ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
MODEL DISAIN KURIKULUM AKADEMIK SEBAGAI ALTERNATIF MENDISAIN KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh: Muhammad Win Afgani, S.Si., M.Pd. e-mail :
[email protected]
ABSTRACT Curriculum was an important component in learning process. Curriculum design of Mathematics Education should be based on structure of knowledge, so that the learning process of students had a meaning. This curriculum design was built by using model of academic curriculum design. The organization of curriculum also must considered the factor of scope, continuity, balance, and time allocation. So, by produce a good curriculum, then it would impact to the quality of graduate students positively. Key words: Curriculum, Academic curriculum design, Curriculum organization A. Pendahuluan Keberadaan Kurikulum dalam proses pembelajaran merupakan salah satu instrument penting terlaksananya proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dari
beberapa
factor
yang
mempengaruhi
kualitas
proses
pembelajaran, kurikulum bisa dianggap menjadi prioritas utama untuk diperhatikan. Hal ini tidak lain karena kurikulum merupakan rencana pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik. Bahkan dalam pengertian lebih luas, keberadaan kurikulum tidak saja terbatas pada materi yang akan diberikan di dalam ruang kuliah, melainkan juga meliputi apa saja yang sengaja diadakan atau ditiadakan untuk dialami peserta didik. Kurikulum merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Kurikulum merupakan jabaran dari tujuan pendidikan nasional yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum. Kurikulum sangat menghendaki penyelenggaraan
pendidikan
secara 1
utuh
atau
menyeluruh,
artinya
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
penyelenggaraan dan pengembangan kurikulum merumuskan tentang kompetensi peserta didik. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, atau dengan kata lain tercapainya aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Iskandar, 2009) Dalam sejarah perkembangan psikologi khususnya psikologi belajar, menunjukkan bahwa proses pemindahan (transmission) itu tidak mudah, memerlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar proses belajar itu bisa berlaku. Syarat tersebut adalah perangsang (stimulus), adanya gerak balas (response), dan gerak balas harus diberi penguatan (reinforcement), ketiganya dapat dibangun melalui kurikulum yang ditawarkan kepada peserta didik (Langgulung, H dalam Iskandar, 2009). Jarome Bruner (1986, dalam Rusman, 2009) menyarankan bahwa disain kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran harus didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang dapat diperoleh dari prinsip-prinsip tertentu yang mendasarinya dan memberi struktur kepada suatu disiplin ilmu tersebut. Hal ini tidak terjadi pada kurikulum program studi pendidikan matematika Universitas PGRI Palembang tahun akademik 2012/2013. Salah satunya menempatkan mata kuliah matematika diskrit pada semester IV yang merupakan disiplin ilmu yang mendasari mata kuliah computer dan pemrograman yang ada di semester III, karena menurut Munir, R. (2010), computer digital bekerja secara diskrit. Informasi yang disimpan dan dimanipulasi oleh computer dalam bentuk diskrit. Mahasiswa yang mengambil kuliah yang berhubungan dengan computer dan pemrograman akan menemui kesulitan jika tidak mempunyai landasan matematis dari matematika diskrit, karena kebanyakan kuliah tersebut sering mengacu kepada konsep-konsep di dalam matematika diskrit. Oleh karena itu, posisi kurikulum menjadi mata rantai yang urgen dan tidak dapat begitu saja diabaikan dalam konteks peningkatan kualitas lembaga pendidikan, Kurikulum yang tidak terstruktur tersebut yang melandasi penulis untuk mengkaji disain kurikulum seperti apa yang dapat diimplementasikan di program
2
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
