tidak berbohong,
Tidak
orang
Disipl
in
untuk orang
dikerjakan sendiri
berperilaku dan
7
Adil
teguh
dalam
semua
8
Tidak pilih kasih
Beran
Berani jujur,
i
Berani
awab
pekerjaan atau tugas-
curang,
tugas secara tuntas
Selalu
berupaya
untuk
menuntaskan
suatu
pekerjaan
9
Pedul
i
kecurangan
hana
mengakui
diri
dan agar
konsisten
dengan aturan yang
yang mengarah pada
Menjaga
tetap
perilaku
instan (jalan pintas)
Seder
Berani
lingkungan
terbaik,
5
melaporkan
kesalahan
dengan hasil yang
Terhindari
Berani
adanya kecurangan,
dengan hasil terbaik
menolak
ajakan untuk berbuat
menyelesaikan
keras
menghargai
Selalu
gungj
Selalu
perbedaan,
aturan yang
kegiatan
Kerja
untuk
sesuatu yang mampu
ada
4
lain
selalu
pada
menyuruh
Berkomitmen untuk
berpegang
Tang
atau
kewenangannya
lain
konsisten
3
menyuruh-
menggunakan
sebagai miliknya 2
Tidak menyuru
mengakui
milik
tanpa
mengandalkan
(konsisten),
Selalu menuntaskan
berlaku,
Selalu
berusaha
untuk
menjadi
teladan
Selalu
dalam
menegakkan
berpenampilan
apa
adanya,
tidak
berlebihan,
tidak
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
disiplin,
kejujuran,
dan tanggung jawab
113
4.
Model
Penanaman
Nilai
Anti
Keunggulan model ini adalah semua guru ikut bertanggungjawab akan penanaman
Korupsi di Sekolah Dasar Keberhasilan penanaman nilai-nilai anti
nilai-nilai anti korupsi kepada peserta
korupsi dipengaruhi cara penyampaian
didik.
dan
korupsi dalam diri peserta didik tidak
pendekatan
pembelajaran
yang
Pemahaman
hidup
anti
dipergunakan. Untuk tidak menambah
melulu
beban peserta didik yang sudah cukup
melainkan bersifat terapan pada tiap mata
berat, perlu dipikirkan secara matang
pelajaran.
bagaimana model dan pendekatan yang akan
dipilih.
Ada
penyelenggaraan
tiga
model
pendidikan
untuk
menanamkan nilai-nilai anti korupsi yang dapat dilakukan di sekolah (Kemenag, 2013: 10-12), yaitu;
Penanaman nilai anti korupsi dalam pendidikan anti korupsi juga dapat disampaikan secara terintegrasi dalam pelajaran.
Guru
dapat
memilih nilai-nilai yang akan ditanamkan melalui
materi
bahasan
mata
pelajarannya. Nilai-nilai anti korupsi dapat
dari
model
ini
adalah
pemahaman dan persepsi tentang nilainilai anti korupsi yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru. Tidak boleh ada perbedaan persepsi dan
ini
terjadi
maka
justru
akan
membingungkan peserta didik.
pelajaran.
mata
Kelemahan
informative-kognitif,
pemahaman tentang nilai karena bila hal
a. Model Terintegrasi dalam Mata
semua
bersifat
nilai
ditanamkan
melalui
beberapa
pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan nilainilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar pembelajaran anti korupsi tanpa
b. Model
di
Luar
Pembelajaran
Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler. Penanaman
nilai
antikorupsi
dapat
ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan di luar
pembelajaran
misalnya
dalam
kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan insidental.Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya.
kecuali.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
114
Keunggulan model ini adalah peserta
budaya
didik sungguh mendapat nilai melalui
merencanakan suatu budaya dan kegiatan
pengalaman
–
pengalaman
konkrit.
Pengalaman akan lebih tertanam dalam jika dibandingkan sekadar informasi apalagi informasi yang monolog. Peserta didik-peserta didik lebih terlibat dalam menggali pembelajaran
nilai-nilai lebih
hidup
dan
menggembirakan.
Kelemahan model ini adalah tidak ada struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran di sekolah dan membutuhkan waktu lebih banyak.
pemahaman akan kebutuhan peserta didik secara mendalam, tidak hanya sekadar bersama
belaka,
dibutuhkan
pendamping
yang
kompak
mempunyai
persepsi
yang
dan sama.
Kegiatan semacam ini tidak bisa hanya diadakan setahun sekali atau dua kali tetapi harus berulang kali.
