MODEL PEMBELAJARAN PROJECT CITIZEN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK Oleh : Titik Haryati Rahmat Sudrajat ABSTRAK Model pembelajaran project citizen merupakan salah satu model yang diterapkan dalam kurikulum 2013 dikarenakan model ini memiliki banyak kelebihan diantaranya, model ini mernbina pembelajaran AJEL (Active, Joyful, Efektif, Learning), yang multi M3SE (materi, media, metode, sumber dan evaluasi) karena didalamnya mencakup berbagai ragam jenis kegiatan, media dan sumber serta pola evaluasinya diperuntukan untuk suatu tema/bahasan yang sama atau sejenis menjadi satu paket kegiatan belajar siswa (KBS) besar ataupun kecil sebagai sub target sehingga melahirkan KBS yang saling mengkait dan utuh. Pada kurikulum 2013 model pembelajaran project citizen sangat tepat terutama pada mata pelajaran PPkn Karena bebasis pada masalah, siswa akan dibawa pada masalah-masalah yang muncul pada kenyataan siswa dan siswa diharapkan mampu membuat satu keputusan sampai menyelesaikan masalah tersebut hal ini sesuai dengan pendekatan scientific dalam kurikulum 2013. Adapun langkah-langkah pendekatan scientific adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring. Model Pembelajaran project citizen mampu mengembangkan Pendidikan karakter siswa sebagai warga negara. Pendidikan karakter itu sendiri harus bergerak dari knowing menuju doing atau acting. Salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada ada tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting dalam penyelenggaraan pendidikan karakter.
A. PENDAHULUAN Dalam kurikulum 2013 PPKn bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hal ini dapat terlihat dari substansi utama PPKn dalam kurikulum 2013 yang lebih menitik beratkan pada empat pilar kebangsaan.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
21
Kita sebagai seorang guru harus mampu mengembangkan karakter siswa sebagai warga negara, adapun tahapnya adalah melalui tahap pengetahuan (knowing), acting, menuju kebiasaan (habit). Hal ini berarti, karakter tidak sebatas pada pengetahuan.
Karakter lebih dalam lagi, menjangkau wilayah emosi dan
kebiasaan diri. Dengan demikian, diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.
B. PEMBAHASAN 1.
Model Pembelajaran Project Citizent
a. Pengertian Pembelajaran Project Citizent project citizen dapat diartikan sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai wujud benda fisik, project citizen adalah sebuah kumpulan pekerjaan siswa yang bermanfaat, terintegrasi yang diseleksi dan disimpan dalam suatu bundle (Budimansyah, 2002:l). Project citizen merupakan model pembelajaran yang didalamnya terdapat karya pilihan dari keseluruhan kelas yang bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan kebijakan public yang terpusat pada masalah kemasyarakatan, terdiri dari Bagian Tayangan dan Bagian Dokumentasi yang oleh siswa menurut topik yang dikaji. Project citizen tersebut mencerminkan usaha keras para siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah ditetapkan, serta merupakan pemikiran terbaik mereka dalam mempertimbangkan bahan-bahan mana yang paling penting untuk dimasukkan dalam project citizen kelas. Pembelajaran project citizen ini mernbina pembelajaran AJEL yang multi M3SE (materi, mencakup
media,
metode,
sumber dan evaluasi) karena didalamnya
berbagai ragam jenis kegiatan,
media dan sumber serta pola
evaluasinya diperuntukan untuk suatu tema/bahasan yang sama atau sejenis
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
22
menjadi satu paket kegiatan belajar siswa (KBS) besar ataupun kecil sebagai sub target sehingga melahirkan KBS yang saling mengkait dan utuh. Pada pembelajaran ini siswa dapat memilih paket KBS dan kelompok belajar koperatif (kejarkop) secara demokratis sesuai minat dan kemampuannya. Selain itu, ada beberapa prasyarat dan persuratan untuk proses pelaksanaan pembelajaran ini yaitu sebagai berikut: 1) Guru, Harus profesional, yaitu memiliki kompetensi mengajar sesuai dengan kelayakan latar belakang pendidikannya. Seorang guru PKn yang melakukan pembelajaran project citizen haruslah berlatar belakang pendidikan dari program studi PKn. 2) Siswa,
Memiliki rasa
percaya
(self
confidence)
yang
tinggi,
mampu