studi pendidikan matematika, khususnya Universitas PGRI Palembang, dan perguruan tinggi pada umumnya yang dapat mengakomodir psikologi belajar peserta didik dan sesuai hirarki pembelajaran matematika. Tujuannya untuk mengetahui disain kurikulum yang sesuai pendidikan matematika, sehingga berdampak pada peningkatan kemampuan kognitif peserta didik dan terutama nantinya diharapkan menjadi alumni yang berkualitas. . Disain kurikulum menjadi keharusan dalam perguruan tinggi dalam menentukan arah dan tingkat capaian peserta didik dalam belajar. Tanpa kurikulum yang baik, maka dapat dipastikan akan menyebabkan peserta didik dalam hal ini adalah mahasiswa akan menjadi alumni yang kurang berkualitas. Itulah sebabnya, disain kurikulum haruslah berangkat dari visi, misi perguruan tinggi, pengembangan fakultas/jurusan/program studi, aspek potensi peserta didik, aspek pengembangan sikap mental, aspek pengembangan potensi dasar peserta didik, aspek tagihan belajar, aspek kebutuhan dan lapangan kerja. B. Posisi Kurikulum dalam Transformasi Pembelajaran Pada umumya, proses pembelajaran bisa dipandang sebagai transformasi input menjadi output. Dengan memandang sub sistem yang terkait, maka proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut: Input Instrumental
Input Purposif
Proses
Output
Input Environmental Gambar 1. Transformasi Pembelajaran Gambar ini memberikan pengertian bahwa input berpengaruh bagi proses pembelajaran. Input purposive adalah peserta didik yang akan mengalami proses pembelajaran. Pada input ini tidak bisa dilakukan manipulasi. Demikian juga dalam kerangka mikro, input environmental tidak bias dimanipulasi. Hal ini
3
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
menyangkut suasana luar proses situ sendiri. Adapun yang sifatnya manipulative adalah input instrumental, termasuk didalamnya adalah kurikulum. Tenaga pendidik bertugas untuk memanipulasi sedemikian rupa, sehingga kedua input yang lain itu dapat ditransformasikan menjadi output yang diinginkan. Adapun output dari proses ini adalah peserta didik yang telah mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi pada perilaku peserta didik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dimana prinsip-prinsip pengembangan kurikulum sesuai Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36, yaitu sebagai berikut: a) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. c) Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: 1. Peningkatan iman dan taqwa 2. Peningkatan akhlak mulia 3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik 4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan 5. Tuntutan pembangunan daerah 6. Tuntutan dunia kerja
4
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan agama 8. Dinamika perkembangan global 9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan d) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik agar kompetensinya berkembang menuju pencapaian tujuan pendidikan. Pengembangan potensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Untuk itu pembelajaran perlu dikemas sedemikian rupa sehingga mampu menarik dan merangsang peserta didik. e) Beragam dan terpadu Pengembangan kurikulum memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang, dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status social, ekonomi, dan jender. Kurikulum mencakup seluas-luasnya subjek pelajaran atau materi perkuliahan dan muatannya harus mengarah keterkaitan di antara butir-butir kurikulum. f) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Pengembangan kurikulum memperhatikan perkembangan sains, teknologi, dan seni yang berkembang sangat cepat dan dinamis. Kurikulum hendaknya memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan tersebut. g) Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum relevan dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari peserta didik, kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
5
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
karena itu, diperlukan keterampilan atau keahlian menghadapi hidup, seperti keterampilan pribadi, berpikir, social, akademik, dan vokasional. h) Menyeluruh dan berkesinambungan Menyeluruh mencakup keseluruhan kompetensi, keilmuan, materi perkuliahan yang dipelajari, strategi dan metode pembelajaran yang dipergunakan serta pengalaman belajar yang tersedia. Berkesinambungan bermakna semua itu direncanakan dan dibangun dari pengalaman belajar sebelumnya. i) Belajar sepanjang hayat Peserta
didik
pembudayaan,
belajar dan
seumur
hidup
pemberdayaan.
