MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya)
ARTIKEL ILMIAH
MESI ARYANI 10070007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATRA BARAT PADANG 2014
MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: di Jorong Bukit Harapan (SP3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya) Mesi Aryani . Wahyu Pramono Rio Tutri 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Thesis Programs Study Sociology at STKIP PGRI West Sumatra 2014. This research intent to describe about social mobility transmigrans society at Jorong Bukit Harapan (SP3), Nagari Tiumang, Kecamatan Tiumang, Kabupaten Dharmasraya. Theory that is used in this research is by using of evolutionary-fungsionalis theory that interposed by Talcott Parsons. This research constitute qualitative research by use of descriptive type. The result of the observation show that : (1) Social mobility forms on society transmigran is vertical mobility, in vertical social it happens on society transmigran is stirred social rising phenomenal of economics, education, home form, asset and transmigran society position, (2) Thruster factor from within society transmigran is have wish from that transmigrans society for changed and also indigene society role to transmigrans society by interlaces good relationship, (3) Thruster Factor from outside society transmigran is federal roles, local government and officer nagari. Keywords: Social Mobility, Transmigrans Society
PENDAHULUAN
Dari penduduk
jumlah pada
penduduk
tahun
1980
pada
Pada awal tahun 1970-an usaha yang
tidak
dilakukan
di
pematang
panggang
mengherankan jika perencanaan ditingkat
(Sumatera Selatan) untuk menempatkan
nasional
transmigrasi dalam jumlah yang lebih
masih
menganggap
program
transmigrasi sebagai cara untuk mengatasi masalah
kepadatan
penduduk
yang
besar terbukti berhasil (Harjono, 1982:ix). Tujuan
adanya
berlebihan di pulau Jawa meskipin tetap
transmigrasi
diakui
keluarga
kesejahteraan kehidupan masyarakat, yang
jangka
mana kehidupan yang lebih baik dari
pentingnya
berencana panjang
sebagai
program kebijakan
menyangkut
masalah
kependudukan (Harjono, 1982:vii). Salah satu yang menjadi masalah
tidak
sebelumnnya,
lain
kebijakan
pemerintah
hanya
untuk
memberikan
bentuan kepada masyarakat transmigran yaitu kebun sawit 2 hektar dan rumah semi
bagi para perencana adalah mendapatkan
permanen
6x6
meter.
Pemicu
para
tanah yang cocok untuk proyek-proyek.
transmigran untuk pindah ke daerah
pemukiman yang baru demi mendapatkan
HASIL PENELITIAN
kehidupan sosial ekonomi yang jauh lebih
Sebelum
masuk
ke
dalam
baik dari kehidupan sebelumnya. Pada
pembahasan terlebih dahulu menjelaskan
tahun pertama masyarakat transmigran
sejarah
masih dibiayai pemerintah tetapi pada
transmigran ke Jorong adanya sosialisasi
tahun kedua mereka tidak lagi diberi
pemerintah dengan Niniak Mamak yaitu
bantuan makanan untuk kebutuhan sehari-
mengenai penyerahan tanah ke pemerintah
hari,
mampu
dengan diperuntukkan untuk masyarakat
berusaha dan bekerja agar hidupnya
transmigran di Jorong Bukit harapan
terpenuhi.
(SP3).
mereka
dituntut
harus
kedatangan
berikut,
masyarakat
awal
kedatangan
Berangkat dari permasalahan di
masyarakat transmigran ke Jorong Bukit
atas, maka penelitian ini mengkaji tentang
Harapan (SP3) pada tahun 1990. Sebelum
transmigran di Jorong Bukit Harapan
datangnya
(SP3).
Jorong Bukit Harapan (SP3) adanya Berangkat dari penjelasan di latar
sosialisasi
masyarakat
pemerintah
transmigran
dengan
di
Niniak
belakang di atas maka pertanyaan dalam
Mamak yaitu mengenai peneyerahan tanah
penelitian ini adalah : “ apakah faktor yang
ke
mendorong terjadinya mobilitas sosial
untuk masyarakat transmigran di Jorong
ekonomi masyarakat transmigran di Jorong
Bukit Harapan (SP3). Dari 100% tanah
Bukit Hrapan (SP3).
yang memiliki luas 1015 hektar, maka
METODE
dibagi dua yaitu 60% untuk masyarakat
Penelitian pendekatan
ini
diperuntukkan
di jorong Bukit Harapan
(SP3), dari 60% dibagi dua lagi (yaitu 30%
penelitian ini adalah deskriptif, informan
untuk masyarakat transmigran umum dan
penelitian ini berjumlah 12 orang.
