Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
MODEL OPEN ENDED BERBASIS REINFORCEMENT BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN 18 DANGIN PURI DENPASAR UTARA Pt. Laksmi Darmayanti1, Md. Putra2, Md. Suara3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran Open Ended berbasis reinforcement dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SDN 18 Dangin Puri tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SDN 18 Dangin Puri tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 84 siswa. Sampel yang digunakan setelah dilakukan matching dan random sampling adalah kelas VA SDN 18 Dangin Puri sebanyak 35 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB SDN 18 Dangin Puri yang berjumlah 35 siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes dengan jenis tes uraian, kemudian data dianalisis dengan teknik uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model open ended berbasis reinforcement dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata post-test pada kelompok eksperimen sebesar 75,71, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 66,14. Demikian pula hasil analisis uji-t yang menunjukkan thitung = 5,70 dan ttabel = 2,00 untuk dk = 68 dengan taraf signifikansi 5%. Sehingga thitung > ttabel (5,70 > 2,00) maka Ho ditolak dan Ha diterima.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Open Ended berbasis reinforcement terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di SDN 18 Dangin Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Kata kunci: Model open ended berbasis reinforcement, hasil belajar IPS . Abstract This study aims to determine significant differences in social science’s learning outcomes between students who take the Open Ended model based reinforcement learning and students who take conventional learning in the fifth grade at SDN 18 Dangin Puri academic year 2013/2014. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent control group design. Populations involved are fifth grade students at SDN 18 Dangin Puri academic year 2013/2014 amounted to 84 students. Samples were used after matching and random sampling is VA grade of SDN 18 Dangin Puri as many as 35 students as the experimental group and VB grade of SDN 18 Dangin Puri, amounting to 35 students as a control group.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Methods of data collection using the test method with essay examination type, then the data were analyzed by t-test technique. The results showed there are significant differences in social science’s learning outcomes between students who take the Open Ended model based reinforcement learning and students who take conventional learning. It is seen from the average value of the post-test in the experimental group was 75.71, while the control group was 66.14. Similarly, the results of the t-test analysis showed tcount = 5.70 and ttable = 2.00 for df = 68 with a significance level of 5%. So, tcount > ttable (5.70 > 2.00), then Ho is rejected and Ha accepted. Based on these results it can be concluded that there are effect of open ended model based reinforcement towards social science’s learning outcomes of V grade at SDN 18 Dangin Puri North Denpasar academic year 2013/2014. Keywords: Open Ended model based reinforcement, social science’s learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat karena merupakan sarana utama dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Suatu negara akan lebih berkembang dengan baik apabila pendidikan warganya dikelola dan ditata dengan baik pula. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam membangun masyarakat, oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri. Mudyaharjo (2001:11) menyatakan pendidikan adalah pengalamanpengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuankemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Salah satu bentuk lembaga pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat berjalannya suatu proses pembelajaran dimana ada siswa, kurikulum dan tenaga pendidik. Di Indonesia pada umumnya, jenjang sekolah formal terdiri dari pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang menjadi fondasi bagi keberlanjutan pendidikan seorang anak.