melalui
proses
Pengembangan
pengembangan,
kurikulum
meliputi
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang memberikan kompetensi dan keahlian kepada peserta didik yang perlu dipelajari agar terus belajar sepanjang hidupnya. j) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Lembaga pendidikan perlu mempertimbangkan minat dari masyarakat dan daerah dengan mengacu pada kerangka kerja umum dari pemerintah nasional. Dilihat dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di atas, jelaslah bahwa kurikulum program studi pendidikan matematika Universitas PGRI Palembang tahun akademik 2012/2013 perlu dikembangkan dan didisain ulang karena belum terpenuhinya prinsip keterpaduan dan berkesinambungan, dimana mata kuliah computer dan pemrograman tidak terpadu dan berkesinambungan dengan mata kuliah matematika diskrit yang menjadi ilmu dasarnya. D. Model Disain Kurikulum Akademik Disain adalah rancangan atau pola. Mendisain kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun pola kurikulum sesuai dengan visi dan misi lembaga pendidikan. Berkenaan dengan model perencanaan kurikulum John D. McNeil (2006, dalam Rusman 2009) membagi empat model, yaitu model kurikulum
6
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
humanistic, kurikulum rekonstruksi social, kurikulum sistemik, dan kurikulum akademik. Dari keempat model tersebut, model kurikulum akademik merupakan model yang dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki kurikulum di progam studi pendidikan matematika Universitas PGRI Palembang, ataupun untuk mendisain kurikulum di perguruan tinggi lain. Hal ini dikarenakan disain kurikulum disiplin ilmu beranjak dari asumsi yang mendasari model ini, yaitu fungsi lembaga pendidikan pada dasarnya untuk mengembangkan kemampuan berpikir mahasiswa. Disain kurikulum model ini dinamakan juga disain kurikulum subjek akademis. Menurut Longstreet (1993, dalam Rusman. 2009), disain kurikulum ini merupakan disain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu. Penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual peserta didik. Model kurikulum ini dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masingmasing. Mereka menyusun materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik baik yang menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing-masing. Materi pembelajaran tentu saja disusun sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Bentuk-bentuk pendekatan pengetahuan memberikan solusi terhadap masalah pemilihan lebih dari seribu jenis disiplin ilmu yang bisa dijadikan sebagai bagian dari kurikulum lembaga pendidikan. Satu kenyataan bahwa tidak mungkin seseorang untuk mengusai banyak ilmu secara mendalam. Kenyataan ini memunculkan pertanyaan bagaimana manajemen kurikulum dapat memutuskan disiplin mana yang ditawarkan kepada peserta didik, maka sejumlah pengukuran ditawarkan, yaitu: 1. Keutuhan pemahaman suatu ilmu terhadap kebenaran. 2. Ilmu tersebut untuk kebutuhan social, dimaknai bahwa ilmu digunakan untuk semua warga negara.
7
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
3. Prasyarat ilmu pengetahuan, dipahami bahwa pentingnya disiplin-disiplin ilmu tertentu sebagai dasar untuk disiplin ilmu lain atau untuk pendidikan yang berikutnya. Philip Phenix dan Paul Hirts (1964, dalam Rusman, 2009) percaya bahwa kurikulum harus dikembangkan dengan cara yang terbaik melalui struktur rasional pengetahuan, tujuannya, hubungan logis, dan ukuran untuk menyatakan suatu kebenaran. Kurikulum yang didisain dan dikembangkan dengan model ini bersesuaian dengan teori Kognisi Bruner (Cornell, 1974 dalam Pidarta, M. 2000) yang menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang telah ia alami dan pelajari. Sistem pengorganisasian ini merupakan alat untuk berpikir dan memecahkan
masalah.
