PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK FUNGSI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs YASI KRONGGEN BRATI TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Tadris Matematika
Oleh: M. ZAINAL ARIFIN NIM: 053511272
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
1
2
3
4
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis jadikan rujukan.
Semarang,
Desember 2010
Deklarator,
M. Zainal Arifin NIM. 053511272
5
ABSTRAK M. Zainal Arifin (NIM: 053511272). Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Fungsi pada Peserta Didik Kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran matematika materi pokok fungsi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran matematika materi pokok fungsi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subyek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII A MTs YASI Kronggen Brati tahun pelajaran 2010/ 2011. Hasil penelitian dari siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar pada pra siklus nilai rata-rata 48,00 dan ketuntasan klasikal 42,86 %, dengan peserta didik yang tuntas 10 peserta didik dari 28 peserta didik. Pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 62,07 dan ketuntasan klasikalnya meningkat menjadi 71,74 % dengan peserta didik yang tuntas 20 peserta didik, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 71,57 dan ketuntasan klasikalnya meningkat menjadi 92,86 % dengan peserta didik yang tuntas 26 peserta didik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) diharapkan dapat dikembangkan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
6
MOTTO
ﻦ َدﻋَﺎ ِاﻟَﻰ ْ " َﻣ:ل َ ﻗَﺎ.ﷲ ص م ِ لا َ ﺳ ْﻮ ُ ن َر َا ﱠ,ﻋ ْﻨ ُﻪ َ ﷲ ُ ﻰا َﺿ ِ ﻰ ُه َﺮ ْﻳ َﺮ َة َر ْ ﻦ َا ِﺑ ْﻋ َ ﺟ ْﻮ ِر ِه ْﻢ ُ ﻦ ُا ْ ﻚ ِﻣ َ ﺺ ذَاِﻟ ُ ﻻ َﻳ ْﻨ ُﻘ َ ,ﻦ َﺗ ِﺒ َﻌ ُﻪ ْ ﺟ ْﻮ ِر َﻣ ُ ﻞ ُا ُ ﺟ ِﺮ ِﻣ ْﺜ ْﻻ َ ﻦ ْا َ ن َﻟ ُﻪ ِﻣ َ آَﺎ,ُهﺪًى ,ﻦ َﺗ ِﺒ َﻌ ُﻪ ْ ﻞ َاﺛَﺎ ِم َﻣ ُ ﻻ ْﺛ ِﻢ ِﻣ ْﺜ ِ ﻦ ْا َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ِﻣ َ ن َ آَﺎ,ﻼَﻟ ٍﺔ َﺿ َ ﻰ َ ﻦ َدﻋَﺎ اِﻟ ْ َو َﻣ.ﺷ ْﻴﺌًﺎ َ ْ ﺷ ْﻴﺌًﺎ" ) َروَا ُﻩ ُﻣ َ ﻦ َاﺛَﺎ ِﻣ ِﻬ ْﻢ ْ ﻚ ِﻣ َ ﺺ ذَاِﻟ ْ ﻻ َﻳ ْﻨ ُﻘ َ (ﺴِﻠ ْﻢ 1
Artinya: ”Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW., pernah bersabda: barangsiapa mengajak kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala sejumlah yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka dia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orangorang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa sedikitpun” (H.R. Muslim).
1
Ust. Abdul Wahid, Himpunan Hadits Shahih Muslim, (Surabaya: Arkola, 2004), Cet. 1, Hal. 296-297.
7
PERSEMBAHAN Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak dan ibuku tercinta, bapak H. A. Muflikhin dan ibu Maryati. 2. Kakakku Ahmad Nurul Huda dan Adik-adikku tercinta (Siti Nur Sarofah dan Heni Lutfia). 3. Sahabatku (Zahrotun Na’imah, S.Pd) yang telah menemani hari-hariku dengan penuh kesabaran. 4. Sedulur-sedulur Ikatan Mahasiswa Purwodadi Grobogan (IMPG) yang selalu siap membantuku ketika dalam masalah keuangan. 5. Sahabat-sahabati Be_Five (Sigit, Sofyan, Ali, Eko Alam, Bakir, Dholam, Dhuha, Fitri, Hijriyah, Ulis, Munif, Lishin, Eko HP, Udin, Abadi, dll) yang telah menjadi saudaraku dalam keluarga besar PMII Komisariat Walisongo Semarang. 6. Senior-seniorku (mas Wahib, mas Brekele, mas Dargon, mas Khadlirin, mas Zen, mas Asep, mas Sahlan, mas Bobo, mas Ahwan, mas Ma’as, dll) yang telah membimbingku dalam berorganisasi dan mencari ilmu. 7. Kader-kader PMII Komisariat Walisongo dan PMII Rayon Tarbiyah Komisariat Walisongo Semarang yang selalu menambah khasanah survival kolektif dalam hidupku. 8. Sahabat-sahabati PMII Cabang Grobogan yang selalu siap menerima kehadiranku. 9. Pembaca yang budiman.
8
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah bagi semua umat, keluarga, sahabat dan para pengikut beliau, dan harapan semoga kita mendapat syafa’at di hari akhir nanti. Terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Sudja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 2. Ibu Yulia Romadiastri, M.Sc dan bapak H. Mursyid, M.Ag selaku pembimbing atas saran, arahan, bimbingan dan keikhlasan hati serta kebijaksanaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Saminanto, M.Pd selaku dosen wali, terima kasih atas bimbingannya selama menjadi mahasiswa di Fakultas Tarbiyah. 4. Bapak Abu Sofdjan, A.Md selaku kepala sekolah MTs YASI Kronggen Brati dan Ery Ekawati, S.Pd selaku guru matematika kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati yang telah meluangkan waktu dan memberikan bantuannya selama penulis melakukan penelitian. 5. Segenap bapak dan ibu dosen beserta karyawan dan karyawati di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagi pengetahuan dan pemahaman, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapakku H. A. Muflikhin dan Ibuku Maryati tercinta yang selalu memberikan dukungan moril dan spirituil dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sayang.
9
7. Kakakku Ahmad Nurul Huda dan adikku (Sarofah dan Heni) yang selalu memberikan motivasi dan dukungan terhadap penulis. 8. Teman-temanku Tadris Matematika angkatan 2005 dan sahabat-sahabatku Be_Five, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut. Kepada semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya untaian terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq serta inayah-Nya atas bantuan dan motivasinya dalam penyusunan skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Fungsi pada Peserta Didik Kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Semarang,
Desember 2010
Penulis,
M. Zainal Arifin NIM. 053511272
10
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………...
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………
ii
PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………………….
iii
DEKLARASI ………………………………………………………………..
iv
ABSTRAK …………………………………………………………………...
v
MOTTO ………………………………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN …………………………………………………………...
vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...
xiii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………
xv
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….
3
C. Tujuan Penelitian ..……………………………………………
4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………
4
: LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori ……………………………………………….
6
1. Belajar ……………………………………………………..
6
a) Pengertian Belajar ……………………………………..
6
b) Prinsip-Prinsip Belajar ………………………………...
8
c) Tipe-Tipe Belajar ……………………………………...
9
2. Pembelajaran ………………………………………………
10
3. Model Pembelajaran missouri mathematics project (MMP)
11
4. Hasil Belajar ………………………………………………
14
a) Pengertian Hasil Belajar ………………………………
14
11
b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar …….
14
5. Peserta Didik ……………………………………………...
15
6. Materi Pokok Fungsi ………………………………………
16
a) Pengertian Relasi ……………………………………...
16
b) Menyatakan Relasi …………………………………….
17
c) Pengertian Fungsi ……………………………………..
17
d) Domain, Kodomain dan Range Fungsi ………………
18
e) Banyak Fungsi yang Mungkin Terbentuk dari Dua Himpunan ……………………………………………..
19
f) Menghitung Nilai Fungsi ……………………………..
20
g) Grafik Fungsi dalam Koordinat Cartesius ……………
20
7. Kajian Penelitian yang Relevan ..………………..………..
21
B. Hipotesis Tindakan …………………………………………...
24
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Subyek Penelitian ………………………………..
25
B. Kolaborator …………………………………………………...
25
C. Metode Penelitian …………………………………………….
25
1. Pengertian PTK ……………………………………………
26
2. Langkah-Langkah PTK ……………………………………
27
3. Tujuan dan Manfaat PTK ………………………………….
28
4. Rencana dan Pelaksanaan Tindakan ………………………
29
D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ………………………….
30
1. Pra Siklus ………………………………………………….
30
2. Siklus I …………………………………………………….
30
3. Siklus II ……………………………………………………
32
E. Metode Pengumpulan Data …………………………………..
33
1. Sumber Data ……………………………………………..
33
2. Jenis Data ………………………………………………...
34
3. Cara Pengambilan Data ………………………………….
34
F. Teknik Analisis Data …………………………………………
35
12
1. Hasil Observasi …………………………………………..
35
2. Hasil Evaluasi Siklus Peserta Didik ……………………...
36
G. Indikator Keberhasilan ……………………………………….
37
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Pra Siklus ……………………………………………………..