Dalam pembelajaran di sekolah dasar, seorang anak harus ditanamkan konsep secara aktif sehingga pembelajaran tersebut lebih bermakna. Kebermaknaan suatu pembelajaran di sekolah dasar menuntut guru agar lebih inovatif dalam mengembangkan model - model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang pembelajarannya lebih banyak berorientasi pada penanaman nilai-nilai di masyarakat. Dengan perubahan jaman yang semakin maju, siswa SD sebagai generasi muda dihadapkan pada berbagai perubahan yang menuntut mereka untuk siap menghadapi tantangan globalisasi. Pembelajaran IPS yang dilakukan di SD juga haruslah bermakna agar pemahaman siswa akan pentingnya hidup bermasyarakat dan konsep-konsep sosial tersebut dan melekat lebih lama.Pembelajaran IPS di SD yang bermakna akan terlaksana dengan baik apabila guru mampu mengelola suatu pembelajaran yang banyak melibatkan siswa. Pembelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 7-12 tahun.Anak berusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Gunawan, 2011:38) berada dalam perkembangan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkret operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkret), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pesan yang bersifat abstrak. Konsepkonsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, dan nilai adalah konsepkonsep yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Banyak cara dan teknik yang dikaji agar IPS yang memiliki konsepkonsep abstrak dapat dipahami oleh siswa SD. Melalui teori Bruner yaitu jembatan bailey, dapat mengkonkretkan yang abstrak dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang dan keterangan lanjut dengan kata-kata yang dapat dipahami siswa. Maka dari itu IPS SD bergerak dari yang konkret ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah ke yang lebih sukar, dari dekat semakin jauh, dan seterusnya. Pembelajaran inovatif menjadi salah satu cara dalam pengelolaan suatu proses pembelajaran yang bermakna. Menurut Suyatno (2009:6), pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.Pada kenyataannya, masih banyak proses pembelajaran di sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran inovatif namun belum maksimal. Hal ini menyebabkan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran belum optimal, yang tidak tertutup kemungkinan justru akan membuat hasil belajar siswa stagnan atau bahkan menurun. Guru tentu berperan sangat besar dalam hal ini. Guru dewasa ini dituntut untuk melek informasi terutama mengenai model pembelajaran inovatif terbaru. Penerapan model pembelajaran inovatif yang bervariasi membuat penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa. Penyajian bahan pelajaran ini
termasuk pemberian masalah-masalah pada siswa yang merangsang siswa untuk berpikir. Inovasi dan variasi akan membuat kelas menjadi lebih hidup karena siswa mengalami aktivitas. Namun, inovasi yang belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran inovatif dan pembelajaran yang berpusat pada guru masih peneliti temui di sekolah. Variasi dalam penggunaan model dan metode pembelajaran juga terkadang luput dari perhatian guru. Hal ini menyebabkan kurangnya semangat dan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajarnya. Seringkali pemberian penguatan luput diberikan oleh guru kepada siswa yang telah mampu menunjukkan kemampuannya di kelas. Hal ini secara tidak langsung membuat motivasi siswa menurun dan tidak mau mengulangi lagi tindakan yang justru sudah benar ia lakukan. Tingkah laku yang baik, ketepatan waktu mengerjakan tugas, kerapian pekerjaan, kreativitas dan keaktifan siswa adalah hal-hal yang patut guru berikan penguatan atau reinforcement agar siswa tetap berperilaku baik atau bahkan ditingkatkan lagi. Model open ended atau masalah terbuka merupakan model yang muncul atas dasar pendekatan open ended yang telah populer diterapkan pada pelajaran matematika. Model pembelajaran open ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Model ini lahir sekitar dua puluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, dalam Inprasitha 2006). Pada prinsipnya model pembelajaran open ended sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Menurut Suyatno (2009:62) model pembelajaran open ended adalah pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka, artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Pada model open ended, masalah yang diberikan adalah masalah yang bersifat terbuka (open ended problem) atau masalah tidak lengkap (incomplete problem).Menurut Suherman dkk (2003:123) problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga open ended problem atau soal terbuka. Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah open ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir. Model open ended yang telah cocok diterapkan dalam pelajaran matematika, diujicobakan dalam pelajaran IPS. Model open ended yang merupakan model dengan basis masalah terbuka akan melatih siswa untuk terbiasa melakukan investigasi dalam menyelesaikan masalah. Selain itu siswa akan memahami bahwa proses penyelesaian suatu masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang diperoleh. Model open ended memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Sehingga dengan pemberian kesempatan berpikir bebas kepada siswa dalam menyelesaikan permasalahan IPS, model open ended dapat memberi dampak yang baik bagi perkembangan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model open ended, penghargaan memiliki arti penting. Ketika siswa mampu menunjukkan kreativitas dan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah terbuka, ia harus mendapatkan penghargaan dari gurunya.