bekerjasama, memiliki rasa tanggung jawab dan keinginan untuk belajar serta mencari informasi lebih lnas di luar sekolah. 3) Lingkungan, lingkungan yang kondusif baik di sekolah maupun di masyarakat harus dapat melahirkan pengalaman belajar siswa (entry behavior) yang berkualitas bagi kehidupannya kemarin, kini dan esok baik fisik maupun non fisiknya. Dukungan dari sekolah berupa ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru perlu diperhatikan. Dukungan dari pihak masyarakat dalam memahami pembelajaran ini sangat diperlukan agar mereka dapat menfasilitasi siswa dalam memperoleh pengalaman belajarnya diluar sekolah. b. Dasar Filosofi Pembelajaran Berbasis Project Citizent Pembelajaran berbasis project citizen yang diterapkan di lndonesia, diadaptasikan dari project citizen-nya Amerika. Akar filosofi proyek ini berasal dari filosofi pendidikan Parker yang menyatakan bahwa pendidikan itu harus menjadi
pusat
tindakan
dan
bersifat
alami
sehingga
menimbulkan
rasa
kepenasaranan anak. Rasa penasaran anak dapat dimulai pada semua pelajaran yang ada dalam kurikulum, sehingga pendidikan bersumber dari sekolah dan siswa itu sendiri.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
23
Dewey menawarkan berbagai metode dalam filosofi pendidikannya itu, yang terdiri dari lima fase yaitu: 1) cara berfikir yang “reflective thinking”; 2) proses hubungan social anak; 3) “guiding idea”; 4) “reasoning”; 5) ferivikasi gagasan dengan “experimental corroboration”. c. Prinsip Dasar Pembelajaran Project Citizent Pembelajaran project citizen mengacu pada sejumlah prinsip dasar, seperti yang dikemukakan Djahiri (2000: 3) bahwa prinsip utama pembelajaran adalah proses
keterlibatan
seluruh
atau
sebagian
potensi diri siswa
dan
juga
kebermaknaannya bagi diri sendiri dan kehidupanya. Prinsip dasar pembelajaran project citizen dijelaskan oleh Budimansyah (2000: 8-12) yakni sebagai berikut: 1) Prinsip belajar siswa aktif, proses pembelajaran berbasis project citizen berpusat pada siswa. Dalam setiap proses seluruh aktivitas siswa terlibat penuh mulai dari mengidentifikasi masalah sampai pada penampilan (show case). Guru hanya mengarahkan siswa supaya mereka terlibat dalam seluru proses. 2) Kelompok belajar kooperatif, dalam pembelajaran project Citizent, setiap proses berbasis kerjasama baik antara siswa, sekolah, orang tua, lembagalembaga terkait serta dengan masyarakat. Dengan demikian pembelajaran ini menggunakan proses kerjasama yang harmonis baik di dalam kelas maupun di luar kelas/sekolah. 3) Pembelajaran partisipatorik, proses dalam pembelajaran ini menganut partisipatorik sebab siswa diarahkan untuk terlibat secara langsung dalam kehidupan nyata agar mereka dapat peka terhadap seluruh masalah yang ada di masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini guru harus dapat membangkitkan minat siswa agar belajar aktif. d. Sifat-sifat Pembelajaran Project Citizent Sifat-sifat pembelajaran project citizen menurut Djahiri (2000:6-7), terdiri dari: 1) Aktif dan Meaningfull, (cognitive,
afektif
dan
melalui pembelajaran ini seluruh potensi siswa psikomotor)
siswa terlibat secara utuh bulat.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
24
Pembelajaran ini juga diharapkan meaningfull dalam arti berguna, bermanfaat dan menjadi milik siswa sepenuhnya (self concept). 2) Inquiry learning
atau problem
solving,
pembelajaran ini melatih dan
membiasakan siswa untuk mahir memecahkan masalah dengan pelaksanaan langkah-langkah yang sistematis. Lingkungan belajar sekitar siswa menjadikan fenomena hidup yang menarik sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mereka terdorong untuk bertanya dan mencari jawabannya. 3) Integrated learning, pembelajaran ini bersifat komprehensif dan utuh, karena bahan ajar dan kegiatan belajar bersifat multidimensional yang utuh. Dimensi keilmuan dipadukan dengan dimensi kehidupan. 4) Cooperative learning, seluruh proses belajar merupakan satu kesatuan yang penuh solidaritas, saling menolong dan membantu keberhasilan belajar siswa. Segala pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah dan votting (suara terbanyak). 5) Student based, seluruh kemampuan siswa fisik dan non fisik serta lingkungan belajarnya akan menjadi acuan mulai dari bahan ajar sampai penilaian. 6) Factual base,
pembelajarannya menggunakan multi sumber, media dan
evaluasi. Pembelajaran mulai dari realita kehidupan kemarin, kini dan esok, untuk dilakoninya. 7) Democratic, humanistic dan Terbuka, seluruh siswa dihargai sebagai manusia yang memiliki potensi diri yang memiliki berbagai pilihan dan aktivitas yang berbeda-beda. Hubungan antara guru dan siswa terjalin harmonis sebagai partner belajar dengan menjungjung prinsip keadilan dan keterbukaan. e. Landasan Pemikiran Pembelajaran Project Citizent Budimansyah