Lebih
lanjut dikatakan bahwa pendidikan
harus
mengembangkan keterampilan berpikir, untuk maksud ini dibutuhkan suatu pelajaran atau materi perkuliahan yang terorganisasi dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Seperti halnya dengan Bruner, Ausubel juga menekankan cara seseorang mengorganisasi pengetahuan yang didapatnya. Organisasi atau struktur kognisi ini dipandang sebagai factor utama dalam belajar dan mengingat bahan-bahan baru yang bermakna. Struktur kognisi ini terorganisasi secara bertingkat. Agar belajar menjadi bermakna, maka materi baru haruslah bertalian dan sebagai bagian dari konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognisi. Proses menghubungkan informasi baru dengan elemen-elemen dalam struktur kognisi disebut subsumption atau menyatukan menjadi bagian dari struktur itu. Dengan cara ini, belajar menjadi bermakna (Pidarta, M. 2000). E. Organisasi Kurikulum Pendidikan Matematika Organisasi kurikulum pendidikan matematika sangat terkait dengan pengaturan materi yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber materi dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai social, aspek peserta didik dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum pendidikan matematika, diantaranya: 8
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
a) Ruang lingkup Ruang lingkup (scope) dan urutan materi kependidikan dan materi matematika merupakan salah satu factor yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum pendidikan matematika. Setiap pola kurikulum memiliki ruang lingkup materi yang berbeda. Organisasi kurikulum berdasarkan lingkup materi perkuliahan cenderung menyajikan materi yang bersumber dari kebudayaan dan informasi atau pengetahuan hasil temuan masa lalu yang telah tersusun secara logis dan sistematis. Tidak hanya lingkup materi perkuliahan yang harus diperhatikan, tetapi bagaimana urutan (sequence) bahan tersebut harus disajikan
dalam
kurikulum,
karena
pembelajaran
dalam
matematika
mempunyai hirarki. seperti yang diungkapkan oleh Cockcroff (1982, dalam Ernest, P. 2003): “Mathematics is a difficult subject both to teach and to learn. One of the reason why this is so is that mathematics is hierarchical subject… ability to proceed to new work is very often dependent on a sufficient understanding of one or more pieces of work, which have gone before.” b) Kontinuitas Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum pendidikan matematika perlu diperhatikan, terutama berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari peserta didik, jangan sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya, misalnya di dalam kalkulus dan analisis riil terdapat materi yang sama, yaitu salah satunya sistem bilangan riil, maka materi tersebut diberikan pada mata kuliah kalkulus bersifat perhitungan prosedural ataupun pembuktian yang sederhana, sedangkan pada mata kuliah analisis riil, materi tersebut sudah diarahkan pada pembuktian yang abstrak. Pendekatan spiral merupakan salah satu upaya dalam menerapkan factor ini, artinya materi yang dipelajari peserta didik semakin lama semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara vertical maupun horizontal.
9
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
c) Keseimbangan Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum. Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan, social budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organinsai kurikulum: (1) keseimbangan terhadap substansi bahan atau isi kurikulum, dan (2) keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar. Keseimbangan substansi isi kurikulum harus dilihat secara komprehensif untuk kepentingan peserta didik sebagai individu, tuntutan masyarakat, maupun kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keseimbangan juga memperhatikan komposisi mata kuliah dasar, mata kuliah keahlian, ataupun mata kuliah keahlian berkarya yang akan diberikan. Aspek estetika, intelektual, moral, social-emosional, personal, religus, seni-apresiasi, dan kinestik, semuanya harus terakomodasi dalam isi kurikulum. d) Alokasi waktu Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi bahan pertimbangan dalam isi kurikulum, misalnya dalam satu kali pertemuan untuk mata kuliah kependidikan apakah cukup diberikan sebanyak 2 SKS (Sistem Kredit Semester), sedangkan mata kuliah matematika apakah cukup diberikan sebanyak 3 SKS ataukah harus 4 SKS untuk dua kali pertemuan dalam satu minggu. Dengan mempertimbangkan keempat factor diatas, maka penyusunan kurikulum pendidikan matematika akan menjadi kurikulum yang terorganisir dengan baik F. Penutup Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dimana dalam mendisainnya diperlukan suatu model yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan 10
ISBN: 978-602-957-93-3-8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang, 15 Desember 2012
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu model yang dapat digunakan
untuk
mendisain
dan
mengembangkan
kurikulum
pendidikan
matematika adalah model disain kurikulum akademik. Model ini dibangun dari struktur rasional pengetahuan, dan hubungan logis disiplin ilmu sehingga proses pembelajaran yang dialami peserta didik akan menjadi bermakna. G. Referensi Ernest, P. 2003. The Philosophy of Mathematics Education. France: Taylor & Francis e-Library. Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Munir, R. 2010. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika. Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Pidarta, M. 2000. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
11