Tingkah laku dan penampilan siswa yang positif diberikan penghargaan dalam bentuk senyuman atau pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilannya. Menurut Hasibuan (1991:56) penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Pemberian penguatan atau reinforcement dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya terlihat sederhana baik dalam pengorganisasian maupun dalam penerapannya. Misalnya tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, dan anggukan. Pemberian penguatan atau reinforcement oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran dengan model open ended dimaksudkan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dan merangsang keaktifan siswa baik dalam berinteraksi baik dengan guru, teman-temannya, maupun sumber belajar, sehingga dapat membantu siswa memahami materi pelajaran. Model open ended berbasis reinforcement adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah terbuka secara kreatif yang diikuti dengan penguatan oleh guru yang merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam proses belajarnya. Sintaks pembelajaran open ended berbasis reinforcement adalah 1) menyajikan masalah, 2) pengorganisasian pembelajaran, 3) catat respon siswa, 4) pemberian penguatan, 5) bimbingan dan pengarahan, dan 6) membuat kesimpulan. Model open ended merupakan model yang memiliki ciri-ciri yaitu adanya masalah terbuka yang memungkinkan adanya banyak cara dalam menyelesaikan masalah tersebut atau bisa juga memiliki banyak jawaban benar. Model open ended berarti memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui aktivitas-aktivitas real life dengan menyajikan fenomena alam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
seterbuka mungkin pada siswa. Bentuk penyajian fenomena dengan terbuka ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada masalah atau soal atau tugas terbuka. Model pembelajaran open ended berbasis reinforcement memiliki beberapa keunggulan antara lain: 1) siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya, 2) siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif, 3) siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri, 4) siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan, dan 5) siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. Berdasarkan paparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model open ended berbasis reinforcement dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (metode ekspositori) siswa kelas V SDN 18 Dangin Puri Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan tujuan untuk menguji pengaruh suatu model pembelajaran dengan menerapkan treatment pada suatu kelompok subjek penelitian. Desain penelitian ini menggunakan “Nonequivalent Control Group Desain”. Pada desain ini baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dibandingkan. Dua kelompok tersebut diberikan pre-test, kemudian diberikan perlakuan dan terakhir diberikan post-test (Emzir, 2011:102). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 18 Dangin Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini, pemilihan sampel yang digunakan adalah
teknik sampel jenuh. Artinya, seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel. Untuk membuktikan kelas secara empirik, maka dilakukan penyetaraan dengan teknik matching. Matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih (Darmadi, 2011:197). Teknik matching dilakukan dengan menjodohkan nilai pre-test siswa kelas VA SDN 18 Dangin Puri dan siswa kelas VB SDN 18 Dangin Puri. Untuk penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan teknik random sampling. Berdasarkan hasil matching yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu 35 sampel matching dari kelompok control, yaitu kelas VB dan 35 sampel dari kelompok eksperimen yaitu kelas VA. Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen yaitu model open ended berbasis reinforement. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variable bebas. Variabel terikat adalah hasil belajar (kognitif) IPS siswa. Definisi operasional dari masing-masing variable yaitu: 1) model open ended berbasis reinforcement adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan /pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah terbuka secara kreatif yang diikuti dengan penguatan oleh guru yang merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam proses belajarnya, 2) Pembelajaran konvensional atau metode ekspositori yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu konsep belajar yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran baik berupa konsep maupun teori yang telah biasa digunakan dalam pembelajaran IPS. Tahapan dari pembelajaran konvensional diawali dengan penjelasan singkat dari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa diajarkan konsep-konsep pelajaran yang biasanya dicatat dan dihafalkan,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
serta pemberian contoh soal dan diakhiri dengan latihan soal-soal, 3) Dalam penelitian ini hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan materi pelajaran IPS setelah mengalami proses pembelajaran (selama periode penelitian yang dilakukan). Hasil belajar IPS dalam penelitian ini merupakan penggabungan antara nilai kognitif dan afektif kemudian diperoleh hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa setelah menjawab tes hasil belajar IPS yang diberikan di akhir penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data hasil belajar IPS. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 18 Dangin Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes, yaitu pengumpulan data penelitian dengan menggunakan tes. Data tentang hasil belajar IPS dikumpulkan dengan tes hasil belajar IPS yang disusun sendiri oleh peneliti. Data hasil belajar IPS ranah kognitif dikumpulkan menggunakan metode tes jenis uraian (essay examination). Menurut Sudjana (2009:35) tes uraian adalah salah satu bentuk tes tertulis yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Tes uraian juga disebut sebagai tes yang menggunakan pertanyaan terbuka. Tes uraian memiliki beberapa keunggulan antara lain: 1) mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi, 2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa baik lisan maupun tertulis dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan, 3) dapat melatih kemampuan berpikir teratur dan penalaran. Yakni berpikir logis, analitis, dan sintetis, 4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, dan 5) adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soal tanpa