(2002:
4),
mengemukakan
tiga
landasan
pemikiran
pembelajaran berbasis project citizen yaitu sebagai berikut: 1) Empat Pilar Pendidikan Meliputi learning to do, learning to know, learning to be and learning to life together. Setiap siswa bagaimana belajar melibatkan diri dalam kehidupannya, siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar, melakukan pekerjaan secara mandiri dan dibina untuk toleran terhadap perbedaan individu.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
25
2) Kontruktivisme Pandangan ini menganggap siswa sebagai sosok yang memiliki gagasan, pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa di sekitarnya, Siswa tidak hanya belajar dengan teori tetapi dilengkapi dengan praktek dengan mencari dan mengaitkan materi dengan informasi yang diperlukan. 3) Democratic teaching Proses penghargaan
pembelajaran terhadap
yang
kemampuan
dilandasi siswa,
nilai-nilai
menjunjung
demokrasi keadilan,
yaitu
merapkan
persamaan dan memperhatikan keragaman siswa dipenuhi belajar yang penuh keakraban, keterbukaan dan kekeluargaan. f. Maksud dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Project Citizent Dalam pemerintahan demokrasi telah disebutkan bahwa arti sebuah pemerintahan adalah “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Hal ini berarti bahwa rakyat memiliki hak berpartisipasi dalam pemerintahan yang antara lain meliputi partisipasi dalam melindungi hak-hak mereka dan partisipasi dalam meningkatkan kesejahterakan umum. Hak berpartisipasi ini membawa tanggung jawab tertentu. Diantara tanggung jawab tersebut adalah tanggung jawab untuk mendapatkan pengetahuan dan sejumlah keterampilan berpartisipasi yang intelek, serta tanggung jawab. untuk berkeinginan meningkatkan kebebasan dan keadilan bagi semua orang. Pembelajaran berbasis project citizen yang pada awalnya dikenal dengan nama “Praktik Belajar Kewarganegaraan Kami Bangsa Indonesia (PBKKBI)” memberikan pengenalan dan pendidikan kepada para siswa tentang beberapa metode dan pelaksanaan langkah-langkah yang digunakan di dalam proses politik. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahan dengan cara: 1) Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi secara efektif. 2) Memberikan pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efikasi. 3) Mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga negara.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
26
g. Profil Pedagogis Pembelajaran Berbasis Project Citizent Pembelajaran berbasis project citizen dikenal dengan nama model PKKBI diadaptasi dari model “We people …. Project citizen yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (CCE), dan dalam 15 tahun terakhir ini telah diadaptasi di sekitar didunia termasuk lndonesia Model ini bersifat generikpedagogik,
yang diminati oleh konten/materi yang relevan dimasing-masing
negara. Sebagai model dipilih topik generic “Public Policy” (Kebijakan Publik), yang memang berlaku dinegara manapun. Misi dari model ini adalah mendidik para siswa agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi kebijakan public dan dengan kapasitasnya sebagai “young Citizen” atau warga negara muda mencoba memberikan masukan terhadap kebijakan public dilingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah kualitas warganegara yang “cerdas, kreatif, partisipatif, prosfektif dan bertanggung jawab”. Stategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi “Inquiry Learning, Discovery Learning, Problem Solving Learning, Reseach Oriented Learning” yang dikenas dengan model “Project” ala John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan pelaksanaan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat, pada tahap ini siswa
diharapkan
dapat
berbagi informasi satu dengan yang lainnya
berdasarkan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya baik oleh siswa itu sendiri maupun dari orang lain berkaitan dengan permasalahan tersebut. Dengan demikian kelas memperoleh informasi yang cukup untuk digunakan memilih salah satu masalah yang tepat. 2) Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas, pada tahap ini kelas mendiskusikan semua informasi yang didapat berkenaan dengan daftar masalah yang ditemukan dalam masyarakat. Jika para siswa telah memiliki informasi yang cukup, maka siswa sudah dapat memilih masalah yang akan dipilih sebagai materi kajian kelas. 3) Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu, maslah yang akan menjadi materi kelas ditentukan, maka para siswa harus bisa memutuskan
