NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF K.H ABDUL WAHID HASYIM
Oleh : Nindia Puspitasari, S.Pd.I NIM : 1420410071
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam
YOGYAKARTA 2016
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di ba.,vah ini
:
Nama
Nindia Puspitasari, S.Pd.I
NIM
1420110071
Jenjang
Magister
Prograrn Studi
Pencliclikan Islan-r (PAI)
Konsentrasi
Pemikiran Pcndiclikan Islam (PPI)
menyatakan
bahr,r,a
penelitian/karya
saya
naskal-i tesis
ini
secara keselurul"ran adalah hasil
sendiri, kecr-rali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.
Yogyakar1a.25 Mei 2016 Sa1,a
yang menyatakan,
I Nindia Puspitasari, S.Pd.I
NIM. 1420410071
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAST Yang berlanda tangan di barvah ini
:
Nama
Nindia Puspitasari, S.Pd.I
NIM
t120110011
Jenjang
Magister
Prograrn Studi
Pendidikan Islan-r (PAI)
I(onsentrasi
Pernikiran Pendidikan Islam (PPI)
menyatakan bahrva naskah tesis ini secara keseluruhan benar-benar bebas plagiasi"
Jika di kemudian hari terbukti rnelakukan plagiasi, maka saya siap ditindak sesuai hukum yang berlaku.
Yogyakarta,25 Mei 2016 a yang menyatakan,
!, india Pusnitasari. S.Pd.I
NIM. 1120410071
iii
lffilrf,,
.ffi:Xdi {xdbYt
rxff
SL,NANK^TIIACA Y0ctdaA*Ii
KEMENTERIAN AGAMA REPI.IBLIK INDONES IA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA PASCASARJANA
PENGESAHAI{
TESIS berjudul
NILAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF K.H ABDUL WAHID HASYIM
Nama
Nindia Puspitasari, S.Pd.I
NIM
1420410071
Jenjang
Magister (S2)
Program Studi
Pendidikan Islam
Konsentrasi
Pemikiran Pendidikan Islam.
Tanggal Ujian
16 Juni 2016
telah dapat diterima
sebagai
salah satu syarat mernperoleh gelar Magister
Pendidikan Islam (M.Pd.I)
Yogyakarta, 24 J,,mi 20I 6
ffi.^l M.Phil., Ph.D. 199s03
1V
I
002
PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TESIS
NILAI NILAI PENDIDIKAN
Tesis berjudul
KARAKTER
PERSPEKTIF K.H ABDUL WAHID HASYIM Nama
Nindia Puspitasari, S.Pd.I
NIM
1420410071
Program Studi
Pendidikan Islam
Konsentrasi
Pemikiran Pendidikan Islam
telah disetujui penguji ujian munaqasyah
Ketua Sidang Ujian/Penguji: Dr. Hj. Marhumah, M.Pd.
Pembimbing/Penguji
: Prof. Dr. H. Maragustam,
Penguji
:
Diuji di Yogyakarta
MA.
Dr. Sabarudin, M.Si.
pada hari Kamis tanggal 16 Juni 2016
- 10.00 WIB
Waktu
: 09.00
HasilNilai
:91.331A
IPK
:3,70
Predikat Kelulusan
: Dengan
Pujian (Cuml.aude)
v
DALAM
NOTA DINAS PEMBIMBING
Kepada Yth.,
Direktur pro gram pas casarj ana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
As s alamu' alailcum.
wr. wb.
Setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap penulisan tesis yang
berjudul:
NILAI.NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF K.II ABDUL WAIIID HASYIM Yang ditulis oleh
:
Nama
Nindia Puspitasari, S.pd.I
Nim
74204t0071
Program Studi
Pendidikan Islam (pI)
Konsentrasi
Pemikiran Pendidikan Islam
(pp!
saya berpendapat bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan kepada program Pascasarjana UiN Sunan Kalijaga untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam. Was
s
alamu' alaikum wr. wb.
Yogyakarta,25 Mei2016
&
Pembimbing
NIP : 195910011 987031002
VI
ABSTRAK
NINDIA PUSPITASARI S.Pd.I. 1420410071, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim, Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Penelitian ini dilatar belakangi karna pentingnya pendidikan karakter di Indonesia. Beberapa hal yang menjadi keprihatinan adalah semakin menurunnya nilai-nilai karakter, hal ini yang ditandai dengan rusaknya moral generasi muda, mulai dari tawuran antar pelajar, narkoba, pembunuhan, seks bebas dan lain-lain. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dekadensi moral generasi muda diantaranya adalah dengan pencanangan pendidikan karakter di lingkungan pendidikan baik formal maupun non formal. Dari sinilah penulis tertarik mengangkat tokoh K.H Abdul Wahid Hasyim yang dapat dikatakan sukses dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada puta-putrinya, santrinya dan orang-orang di sekelilingnya pada waktu itu, untuk di gali, dipelajari dan dianalisa ide-ide gagasannya sehingga memunculkan nilai-nilai pendidikan karakter. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menjadikan sejarah hidup K.H Abdul Wahid Hasyim dan beberapa karya tulisnya sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis-filosofis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim. Penulis juga menggunakan beberapa teori sebagai frame dalam menganalisis data yakni, teori nilai dan teori pendidikan karakter berikut unsur-unsurnya. Penelitian ini berusaha menjawab tiga pertanyaan. Pertama, apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim ? Kedua, bagaimana strategi K.H Abdul Wahid Hasyim dalam menanamkan nilai pendidikan karakter ? Ketiga, bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter K.H Abdul Wahid Hasyim dengan pendidikan karakter bangsa? Setelah melakukan pengkajian, pengamatan, penelitian dan analisa terhadap sejarah hidup K.H Abdul Wahid Hasyim dan beberapa karya tulis beliau, dihasilkan tiga temuan. Pertama, terdapat dua belas nilai-nilai pendidikan karakter yang berusaha ditanamkan K.H Abdul Wahid Hasyim. Dua belas nilai tersebut adalah ; nilai religius, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai mandiri, nilai demokratis, nilai kreatif, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta tanah air, nilai bersahabat/komunikatif, nilai gemar membaca dan nilai rasa ingin tahu. Temuan kedua pada penelitian ini adalah, terdapat tiga strategi K.H Abdul Wahid Hasyim dalam menanamkan nilai pendidikan karakter, diantaranya ; strategi moral knowing (pemberian pengetahuan), strategi moral modeling (keteladanan) dan strategi moral acting (tindakan). Sedangkan temuan ketiga pada penelitian ini, dijelaskan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter K.H Abdul Wahid Hasyim vii
sejalan dengan tujuan pendidikan karakter. Dia berikhtiar membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural, membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia, mengambangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik serta keteladanan baik, membangun sikap warganegara yang mencintai damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni. Kata Kunci : Nilai-Nilai, Pendidikan, Karakter, K.H Abdul Wahid Hasyim
viii
MOTTO
َ لَقَ ْد لَنَ ْغ َرسوْ ا َحتَّى َيأْك َل النَّاس َب ْعدَنَا# َ غ َرسوْ ا َحتَّى أَك َْلنا َ َو ِإنَّنا Para pendahulu telah menanam sehingga kita memakan buahnya. Sekarang kita juga menanam agar generasi mendatang memakan hasilnya. (K.H Abdul Wahid Hasyim)1
1
Kiai Tebuireng, Menjaga Martabat Islam, editor. Ahmad Fauzan, cet. ke-1 (Jombang Jawa Timur : Pesantren Tebuireng, 2015), hlm. 120.
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada : Almamaterku tercinta Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kepada keluarga besarku yang berada di Propinsi Sumatra Selatan
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Mentri Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ب
ba’
B
be
ت
ta’
T
te
ث
ṡa’
ṡ
es (dengan titik diatas)
ج
Jim
J
je
ح
ḥa
ḥ
ha (dengan titik dibawah)
خ
Kha
kh
ka dan ha
د
Dal
D
de
ذ
Żal
Ż
zet (dengan titik diatas)
ر
ra’
R
er
ز
Zai
Z
zet
س
Sin
S
es
ش
Syin
Sy
es dan ye
ص
ṣad
ṣ
es (dengan titik dibawah)
ض
ḍad
ḍ
de (dengan titik dibawah)
ط
ṭa’
ṭ
te (dengan titik dibawah)
ظ
ẓa’
ẓ
xi
zet (dengan titik
dibawah) ع
‘ain
‘
koma terbalik diatas
غ
Ghain
G
ge
ف
fa’
F
ef
ق
Qaf
Q
qi
ك
Kaf
K
ka
ل
Lam
L
el
م
Mim
M
em
ن
Nun
N
en
و
Wawu
W
we
ه
ha’
H
ha
ء
Hamzah
‘
apostrof
ي
ya’
Y
ye
B. Konsonan Rangkap Konsonan rangkap, termasuk tanda Syaddah, ditulis rangkap. متعقد ين
ditulis
muta’aqqidin
عدة
ditulis
‘iddah
C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata 1. Bila dimatikan ditulis h. هبة
ditulis
hibbah
جزية
ditulis
jizyah
(ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya )
xii
Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. كرامه األولياء
ditulis
karamah al-auliya’
2. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harخkat, fathah, kasrah, dan dammah ditulis t. زكاة الفطر
ditulis
zakatul fitri
D. Vokal Pendek ________
kasrah
ditulis
i
________
fathah
ditulis
a
________
dammah
ditulis
u
E. Vokal Panjang fathah + alif
ditulis
a
جاهلية
ditulis
jahiliyyah
fathah + ya’mati
ditulis
a
يسعى
ditulis
yas’a
kasrah + ya’ mati
ditulis
i
كريم
ditulis
karim
dammah + wawu mati
ditulis
u
فروض
ditulis
furud
F. Vokal Rangkap fathah + ya’ mati
ditulis
ai
بينكم
ditulis
bainakum
fathah + wawu mati
ditulis
au
قول
ditulis
qaulum
xiii
G. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof (‘) أأنتم
ditulis
a’antum
أعدت
ditulis
u’idat
لئن ثكرتم
ditulis
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam a. Bila diikuti Huruf Qamariyah
b. Bila
القرأن
ditulis
al-Qur’an
القياس
ditulis
al-Qiyas
diikuti
Huruf
Syamsiyah
ditulis
menggandakan
huruf
syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
I.