Nilai dalam Seluruh Aktifitas dan Suasana Sekolah. Penanaman nilai-nilai antikorupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaan dalam seluruh aktifitas dan suasa sekolah. Pembudayaan akan menimbulkan suatu Untuk
menumbuhkan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
perlu
pembiasaan. Bagi peserta didik yang masih kecil, pembiasaan
sangat
penting.
Karena
dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik peserta didik di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian
yang
baik
pula.
Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk
sosok
manusia
yang
Berdasarkan pembiasaan itulah peserta didik terbiasa menurut dan taat kepada peraturan-peraturan yang beralaku di sekolah
dan
mendapatkan
masyarakat, pendidikan
setelah
pembiasaan
yang baik di sekolah pengaruhnya juga terbawa dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sampai dewasa nanti. Menanamkan
c. Model Pembudayaan, Pembiasaan
pembiasaan.
sekolah
berkepribadian yang buruk pula.
Model ini juga menuntut kreativitas dan
acara
antikorupsi
kebiasaan
yang
baik
memang tidak mudah dan kadangkadang membutuhkan waktu yang lama untuk menanamkan
nilai-nilai
anti
korupsi
melalui pembiasaan pada peserta didikpeserta didik Tetapi sesuatu yangsudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya.
115
Dalam rangka mendukung praktek anti
Keunggulan model ini adalah semua guru
korupsi tersebut penanaman nilai-nilai
terlibat dan bahkan dapat dan harus
anti korupsi dapat juga ditanamkan
belajar
melalui pembudayaan dalam seluruh
mengembangkan diri peserta didik.Anak
aktivitas
mengenal
dan
suasana
sekolah.
dari
pihak
nilai-nilai
untuk
hidup
untuk
baik
secara
Pembudayaan akan menimbulkan suatu
membentuk
pembiasaan.
Untuk
menumbuhkan
informative maupun diperkuat dengan
budaya
korupsi
sekolah
pengalaman melalui kegiatan-kegiatan
anti
perlu
merencpeserta didikan suatu kebudayaan dan kegiatan pembiasaan.Bagi peserta didik yang masih kecil, pembiasaan sangat
penting.
pembiasaan
Karena
itulah
dengan
akhirnya
suatu
aktivitas akan menjadi milik peserta didik di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian
yang
baik
pula.
mereka
luar
yang terencana dengan baik. Kelemahan model ini adalah menuntut keterlibatan banyak pihak dan banyak waktu untuk koordinasi.Selain itu, tidak semua guru mempuanyai kompetensi dan keterampilan untuk menanamkan nilainilai antikorupsi. C.
SIMPULAN
Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan
Berbagai macam gagasan yang sudah
membentuk
dijelaskan di atas, maka ada beberapa hal
sosok
manusia
yang
yang dapat disimpulkan, yaitu; 1) Praktik
berkepribadian yang buruk pula.
korupsi kian marak di Indonesia; d. Model Gabungan Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan di luar
pembelajaran
secara
bersama-
sama.Penanaman nilai lewat pengakaran formal
terintegrasi
bersama
dengan
kegiatan di luar pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan baik dalam kerja sama dengan tim oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
2)
Penanganan korupsi dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan; 3) nilainilai antikorupsi yang diberikan antara lain jujur, disiplin, tanggungjawab, kerja keras, sederhana, mandiri, adil, berani dan peduli; 4) Model penanaman nilai antikorupsi meliputi; Model terintegrasi dalam
mata
pelajaran,
model
pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktifitas dan suasana sekolah,
116
model di Luar pembelajaran melalui kegiatan
ekstrakurikuler
dan
model
gabungan, DAFTAR PUSTAKA Depdiknas.2009. Pembinaan Pendidikan Anti Korupsi Melalui Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta: Depdiknas. Harahab, H, M. 2009. Ayat-Ayat Korupsi.Yogyakarta: Gama Media. Karsona, A, M, dkk. 2013. Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemendikbud. Kemenag RI. 2013. Panduan Penyelenggaran Pendidikan Antikorupsi di Madrasah. Jakarta: Kemenag. Klitgaard, R. 2001. Membasmi Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
KPK. 2006. Memahami untuk Membasmi. Jakarta: KPK. Maheka, A. 2006. Mengenali dan Memberantas Korupsi. Jakarta: KPK Qodir dkk,. 2003.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Yogjakarta: Media Wacana Press. Samidan Prang, M, 2011. Peranan Hakim Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Medan: Pustaka Press Bangsa. Sumiarti. 2007. Pendidikan Anti Korupsi. Jurnal INSANIA. STAIN Purwokerto. Vol. 12|No. 2|Mei-Ags 2007. Suyitno, ed. 2006.Korupsi Hukum dan Moralitas Agama, Mewacanakan Fiqih Anti Korupsi.Yogyakarta: Gama Media.
117