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
27
tempat-tempat atau sumber-sumber dimana siswa bisa mendapat informasi tambahan. Dalam pencarian informasi, nantinya para siswa akan menemukan bahwa sumber informasi yang satu mungkin lebih baik dari yang lainnya, hal ini mungkin saja terjadi agar kelas dapat memperoleh informasi yang akurat dan komprehensif 4) Mengembangkan project citizen kelas, pada tahap ini siswa akan dibagi dalam empat kelompok, dimana masing-masing kelompok akan bertanggung jawab untuk mengembangkan project citizen kelompok. Materi-materi yang dimasukan
dalam
project
citizen
hendaknya
mencakup
dokumentasi-
dokumentasi yang telah dikumpulkan dalam tahap penelitian masalah. Dalam mengembangkan project citizen ini sangat dibutuhkan kerjasama yang baik agar menghasilkan tayangan dan dikumentasi yang baik dan bagus sebagai materi kajian showcase nantinya. Kelompok pertama menjelaskan tentang masalah yang diambil, Kelompok kedua mengkaji kebijakan alternatif untuk menangani masalah, Kelompok ketiga mengusulkan kebijakan alternative untuk menangani masalah, dan Kelompok keempat mengembangkan rencana kerja dari kelompok untuk menyelesaikan masalah. 5) Menyajikan
project
citizen,langkah berikutnya adalah menyajikan hasil
pekerjaan dihadapan para juri. Presentasi tersebut dikenal dengan sebutan showcase yang dilakukan dihadapan dewan juri yang mewakili sekolah dan masyarakat.
Melalui
kegiatan
ini
para
siswa
akan
dibekali dengan
pengalaman belajar bagaimana cara meyakinkan mereka terhadap langkahlangkah yang siswa ambil. 6) Melakukan refleksi pengalaman belajar, merefleksikan pengalaman belajar atas segala sesuatu selalu merupakan hal yang baik, refleksi pengalaman belajar ini merupakan salah satu cara belajar, untuk menghindari agar jangan sampai melakukan suatu kesalaha, dan untuk meningkatkan kemampuan yang sudah siswa miliki. h. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Project Citizen Menurut Nuryani Rustama (dalam Depdiknas, 2004: 40-41) kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran project citizen adalah sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
28
1). Kelebihan: a) Memungkinkan pendidik mengakses kemampuan peserta didik untuk membuat, menghasilkan berbagai tugas akademik. b) Memungkinkan pendidik menilai keterampilan/kecakapan peserta didik. c) Mendorong kolaborasi antara peserta didik dengan pendidik, antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. d) Memungkinkan pendidik mengintervensi proses dan menentukan dimana pendidik tersebut perlu membantu. 2). Kelemahan: a) Memerlukan waktu yang relatif lama. b) Pendidik harus tekun, sabar dan terampil. c) Tidak ada kriteria yang standar.
2.
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Nama mata pelajaran PPKn sebenarnya bukan hal yang baru dalam
pendidikan di negara Indonesia, nama mata pelajaran PPKn muncul pada kurikulum 1994 tetapi pada kurikulum 2004 hilang karena digantikan oleh PKn. Kemudaian pada kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn dimunculkan kembali. Pada kurikulum 1994 PPKn karakteristinya didominasi oleh proses value incucation dan knowledge dissemination. Hal ini dapat dilihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan butir-butir setiap Pacasila, Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan sikap dan perilaku yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan
untuk
memahami,
menghayati
dan
meyakini
nailai-nilai
Pancasila sebagai pedoman dalam berperilaku sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah. 2007: 97). Sedangkan pada kurikulum 2013 PPKn bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hal ini dapat terlihat dari substansi utama PPKn dalam kurikulum 2013 yang lebih menitik beratkan pada empat pilar kebangsaan yaitu :
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
29
a. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa; b. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; c. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh; d. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia.