السماء
ditulis
As-Sama’
الشمس
ditulis
Asy-Syams
Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat ذوي الفروض
Ditulis
zawi al-furuḍ
أهل السنة
Ditulis
ahl as-sunnah
xiv
KATA PENGANTAR
س ِّيّ ِّدنَا ُم َح َّمد َّ صالَة ٌ َوال ّ لى ا ٌ ٌم ْو ِّرالدٌّ ْنيا َ َوال ِّدّي ِّْن َوال َ سالَ ُم َ ا َ ْل َح ْمدُهلل َربّ ِّ ْالعاَلَ ِّميْنَ َوبِّ ِّه نَ ْست َ ِّعي ُْن َ لى َ ع َ ع .ُ ا َّما بَ ْعد، َصحاَبِّ ِّه أَجْ َم ِّعيْن ْ َ لى ا ِّل ِّه َوا َ َو َ ع Alhamdulilillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, Allah yang Maha Kasih, yang telah memberikan limpahan rahmat, taufiq, maghfirah, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar Magister dari Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Shalawat dan salam Allah, semoga senantiasa tercurah keharibaan junjungan agung Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat yang telah membawa risalah Islam penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal dan petunjuk bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagi penulis atas terselesainya tugas akhir akademik ini, meskipun dalam proses penyusunannya banyak mengalami hambatan dan cobaan, disebabkan lebih atas keterbatasan penulis. Namun, berkat dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, dimana keluarga, dosen, guru, sahabat dan kolega-kolega lainnya telah menjadi bagian dari pendukung dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT untuk kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan tesis ini, dan penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga pada :
xv
1.
Bapak Prof. Dr. H. Maragustam M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saransaran dengan penuh kesabaran kepada penulis, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
2.
Bapak Prof. Noorhaidi, M.A,. M.Phil, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan dan juga kemudahan kepada penulis selama proses pendidikan.
3.
Ro’fah, BSW,. M.A., Ph.D, selaku koordinator Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan sekertaris koordinator.
4.
Rahmanto, MA., selaku Staf Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah banyak membantu penulis dalam malancarkan persoalan-persoalan administrasi selama proses perkuliahan sampai selesainya tesis ini.
5.
Prof. Dr. Fauzan Naif, MA, Dr. Ahmad Baidhowi, M.Si, Dr. Maharsi, M.Ag, Dr. Nurun Najwa, M.Ag, Prof. Dr. H. Sutrisno, M.Ag, Dr. Usman, SS, M.Ag, Prof. Dr. Khoiruddin, MA, Prof. Dr. H. Abdul Munir Mulkhan, SU, Prof. Dr. H. Abdur Rachman Assegaf, M.Ag, Dr. H. Ahmad Janan Asifuddin, M.A, Dr. Muqowim, M.Ag, Dr. Hj. Siti Fatonah, M.Pd, Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, M.A, Dr. Abdul Munip, M.Ag, Prof. Dr. H. Hamruni, M. Si, yang telah menjadi dosen dan membekali penulis di kelas PPI Pemikiran Pendidikan Islam Reguler semester satu, semester dua dan semester tiga.
6.
Segenap civitas akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta terutama Program Pascasarjana yang memberikan kerjasama maksimal selama proses studi.
xvi
7.
Pimpinan dan seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang telah memberikan bantuan berupa pinjaman buku sebagai refrensi dalam penelitian ini.
8.
Kedua orang tuaku, Ayahanda Supriyatno, S.Pd.I serta Ibunda Baniyah, S.Pd yang sangat penulis cintai dan sayangi, dengan ketulusan hati dan penuh kesabaran keduanya tak pernah lelah berdo’a, berusaha dengan maksimal, memberikan teladan, motivasi serta mendidikku dengan berbagai macam model, sehingga penulis bisa sampai pada tahap pendidikan yang membanggakan ini. Hanya untaian do’a yang penulis panjatkan semoga Allah SWT membalas semua ketulusan dan pengorbanan mereka. Amin.
9.
Adik-adikku, Yatno Sidiq, Alya Tamma Nur Azizah dan Nuri Ramadhani yang selalu memberikan do’a, semangat dan dukungan kepada mbak yang sedang studi ini.
10. Sahabatku Princess Latansa dan sahabat-sahabatku di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, khususnya di organisasi IKMP (Ikatan Keluarga Mahasiswa Pascasarjana) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 11. Secara khusus sahabat-sahabat kelas PPI Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam Reguler angkatan tahun 2014, yaitu Muhammad Azzami (NTT), Muhammad Hatim (NTB), Muhammad Agung Prabowo (Banjar Negara), Rofiq Hamzah (Blitar), Muhammad Agus Munir (Wonosobo), Muhammad Takbir (Sulawesi Selatan), Badrun (Sumatra Selatan), Muhammad Abdul Aziz (Lampung), Irfan Jamil (Kalimantan Timur) dan Lilik Erliani (Lampung), yang telah berjuang bersama menimba ilmu, banyak hal yang
xvii
kalian bagikan; ilmu, kritik dan spirit selama perkuliahan,
serta banyak
kenangan dan hal terindah sebagai pengalaman hidup berharga yang tak akan penulis lupakan. Semoga kita bisa bertemu di lain kesempatan Amin. 12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan tesis ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Hanya kepada Allah penulis bersimpuh dan berdoa semoga kehendak-Nya senantiasa membawa mereka atas kebahagiaan yang hakiki dan tercatat sebagai amal shaleh. Amin. Akhirnya, penulis menyadari sepenuhnya kekeliruan sangat mungkin terjadi dalam penulisan karya ilmiah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan tesis ini. Kepada Allah jualah penulis memohon ampunan dan petunjuk dari segala kesalahan. Selebihnya harapan dan do’a semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta mendapatkan Ridho Allah SWT. Yogyakarta, 25 Mei 2016 Penulis
Nindia Puspitasari, S.Pd.I Nim. 1420410071
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .............................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ......................................
v
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .........................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................
vii
MOTTO .....................................................................................................
ix
PERSEMBAHAN ......................................................................................
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN ..................................
xi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
xv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xix
DAFTAR BAGAN .....................................................................................
xxiii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................
12
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................
12
D. Tinjauan Pustaka ...............................................................
13
E. Metode Penelitian..............................................................
20
1.
Jenis Penelitian...........................................................
20
2.
Sumber Data Penelitian ..............................................
21
3.
Pendekatan Penelitian ................................................
22
4.
Tekhnik Pengumpulan Data .......................................
24
5.
Metode Analisis Data .................................................
24
F. Sistematika Pembahasan ...................................................
26
xix
BAB II
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER A. Konsep Nilai .....................................................................
28
1.
Pengertian Nilai..........................................................
28
2.
Objek Nilai .................................................................
31
3.
Jenis-Jenis Nilai .........................................................
32
4.
Sumber-Sumber Nilai ................................................
35
B. Pendidikan Karakter ..........................................................
37
1.
Pengertian Pendidikan Karakter.................................
37
2.
Sumber Pendidikan Karakter .....................................
46
a.
Normatif Islam ....................................................
46
1) Al-Qur’an .....................................................
46
2) Hadist ...........................................................
47
b.
Akal dan Naluri Manusia ....................................
48
c.
Budaya ................................................................
49
3.
Fungsi Pendidikan Karakter .......................................
50
4.
Tujuan Pendidikan Karakter ......................................
51
5.
Urgensi Pendidikan Karakter .....................................
55
6.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ................................
58
7.
Startegi Pembentukan Karakter .................................
67
BAB III : BIOGRAFI K.H. ABDUL WAHID HASYIM A. Silsilah K.H. Abdul Wahid Hasyim ..................................
75
B. Kelahiran K.H Abdul Wahid Hasyim ...............................
79
C. Masa Kecil K.H Abdul Wahid Hasyim ............................
82
D. Latar Belakang Pendidikan K.H Abdul Wahid Hasyim ...
83
1.
Pergi ke Pondok .........................................................
84
2.
Pergi Naik Haji dan Belajar .......................................
87
E. Kiprah K.H. Abdul Wahid Hasyim Masuk Organisasi Kemasyarakatan ................................................................
88
1.
Mendirikan Madrasah Nidzamiyah ............................
88
2.
Mendirikan IKPI (Ikatan Pelajar-Pelajar Islam) ........
91
xx
3.
Perjuangan Dalam Nahdlatul Ulama (NU) ................
92
4.
Mendirikan Organisasi Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) ....................................................................................
95
5.
Mendirikan Organisasi Masyumi ...............................
96
6.
Pengabdian Kepada Negara .......................................
97
7.
Mendirikan Liga Muslim Indonesia ...........................
104
F. Wafatnya K.H Abdul Wahid Hasyim ...............................
105
G. Karya-Karya K.H Abdul Wahid Hasyim ..........................
108
1.
Karya dengan Tema Agama .......................................
108
2.
Karya dengan Tema Politik........................................
109
3.
Karya dengan Tema Pergerakan ................................
109
4.
Karya dengan Tema Perjuangan Umat Islam ............
110
5.
Karya dengan Tema Pendidikan dan Pengajaran .......
110
6.
Karya dengan Tema Mistik dan Kebatinan................
111
7.
Karya dengan Tema Kementrian Agama ...................
111
8.
Karya dengan Tema Revolusi ....................................
112
H. Corak Pemikiran K.H Abdul Wahid Hasyim ....................
112
1.
Moderat ......................................................................
113
2.
Substantif ...................................................................
116
3.
Inklusif .......................................................................
119
BAB IV: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMIKIRAN K.H ABDUL WAHID HASYIM A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Abdul Wahid Hasyim ...................................................................