38
B. Siklus I ……………………………………………………….
39
C. Siklus II ………………………………………………………
42
D. Hasil Penelitian ……………………………………………….
45
1. Hasil Belajar Peserta Didik ………………………………
45
2. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru ..
45
E. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………
46
1. Pra Siklus ………………………………………………….
46
2. Siklus I …………………………………………………….
46
3. Siklus II ……………………………………………………
48
: SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Simpulan ……………………………………………………...
50
B. Saran ………………………………………………………….
50
C. Penutup ……………………………………………………….
51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Relasi “Menyukai” …………………………………………..
16
Gambar 2.2
Relasi “Tanggal Lahir” ..……………………………………
17
Gambar 2.3
Relasi Himpunan A ke Himpunan B ………………………..
18
Gambar 2.4
Relasi Himpunan P ke Himpunan Q ………………………..
18
Gambar 2.5
Relasi Himpunan P ke Himpunan Q ………………………..
19
Gambar 2.6
Grafik Pemetaan Fungsi f(x) = 2x + 1 ………………………
20
Gambar 3.1
Langkah PTK Model John Elliot ……………………………
29
Gambar 4.1
Grafik Hasil Belajar Peserta Didik Pra Siklus dan Siklus I…. 47
Gambar 4.2
Grafik ketuntasan klasikal pada pra siklus dan siklus I...........
Gambar 4.3
Grafik Hasil Belajar Peserta Didik Pra Siklus, Siklus I dan II. 49
Gambar 4.4
Grafik ketuntasan klasikal pada pra siklus, siklus I dan siklus II ..............................................................................................
48
50
14
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Banyaknya fungsi yang mungkin terjadi ..……………………...
19
Tabel 2.2
Pemetaan fungsi f(x) = 2x + 1 ….………………………………
20
Tabel 4.1
Hasil belajar peserta didik pada pra siklus ……………...……...
39
Tabel 4.2
Hasil belajar peserta didik pada siklus I dan II ………………...
45
Tabel 4.3
Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru ……….
45
Tabel 5.1
Peningkatan hasil belajar peserta didik ..……………………….
50
15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Daftar Nama Siswa Kelas VIII A MTs Yasi kronggen Brati Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
Lampiran 2
: Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus
Lampiran 3
: Daftar Kelompok Belajar.
Lampiran 4
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.
Lampiran 5
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II.
Lampiran 6
: Soal Test Evaluasi Siklus I.
Lampiran 7
: Kunci Jawaban Soal Test Evaluasi Siklus I.
Lampiran 8
: Soal Test Evaluasi Siklus II.
Lampiran 9
: Kunci Jawaban Soal Test Evaluasi Siklus II.
Lampiran 10
: Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I.
Lampiran 11
: Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II.
Lampiran 12
: Tabel Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran guru.
Lampiran 13
: Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I.
Lampiran 14
: Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran guru Siklus II.
Lampiran 15
: Dokumentasi Proses Belajar mengajar.
16
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran adalah proses transfer atau perpindahan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Guru dituntut harus menjadi motivator, fasilitator, dan juga pengontrol jalannya pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatanpendekatan maupun metode-metode tertentu agar waktu yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar lebih efektif dan optimal. Guna mencapai hasil yang optimal, peserta didik hendaknya lebih banyak diberikan latihan soalsoal agar peserta didik lebih memahami konsep dari pada materi saja dan juga akan mengenal berbagai macam jenis soal. Selain diberikan soal-soal waktu pembelajaran, peserta didik pada akhir pembelajaran diberikan tugas/ pekerjaan rumah tentang materi yang baru diajarkan sebagai bahan pendalaman materi di rumah. Dalam
kegiatan
belajar
mengajar
agar
seorang
guru
dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, memerlukan wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan belajar mengajar. Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gambaran yang menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi, serta langkah-langkah apa yang diperlukan sehingga tugas-tugas keguruan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.2 Salah satu wawasan yang perlu dimiliki guru adalah tentang model pembelajaran. Guru harus bisa berinteraksi dengan baik dengan peserta didik, oleh karena itu guru harus pandai memilih dan menerapkan model atau metode pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah suatu
2
hlm. 1.
Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet. I,
17
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.3 Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi peserta didik dan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi fisik maupun psikis peserta didik. Karena peserta didik merupakan objek dari pendidikan maka profesionalisme guru dituntut dalam rangka menyukseskan dan mencerdaskan anak bangsa. Peserta didik merupakan makhluk yang aktif dan kreatif juga merasa selalu membutuhkan membutuhkan kebebasan untuk mengembangkan daya fikirnya, oleh sebab itu pula antara guru (pendidik) dan peserta didik harus mempunyai sikap yang penuh dengan kasih sayang dan selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang harmonis sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik. Dan bahkan yang demikian itu justru lebih berhasil dari pada sikap yang kaku dan keras.4 Matematika adalah salah satu pelajaran yang tidak lepas dari soal-soal yang harus diselesaikan. Pada dasarnya matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi termasuk pengetahuan penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan, pengetahuan yang eksak terorganisasi secara sistematis. Dalam pengajaran matematika peserta didik harus mampu memahami konsep matematika, menyelesaikan soal, dan memecahkan masalah-masalah matematika. Keterampilan menghitung dalam menyelesaikan soal dan kemampuan memahami konsep matematika sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, dipastikan peserta didik akan mengalami kesulitan menerima pelajaran matematika pada materi selanjutnya. 3
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 1. 4 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet. 1, hlm. 9.
18
Berdasarkan hasil observasi di MTs YASI Kronggen Brati didapati bahwa proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru hanya memberikan sedikit keterangan kemudian peserta didik diberikan soal latihan tanpa mendapat bimbingan dari guru, sehingga peserta didik lebih cenderung bekerja secara individual dan kurang memahami konsep materi yang disampaikan. Dalam pelajaran matematika sering kali hasil belajar peserta didik masih rendah dan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Seperti pada materi pokok fungsi yang dianggap sulit karena memerlukan kemampuan untuk berfikir, memahami konsep dan kemampuan memahami konstanta suatu variabel. Berdasarkan keterangan guru pula, nilai peserta didik masih rendah. Ini dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian peserta didik yaitu 48,00 yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60,00. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti mengambil langkah yaitu dengan memperbaiki model pembelajaran matematika. Model yang akan diuji cobakan yaitu model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP), dimana model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) ini pada intinya guru lebih banyak memberikan tugas-tugas soal untuk dikerjakan dengan bimbingan dan arahan dari guru sehingga tidak terjadi miskonsepsi dan peserta didik akan lebih terampil dalam mengerjakan berbagai macam jenis soal dan lebih mudah memahami konsep materi. Berdasarkan uraian dan fakta diatas, maka peneliti perlu mengadakan penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI
MATHEMATICS
PROJECT
(MMP)
UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK FUNGSI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs YASI KRONGGEN BRATI TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011”.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
19
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada pelajaran matematika materi pokok fungsi kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati? 2. Apakah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran matematika materi pokok fungsi kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati?
C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada pelajaran matematika materi pokok fungsi. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran matematika materi pokok fungsi kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik a. Meningkatkan pemahaman konsep materi peserta didik. b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengerjakan berbagai model soal baik dalam kelompok maupun individu. c. Melatih kerja sama peserta didik dengan baik dengan kelompoknya maupun kelompok lain. d. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi pokok fungsi. 2. Bagi guru a. Sebagai
bahan
referensi
proses
menggunakan model pembelajaran.
pembelajaran
kelas
dengan
20
b. Memotivasi guru-guru matematika di MTs YASI Kronggen Brati untuk menerapkan model-model pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. 3. Bagi sekolah a. memberikan sumbangsih dalam perbaikan proses pembelajaran di masa yang akan datang. b. Sebagai masukan yang berharga bagi sekolahan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan. c. Untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga guru dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengajar dan pada gilirannya hasil belajar peserta didik akan meningkat. 4. Bagi peneliti a. mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas. b. Mengetahui dan dapat memberikan solusi dalam menghadapi permasalahan yang terjadi di kelas. c. Memiliki pemahaman dan kemampuan yang lebih tentang cara pengelolaan kelas.
21
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. LANDASAN TEORI 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada dari diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya serta perubahan aspekaspek lain yang ada pada individu yang belajar.5 Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi tentang belajar menurut sudut pandang para ahli, yaitu: 1) Clifford T Morgan mengemukakan belajar dengan “ Learning is any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of experience or practice”6. Belajar adalah setiap perubahan relatif tetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari pengalaman dan latihan. 2) Arno F Wittig berpendapat bahwa “Learning can be defined as any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience”7. Belajar adalah perubahan relatif tetap pada tingkah laku manusia yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
5
Anisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009). Cet. 1, hlm.
6
Clifford T Morgan, Introduction to Psychology, (New York: MC. Grow-Hill, 1971), hlm.
7
Arno F Wittig, Psychology of Learning, (New York: MC. Grow-Hill, 1981), hlm. 2.
13. 63.