memakan waktu yang lama, serta guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa. Aspek kognitif yang diteliti dalam penelitian ini hanya empat tingkatan kemampuan berpikir saja, yakni pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Memeriksa jawaban soal-soal uraian tidak semudah tes objektuf sekalipun telah ada kunci jawabannya. Setiap jawaban soal uraian harus dibaca seluruhnya sebelum diberi skor sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Skoring atau pemberian skor dapat dilakukan dalam berbagai bentuk misalnya 1-4 atau 1-10, bahkan bisa pula 1-100. Namun yang paling umum digunakan adalah skor 1-4 atau 1-10. Dengan demikian guru tidak akan memberikan angka nol pada jawaban yang salah. Guru hanya dapat memberikan nilai nol apabila siswa tidak menjawab sama sekali. Instrumen penelitian sebelum digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen. Validasi instrumen dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur dengan hal yang akan diukur (Koyan, 2004:59). Untuk menguji validitas butir instrumen yang bersifat politomi digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagi berikut. rxy = (Purwanto,2013:122) Berdasarkan uji validitas diperoleh sebanyak 12 butir soal yang valid dan 8 soal yang tidak valid. Setelah dilakukannya uji validitas akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Menurut Sukiman (2012:191), reliabilitas tes atau keajekan berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes akan menghasilkan kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan pada soal yang valid saja. Dari hasil perhitungan uji reliabilitas tes yang telah dilaksanakan nilai r11 adalah 0,794. Sesuai dengan kriteria, maka tes yang dipakai sebagai post test memiliki derajat reliabiltas yang tinggi.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Data ini dianalisis dengan menggunakan statistik deksriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data, menggarap, memaparkan serta menyajikan hasil olahan. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, mean,median, modus, dan standar deviasi. Sedangkan statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial diawali dengan melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis melalui uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan data hasil belajar IPS siswa diperoleh perhitungan rata-rata (mean) kelompok eksperimen = 75,71, standar deviasi kelompok eksperimen = 6,85 dan varians kelompok eksperimen = 46,916 selanjutnya hasil perhitungan rata-rata (mean) kelompok kontrol = 66,14 standar deviasi kelompok kontrol = 7,2 dan varians kelompok kontrol = 51,951. Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian maka terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat. Analisis uji prasyarat meliputi: uji normalitas data dan uji homogenitas varians terhadap kedua kelompok. kelompok eksperimen pada tabel harga tabel Chi square hitung x2hitung = 5,14 dengan dk = 5 dan taraf signifikan 5% maka harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung < x2tabel (5,14 < 11,07) maka Ho diterima atau Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar IPS kelompok
eksperimen dapat dikategorikan berdistribusi normal. Sedangkan hasil belajar dari hasil posttest kelompok kontrol pada tabel harga Chisquare hitung x2hitung = 4,53 dengan dk = 5 dan taraf signifikan 5% maka harga x2tabel =11,07, karena x2hitung< x2tabel (4,53 < 11,07) maka Ho diterima atau Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar IPS kelompok kontrol dapat dikategorikan berdistribusi normal. Hasil post-test kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terbukti bahwa keduanya berdistribusi normal. Berikutnya dilakukan uji homogenitas varians menggunakan uji F dari Havley. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung= 1,11, Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel yang diperoleh dari tabel nilai-nilai distribusi F dengan derajat kebebasan pembilang = 35 – 1 = 34 dan derajat kebebasan penyebut = 35 – 1 = 34 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan tabel nilai-nilai distribusi F diperoleh Ftabel sebesar 1,69. Sehingga diperoleh harga Fhitung < Ftabel (1,11 < 1,69) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti varians data hasil belajar IPS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama atau homogen. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data yang didapatkan dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji–t. Rangkuman hasil analisis uji-t data hasil posttest hasil belajar IPS siswa disajikan pada Tabel 1.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tabel 1. Hasil Analisis Uji Data Post-test No
Sampel
N
Dk
1
Kelompok eksperimen
35
68
2
Kelompok kontrol
35
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 5,70. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel . Harga ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam distribusi t dengan dk = 35 + 35 – 2 = 68 dan taraf signifikansi 5% . Bersadarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi t diperoleh harga ttabel sebesar 2,00, karena thitung > ttabel (5,70 > 2,00) maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model open ended berbasis reinforcement dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (metode ekspositori) pada siswa kelas V SDN 18 Dangin Puri Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Pre test yang dilaksanakan dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kemampuan akademik siswa anggota sampel penelitian. Dari pengujian yang dilaksanakan melalui teknik matching, diperoleh hasil bahwa kemampuan akademik siswa kelas kontrol dan eksperimen dapat dikatakan setara dengan adanya masing-masing kelompok sebanyak 35 siswa yang memiliki nilai yang sama. Artinya sebelum diberikan perlakuan kemampuan awal yang dimiliki siswa setara, hal ini menunjukan bahwa perbedaan hasil belajar yang ada setelah diberikan perlakuan adalah pengaruh dari perbedaan perlakuan (treatment) yang diberikan pada sampel penelitian. Perlakuan diberikan sabanyak 6 kali pada masing – masing kelas, setelah diberikan perlakuan dilanjutkan dengan pemberian post test. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan adanya