126
1.
Nilai Religius .............................................................
126
2.
Nilai Toleransi............................................................
133
3.
Nilai Displin ...............................................................
136
4.
Nilai Kerja Keras .......................................................
138
5.
Nilai Mandiri ..............................................................
140
6.
Nilai Demokratis ........................................................
143
xxi
7.
Nilai Kreatif ...............................................................
147
8.
Nilai Semangat Kebangsaan ......................................
149
9.
Nilai Cinta Tanah Air .................................................
151
10. Nilai Bersahabat/Komunikatif ...................................
155
11. Nilai Gemar Membaca ...............................................
159
12. Nilai Rasa Ingin Tahu ................................................
160
B. Strategi K.H Abdul Wahid Hasyim Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter .......................................
162
1.
Strategi Pemberian Pengetahuan (Moral Knowing)...
163
2.
Startegi Keteladanan (Moral Modelling) ...................
165
3.
Srategi Moral Acting (Tindakan) ...............................
167
C. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karkter K.H Abdul wahid Hasyim dengan Pendidikan Karakter Bangsa ........
BAB V
169
: PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................
174
B. Saran-Saran .......................................................................
175
C. Penutup..............................................................................
176
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
178
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xxii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Pendekatan Penelitian ...............................................................
22
Bagan 2 : Sumber-sumber Nilai ................................................................
36
Bagan 3 : Kerangka Teori .........................................................................
73
Bagan 4 : Silsilah K.H Abdul Wahid Hasyim ..........................................
79
xxiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu bangsa yang unik yang memiliki wilayah yang terbentang luas dengan penduduk yang besar. Indonesia juga merupakan bangsa yang memiliki cita-cita untuk menjadi Negara yang besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah bangsa-bangsa di dunia. Setelah 65 tahun merdeka pencapaian cita-cita ini belum menunjukkan tandatanda menggembirakan. Optimisme mencapai cita-cita itu terus menerus dihadapkan pada berbagai macam tantangan. Semangat nasionalisme yang dimiliki fouding fathers bangsa ini dalam menegakkan dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia seakan-akan tidak dapat diimbangi karena begitu banyaknya persoalan-persoalan yang harus diselesaikan bangsa ini. Era globalisasi dengan ikon teknologi, disatu sisi telah membantu percepatan kamajuan bangsa. Namun demikian, seiring dengan hal ini, dirasakan juga dampak yang tidak diharapkan di dalam kehidupan demokrasi. Demikan juga halnya terdapat nilai-nilai kebangsaan, dalam beberapa hal mulai bergeser dari norma-norma yang dijunjung tinggi. 1 Kondisi masih jauhnya bangsa ini dari cita-cita yang ditunjukkan antara lain bersumber dari karakter yang dimiliki bangsa. Prilaku dan tindakan yang kurang atau bahkan tidak berkarakter, telah menjerat sumua komponen bangsa mulai dari lembaga legislative, eksekutif, yudikatif hingga 1
Prayitno & Belferik Manullang, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa, (Jakarta : Gramedia, 2011) hlm. 1.
1
2
masyarakat awam. Pada masa sekarang, sifat-sifat kepahlawanan, perilaku mengutamakan kepentingan masyarakat luas dan mempertahankan keutuhan bangsa seringkali bergeser kearah sifat-sifat yang mementingkan individu dan kelompok. Akibatnya berlangsung kekeliruan orientasi yang merusak tatanan kehidupan bangsa. 2 Menurut Agus Wibowo carut-marutnya moralitas anak bangsa bisa kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya yang paling sederhana ketika berlalu lintas, dimana bukan saja hilangnya ketaatan pada rambu-rambu atau aturan yang ada, tetapi juga sudah sirnanya toleransi dan sopan santun antara sesama pengguna jalan. Sebagai contoh bunyi klakson pada sepeda motor atau mobil yang semestinya menjadi tanda peringatan, berubah fungsi menjadi alat pemaksa agar orang lain menyingkir ketika sang pembunyi hendak lewat. 3 Jika banyak generasi muda kita yang keluar dari rambu-rambu dan susila, sebagian generasi tua juga tidak mau kalah. Diantaranya banyak politikus di negeri ini yang tidak menunjukkan ketinggian karakter, tetapi malah sebaliknya. Mereka tanpa berdosa mengkorupsi uang rakyat sehingga berdampak pada kemiskinan di kalangan rakyatnya. 4 Belum lagi tindak kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi di negri ini seperti anarkis bahkan pembunuhan, tawuran antar pelajar bahkan antar mahasiswa, kasus narkoba dan tindak asusila.
2
Ibid, hlm. 2. Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, cet. ke 1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 8. 4 Ibid,, hlm. 9. 3
3
Deskripsi diatas, dapat terlihat dari tingkah laku masyarakat yang telah kehilangan jati diri dan budi pekerti. Hal ini menuntut keprihatinan bangsa Indonesia untuk memikirkan kembali pentingnya pendidikan karakter kepada generasi muda. Dengan berlandaskan pada : (1) pendidikan sebagai arena untuk reaktivasi karakter luhur bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia secara historis adalah bangsa yang mempunyai karakter tinggi, (2) pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa, (3) pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasikan karakter ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa. 5 Di era globalisasi ini pula masyarakat dituntut untuk bisa meberdayakan diri dan kreatif agar mampu berkompetensi dengan bangsa lain tanpa harus kehilangan budaya dan jati dirinya sebagai bangsa yang berbudaya, beragama, dan bermartabat. Selain itu bangsa Indonesia sedang mengalami transformasi politik yang dapat menciptakan pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat. Karakter kita sebagai bangsa yang kuat, jujur, terbuka, dan harmonis, tampak kian terkikis ditengah perubahan ini. Dengan demikian karakter saat ini menjadi isu utama dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini terutama didorong oleh sejumlah tantangan yang semakin gencar dan mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara.
5
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter ; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 2.
4
Oleh karena itu, membangun karakter adalah langkah besar yang harus ditempuh dalam dunia pendidikan agar masyarakatnya tidak tenggalam dalam suatu anomie (hilangnya nilai-nilai) dan alienasi (keterasingan dari dirinya sendiri dan masyarakat), yang dapat menyebabkan kekacauan atau terombang ambing
laksana
buih
dilautan. 6
Pendidikan
karakter
bukan
hanya
mengutamakan pemupukan pengetahuan peserta didik, namun juga menekankan pada pembinaan watak atau karakter peserta didik yang menekankan pembinaan nilai aktual dan aktualisasisi diri. Karakter disini dapat diartikan sebagai sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan, yang melakat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan. 7 Untuk membentuk manusia yang mulia dan bangsa yang bermartabat salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendidikan karakter. Melalui pendidikan karakter tersebut diharapkan dunia pendidikan 8 akan menjadi motor penggerak dalam membangun karakter peserta didik dan anggota masyarakat pada umumnya, sehingga memiliki kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang kuat, berakhlak, berprinsip dan bermartabat dengan mempertimbangkan norma-norma agama dan budaya masyarakat. Upaya ini menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia di masa mendatang. 9 6
Bambang Q-Aneess dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. 2. 7 Abdul Munir, Pendidikan Nilai Karakter ; Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah (Yogyakarta : Pedagogia, 2010), hlm. 2-3. 8 Pendidikan bukan hanya sebagai wahana untuk mendidik anak didik menjadi cerdas semata, melainkan juga berkarakter. Sungguh, orang-orang yang berkarakter baik sangat dibutuhkan dalam membangun bangsa ini. Lihat di Akhmad Muhaimimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, cet.ke-II (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 18 9 Ibid, hlm. 11-12.
5
Terkait dengan pendidikan karakter, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 menjelaskan : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 10 P9F
Pendidikan adalah proses yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, setiap manusia belajar seluruh hal yang belum mereka ketahui. Bahkan dengan pendidikan, seseorang manusia dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi batas-batas yang membatasi dirinya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Imam Syafi’i : ﻵﺧ َﺮة َ ﻓَﻌَﻠَ ْﯿ ِﮫ ﺑِﺎ اْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ َو َﻣ ْﻦ أَ َرادَ ٌھ َﻤﺎ ﻓَﻌَﻠَ ْﯿ ِﮫ ﺑِﺎ اْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ ِ ََﻣ ْﻦ أ َ َرادَ اﻟﺪ ُ ْﻧﯿَﺎ ﻓَﻌَﻠَ ْﯿ ِﮫ ﺑِﺎ اْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ َو َﻣ ْﻦ أ َ َراد Artinya : Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki (kebaikan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya, maka hendaknya dengan ilmu. 11 Pendidikan melahirkan seseorang yang berilmu, yang dapat menjadi khalifah Allah di muka bumi ini. Seperti diungkapkan Muhammad Abduh, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat merubah segala sesuatu. 12 Pendidikan yang dalam istilah sekarang sering disebut sebagai kegiatan transfer of knowledge and value, mempunyai andil 10
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, cet. ke 1 (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 6. 11 An-Nawawi, Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab, Juz.1 (Kairo : Maktabah al-Muniriyah, t.t.), hlm. 40-41. 12 Muhammad Ammarah, Al-Imam Muhammad Abduh : Mujadis Al-Islam (Beirut : AlMuassassah al-Islamiyyah li al-Dirasah wa al-Nasyr, 1981), hlm. 207.