22
3) Margareth E Bell mengemukakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap.8 4) Muhammad Ali menyatakan bahwa secara umum belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.9 5) Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid mendefinisikan belajar dengan:
ﺧ ْﺒ َﺮ ٍة ﺳَﺎ ِﺑ َﻘ ٍﺔ ِ ﻋﻠَﻰ َ ﻄﺮَا ُء ْ ﻦ ا ْﻟ ُﻤ َﺘ َﻌﱢﻠ ِﻢ ُﻳ ِ ن اﻟ ﱠﺘ َﻌﱡﻠ َﻢ ُه َﻮ َﺗ ْﻐ ِﻴ ْﻴ ُﺮ ﻓِﻲ ذ ْه …ا ﱠ 10
ﺟ ِﺪ ْﻳﺪًا َ ث ِﻓ ْﻴﻬَﺎ َﺗ ْﻐ ِﻴ ْﻴﺮًا ُ ﺤ ُﺪ ْ َﻓ َﻴ
Sesungguhnya belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru. Dari beberapa definisi dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang menimbulkan terjadinya perubahan (baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau pun sikap) yang dialami seseorang dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku sebagai hasil latihan atau pengalaman, dimana perubahan tersebut relatif tetap. Di antara ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut: 1) Perubahan terjadi secara sadar. Maksudnya seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurangnya ia merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya.
8
Margareth E Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Rajawali, 1991). Cet. 1, hlm. 1 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), Cet. 13, hlm. 14 10 Shaleh Abdul Aziz, Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I, (Mesir: Darul Ma’arif, tth), hlm. 169. 9
23
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Ini berarti bahwa perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Positif maksudnya dalam perubahan belajar senantiasa bertambah dan tertuju
untuk
memperoleh
sesuatu
yang
lebih
baik
dari
sebelumnya. Dan perubahan yang besifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan besifat menetap. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Maksudnya perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Maksudnya seseorang akan mengalami perubahan secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.11 b. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut M. Dalyono, setiap orang hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dalam belajar, di antaranya adalah: 1) Kematangan jasmani dan rohani Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Dan kematangan rohani yaitu telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi, dan sebagainya. 2) Memiliki kesiapan 11
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. 44, hlm 3-4.
24
Maksudnya kesiapan adalah dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan mental berarti memiliki tenaga cukup dalam kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental berarti memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan belajar. 3) Memahami tujuan Maksudnya setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya agar tidak menimbulkan kebingungan. Dan prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang agar proses yang dilakukan cepat selesai dan berhasil. 4) Memiliki kesungguhan Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang tidak memuaskan dan banyak membuang waktu serta tenaga. Sebaliknya, belajar dengan sunggah-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu akan lebih efektif. 5) Ulangan dan latihan Maksudnya sesuatu yang dipelajari perlu diulang serta dibuat latihan agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan.12 c. Tipe-tipe belajar Menurut Gagne, dilihat dari segi proses, belajar mempunyai delapan tipe, yaitu: 1) Belajar isyarat (signal learning), yaitu belajar memberikan reaksi pada perangsang. 2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu belajar memberikan
reaksi
yang
berulang-ulang
manakala
terjadi
penguatan. 12
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. 1, hlm. 51-54.
25
3) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubunghubungkan gejala atau faktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kekuatan. 4) Belajar asosiasi verbal, yaitu belajar memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya. 5) Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya. 6) Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. 7) Belajar kaidah atau prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep. 8) Belajar memecahkan masalah, yaitu mengembangkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.13 Kedelapan tipe di atas disusun dimulai dari yang sederhana sampai pada kompleks, dengan kata lain memiliki hubungan hierarki.
2. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.14 Pembelajaran atau dalam istilah lain proses belajar mengajar, atau proses pembelajaran merupakan keterpaduan antara konsep belajar dan konsep mengajar sehingga melahirkan konsep baru yang disebut proses belajar mengajar.15 Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan peserta didik, sedang mengajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh guru. Dua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu 13
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), Cet. 3, hlm. 46. 14 Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2006), hlm. 4. 15 Anissatul Mufarokah, Op.cit, hlm. 25.
26
kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Interaksi peserta didik dan guru dibangun atas dasar empat unsur fundamental dalam kegiatan belajar mengajar. Pertama berkenaan dengan tujuan dari proses belajar mengajar atau proses pembelajaran, kedua mengenai isi atau bahan pembelajaran, ketiga mengenai metode dan alat pembelajaran,
dan
keempat
berkenaan
dengan
penilaian
dalam
pembelajaran. Dalam interaksi tersebut peserta didik diarahkan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, melalui bahan pembelajaran yang dipelajari oleh peserta didik dengan menggunakan berbagai metode dan alat untuk kemudian dinilai ada tidaknya perubahan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan proses belajar mengajar tersebut. Keberhasilan interaksi guru dan peserta didik, salah satu diantaranya bergantung pada bentuk komunikasi yang digunakan guru pada saat mengajar. Oleh karenanya guru harus memiliki kemampuan dalam hal ketrampilan dasar mengajar dengan baik. Oleh sebab itu pula di dalam mengembangkan suatu kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya memperhatikan komponen materi, metode, dan evaluasi saja tanpa memperhatikan proses belajar mengajar atau pembelajaran sebagai suatu keseluruhan dan sebagai suatu sistem.
3. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial16. Salah satu model yang secara empiris dikembangkan melalui penelitian adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project 16
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, hlm. 1.
27
(MMP). Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model yang terstruktur seperti halnya struktur pengajaran matematika (SPM).17 Sebelum membahas mengenai model MMP ada baiknya melihat dahulum struktur pengajaran matematika (SPM). Struktur pengajaran matematika (SPM) adalah tahapan kegiatan dalam proses pembelajaran termasuk perincian waktunya. Komponen struktur pengajaran matematika (SPM) adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan : Apersepsi/ revisi dan motivasi. b) Pengembangan : Pembelajaran konsep. c) Penerapan : Pelatihan penggunaan konsep, pengembangan skiil dan evaluasi. d) Penutup : Penyusunan rangkuman, penugasan. Sedangkan model Missouri Mathematics Project (MMP) dikemas dalam langkah-langkah sebagai berikut: a) Pendahuluan atau review Guru dan peserta didik meninjau ulang apa yang telah tercakup pada pelajaran yang lalu (10 menit). Yang ditinjau adalah: PR, mencongak, atau membuat prakiraan. b) Pengembangan Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep terdahulu. Peserta didik diberi tahu tujuan pelajaran yang memiliki “antisipasi” tentang sasaran pelajaran. Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dan peserta didik harus disajikan termasuk demonstrasi kongkrit yang sifatnya piktorial atau simbolik. Guru merekomendasikan 50 % waktu pelajaran untuk pengembangan. Pengembangan akan lebih bijaksana bila dikombinasikan dengan kontrol latihan untuk menyakinkan bahwa peserta didik mengikuti penyajian materi baru itu. 17
Rachmadi Widdiharto, Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, Http://Mat.Um.Ac.Id/Alat Peraga/Pbm/Model Pembelajaran1.Pdf. Didownload pada Hari Sabtu Tanggal 2 Oktober 2010.
28
c) Kerja kooperatif (latihan terkontrol) Peserta didik diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati kalau-kalau terjadi miskonsepsi. Pada latihan terkontrol ini respon setiap peserta didik sangat menguntungkan bagi guru dan peserta didik. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling mengisi dengan total waktu 20 menit. Guru harus memasukan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkan pencapaian materi yang telah dipelajari. Peserta didik bekerja sendiri atau dalam kelompok belajar kooperatif. d) Seat work/ Kerja mandiri Guru memberikan soal/ ide dan peserta didik bekerja sendiri untuk latihan/ perluasan mempelajari konsep yang disajikan guru pada langkah 2 (pengembangan). e) Penugasan/ PR Memberikan penugasan/ PR kepada peserta didik agar peserta didik juga belajar di rumah sebagai pendalaman materi. Waktu pemberian PR diakhir proses belajar mengajar dan isi/ soal dari PR tersebut tentang materi pelajaran yang baru diajarkan.18 Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: a) Banyak materi yang bisa tersampaikan kepada peserta didik karena tidak terlalu banyak memakan waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat. b) Banyak latihan sehingga peserta didik mudah terampil dengan beragam soal. Di samping memiliki kelebihan, model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) juga memiliki kekurangan, diantaranya: 18
Krismanto, Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika, http://p4tkmatematika.org/download/sma/strategi pembelajaran matematika.pdf, Didownload pada Hari Sabtu Tanggal 2 Oktober 2010.
29
a) Kurang menempatkan peserta didik pada posisi yang aktif. b) Mungkin peserta didik akan cepat bosan karena lebih banyak mendengar.
4. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut kamus umum bahasa indonesia kata hasil berarti (1) sesuatu yang diadakan oleh usaha; (2) pendapatan, perolehan, buah; (3) akibat kesudahan19. Sehingga hasil belajar adalah akibat dari proses perubahan tingkah laku atau interaksi seseorang dengan orang lain atau lingkungannya. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi atau tindak belajar dan tindak mengajar20. Atau hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya21. Hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuannya serta perubahan aspek lain yang ada pada individu belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar dapat dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil dan tidaknya siswa dalam proses pembelajaran, dan ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. 19 20
Poerdaminto, w.j.s., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2002),
hlm. 3. 21
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 13, hlm. 23.
30
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
hasil
belajar
dapat
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri individu yang
belajar, meliputi: aspek fisiologi dan aspek
psikologi. Aspek fisiologi individu yang belajar seperti kondisi umum jasmani yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas subyek belajar. Aspek psikologis yang mempengaruhi hasil belajar adalah kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi. 2) Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang belajar, meliputi: aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan non sosial. Aspek lingkungan sosial antara lain: lingkungan belajar subyek belajar, seperti: guru, asisten, staf administrasi, teman sekelas, keluarga subyek belajar, tetangga dan masyarakat. Aspek lingkungan non sosial antara lain: sarana dan prasarana belajar, kurikulum, administrasi, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan oleh subyek belajar. 3) Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan subyek belajar dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.22
5. Peserta Didik 22
Muhibbin Syah, dkk, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm 132-139.
31
Pendidikan sebagai ilmu mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu ruang lingkup pendidikan adalah peserta didik. Fungsinya adalah belajar, diharapkan peserta didik mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan dan sistem pendidikan.23 Peserta
didik
adalah
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.24 Peserta didik merupakan makhluk yang aktif dan kreatif juga merasa selalu membutuhkan kebebasan untuk mengembangkan daya fikirnya, oleh sebab itu antara guru dan peserta didik harus mempunyai sikap yang penuh dengan kasih sayang dan selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang harmonis, sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik.
6. Materi Pokok Fungsi Sebelum membahas fungsi, terlebih dahulu diberikan definisi mengenai relasi yang menjadi dasar dari fungsi (pemetaan). a. Pengertian Relasi Misal: empat orang anak yaitu Ria, Rian, Reni, dan Revi memilih jenis musik yang mereka sukai. Ternyata: Ria dan Rian memilih musik pop. Rian dan Reni memilih musik rock. Revi memilih musik jazz. Jika A = {Ria, Rian, Reni, Revi}, dan B = {Pop, Rock, Jazz}, maka dapat dibentuk relasi (hubungan) antara anggota-anggota himpunan A dan anggota-anggota himpunan B. Relasi yang tepat dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi “menyukai”. 23 24
Binti Maunah, Op. Cit, hlm. 9. Tim Redaksi Fokusmedia, Op. cit, hlm. 3.
32
A
“menyukai”
Ria Rian Reni Revi
B Pop Rock Jazz
Gambar 2.1 Relasi “Menyukai”. b. Menyatakan Relasi Relasi antara dua himpunan yang ditentukan dapat dinyatakan dengan cara-cara sebagai berikut:25 1) Diagram panah. 2) Diagram cartesius. dan, 3) Himpunan pasangan berurutan. c. Pengertian Fungsi Misalkan ada data kelahiran dari lima orang anak sebagai berikut: Nina tanggal kelahirannya 26 Desember. Dini tanggal kelahirannya 22 Januari. Dudi tanggal kelahirannya 30 November. Erwin tanggal kelahirannya 26 Desember. Anita tanggal kelahirannya 10 Juli. Dari data diatas dapat dinyatakan dalam diagram panah yang menyatakan relasi dari himpunan nama-nama anak A = {Nina, Dini, Dudi, Erwin, Anita} ke himpunan tanggal-tanggal kelahiran B = {26 Desember, 22 Januari, 30 November, 10 Juli}. A Nina Dini Dudi Erwin Anita 25
“Tanggal lahir”
B
26 des 22 jan 30 nov 10 juli
M. Cholik Adinawan dan Sugijono, Matematika SMP Jilid 2A untuk SMP Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 36.
33
Gambar 2.2 Relasi “Tanggal lahir”. Fungsi dari himpunan A ke himpunan B atau dinotasikan dengan f: A
B adalah suatu relasi yang memasangkan setiap anggota
himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B.26 d. Domain, Kodomain, dan Range Fungsi B A 0 1 2 3
0 3 6 9 10
Gambar 2.3 Relasi himpunan A ke himpunan B. Pada gambar diatas menyatakan sebuah fungsi dari himpunan A ke himpunan B. Pada gambar di atas diperoleh hubungan: 0 anggota himpunan A, dipasangkan dengan 0 anggota himpunan B. 1 anggota himpunan A, dipasangkan dengan 3 anggota himpunan B. 2 anggota himpunan A, dipasangkan dengan 6 anggota himpunan B. 3 anggota himpunan A, dipasangkan dengan 9 anggota himpunan B. Himpunan A disebut daerah asal fungsi (domain) dan dinotasikan dengan Df, himpunan B disebut daerah kawan fungsi (kodomain) dan dinotasikan dengan Kf, sedangkan himpunan dari petapeta atau pasangan disebut daerah hasil (range) dan dinotasikan dengan Rf27. Dengan demikian Df = {0,1,2,3}, Kf = {0, 3, 6, 9, 10}, dan Rf = {0,3,6,9}. e. Banyak Fungsi yang Mungkin Terbentuk dari Dua Himpunan 26
Cucun Cunayah, dkk, Pelajaran Matematika untuk SMP/ MTs Kelas VIII, (Bandung: Yrama Widya, 2007), Cet. I, Ed. ke-2, hlm. 55. 27 Ibid, hlm. 58.
34
Banyaknya fungsi yang mungkin terbentuk dari dua himpunan, bergantung pada banyaknya anggota masing-masing himpunan itu. P
Q
P
Q q1
q1 p
p
q2 (a)
q2 (b)
Gambar 2.4 Relasi himpunan P ke himpunan Q. Banyaknya fungsi atau pemetaan yang mungkin dari himpunan P dengan n(P) = 1 ke himpunan Q dengan n(Q) = 2 adalah 2 buah. P
Q
p1 p2
q
Gambar 2.5 Relasi himpunan P ke himpunan Q. Banyaknya fungsi atau pemetaan yang mungkin dari himpunan P dengan n(P) = 2 ke himpunan Q dengan n(Q) = 1 adalah 1 buah. Tabel 2.1 Banyaknya fungsi yang mungkin terjadi. Banyak anggota himpunan P
Q
1 2 . . k
M m . . M
Banyak fungsi atau pemetaan yang mungkin
dari
himpunan
P
ke
himpunan Q m1 m2 . . mk
Dari tabel di atas, diperoleh rumus sebagai berikut: Jika banyak anggota himpunan P adalah k buah (n(P) = k) dan banyak anggota himpunan Q adalah m buah (n(Q) = m), maka banyaknya
35
fungsi atau pemetaan yang mungkin dari himpunan P ke himpunan Q adalah n(Q)n(P) = mk buah.28 f. Menghitung Nilai Fungsi Misalkan suatu fungsi f ditentukan oleh aturan f(x) = 3x + 2. Apabila f(x) = y, maka y = 3x + 2. Menghitung nilai fungsi f untuk x {-1, 0, 1, 2} sama seperti mencari range untuk fungsi f, yaitu dengan cara sebagai berikut. Untuk x = -1, maka f(-1) = 3(-1) + 2 = -1, Untuk x = 0, maka f(0) = 3(0) + 2 = 2, Dan seterusnya. Jika diperhatikan, ternyata nilai variabel y bergantung pada variabel x sehingga variabel y disebut variabel bergantung dan variabel x disebut variabel bebas. g. Grafik Fungsi dalam Koordinat Cartesius Misalkan x peubah pada himpunan M = {0, 1, 2, 3, 4} dan fungsi f: M
C dengan f(x) = 2x + 1, untuk C himpunan bilangan
cacah. Untuk memudahkan cara menulis maupun membaca fungsi dari setiap x, maka dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut. Tabel 2.2 Pemetaan fungsi f(x) = 2x + 1. X
f(x)= 2x + 1
Pasangan berurutan
0
2(0) + 1 = 1
(0, 1)
1
2(1) + 1 = 3
(1, 3)
2
2(2) + 1 = 5
(2, 5)
3
2(3) + 1 = 7
(3, 7)
4
2(4) + 1 = 9
(4, 9)
Dari tabel di atas dapat digambar grafik sebagai berikut. Y 28
Cucun Cunayah, Ibid, hlm. 65.
36
9 8 7 6 5 4 3 2 1
X 0 1 2 3 4 5 6
Gambar 2.6 Grafik pemetaan fungsi f(x) = 2x + 1. 7. Kajian Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan29. Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ilmiah dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperkuat teori dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan topik pembahasan. Dan untuk menunjang teori dasar penelitian, maka berikut ini akan dipaparkan beberapa pustaka yang memiliki kesamaan dengan obyek penelitian yang akan dilaksanakan. Pustaka tersebut berupa buku dan hasil penelitian, di antaranya sebagai berikut: a. Skripsi yang disusun oleh Fery Eko Sugiarto mahasiswa jurusan Matematika FMIPA UNNES, tahun 2009 dengan judul “Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Materi Pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Ungaran”.30 29
Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Tarbiyah Press, 2008), cet. 4, hlm. 41. 30 Fery eko sugiarto, Skripsi, Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Materi Pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Ungaran, (Semarang: Perpustakaan UNNES, 2009).