30% untuk masyarakat transmigran lokal)
pengumpulan
sedangkan
transmigran
dengan
tipe
Teknik
kualitatif
menggunakan
pemerintah
adalah
dan 40% untuk perusahaan dengan nama
observasi, wawncara mendalam dan studi
perusahaan PT. Andalas Bencana. Sestelah
dokumentasi. Teknik analisis data dalam
70 tahun tanah yang dimiliki perusahaan
penelitian ini menggunakan skema model
atau investor kemudian dikembalikan lagi
analisis data interaktif yang melibatkan
ke tanah ulayat atau Niniak Mamak, maka
kegiatan yaitu pengumpulan data, reduksi
selama
data,
fungsikan oleh perusahaan atau investor.
penyajian
data,
kesimpulan/verifikasi.
data
dan
penarikan
itu
pula
tidak
boleh
dialih
Pada tahun pertama, untuk memenuhi
A. Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial Bentuk mobilitas yang terjadi dalam
kebutuhan
sehari-hari
masih
dibiayai
masyarakat transmigran adalah mobilitas
pemerintah tetapai pada tahun kedua
vertikal yaitu peralihan individu atau
masyarakat transmigran tidak lagi dibiayai
objek-objek sosial lainnya, dari kelompok
pemerintah dan pada tahun ini masyarakat
sosial lainnya dalam posisi sesderajat
transmigran harus bekerja keras agar
(Setiadi, 2010:508). Dalam gerak sosial
terpenuhi
vertikal
masyarakat
tahun kedua sampai tahun tahun kelima
transmigran adalah gerak sosial naik yang
masyarakat transmigran masih menderita
dapat
karena abelum bisa memanen sawitnya
ini
terjadi
dilihat
pendidikan,
pada
dari
bentuk
perekonomian,
rumah,
aset
dan
kedudukan masyarakat transmigran.
kebutuhan
sehari-hari.
Dari
sendiri karean belum bisa dipanen maka dari itu masyarakat transmigran bekerja di
1. Perekonomian
proyek sawit sebagai buruh dengan tujuan
Mobilitas sosial ekonomi masyarakat
agar terpenuhinya kebutuhan sehari-hari.
transmigran secara vertikal terlihat sekali,
Setelah berakhir tahun kelima ini, maka
karena
perekonomian
kehidupan masyarakat mulai membaik,
masyarakat transmigran telah meningkat
kareana masyarakat transmigran sudah
dengan mata pencarian berekebun sawit.
bisa memanen sawitnya sendidri dan
Perbedaan masyarakat transmigran waktu
tidaka lagi bekerja di proyek sawit sebagai
baru datang dengan sekarang sangat
buruh.
kehidupan
dan
terlihat sekali, karena waktu baru datang
2. Pendidikan
masyarakat transmigran tidak memiliki
Pendidikan
merupakan
hal
yang
apa-apa dan hanya mendapat bantuan dari
terpenting yang menentukan keberhasilan
pemerintah seperti rumah semi permanen
seeorang,
dan 2 hektar kebun sawit dan ketika itu
menunjang keberhasilan seseorang atau
mereka
di
tidak. Pendidikan yang diperoleh oleh
Perusahaan sawit tetapi berebeda dengan
masyarakat transmigran salah satunya
sekarang masyarakat transmigran yang
melalui
berada di Jorong Bukit Harapan (SP3)
tempat menuntut ilmu dan di Sekolah
kehidupannya
mendapatkan pendidikan.
bekerja
sebagai
lebih
baik,
transmigran sudah memiliki
buruh
masyarakat beberapa
Dari
karena
sekolah.
pendidikan
Sekolah
penghasilan
mata
yang
merupakan
pencarian
kebun sawit dan tidak lagi bekerja sebagai
berkebun sawit, yang mana penghasilan
buruh.
masyarakat
transmigran
meningkat
dibandingkan ketika baru datang ke Jorong
Bukit
Harapan
(SP3).
Maka
dari
seseorang itu berhasil atau tidak. Ketika
yang lebih
mereka
bisa
masyarakat transmigran baru datang ke
karena
Jorong Bukit Harapan (SP3) mereka tidak
masyarakat transmigran berkeinginan agar
punya aset atau harta benda, mereka hanya
pendidikan anaknya lebih baik dari orang
memiliki kebun sawit diberikan pemrintah
tua. Walaupun sekolah SMP berjarak lebih
yang belum bisa dipanen, tetapi sekarang
kurang 5 km dan SMA berjarak kurang
mereka telah memiliki aset seperti kebun
lebih 20 km dan jauh dari pemukimannnya
sawit, rumah, kendaraan.
penghasilan menyekolah
anak-anaknya,
tetapi semangat mereka untuk sekolah
5. Status atau kedudukan
sangat tinggi
Kedudukan masyarakat transmigran
begitu jugadorongan dari
orang tua.
ketika baru datang di Jorong Bukit
3. Bentuk Rumah
Harapaan (SP3) yaitu hanya sebagai
Masyarakat yang datang ke Jorong
buruh di perusahaan sawit dalam
Bukit
Harapan (SP3) telah merubah
kehidupan mereka lebih
waktu lebih kurang 5 tahu, karena pada
baik dari
waktu itu mereka belum bisa memanen
sebelumnya, yang mana ketika masyarakat
sawitnya sendidri. Tetapi sekarang
transmigran baru datang di Jorong Bukit
mereka tidak lagi sebagai buruh tetapi
Harapan (SP3) kehidupan mereka begitu
mereka telah bisa memanen sawitnya
susah dan hanya mengharapakan bantuan
sendidri
pemerintah
meningkat.
yang
hanya
memberikan
bantuan rumah 6x6 meter dan kebun sawit
dengan penghasilan yang
B. Faktor Pendorong dari Dalam
2 hektar.