6
besar dalam proyek mempersiapkan generasi masa depan. Bisa dibilang pendidikan merupakan investasi besar seseorang terhadap generasi umat manusia selanjutnya. Dalam konteks kajian pendidikan ini pula terdapat seorang tokoh yang menurut hemat penulis memiliki peranan besar terhadap pencerahan dalam dunia pendidikan. Beliau adalah salah seorang intelektual muda pesantren dan tokoh NU, tokoh yang getol menanamkan nilai-nilai agama dalam pendidikan yakni K.H. Abdul Wahid Hasyim, putra kelima dari pasangan K.H. Hasyim Asy’ari pendiri jami’iyah NU dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas. Anak lelaki pertama dari 10 bersaudara ini, lahir pada hari Jumat legi, 5 Rabiul Awwal 1333 H, bertepatan dengan 1 Juni 1914 M, ketika di rumahnya sedang ramai dengan pengajian. 13 Sebagai anak seorang tokoh terkemuka, K.H Abdul Wahid Hasyim tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah pemerintahan Hindia Belanda. Dia lebih banyak belajar secara outodidak atau mandiri. Saat berusia 5 tahun, ia belajar membaca al-Qur’an pada ayahnya (Hadratus Syaikh Hasyim As’ari) di madrasah salafiah Tebuireng. Selain belajar di pondok pesantren dan madrasah, ia juga banyak mempelajari sendiri kitab-kitab dan buku berbahasa Arab. Dengan karakter ia yang gemar dalam membaca, ia juga mendalami syair-syair berbahasa Arab hingga hapal di luar kepala, dan menguasai maknanya dengan baik. 14
13
Muhammad Rifa’I, Wahid Hasyim Biografi Singkat 1914-1953, cet. ke 1 (Yogyakarta : ArRuzz Media Group, 2009), hlm. 17. 14 Ibid,. hlm. 22-23.
7
Masa mudanya K.H Abdul Wahid Hasyim banyak dihiasi dengan pengembaraan ilmu di pesantren, di antaranya : Pesantren Tebuireng milik ayahnya sendiri, Pesantren Siwalan Panji, dan Lirboyo. Seperti halnya tokohtokoh besar pada masanya, tujuan dari pengembaraan ilmu tersebut tidak lain adalah untuk mencari barokah dari sang guru. Karena banyak catatan dari aktivitas pendidikan K.H Abdul Wahid Hasyim sering berpindah tempat. 15 Pada tahun 1932, saat usia K.H. Abdul Wahid Hasyim 18 tahun, ia di kirimkan ke Makkah dengan ditemani oleh saudara sepupunya, Muhammad Ilyas. Kepergiannya ke Makkah selama dua tahun di samping untuk menunaikan ibadah haji, juga untuk memperdalam berbagai ilmu agama. Sepulang dari Makkah, K.H. Abdul Wahid Hasyim mulai berjuang dan bergerak. Ia mulai memasuki masyarakat dan mulai memimpin dan mendidik. Pekerjaan itu dimulainya dalam pondok pesantren Tebuireng, yakni menjadi staf pengajar di Tebuireng. Di antara ratusan pelajar dalam podok itu terpilih empat orang yang dilatih dan diasuhnya setiap hari. Empat pemuda itu ialah : A. Wahab Turham dari Surabaya, A. Mogohni Rais dari Cirebon, Meidari dari Pekalongan, dan Faqih Hassan dari Sepanjang. 16 Hasrat K.H. Abdul Wahid Hasyim akan mengadakan revolusi dalam dunia pendidikan pesantren mulai tampak. Tujuannya itu tidak lain hanya untuk memajukan pengajaran dan pendidikan Islam di pondok pesantren. Dengan banyak memiliki ilmu pengetahuan dan pengalamannya yang luas, K.H Abdul Wahid Hasyim ingin mencoba dan memberi sumbangan dalam 15
Ibid,. hlm. 23. H. Aboebakar Atjeh, Sejarah Hidup KH. Abdul. Wahid Hasyim (Jombang Jawa Timur : Pustaka Tebuireng, 2015), hlm. 165 dan 169. 16
8
hal pembaruan pendidikan, dengan percobaan metode baru yang terdiri dari penggabungan ilmu agama Islam dan pengetahuan umum. Hal itu di lakukan untuk kemajuan dunia pesantren. Ia tidak ingin melihat lagi para santri lebih rendah kedudukannya dalam masyarakat dari pada kaum terpelajar Barat. Dari pengalaman menurutnya kekurangan-kekurangan itu hanya terdapat dalam ilmu pengetahuan umum. 17 Setelah percobaan metode baru tersebut berhasil, bertambah yakinlah K.H Abdul Wahid Hasyim bahwa ia harus bekerja lebih giat dan meluaskan usahanya menjadi suatu usaha yang tetap. Kemudian pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1935 K.H. Abdul Wahid Hasyim mulai membuka besar-besaran madrasah modern, yang dinamakan madrasah Nidzamiyah, suatu perguruan hasil ciptaan K.H. Abdul Wahid Hasyim sendiri. Madrasah tersebut sebagai pelopor lembaga pendidikan Islam yang mampu mensinergikan antara pendidikan umum dengan pendidikan Islam. 18 Disamping pengajaran agama Islam, di dalam madrasah itu diadakan pengajaran pengetahuan umum seperti pengajaran bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Hal tersebut K.H. Abdul Wahid Hasyim dasarkan pada hadist, “Barang siapa mengetahui bahasa sesuatu golongan, ia akan aman dari perkosaan golongan itu” dan pepatah mengatakan bahwa “Bahasa itu adalah kunci ilmu pengetahuan”. 19 Tidak hanya terhenti disitu, K.H Abdul Wahid Hasyim merasa belum puas, baginya murid-muridnya itu diluar sekolah harus belajar berorganisasi
17
Ibid,. hlm. 169 – 171. Achmad Zaini, K.H Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pendidikan Islam (Jombang : Pesantren Tebuireng, 2011), hlm. 41-42. 19 H. Aboebakar Atjeh, Sejarah Hidup KH. Abdul. Wahid Hasyim, hlm. 171. 18
9
dan belajar menambah pengetahuan serta meluaskan pengalaman sendiri dengan membaca. Karna membaca itu merupakan pokok kemajuan Islam. K.H Abdul Wahid Hasyim mewujudkan semua itu pada tahun 1936 dengan mendirikan organisasi IKPI (Ikatan Pelajar-Pelajar Islam). Dalam organisasi tersebut, disediakan taman-taman bacaan atau bibliotik yang menyediakan kurang lebih 500 buah kitab bacaan untuk anak-anak dan pemuda, yang berbahasa Indonesia, Arab, Jawa, Madura, Sunda, Belanda dan Inggris.20 Dengan demikian menurut hemat penulis suatu kemajuan yang luar biasa yang diciptakan K.H. Abdul Wahid Hasyim pada pesantren waktu itu. Ia telah mengajarkan karakter pengembangan diri pada murid-muridnya dengan belajar mandiri dan gemar membaca. Selain dikenal sebagai agamawan dan tokoh pembaru pesantren, satu hal yang pantas dikagumi dari sosok K.H Abdul Wahid Hasyim adalah produktifitasnya sebagai penulis. Tulisannya padat, tajam dan kritis. Sebagaimana seorang pemimpin Islam yang produktif menulis, ia mengungkapkan pendapatnya dalam berbagai perspektif; dari agama, politik, masyarakat, dan berbagai persoalan kebangsaan, terutama pada pergerakan nasional di masa revolusi. 21 Sebagai pemikir berlatar belakang keislaman yang kuat, seringkali ia menyitir ayat dan hadist. Acapkali ia juga menggunakan pendekatan sosiologi dan filsafat. Selain menggunakan nama asli, kadangkala ia menulis dengan menggunakan nama samaran. Berbagai tulisannya telah terangkum dalam buku H. Aboebakar Atjeh yang berjudul 20 21
Ibid,. hlm. 171 – 172. Ibid,. hlm. 215.
10
Sejarah Hidup KH Abdul Wahid Hasyim, 22 dan Mengapa Memilih NU: Konsepsi Tentang Agama, Pendidikan dan Politik. 23 Mengenai tulisan-tulisan KH. Abdul Wahid Hasyim, Saifullah Ma’sum menilai bahwa : Pertama, betapa KH. Abdul Wahid Hasyim memiliki jiwa toleransi yang tinggi terhadap perbedaan paham dan bersikap proposional dalam menyikapi setiap persoalan yang dihadapi; Kedua, besarnya kepedulian terhadap peningkatan kualitas hidup umat Islam; dan Ketiga, adalah sikap kritisnya yang tak pernah padam meskipun menyangkut umat Islam sendiri. Melalui tulisannya, kita menangkap getaran keprihatinan yang sangat dari KH. Abdul Wahid Hasyim setiap menyaksikan kondisi umat Islam ketika itu. 24 Saifuddin Zuhri, salah satu kader didikan KH. Abdul Wahid Hasyim dan Mantan Mentri Agama mengungkapkan kekagumannya pada tulisantulisan gurunya, yang sering ia baca dalam Majalah Berita Nahdhatul Ulama yang dipimpin oleh KH. Mahfudz Shiddiq: “Tulisan-tulisannya itu melukiskan betapa jauh pandangannya ke depan serta betapa luas pengetahuannya. Ditulis dengan gaya popular, ilmiah dan dalam susunan bahasa yang bagus sekali. Dibentangkannya, misalnya tentang bagaimana kedudukan kita di tengah-tengah kancah perjuangan, kemana jalan yang hendak kita tuju, manfaat apa yang bakal kita capai, tetapi juga resiko apa yang akan kita hadapi. Diuraikan secara jelas, mantap, dan sangat mengesankan.” 25 Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ma’shum dan Zuhri, Abdurrahman Mas’ud melihat KH. Abdul Wahid Hasyim sebagai seorang
22
Berbagai tulisan KH. A. Wahid Hasyim ini berhasil dihimpun oleh Aboebakar Atjeh. Lihat Aboebakar Atjeh, Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasyim (Jombang Jawa Timur : Pustaka Tebuireng, 2015). 23 KH. Abdul Wahid Hasyim, Mengapa Saya Memilih NU (Bandung : Mizan, 2011). 24 Saifullah Ma’shum (ed), Menapak Jejak Mengenal Watak: Sekilas Biografi 26 Tokoh Nahdlatul Ulama (Jakarta : Yayasan Saifuddin Zuhri, 1994), hlm. 301-311. 25 Saifuddin Zuhri, Guruku Orang-Orang Dari Pesantren, cet. ke- III (Yogyakarta : Pustaka Sastra LKiS, 2012), hlm. 135.