3.
Konsep Karakter Siswa Sebagai Warga Negara
a. Pengertian Karakter Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidak adilan, kecakapan
interpersonal
dan
emosional
yang
memungkinkan
berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan,
seseorang
dan komitmen untuk
berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik (Battistich, dalam Musfiroh, 2008:27). Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar. Karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan pilar karakter dasar tersebut adalah: (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai dan persatuan. Hal ini berbeda dengan karakter dasar yang dikembangkan di negara lain, serta karakter dasar yang dikembangkan oleh Ginanjar (2007) melalui ESQ-nya. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting, menuju
kebiasaan
(habit).
Hal ini berarti,
karakter tidak
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
sebatas pada
30
pengetahuan.
Menurut William Kilpatrick, seseorang yang memiliki pengetahuan
tentang kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai pengetahuannya itu kalau ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter tidak terbatas pengetahuan.
Karakter lebih dalam lagi, menjangkau wilayah emosi dan
kebiasaan diri. Dengan demikian, diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. b. Karakter Warga Negara Secara konseptual seorang warga Negara seyogyanya memiliki 5 atribut pokok (Cogan, 1998:2-3) yakni: "...a sense of identity; the enjoyment of certains rights; the fulfilment of corresponding obligations; a degree of interest and involvement in public affairs; and an acceptance of basic societal values" jati diri; kebebasan
untuk
menikmati hak
tertentu;
pemenuhan kewajiban-kewajiban
terkait; tingkat minat dan keterlibatan dalam urusan publik; dan pemilikan nilainilai dasar kemasyarakatan. c. Karakter yang baik (Good Character) Aristoteles dalam Winataputra (1999: 8) mengartikan karakter yang baik sebagai "the life of right concluct" atau kehidupan perilaku yang baik dalam kaitannya dengan diri sendiri dan dengan orang rain. Lickona (1992:50-51) mengartikan
karakter
berisikan
"operative
values"
atau
nilai-nilai
yang
dipraktekkan. Karakter memiliki tiga unsur yakni “moral knowing, moral feeling, and moral behavior" atau pengetahuan moral, perasann moral, dan perlaku moral yang satu sama lain saling memiliki keterkaitan, Karena itu yang dimaksud dengan karakter yang baik terdiri atas unsur “knowing good, desiring the good, and doing the good" atau tahu kebaikan, menghendaki kebaikan, dan melakukan kebaikan atau dikatakan juga "habits of the mind, habit of the heart, and habit of action" atau kebiasaan pikiran, hati dan tindakan. Ketiga unsur itu mengarah pada kehidupan moral yang pada akhirnya membentuk suatu kematangan moral. Interrelasi antar unsur tersebut Adalah sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
31
a. Pengetahuan Moral (Moral Knowing) b. Perasaan Moral (Moral Feeling) c. Perilaku Moral (Moral Action) Perilaku moral adalah hasil nyata dari penerapan pengetahuan dan perasaan moral. Orang yang memiliki kualitas kecerdasan dan perasaan moral yang baik akan cenderung menunjukan perilaku yang baik pula. Perilaku moral mencakup kemampuan, kemauan, dan kebiasaan moral. Kemampuan moral adalah kebiasaan untuk mewujudkan pengetahuan dan perasaan moral dalam bentuk perilaku nyata, Kemauan moral adalah mobilisasi energy atau daya dan tenaga
untuk
dapat melahirkan tindakan atau perilaku moral.
Sedangkan
kebiasaan moral adalah pengulangan secara sadar perwujudan pengetahuan dan perasaan moral dalam bentuk perilaku moral yang terus menerus. Sementara Kewarganegaraan
Branson merupakan
(1998:
8)
mengatakan
bahwa
Pendidikan
pendidikan yang mengandung tiga komponen
utama yang cocok untuk dikembangkan pada masyarakat yang demokratis yaitu pengetahuan kewarganegara
(civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan
(civic skills) dan watak-watak kewarganegaraan (civic disposition).