Masyarakat Transmigran
Perbedaan
dan
perubahan
rumah
Adanya dorongan dari diri masyarakat
masyarakat transmigran terlihat sekali,
transmigran untuk berubah, maka dari itu
ketika baru datang datang ke Jorong Bukit
mereka ikut program transmigrasi karena
Harapan (SP3) hanya memiliki rumah
berkeinginan agar kehidupannya lebih baik
semi permanen yang berukuran 6x6 meter
dari
tetapi sekarang masyarakat transmigran
pemerintah 2 hektar sawit dan rumah semi
telah memiliki rumah permanen yang
permanen maka masyarakat transmigran
bagus dan jauh lebih baik.
memanfaatkannya
sebelumnya.
Dengan
dan
bantuan
mempunyai
4. Aset-aset yang dimiliki
keinginan agar tidak hanya memiliki sawit
Aset merupakan sesuatu yang berharga
yang
bagi masyarakat transmigran. Dengan memiliki
aset
maka
bisa
dikatakan
diberi
memiliki
pemerintah
keinginan
untuk
tetapi
juga
menambah
sawit lagi agar pendapatan mereka lebih
yang baik dan tidak terjadi perbedaan dari
banyak lagi.
segi
status,
kebudayaan
dan
tradisi.
Keberhasilan masyarakat transmigran
Pemerintah
nagari
dari segi perekonomian adalah adanya
masyarakat
saling
peran dari masyarakat pribumi yaitu
mendukung satu sama lain dalam hal
adanya hubungan baik antara masyarakat
apapun.
transmigran dengan masyarakat pribumi. C. Faktor Pendodrong dari Luar
Peran
berperan
agar
menghargai
dan
pemerintah
menunjang
nagari
perekonomian
untuk
masyarakat
transmigran yaitu dengan memberikan
Masyarakat Transmigran 1) Pemerintah Pusat
bantuan jalan produksi (jalan menuju
Pemerintah pusat merupakan faktor
kebun) dan pupuk bersubsidi untuk sawit.
utama terjadinya pemindahan masyarakat ke Jorong Bukit Harapan (SP3) dan pemerintah pusat yang mencanangkan
KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk mobilitas sosial Bentuk-bentuk
mobilitas
sosial
program transmigran. Dengan adanya
yang terjadi pada masyarakat transmigran
peraturan program transmigrasi maka telah
di Jorong Bukit Harapan (SP3) yaitu
mengubah kehidupan dan perekonomian
mobilitas vertikal, yang mana masyarakat
masyarakat ke arah yang lebih baik dan
transmigrasi mengalami peningkatan dari
terjadinya peningkatan baik dari segi mata
segi perekonomian, pendidikan, aset dan
pencarian, penghasilan, dan pendidikan
kedudukan atau status sosial.
masyarakat transmigran.
2. Faktor
2) Pemerintah Daerah Pemerintah
pendorong
dari
dalam
masyarakat transmigran
daerah
adalah
yang
Faktor
pendorong dari dalam
menjalankaan aturan dari pemerintah pusat
masyarakat
dan yang mengatur bagaimana kehidupan
keinginan dari mereka untuk berubah agar
dan perekonomian lebih baik. Pemerintah
perekonomiannya meningkat dan adanya
daerah
menciptakan
peran dari masyarakat pribumi yaitu
kenyamanan bagi masyarakat transmigran
adanya hubungan baik antara masyarakat
agar maereka tidak merasa disishkan dari
transmigran dengan masyarakat pribumi.
berperan
untuk
masyarakat pribumi.
3. Faktor
3) Pemerintah Nagari Pemerintah
yaitu
pendorong
dari
adanya
luar
masyarakat transmigran agar
Faktor pendorong dari luar masyarakat
dengan
transmigran adalah adanya peran dari
masyarakat pribumi menjalin hubungan
pemerintah pusat yaitu membuat program
masyarakat
nagari
transmigran
berperan
transmigran
transmigrasi dan memberikan bantuan kepada masyarakat transmigrasi dengan memberikan
rumah
6x6
meter
semi
permanen dan kebun sawit 2 hektar, pemerintah daerah berperan agar tidak terjadi
kesenjangan
soial
antara
masyarakat pribumi dengan masyarakat transmigran
dan
pemerintah
nagari
berperan memberikan bantuan berupa jalan produksi
dan
perekonomian
pupuk masyarakat
sawit
agar
transmigran
lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA BUKU: Harjono, Joan. 1982. Transmigrasi dari Kolonisasi sampai Kwakarsa. Jakarta: PT Gramedia. Noor,
Juliansyah.2011. Metodologi Penelitian. Jakrta: Kencana.
Setiadi dan Usman Kolip. 2010. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Bandung: Kencana Prenada Media Group.