11
ulama yang mampu berfikir ke depan (visioner-futuristik) dengan ide-ide besarnya yang orisinil. Namun, ia menilai mengkaji pemikiran KH. Abdul Wahid Hasyim tidak mudah. Sebab, meskipun ia ulama intelektual yang produktif, namun sayang pemikiran-pemikirannya banyak yang tidak terduplikasikan. 26 Dengan melihat realitas yang ada berdasakan penjelasan diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terkait Nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim. Nilai pendidikan karakter tersebut tentunya yang sejalan dengan nilai agama Islam dan nilai yang dikembangkan oleh Kemendiknas, yang kemudian dapat dijadikan acuan. Hal ini, sebagaimana yang ada dalam pikiran penulis, adalah sangat penting diketahui khususnya oleh para pelajar atau mahasiswa dalam bidang pendidikan Islam. Lebih dari itu, telaah dan analisa mengenai nilai pendidikan karakter K.H. Abdul Wahid Hasyim masih belum dikumpulkan secara khusus dalam suatu konteks yang menyeluruh. Tentunya penulis berharap,
tesis
ini
merupakan
sebuah
usaha
untuk
secara
serius
mengumpulkan ide-ide K.H. Abdul Wahid Hasyim mengenai pendidikan karakter, yang diharapkan dapat memberikan sebuah sumbangan khazanah keilmuan, terutama dalam upaya merealisasikan pendidikan karakter.
26
Abdurrahman Mas’ud, “Kata Pengantar” dalam Rocman Basori. The Founding Father Pesantren Modern Indonesia : Jejak Langkah KH. A. Wahid Hasyim (Banten : Inceis, 2006), hlm.vii
12
B. Rumusan Masalah Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. 27 Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini penulis fokuskan pada kajian tentang Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim. Perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim yang dimaksud dalam penelitian ini penulis menganalisisnya melalui berbagai aspek, mulai dari sejarah hidup K,H Abdul Wahid Hasyim, kepribadian beliau, perjungan-perjuangnya beliau serta karya-karya tulis beliau, yang didalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan karakter. Untuk mencari jawaban dari
permasalahan
tersebut
dapat
dirumuskan
pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim ? 2. Bagaimana strategi K.H. Abdul Wahid Hasyim dalam menanamkan nilainilai pendidikan karakter ? 3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter K.H. Abdul Wahid Hasyim dengan pendidikan karakter bangsa ? C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H. Abdul Wahid Hasyim. 27
Jujun. S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993), hlm. 312.
13
b. Untuk menganalisis strategi K.H. Abdul Wahid Hasyim dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter. c. Untuk menganalisis relevansi nilai-nilai pendidikan karakter K.H. Abdul Wahid Hasyim dengan pendidikan karakter bangsa. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis 1. Memberikan wawasan baru tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H. Abdul Wahid Hasyim. 2. Memberikan sumbangsih khazanah dan perbendaharaan keilmuan dalam Pemikiran Pendidikan Islam (PPI), khususnya mengenai nilai-nilai pendidikan karakter. b. Kegunaan Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangsih pemikiran dari penulis yang merupakan wujud aktualisasi diri sebagai insan akademik yang bergelut dalam dunia pendidikan Islam. 2. Sebagai sumbangan informasi bagi pembaca mengenai pentingnya nilai karakter dalam membangun moral bangsa. D. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ilmiah, satu hal penting yang mesti dilakukan peneliti adalah tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu, lazimnya disebut dengan istilah prior research. Prior research penting dilakukan dengan alasan : pertama, untuk menghindari duplikasi ilmiah, kedua, untuk membandingkan
14
kekurangan atau kelebihan antara peneliti terdahulu dan peneliti yang akan dilakukan, ketiga, untuk menggali informasi penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti sebelumnya. 28 Sejauh penelusuran yang penulis lakukan telah terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang K.H. Abdul Wahid Hasyim yang dilakukan dan dikaji oleh para peneliti maupun praktisi pendidikan. Diantara penelitian terdahulu mengenai K.H. Abdul Wahid Hasyim antara lain : Pertama, penelitian dalam tesis yang dilakukan oleh Ahmad Halimi, mahasiswa Program Pascasarjana Institut Agama Islam (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, tahun 2010, dengan judul Dinamika Kepemimpinan Kiai dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan (Studi Kasus Pesantren Tebuireng). Penelitian ini membicarakan tentang bagaimana pola-pola kepemimpinan ketujuh
pimpinan
pondok
pesantren
Tebuireng
Jombang
dalam
mengembangkan pendidikan di pesantren tersebut sejak masa kepemimpinan K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahid Hasyim, hingga pada era saat ini yang dipimpin oleh K.H. Shalahuddin Wahid. Dalam tesis ini K.H. Abdul Wahid
Hasyim
disebutkan
sebagai
pengasuh
kepemimpinannya
bersifat
kharismatik
mempertimbangkan
berbagai
perkembangan
pesantren
dan modern
yang
tipe
efektif
dengan
di
negri.
luar
Reorientasi arah pendidikan pesantren yang dilakukan K.H. Abdul Wahid Hasyim berdasarkan realita tuntutan kebutuhan masyarakat yang tidak hanya
28
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm. 9.
15
membutuhkan figur ulama’ tetapi juga figur birokrat maupun pengusaha yang dilahirkan dari pendidikan di pesantren. 29 Kedua, tesis saudara Muzammil, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang, tahun 2012, dengan judul Konsep Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim. Tesis ini membahas pemikiran pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim, menurut K.H. Abdul Wahid Hasyim bentuk pendidikan Islam yang ideal adalah pendidikan inklusif yaitu pendidikan yang tak menutup diri dan membatasi hanya pada aspek pendidikan agama semata, serta bentuk pendidikan yang responsif terhadap dinamisme perkembangan dan kebutuhan zaman. Dan dalam hal tersebut Muzammil mensistemasi pemikiran pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim pada tiga aspek yaitu : (1) aspek tujuan pendidikan Islam, (2) aspek kurikulum pendidikan Islam dan (3) aspek metode pendidikan Islam. Progresifisme pemikiran K.H Abdul Wahid Hasyim tidak bersifat radikal dengan merubah total sistem-sistem. K.H. Abdul Wahid Hasyim mempertahankan tradisi yang ada dan mensinergikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. 30 Ketiga, penelitian tesis yang dilakukan oleh Moh. Ismail, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, tahun 2014, dengan judul Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim. Hasil dari tesis ini menunjukkan bahwa pada dasarnya pemikiran pendidikan
29
Ahmad Halimi, Dinamika Kepemimpinan Kiai dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan (Studi Kasus Pesantren Tebuireng, (Surabaya : Tesis IAIN Sunan Ampel, 2010). 30 Muzammil, Konsep Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim, (Malang : Tesis UIN Maulana Malik Ibrahim, 2012).
16
K.H. Abdul Wahid Hasyim memberi hak semua orang untuk mengambil keputusan dan juga memandang semua orang mempunyai posisi yang setara. Oleh sebeb itu, dalam pendidikan Islam harus ada yang namanya kebebasan, penghormatan akan martabat orang lain, ada persamaan dan juga harus dapat menjamin tegaknya keadilan. K.H. Abdul
Wahid Hasyim berusaha
menghadirkan konsep pendidikan Islam yang demokratis yang bisa memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat langsung dalam mengembangkan kemampuannya, sehingga bisa menjadi manusia yang kritis dan kreatif. 31 Keempat, penelitian dalam jurnal pendidikan agama Islam Vol. IX, No. 1, Juni tahun 2012 yang di tulis oleh Zainuddin Syarif dan Abdul Gaffar dengan judul Pendidikan Multukulturalisme Tauhidiq dalam Pemikiran KH. Abdul Wahid Hasyim. Hasil dalam jurnal ini di jelaskan bahwa pendidikan multikulturalisme tauhidiq menurut K.H Abdul Wahid Hasyim merupakan suatu sarana untuk mentransformasikan kesetaraan dan keadilan sosial melalui sebuah proses pembelajaran berdasarkan kebudayaan dalam arti luas. Bukti tentang sebuah dedikasi pendidikan multikulturalisme tauhidiq KH. Abdul Wahid Hasyim, mampu mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia secara utuh yang dimulai dari Pondok Pesantren Tebuireng. Landasan itu, berdasar atas butir-butir nilai kebangsaan, kebhinekaan, nasionalisme yang terkandung dalam
31
Moh. Ismail, Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim, (Surabaya : Tesis UIN Sunan Ampel, 2014).
17
dasar ideologi Negara, yang merupakan bagian dari hasil kerja keras ijtihad yang beliau telurkan bersama dengan pejuang bangsa lainnya. 32
Kelima, penelitian dalam jurnal Al-Daulah hukum dan perundangan Islam Vol. 5, No 2 Oktober tahun 2015 yang di tulis oleh Rijal Mumazziq Zionis dengan judul Relasi Agama dan Negara Perspektif K.H. Abdul Wahid Hasyim dan Relevansinya dengan Kondisi Sekarang. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa dalam menilai relasi agama dan negara, KH. A. Wahid Hasyim dikategorikan seorang substansialis, yang berpandangan relasi agama dan negara sebagai hubungan yang simbiosis mutualistik. Beliau berpendapat bahwa relasi sekularistik agama-negara hanya bersifat teori saja, sebab manusia memerlukan agama untuk mengarungi kehidupan, dan teori ini tidak pernah berlaku di mana pun kecuali bagi orang atheis. Dan relevansi pemikiran KH. A. Wahid Hasyim tentang relasi agama dan negara terletak pada upayanya membuat peranan agama dan negara secara seimbang, saling memberi dan melengkapi Dari hasil tinjauan pustaka yang penulis lakukan diatas, penulis berkesimpulan bahwa penelitian yang akan penulis lakukan dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Perspektif K.H. Abdul Wahid Hasyim, berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Untuk menguatkan asumsi penulis, akan penulis kemukakan alasannya : Karya ilmiah terdahulu (sebagaimana telah penulis sebutkan diatas) hanya membahas mengenai sub sistem dari pemikiran pendidikan beliau, seperti dari pola kepemimpinan 32
Zainuddin Syarif dan Abdul Gaffar, Pendidikan Multukulturalisme Tauhidiq dalam Pemikiran KH. Abdul Wahid Hasyim, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012.