4. Model Pembelajaran Project citizen pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Membentuk Karakter Siswa sebagai Warga Negara yang Baik Di lapangan terungkap bahwa dengan pembelajaran berbasis project citizen
dapat mengembangkan karakter siswa sebagai warganegara yang mampu
mengubah dan menyadari karakter atau watak kearah yang lebih positif yang nantinya akan membuat watak kita akan menjadi lebih baik dan membuat kita menjadi orang yang lebih baik dalam menjalani hidup. Pembentukan karakter yang dapat menjadi perilaku yang konsisten harus melibatkan aspek moral knowing, moral loving/feeling dan moral action. Oleh karena pendidikan karakter adalah pendidikan untuk “membentuk” karakter seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
32
nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Lickona, 1991). Bahwa pendidikan karakter sebagai pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak kemampuan peserta didik
pendidikan nilai, pendidikan budi yang bertujuan mengembangkan
untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terusmenerus dipraktikkan dan dilakukan. Pendidikan karakter bergerak dari knowing menuju doing atau acting. William Kilpatrick menyebutkan salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada ada tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. Moral knowing atau pengetahuan tentang moral sebagai aspek pertama memiliki enam unsur, yaitu kesadaran moral (moral awarenes), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moral value),
penentuan sudut pandang
(perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil dan menentukan sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge) Keenam unsur ini adalah komponen-komponen yang harus diajarkan kepada siswa untuk mengisi ranah kognitif mereka.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
33
Selanjutnya Moral feeling, yaitu merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentukbentuk sikap yang harus diraskan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility) Setelah dua aspek tadi terwujud, maka Moral Acting sebagai outcome akan dengan mudah muncul dari para siswa. Karakter
adalah tabiat yang langsung
disetir dari otak, maka ketiga tahapan tadi perlu disuguhkan kepada siswa melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis. Sehingga perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter bukan topeng. Hal tersebut sejalan dengan misi dari project citizen adalah mendidik para peserta didik agar mampu menganalisa berbagai dimensi kebijakan publik. Kemudian dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warganegara yang mencoba memberi masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah kulitas warganegara yang “cerdas, kreatif, partisifatif, prospektif dan bertanggung jawab”. Pembelajaran berbasis project citizen , keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan siswa. Dasar dari pengembangan model pembelajaran berbasis project citizen adalah teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnya menggembangkan bahwa pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari kontruktivisme, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Oleh karena itu menurut Djahiri (2006: 6-7) dalam pembelajaran berbasis project citizen
harus mempunyai sifat-sifat: Pertama, aktif dan meaningfull,
melalui pembelajaran ini seluruh potensi siswa (cognitive, afektif, psikomotor) siswa terlihat secara utuh dan bulat. Pembelajaran ini juga diharapkan meaningfull dalam arti berguna, bermanfaat, dan menjadi milik siswa sepenuhnya (self
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
34
concept). Pembelajaran akan meaningfull dengan catatan apabila . knowledge, skill, belief, value, dan attitudes yang dipelajari berguna bagi diri sendiri dan kehidupan,
pengalaman materi difokuskan pada terciptanya
understanding,
appreciation, and life application. Pembelajaran tidak hanya pembekalan tetapi juga kegiatan, kegiatan belajar, dan penilaian berfokus pada perolehan siswa, pembelajaran sesuai dan menjawab penuh kebutuhan dan permasalahan siswa sesuai dengan tingkat dan perkembangan siswa (Sharles B. Mayer dalam Djahiri,2002: 14). Project citizen dalam
cukup menantang siswa untuk melibatkan diri secara aktif
organisasi-organisasi
pemerintah
dan
kemasyarakatan,
mengungkap
berbagai permasalahan di sekolah maupun di masyarakat sekitar dan memperoleh sumber Intelektual yang diperlukan untuk kewarganegaraan yang demokratis dan bertanggung jawab. Lebih lanjut model pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendorong dan memberdayakan para siswa melaksanakan hak dan tanggung jawab. Lebih lanjut model pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendorong dan memberdayakan para siswa melaksanakan hak dan tanggung jawab sebagai warganegara yang demokratis melalui pengkajian melalui isu-isu kebijakan publik secara intensif dirancang
baik di sekolah maupun di masyarakat. Bahan-bahan belajar