37
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) terhadap hasil belajar matematika materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada peserta didik kelas X SMAN 1 Ungaran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) lebih efektif dari pembelajaran ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t, ternyata thitung = 4,01 > ttabel = 1,666. Pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak dan nilai tes kemampuan pemahaman konsep lebih baik. b. Skripsi yang disusun oleh Tri Handayani mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika FKIP UMS, tahun 2009 dengan judul “Peningkatan Aktivitas peserta didik dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Missouri Mathematics Project (MMP) (PTK Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta)”.31 Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas peserta didik dan prestasi belajar peserta didik melalui pendekatan Missouri Mathematics Project (MMP). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, 1) pembelajaran matematika dengan pendekatan Missouri Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan aktivitas belajar. hal ini dapat dilihat dari: a) aktivitas peserta didik dalam mengerjakan soal latihan di depan kelas sebelum penelitian 13,16%, putaran I meningkat menjadi 21,05%, putaran II meningkat menjadi 26,32%, putaran III meningkat menjadi 63,15%. b) aktivitas peserta didik dalam mengemukakan ide sebelum penelitian 13,16%, putaran I meningkat menjadi 23,68%, putaran II meningkat menjadi 39,47%, putaran III meningkat menjadi 60,53%. c) aktivitas peserta didik bertanya 31
Tri Handayani, Skripsi, Peningkatan Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Missouri Mathematics Project (MMP) (PTK Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta), (Surakarta: Perpustakaan FKIP UMS, 2009).
38
sebelum penelitian 10,53%, putaran I meningkat menjadi 21,05%, putaran II meningkat menjadi 26,32%, putaran III meningkat menjadi 65,79%. d) aktivitas peserta didik dalam mengerjakan tugas sebelum penelitian 50%, putaran I meningkat menjadi 65,78%, putaran II menjadi 73,68%, putaran III meningkat menjadi 78,99%. Hasil penelitian juga menunjukan 2) adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar sebelum penelitian 26,32%, putaran I meningkat menjadi 39,47%, putaran II meningkat menjadi 50%, putaran III meningkat menjadi 65,78%. c. Skripsi yang disusun oleh Dyah Mursitowati mahasiswi jurusan pendidikan matematika FKIP UMS, tahun 2009 dengan judul “Eksperimen Model Missouri Mathematics Project (MMP) dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Geometri Ditinjau dari Kemandirian Peserta Didik (Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Nogosari Boyolali Tahun 2008/ 2009)”.32 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) pengaruh model pembelajaran MMP terhadap prestasi belajar matematika, 2) pengaruh kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika, 3) interaksi antara model pembelajaran MMP dan kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Terdapat pengaruh model pembelajaran MMP dengan model konvensional terhadap prestasi belajar matematika peserta didik dengan Fobs = 14,89. 2) Tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika dengan Fobs = 0,04. 3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemandirian belajar peserta didik 32
Dyah Mursitowati, Skripsi, Eksperimen Model Missouri Mathematics Project (MMP) dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Geometri Ditinjau dari Kemandirian Peserta Didik (Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Nogosari Boyolali Tahun 2008/ 2009), (Surakarta: Perpustakaan FKIP UMS, 2009).
39
terhadap prestasi belajar matematika dengan Fobs = 0,28. Ini berarti model MMP lebih efektif dari model konvensional yang tidak bergantung pada kemandirian belajar peserta didik. Skripsi yang diatas hanya sebagai hanya merupakan referensi bagaimana penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
dan
apakah
penggunaan
model
pembelajaran
Missouri
Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan hasil peserta didik.
B. HIPOTESIS TINDAKAN Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai akhirnya terbukti melalui data yang terkumpul.33 Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan kelas dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar matematika kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati pada materi pokok fungsi setelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, hlm. 71.
40
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester I dan dilaksanakan selama 30 hari, dimulai 16 Oktober sampai 15 November 2010 di MTs YASI Kronggen Brati yang berlokasi di Jln. Mandalika Permas Desa Kronggen RT 04 RW II Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Kode Pos 58153. Adapun subyek penelitian ini adalah kelas VIII A yang berjumlah 28 peserta didik, yang terdiri dari 11 peserta didik putra dan 17 peserta didik putri.
B. Kolaborator Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, kolaborasi (kerjasama) antara guru dan peneliti menjadi hal yang penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang melahirkan kesamaan tindakan. Kegiatan kolaborasi dilakukan agar
41
dapat meringankan dan membantu guru mencari jalan keluar permasalahan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari melalui penelitian tindakan kelas.34 Dalam penelitian kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru Matematika yaitu Ery Ekawati, S.Pd karena pengalaman beliau sudah lama diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dalam melaksanakan
perbaikan-perbaikan
dilaksanakan.
Sedangkan
yang
pembelajaran melakukan
selama
penelitian
pengamatan
terhadap
berlangsungnya proses belajar mengajar atau tindakan adalah peneliti.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun penjelasan mengenai PTK adalah sebagai berikut: 1. Pengertian PTK Penelitan tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologis sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya35. Dalam literatur berbahasa Inggris penelitian tindakan kelas (PTK) sering disebut dengan classroom action research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.36 34
Risman Sikumbang (ed.), Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), Cet. 1, hlm. 28. 35 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), Cet. 4, hlm. 13. 36 Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: Widya Karya, 2009), Cet. 1, hlm. 10.
42
Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dan bisa dikatakan juga bahwa PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi nyata dimana praktik pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan di dalam kelas.37 Ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas, yaitu: a. PTK adalah suatu pendekatan yang meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. b. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan pratiknya sendiri. c. PTK dikembangkan melalui self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting , the re-planning. d. PTK
adalah
kolaboratif,
melibatkan
partisipan
bersama-sama
bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. e. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpatisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK. f. PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. g. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (guru).
37
hlm. 8.
Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN Malang Press, 2008). Cet. 1,
43
h. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantang (memberikan hipotesis tindakan). i. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis.38 2. Langkah-Langkah PTK Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah PTK yang diadaptasi dari Kember, D dan M. Kelly, yaitu: a. Pra-refleksi Adalah mencari data sebelum dilakukannya tindakan. Dalam PTK sebenarnya adalah mempromosikan perubahan, dan untuk melaporkan adanya perubahan perlu merekam situasi atau keadaan sebelum dan sesudah tindakan. Teknik observasi dapat digunakan sebelum dan sesudah terjadi perubahan untuk mengetahui pengaruh perubahan tersebut. b. Perencanaan Hasil yang sangat penting dari tahap perencanaan adalah rencana rinci mengenai tindakan yang ingin kerjakan atau perubahan yang dilakukan. Pada tahap ini dilakukan persiapan pembelajaran seperti identifikasi awal, membuat skenario pembelajaran, menyiapkan alat evaluasi dan sebagainya. c. Tindakan Pelaksanaan
tindakan
merupakan
suatu
kegiatan
yang
dilaksanakan dalam skenario pembelajaran atau merupakan realisasi dari tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Tindakan berupa
38
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 7, hlm. 105.
44
proses
belajar
mengajar
yang
melibatkan
seluruh
komponen
pembelajaran dengan aktor utama guru dan peserta didik. d. Pengamatan Pengamatan adalah proses pengambilan data dari pelaksanaan tindakan atau kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Setiap perilaku peserta didik dan guru yang terjadi dalam proses belajar mengajar yang menuju pada tercapainya tujuan pembelajaran menjadi fokus pengamatan. e. Refleksi Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada peserta didik, guru, dan suasana kelas. Atau mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil analisis.39 3. Tujuan dan Manfaat PTK Pada dasarnya tujuan dari PTK adalah untuk memperbaiki praktik pembelajaran, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi baik, meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja peserta didik meningkat, serta dapat meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak didik dan masyarakat. Adapun manfaat PTK menurut Suyanto yang dikutip oleh Subyantoro adalah: a. Inovasi pembelajaran. b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas. c. Peningkatan profesionalitas guru. 4. Rencana dan Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ada dua siklus, dan tiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan
39
Subyantoro, Op. cit, hlm. 28-33.
45
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Langkahlangkah penelitiannya dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
Pelaksanaan
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Refleksi
Siklus berikutnya? Gambar 3.1 Langkah PTK model John Elliot.40
D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika materi pokok fungsi. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan materi yang saling berhubungan, yaitu: 1. Siklus I
: Fungsi.
2. Siklus II
: Nilai fungsi.
Adapun standar kompetensi materi pokok fungsi adalah memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus, dan kompetensi dasar
40
Ibid, hlm. 10.
46
materi pokok fungsi adalah memahami relasi, fungsi dan menentukan nilai fungsi. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilakukan meliputi: 1. Pra Siklus Dalam pra siklus ini peneliti melihat pembelajaran matematika pada materi sebelumnya yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang kurang menarik minat peserta didik dalam belajar matematika. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada materi sebelumnya yang belum memenuhi KKM, yaitu 60,00.
2. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanaan meliputi: 1) Mengidentifikasi keadaan awal peserta didik yang meliputi jumlah dan nilai peserta didik serta informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan. 2) Merencanakan pembelajaran matematika pada materi pokok fungsi melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yang
terdiri
atas
menyusun
silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja kelompok, lembar kerja mandiri, dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran. 3) Membuat format lembar observasi, yaitu lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru 4) Menyiapkan alat evaluasi yang berupa tes essai untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar. b. Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada materi pokok fungsi dapat dijabarkan sebagai berikut:
47
1) Guru membuka pelajaran dan mengecek kehadiran peserta didik. 2) Guru memberikan apersepsi pada peserta didik dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. 3) Guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. 4) Guru memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya. 5) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. 6) Guru memberikan soal yang diselesaikan dalam kelompok. 7) Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas dan membenarkan jawaban yang salah. 8) Guru mengkondisikan peserta didik untuk mengembalikan keadaan tempat duduk seperti semula. 9) Guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan secara individual. 10) Guru mengoreksi jawaban peserta didik dan membenarkan jawaban yang salah. 11) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. 12) Guru memberikan tes tertulis essai pada peserta didik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi yang sudah dipelajari.
c. Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk mengamati jalannya pelaksanaan tindakan,
yaitu
memantau
jalannya
pembelajaran
Missouri
Mathematics Project (MMP) pada materi pokok fungsi, yang terdiri dari: 1) Pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini aspek yang diamati adalah apersepsi, penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP), dan menutup kegiatan belajar-mengajar. 2) Mengamati hasil belajar peserta didik.
48
3) Mengamati dan mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. Selama guru menyajikan pembelajaran, peneliti melakukan pencatatan-pencatatan tentang pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengisian lembar observasi guru dan peserta didik dilakukan oleh peneliti. d. Refleksi Dan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peneliti secara kolaboratif pada tahap ini adalah: 1) Menganalisis dan mendiskusikan hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari tahap pengamatan. 2) Mengkaji mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus II. 3) Melakukan perbaikan terhadap rencana awal. 4) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I.
3. Siklus II Untuk pelaksanaan siklus II secara teknis sama seperti pelaksanaan siklus I. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I dan berdasarkan hasil refleksi siklus I, dan secara garis besar akan dijelaskan langkah-langkah siklus II sebagai berikut: a. Perencanaan Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus I. b. Pelaksanaan Guru melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus I, adapun langkah-langkah pembelajarannya seperti pada siklus I. Dalam siklus II membahas tentang nilai fungsi. c. Pengamatan
49
Guru melakukan pengamatan yang sama pada siklus I. d. Refleksi Pada tahap ini peneliti dan guru kelas mendiskusikan hasil pengamatan untuk mendapatkan simpulan. Pada siklus ini diharapkan sudah mencapai indikator keberhasilan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok fungsi di MTs YASI Kronggen Brati.
E. Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari 2 sumber yaitu peserta didik dan guru. Data dari peserta didik digunakan untuk mendapatkan data tentang
keberhasilan
penerapan
model
pembelajaran
Missouri
Mathematics Project (MMP), yang dilihat dari hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Dan data dari guru digunakan untuk melihat apakah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sesuai dengan konsep
awal
atau
menggunakan
model
pembelajaran
Missouri
Mathematics Project (MMP).
2. Jenis Data Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, yaitu: a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar peserta didik) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif pada penelitian ini adalah data hasil belajar peserta didik. b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat. Data kualitatif pada penelitian ini adalah data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru.41 41
Suharsimi Arikunto, dkk, Op. cit, hlm. 131.
50
3. Cara Pengambilan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode untuk pengambilan data, yaitu: a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.42 Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama dan jumlah peserta didik, serta data awal tentang kemampuan peserta didik memahami pelajaran matematika pada materi pokok fungsi
sebelum
menggunakan
model
pembelajaran
Missouri
Mathematics Project (MMP). b. Metode Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.43 Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan dengan teknik langsung dalam situasi sebenarnya selama model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) diterapkan dalam pembelajaran, dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru. c. Metode Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.44 42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, hlm. 158. 43 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. 2, hlm. 158. 44 Suharsimi Arikunto, Op. cit, hlm. 150
51
Metode ini digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik dikaitkan dengan penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project
(MMP).
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan tes essai.
F. Teknik Analisis Data 1. Hasil Observasi Hasil observasi proses pembelajaran adalah lembar observasi guru yang dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan: NP = Persentase nilai hasil peserta didik yang diperoleh n = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal45 Nilai tersebut dimasukkan dalam kategori: 80 – 100 %
= Sangat baik
66 – 79 %
= Baik
56 – 65 %
= Cukup baik
40 – 55 %
= Kurang baik
≤ 39 %
= Gagal46
2. Hasil Evaluasi Siklus Peserta didik Hasil evaluasi siklus tiap siklus diperoleh dari nilai tes akhir siklus berupa soal essai. Kemudian dari data yang diperoleh dapat dianalisis nilai rata-rata peserta didik, ketuntasan individu, dan ketuntasan klasikal setelah adanya tindakan. a. Nilai Rata-Rata Peserta didik 45
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 13, hlm. 184. 46 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksra, 2006), Cet. 6, hlm. 245.
52
Nilai rata-rata peserta didik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Nilai rata-rata Jumlah nilai peserta didik Jumlah peserta didik47 b. Ketuntasan Individu Ketuntasan individu dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:48
Indikator keberhasilan peserta didik dikatakan tuntas belajar jika memperoleh nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 60,00. c. Ketuntasan Klasikal Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:49
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal dikatakan tuntas jika rata-rata kelas yang diperoleh di atas nilai KKM dan minimal 85% dari jumlah peserta didik, mencapai nilai 60,00.
47
Ibid, hlm. 264 Asep Jihad, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet 3, hlm. 130. 49 Zainal Aqib, dkk, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK, (Bandung: Yrama Widya, 2009), Cet 1, hlm. 41. 48
53
G. Indikator Keberhasilan Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah jika hasil belajar peserta didik mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60,00 yang telah ditetapkan sekolah. Sedangkan ketuntasan klasikal adalah 85% dari jumlah peserta didik yang tuntas.50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Siklus Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2010 dengan guru matematika kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati Ibu Ery 50
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karateristik, Implementasi, dan Inovasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 11, hlm. 99.
54
Ekawati, S.Pd, didapatkan informasi bahwa proses pembelajaran di MTs YASI Kronggen Brati belum mencapai hasil yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Hal ini disebabkan peserta didik merasa bosan dengan model pembelajaran yang dipakai oleh guru yaitu metode konvensional (ceramah) kemudian guru memberikan soal latihan tanpa bimbingan dari guru sehingga seringkali terjadi miskonsepsi pada peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Padahal seperti yang diketahui bahwa pelajaran matematika khususnya materi pokok fungsi memerlukan pemahaman konsep yang jelas, kemampuan untuk berfikir dan kemampuan memahami konstanta suatu variabel, agar peserta didik dapat mengerjakan soal-soal dengan tepat dan benar. Tetapi dalam kenyataannya peserta didik cenderung dilepas tanpa diberi bimbingan dan mencontoh temannya dari pada berusaha mengerjakan sendiri, akibatnya nilai ulangan harian peserta didik menjadi rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata ulangan harian kelas VIII A pada pra siklus yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditentukan yaitu 60,00. Berdasarkan data nilai hasil belajar peserta didik yang didapat dari Ibu Ery Ekawati, S.Pd , nilai ulangan harian kelas VIII A pada materi sebelumnya, yaitu nilai rata-rata peserta didik adalah 48 dengan ketuntasan klasikalnya 42,86%, ini menyatakan bahwa hasil pembelajarannya belum tuntas. Hal tersebut ditunjukan pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4. 1 Hasil belajar peserta didik pada pra siklus. Keterangan
Jumlah
Peserta didik tuntas
10
Peserta didik tidak tuntas
18
Jumlah peserta didik
28
55
Nilai terendah
30
Nilai tertinggi
72
Nilai rata-rata hasil belajar Ketuntasan klasikal
48,00 42,86 %
B. Siklus I Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I dilaksanakan oleh Ibu Ery Ekawati, S.Pd sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti sekaligus sebagai pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII di MTs YASI Kronggen Brati. Penelitian yang telah dilakukan akhirnya diperoleh data-data yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Perencanaan Dalam siklus I ini peneliti dan guru bersama-sama mempersiapkan: a.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan penelitian.
b.
Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
c.
Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari selasa dan kamis tanggal 19 dan 21 Oktober 2010. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Proses pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran peserta didik. Kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan dan memberikan motivasi kepada peserta didik. Materi pokok yang dipelajari adalah fungsi yang sebelumnya diawali dengan materi relasi yang merupakan materi pra syarat. Dalam menyampaikan materi, guru juga memberikan contoh soal beserta penyelesaiannya. Kemudian guru mempersilahkan peserta didik untuk mencatat materi yang disampaikan. Dari penjelasan guru di depan kelas,
56
ada beberapa peserta didik yang bertanya karena masih belum memahami materi yang disampaikan oleh guru. Guru menjelaskan lagi materi yang belum dipahami oleh peserta didik, dan dari penjelasan tersebut peserta didik menjadi paham. Kemudian guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok diskusi dan memberikan soal untuk dikerjakan dan didiskusikan dalam kelompok. Guru mendampingi masing-masing kelompok untuk mengantisipasi jika ada miskonsepsi dalam memahami dan menyelesaikan soal. Kemudian guru mengoreksi bersama peserta didik sambil membenarkan jawaban yang salah. Setelah membenarkan jawaban peserta didik, guru meminta peserta didik mengembalikan tempat duduk seperti semula. Kemudian guru memberikan soal latihan lagi untuk dikerjakan individual. Pada saat mengerjakan soal latihan individu, peserta didik banyak yang berbincangbincang dan bercanda. Kemudian guru meminta peserta didik untuk fokus pada soal dan mengerjakan soal. Suasana yang tadinya ramai karena banyak yang ngobrol kini berubah menjadi kondusif dan berjalan dengan baik. Setelah semua selesai, guru mengoreksinya bersama peserta didik sambil membenarkan jawaban yang salah. Sebelum pelajaran diakhiri, guru memberikan soal untuk dikerjakan di rumah sebagai latihan dan menyampaikan akan dikoreksi pada pertemuan selanjutnya. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran dengan do’a dan salam yang kemudian dijawab oleh peserta didik. Pada pertemuan kedua proses pembelajaran berjalan seperti sebelumnya. Perbedaan yang terlihat pada pertemuan kedua, penyampaian materi lebih ditekankan pada materi yang belum dipahami oleh peserta didik dan pemanfaatan waktu. Pembelajaran pada pertemuan kedua ditutup dengan pemberian tes evaluasi yang dikerjakan secara individual. 3. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus pertama, adalah sebagai berikut:
57
a.
Guru aktif memberikan pengarahan kepada peserta didik yang belum paham, peserta didik yang ramai dan selalu mendampingi, membimbing kerja kelompok.
b.
Guru telah memberikan motivasi dan apersepsi kepada peserta didik.
c.
Peserta didik belum sepenuhnya bisa menggunakan waktu yang ada dengan baik.
d.
Peserta didik kurang aktif berpendapat dan bertanya kepada teman dalam kelompok ketika diskusi berlangsung, hanya sebagian saja bertanya pada guru.
4. Hasil Refleksi Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada siklus I masih banyak kekurangankekurangan yang harus diperbaiki. Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti dan guru berdiskusi dan menyimpulkan hal-hal yang masih kurang dalam siklus I dan perlu perbaikan adalah: a. Kerjasama peserta didik dalam kelompok masih kurang, sehingga kegiatan diskusi belum berjalan sebagaimana mestinya. b. Masih banyak peserta didik yang ramai sendiri dengan cara berbicara dan bercanda dengan teman lain. c. Banyak peserta didik belum berani untuk bertanya, meskipun belum memahami materi sehingga dalam mengerjakan soal banyak terjadi miskonsepsi. d. Pengkondisian waktu belum tertata dengan baik, sehingga peserta didik merasa batas waktu yang diberikan kurang lama. e. Penjelasan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik masih kurang, sehingga peserta didik belum cukup paham dengan materi yang diberikan. f. Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
58
Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti dan guru untuk siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Guru mengupayakan agar peserta didik aktif dalam kelompok, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik dan akan memberi pengarahan manfaat kerjasama dalam kelompok. b. Guru harus memberikan semangat agar peserta didik mau berpendapat dan bertanya kepada guru. c. Guru akan lebih menyesuaikan waktu yang ada dan meminta peserta didik lebih menghargai dan memanfaatkan waktu. d. Guru membuat strategi agar peserta didik mudah menerima pelajaran dengan waktu yang singkat. e. Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan sehingga perlu dilakukan siklus II.
C. Siklus II 1. Perencanaan Dalam siklus II ini peneliti dan guru bersama-sama mempersiapkan: a.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan penelitian.
b.
Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
c.
Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan
2. Pelaksanaan tindakan Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa indikator keberhasilan belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang belum sempurna di siklus I diperbaiki di siklus II. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 dan 28 Oktober 2010. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Proses pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran peserta didik. Pokok
59
bahasan yang dipelajari adalah nilai fungsi. Guru memberi motivasi kepada peserta didik dan memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi fungsi dan relasi. Dalam mengingat kembali tentang materi tersebut peserta didik berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan pra syarat yang diajukan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik bagi yang belum paham untuk diulang secukupnya. Kemudian guru menjelaskan materi nilai fungsi di depan kelas. Pada saat menjelaskan materi, peserta didik sudah mulai kondusif dan tidak ramai seperti pada siklus I, kemudian guru mempersilahkan peserta didik untuk bertanya jika ada yang belum dipahami. Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok diskusi seperti pada siklus I. Kemudian guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan dan didiskusikan dalam kelompok. Guru memberikan pengarahan agar semua anggota kelompok ikut serta dalam berdiskusi. Guru juga memberikan bimbingan secara merata kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru mempersilahkan masing-masing kelompok untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan guru membenarkan jawaban yang salah. Mereka sangat antusias untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, ini dibuktikan banyaknya peserta didik yang mengangkat tangan sebagai perwakilan kelompok untuk maju ke depan. Guru membubarkan kelompok untuk kembali ke tempat masingmasing. Setelah semua selesai, guru memberikan soal latihan lagi yang dikerjakan secara individu. Sebelum pelajaran diakhiri, guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah sebagai bahan belajar. Kemudian guru menyampaikan kepada peserta didik tugas rumah tersebut akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran dengan do’a dan salam yang kemudian dijawab oleh peserta didik. Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran seperti pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua ini guru menekankan pada materi nilai fungsi yang belum dipahami peserta didik. Soal latihan yang diberikan
60
juga tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Kemudian guru memberikan soal evaluasi untuk menetahui hasil tindakan. Pembelajaran diakhiri dengan do’a dan salam yang kemudian dijawab peserta didik dengan salam. 3. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus II, adalah sebagai berikut: a. Guru telah meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan pengarahan ketika mereka tidak semangat dan malas. b. Peserta
didik
lebih
bisa
memahami
materi
ketika
guru
menyampaikannya dengan baik. c. Guru dan peserta didik dapat menggunakan waktu secara baik dan bermanfaat. d. Peserta didik sudah berani bertanya kepada guru ketika ada materi yang belum dipahami. 4. Hasil Refleksi Pada tahap ini peneliti mengadakan refleksi dengan guru partner, hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut: a. Guru mampu meningkatkan motivasi peserta didik dan memberikan apersepsi kepada peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar. b. Peserta didik sudah berani bertanya kepada guru ketika ada materi yang belum dipahami. c. Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan. d. Peserta didik yang mendapat nilai tertinggi diumumkan oleh guru pada pertemuan berikutnya. D. Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik materi pokok fungsi melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan hasil pengamatan pembelajaran oleh guru. Berikut disajikan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan.
61
1. Hasil Belajar Peserta Didik Hasil belajar peserta didik pada siklus I dan II melalui model Missouri Mathematics Project (MMP), ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil belajar peserta didik pada siklus I dan II. No
Hasil belajar peserta didik
Siklus I
Siklus II
1.
Peserta didik yang tuntas
20
26
2.
Peserta didik yang belum tuntas
8
2
3.
Jumlah peserta didik
28
28
4.
Nilai terendah
46
56
5.
Nilai tertinggi
82
96
6.
Nilai rata-rata
62,07
71,57
7.
Ketuntasan klasikal
71,74 %
92,86 %
Pada tabel 4.2 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik pada siklus I (lihat lampiran 10) dan siklus II (lihat lampiran 11). 2. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran siklus I dan II melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP), ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru. No
Hasil Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I
Siklus II
1.
Skor yang didapat
35
44
2.
Skor maksimum
48
48
3.
Persentase nilai
72,91 %
91,67 %
4.
Kategori
Baik
Baik sekali
Skor yang didapat adalah skor hasil pengamatan pembelajaran oleh guru yang diperoleh pada siklus I (lihat lampiran 13) dan siklus II (lihat lampiran 14). Pada skor maksimum, skor tertinggi adalah 48 didapat dari pengamatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru mulai dari
62
kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan penutup yang ada 12 poin pengamatan sedangkan setiap poin berbobot minimal 1 dan bobot maksimal 4.