18
beliau, konsep pemikiran pendidikan Islam menurut beliau, pendidikan multukulturalisme tauhidiq dalam pemikiran beliau serta relasi Agama dan Negara perspektif K.H. Abdul Wahid Hasyim. Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah upaya penggalian nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H. A Wahid Hasyim, yang penulis lihat dari berbagai aspek, baik dari perjalanan hidup beliau maupun dari karya-karya beliau. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi pustaka (library research). Artinya, penelitian ini mengacu pada data-data atau bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik pembahasan yang sedang diangkat, penelitian yang menggunakan gagasan berbentuk tulisan sebagai sumber penekanan kepada interpretasi dan analisis makna konsep pemikiran yang berupa ungkapan-ungkapan baik secara empiris maupun secara ide-ide rasional. 33 2. Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian ini merupakan buku-buku yang berhubungan langsung dengan biografi, karya-karya dan kisah perjalanan hidup K.H. Abdul Wahid Hasyim. Selain itu, penulis juga mengambil dari beberapa referensi lain yang memilki hubungan dengan topik yang akan penulis bahas dalam penelitian ini. Sumber data yang penulis maksud bersumber pada sumber data primer dan sumber data sekunder.
33
Sutrisno Hadi, Metodologi Research., hlm. 9.
19
1. Sumber data primer (primary resource) Secara ringkas, sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. 34 Data primer yang dimaksud disini merupakan data refrensi yang akan penulis jadikan acuan utama dalam penulisan tesis ini, yang terangkum dalam bukunya Aboebakar Atjeh, Sejarah Hidup K.H Abdul Wahid Hasyim, (Jombang Jawa Timur : Pustaka Tebuireng, 2015) diantaranya adalah : Pidato K.H Abdul Wahid Hasyim “Nabi Muhammad dan Persaudaraan Manusia” (Jakarta : Pustaka Tebuireng, 2 Januari 1950), Pidato K.H Abdul Wahid Hasyim “Perguruan Tinggi Islam” (Medan : Pustaka Tebuireng, 21 Juni 1952), K.H Abdul Wahid Hasyim dalam majalah Suluh NU “Abdullah Oebayd sebagai Pendidik” (Jombang : Pustaka Tebuireng, No 5, 1 Agustus 1941), Kata Pendahuluan K.H Abdul Wahid Hasyim dalam agenda kementrian Agama “Tuntutan Berfikir” (Jakarta: Pustaka Tebuireng, 1951-1952), K.H Abdul Wahid Hasyim dalam majalah Gempita “Fanatisme Dan Fanatisme” (Jombang : Pustaka Tebuireng, tahun 1, no. 1, 15 Maret 1955), K.H Abdul Wahid Hasyim dalam Suara Ansor “Kemajuan Bahasa berarti Kemajuan Bangsa” (Jombang : Pustaka Tebuireng, No.5 1 Agustus 1941), K.H Abdul Wahid Hasyim dalam Mimbar Agama “Pendidikan Ketuhanan” (Jakarta : Pustaka Tebuireng, tahun 1, no. 5-7, 17 Desember 1950).
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. 21, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 308
20
2. Sumber data sekunder (seconndary resource) Menurut Sugiyono, data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misanya lewat orang lain atau lewat dokumen. 35 Sedangkan data sekunder yang dimaksud disini adalah karya tulis baik berupa buku, artikel atau jurnal dan sejenisnya yang membahas tentang K.H. Abdul Wahid Hasyim terutama yang bersentuhan langsung dengan karya, catatan sejarah, atau rekam jejak K.H Abdul Wahid Hasyim. Seperti diantaranya, buku karya Aboebakar Atjeh, Sejarah Hidup K.H Abdul Wahid Hasyim, (Jombang Jawa Timur : Pustaka Tebuireng, 2015), Achmad Zaini, K.H. Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pendidikan Islam (Jombang : Pesantren Tebuireng, 2011), Shofiyullah Mz, K.H Abdul Wahid Hasyim Sejarah Pemikiran dan Baktinya bagi Agama dan Bangsa, (Yogyakarta : Pesantren Tebuireng, 2011), Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta : LP3ES, 1982), Saifuddin Zuhri, Guruku Orang-Orang Dari Pesantren, (Yogyakarta : Pustaka Sastra LKiS, 2012), Mohammad Rifa‟I, Wahid Hasyim Biografi Singkat 1914-1953, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group, 2009), Ali Yahya, Sama Tapi Berbeda Potret Keluarga Besar K.H Abdul Wahid Hasyim, (Jombang : Yayasan K.H Abdul Wahid Hasyim, 2007), serta referensi lain yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti.
35
Ibid., hlm. 309
21
3. Pendekatan Penelitian Berdasarkan pertimbangan terhadap topik yang diangkat dalam penelitian ini, maka pendekatan yang dianggap relevan untuk diterapkan adalah pendekatan historis-filosofis. Historis atau sejarah adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. 36 Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Melalui pendekatan sejarah historis, seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselerasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. 37 Pendekatan filosofis berangkat dari kajian keilmuan filsafat yaitu suatu cara berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal, dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah, atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. 38 Sedangkan pendekatan filosofis, yaitu pendekatan yang digunakan untuk merumuskan secara jelas hakikat yang mendasari konsepkonsep pemikiran. 39 Selanjutnya penulis akan memadukan kedua
36
Taufik Abdullah (Ed), Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hlm.
105. 37
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Cet. Ke-19, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 47. 38 Sidi Gazalba, Sitematika Filsafat, Jilid I, Cet. Ke-2, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 15. 39 Anton Baker, dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 92
22
pendekatan tersebut, yang
kemudian akan penulis sandingkan dengan
teori-teori dari para ahli, yang kemudian akan digunakan untuk mengkaji dan menganalisis secara kritis nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif KH. Abdul. Wahid Hasyim. Untuk lebih memudahkan memahami mengenai pendekatan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka peneliti memberikan sedikit deskripsi melalui bagan yang saling berkaitan, adapun bagannya bisa dilihat di bawah ini : Bagan 1 : Pendekatan Penelitian
Approach
Historis Sejarah Kehidupan K.H Abdul Wahid Hasyim
Filosofis Nilai-nilai Pendidikan Karakter K.H Abdul Wahid
Historis-Filosofis Nilai-nilai Pendidikan Karakter dan Kehidupan K.H Abdul Wahid Hasyim
4. Tekhnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yang dimaksud disini adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mencari data tentang
23
variabel penelitian dari berbagai macam dokumentasi, baik yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan lain sebagainya. 40 5. Metode Analisis Data Metode analisa data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan data, sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data tersebut. 41 Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data hingga pengumpulan data selesai. Dalam analisis data penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan adalah reduksi data, display (penyajian data), penarikan kesimpulan dan verifikasi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. 42 Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, pictogram dan sejenisnya. Melelui penyajian data tersebut , maka dapat terorganisasi, tersusun dalam pola, sehingga semakin mudah dipahami. 43 Selanjutnya data yang telah disajikan dapat ditarik kesimpulan, dan jika kesimpulan
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Usaha, 1980), hlm. 62 41 L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 10 42 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 337 43 Ibid, hlm. 341
24
tersebut didukung dengan bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel. 44 Dalam melakukan penarikan kesimpulan menggunakan tekhnik content analysis merupakan cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan kandungan isi pesan yang dilakukan dengan objektif dan sistematis agar mendapatkan formulasi yang kongkrit dan memadai sehingga dapat menjadi kesimpulan yang menjawab rumusan masalah. 45 Selain
menggunakan content analysis penulis juga menggunakan
metode semiotik dalam menggali makna-makna yang terdapat dalam datadata yang telah dihimpun. Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tentang tanda, sedangkan tanda itu sendiri diartikan sebagai segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan yang dapat di maknai. 46 Recoeur berpendapat bahwa dalam melakukan analisis terhadap teks, maka teks perlu harus dipahami dengan keterkaitan antara penulis teks, lingkungan, hubungannya dengan teks lain serta berdasarkan dialog teks dengan pembaca. 47 Berkaitan dengan tanda, Barthes membuat perbedaan antara denotasi dan konotasi. Denotasi berarti dapat digambarkan dengan mudah sebagai makna harfiah, sedangkan konotasi adalah makna dari sisi lain. 48
44
Ibid, hlm. 345 Lexy J. Moleung, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Rosdakarya, 2001), hlm. 163 46 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, cet. ke-2 (Jakarta : Komunitas Bambu, 2011), hlm. 3 47 Ibid, hlm. 94 48 Roland Barthes, Membedah Mitos – Mitos Budaya Massa : Semiotika atau Sosiologi Tanda, Sibol, dan Representasi, Ter. Ikramullah Mahyuddin, cet. ke-3 (Yogyakarta : Jalasutra, 2010), hlm. xxxvi 45
25
Ide semiolog untuk menggambarkan bagaimana memaknai suatu tanda terletak pada tataran kedua yaitu konotasi. Proses analisis pada penelitian semiotik dilakukan berdasarkan idiologi, interpreten kelompok, frame work budaya, pragmatik, aspek sosial, komunikatif, lapis maka, intekstualitas, kaitannya dengan tanda lain, hukum yang mengaturnya serta memperhatikan kamus/ensiklopedi. 49 Dengan demikian, pembahasan dilakukan dengan mengaitkan antara teks yang ada dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan, serta bagaimana hubungannya dengan teks lain. F. Sistematika Pembahasan BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II, berisi tentang kerangka teori mengenai nilai pendidikan karakter, yang memaparkan beberapa pendapat para ahli beberapa teori-teori yang akan penulis pergunakan untuk membaca, memahami dan menganalisa permasalahan yang diteliti. BAB
III,
membicarakan
tentang
biografi
tokoh,
perjalanan
pendidikan tokoh, karya tokoh dan corak pemikiran tokoh. BAB IV, berisi jawaban atas rumusan masalah yaitu analisa mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H. Abdul Wahid Hasyim.