75,71
46,916
66,14
51,951
thitung
ttabel
Status
5,70
2,00 H0 ditolak Ha diterima
perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan melalui model open ended berbasis reinforcement dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (metode ekspositori) dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SDN 18 Dangin Puri Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Perbedaan ini ditunjukan oleh rata – rata hasil belajar IPS siswa, pada kelas eksperimen memiliki nilai rata – rata 75,71 sedangkan kelas kontrol 66,14. Hasil perhitungan analisis data juga mempertegas perbedaan hasil belajar tersebut. Dengan taraf signifikan 5% dan dk = 68 nilai ttabel = 2,00, sedangkan berdasarkan hasil pengujian hipotesis nilai thitung = 5,70. Jadi, berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui ttabel < thitung sehingga perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas kontrol dan eksperimen adalah signifikan. Hal ini terjadi karena model open ended berbasis reinforcement memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan berbasis penguatan kembali yang memberikan pengaruh positif bagi siswa. Selain itu, model ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Sehingga dengan pemberian kesempatan berpikir bebas kepada siswa dalam menyelesaikan permasalahan IPS, model open ended berbasis reinforcement diharapkan dapat memberi dampak yang baik bagi perkembangan siswa. Menurut Suyatno (2009:62) model pembelajaran open ended adalah pembelajaran dengan problem (masalah)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) terbuka, artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model open ended, penghargaan memiliki arti penting. Ketika siswa mampu menunjukkan kreativitas dan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah terbuka, ia harus mendapatkan penghargaan dari gurunya. Tingkah laku siswa yang positif diberikan penghargaan dalam bentuk senyuman atau pujian yang merupakan penguatan terhadap penampilannya. Menurut Hasibuan (1991:56) penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Pemberian penguatan atau reinforcement dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya terlihat sederhana baik dalam pengorganisasian maupun dalam penerapannya. Misalnya tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, dan anggukan. Hal ini diterapkan pada kelompok eksperimen dengan lebih intens dan bervariasi. Berbeda dengan pembelajaran IPS pada kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional, yang dalam konteks penelitian ini merupakan metode ekspositori yang biasa diterapkan pada pembelajaran pada umumnya. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran
mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori ini mengakibatkan siswa kurang aktif dan tergantung pada gurunya sebagai sumber belajar, hal ini menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan melalui model open ended berbasis reinforcement dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (metode ekspositori) dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SDN 18 Dangin Puri Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Kresna Wibawa (2013) yang mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe open ended berbantuan media audio visual dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Mengwi Kabupaten Badung. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan model open ended berbasis reinforcement yaitu 75,71 dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (metode ekspositori) yaitu 66,14. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dari pada ttabel (5,70 > 2,00), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model open ended berbasis reinforcement dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penerapan model open ended berbasis reinforcement terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 18
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Dangin Puri Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah bagi guru, dengan diadakan penelitian ini, guru hendaknya dapat berinovasi dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan model open ended berbasis reinforcement dan memfasilitasi pembelajaran sebagai bahan pertimbangan dalam mencari alternatif pendekatan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Bagi siswa, melalui penelitian ini siswa mendapat pengalaman yang secara langsung yang dapat membantu mereka dalam meningkatkan hasil belajar mereka secara optimal, serta terbantu dalam cara belajar dan pemahaman tentang konsepkonsep pelajaran IPS. Hal ini disebabkan karena model open ended berbasis reinforcement diyakini dapat membantu siswa untuk lebih inovatif dan mampu memecahkan suatu masalah dengan kreatif. Bagi peneliti, setelah dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung sebagai calon guru Sekolah Dasar dalam mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah. Bagi sekolah, hasil penelitian ini hendaknya dapat dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS: Filosofi,Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta Hasibuan, J.J.dkk. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Inprashita, Maitree. 2006. Open-Ended Approach and Teacher Education. Tersedia pada www.human.tsukuba.ac.jp/~mathedu/2514. pdf Tsukubu Journal of Educational Study in Mathematics (Vol. 25). Thailand: Khon Kaen University diakses pada 15 Desember 2013) Kresna Wibawa, I Gusti Agung Gede. 2013. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open Ended Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus II Mengwi Kabupaten Badung. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan Umumnya dan Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya ------------------.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Takahashi, Akihiko. 2005. What is The Open-Ended Approach. Presentasi disajikan dalam The Park City Mathematics Institute, Secondary School Teachers Program, DePaul University, Chicago IL. June 27-July 15, 2005
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)