untuk
membantu
siswa
belajar
mengawasi
dan
mempengaruhi
kebijakan publik, mengembangkan keterampilan yang diperlukan oleh seorang warganegara
yang
bertanggung
jawab,
dan
menjadi percaya
diri dalam
menjalankan hak dan tanggung jawab kewarganegaraan. Model pembelajaran PPKn berbasis project citizen dalam pemerintahan dan masyarakat sipil dengan cara berlatih berpikir kritis, berdialog, berdebat, bernegosiasi, bekerjasama berprilaku secara sopan dan santun, bersikap toleran, membantu keputusan, dan melakukan tindakan yang terkait dengan kewarganegaraan (civic action) demi kebaikan bersama. C. PENUTUP Pembelajaran berbasis project citizen yang diterapkan di lndonesia, diadaptasikan dari project citizen-nya Amerika. Akar filosofi proyek ini berasal
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
35
dari filosofi pendidikan Parker yang menyatakan bahwa pendidikan itu harus menjadi
pusat
tindakan
dan
bersifat
alami
sehingga
menimbulkan
rasa
kepenasaranan anak. Rasa penasaran anak dapat dimulai pada semua pelajaran yang ada dalam kurikulum, sehingga pendidikan bersumber dari sekolah dan siswa itu sendiri. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran project citizen ini adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat; (2) Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas; (3) Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu; (4)Mengembangkan project citizen kelas, (5) Menyajikan project citizen; (6) Melakukan refleksi pengalaman belajar. Dalam kurikulum 2013 PPKn bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hal ini dapat terlihat dari substansi utama PPKn dalam kurikulum 2013 yang lebih menitik beratkan pada empat pilar kebangsaan. Metode
Pembelajaran
Project
Citizen
memiliki Kelebihan
dan
Kelemahan, seyogyanya seorang guru harus mampu meminimalisir kelemahan dari model tersebut dan lebih mengeksplor kelebihan dari model pembelajaran tersebut. Kita sebagai seorang guru harus mampu mengembangkan karakter siswa sebagai warga negara, adapun tahapnya adalah melalui tahap pengetahuan (knowing), acting, menuju kebiasaan (habit). Hal ini berarti, karakter tidak sebatas pada pengetahuan.
Karakter lebih dalam lagi, menjangkau wilayah emosi dan
kebiasaan diri. Dengan demikian, diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
36
DAFTAR PUSTAKA Branson, M.S. (1999). Making the Case for Civic Education: Where We Stand at the End of the 20 th Century. Washingthon: CCE. Budimansyah, D. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portopolio. Bandung: Penerbit PT Genesindo. Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI. Budimansyah, D. (2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI. Budimansyah, D. (2008). Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen), Acta civicus, Vol 1 No. 2, April 2008, 179-198. Budimansyah, D. (2009). Membangun Karakter Bangsa Di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi (Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Bidang Sosiologi Kewarganegaraan), Bandung: Program Studi PKn SPs UPI. Cogan, J.J & Derricott, Ray. (1998). Citizenship for the 21 st Century An International Perspective on Education, London : Kogan Page. De Vos, George A, 1968. National Character. Dalam Sills, David L (editor) International encyclopedia of the Sosial Science, New York: the Macmilan Company and the Free après v. 11 & 12, hal 14 – 19. Departemen Pendidikan Nasional (2001), “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas dan Madrasah aliyah. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas. Djahiri, A. Kosasih.(1979). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasar Pengertian Metodologi Model Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS IKIP Bandung
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
37
----------(2002). Moral and Character Teaching Values and Social Moral Development. Bandung: Lab. Pengajaran PMP FPIPS UPI. ----------(2000). Memahami Makna dan Isi Pesan Pembelajaran dan Portofolio Learning and Evaluation Based. Bandung: PPs UPI. -----------(2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn FPIPS UPI. Ginanjar, Ary. (2007). ESQ Emotional Spiritual Quotient., Jakarta: Arga. Komalasari, K. (2010). Pembelajaran kontekstual. Bandung: Refika aditama. Lickona, Thomas. (1992). Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York-Toronto-London-SydneyAuckland: Bantam Books. Musfiroh, T. (2008). Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogyakarta. Sapriya dan Winataputra, (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) FPIPS –UPI. Winataputra, Udin. (1999). Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Whana Sistemik pendidikan demokrasi. Bandung: CICED. Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Pencerdasan Kehidupan Bangsa. Disampaikan pada Temu Sambut Guru Besar FKIP UT. Jakarta: FKIP UT.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
38