49
Alex Sobur, Analisis Teks Media, cet. ke-6 (Bandung : Remaja Rosdkarya, 2012), hlm. 154
26
BAB V, merupakan bab yang terakhir yaitu penutup. Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran, dan kata penutup. Setelah bab penutup penulis akan menyajikan daftar pustaka sebagai kejelasan refrensi tesis, serta semua lampiran-lampiran yang berhubungan dengan perjalanan penelitian ini.
BAB V PENUTUP
Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan tesis ini. Penulis juga memberikan saran-saran yang dirasa perlu dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi pikiran yang berharga bagi dunia pendidikan. A. Kesimpulan Setelah membaca, mengkaji, serta menganalisa beberapa sumber yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter K.H Abdul Wahid Hasyim, selanjutnya penulis akan menyimpulkan kedalam tiga bagian. Pertama, meliputi nilal-nilai pendidikan karakter perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim. Kedua, strategi K.H Abdul Wahid Hasyim dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter. Ketiga, relevansi nilai-nilai pendidikan karakter K.H Abdul Wahid Hasyim dengan pendidikan karakter bangsa. Ketiga bagaian tersebut penulis sarikan dari sumber yang berasal dari karya K.H Abdul Wahid Hasyim yang tercatat oleh para ahli sejarah, sebagaimana penulis simpulkan sebagai berikut : 1.
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif K.H Abdul Wahid Hasyim di antaranya ada dua belas nilai yaitu : nilai religius, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai mandiri, nilai demokrasi, nilai kreatif,
nilai semangat kebangsaan, nilai cinta tanah air, nilai
bersahabat/komunikatif, nilai gemar membaca, dan nilai rasa ingin tahu.
184
185
Indikator nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dilihat dari kepribadian beliau yang sangat fenomenal dan berbagai perjuangan beliau, baik perjuangan melalui dunia pendidikan, melalui organisasi, melalui tulisan artikel dan pidato-pidatonya. 2.
Strategi yang dilakukan K.H Abdul Wahid Hasyim dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter adalah dengan menggunakan strategi pemberian pengetahuan (moral knowing), strategi keteladanan (moral modelin) dan strategi moral acting berupa tindakan.
3.
Adapun mengenai relevansinya, nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan K.H Abdul Wahid Hasyim sejalan dengan tujuan pendidikan karakter bangsa yakni membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural, membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia, mengambangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik serta keteladanan baik, membangun sikap warganegara yang mencintai damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
B. Saran Setelah penulis menuturkan poin-poin kesimpulan dalam tesis ini, penulis ingin memberikan beberapa poin saran sebagai berikut : 1. Bagi seorang guru, haruslah mempunyai integritas dan dedikasi yang kuat ketika menjadi transformer bagi siswa atau santrinya. Perwujudan integritas dedikasi ini, terutama dalam pendidikan karakter, harus
186
disesuaikan dengan nilai-nilai kebaikan universal, atau dalam konteks ke Indonesiaan adalah multikultural. 2. Bagi keluarga, terutama orang tua sebagai figur panutan anak yang pertama dan juga masyarakat yang menjadi lingkungan anak harus membantu
efektifitas
pendidikan
karakter
dengan
ikut
serta
menanamkan nilai-nilai kebaikan yang universal sejak dini. 3. Kepada pemerintah sebagai pengayom warganya, perlunya melakukan sosialisasi kepada seluruh komponen pelaksana pendidikan baik (keluarga, masyarakat, sekolah) tentang pentingnya menanamkan nilainilai pendidikan karakter. 4. Pesantren sebagai lembaga pendidikan, harus selalu menyesuaikan dengan zaman, dengan selalu berprinsip mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. 5. Dalam penulisan penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karenanya penulis ingin memberikan saran kepada peneliti berikutnya untuk dapat meneliti kembali secara lebih mendalam, berupaya menemukan sumber-sumber yang original yang tidak mampu penulis temukan dalam penulisan tesis ini, dan untuk mengangkat topik yang belum dibahas dalam penelitian ini. C. Penutup Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
187
tesis ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kehadirat uswah kita nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya. Akhir kata penulis berharap, proses dan hasil karya ini dapat memberikan kemanfaatan kepada pribadi penulis, para pembaca, dan diterima menjadi sumbangsih pemikiran dalam upaya pengembangan pendidikan karakter bangsa sehingga terciptalah pendidikan yang penuh kedamaian dan demokrasi. Kemudian semoga karya yang sederhana ini di ridhoi oleh Allah SWT. Aminn ya robbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah (Ed), Taufik, Sejarah dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987. Ainain, Ali Khalil Abu, Falsafaah al-Tarbiyah fii al-Quran al-Karim, t.tp : Dar al-Fikr al-Araby, 1985. al-Baihaqi, “Sunan al-Baihaqi” Juz II, Hadis No. 472, dalam Maktabah Syamilah. Amin, Maswardi Muhammad, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, cet.ke-1, Jakarta : Baduose Media, 2011. Ammarah, Muhammad, Al-Imam Muhammad Abduh : Mujadis Al-Islam, Beirut : Al-Muassassah al-Islamiyyah li al-Dirasah wa al-Nasyr, 1981. Ancok, Jamaluddin, & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, cet.ke-1, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008. An-Nawawi, Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab, Juz.1, Kairo : Maktabah alMuniriyah, t.t. Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina Usaha, 1980. Atjeh, H. Aboebakar, Sejarah Hidup KH. Abdul. Wahid Hasyim, Jombang Jawa Timur : Pustaka Tebuireng, 2015. Aunillah, Nurla Isna, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Laksana, 2011. Azra, Azyumardi, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta : Kompas, 2002. ______________ , Saiful Umam (ed.), Mentri-mentri Agama RI:Biografi SosialPolitik, Jakarta : PPIM, 1998. Azzet, Akhmad Muhaimin, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia : Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan, cet. ke-II (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013). Badudu, Jusuf Syarief, dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.
188
189
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2002. Baker, Anton, dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990. Barthes, Roland, Membedah Mitos – Mitos Budaya Massa : Semiotika atau Sosiologi Tanda, Sibol, dan Representasi, Ter. Ikramullah Mahyuddin, cet. ke-3, Yogyakarta : Jalasutra, 2010. Boland, B.J., Pergumulan Islam di Indonesia, Jakarta : PT Grafiti Perss, 1985. Chabib Thaha, H.M., Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996. Darajat, Zakia dkk., Dasar-Dasar Agama islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1989. Delier, Noer, Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, Jakarta: Grafiti Press, 1987. Feillard, Andree, NU Vis-à-vis Negara Pencarian Isi, Bentuk dan Makna, Yogyakarta : Lkis, 2008. Fitri, Agus Zainul, Reinventing Human Character : Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika di Sekolah, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012. Gazalba, Sidi, Sitematika Filsafat, Jilid I, Cet. Ke-2, Jakarta: Bulan Bintang, 1967. Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung : Alfabeta, 2012. H.M., Mursal, Taher dkk, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1976. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990. Hasan, Said Hamid, dkk, “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” dalam Bahan Pelantikan Penguatan Metodelogi Pemmbelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, Jakarta : Puskur Balitbang Kemendiknas, 2010. Hasyim, Abdul Wahid, “Fanatisme Dan Fanatisme” Gempita, Tahun ke-1 No.1, 15 Maret 1955
190
__________ ,“Islam Antara Materialisme Dan Mistik” Ceramah yang disampaikan K.H Abdul Wahid Hasyim dalam forum diskusi ilmiyah, pada malam Purnama Sidi, Kamis 4 Desember 1952. __________ , “Abdullah Oebayd Sebagai Pendidik” Suluh NU, Agustus 1941, Th.1 No.5. __________ , “Akan Menang Umat Islam Indonesia dalam Pemilihan Umum yang Akan Datang?”, 1954. __________ , “Kebangkitan Dunia Islam”, Mimbar Agama, No 3-4, Maret-April 1951. __________ , “Membangkitkan Kesadaran Beragam”, Pidato dalam Sidang Resepsi Kementrian Agama, Bandung 21-22 Januari 1951. __________ , “Nabi Muhammad Saw dan Persaudaraan Manusia”, Pidato Pembukaan Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw dan Persaudaraan Manusia, yang diadakan di Istana Rijswik (Istana Merdeka) Jakarta, pada tanggal 2 Januari 1950. __________ , “Pendidikan Ketuhanan”, Amanat J.M Mentri Agama K.H Abdul Wahid Hasyim dalam Konfrensi Pendidikan Agama, Desember 1950 di Yogyakarta, Mimbar Agama Tahun 1, No. 5-6, 17 November – 17 Desember 1950. __________ , “Perbaikan Perjalanan Haji” Mimbar Agama Tahun 1, No. 2, 17 Agustus 1951. __________ , “Perguruan Tinggi Islam” Pidato Mentri Agama K.H Abdul Wahid Hasyim, dalam menyambut berdirinya Universitas Islam Sumatra Utara, di Medan, 21 Juni 1952. __________ , “Sekitar Pembentukan Kementria Agama RIS”, Mimbar Agama tahun ke-1 No. 3-4 Maret-April 1951. __________ , “Siapa yang Akan Menang dalam Pemilihan Umum yang Akan Datang” Gema Muslimin, Tahun ke-1, Maret 1953. __________ , “Tugas Pemerintah Terhadap Agama”, Pidato dalam Konfrensi antara Kementrian Agama dan Pengurus Besar Organisasi Islam NonPolitik, Jakarta 4-6 November 1951. __________ , “Tuntutan Berfikir”, Kata Pendahuluan Agenda Kementrian Agama, 1951-1952.