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pra Siklus Pada pra siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai ulangan harian materi pokok sebelumnya pada kelas VIII A, yaitu 48,00 dengan ketuntasan klasikalnya 42,86%, yaitu 10 peserta didik tuntas dari 28 peserta didik, dan dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik masih tergolong belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum. Hal tersebut dikarenakan guru masih menggunakan model konvesional
(ceramah)
dan
kurang
membimbing
dalam
proses
pembelajaran, sehingga peserta didik kurang merespon materi dan menjadikan peserta didik kurang memahami konsep materi dalam pembelajaran. Dari permasalahan di atas kemudian peneliti dan guru mendiskusikan untuk mencari solusinya. Dari hasil diskusi dan refleksi, maka disepakati alternatif untuk pemecahan masalah yang akan diterapkan dalam siklus I, adalah penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Siklus I Pada tahap pelaksanaan siklus I yang diajarkan adalah materi fungsi dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dalam proses pembelajaran. Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada siklus I, yaitu sebelum penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) nilai terendah peserta
63
didik adalah 30 dan nilai tertinggi 72, sedangkan setelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) nilai terendah peserta didik menjadi 42 dan tertinggi 82. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 48,00 menjadi 62,07 dan ketuntasan klasikal dari 42,86 % meningkat menjadi 71,74 %, yaitu peserta didik tuntas dari 10 peserta didik menjadi 20 peserta didik dari 28 peserta didik. Walaupun belum memenuhi indikator keberhasilan, namun hal itu sudah menunjukkan bahwa peserta didik mulai tertarik dengan penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project sehingga dapat mendorong keinginan peserta didik untuk memahami materi pokok fungsi. Peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut dapat dilihat dari gambar 4.1 berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Pra siklus Siklus I
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata
Gambar 4.1. Grafik hasil belajar peserta didik pra siklus dan siklus I. Sedangkan ketuntasan klasikal peserta didik pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat dari gambar 4.2 berikut:
64
80 70 60 50 40 30 20 10 0
71.74
42.86
Pra siklus Siklus I
Ketuntasan klasikal
Gambar 4.2 Grafik ketuntasan klasikal pada pra siklus dan siklus I. Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran oleh guru sudah menunjukkan kategori baik dengan jumlah presentase sebesar 72,91 %. Dari pengamatan peneliti hasil belajar peserta didik sudah mengalami peningkatan, meskipun belum mencapai indikator yang sudah ditetapkan. Selanjutnya guru dan peneliti mengevaluasi pembelajaran pada siklus I sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus selanjutnya. Dan dari hasil evaluasi diperoleh beberapa catatan, yaitu: a. Peserta didik belum terbiasa menyelesaikan permasalahan dengan diskusi kelompok. b. Peserta didik belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP), sehingga proses pembelajaran masih sedikit kacau. c. Masih ada peserta didik yang nilainya di bawah KKM. Alternatif pemecahan dari masalah di atas sebagai tindak lanjut untuk melaksanakan siklus II, yaitu: a. Guru lebih maksimal dalam membimbing peserta didik dalam berdiskusi kelompok maupun individu. b. Guru memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran.
65
c. Guru lebih menekankan pada pemahaman konsep dan penguasaan materi pokok fungsi.
3. Siklus II Pada siklus II hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan, yaitu nilai rata-rata pada pra siklus dari 48,00, menjadi 62,67 pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 71,57 dengan ketuntasan klasikal pada pra siklus 42,86 %, siklus I 71,74 %, dan siklus II meningkat menjadi 92,86 %. Nilai terendah dari 30 pada pra siklus, 46 pada siklus I, menjadi 56 pada siklus II, dan dari nilai tertinggi 72 pada pra siklus, menjadi 82 pada siklus I, dan meningkat menjadi 96 pada sklus II. Hal ini dikarenakan peserta didik sudah mulai terbiasa dengan pemberian tugas dan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada siklus I, sehingga pada siklus II peserta didik sudah dapat mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut dapat dilihat dari gambar 4.3 berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rata-rata
Gambar 4.3. Grafik hasil belajar peserta didik pra siklus, siklus I dan II. Sedangkan ketuntasan klasikal peserta didik pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat dari gambar 4.4 berikut:
66
92.86
100
71.74
80 60
Pra siklus Siklus I Siklus II
42.86
40 20 0 Ketuntasan klasikal
Gambar 4.4. Grafik ketuntasan klasikal pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran oleh guru melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) sudah menunjukkan kategori baik sekali dengan persentase sebesar 91,67 %, ini berarti guru sudah menguasai model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
dan
melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II, menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan, dan dalam pelaksanaan tindakan peserta didik sudah bisa menyesuaikan diri dengan kelompok belajarnya, dengan pengarahan dari guru, sehingga secara umum dapat dikatakan proses pembelajaran telah berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan perencanaan. Pada siklus II ini dikatakan tuntas, karena pada hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator yang ingin dicapai dan dengan melalui model Missouri Mathematics Project (MMP) dapat memberikan pengalaman berharga pada peserta didik karena menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerjasama antar anggota kelompok. Dari data-data di atas dapat membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
67
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi pokok fungsi pada peserta didik kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati, dilakukan melalui menjabarkan kompetensi dasar yang ada dalam silabus ke dalam rencana pelaksanaan pembelajara (RPP). Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu: pendahuluan atau review, pengembangan, kerja kooperatif (latihan terkontrol), seat work (kerja mandiri), dan penugasan atau PR. 2. Penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada materi pokok fungsi dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati. Adapun peningkatan dari hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut: Tabel 5.1 Peningkatan hasil belajar peserta didik. Hasil Belajar
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siswa tuntas
10
20
26
Siswa belum tuntas
18
8
2
Jumlah siswa
28
28
28
Nilai rata-rata
48,00
62,07
71,57
42,86 %
71,74 %
92,86 %
Ketuntasan klasikal
B. SARAN Berdasarkan pada penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin memberikan saran yang dapat dapat dijadikan masukan dalam peningkatan proses dan hasil dari pembelajaran, yaitu:
68
1. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) perlu diterapkan oleh guru terutama pada materi yang memerlukan analisis, karena dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.. 2. Guru atau peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP), hendaknya mempersiapkan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat dan bahan yang ingin dipakai dalam proses pembelajaran, serta pengelolaan kelas dengan baik agar tercapai hasil yang maksimal.
C. PENUTUP Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi
kekuatan
dan
banyak
inspirasi
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan bangga. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi kemajuan pendidikan di sekolah tempat penelitian pada khususnya dan nasional pada umumnya. Penulis berharap pula kepada pembaca yang bijak, mampu menyaring inti dari hasil penelitian dan mengambil kesimpulan yang bijak pula bagi kemajuan bersama. Amiin.
69
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M. Cholik dan Sugijono, Matematika SMP Jilid 2A untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2004. Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007, Cet. 13. Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya, 2008, Cet. 4. , dkk, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK, Bandung: Yrama Widya, 2009, Cet 1. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet. 13. , Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksra, 2006, Cet. 6. , dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. 7. Aziz, Shaleh Abdul, Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I, Mesir: Darul Ma’arif, tth. Bell, Margareth E, Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali, 1991, Cet. I. Cunayah, Cucun, dkk, Pelajaran Matematika untuk SMP/ MTs Kelas VIII, Bandung: Yrama Widya, 2007, Cet. I, Ed. ke-2. Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, Cet. 1. Ghony, Djunaidi, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN Malang Press, 2008. Cet. 1. Handayani, Tri, Skripsi, Peningkatan Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Missouri Mathematics Project (MMP) (PTK Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta), Surakarta: Perpustakaan FKIP UMS, 2009. Jihad, Asep, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008, Cet. 3. Krismanto, Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika, http://p4tkmatematika.org/download/sma/strategi pembelajaran matematika.pdf, Didownload pada Hari Sabtu Tanggal 2 Oktober 2010. Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, Cet. 2. Maunah, Binti, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009, Cet. I. Mudjiono, Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2002.
70
Mufarokah, Anissatul, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras, 2009, Cet. I. Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karateristik, Implementasi, dan Inovasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, Cet. 11. Mursitowati, Dyah, Skripsi, Eksperimen Model Missouri Mathematics Project (MMP) dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Geometri Ditinjau dari Kemandirian Peserta Didik (Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Nogosari Boyolali Tahun 2008/ 2009), Surakarta: Perpustakaan FKIP UMS, 2009. Morgan, Clifford T, Introduction to Psychology, New York: MC. Grow-Hill, 1971. Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Tarbiyah Press, 2008, Cet. 4. Poerdaminto, w.j.s., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Sikumbang, Risman (ed.), Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. 44. Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Widya Karya, 2009. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998, Cet. 3. , Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. 13. Sugiarto, Fery eko, Skripsi, Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Materi Pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Ungaran, Semarang: Perpustakaan UNNES, 2009. Syah, Muhibbin, dkk, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosdakarya, 2004. Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokusmedia, 2006. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, Cet. 1. Wahid, Abdul, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya: Arkola, 2004, Cet. 1. Widdiharto, Rachmadi, Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, Http://Mat.Um.Ac.Id/Alat Peraga/Pbm/Model Pembelajaran1.Pdf. Didownload pada Hari Sabtu Tanggal 2 Oktober 2010. Wittig, Arno F, Psychology of Learning, New York: MC. Grow‐Hill, 1981.