191
__________ ,“Kemajuan Bahasa Berarti Kemajuan Bangsa”, menggunakan nama pena Banu Asy’ary, suara Ansor, Rajab 1360, Th. IV No.3. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Surabaya : Yayasan Latimojong, 1981. Hatta, Muhammad, Kumpulan Karangan, Jakarta : Penerbitan dan Balai Buku Indonesia, 1953. Hoed, Benny H., Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, cet. ke-2, Jakarta : Komunitas Bambu, 2011. Ilyas, Yunahar, Kuliyah Akhlaq, cet.ke-XI, Yogyakarta : LPPI UMY, 2011. Kemendiknas, Bahan Pelatihan Penguatan Metodelogi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa : Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010. __________ , Desain Pendidikan Karakter : Pengembangan Pendidikan dan Budaya Karakter Bangsa, Jakarta : Kemendiknas, 2010. Kesuma, Dharma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, cet. ke 1, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011. Khuluq, Latiful, Fajar Kebangunan Ulama : Biografi KH. Hasyim Asya’ari. Yogyakarta: LKiS, 2000. __________ , Fajar Kebangsaan Ulama, Esei-esei Pesantren, Biografi KH. Hasyim Asy’ari, Yogyakarta : LKIS, 2001. Kusuma, Doni, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta : Grasindo, 2010. Lickona, Tomas, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, cet. ke-1, Bandung : Nusa Media, 2013. Ma’shum (ed), Saifullah, Menapak Jejak Mengenal Watak: Sekilas Biografi 26 Tokoh Nahdlatul Ulama, Jakarta : Yayasan Saifuddin Zuhri, 1994. __________ , Karisma Ulama, Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, Bandung : Yayasan Saifuddin Zuhri & Mizan, 1998. Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perpektif Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012.
192
Maksudin, Pendidikan Nilai Komprehensif Teori dan Praktik, Yogyakarta : UNY Press, 2009. Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global, Yogyakarta : Kurnia Salam Semesta, 2010. Marhumah, Kontekstualisasi Hadis Dalam Pendidikan Karakter, cet Ke-1, Yogyakarta : Suka Press, 2013. Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, cet. ke-v, Bandung : Al-Ma’arif, 1987. Mastuhu, & Ishom El-Saha, Intelektual Pesantren : Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren Seri 3, Jakarta : Diva Pustaka, 2003. Masyhuri, A. Aziz, Para Kyai Pesantren dari Zaman ke Zaman Pemikiran dan Perjuangannya, Denanyar Jombang : Pondok Pesantren Al-Aziziyah, 2005. __________ , 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara : Riwayat, Perjuangan dan Doa, Jilid 2, Yogyakarta : Kutub, 2006. Megawangi, Ratna, Pendidikan Karakter : Solusi yang Tepat Untuk Membangun Bangsa, Bogor : Balai Pustaka, 2004. Moleong, L. J,. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990. Moleung, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2001. Mu’in, Fathul, Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoritik dan Praktik, Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2011. Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang Dasardasar Pendidikan pada Umumnya dan Pedidikan di Indonesia, cet. ke-1, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002. Muhaimin, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya :Karya Abditama, 1993. Mulyana, Rohmat, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, cet.ke-2, Bandung : Alfabeta,2011. Munir, Abdul, Pendidikan Nilai Karakter ; Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah, Yogyakarta : Pedagogia, 2010. Muslich, Mansur, Pendidikan Karakter ; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
193
Mz, Shofiyullah (ed), Sejarah Pemikiran dan Baktinya bagi Agama dan Bangsa, editor, Yogyakarta : Pesantren Tebuireng, 2011. Narwanti, Sri, Pendidikan Karakter, Yogyakarta : Familia, 2011. Nashir, Haedar, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya, cet. ke-1, Yogyakarta : Multi Presindo, 2013. Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Cet. Ke-19, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012. Prayitno & Belferik Manullang, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa, Jakarta : Gramedia, 2011. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998. Purwardaminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ke. Tiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2006. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa, 2008. Q-Aneess, Bambang, dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis AlQur’an, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009. Ramayulius, Ilmu Pendidikan Islam, cet. ke-III, Jakarta : Kalam Mulia, 2002. Rifa’I, Muhammad, Wahid Hasyim Biografi Singkat 1914-1953, cet. ke 1, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group, 2009. Samani, Muclas, dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet. ke3, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Sanusi, Buntaran, dkk. (ed), K.H Abdul Wahid Hasyim, Mengapa Memilih NU ? Konsepsi tentang Agama, Pendidikan dan Politik, Jakarta : Inti Sarana Aksara, 1985. Sobur, Alex, Analisis Teks Media, cet. ke-6, Bandung : Remaja Rosdkarya, 2012. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. 21,, Bandung: Alfabeta, 2015. Suriasumantri, Jujun. S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993.
194
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan Bandung : Rosda Karya, 2006.
dengan Pendekatan Baru, cet.ke-12,
Syam, Muhammad Nur, Filsafat Pendidikan dan Dasar Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986. Wibowo, Agus, Pendidikan Karakter : Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 20012. __________ , Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, cet. ke 1, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013. Yahya, Ali, Sama Tapi Berbeda Potret Keluarga Besar KH. Abdul Wahid Hasyim, Jombang: Yayasan K.H A. Wahid Hasyim, 2007. Zaini, Achmad, K.H Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pendidikan Islam, Jombang : Pesantren Tebuireng, 2011. Zubaedi, Desain Pendidikan Karkter : Konsepsi dan aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan,, Jakarta : Kencana, 2011. Zuhri, Saifuddin, Guruku Orang-Orang Dari Pesantren, cet. ke- III, Yogyakarta : Pustaka Sastra LKiS, 2012.
TESIS Halimi, Ahmad, Dinamika Kepemimpinan Kiai dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan, Studi Kasus Pesantren Tebuireng, (Surabaya : Tesis IAIN Sunan Ampel, 2010. Ismail, Moh., Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim, Surabaya : Tesis UIN Sunan Ampel, 2014. Muzammil, Konsep Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Abdul Wahid Hasyim, Malang : Tesis UIN Maulana Malik Ibrahim, 2012. JURNAL Judiani, Sri, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum” dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16 Edisi Khusus III Oktober, Jakarta : Balitbang Kemendiknas, 2010. Raharja, “Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional, Vol. 16 No. 3 Mei 2010.
195
Syarif Zainuddin, dan Abdul Gaffar, Pendidikan Multukulturalisme Tauhidiq dalam Pemikiran KH. Abdul Wahid Hasyim, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012.
LAIN-LAIN Himpunan Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan Nasional : Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 Beserta Penjelasan dilengkapi dengan : Undang-undang RI No. 2 1989 Tentang : Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Nuansa Aulia, 2005. Kiai Tebuireng, Menjaga Martabat Islam, Ahmad Fauzan (ed), cet. ke-1, Jombang Jawa Timur : Pesantren Tebuireng, 2015. WEB Lickona, Tomas, “ Character”, dalam www.cortland.edu. Akses tanggal 31 April 2016. Lickona, Tomas, “Tanda Kehancuran sebuah http://www.kaskus.co.id. Akses pada tanggal 09 Mei 2016
Bangsa”,
dalam
Mahfudz Md, “Pemikiran K.H Abdul Wahid Hasyim Jawab Radikalisme Islam”, dalam http://jombang.nu.or.id. Akses 22 Mei 2016.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama
: Nindia Puspitasari, S.Pd.I
Tempat Tanggal Lahir
: Karang Mulia, 07 Mei 1992
NIM
: 1420410071
Alamat Rumah
: Desa Karang Sari, Rt.08, Rw.03. Kec. Lubai Ulu,
Kab. Muara Enim, Sumatra Selatan. Nama Ayah
: Supriyatno S.Pd.I
Nama Ibu
: Baniyah S.Pd
B. Riwayat Pendidikan 1.
Pendidikan Formal a.
Sekolah Dasar Negeri 2 Karang Mulia, lulus pada tahun 2002.
b.
Madrasah Tsanawiyah Wali Songo, lulus pada tahun 2005.
c.
Madrasah Aliyah Wali Songo, lulus pada tahun 2008.
d.
S1 di Sekolah Tinggi Agama Islam Baturaja, lulus pada tahun 2013.
2. Pendidikan Non Formal a. Pondok Pesantren Wali Songo, lulus pada tahun 2008. b. LPDIK Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris dan Komputer WIDYA, Prabumulih, 2008. c. Indolands English Course, Baturaja, 2014.
C. Riwayat Pekerjaan a. Guru Madrasah Diniah Pondok Pesantren Wali Songo, Lampung Tengah. b. Guru RA Roudhotul Atfal Al-Asna, Karang Sari Lubai. c. Guru TKIT Taman Kanan-Kanan Islam Terpadu Tunas Cendikia, Baturaja. d. Guru Private Mengaji di Rumah Ilmu Baturaja.
D. Pengalaman Organisasi a. Pengurus Osis Madrasah Aliyah Wali Songo Lampung Tengah, tahun (2006-2007). b. Panitia Pengurus Seminar Regional Pendidikan “Be Creatife and Inovatif Teacher” Baturaja, tahun 2010. c. Pengurus Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus Daerah Baturaja, tahun 2010. d. Panitian Pengurus Forum Komunikasi Sahabat PMII-IPNU Kabupaten OKU Sumatra Selatan, 2011. e. Ketua koordinator Departemen Keputrian dan Kemuslimatan LDK STAI Baturaja, tahun (2011-2012). f. Panitia Pengurus PSPA Nasional “Inspiring Parenting School Program”, tahun 2012.
E. Minat Keilmuan Pendidikan Agama Islam
F. Karya Ilmiah Pengaruh Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pendidikan Agama Islam Di SDN 5 Lubai Kabupaten Muara Enim, Skripsi tahun 2013. Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 23 Juni 2016 Saya yang menyatakan
Nindia Puspitasari, S.Pd.I NIM. 1420410071